Menurut Syekh Abu Hasan Asy-Syadzili, jika Allah hendak memuliakan seorang
hamba dalam gerakan dan diamnya sekalipun, maka Allah akan angkat dia menjadi
orang yang suka beribadah kepada-Nya. Allah tutup dari kepuasan dirinya
sendiri, Dia jadikan hamba itu asyik di dalam ibadahnya, kepuasan dirinya
tertutup kecuali sebatas dan secukupnya saja untuk dirinya, bahkan sang hamba
tidak akan melirik kepuasan dirinya seolah ia sibuk dalam keterasingan.
Jika Allah hendak menghinakan seorang hamba dalam
gerak dan diamnya maka Allah luapkan kepuasan dirinya, Dia tutup pintu
ibadahnya sehingga asyik di dalam syahwatnya, sedankan ibadahnya kepada Allah
menjadi sesuatu yang asing, meskipun secara lahiriah sang hamba terlihat
mengerjakannya.
Ibadah adalah menjalankan perintah dan menjauhi
larangan, menolak syahwat dan kehendak, maka barang siapa mampu mencapai
derajat kesucian kalbu dari setan, hawa nafsu dan dunia, lalu lalu diiringi
dengan banyak ingat untuk beribadah kepada Allah, maka dia telah meraih
kebaikan seluruhnya.”
Hamba yang dimuliakan Allah dengan ibadah mendorong
hamba untuk menjalankan ketaatan tepat pada waktunya. Hal itu karena, setiap
waktu ada nilai ibadah yang harus engkau penuhi dengan mengikuti ketentuan
rububiyah. Maka tidak boleh ketaatan itu terlambat dijalankan sebagaimana
ketaatan yang dijalankan untuk mengganti ketaatan yang hilang.
Faedah ketaatan dan menjaga kelanggengannya tidak lagi
dapat dipungkiri. Pernah suatu ketika Abul Hasan asy-Syadzili ditanya, “Apa
yang engkau dapat petik dari ketaatanmu dan apa yang engkau dapat petik dari
kemaksiatanmu?” Maka Abul Hasan asy-Syadzili menjawab, “Dari ketaatan aku
memetik ilmu yang bertambah, cahaya Ilahi yang terang dan mahabbah. Sedangkan dari
kemaksiatan aku memetik kegundahan, kesedihan, takut dan harapan semu.”
--Al-Madrasah Asy-Syadziliyah Al-Haditsah wa Imamuha
Syekh Abu Hasan Asy-Syadzili, karya Syekh Abdul Halim Mahmud
Tidak ada komentar:
Posting Komentar