Sebagai hamba kita memang diperintahkan oleh Allah untuk bekerja dan berusaha.
Ini adalah bagian dari ibadah yang harus dikerjakan seorang Muslim. Lalu, Allah
SWT melalui Rasulullah SAW meletakkan dasar-dasar muamalat dalam Islam sebagai
panduan. Meskipun begitu, Allah juga memerintahkan untuk bertawakal,
menyerahkan kebergantungan hati kita kepada Sang Maha Pemberi Rezeki: Allah.
Hanya Dialah yang memberi rezeki, kepada-Nya kita beribadah, kepada-Nya
meminta.
Imam
Al-Ghazali mengatakan: “Untuk mengatasi kendala rezeki, sebenarnya engkau cukup
bertawakal dengan sebenar-benarnya, yakni engkau pasrahkan kepada Allah dalam
urusan sumber rezeki dan kebutuhanmu, dalam semua keadaan.”
Menurutnya, ada dua alasan mengapa kita harus bertawakal kepada Allah:
1)
”Agar engkau bisa berkonsentrasi penuh beribadah dan berbuat kebaikan lainnya.
Sebab, orang yang tidak bertawakal (berserahdiri) pasti lahir dan batinyya
lebih sibuk pada urusan mencari rezeki dan kebutuhan dunia lainnya daripada
beribadah kepada Allah. Ia menggunakan tubuhnya untuk bekera sepanjang hari
untuk memperoleh nafkah, namun hati dan pikirannya selalu memikirkan rezeki
dengan rasa was-was. Padahal, ibadah itu membutuhkan konsentrasi hati dan
tubuh, sementara konsentrasi itu tak bakal terwujud kecuali pada orang-orang
yang memasrahkan diri secara total.
2)
Meninggakkan sikap tawakal itu membahayakan iman kita. Bukankah Allah telah
menyertakan rezeki kepada makhluk-Nya? “Dan bertawakallah kepada Allah yang
Maha Hidup kekal, yang tidak akan mati.” (QS Al-Furqan: 58). “Dan hanya kepada
Allah kalian bertawakal, jika kalian benar-benar orang yang beriman,” (QS
Al-Maidah: 23) Maka, barangsiapa yang tidak memahami ayat ini berarti tidak
merasa cukup dengan janji Allah, tidak tenang dengan jaminannya, dan tidak puas
dengan pembagian rezeki-Nya. Lalu, ia lalai untuk menjalankan perintah-Nya,
lupa janji ancaman-Nya. Maka, lihatlah bagaimana jadinya orang ini, ujian apa
yang bakal dijalani akibat perbuatan semacam ini.
Rasulullah
SAW pernah berkata kepada Abdullah bin Umar r.a., “Bagaimana jika engkau
tinggal di tengah-tengah kaum yang suka menimbun harta mereka selama setahun
karena kurang percaya dan kurang bergantung kepada Allah?”
Hasan Al-Bashri mengatakan, “Allah SWT melaknat kaum yang tidak percaya dengan
janji-Nya dalam soal rezeki.”
Diriwayatkan bahwa ada seorang penggali kubur telah bertobat dengan karena
sebab Abu Yaziid al-Busthami. Abu Yazid lalu menanyakan keadaannya, dan
penggali kubur itu menjawab, “Aku telah menggali seribu liang lahat dan aku
tidak pernah melihat wajah mereka menghadap kiblat, kecuali dua orang lelaki.”
Abu Yazid kemudian berkata, “Sungguh kasihan mereka. Wajah mereka dipalingkan
dari arah kiblat lantaran meragukan rezeki dari-Nya.”
Seorang
sahabat saya menuturkan bahwa dalam mimpinya dia melihat seorang yang saleh,
dan kemudian bertanya kepadanya, “Apakah engkau selamat karena imanmu?” Orang
saleh itu menjawab, “Iman hanya menyelamatkan orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.”
Marilah kita memohon kepada Allah Ta’ala, semoga Dia memperbaiki kita dengan
anugerah-Nya dan tidak menyiksa kita walau sebenarnya kita memang pantas untuk
disiksa. Sesungguhnya Dia adalah Dzat Yang Maha Pengasih dari yang paling
pengasih.”
--Dikutip
dari Kitab Minhajul ‘Abidin karya Imam Al-Ghazali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar