Dalam kitab Al-Bidâyah, Ibnu Katsir bercerita bahwa Umar bin Abdul Azis melewati kuburan seraya berkata, "Wahai maut, apa yang engkau lakukan pada orang-orang yang aku cintai? Di mana engkau sembunyikan orang-orang yang aku sayangi, saudara, teman, serta kerabatku? Wahai maut, apa yang telah engkau perbuat terhadap mereka?"
Saat itu, suasana sangat hening, karena tak ada yang menjawab
ratapannya. "Tahukah kalian apa yang dikatakan maut?" tanya Umar pada
kesempatan lain sambil menangis. "Tidak!" jawab orang-orang
disekitarnya. "Maut berkata, 'Aku lumat kedua mata, butakan pandangan, aku
lepas kedua telapak dari hasta, aku tarik kedua hasta dari pangkal lengan, dan
aku pisahkan kedua pangkal lengan dari pundak."
Bagi orang yang beriman, kematian tidaklah menyurutkan
langkahnya untuk terus-menerus mengingat Allah. Mereka tidak akan lari darinya,
tapi mereka justru menyiapkan dirinya dengan bekal keimanan dan baju ketakwaan
saat menghadapi Malaikat Maut.
Mereka hampir tak pernah melalaikan maut, karena fase itu
merupakan fase yang harus dilalui oleh setiap insan dan pasti akan menimpa
setiap mahluk-Nya, sebagiamana firman-Nya: "Tiap-tiap (yang berjiwa) pasti
akan merasakan mati. Sesungguhnya kamu akan diberi pahala yang sempurna pada
Hari Kiamat. Siapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga
sungguh ia sangat beruntung. Dan kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan yang
menipu," (QS Ali-'Imran [3]: 185).
Salah satu cara mengingat kematian adalah melakukan ziarah
kubur. Dulu memang Rasulullah SAW pernah melarang umatnya melakukan ziarah
kubur, namun kemudian larangan itu dicabut.
Rasulullah SAW bersabda, "Dahulu aku melarang kalian ziarah
ke kuburan. Sekarang, silahkan kalian melakukannya! Sebab, hal itu dapat
mengingatkan kalian pada kematian," (Al-Hadis).
Ibnu Umar r.a. menuturkan, “Saya pernah menemui Rasulullah Saw.
yang sedang dikelilingi sekelompok orang. Seseorang dari kaum Anshar bertanya,
'Siapakah orang yang paling bijak dan paling mulia, ya Rasulullah?' Rasulullah
Saw. menjawab, ”Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling tekun
melakukan persiapan untuk Akhirat. Mereka itulah orang yang bijak yang
memperoleh kemuliaan dunia dan keagungan Akhirat.”
Cara serupa juga sering kali dilakukan oleh Sayidina Usman bin
Affan r.a. Adalah Hani’, salah seorang hamba sahaya beliau bercerita, bahwa
Usman sering berdiri seorang diri di atas kuburan sambil menangis sehingga air
matanya membasahi jenggotnya.
Lalu seseorang bertanya kepadanya, “Ketika ingat surga dan
neraka engkau tidak menangis, tetapi ketika ingat kuburan engkau menangis.”
Usman ra mengatakan, “Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda, ‘Kuburan merupakan salah satu tempat tinggal Akhirat yang pertama. Jika selamat darinya, maka setelahnya akan lebih mudah darinya. Tetapi jika tidak selamat darinya, maka setelahnya akan lebih parah dan pedih darinya.”
Usman ra mengatakan, “Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda, ‘Kuburan merupakan salah satu tempat tinggal Akhirat yang pertama. Jika selamat darinya, maka setelahnya akan lebih mudah darinya. Tetapi jika tidak selamat darinya, maka setelahnya akan lebih parah dan pedih darinya.”
---Dikutip dari buku Sebening Mata Hati karya Asfa
Davy Bya, Hikmah, Mizan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar