بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Muroqobah Fokus pada Allah
Wahai penempuh jalan Allah, hendaknya Anda menetapi jalan akhirat melalui ajaran yang telah diperintahkan kepadamu dalam aktivitas lahiriahmu. Bila Anda telah melakukannya, maka duduklah dalam hamparan Muraqabah. Raihlah dengan penjernihan batinmu, hingga tak tersisa sedikitpun yang menghalangimu. Berikanlah hak keseriusan dan ketekunanmu, lalu minimkanlah pandanganmu untuk melihat lahiriahmu. Apabila Anda ingin dibukakan rahasia batinmu, untuk mengetahui rahasia alam malakut Tuhanmu berupa intuisi ruhani yang datang kepadamu yang kemudian dihalangi oleh bisikan-bisikan yang manjauhkan dari keinginanmu, maka ketahuilah pertama-pertama, bahwa kedekatanTuhanmu pada dirimu merupakan ilmu yang langsung berkaitan dengan hatimu, melalui pengulangan terus menerus pandangan dalam menarik kemanfaatanmu dan menolak bahayamu. Lihatlah firman Allah Swt.: “Adakah sang Khalik selain Allah, yang memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi”
Sesungguhnya yang dari bumi adalah nafsumu, dan yang dari langit adalah hatimu. Apabila ada sesuatu yang turun dari langit ke bumi, lalu siapakah yang memalingkan dari dirimu pada selain Allah: “Allah mengetahui apa yang ada di dalam bumi dan apa yang keluar darinya, serta apa yang turun dari langit dan apa yang naik di dalamnya. Dan Allah menyertaimu dimanapun kamu berada.” (Qur’an)
Berikanlah hak kesertaanNya dengan konsistensi ubudiyah kepada-Nya dalam aturan-aturan-Nya. Tinggalkan kontra terhadap Sifat Rububiyah dalam Af’al-Nya. Siapa yang kontra kepada-Nya akan kalah: “Dan Dia adalah Maha Perkasa di atas hamba-Nya, dan Dia Maha Bijaksana dan Maha Meneliti.”
Apa yang saya katakan kepadamu ini sungguh benar: “Tiada yang muncul dari nafas-nafasmu, kecuali Allahlah yang mengaturnya, apakah Anda pasrah atau menolak. Karena Anda ingin pasrah pada suatu waktu, dan Anda mengabaikan, di waktu yang lain. Atau Anda ingin kontra pada suatu saat, lalu Anda mengabaikan, kecuali yang ada hanya pasrah. Semua itu menunjukkan Rububiyah-Nya dalam seluruh tindakan-Nya apalagi pada sisi orang yang sibuk dengan menjaga hatinya untuk meraih hakikat-hakikat-Nya.
Apabila permasalahannya sedmikian rupa, maka berikanlah haknya adab berkaitan dengan apa yang datang kepadamu, dengan Anda bersaksi terhadap sesuatu dari dirimu bahwa tiada awal kecuali dengan Awal-Nya, dan tiada yang akhir kecuali dengan Pengakhiran-Nya, tiada dzahir kecuali dengan Dzahir-Nya, tiada batin kecuali dengan Batin-Nya. Apabila Anda telah sampai pada awalnya awal, Anda akan melihat, terhadap apa yang dilimpahi-Nya.
Apabila muncul suatu bisikan dari Sang kekasih yang sesuai atau tidak dengan dirimu, yang tidak diharamkan syariat, maka lihatlah mengapa Allah ciptakan di dalam dirimu melalui pengaruh intuitif dalam kondisimu. Bila Anda menemukan bnentuk peringatan yang menyadarkan Anda pada Allah Swt, Anda harus membenarkannya. Itulah adab waktu bagi Anda. Anda jangan kembali pada selain itu. Apabila Anda tidak menemukan jalan pembenaran, maka tanjakkan diri ke hadapanNya, maka itulah adab waktu pada dirimu. Namun bila Anda kembali kepada selain jalan itu, berarti Anda telah salah jalan.
Apabila hal itu tidak muncul dari dirimu, Anda harus bertawakal, ridha dan pasrah. Bila masih belum menemukan jalan menempuhnya Anda harus berdoa agar bisa menarik menfaat dan menolak bencana dengan disertai taslim dan pasrah total. Saya peringatkan agar anda tidak berupaya demi sebuah pilihanmu, karena ikhtiyar demikian merupakan keburukan di mata orang yang memiliki mata batin.
Dengan demikian ada empat adab:
Adab Tahqiq
Adab Keluhuran
Adab Tawakal
Adab Doa.
Siapa yang mendapatkan hakikat bersama-Nya akan terjaga oleh-Nya.
Siapa yang diluhurkan oleh Allah, cukuplah bersama Allah, tanpa lainNya.
Siapa yang tawakal kepadaNya, ia melepaskan ikhtiar/pilihan dirinya, menyandarkan pada pilihan-Nya.
Siapa yang mendoa pada-Nya dengan syarat menghadap dan mahabbah pada-Nya, Insya Allah akan diijabahi menurut kelayakan dari-Nya. Atau doanya tidak diijabahi —jika Dia menghendaki— karena kehendak doanya tidak membuatnya maslahat. Setiap masing-masing etika ini ada hamparan keleluasaan.
Hamparan pertama, adalah keleluasaan “tahqiq”. Apabila ada sesuatu intuisi (bisikan halus) yang datang kepadamu tanpa tahqiq, lalu engkau dibukakan sifat-sifat-Nya, maka seharusnyalah Anda tetap dengan rahasia batin Anda, dan diharamkan Anda menyaksikan selain Allah Ta’ala.
Hamparan kedua, adalah hamparan keluhuran. Manakala datang intuisi kepadamu, selain keluhuran, dan Anda dibukakan melalui Af’al-Nya, maka luhurkanlah dirimu di sana melalui rahasia batinmu. Anda diharamkan menyaksikan selain Sifat-sifat-Nya, dan Anda sebagai pihak yang menyaksikan dan disaksikan. Pada tahap pertama adalah fana’nya penyaksi, kemudian fana’nya yang disaksikan (Anda sebagai yang disaksikan dalam fana’).
Hamparan ketiga, adalah hamparan tawakal. Apabila datang kepadamu suatu intuisi selain tawakal, saya maksudkan adalah apa yang kami sebut terdahulu, baik Anda senangi atau tidak, dan Anda dibukakan cacat-cacat bisikan, maka duduklah pada hamparan cinta-Nya, sembari bertawakal pada-Nya, ridha terhadap yang tampak pada dirimu berupa dampak dari perbuatan-Nya dalam cahaya tirai-Nya.
Hamparan keempat, adalah hamparan doa. Apabila muncul bisikan intuisi yang lain, lantas Anda dibukakan bentuk kebutuhan (kefakiran) Anda kepada-Nya, maka Allah telah menunjukkan akan Kemahakayaan-Nya. Raihlah kefakiran sebagai hamparan, dan waspadalah untuk tidak jatuh dari derajat ini pada tahap lainnya, dikawatirkan Anda terjerumus dalam makar Allah sementara Anda tidak tahu.
Minimal, bila Anda mengalami kejatuhan dari derajat tersebut, Anda akan kembali pada diri Anda, sebagai pengatur atau pemilih yang menyebabkan Anda memuliakan diri Anda, dan selanjutnya tak ada kondisi ruhani bagi Anda untuk membawanya secara serius dan tekun, baik dalam lahiriyah maupun batin Anda, dengan mengharapkan agar Anda diberi sebagaimana Allah memberinya. Lalu bagaimana Anda bisa menentang-Nya, terhadap hal-hal yang Allah tidak berkehendak memberikan kepadamu.
Maka, dampak paling minimal dalam pintu ini, adalah tuduhan-tuduhan syirik, bahwa Anda telah menang, padahal sebenarnya tidak sama sekali. Apabila Anda memang menang, lakukanlah sekehendakmu, dan Anda tidak akan mampu melakukan menurut kehendakmu selamanya. Ini menunjukkan besarnya ketekunanmu dalam memamahi tindakan-tindakan Allah Swt. Aku tidak akan ikut pada seorang hamba yang bodoh, atau seorang Ulama yang fasik.
Saya tidak tahu, dimana posisi Anda pada dua sifat ini; apakah pada kebodohan atau kefasikan, atau kedua-duanya? Kami mohon perlindungan Allah dari pengabaian jiwa dari mujahadah, dan kosongnya qalbu dari musyahadah. Pengabaian diri akan menolak syariat, dan pengosongan akan menolak tauhid. Sedangkan Sang Hakim telah membawa syariat dan tauhid. Karena itu tempuhlah dengan cara menjauhkan diri dari kontra terhadap Tuhanmu, agar menjadi orang yang bertauhid. Amalkanlah rukun-rukun syariat agar kamu menjadi pelaku Sunnah. Integrasikan keduanya dengan mata hati yang lembut, maka Anda akan meraih hakikat. Sebagaimana firman-Nya: “Atau tidakkah cukup bersama Tuhanmu, bahwa Dia Maha Menyaksikan segalanya?”
Kemudian bila muncul intuisi dalam muraqabahmu yang tidak disahkan oleh syariat atau pun yang disahkan syariat, atas apa yang berlalu dari dirimu, maka lihatlah apa yang diperingatkan dan diwaspadakan kepadamu. Apabila intuisi itu menjadikan Anda ingat kepada Allah, maka adab Anda adalah mentauhidkan-Nya di atas hamparan KeEsaan-Nya. Namun bila Anda tidak demikian, adab Anda adalah melihat adanya limpahan karunia-Nya, yang menempatkan dirimu melalui Kemahalembutan Kasih-Nya. Dan Dia menghiasi dengannya melalui kepatuhan pada-Nya, dengan mencintai-Nya secera khusus di atas hamparan Kasih-Nya.
Apabila Anda turun dari pintu derajat ini, sementara Anda tidak berkenan di sana, maka adabmu adalah memandang keutamaan-Nya, karena Dia telah menutupimu atas tindakan maksiat kepada-Nya, dan tirai itu tidak dibuka untuk makhluk lain. Namun apabila Anda berpaling dari adab ini, dan Anda ingat akan maksiat Anda, sementara Anda tidak diingatkan dengan tiga adab di atas, maka seharusnya Anda beradab dengan doa dalam taubat, atau sepadannya, demi meraih ampunan menurut tindak kejahatan yang anda lakukan, yang merupakan salah satu sisi dari yang dibenci syariat.
Namun apabila yang datang adalah intuisi ketaatan, lalu Anda datang dan mengingat siapa yang memberikan limpahan manfaat kepadamu, maka janganlah matamu memandang sejuk karenanya, tetapi harus mengingat pada Allah Yang memunculkannya. Sebab apabila pandangan mata Anda sejuk tanpa menyertakan-Nya, berarti Anda telah turun dari derajat hakikat.
Apabila Anda tidak berada pada derajat tersebut, hendaknya Anda menempati pada derajat berikutnya. Yaitu Anda menyaksikan akan keagungan keutamaan Allah terhadap diri Anda, karena Anda telah dijadikan sebagai orang yang layak dan pewarisnya berupa rizki kebaikan dari derajat tersebut. Bahkan diantara tanda-tandanya yang menunjukkan atas kebenarannya. Apabila Anda tidak menempatinya dan turun di bawahnya, maka Adab Anda adalah merenungkan secara mendalam pada ketaatan tersebut, benarkah hal itu memang taat yang sebenarnya dan Anda sendiri selamat dari tuntutan-tuntutan di dalamnya? Ataukah sebaliknya, justru Anda tersiksa karenanya? Na’udzubillah! dari segala kebajikan yang kembali pada keburukan. “Dan tampaklah pada mereka dari Allah, apa-apa yang tidak mereka perhitungkan.”
Jika Anda turun dari derajat ini pula kepada derajat lain, maka etika atau adab Anda adalah mencari keselamatan dari derajat tersebut baik melalui kebaikan maupun keburukannya. Seharusnya tujuan Anda yang berangkat dari kebajikan Anda lebih banyak dibanding tujuan dari pelajaran keburukan Anda, apabila Anda masih menginginkan termasuk golongan orang-orang shalih.
Apabila Anda inginkan suatu bagian, sebagaimana yang diberikan kepada wali-wali Allah Swt. Anda harus menolak semua manusia secara total, kecuali pada orang yang menunjukkan kepada Allah melalui petunjuk yang benar dan amal yang kokoh yang tidak kontra dengan Al-Qur’an dan Sunnah.
Berpalinglah dari dunia sepenuhnya, Anda jangan sampai tergolong orang yang ditawari dunia karena tindakan itu. Namun seharusnya Anda menjadi hamba Allah yang diperintah untuk melawan musuhNya. Jika Anda berada pada posisi dua karakter ini: berpaling dari dunia dan zuhud dari manusia, maka tegakkanlah muraqabah (mawas diri untuk fokus kepada Allah, menetapi taubat dengan penjagaan diri, memohon ampunan kepada Allah melalui kepasrahan dan kepatuhan terhadap aturan-aturan secara istiqamah.
Penafsiran empat adab tersebut: Adalah hendaknya anda menjadi hamba Allah, dengan cara:
Mewaspadakan hatimu agar tidak melihat di semesta raya ini sesuatu pun selain Allah Swt. Bila anda merasa meraih ini, akan ada panggilan intusi kebenaran dari Cahaya Kemuliaan, bahwa anda telah buta dari Jalan Benar, karena darimana anda mampu melakukan Muroqobah?
Hendaknya anda mendengarkan firman Allah Swt, “Dan Allah adalah Maha Mengawasi segala sesuatu.” Dengan begitu anda merasa malu atas taubat anda yang anda duga sebagai taqarrub, maka kokohkanlah taubatmu dengan menjaga hatimu. Dan jangan anda pandang bahwa taubat itu muncul darimu, yang membuat dirimu malah keluar dari jalan yang benar.
Bila anda merasa bahwa semua itu datang dari diri anda, maka akan muncul intuisi ruhani yang hakiki memanggilmu dari sisi Allah Ta’ala, “Bukankah taubat itu datang dariNya dan kembali padaNya? Sedangkan kesibukanmu yang menjadi sifatmu, adalah hijabmu atas kehendakmu?” Maka disanalah anda memandang sifat dirimu, lalu anda mohon perlindungan kepada Allah Swt, dari sifat itu. Lantas anda beristighfar dan kembali kepadaNya.
Istighfar itu berarti mencari tutup terhadap sifat-sifat burukmu dengan cara kembali kepada Sifat-sifatNya.
Apabila anda mampu beristighfar dan kembali, akan muncul pula panggilan hakiki seketika, “Tunduklah dengan aturan-aturanKu, dan tinggalkanlah penentangan terhadapKu, teguhlah dengan kehendakKu dengan melawan kehendak dirimu. Karena kehendakmu adalah bentuk pengambil alihan sifat Ketuhanan atas kehambaanmu. Maka jadilah engkau “hamba yang benar-benar dikuasai, tidak meliki kemampuan apa pun.” Sebab jika dirimu merasa mempunyai kemampuan, maka justru akan dibebankan padamu, sedangkan Aku Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Bila anda telah benar dalam pintu ini dan anda disiplin di sana, maka anda meraih kemuliaan rahasia semesta.
(cahaya sufi)
Wahai penempuh jalan Allah, hendaknya Anda menetapi jalan akhirat melalui ajaran yang telah diperintahkan kepadamu dalam aktivitas lahiriahmu. Bila Anda telah melakukannya, maka duduklah dalam hamparan Muraqabah. Raihlah dengan penjernihan batinmu, hingga tak tersisa sedikitpun yang menghalangimu. Berikanlah hak keseriusan dan ketekunanmu, lalu minimkanlah pandanganmu untuk melihat lahiriahmu. Apabila Anda ingin dibukakan rahasia batinmu, untuk mengetahui rahasia alam malakut Tuhanmu berupa intuisi ruhani yang datang kepadamu yang kemudian dihalangi oleh bisikan-bisikan yang manjauhkan dari keinginanmu, maka ketahuilah pertama-pertama, bahwa kedekatanTuhanmu pada dirimu merupakan ilmu yang langsung berkaitan dengan hatimu, melalui pengulangan terus menerus pandangan dalam menarik kemanfaatanmu dan menolak bahayamu. Lihatlah firman Allah Swt.: “Adakah sang Khalik selain Allah, yang memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi”
Sesungguhnya yang dari bumi adalah nafsumu, dan yang dari langit adalah hatimu. Apabila ada sesuatu yang turun dari langit ke bumi, lalu siapakah yang memalingkan dari dirimu pada selain Allah: “Allah mengetahui apa yang ada di dalam bumi dan apa yang keluar darinya, serta apa yang turun dari langit dan apa yang naik di dalamnya. Dan Allah menyertaimu dimanapun kamu berada.” (Qur’an)
Berikanlah hak kesertaanNya dengan konsistensi ubudiyah kepada-Nya dalam aturan-aturan-Nya. Tinggalkan kontra terhadap Sifat Rububiyah dalam Af’al-Nya. Siapa yang kontra kepada-Nya akan kalah: “Dan Dia adalah Maha Perkasa di atas hamba-Nya, dan Dia Maha Bijaksana dan Maha Meneliti.”
Apa yang saya katakan kepadamu ini sungguh benar: “Tiada yang muncul dari nafas-nafasmu, kecuali Allahlah yang mengaturnya, apakah Anda pasrah atau menolak. Karena Anda ingin pasrah pada suatu waktu, dan Anda mengabaikan, di waktu yang lain. Atau Anda ingin kontra pada suatu saat, lalu Anda mengabaikan, kecuali yang ada hanya pasrah. Semua itu menunjukkan Rububiyah-Nya dalam seluruh tindakan-Nya apalagi pada sisi orang yang sibuk dengan menjaga hatinya untuk meraih hakikat-hakikat-Nya.
Apabila permasalahannya sedmikian rupa, maka berikanlah haknya adab berkaitan dengan apa yang datang kepadamu, dengan Anda bersaksi terhadap sesuatu dari dirimu bahwa tiada awal kecuali dengan Awal-Nya, dan tiada yang akhir kecuali dengan Pengakhiran-Nya, tiada dzahir kecuali dengan Dzahir-Nya, tiada batin kecuali dengan Batin-Nya. Apabila Anda telah sampai pada awalnya awal, Anda akan melihat, terhadap apa yang dilimpahi-Nya.
Apabila muncul suatu bisikan dari Sang kekasih yang sesuai atau tidak dengan dirimu, yang tidak diharamkan syariat, maka lihatlah mengapa Allah ciptakan di dalam dirimu melalui pengaruh intuitif dalam kondisimu. Bila Anda menemukan bnentuk peringatan yang menyadarkan Anda pada Allah Swt, Anda harus membenarkannya. Itulah adab waktu bagi Anda. Anda jangan kembali pada selain itu. Apabila Anda tidak menemukan jalan pembenaran, maka tanjakkan diri ke hadapanNya, maka itulah adab waktu pada dirimu. Namun bila Anda kembali kepada selain jalan itu, berarti Anda telah salah jalan.
Apabila hal itu tidak muncul dari dirimu, Anda harus bertawakal, ridha dan pasrah. Bila masih belum menemukan jalan menempuhnya Anda harus berdoa agar bisa menarik menfaat dan menolak bencana dengan disertai taslim dan pasrah total. Saya peringatkan agar anda tidak berupaya demi sebuah pilihanmu, karena ikhtiyar demikian merupakan keburukan di mata orang yang memiliki mata batin.
Dengan demikian ada empat adab:
Adab Tahqiq
Adab Keluhuran
Adab Tawakal
Adab Doa.
Siapa yang mendapatkan hakikat bersama-Nya akan terjaga oleh-Nya.
Siapa yang diluhurkan oleh Allah, cukuplah bersama Allah, tanpa lainNya.
Siapa yang tawakal kepadaNya, ia melepaskan ikhtiar/pilihan dirinya, menyandarkan pada pilihan-Nya.
Siapa yang mendoa pada-Nya dengan syarat menghadap dan mahabbah pada-Nya, Insya Allah akan diijabahi menurut kelayakan dari-Nya. Atau doanya tidak diijabahi —jika Dia menghendaki— karena kehendak doanya tidak membuatnya maslahat. Setiap masing-masing etika ini ada hamparan keleluasaan.
Hamparan pertama, adalah keleluasaan “tahqiq”. Apabila ada sesuatu intuisi (bisikan halus) yang datang kepadamu tanpa tahqiq, lalu engkau dibukakan sifat-sifat-Nya, maka seharusnyalah Anda tetap dengan rahasia batin Anda, dan diharamkan Anda menyaksikan selain Allah Ta’ala.
Hamparan kedua, adalah hamparan keluhuran. Manakala datang intuisi kepadamu, selain keluhuran, dan Anda dibukakan melalui Af’al-Nya, maka luhurkanlah dirimu di sana melalui rahasia batinmu. Anda diharamkan menyaksikan selain Sifat-sifat-Nya, dan Anda sebagai pihak yang menyaksikan dan disaksikan. Pada tahap pertama adalah fana’nya penyaksi, kemudian fana’nya yang disaksikan (Anda sebagai yang disaksikan dalam fana’).
Hamparan ketiga, adalah hamparan tawakal. Apabila datang kepadamu suatu intuisi selain tawakal, saya maksudkan adalah apa yang kami sebut terdahulu, baik Anda senangi atau tidak, dan Anda dibukakan cacat-cacat bisikan, maka duduklah pada hamparan cinta-Nya, sembari bertawakal pada-Nya, ridha terhadap yang tampak pada dirimu berupa dampak dari perbuatan-Nya dalam cahaya tirai-Nya.
Hamparan keempat, adalah hamparan doa. Apabila muncul bisikan intuisi yang lain, lantas Anda dibukakan bentuk kebutuhan (kefakiran) Anda kepada-Nya, maka Allah telah menunjukkan akan Kemahakayaan-Nya. Raihlah kefakiran sebagai hamparan, dan waspadalah untuk tidak jatuh dari derajat ini pada tahap lainnya, dikawatirkan Anda terjerumus dalam makar Allah sementara Anda tidak tahu.
Minimal, bila Anda mengalami kejatuhan dari derajat tersebut, Anda akan kembali pada diri Anda, sebagai pengatur atau pemilih yang menyebabkan Anda memuliakan diri Anda, dan selanjutnya tak ada kondisi ruhani bagi Anda untuk membawanya secara serius dan tekun, baik dalam lahiriyah maupun batin Anda, dengan mengharapkan agar Anda diberi sebagaimana Allah memberinya. Lalu bagaimana Anda bisa menentang-Nya, terhadap hal-hal yang Allah tidak berkehendak memberikan kepadamu.
Maka, dampak paling minimal dalam pintu ini, adalah tuduhan-tuduhan syirik, bahwa Anda telah menang, padahal sebenarnya tidak sama sekali. Apabila Anda memang menang, lakukanlah sekehendakmu, dan Anda tidak akan mampu melakukan menurut kehendakmu selamanya. Ini menunjukkan besarnya ketekunanmu dalam memamahi tindakan-tindakan Allah Swt. Aku tidak akan ikut pada seorang hamba yang bodoh, atau seorang Ulama yang fasik.
Saya tidak tahu, dimana posisi Anda pada dua sifat ini; apakah pada kebodohan atau kefasikan, atau kedua-duanya? Kami mohon perlindungan Allah dari pengabaian jiwa dari mujahadah, dan kosongnya qalbu dari musyahadah. Pengabaian diri akan menolak syariat, dan pengosongan akan menolak tauhid. Sedangkan Sang Hakim telah membawa syariat dan tauhid. Karena itu tempuhlah dengan cara menjauhkan diri dari kontra terhadap Tuhanmu, agar menjadi orang yang bertauhid. Amalkanlah rukun-rukun syariat agar kamu menjadi pelaku Sunnah. Integrasikan keduanya dengan mata hati yang lembut, maka Anda akan meraih hakikat. Sebagaimana firman-Nya: “Atau tidakkah cukup bersama Tuhanmu, bahwa Dia Maha Menyaksikan segalanya?”
Kemudian bila muncul intuisi dalam muraqabahmu yang tidak disahkan oleh syariat atau pun yang disahkan syariat, atas apa yang berlalu dari dirimu, maka lihatlah apa yang diperingatkan dan diwaspadakan kepadamu. Apabila intuisi itu menjadikan Anda ingat kepada Allah, maka adab Anda adalah mentauhidkan-Nya di atas hamparan KeEsaan-Nya. Namun bila Anda tidak demikian, adab Anda adalah melihat adanya limpahan karunia-Nya, yang menempatkan dirimu melalui Kemahalembutan Kasih-Nya. Dan Dia menghiasi dengannya melalui kepatuhan pada-Nya, dengan mencintai-Nya secera khusus di atas hamparan Kasih-Nya.
Apabila Anda turun dari pintu derajat ini, sementara Anda tidak berkenan di sana, maka adabmu adalah memandang keutamaan-Nya, karena Dia telah menutupimu atas tindakan maksiat kepada-Nya, dan tirai itu tidak dibuka untuk makhluk lain. Namun apabila Anda berpaling dari adab ini, dan Anda ingat akan maksiat Anda, sementara Anda tidak diingatkan dengan tiga adab di atas, maka seharusnya Anda beradab dengan doa dalam taubat, atau sepadannya, demi meraih ampunan menurut tindak kejahatan yang anda lakukan, yang merupakan salah satu sisi dari yang dibenci syariat.
Namun apabila yang datang adalah intuisi ketaatan, lalu Anda datang dan mengingat siapa yang memberikan limpahan manfaat kepadamu, maka janganlah matamu memandang sejuk karenanya, tetapi harus mengingat pada Allah Yang memunculkannya. Sebab apabila pandangan mata Anda sejuk tanpa menyertakan-Nya, berarti Anda telah turun dari derajat hakikat.
Apabila Anda tidak berada pada derajat tersebut, hendaknya Anda menempati pada derajat berikutnya. Yaitu Anda menyaksikan akan keagungan keutamaan Allah terhadap diri Anda, karena Anda telah dijadikan sebagai orang yang layak dan pewarisnya berupa rizki kebaikan dari derajat tersebut. Bahkan diantara tanda-tandanya yang menunjukkan atas kebenarannya. Apabila Anda tidak menempatinya dan turun di bawahnya, maka Adab Anda adalah merenungkan secara mendalam pada ketaatan tersebut, benarkah hal itu memang taat yang sebenarnya dan Anda sendiri selamat dari tuntutan-tuntutan di dalamnya? Ataukah sebaliknya, justru Anda tersiksa karenanya? Na’udzubillah! dari segala kebajikan yang kembali pada keburukan. “Dan tampaklah pada mereka dari Allah, apa-apa yang tidak mereka perhitungkan.”
Jika Anda turun dari derajat ini pula kepada derajat lain, maka etika atau adab Anda adalah mencari keselamatan dari derajat tersebut baik melalui kebaikan maupun keburukannya. Seharusnya tujuan Anda yang berangkat dari kebajikan Anda lebih banyak dibanding tujuan dari pelajaran keburukan Anda, apabila Anda masih menginginkan termasuk golongan orang-orang shalih.
Apabila Anda inginkan suatu bagian, sebagaimana yang diberikan kepada wali-wali Allah Swt. Anda harus menolak semua manusia secara total, kecuali pada orang yang menunjukkan kepada Allah melalui petunjuk yang benar dan amal yang kokoh yang tidak kontra dengan Al-Qur’an dan Sunnah.
Berpalinglah dari dunia sepenuhnya, Anda jangan sampai tergolong orang yang ditawari dunia karena tindakan itu. Namun seharusnya Anda menjadi hamba Allah yang diperintah untuk melawan musuhNya. Jika Anda berada pada posisi dua karakter ini: berpaling dari dunia dan zuhud dari manusia, maka tegakkanlah muraqabah (mawas diri untuk fokus kepada Allah, menetapi taubat dengan penjagaan diri, memohon ampunan kepada Allah melalui kepasrahan dan kepatuhan terhadap aturan-aturan secara istiqamah.
Penafsiran empat adab tersebut: Adalah hendaknya anda menjadi hamba Allah, dengan cara:
Mewaspadakan hatimu agar tidak melihat di semesta raya ini sesuatu pun selain Allah Swt. Bila anda merasa meraih ini, akan ada panggilan intusi kebenaran dari Cahaya Kemuliaan, bahwa anda telah buta dari Jalan Benar, karena darimana anda mampu melakukan Muroqobah?
Hendaknya anda mendengarkan firman Allah Swt, “Dan Allah adalah Maha Mengawasi segala sesuatu.” Dengan begitu anda merasa malu atas taubat anda yang anda duga sebagai taqarrub, maka kokohkanlah taubatmu dengan menjaga hatimu. Dan jangan anda pandang bahwa taubat itu muncul darimu, yang membuat dirimu malah keluar dari jalan yang benar.
Bila anda merasa bahwa semua itu datang dari diri anda, maka akan muncul intuisi ruhani yang hakiki memanggilmu dari sisi Allah Ta’ala, “Bukankah taubat itu datang dariNya dan kembali padaNya? Sedangkan kesibukanmu yang menjadi sifatmu, adalah hijabmu atas kehendakmu?” Maka disanalah anda memandang sifat dirimu, lalu anda mohon perlindungan kepada Allah Swt, dari sifat itu. Lantas anda beristighfar dan kembali kepadaNya.
Istighfar itu berarti mencari tutup terhadap sifat-sifat burukmu dengan cara kembali kepada Sifat-sifatNya.
Apabila anda mampu beristighfar dan kembali, akan muncul pula panggilan hakiki seketika, “Tunduklah dengan aturan-aturanKu, dan tinggalkanlah penentangan terhadapKu, teguhlah dengan kehendakKu dengan melawan kehendak dirimu. Karena kehendakmu adalah bentuk pengambil alihan sifat Ketuhanan atas kehambaanmu. Maka jadilah engkau “hamba yang benar-benar dikuasai, tidak meliki kemampuan apa pun.” Sebab jika dirimu merasa mempunyai kemampuan, maka justru akan dibebankan padamu, sedangkan Aku Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Bila anda telah benar dalam pintu ini dan anda disiplin di sana, maka anda meraih kemuliaan rahasia semesta.
(cahaya sufi)
Janganlah
berpaling kepada makhluk
Dunia
itu penutup akhirat dan akhirat penutup orang yang memiliki dunia dan akhirat;
setiap ciptaan menjadi penutup Allah, selagi kau bersanding bersamanya, maka ia
menutupimu. Janganlah berpaling kepada ciptaan atau apapun selain Allah
sehingga memperdekatkan dirimu ke pintu Allah – disertai langakh sirr dan
kesucian zuhud terhadap selain Dia; dengan berani menantang keberadan itu,
memperbesar diri atasnya dan berselisih denegannya sebaliknya beristighosat
kepada-Nya dengan memandang ilmu-Nya. Jika telah nyata nelikaian hati dan
sirri-mu, bahkan bisa masuk, memperdekat dirimu, mempermalukan dirimu,
menguasai hati dan memerintahmu dan menjadi terapi untukmu lalu palingkan dari
ciptaan termasuk dunia, maka perpalingan itu suatu nikmat dalam kebenaran
mereka, dan kau ambil dunia dari tangan mereka lalu memberikan kepada kaum
kafir; itu merupakan ibadah taat dan selamat; siapa mengabil dunia atas dasar
kejernihan ini tidaklah mendatangkan medlarat baginya bahkan memasrahkan dan
menjernihkan diri dari kotoran busuk. Siapa ingin beruntung hendaklah ia
hinakan diri bersama hartanya ke hadirat Allah serta membebaskan hati dari
ciptaan – seperti keluarnya rambut dari tepung atau susu – demikian pula untuk
masalah akhirat dan masalah yang menjurus kepada selain Allah. Jika demikian
ini terjadi maka ketika itu kau diberi setiap sesuatu yang menjadi hak di
hadapannya; engkau makan bagianmu baik berupa dunia dan akhirat serta
melayanimu. Jangan makan dunia yang menjadi bagianmu jika ia duduk dan engkau
berdiri; karena nampan yang disungginya itu melayani siapa pun yang berdiri di
pintunya (dunia). Karena segala yang ada itu tetap di bawah Sang Maha Kaya
yakni Allah Azza wa Jalla.
Ketahuilah
bahwa dunia itu sudah terbagi sejak semula, karena itu tinggalkan pencarian
dunia yang hanya menimbulkan kesusahan. Dan ketahuilah bahwa derajat akhirat
dan nikmat juga sudah terbagi, karena itu tinggalkan pencarian derajat itu atau
usahakan untuk menutupinya. Mereka tidak bekehendak selain kepada Allah semata,
bila engkau masuk surga mata mereka tidak dibukakan sampai melihat Nur Allah;
cintailah penyendirian, hati siapa tidak disendirikan dari makhluk dan
sebab-sebab tidak mungkin mampu bersuluk seperti para Nabi orang-orang benar
(siddiqun) dan sholihin hingga ia berkonaah atas dunia dengan mudah da
menyerahkan ke Penguasaan-Nya. Janganlah engkau berpaling untuk mencari yang
banyak karena hal itu bisa merusak dirimu, pabila engkau menerima kebendaan
yang banyak dari Allah tanpa disertai ihtiar berarti dirimu terpelihara
darinya.
Dari
Hasan al-bashri ia berkata : Tuturilah manusia dengan ilmu dan bicaramu. Wahai
penutur manusia turutilah manusia dengan kejernihan sirr dan ketaqwan hati,
janganlah kau turuti mereka dengan kebaikan sikap amaliahmu beserta keburukan
rahasiamu. Sesungguhnya Allah mencatat hati orang beriman jauh
sebelum dirinya dicipta; ini yag terdahulu, karena itu tidak dibernarkan
berhenti bersama yang terdahulu dan tawakal kepada-Nya. Sebaliknya
dibenarkan dengan cara yag sungguh tekun berpaling dan menghabiskan
kemampuannya untuk bermujahadah untuk mencapai keberhasilan iman dan yaqin
serta berusaha untuk berjalur menepati Allah dan menyelusuri iman, ungkin
dengan cara ini Tuhan bekehendak melimpahkan sesuatu kepada kita tanpa iktisab.
Wahai
Allah limpahkanlah rizki kepada kami dan mauqufkanlah kami serta jauhkan kami
dari dari perkara batu.
Dan
berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, san
selamatkanlah kami dari siksa neraka.
Usir
rasa cinta dunia dari hati
Ada
seorang bertanya : Bagimana aku harus mengusir rasa kecintan dunia dari hatiku?
Beliau (Abdul qadir) menjawab : perhatikanlah kegoncangannaya beserta
tuhan-tuhannya, dan bangunan-bangunannya, bagaimana engkau berhilah kepada
mereka, bertuhan mereka dan surut ke belakangnya, lalu memperlambat mereka dari
satu derajat ke lain derajat hingga kedudukanmu terpandang di mata manusia dan
berlenggang di muka mereka memperlihatkan harta kekayaannya serta
keajaiban-ajaibannya; maka suatu ketika mereka bergelanyut bergembira atas
kedudukannya yang tinggi; kehidupan mereka baik dan pelayanan untuk mereka
sempurna; pabila mereka tercabut terpateri tebenam dan terlempar dari belenggu
ketinggian derajat di atas-atas tempat fital mereka, maka
menyebabkan keterputusan mereka kegoncangannya dan kehancurannya, sedang ia
berhenti sambil menertawakan dirimu dan iblis berada di sisinya tertawa juga
bersamanya.
Nah,
demikian lukisan tindak tanduk sebahagian besar para pemimpin dan orang kaya
sejak masa Adam sampai hari kiamat? Dengan demikian ia terangkat lalu
dijatuhkan, didahulukan lalu dikessampingkan, diperkaya kemudian dipermiskin,
didekatkan lalu dijegal. Keganjilan merak adalah terletak pada manusia yang
menyerahkan dirinya mengalahkan, dan tidak mampu mengalahkannya, menolong dan
menerima keburukannya, yang menerima keburukan di samping takut akan tipu
dayanya.
Peminta,
jika kamu menatap sesuatu dengan mata hatimu sampai batas keburukan dunia tentu
kau mampu mengeluarkan dunia dari hati, tetapi jika keu tetap dunia
hanya mengunakan mata kepala tentu tertipu oleh warn warni yang menghias
keburukannya, sudah barang tentu kau tidak akan pernah mampu mengusir dunia
dari hati dan berzuhud di dunia, padahal dia membunuhmu seperti pra pembunuh;
perangi nafsu sampai tenteram benar, jika kau merasa tenteram niscaya kau akan
mampu melihat aib dunia bahkan mampu menerapkan zuhud di sana. Ketenteramannya
adalah kau mampu menerima bisikan hati, berkait dengan sirr; sedangkan
ketenteraman kedua-duanya terletak menurut perintahnya menahan dunia di samping
berkenaan atas pelimpahan nya dan sabar atas penolakannya (dunia akhirat). Jika
ketenteraman telah tercipta baru kau bisa bersandar pada hati dan
ketenangannya,
Aku
lih(pembenaran) takzib (pembual) di hadapan para ulama dan berdialog bersama
mereka; janganlah saling kontra dengan mereka karena mereka adalah para
penguasa dunia dan akhirat, mereka penguasa yang dekat dengan Allah, maka
mereka pun mampu menguasai segala keberadaan ini selain Dia.
Allah
sungguh memberi kecukupan hati mereka memenuhi dengan kedekatan, berjinak di
samping terpenuhi juga dengan nur dan kemuliaan-Nya; mereka tidak diuji melalui
orang yang berdunia atau orang yang memakannya. Mereka tidak melihat kemuliaan
tetapi melihat akibat atau akhir peristiwanya. Mereka jadikan Allah
sebagai tolok rujuk mata sirr mereka; mereka tidak bersembah karena
takut binasa tidak pula karena harapan agar bisa menguasai keberadaan mereka
kepadanya atau untuk melanggengkan persahabatannya dan bertahluk pada sesuatu
yang tidak mereka ketahui; Dia adalah maha pelaksana atas hal yang dikehendaki;
orang munafik bila bicara suka membual, jika berjanji tidak ditepai dan jika
dipercaya berhianat; siapa terlepas dari sifat ini maka sungguh terlepas dari
sifat munafik.
Nah, ini
sifat pembeda antara mukmin dan munafik, genggamlah pembeda dan cermin ini,
tataplah permukaan hatimu kemudian lihat apakah dirimu mukmin atau munafik;
pentauhid atau pemusyrik, setiap dunia berisi fitnah dan pengridu kecuali dunia
yang terambil dengan niat baik semata untuk tujuan akhirat; bila dirimu telah
berniat dalam pengembaraan di dunia, maka jadilah akhirat sebagai nikmat yang
kosong dari syukur ke hadirat Allah; genggamlah nikmat Allah terdorong oleh
rasa syukur kepada-Nya; syukur kepada Allah adalah proyeksi syukur kepada-Nya.
Syukur
kepaa Allah, ada dua bagian :
Pertama
: Istianah dengan nikmat atas dasar taat dan muwassa’at kepada kaum fakir.
Kedua :
i’tiraf kepada sang pemberi nikmat dan syukur atas turunnya, pemegangannya
adalah Allah.
Sebagaian
ulama berkata : “setiap sesuatu yang membuat kerepotan dari Allah bisa membawa
keuntungan bagimu, dan kalaupun dirimu terepotkan oleh kenangan kepada Dia,
maka bagimu mendapat keuntungan pula. Shlat, puasa, haji dan segala perbuatan
baik maka setiap perbuatan itu membawa keuntungan. Bagaimana kamu berkata :
Allah Maha Besar sedang kamu dusat, betapa banyak tuhan berendam dalam hatimu –
selain Allah – termasuk setiap apa yang kau gantungi keu pertuhankan, setiap
yang kau harapi kau pertuhankan; hatimu tidak sejalan dengan lisan, lakumu tak
sesuai dengan ucapan; betapa tidak memalukan kau berucap Laa Ilaah Illallah,
tapi berribu tuhan masih tersimpan di hati; taubatlah kepada Allah – lekas –
meliputi jiwa dan dari apa pun yanng tersimpan dalam jiwamu.
Wahai
oang yang berilmu sungguh qana’ahmu terletak dalam nama bukan disertai amal,
mana mungkin bisa membawa manfaat bila kau berkata “aku orang alim” sedang kau
tetap dusta; bagaimana kau rela terlantarkan jiwa sendiri sedang kau suruh hal
baik lainnya yang tidak kau laksanakan. Kelakuanmu seperti yang difirmankan
Allah :
“Mengapa
kamu mengucapkan (sesuatu) yang tidak kamu perbuat? (Qs. LXI :2)
Celaka
kau erintah manusia agar berlaku benar sedang dirimu sendiri dista; kau
perintahkan mereka agar bertauhid tapi kau bersyirik; engkau perintah mereka
supaya ikhlas tapi kau sendiri suka beriya dan munafik; kau perintah manusia
agar tinggalkan maksiat, tapi kau justru memupuknya; sungguh telah sirna sifat
malu dari matamu; kendati kau katakan iman, ternyata kau tak punya rasa malu.
Bukankah Nabi bersabda :
“Malu
adalah sebagian dari iman.”
Tiada
iman bagimu, tiada yakin dan amant bagimu, kau sembunyikan ilmu maka amalmu pun
lenyap bahkan kau ditulis oleh Allah sebagai penghianat! Aku tak tahu tentang
terapi mujarab untukmu kecuali takwa dan menetapi taubat; siapa bersih imannya
selamatlah setiap urusannya, kaitannya jangan sampai berlaku syirik dengan
ciptaan, causalita atau bergantung kuat dengannya, jika nyata demikian niscaya
segala tindakan akan selamat dari bencana berlanjut mengoper iman pada yaqin.
Iman kepada Allah, Rasul-Nya dan membenarkan keduanya menjadi landasan dasar
permasalahan ini; Islam kemudian iman lalu bertindak menurut standar Kitab
Allah dan syari’at Rasul-Nya, kemudian menetapkan ikhlas dalam beramal seiring
bersama tauhid qalbi ini adalah satu konsep untuk mencapai iman sempurna; orang
beriman yang kosong dari konsep tersebut, dari amaliahnya atau dari setiap apa
pun kecuali Allah maka pelaksanaan amaliahnya itu terlepas dari dunia; tidaklah
henti-hentinya ia lakukan jihad melawan nafsu beserta segala keberadaan ini –
yang datang dari mereka – di sisi Tuhan Al Haq sampai mendapat petunjuk ke jalan-Nya.
Dia berfirman :
“Dan
orang-orang yang berjihad dalam (urusan) Kami niscaya akan Kami tunjukan mereka
pada jalan Kami.” (Qs. XXIX :69).
Jadilah
kamu orang-orang zuhud dalam hal apa pun, relakan ketentuan Dia yang mengolah
dirimu dalam Kuasa Qadae-Nya, jika kau ikuti dia niscaya teralih pada
kekuasaan-Nya; amat beruntung orang yang tidak bergeming dari qadar Allah, dan
menunggu ketentuan apa yang akan terjadi, beramal dengan ketentuan Allah,
berkemajuan bersama ketentuan Allah dan tidak kafir atas nikmat yang ditentukan
Allah; adapun tanda-tanda nikmat yang ditentukan adalah kedekatan dengan-Nya
dan bekerja bersama-Nya; jika hati seseorang telah terrpagut dengan Tuhan
niscaya ia merasa berkaya (tidak membutuhkan) makhluk lain; bahkan ia
diperdekat, diberi penguasaan oleh Allah. Dia berfirman :
“Sesungguhnya
engkau mulai hari ini mempunyai kedudukan tinggi dan kpercayaan di sisi kami.”
(Qs.XII:54).
Penghibahan
kuasa dalam kerajaannya seperti yang dilakukan penguasa Mesir kepada Yusuf
a.s.; praktis urusan kerajaan berada di tanagnnya, sehingga hal itu mengangkat
Yusuf sebagai orang terpercaya dan penguasa lumbung negara.
Nah,
demikian gambaran hati jika sudah bersih, tampaklah perangai terpuji dan
hatinya suci pula dari selain Allah. Adapun jalur untuk mencapai tujuan ini
melalui ilmu dan amal, karena hanya menggunakan ilmu lahiri saja tidak mungkin
bisa merubah kebatilan, bahkan bisa juga membawa kemalasan tunduk kepada Allah
– yang menyebabkan dirimu diuji dengan siksa. Nabi saw. bersabda :
“Jika
seorang meringkas dalam hal amanat niscaya Allah mengujinya dengan dukacita.”
Firman
Allah : “Allah tidak akan menyiksa kamu jika kamu bersyukur dan berriman.” (Qs.
IV:147).
Celaka,
samapai kapan engkau mempersibuk diri dan oleh keluargamu smpai lupa menyembah
Allah. Ada Ulama berkata : Jika kamu mengajar anakmu maka sertakan niat dan
sibukkan ia bersama Allah. Artinya jika kamu tahu bahwa niat itu bisa membuat
kebaikan sesuatu dan berharga tinggi; ajarilah anakmu ilmu cipta dan akhiri
dengan ilmu yag menjurus ibadah kepada Allah, karena keluarga dan anak itu
tidak membawa pengaruh apa pun bagimu dari ketentuan Dia; tradisikan dirimu,
keluarga serta anakmu untuk berqana’ah dan usaikan agar mereka terbawa oleh
ta’at kepada Allah.
Engkau
jangan mencari kaya melalui agama Allah, riya’ dengan agama-Nya dan berrmunafiq
atas nama agama Dia – sebagaimana perlakuan orang-orang munafiq; riya, munafiq,
dan maksiat menjadi sebab fakir, hina dan jauh dari pintu Allah; orang munafiq
lagi riya’ itu bisa saja mencari dunia dengan kedok agama, bersikap seperti
orang shalih, padahal ia tak punya kepandaian tentang hal itu; ia bicara
seperti orang shalih, berbusana seperti mereka tapi ia tadak beramal seperti
amalan mereka; ia mengaku anak turun mereka padahal nasabnya bukan dari mereka.
Wahai
para dusta, berlaku bernarlah, wahai penjauh dari Tuhan kembalilah, tujulah
pintu Allah dengan sepenuh hati; rujuklah dengan-Nya, takutlah kepada-Nya dalam
keadaan iman ambillah dunia menurut syara’; dan untuk tingakt walayah ambillah
melalui kuasa Allah beserta penyaksian ata skeduanya yakni penyaksian Kitab dan
Sunnah.
Wahai
sahay, betapa tangismu memalukan atas dirimu, karenanya engkau mengharamkan
kebenaran dan taufiq, alangkah memalukan, hari ini kau tunduk kepada Allah esok
hari telah maksiat kembali; hari ini kau ikhlas hari esok telah bersyirik, Nabi
Muhammad saw. bersabda :
“Barangsiapa
hari-harinya sama berarti ia tertipu, dan barangsiapa hari kemarinnya lebih
baik daripada harinya (hari ini) berarti ia tertutup dari rahmat”
Anak-anak
muridku, bermujahadahlah, mohonlah pertolongan dari Tuhan, kau kan
terombang-ambing dalam gelombang ssamudera mengangkat lalu melemparmu ke
pantai; doa harus kau tinggikan untuk mencari keterkabulan; mujahadah darimu
dan taufiq dari-Nya; luruskan pencarianmu niscaya kau lihat pintu memperdekat
dirimu dengan-Nya; kau harap rahmat-Nya mengalir untukmu kelembutan, kemuliaan
dan cinta-Nya tersebar padamu; demikianlah tujuan yang dikehendaki manusia
normal.
Wahai
penghamba nafsu, hawa dan setan, di sisiku tiada sesuatu pun kecuali kebenaran
mutlak, hati dalam hati, jernih dalam jernih, pemutus dan penyambung, yaitu
pemutus selain Allah dan penyambung dengan-Nya, aku tidak akan mengharap
kegilaanmu; wahai orang munafiq, wahai para pendusta; tidak; sekali-kali aku tidak
malu dihadapanmu mengatakan itu; bagaimana aku malu sedang kau tidak pernah
malu kepada Tuhan dan merendah diri dari padangan-Nya; penyebab utama setiap
perbuatan kafir dan munafik adalah sikap pembual yang tidak diikuti taubat atau
tidak segera kembali kepada Allah berlandas taubat secara total serta takut
kepada-Nya.
Ada
Ulama’ berkata bahwa : Benar itu pedang Allah di bumi-Nya, tiada sesuatu
diletakkan di atasnya kecuali terpotong. Kemarilah karena aku membawa nasihat
untukmu, aku ingin meluruskan dirimu; kendati bagimu aku mati tapi sebenarnya
aku tetap hidup bersama Allah; siapa membenarkan daku dalam pergaulan tentu
memperoleh manfaat dan beruntung; siapa mendustakan dan membohongi persahabatan
denganku ditolak dan tersiksa di dunia akhirat.
Kata
Malik bin Dinar kepada muridnya : Jika kamu ingin mengenal Allah, maka relakan
pengolahan dan taqdir-Nya, dan kamu jangan menghidupkan nafsu, hawa, tabiat dan
kehendak untuk menserikatkan-Nya.
Wahai
manusia dalam masa dekat kau akan mati; ratapilah jiwamu sebelum diratapi
orang; sungguh kamu menyimpan dosa-dosa membayang di atas siksa yang
menghinakan; hatimu terlalu menderita karena cinta dunia atau loba padanya.
Tinggalkan pencarian yang menganiayamu; terimalah apa pun yang mempercukup
ddiriu; akal tidak mungkin pernah gembira dengan sesuatu yang didapat; halalnya
dihisab dan haramnya disiksa; tapi sebagian besar manusia telah lupa siksa dan
hisab.
Wahai
sahay, jika dunia datanng di hadapanmu sedang hatimu melihatnya tidak tenteram
lepaskan ia’ tapi jangan kau ratapi penuh keberatan hati; ikutilah kendali hati
sehingga hatimu tetap menempatkan pengajaran bijak yang mengamalkan hukum-hukum
Allah lalu mengajarmu dan menasehatimu. Wahai penjual sesuatu tanpa sesuatu dan
membeli seuatu tanpa sesuatu, sungguh kamu pembeli dunia dengan akhirat dan
menjual akhirat dengan dunia ternyata kamu dalam puncak kefusian (bingung)
kebinasaan dan ketololan yang amat; tampak makanmu laksana binatang bila sedang
makan, tanpa memilah-milah, tanpa perhitungan dan tanpa tanya, tanpa niat,
tanpa perkara, tanpa kerja, orang beriman sesungguhnya hanya makan sesuatu yang
diperbolehkan syara’; bagi para wali makannya diperintah dan dilarang; mereka
berbuar begitu dari sudut hati; adapun Badal tidak mengambil kepentingan dengan
sesuatu sebliknya ia berbuat sesuatu itu dalam ketiadaannya bersama Allah. Dari
sini bisa difahami jika wali itu tetap tegar bersama ketentuan-ketentuan yang
berrlaku, sedang badal masih diselimuti oleh rasa ikhtiar, tetapi setiap
perbuatan itu selalu disertai landasan hukum syara’ lalu menarik dalam samudera
qudrah, gelombangnya sesekali meninggi di lain waktu tenang, sesekali pasang ke
pantai di lain waktu surut ke tengah-tengah gelombang; jadi ia seperti Ashabul
Kahfi, sebagaimana disinyalir Allah :
“Dan kami
balikan mereka ke sebelah kanan dan ke sebelah kiri.” (Qs.XVIII:18).
Tidak
ada akal bagi mereka angn-angan dan perasaan; mereka berada dalam tempat
kelembutan dan kedekatan yang memejamkan mata, baik lahiri atau batini. Nah,
inilah gambaran orang terdekat memejamkan mata hatinya kepada selain Allah,
maka ia tidak melihat apa pun kecuali Tuhan, tidak bisa mendengar kecuali
melalui-Nya; wahai Allah fana’kanlah kami kecuali untuk-Mu dan temukanlah kami
dengan-Mu.
Dan
berikanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia dan kehidupan yang baik di
akhirat, dan perihalah kami dari siksa neraka.
Janganlah menyukutan Allah baik dalam angan-angan
Janganlah menyukutan Allah baik dalam berangan-angan
pengertian dengan nafsu, hawa dan tabiatmu, takutlah Dia pasang dalam jiwa.
Ada Ulama berkata : “Iktuilah Allah berkait dengan
ciptaan dan jangan ikuti mereka untuk-Nya; patahkan orang yang mematahkan,
sombongi orang yang sombong diri, belajarlah untuk menyesuaikan dengan Allah
melalui orang yang shalih yang dilimpahkan taufik, ilmu itu dijadikan agar
diamalkan tidak hanya untuk dipelihara secara tersendiri; belajarlah dan
beramallah lalu kenali orang lain; jika kamu berilmu kemudian rela beramal,
maka ilmu itu terucap darimu jika kamu diam bicaralah dengan lisan yang dihiasi
amal – perbanyak – daripada yang kamu bicarakan dengan lisan ilmu. Karena itu
ada Ulama berkata : “Ilmu yang tidak bermanfaat, maka tidak bermanfaat pula
tuturnya. Orang beramal dengan ilmu akan mendapat manfaat dengan ilmu tersebut,
baik untuk diri sendiri atau orang lain; karena itu Allah menjadikan tutur
kataku menurut kehendak-Nya atas dasar kemampuan situasi yang melingkupi
diriku; jika tidak, niscaya antara daku dan kamu terjadi permusuhan; tujuanku
padamu percuma sedang tiaa sesuatu bagiku dan tiada bagiku sesuatu; kalaupun
ada sesuatu untukku tentu kamu menolaknya; tiada apa pun di antara aku dan kamu
selain nasihat yang kuterima dari Allah untukmu, bukan untukku, terimalah
ketentuan Allah, jika tidak tentu mematahkan dirimu; berjalanlah bersamanya menurut
dasar usaha, jika tidak niscaya memberangusmu; jadilah orang yang bertabaruk di
hadapan-Nya sampai kamu mendapat rakhmat dan menyatu di belakang-Nya.
Wahai manusia, atas kemampuan himahmu yang harus kau
berikan – jauhilah selain Allah sepenuh hati, hingga memperekatmu dengan-Nya;
padamkan nafsumu dan dari makhluk; sungguh hijab telah terangkat antaramu dan
Tuhan-mu. Ditanyakan : bagaimana cara memadamkan? Jawabnya : padamkan jiwamu
yang mengikuti nafsu, hawa, tabiat, makhluk dan seebabsebab yang berlingkar
atas mereka, tinggalkan syirik dan tinggalkan mencari keberadaan ini selaina
Allah.
Jadilah seluruh amalmu karena Allah semata jangan
untuk mencari nikmat-Nya – dengan ketentuan dan perbuatan-Nya; sebab kau
lakukan ini berarti kehendakmu telah mati sebaliknya bercinta Dia.
Wahai orang jahil (tidak mengenal) Allah dan para
khawash-Nya, kamu tidak merasakan makanan ghoyah mereka, karena hal itu racun
pembunuh; peliharalah jiwa ragamu jangan sampai berpaling kepada mereka dengan
membawa keburukan; karena mereka terperdaya oleh mereka; wahai orang munafiq
sungguh di hatimu tumbuh bintik-bintik nifaq menjalar sampai menguasai lahir
dan batin-mu; amalkan tauhid, ikhlas dalam segala aktivitas niscaya keraguan
yang mengitarimu lenyap; alangkah banyak huku syara’ yang kau bakar lalu
mengoyak busana ketaqwaanmu yang kuat, melobangi busana tauhid, memadamkan
cahaya iman dan membenci Tuhanmu dalam segala situasi dan kondisi. Jika
seseorang di antaramu mendapat untung dan melaksanakan taat, bisa dimengerti ia
terlingkupi busana ujub, ingin dilihat orang atau mencari pujian dari mereka.
Siapa di antaramu ingin bersembah diri kepada Allah
hendaklah beruzlah dari ciptaan, karena pandangan mereka terhadap amal bisa
membatalkan rencana itu. Nabi saw. bersabda :
”Peliharalah uzlah, sesungguhnya uzlah itu termasuk
ibadah, dan sesungguhnya perbuatan itu (uzlah) merupakan laku orang-orang
shalih sebelum kamu.”
Peliharalah iman, yakni, fana’ dan exsistensi Allah –
bukan dirimu atau yang lain – beserta menjaga hukum-hukum-Nya dengan mendapat
kerelaan Rasulullah saw. kerelaan orang yang memahami, orang yang mendengar dan
membaca; tidak ada kemuliaan bagi orang berkata selain ini; inilah
yang tersurat dalam mushaf di lauh makhfudz sebagaimana dikalamkan Allah yang
yang tampak dalam kekuasaan-Nya dan yang tampak di hadapan kita. Jagalah Allah
jangan sampai terputus dari-Nya dan bergantung kepada-Nya; karena hanya Dia-lah
pelimpah kecukupan dunia akhirat; jagalah penjaga hidup dan mati dan pelihara
dirimu dalam berbagai kondisi; peliharalah kehidupan ini agar tetap putih,
layani Dia sampai kau dilayani; genggamlah sekuat hati sewajarnyalah di hadapan
Tuhan sambil beramal tentu sayap hatimu merekah lalu terbang menuju Allah.
Wahai kaum sufi -- terapkan tasauf dalam
sirr, dalam hati, kemudain dalam jiwa dan untuk tubuhmu; bidayah zuhud dari
sana membentuk dirimu – bukan dari lahir ke batin; apabila sirr telah
jernih maka kejernihan itu berputar menuju hati; jiwa, anggota tubuh, makanan,
minuman dan keseluruhan tingkah laku; untuk pertama kali sesuatu menyelimutimu
dalam rumah adalah bila telah sempurna bangunannya lalu kterkeluarkan ke
bangunan pintu;sudah menjadi hukum tiada lahir tanpa batin; tiada cipta tanpa
pencipta; tiada pintu tanpa rumah; tiada kunci pada yang hancur; ada panggilan
: wahai dunia dan akhirat; wahai cipta tanpa pencipta. Terhadap
segala apa –pun yang dirimu berada di dalamnya tidak membawa manfaat
untukmu di hari kiamat, bahkan bisa membawa sengsara atasmu. Inilah kehidupan
yang seiring denganmu dan yang melingkupi keberadaan ini; di sana tempat
hidupmu untuk beriya’, bermunafiq dan bermaksiat, dus segala sesuatu yang tidak
laku di pasar akhirat.
Luruskan Islam bagi kau perolehnya; Islam itu Musytaq
dari Istaslama, Jika takdir kamu serahkan kepada Allah serahkan pula jiwamu
luruskan kepada-Nya, lupakan apa yang mengitari dan ketakutanmu termasuk dunia,
nafkahkan untuk mencapai tunduk kepada Allah; amalkan dengan taat, serahkan
dunia dan lupakan ia, karena setiap perbuatanmu cenderung terhenti, setiap amal
yang tidak dibarengi ikhlas, maka ia seperti kulit tanpa akal, laksana jasad
tanpa ruh, laksana gambar tanpa arti, nah demikian ilustrasi amaliah orang
munafiq.
Anak-anak muridku, seluruh makhluk ini
kedudukannya hanya sebagai alat, tidak lebih dari itu; Allah-lah Sang Pencipta
yang mengaturnya; siapa memahami ini akan memeproleh perekat dengan alat dan
mengetahui dzat pengatur di sana. Berhenti bersama ciptaan amat di benci dan
berhenti bersama Allah tercinta juga sebagai kebaikan dan nikmat tersendiri; rupanya
kamu orang yang terputus dari kebesaran orng pendahulumu; sebenarnya kamu
berqana’ah tapi kamu tidak mengangkat guru yang bisa menjelaskan dan menuntun
adatmu. Wahai orang terputus dari kebenaran; wahai orang yang dipermainkan
setan, manusia dan jin, wahai penyembah nafsu, hawa dan tabiat.
Celaka kamu membisu tak sudi mohon pertolongan Allah;
kembalilah kepada-Nya dengan langkah yang bisa dirasa dan penuh kekuatan,
sehingga kamu , memperoleh apa yang ada di tangan musuhmu dan selamat dari
benturan gelombang samudera kehancuran; berpikirlah tentang akibat ini; apakah
kamu termasuk mereka yang ada di dalam; sungguh teramat mudah kau meninggalkan
Dia; rupanya kamu tertutup batang kelalaian; keluarlah dari bayangannya niscaya
kamu melihat sinar mentari dan jalan lurus membentang; pohon kelupaan
terpelihara oleh air kebodohan..dan batang jaga dan ma’rifat tepelihara oleh
air fikir; adapun pohon taubat terjaga oleh air sesal; dan pohon cinta terjaga
oleh air persesuaian.
Anak-anak muridku, sungguh keberadaanmu terletak di
antara kendala sedang saat itu dirimu masih kanak-kanak atau masih muda; sampai
kini; ketika telah beranjak mencapai usia ke 40 tahun atau lebih saat itu kamu
suka bermain-main seperti anak kecil; takutlah pembauran sifat bodoh dan
kholwat (pacaran) sebaliknya bergaulah dengan guru-guru yang bertakwa; jauhilah
anak-anak muda yang bodoh; berdirilah lurus dengan ulama; siapa datang keapdamu
jadilah ia seperti dokter mereka; jadilah kamu untuk manusia seperti saudara
sekandung, perbanyaklah takut kepada Allah, karena mentaati-Nya itu termsuk
dzikir. Sabda Nabi saw. :
“Barangsiapa taat kepada Allah berarti telah
mengenang-Nya kendati sedikit shalatnya, puasanya dan bacaannya pada Al-Qur’an,
dan barang siapa bermaksiat kepada Allah berarti telah melupakan-Nya, kendati
shalat banyak shalatnya, puasanya dan bacaannya pada Al-Qur’an.”
Orang beriman itu harus selalu taat kepada Allah,
bersesuaian dengan-Nya, sbar dan berhenti kala mendapat untung; menyandarkan
ucapannya, makanan, pakaian, dan segala apa pun yag terpercik dari-Nya. Tapi
orang munafiq itu tidak ambil peduli ketentuan-ketentuan ini – dalam segala
kondisi mereka :
Anak-anak muridku bila kamu cinta Allah atau mencintai
yang lain itu jangan kamu satukan (padukan) dalam satu hati :
Firman Allah :
“Allah tidak menjadikan seseorang mempunyai
dua hati dalam dadanya.” (Qs. XXXIII:4).
Dunia akhirat tidak bisa dipadukan; pencipta dan
ciptaan tidak bisa disatuka; tinggalkan sesuatu apa pun yang fana’ sehingga
memeproleh sesuatu yang tidak fana’; rendahkan diri dan hartamu hingga
memperoleh surga. Firman Allah :
“Sesungguhnya Allah telah membeli diri dan harta
orang-orang yang beriman dengan memberikan surga untuk mereka.” (Qs.IX:111).
Rendahkan hatimu berzuhud terhadap apa saja selain
Allah sampai kau peroleh kedekatan Allah dan persambungan di dunia dan akhirat.
Wahai pecinta Allah, perbaguslah dirimu bersama
ketentuan-Nya sekiranya baik dan sucikan hatimu yang menjadi pusat perekat
dengan Allah; bersimpuhlah di pintu-Nya dengan pedang tauhid, ikhlas, shodiq
dan janganlah kau buka untuk seseorang pun selian Dia; janganlah kau persibuk
pos-pos hatimu selain untuk-Nya :
“Tidak akan sampai daging dan darahnya kepada Allah
hanya yang sampai kepada Allah ialah taqwa darimu.” (Qs. XXII:37).
Wahai bani Adam, apa pun yang ada di dunia dan akhirat
adalah ciptaan, maka ke mana arah syukurmu dan ke mana arah takwamu, ke mana
arah isyarahmu dan pelayananmu; janganlah melemah dan janganlah beramal dengan
amalan yang tidak disertai ruh, karena amal yang disertai ruh itu bisa
menimbulkan ikhlas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar