Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan:
"Kunci surga adalah ucapan La ilâha illa Allâh,
Muhammadur-Rasûlullâh. Sedangkan esok, kunci surga adalah kefanaan dari dirimu,
orang lain, dan segala sesuatu selain Allah, dan dengan selalu menjaga
batas-batas syariat.
Kedekatan kepada Allah adalah surga bagi manusia, sedangkan jauh dari Allah adalah neraka untuk mereka. Alangkah indah keadaan seorang Mukmin, baik di dunia ataupun di akhirat.
Kedekatan kepada Allah adalah surga bagi manusia, sedangkan jauh dari Allah adalah neraka untuk mereka. Alangkah indah keadaan seorang Mukmin, baik di dunia ataupun di akhirat.
Di dunia dia tidak berkeluh-kesah atas keadaaan yang dia alami,
setalah dia memahami bahwa Allah meridhainya, dimana pun dia berada cukuplah
bagiannya dan ridha dengan bagian itu. Kemanapun dia menghadapkan wajahnya, dia
memandang dengan cahaya Allah. Setiap isyaratnya adalah kepada-Nya. Setiap
kebergantungan adalah kepada-Nya. Setiap tawakalnya adalah hanya kepada-Nya.
Berhati-hatilah, jika ada seorang di antara engkau merasa
bergembira berlebihan karena telah melakukan ketaatan, karena boleh jadi ada
rasa takjub ketika dilihat orang lain atau berharap pujiannya. Barangsiapa di
antaramu ingin menyembah Allah, hendaklah memisahkan diri dari makhluk. Sebab,
perhatian makhluk pada amal-amal mereka dapat merusaknya. Nabi SAW bersabda,
“Engkau mesti ber-uzlah, sebab uzlah adalah ibadah dan bentuk kesungguhan
orang-orang shaleh sebelum kalian.”
Engkau mesti beriman, lalu yaqin dan fana dalam wujud Allah,
bukan dalam dirimu atau orang lain. Dan, tetaplah menjaga batas-batas syariat
dan meridhai Rasulullah SAW. Tidak ada karamah bagi orang yang mengatakan
sesuatu selain hal ini. Karena, inilah yang terjadi dalam berbagai shuhuf dan
lawh kalam Allah Azza wa Jalla.
Engkau harus selalu bersama Allah; memutuskan diri untuk selalu
dengan-Nya; dan bergantung kepada-Nya. Hal demikian akan mencukupkan dirimu
dengan pertolongan (ma’unah) di dunia dan akhirat. Dia akan menjagamu dalam
kematian dan kehidupan, menjagamu dalam setiap keadaan. Engkau harus memisahkan
yang hitam dari yang putih!”
--Syekh
Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Fath Ar-Rabbani wal-Faidh Ar-Rahmani--