Ad-Dahhak meriwayatkan, "Suatu ketika seseorang bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling zuhud?" Beliau menjawab, "Orang yang tidak melupakan kuburan dan kerusakan jasad, meninggalkan perhiasan dunia yang berlebihan, lebih memilih hal yang kekal daripada yang fana, tidak menganggap esok hari sebagai miliknya, dan menganggap dirinya termasuk ahli kubur." (Kitab Az-Zuhud, Imam Ibn Hanbal)
Sayyidina Ali r.a. ditanya seseorang, mengapa dia tinggal di dekat kuburan, lalu dia menjawab,"Aku mendapati mereka (ahli kubur) sebagai tetangga yang paling baik. Sesungguhnya kudapati mereka sebagai tetangga yang jujur, yang menahan lidah mereka dan menyampaikan peringatan tentang akhirat."
Rasulullah SAW bersabda, "Tak pernah aku melihat pemandangan yang lebih menakutkan daripada kuburan." (HR At-Tirmudzi dan Ibn Majah)
Umar bin Khattab r.a. menuturkan, "Suatu ketika kami pergi ke pekuburan bersama Rasulullah SAW. Aku berada paling dekat dengannya. Beliau duduk di dekat sebuah kuburan dan menangis. Aku menangis melihatnya, demikian juga krang yang lain.
"Mengapa kalian menangis?" tanya Rasul.
"Kami menangis karena kau menangis," jawab kami.
Beliau lalu menjawab, "Ini adalah kuburan ibuku, Aminah binti Wahab. Aku meminta izin kepada Rabbku untuk mengunjunginya dan Dia mengizinkan aku. Lalu, aku meminta izin-Nya untuk memohonkan ampunan untuknya, tetapi Dia menolak permintaanku. Maka, aku merasakan derita kesedihan seorang anak."(HR Muslim dan Al-Hakim)
Ketika berhenti di dekat sebuah kuburan, Usman bin Affan r.a. biasa menangis sampai janggutnya basah. Dia ditanya tentang hal ini, "Mengapa kau tak menangis ketika menyebut surga dan neraka, tetapi kau menangis ketika berhenti dekat kuburan?"
Dia menjawab, "Suatu ketika aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda,'Sesungguhnya kuburan adalah tahap pertama akhirat. Jika penghuninya selamat darinya, maka yang datang sesudahnya akan lebih mudah. Tetapi, jika dia tisak selamat darinya, maka yang datang sesudahnya akan lebih sukar." (HR At-Tirmidzi dan Ibn Majah)
--Imam Al-Ghazali, Dzikr Maut wa Ma Ba'dahu, kitab Ihya Ulumuddin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar