“Ada cahaya yang menyingkap jejak-jejak-Nya dan ada cahaya yang
menyingkap sifat-sifat-Nya.”
—Syekh Ibnu Atha’illah dalam kitab Al-Hikam.
Syekh Abdullah Asy-Syarqawi menjelaskan bahwa ada cahaya yang
menyingkap keadaan makhluk-makhluk sehingga ia menyinari ahwal (keadaan
spiritual) para hamba dan menyinari yang ada di atas bumi dan di bawah langit.
Ini disebut dengan kasyaf shuwari (pengungkapan bentuk). Kasyaf ini tidak
dipedulikan oleh para muhaqqiq (para ahli hakikat).
Ada pula cahaya yang menyingkap sifat-sifat Allah dan
keindahan-Nya. Cahaya ini tak akan terlihat, kecuali para orang-orang yang
darinya tampak sifat-sifat Allah. Ini disebut dengan kasyaf maknawi
(pengungkapan immateril). Kasyaf inilah yang dicari oleh para muhaqqiq.
Syekh Ibnu Atha’illah tidak mengatakan, “Ada cahaya menyingkap
dzat-Nya,” karena penampakkan dzat Allah yang murni dan bersih dari sifat-sifat
masih menjadi perdebatan di kalangan mereka. Sebagian dari mereka menafikan.
Sebagian yang lain membenarkan kemungkinannya.
Syekh Muhyiddin Ibn Arabi menyebut penampakkan dzat Allah yang
murni ini dengan bawariq (kilat), karena ia datang dan hilang dengan cepat, dan
manusia tidak sanggup menerimanya dalam waktu lama.”
Syekh Ibnu Atha’illah dalam kitab Al-Hikam mengatakan: “Boleh
jadi kalbu terhenti pada cahaya-cahaya, sebagaimana terhijabnya kalbu oleh
gelapnya bayang-bayang ciptaan.”
Menurut Syekh Abdullah Asy-Syarqawi, boleh jadi kalbu kita
tertutup oleh cahaya-cahaya dan terhenti dari perjalanannya menuju Allah,
sebagimana jiwa tertutup oleh tebalnya ciptaan, syahwat, dan kenikmatan
sehingga terhalang dari Allah SWT.
Hijab yang menghalangi dari Allah itu ada dua macam:
Pertama, hijab yang bersumber dari cahaya, yakni ilmu dan
pengetahuan. Jika hati terhenti padanya, maka ia akan merasa cukup dengannya
dan menjadikannya sebagai tujuan dan maksud. Kedua, hijab yang bersumber dari
kegelapan, yakni nafsu syahwat dan kebiasaanya. Ia digambarkan dengan ketebalan
dan kegelapan, karena tidak dapat dihilangkan, kecuali dengan perjuangan dan
penderitaan.”
--Syekh Ibnu Atha’illah dalam kitab Al-Hikam, dengan syarah oleh
Syekh Abdullah Asy-Syarqawi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar