Menurut Imam Al-Ghazali, jiwa manusia tak bergantung kepada
jasad. Pandangan sebagian orang yang menentang keberadaan jiwa setelah kematian
didasarkan atas dugaan bahwa jiwa harus dibangkitkan setelah jasadnya menyatu
dengan tanah. Sebagian Ahli Kalam juga berpendapat bahwa jiwa manusia musnah
setelah mati, kemudian dibangkitkan kembali. Padahal, pendapat semacam ini
bertentangan dengan nalar dan Al-Quran.
Seperti yang dibahas sebelumnya,
kematian jasad sama sekali tidak mempengaruhi dan tidak menghancurkan jiwa,
seperti disebut dalam Al-Quran, “Janganlah kamu pikir orang yang terbunuh di
jalan Allah itu mati. Tidak! Mereka hidup, bahagia dengan kehadiran Tuhan
mereka dan dalam limpahan karunia.”
Tak sedikit pun rujukan syariat yang menyebutkan bahwa ruh orang
yang telah mati, baik ataupun jahat, akan musnah.
Bahkan, diriwayatkan dalam hadis, Nabi SAW pernah bertanya
kepada ruh orang yang kafir yang terbunuh mengenai kebenaran hukuman yang
diancamkan kepada mereka.
Ketika para sahabat menanyakan apa gunanya bertanya kepada
mereka, Rasulullah bersabda, “Mereka bisa mendengar kata-kataku lebih baik
daripada kalian!”
Diriwayatkan pula bahwa beberapa sufi pernah melihat surga dan
neraka ketika mereka mencapai eksatase. Ketika kembali sadar, wajah mereka
menunjukkan apa yang telah mereka saksikan; sarat dengan tanda-tanda
kebahagiaan dan ketakutan yang hebat. Namun, visi (penglihatan) ke dunia gaib
ini tak lagi dibutuhkan bagi orang-orang yang berpikir. Bagi orang yang selalu
menyibukkan dirinya untuk memuaskan hawa nafsu, saat kematian menghentikan
seluruh perangkat indrawinya dan ketika segalanya musnah kecuali
kepribadiaanya, ia akan menderita karena harus berpisah dengan segala bentuk
keduniawia yang begitu dekat dengannya selama ini, seperti: istri, anak, kekayaan,
tanah dan harta kekayaan lainnya.
Sedangkan orang yang telah menghindari keduniawian dan
meneguhkan cinta kepada Allah, niscaya akan menyambut kematian sebagai
pelepasan dari kericuan hidup duniawi untuk bergabung dengan Dia yang
dicintainya. Maka, benarllah jika Rasulullah SAW bersabda, “Kematian adalah
jembatan yang menyatukan sahabat dengan sahabat.”
Dalam hadis yang lain, Rasululllah SAW bersabda, “Dunia ini
surga bagi orang kafir dan penjara bagi orang yang mukmin.” Lalu, pada saat
yang sama, semua derita yang ditangung jiwa setelah mati sebenarnya disebabkan
oleh cinta dunia yang berlebihan.”
---Imam Al-Ghazali dalam Kimiya As-Sa’adah---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar