Imam Al-Ghazali mengatakan:
"Cinta adalah benih kebahagiaan. Cinta kepada Allah dapat ditumbuhkan dan
dikembangkan melalui ibadah. Ibadah dan dzikir yang terus menerus akan
mencerminkan tingkat pengendalian dan pengekangan nafsu badan.
Ini tidak berarti ia harus memusnahkan seluruh nafsu badan, karena jika begitu
maka ras manusia akan musnah. Namun, pemuas hasrat tubuh itu harus dibatasi
secara ketat.
Dan, karena manusia bukanlah
hakim yang terbaik untuk menghukum diri sendiri, maka ia harus
mengkonsultasikan penetapan batasan-batasan itu kepada pembimbing ruhani, yakni
para nabi. Hukum yang mereka tetapkan berdasarkan wahyu Allah yang harus
ditaati. Orang yang melanggar berarti telah menganiaya dirinya sendiri.
Banyak orang mengaku
mencintai Allah, tetapi kecintaannya sama sekali tak teruji. Untuk menguji rasa
cintamu, perhatikanlah kemana kau akan condong ketika perintah-perintah Allah
datang bertolak-belakang dengan hasrat keduniawianmu?
Orang yang mengaku
mencintai Allah, namun tetap membangkang kepada-Nya, berarti pengakuannya itu
dusta belaka."
---Imam Al-Ghazali,
kitab Kimiya As-Sa'adah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar