Imam Hasan Basri berkata: "Kerusakan hati manusia itu disebabkan oleh enam faktor, yaitu:
1) Sengaja berbuat dosa dengan harapan dosanya nanti diampuni;
2) Memiliki ilmu, tetapi tidak diamalkannya;
3) Apabila beramal tidak ikhlas;
4) Memakan rezeki Allah, tetapi tidak pernah bersyukur;
5) Tidak ridha dengan pemberian Allah; dan
6) Sering mengubur orang mati, namun tidak mau mengambil pelajaran dari kematian tersebut.”
Sehubungan dengan masalah keikhlasan, Imam Ahmad bin Hambal berdo’a sebagai berikut:
يَا دَلِيْلَ الْحَيَارَى دُلَّنِيْ عَلَى طَرِيْقِ الصَّادِقِيْنَ وَاجْعَلْنِيْ مِنْ عِبَادِكَ الْمُخْلَصِيْنَ
“Wahai Dzat yang memberikan petunjuk kepada orang-orang yang bingung, tunjukkanlah aku ke jalan orang-orang yang benar dan jadikanlah aku termasuk hamba-Mu yang ikhlas dalam beramal.”
Rasulullah saw. bersabda:
إِنَّ الْقَبْرَ أَوَّلُ مَنَازِلِ الآخِرَةِ فَإِنْ نَجَا مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَرُ مِنْهُ وَإِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ
“Sesungguhnya kubur itu merupakan tempat yang pertama dari beberapa tempat yang ada di akhirat. Jika seseorang selamat dari siksa kubur, maka pada tempat-tempat berikutnya dia pun akan selamat dengan mudah. Jika dia tidak selamat dari siksa kubur, maka pada tempat-tempat berikutnya akan lebih berat siksanya daripada siksa di kubur.” (HR. Tirmidzi, Ibn Majah, dan Hakim)
إِنَّ لِلْمَوْتِ فَزَعًا , فَإِذَا أَتَى أَحَدُكُمْ وَفَاةَ أَخِيهِ , فَلْيَقُلْ: إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ , وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ , اللَّهُمَّ اكْتُبْهُ فِي الْمُحْسِنِينَ , وَاجْعَلْ كِتَابَهُ فِي عِلِّيِّينَ , وَاخْلُفْ عَقِبَهُ فِي الآخِرِينَ , اللَّهُمَّ لا تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ , وَلا تَفْتِنَّا بَعْدَهُ
“Sesungguhnya
dalam kematian itu ada suatu ketakutan. Karenanya, barang siapa mendengar
berita kematian saudaranya (sesama muslim), maka hendaknya membaca do’a berikut
ini: innaa lillaahi wa innaa ilaihi rooji’uun. Wa innaa ilaa rabbinaa
lamunqalibuun. Allahummaktubhu ‘indaka fil muhsiniin, waj’al kitaabanaa fii
‘illiyyiin, wakhluf ‘aqibahuu fil aakhiriin. Allahumma laa tahrimnaa ajrohuu
walaa taftinnaa ba’dahu.”
(Sesungguhnya kami ini kepunyaan Allah dan
kepada-Nyalah kami kembali, hanya kepada Rabb kami, kami dikembalikan. Ya Allah
catatlah dia disisi-Mu termasuk orang-orang yang baik; dan jadikanlah catatan
amalnya berada di ‘illiyyiin; dan berilah orang-orang yang ia tinggal pengganti
yang lain. Ya Allah janganlah Engkau halangi kami untuk mendapatkan pahala
mendo’akannya dan janganlah pula engkau timpakan kepada kami cobaan
sesudahnya.” (HR. Thabarani)
مَنْ سَمِعَ بِمَوْتِ مُسْلِمٍ فَدَعَا لَهُ
بِخَيْرٍ كَتَبَ اللهُ لَهُ أَجْرَ مَنْ عَادَاهُ حَيًّا وَشَيَّعَهُ مَيِّتًا
“Barang siapa yang mendengar kematian seorang muslim,
kemudian dia mendo’akan kebaikan untuknya, maka Allah akan menuliskan baginya
pahala sama dengan orang yang menjenguknya ketika ia masih hidup dan
mengantarkan jenazahnya.” (HR. Daruquthni)
---Dikutip dari kitab Nashaihul Ibad, Imam Nawawi Al-Bantani---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar