Imam Al-Ghazali menjelaskan:
"Hati yang tercerahkan mempunyai jendela yang terbuka ke arah dunia ruhani
sehingga ia dapat mengetahui penyebab segala kerusakan dan kebahagiaan. Ia
mengetahui bukan dari kabar angin atau kepercayaan tradisional, melainkan bisa
dialami secara nyata. Sangat jelas dan nyata, sejelas seorang dokter yang
mengetahui penyebab penyakit atau masalah kesehatan.
Ia akan mengetahui bahwa pengetahuan tentang Allah (makrifatullah) dapat menjadi obat bagi jiwa, sedangkan kejahilan dan
dosa akan menjadi racun yang merusak.
Banyak orang, termasuk ulama, karena taklid buta
terhadap pendapat orang lain, tak punya keyakinan yang benar mengenai
kebahagiaan atau penderitaan jiwa di akhirat. Sedangkan, orang yang mau
mempelajari hal ini dengan pikiran yang bersih dari prasangka akan sampai pada
keyakinan yang jelas tentang perkara ini.
Kematian akan mengakibatkan keadaan berbeda pada dua
jenis jiwa yang dimiliki manusia, yakni jiwa hewani dan jiwa ruhani. Jiwa
ruhani bersifat malakut. Sementara jiwa hewani bertempat di hati, dari sana
menyebar seperti uap ke semua anggota tubuh, memberi tenaga atau kemampuan melihat
pada mata, mendengar pada telinga, dan seluruh anggota tubuh lainnya sehingga
mereka dapat menjalankan fungsinya.
Hal ini seperti sebuah lampu di sebuah pondok yang
cahayanya menyebar ke dinding-dinding. Hati adalah sumbu lampu ini, dan jika
aliran minyaknya terputus karena suatu sebab, maka lampu ini akan mati. Seperti
itulah jiwa hewani mengalami kematian.
Ini berbeda dengan jiwa ruhani atau jiwa manusiawi.
Jiwa ruhani tak terbagi dan dengan jiwa itulah manusia dapat mengenali Allah.
Bisa dikatakan, ia merupakan pengendara bagi jiwa hewani. Dan, ketika jiwa
hewani musnah, jiwa ruhani tetap ada. Keadaannya serupa dengan penunggang kuda
yang telah turun atau pemburu yang tak lagi bersenjata.
Kuda dan senjata itu adalah anugerah bagi jiwa ruhani
agar ia bisa mengejar dan menangkap keabadian cinta dan pengetahuan tentang
Allah. Jika berhasil, ia pasti akan merasa lega dan bahagia meski senjata atau
tunggangannya telah meninggalkan dirinya; ia tak akan berkeluh kesah.
Maka dari itu, Rasulullah Saw bersabda, "Kematian
adalah hadiah Tuhan yang diharap-harapkan kaum beriman." Namun demikian,
ia akan celaka dan menderita jika kuda atau senjata itu telah hilang sedang ia
belum berhasil meraih tujuannya. Kesedihan dan penyesalannya sangat tak
terbayangkan."
--Imam Al-Ghazali dalam Kimiya As-Sa'adah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar