JANGAN BERPALING DARI
ALLAH
Pengajian Syeikh Abdul
Qadir al-Jilany
Berpaling dari Allah Azza wa Jalla
ketika ketentuan TakdirNya turun, berarti pertanda matinya Agama, matinya
Tauhid, matinya Tawakkal dan matinya ke-Ikhlasan. Sedangkan qalbu orang-orang
mukmin tidak tahu, kenapa dan bagaimana sampai tidak tahu. Bahkan mengatakan,
“Ya” (atas tindakan menyimpang itu, pen).
Nafsu itu, secara keseluruhan selalu
kontra dan antagonis. Siapa yang ingin membaharui jiwanya, hendaknya ia
memerangi nafsunya sehingga aman dari kejahatannya. Karena nafsu itu semuanya
adalah buruk dalam keburukan. Bilamana anda telah memerangi, dan anda bisa
tenang, maka seluruh jiwa anda akan meraih kebaikan dalam kebaikan. Sehingga
anda selaras dalam seluruh kepatruhan kepada Allah dan meninggalkan seluruh
kemaksiatan. Disinilah dikatakan dalam al-Qur’an:
“Wahai jiwa yang tenteram kembalilah
kepada Tuhanmu dengan jiwa yang ridlo dan diridloi oleh Tuhan.”
Jiwa meraih keteguhan, dank arena
itu telah sirna keburukannya. Jiwa tidak lagi bergantung pada makhluk mana pun.
Benarlah jika hal ini dikaitkan dengan Nabiyullah Ibrahim as, dimana beliau
telah keluar dari nafsunya dan abadi dengan tanpa hawa nafsu, sementara
qalbunya tenteram, disaat itu berbagai ragam makhluk mendatanginya, menawarkan
diri mereka masing-masing untuk membantunya. Lalu Ibrahim as, menegaskan, “Aku
tidak ingin pertolongan kalian, karena KemahatahuanNya atas kondisiku sungguh
telah cukup bagiku untuk permintaanku.” Maka ketika kepasrahan dan tawakkalnya
benar, lalu, dikatakan pada api, “Jadilah dirimu dingin dan menyelamatkan pada
Ibrahim.” Sebagai pertolongan dari Allah ta’ala Azza wa-Jalla bagi mereka yang
sabar di dunia tanpa terhingga di dunia. Sedangkan kenikmatan di akhirat pun
tanpa terhitung pula. Allah Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang sabar
akan ditunaikan pahalanya tanpa terhingga.”
Segala hal tidak akan pernah
tersembunyi di Mata Allah, karena itulah hendaknya kalian bersabar bersama
Allah sesaat saja, anda akan melihat hasilnya berupa kelembutan dan kenikmatan
bertahun-tahun. Dan keberanian adalah sabar sesaat itu sendiri.
Allah bersama orang-orang yang
sabar. Dengan pertolongan dan kebaikanNya, maka bersabarlah bersama Allah.
Ingatlah selalu padaNya, dan jangan melupakanNya. Jangan sampai sampai anda
baru sadar ketika maut sudah tiba, karena sadar pada saat setelah maut adalah
tindakan sia-sia. Sadarlah sebelum anda menemuiNya. Sadarlah sebelum anda
disadarkan oleh kejutan yang membuat anda menyesal, diwaktu sebuah penyesalan
tidak ada artinya lagi. Perbaikilah hatimu, sebab jika hatimu baik seluruh
dirimu dan perilakumu akan baik pula. Karena itu Nabi SAW bersabda, “Dalam diri
manusia ada segumpal darah, manakala ia baik, akan baik seluruh tubuhnya, dan
bila rusak, rusaklah perilaku jasadnya. Ingatlah, (Tidak lain) adalah Qalbu.”
Memperbaiki (mensalehkan) qalbu itu
dengan ketaqwaan dan tawakkal pada Allah Ta’ala, mentauhidkanNya, dan ikhlas
dalam beramal. Sebaliknya jika hal itu tidak dilakukan justru akan merusak
qalbu. Qalbu ibarat burung yang terbang dalam sangkar, seperti mutiara dalam
bejana, dan seperti harta dalam perbendaharaan. Ibarat ini memakai metafor
burung bukan dengan sangkar, dengan mutiara, bukan dengan bejana, dengan harta,
bukan dengan perbendaharaan.
Ya Allah, sibukkanlah tubuhku dalam
kepatuhan padaMu, sibukkanlah hatiku dengan ma’rifatMu, dan sibukkanlah
sepanjang hayatku dalam malam-malam dan siang. Kumpulkanlah kami dengan
orang-orang dahulu yang shaleh, limpahilah kami rizki sebagaimana Engkau
limpahi mereka, dan semoga Engkau terhadap kami, seperti Engkau terhadap
mereka. Amin.
Wahai kaum sufi! Jadilah kalian
hanya untuk Allah, sebagaimana kaum shaleh kepadaNya. Sehingga kalian meraih
apa yang telah mereka raih. Bila kalian ingin agar Allah Ta’ala semata bagi
kalian, maka sibukkanlah dengan ketaatan dan kesabaran bersamaNya, ridlo atas
tindalakanNya, baik bagi diri kalian maupun orang lain. Kaum Sufi senantiasa
senantiasa zuhud di dunia, dan mereka meraih bagian mereka dari dunia dengan
tangan ketaqwaan dan kewara’an, kemudian meraih akhirat. Mereka beramal dengan
amaliyah yang menjaga jiwa mereka dan mereka patuh kepada Tuhannya. Mereka
menyadarkan jiwa mereka sendiri baru kemudian menyadarkan jiwa orang lain.
Anakku, nasihatilah dirimu baru
nasihati orang lain. Anda harus lebih dulu memperhatikan diri anda, dan jangan
keburu memperbaiki orang lain, karena masih banyak bongkahan jiwamu yang masih
harus diperbaiki. Celaka, jika anda merasa lebih tahu orang lain, sedangkan
anda buta, bagaimana anda menuntun orang lain? Orang yang menuntun orang lain
pastilah orang yang melihat hatinya. Bahwa sesungguhnya yang bisa membersihkan
jiwa mereka adalah orang yang telah menyelami lautan yang jernih dan terpuji.
Orang yang bisa menunjukkan jalan menuju Allah Ta’ala adalah orang yang
ma’rifat kepada Allah. Sedangkan orang yang bodoh terhadap Allah, bagaimana
mereka bisa menunjukkan kepadaNya?
Tak ada kalam bagi anda dalam
melaksanakan perintah Allah, anda mencintaiNya dan beramal kepadaNya, bukan
untuk yang lainNya. Anda harus takut padaNya bukan selainNya. Dan semua itu
adanya dalam hati, bukan dalam retorika ucapan. Semua itu tersembunyi, tidak
dalam publikasi.
Manakala Tauhid adalah pintu rumah,
dan syirik berada di dalam rumah, itulah munafiq yang sesungguhnya. Sungguh sial
anda, ucapan anda penuh dengan retorikan ketaqwaan, sednagkan hati anda penuh
dengan kecurangan. Ucapan anda berterimakasih kepadaNya, sedangkan hati anda
menentangNya. Allah Ta’ala berfirman:
“Dan mereka tidak diperintah kecuali
untuk beribadah kepada Allah dengan penuh keikhlasan, demi keopatuhan pada
agama.”
Tinggalkanlah sekutu anda dengan
makhluk, dan manunggalkanlah diri anda dengan Allah Ta’ala. Karena Dialah
Pencipta segalanya, semuanya. Dan di TanganNya-lah segala ini berada. Wahai
para petualang dunia yang memburu selain DiriNya, apakah anda tidak berfikir,
adakah sesuatu yang diluar gengaman perbendaharaan Allah ta’ala? “Dan tak ada
sesuatu pun kecuali bagi kami perbendaharaanNya.”
Wahai muridku, jika anda ingin
selamat dalam genggaman takdir, hendaknya anda bersandar pada kesabaran,
mengikat pada keselarasan aturan Ilahi, ibadah sembari menunggu jalan keluar.
Jika demikian anda telah meraih kebenaran dari Sang Kuasa Takdir, melaui Fadlal
dan anugerahNya, lebih dari kebajikan yang anda buru dan anda harapkan.
Wahai kaum Sufi. Selaraskanlah diri
kalian dengan ketentuan takdir. Dan terimalah dari Abdul Qadir yang terus
berjuang dalam berselaras dengan Qadar. Keselarasanku dengan ketentuan Takdir
telah melangkahkan diriku kepada Sang Kuasa.
Muridku, kemarilah. Tunduklah kepada
Allah Ta’ala, terhadap takdir dan tindakanNya, dan seluruh tubuh kita harus
berpijak pada keselarasan takdir, lalu kita meniti jalan dengan kendaraan
takdir itu. Karena takdir itu adalah utusan dari Sang Raja, dan kita memuliakannya
karena siapa yang mengutusnya. Jika kita bebruat demikian, kita senantiasa
bersanding kepada Al-Qadir (Sang Kuasa Takdir).
Anda dipersilakan meminum dari
lautan ilmunya, memakan dari sajian keutamaannya, bergembira bersama dengan
kemesraan Ilahiyahnya dan berselubung dalam kasih sayangnya. Mereka (para wali
itu) adalah tokoh-tokoh Ilahi dari berbagai golongan dan kelompok.
Wahai para murid, hendaknya engkau
bertaqwa, berpijak pada aturan syariah, kontra terhadap kepentingan nafsu, hawa
nafsu, syetan dan pecundang-pecundang keburukan. Orang mukmin senantiasa perang
melawan semua itu, bahkan tegak kepalanya, tidak menyarungkan senjatanya, tidak
melepaskan pedal di atas kuda-kudanya. Mereka tidur karena lelap (bukan
menikmati tidur), dan mereka makan dari laparnya ucapan mereka. Bahwa mereka
berkata, karena kehendak Ilahi untuk berbuat demikian, dan kata-kata mereka
menggerakkan dunia, sebagaimana tubuh-tubuh kita berkata esok di hari kiamat,
bicara kepada Allah, seakan-akan mereka berkata seperti benda-benda padat ini
semua berkata. Manakala Allah menghendaki mereka, Allah menyiapkan mereka untuk
tabligh kepada sesama dengan peringatan dan kabar gembira dengan hujah-hujah
yang meyakinkan. Maka demikianlah Allah menggerakkan lisan para Nabi dan Rasul,
lalu ketika Allah Ta’ala mewafatkan, maka para pewarisnya dari para Ulama yang
mengamalkan ilmunya, mewarisi kata-kata itu demi kebajikan makhluk, sekaligus
sebagai pewarisnya.
“Para Ulama adalah pewaris para
Nabi”.
Wahai kaum Sufi, bersyukurlah kamu
kepada Allah Ta’ala atas nikmat-nikmatNya, lihatlah betapa nikmat itu melimpah
dari Allah Ta’ala. “Apa yang datang padamu dari nikmat itu sungguh dari Allah.”
Manakah syukur anda itu, wahai
orang-orang yang berselingkuh dari nikmatNya? Wahai orang yang memandang
nikmatNya tetapi menganggap datang dari selain DiriNya? Terkadang kalian
melihat nikmat itu dari Allah, terkadang bukan dari Allah, dan anda menunggu
sesuatu yang bukan dari Allah? Terkadang pula anda meminta pertolongan lewat
nikmat itu, demi kepentingan hawa kemaksiatan anda?
Wahai muridku, anda sangat
membutuhkn kewara’an dalam khalwat anda, yang bisa mencerabutnya dari
kemaksiatan anda dan dosa-dosa anda. Anda membutuhkan muroqobah yang
mengingatkan anda akan Pandangan Allah Ta’ala kepada anda. Anda sangat
membutuhkan semua itu dalam khalwat-khalwat anda, lalu kebutuhan untuk
memerangi hawa nafsu anda dan syetan-syetan. Karena runtuhnya kebesaran manusia
oleh kesalahannya. Runtuhnya ahli zuhud dengan syahwat- kesenangannya.
Runtuhnya para wali Abdal karena pikiran dan bisikan imajinatif dalam
khalwatnya. Runtuhnya para Shiddiqin dalam kejapan-kejapan hati (pada
selainNya).
Mereka disibukkan memelihara hati
mereka, karena mereka tidur di pintu Allah. Mereka tegak berdiri di panggung
dakwah, mengajak makhluk untuk ma’rifat kepada Allah Ta’ala. Mereka terus
menerus memanggil hati sembari mengumandangkan, “Wahai masyarakat qalbu, wahai
para ruh, wahai manusia, wahai Jin, wahai penempuh jalan Ilahi,
kemarilah-kemarilah….menuju Pintu Sang Raja. Bergegaslah kepadaNya dengan
telapak kaki hatimu, dengan pijakan ketaqwaan dan tauhidmu, dengan ma’rifat dan
wara’mu yang luhur, dengan zuhud di dunia dan di akhirat, zuhud dari segala hal
selain Allah. Itulah kesibukan sufi, cita-citanya adalah menata kebajiakn makhluk,
hasratnya membubung langit dan bumi, dari Arasy sampai bintang Tata surya.
Wahai muridku, tinggalkan nafsumu
dan hawanya. Jadilah kalian ini sebagai tanah yang diinjak oleh para Sufi,
menjadi debu-debu yang menempel di tangan mereka. Allah berfirman, “Allah
mengeluarkan kehidupan dari kematian, dan mengeluarkan kematian dari
kehidupan.” Allah mengeluarkan Ibrahim as, dari kedua orangtuanya yang mati
dalam kekafiran. Orang mukmin itu hidup, dan orang kafir itu mati. Orang
bertauhid itu hidup. Orang musyrik itu mati. Karena itu Allah berfirman dalam
hadits Qudsi, “Yang pertama kali mati dari mahlukku adalah Iblis”. Karena Iblis
yang pertama maksiat kepadaKu, lalu ia mati dengan maksiat itu.
Inilah akhir zaman. Pasar
kemunafikan telah muncul, mall kedustaan telah bertebaran, karena itu janganlah
anda bersanding duduk dengan para munafiqin, pendusta, dan Dajjalin. Sungguh
celaka anda jika jiwa anda diselubungi kemunafikan, kedustaan, kekafiran,
kelacutan dan kemusyrikan. Bagaimana anda bisa bersanding dengan itu semua?
Karena itu jauhilah dan jangan
berselaras dengan kendali apalagi bergabung. Penjarakan semua kebusukan itu,
sesuai dengan wataknya. Tekanlah semua itu dengan perjuangan jiwa. Sedangkan
hawa nafsu, hendaklah kalian setir, jangan sampai engkau lepas. Sedikit engkau
lepas engkau akan dikendalikannya.
Anda juga jangan memanjakan
seleramu, karena selera alami itu seperti anak kecil yang belum memiliki
kepandaian. Bagaimana anda belajar pada anak kecil yang kurang ilmu dan anda
menerimanya?
Sementara syetan adalah musuhmu dan
musuh bapakmu Nabi Adam as. Bagaimana anda bisa tenteram dengan syetan, anda
menerimanya, sedangkan antara diri anda dengan syetan ada dendam mendarah
daging, dan permusuhan primordial. Karena itu anda tidak bisa main dengan syetan,
sebab syetan telah membunuh ayah bundamu. Jika anda tenteram bersama syetan
anda akan dibunuh, sebagaimana syetan membunuh keduanya. Karena itu jadikan
Taqwa sebagai pedangmu, Tauhidullah Azza wa Jalla, Muraqabah, Khalwat, Shidq,
mohon pertolongan Allah, semua sebagai bala tentaramu. Itulah senjata, dan
itulah pasukan dimana kamu harus mengusirnya, menyerangnya, memporakporandakan
pasukan syetan itu. Bagaimana anda tidak mengusirnya, sedangkan Allah bersama
anda?
Jadikan kehidupan dunia dan akhirat
dalam satu wadah, lalu bersimpuhlah kepada Tuhanmu dengan ketelanjangan hatimu,
tanpa dunia dan tanpa akhirat. Janganlah anda terima di ruang hatimu apa pun
selain Allah, jangan pula kamu mengikat hatimu dengan kemakhlukan. Putuskan
semua sebab akibat, dan lepaskan semuanya. Jika anda sudah bisa mandiri di
sana, maka dunia ini anda jadikan untuk nafsumu, akhirat untuk hatimu, Allah
untuk Sirrmu (hakikat rahasia dirimu).
Wahai sahabat. Jangan sampai anda
bersama nafsu anda, bersama kesenangan nafsunya, jangan bersama dunia, juga
jangan bersama akhirat. Jangan. Janganlah bersama semua, melainkan hanya
bersama Allah Azza wa Jalla. Anda jika demikian, benar-benar sampai pada
Kemahabendaharaan Ilahi yang abadi, dan pada saat yang sama, hidayah datang
dari Allah, dimana tak ada lagi kegelapan setelah itu semua.
Taubatlah anda dari dosa anda,
bergegaslah menuju Tuhan anda. Jika kamu taubat, taubatlah dengan lahir dan
batin anda. Karena taubat itu adalah jantung kedaulatan.
Lepaskan baju-baju maksiatmu dengan
taubat yang murni dan rasa malu kepada Allah secara hakiki. Bukan dengan
kesemuan dan kepura-puraan.
Itulah amaliyah qalbu setelah
penyucian badan dengan amaliyah syariat. Lahiriyah punya amaliyah, batiniyah
juga punya amaliyah. Qalbu, manakala telah keluar dari dari aturan sebab akibat
(duniawi) dan lepas dari ikatan dengan makhluk, maka Qalbu akan mengarungi
lautan tawakkal, lautan ma’rifat kepada Allah, dam lautan IlmuNya bersamaNya.
Qalbu akan meningggalkan sebab akibat duniawi, dan menuju Sang Pencipta sebab
akibat. “Dialah yang menciptakan diriku dan memberi hidayah padaku.”
Allah menunjukkan dari satu benua ke
benua lain. Dari satu tempat ke tempat lain, sampai berhenti di benua
kemandirian yang istiqomah.
Manakala disebut Tuhannya, langsung
memancarlah ekspressinya, dan terbukalah tirai-tirai, karena qalbu penempuh
hanya menuju kepada Allah Ta’ala, menembus jarak dan meninggalkan semuanya di
belakangnya.
Apabila dalam perjalannan ada
ketakutan dan kekawatiran akan kehancuran, tiba-tiba muncul imannya, lalu
membuatnya jadi berani, lalu reduplah api ketakutan dan kekawatiran. Lalu
bergantu dengan cahaya kegembiraan, kebahagiaan dan kesenangan melalui
taqarrubnya.
Wahai muridku. Jikalau telah tiba
penyakit, maka hadirlah dengan kesabaran, tenanglah, sampai obatnya tiba. Jika
obatnya ada di tangan anda, terimalah dengan tangan kesyukuran. Jika anda bisa
demikian, anda hidup dalam kehidupan masa depan. Ketakutan itu datangnya dari
api yang memotong nurani kaum beriman, membuat raut muka menguning, membuat
hati jadi gelisah. Jika terjadi demikian dari kaum beriman, Allah menumpahkan
air Kasih sayangNya dan kelembutanNya, lalu Allah membukakan pintu akhirat,
sampai mereka melihat tempat tenteramnya.
Manakala mereka tenteram dan tenang,
serta riang jiwanya sejenak, Allah membukakan pintu keagunganNya. Kemudian
Allah menghadapkan hati dan sirr mereka pada Kebesaran itu, yang membuat mereka
sangat ketakutan dibanding yang pertama, tiba-tiba Allah membukakan pintu
KemahaindahanNya, lantas mereka tenang, tenteram dan bangkit mendaki
derajat-derajat keluhuran, satu demi satu.
Wahai sahabatku. Jangan sampai cita
rasamu hanyalah memenuhi hasrat makan dan minum, pakaian dan perkawinan,
kesenangan dan apa yang anda kumpulkan. Sebab semua itu hanayalah citarasa nafsu
dan watak. Lalu manakah citarasa qalbu dan sirrmu? Citarasanya adalah menuju
Allah Tala.
Citarasamu adalah citarasa yang
lebih penting dari sekadarnya, yaitu Allah, Tuhanmu dan apa yang ada di
sisiNya. Dunia ini hanya sebagai pengganti belaka, yang sesungguhnya adalah
kahirat. Makhluk semua adalah kesemuan, yang hakiki adalah Khaliq. Ketika anda
meninggalkan kepentingan dunia, maka anda akan meraih gantinya, kenikmatan
akhirat. Ukurlah usia anda di dunia ini, untuk sebuah persiapan besar
menyongsong akhirat, karena anda akan menerima datangnya Malaikat maut.
Dunia adalah tempat dapur para Sufi.
Akhirat adalah pestanya. Jika datang kecemburuan Allah, maka segeralah beralih,
menuju maqam akhirat, lalu tidak lagi butuh dunia dan tidak lagi butuh akhirat.
Wahai para pendusta! Anda mencintai
Allah ketika mendapatkan nikmat, tetapi ketika mendapatkan bencana, anda telah
lari dari Allah, seakan-akan anda putus cinta dengan allah. Seorang hamba
diukur dengan ujian, manakala anda tetap teguh bersama Allah dalam musibah
bencana, berarti anda memang mencintai Allah. Jika anda berubah, sungguh anda
ini dusta.
Seorang laki-laki datang kepada
rasulullah SAW, lalu berkata, “Wahai Rasulullah, sungguh aku mencintaimu.”
Rasulullah saw, menjawab, “Siapkan dirimu dengan kefakiran sebagai pakaianmu.”
Laki-laki lain datang kepada Nabi
SAW, “Aku mencintai Allah Azza wa-Jalla.” Nabi saw, menjawab, “Ambillah bencana
sebagai pakaian.”
Mencintai Allah dan mencintai
Rasulullah saw, senantiasa disertai dengan kefakiran kepada Allah dan ujian.
Karena itu sebagian orang saleh berkata, “Setiap bencana disertai pertanda agar
tidak mudah klaim pengakuan. Sebab jika tidak demikian, semua orang bisa
mengklaim mencintai Allah Ta’ala. Lalu bencana dan kefakiran sebagai pengokoh
atas cinta ini.”
FAQIR
Beliau mengatakan:
Kontramu dengan Allah swt, akan
mengusirmu dan menghilangkan dirimu dari Allah. Kembalilah dirimu dari sikap
kontramu sebelum engkau dihantam, dihinakan dan dinistakan oleh ular-ular
bencana dan kalajengking cobaan. Betapa pedihnya rasa cobaan, apalagi jika
engkau terpedaya. Karena itu anda jangan bergembira dengan apa karena apa yang
ada di tangan anda pasti sirna. Allah Ta’ala berfirman:
“Sehingga ketika mereka bergembira
atas apa yang mereka dapatkan, tiba-tiba Kami mengambil mereka seketika…”
(Al-Qur’an)
Meraih anugerah keuntungan dari
Allah Ta’ala harus ditempuh dengan kesabaran. Karena itu Allah menguatkan
berkali-kali tentang sabar itu. Kefakiran (rasa butuh kepada Allah) dan
kesabaran tidak akan pernah bertemu kecuali bagi kewajiban orang beriman.
Sedangkan para pecinta yang
senantiasa mendapat cobaan, lalu mereka menjadi sabar, terlimpahi ilham untuk
berbuat kebaikan beriringan dengan cobaan dan ujiannya, senantiasa bersabar
atas sesuatu yang yang baru terjadi dari Allah Ta’ala.
Kalau bukan karena kesabaran, anda
semua tidak akan pernah bertemu denganku. Aku telah membuat jebakan untuk
memburu burung, dari satu malam ke malam berikutnya, yang membuatku terus
terjaga dan membuatku sunyi dari orang ketika di siang hari dengan mata yang
terpejam. Seorang lelaki yang terikat oleh jaring-jaring jebakan, dan itu pun
dilakukan demi kemaslahatan anda semua, sementara anda semua tidak mengerti.
Kalau bukan demi berselaras dengan
Allah ta’ala, bagaimana mungkin orang berakal mau bergaul dengan penduduk
negeri yang telah dibutakan hatinya oleh riya’, kemunafikan dan kezaliman,
bercampurbaurnya syubhat dan keharaman? Betapa banyak nikmat-nikmat Allah telah
dikufuri, sementara terjadi kolusi luarbiasa untuk menciptakan kefasikan dan
penyimpangan. Betapa banyak orang lumpuh di rumahnya sendiri, orang zindiq
dalam kedai minumnya, orang jujur di atas kursinya. Kalau bukan karena sebuah
aturan, niscaya aku bicara tentang hal-hal yang ada di rumah-rumah kalian.
Namun bagiku ada fondasi yang harus kubangun. Aku punya anak-anak yang butuh
pendidikan. Seandainya tersingkap sebagian apa yang ada dalam diriku, itu bisa
menjadi penyebab berpisahnya diriku dengan diri kalian semua, lalu terlempar
dalam jejak-jejak yang menghancurkan.
Karena itu tutuplah pintu-pintu
kemakhlukan (dari hatimu) dan bukalah pintu-pintu antara dirimu dengan Allah.
Akuilah dosa-dosamu, mohonlah maaf kepadaNya atas keteledoranmu selama ini.
Yakinlah, bahwa sesungguhnya tidak ada yang bisa membahayakan, memberikan manfaat,
yang memberikan anugerah, tidak ada yang bisa mencegah, kecuali Allah Ta’ala
semata. Dengan demikian, kebutaan mata hatimu akan sirna, lalu mata hati
terbuka bergerak, hingga membuka mata kepalamu.
Wahai anak-anakku…. Persoalan
sesungguhnya bukan memakai pakaian kumal atau pun makanan kasar. Persoalan
sesungguhnya adalah kezuhudan dalam hatimu. Awal mula yang dipakai oleh
shiddiqun adalah pakaian wol dalam hatinya, lalu terefleksi kesederhanaan itu
dalam lahiriyahnya. Ia memakai pakaian itu dalam rahasia batinnya, lalu dalam
hatinya, kemudian untuk menutup nafsunya, lalu fisiknya. Ketika secara
keseluruhan dirinya menggunakan pakaian sederhana, maka tibalah tangan-tangan
lembut dan kinasih serta tangan anugerah, sampai akhirnya berubah drastis dalam
tragedi ini. Ia copot baju hitamnya dan diganti dengan baju kegembiraan pesta,
ia ganti penderitaan dengan kenikmatan, ia ganti dendam dengan keceriaan, ia
rubah ketakutan dengan rasa aman, ia rubah rasa jauh menuju rasa dekat, rasa
fakir menuju rasa cukup.
Wahai anak-anakku, raihlah bagian
dengan tangan zuhud, bukan dengan tangan ambisi pribadi. Orang yang makan
dengan menangis, berbeda dengan orang yang makan dengan tertawa. Makanlah
bagian itu, dan hatimu bersama Allah Ta’ala. Anda akan selamat dari keburukannya.
Jika engkau makan dari resep dokter atau ahli kesehatan tentu itu lebih baik
daripada anda makan sendiri, tanpa anda tahu asal usulnya makanan itu,
sehingga, menyebabkan hatimu keras jauh dari amanah, sementara anda benar-benar
kehilangan rahmat. Hilang pula amanah syariah di sisimu, karena kalian telah
meninggalkan dan mengkhianatinya. Sungguh celaka, jika amanah kalian
sia-siakan.
Jagalah mahkotamu itu bersama
Tuhanmu Azza wa Jalla. Waspadalah atas ancamanNya, karena siksaNya begitu
dahsyat. Siksa itu bisa merebut rasa amanmu, rasa sehat afiatmu, foya-foya dan
sukacitamu. Taatlah kepadaNya, karena Dia adalah Tuhan langit dan bumi. Jagalah
nikmatNya dengan syukur. Terimalah perintah dan laranganNya dengan patuh dan
taat. Terimalah kesukaran dariNya dengan kesabaranmu, dan terimalah dengan
syukurmu atas kemudahanNya.
Karena demikian adalah perilaku
pendahulumu, dari para Nabi, para Rasul dan orang-orang yang saleh, yang
senantiasa bersyukur atas nikmat dan bersabar atas cobaan. Tegaslah terhadap
kemaksiatan. Terimalah ketaaatan. Jagalah aturanNya, dan ketika datang
kemudahan bersyukurlah. Sebaliknya jika yang datang kesukaran bertobatlah dari
dosa-dosamu, lalu debatlah, lawanlah hawa nafsumu. Karena Allah tak pernah
menzalimi
Maka dari itu ingatlah maut dan
resiko sesudah maut. Ingatlah Tuhan Yang maha agung dan Luhur, hisab dan
pengawasanNya padamu.Bangunlah, sampai kapan kamu semua tidur terlelap, sampai
kapan kamu terlempar dalam kebodohan dan keluar masuk dalam kebatilan?
Bergelimang dengan nafsu, hawa, dan kebiasan-kebiasaan. Kenapa? Kenapa tidak
mendidiknya demi ibadah kepada Allah dan mengikuti aturan hukumNya. Padahal
ibadah itu meninggalkan kebiasan-kebiasaan nafsu, kenapa tidak mendidik dirimu
dengan adab Qur’an dan sunnah?
Anak-anak muridku…..Jangan bergaul
dengan banyak orang disertai kebutaan hati, ketololan disertai kealpaan dan
kelelapan. Bergaulah dengan mereka, dengan matahati, ilmu dan keterjagaan jiwa.
Jika anda temukan hal yang terpuji dari mereka, ikutilah, dan jika ada yang
menyeretmu pada keburukan, jauhilah dan tolak. Engkau berada dalam alpa total,
alpa dari Allah Azza wa Jall. Makanya, anda harus bangkit, disiplin dengan
masjid, memperbanyhak sholawat kepada Nabi SAW.
Nabi saw, bersabda:
“Seandainya neraka turun dari
langit, tak ada yang selamat kecuali ahli masjid.”
Jika kalian semua menunaikan sholat,
totalkan sholatmu hanya kepada Allah Ta’ala, dan karena itu Rasulullah saw,
bersabda, “Yang paling dekat bagi hamba pada Tuhannya, apabila hamba sedang
bersujud.”
Duh.. celaka kalian. Kenapa kalian
sering membuat ulah dan mencari-cari keringanan? Orang yang mencari-cari takwil
demi seleranya sesungguhnya terpedaya. Padahal jika kita merengkuh ‘azimah (pr
insip), dan kita bergantung pada Ijma’, sementara amal kita ikhlas, maka kita pun
akan bersih bersama Allah Ta’ala. Lalu bagaimana bisa terjadi jika anda malah
merekayasa azimah, mencari jalan kemudahan nafsu, lalu para pemegang teguh
azimah sirna?
Inilah zaman rukhsoh, bukan zaman
‘azimah. Inilah zaman riya’ dan kemunafikan, dimana harta didapat dengan cara
tidak benar. Betapa banyak orang yang sholat, puasa, zakat, haji, dan berbuat
baik untuk makhluk, bukan untuk Khaliq. Dan mayoritas yang memenuhi alam
semesta ini adalah demi kepentingan sesama makhluk, bukan demi Khaliq. Kalian semua
telah mati jiwa, menghidupkan nafsu dan hawa nafsu untuk dunia.
Padahal hidupnya hati ketika keluar
dari kepentingan makhluk dan teguh bersama Allah Azza wa Jalla.
Hidupnya hati dengan menjalankan
perintah dan menjauhi larangan Allah azza wa Jalla. Hidupnya hati dengan sabar
atas Qodlo, Qodar dan ujianNya.
Wahai anak muridku…Serahkan dirimu
kepadaNya dalam soal kepastianNya. Bangunlah bersamaNya dalam soal itu. Perkara
itu butuh fondasi, lalu butuh bangunan, dan dawamkan setiap waktu, siang dan
malammu. Karena itu, waspadalah. Tafakkurlah dalam masalah hatimu.
Jika engkau melihat kebajikan,
bersyukurlah. Jika engkau melihat keburukan bertobatlah. Dengan tafakkur ini
agamamu akan hidup dan matilah syetanmu. Karena itu dikatakan, tafakkur sejam
lebih baik dibanding bangun sepanjang malam.
Wahai ummat Muhammad, bersyukurlah
kepada Allah Ta’ala yang telah menerima amalmu yang sedikit dengan menyandarkan
kepada amal pendahulumu. Sebab kalian semua adalah yang terakhir di dunia,
tetapi yang pertama di hari kiamat. Jika kalian benar, maka tak ada yang lebih
benar menandingi kalian. Kalian semua adalah para pemuka dan pemimpin,
sedangkan umat lain adalah rakyat. Tetapi jika sepanjang anda masih duduk di
rumah nafsumu dan watakmu, sulit untuk menjadi benar. Jika sepanjang anda
bangkit bersama makhluk dan terpaku terhadap apa yang ada di tangan mereka,
dengan menarik mereka melalui riya’ dan kemunafikan anda, sungguh tetap tidak
benar bagi anda. Sepanjang anda masih ambisi dunia, sepanjang hati anda masih
bersiteguh pada selain Allah, tidak ada yang dibenarkan. Ya Allah berilah kami
rizki, untuk senantiasa di sisiMu.
JANGAN BERHAYAL KAYA
Beliau mengatakan:
Wahai para fakir, janganlah kalian
mengkhayal kaya, siapa tahu kekayaanmu bisa menyebabkan kehancuranmu. Wahai
orang yang sakit janganlah mengkhayal akan kesembuhan, siapa tahu kesembuhanmu
justru menjadi penyebab kerusakanmu. Jadilah kalian orang yang cerdas. Jagalah
buahmu agar terpuji perkaramu. Terimalah kadar yang diberikan Allah dan
janganlah berharap lebih. Sebab segala yang yang diberikan Allah Azza wa-jalla
melalui permintaanmu bisa menjadi kotoran dan amarah. Kecuali jika sang hamba
diperintahkan melalui hatinya agar meminta kepadaNya. Manakala hamba diperintahkan
memohon ia akan mendapatkan berkah dan kotorannya dibuang.
Celaka anda, jika anda mengucapkan
sebagai seorang Muslim, padahal hati anda tidak. Anda nyatakan diri sebagai
muslim, tapi perbuatan anda tidak. Anda dalam khalwat anda menyatakan Muslim,
toh kenyataan khalwat anda tidak.
Hendaknya permohonan anda lebih pada
permohonan agar diberi ampunan, kesehatan, dan kemaafan Allah selamanya, baik
dalam beragama, di dunia maupun di akhirat. Terimalah ini saja, anda sudah
cukup.
Janganlah anda menginginkan di luar
pilihan Allah swt, juga jangan anda terkena oleh keterpaksaan karena bisa
membinasakan anda. Jangan pula memaksa Allah Ta’ala dan makhlukNya melalui
sebab akibat dirimu, dengan kekuatanmu dan hartamu, karena itu bisa memukul
balik diri anda. Sebab semua itu bisa diambil oleh Allah, dan jika Dia
mengambilnya akan terasa menyakitkan diri anda.
Celaka anda, jika anda mengucapkan
sebagai seorang Muslim, padahal hati anda tidak. Anda nyatakan diri sebagai
muslim, tapi perbuatan anda tidak. Anda dalam khalwat anda menyatakan Muslim,
toh kenyataan khalwat anda tidak.
Ketahuilah, ketika anda sholat,
puasa, dan melakukan semua perbuatan anda yang baik, manakala tidak
mengembalikan semua itu kepada Wajah Allah Ta’ala, sesungguhnya anda telah
munafik dan jauh dari Allah Azza wa Jalla.
Sekarang ini, bertobatlah kepada
Allah Azza wa-Jalla dari seluruh perbuatan dan ucapan anda dan tujuan-tujuan
anda yang hina.
Kaum Sufi, sama sekali tidak
menciptakan amalnya. Mereka adalah kaum yang bahagia, senantiasa yakin kepada Allah,
menyatu, mukhlis dan bersabar atas cobaan-cobaan Allah Ta’ala. Senantiasa
bersykur atas nikmat-nikmatNya
dan kemurahanNya. Mereka berdzikir
dengan lisannya, kemudian dengan qalbunya, lalu dengan Sirrnya. Manakala datang
berbagai hidangan dari makhluk, mereka hanya tersenyum wajahnya. Karena
raja-raja dunia sudah termakzulkan di mata mereka. Semua orang di muka bumi
adalah mayat-mayat, orang-orang lumpuh dan orang-orang sakit. Para fakir syurga
senantiasa bersandar padanya, seakan-akan mereka adalah pelindung. Neraka
bersandar kepada mereka, lalu neraka termatikan apinya. Tidak bumi, tidak
langit, langit dan bumi bukan tempatnya. Arah penjurunya hanya satu arah.
Mereka dengan penghuni dunia, lalu mereka dengan penghuni akhirat, lalu mereka
bersama dengan Tuhannya dunia dan akhirat.
Mereka bertemu Allah dan
mencintaiNya. Mereka berjalan bersama Allah dengan jiwanya hingga wushul
kepadaNya, sampai mereka meraih kasih sayangnya sebelum mereka bergegas jalan
kepadaNya. Terbukalah pintu antara diri mereka dengan Allah. Allah mengingat
mereka sepanjang mereka mengingatNya. Hingga dzikir mereka menghapus
kesalahan-kesalahan mereka. Mereka telah sirna dari yang lain, dan maujud
bersama Allah Ta’ala. Dengarkan Allah Ta’ala berfirman:
“Ingatlah kepadaKu, Aku ingat
kepadamu, dan bersyukurlah kepadaKu dan jangan ingkar padaKu.”
Lazimkan berdzikir kepadaNya dengan
harapan hanya mengingatNya, karena Allah berfirman:
“Aku bermajlis dengan orang yang
berdzikir kepadaKu.”
Hindarilah bermajlis dengan makhluk
(walau pun anda di sana, red.), dan bersimpuhlah untuk dzikir kepadaNya, agar
engkau bermajlis dengan Allah.
Wahai kaum Sufi, janganlah kalian
sok gila, dan kalian menjadi gila. Ilmu ini tidak akan memberi manfaat kepadamu
tanpa kamu mengamalkannya. Mereka sangat membutuhkan agar bisa mengamalkannya,
dengan ketegasan yang hitam di atas yang putih, yaitu aturan Allah (lahir dan
batin) yang anda mengamalkannya hari demi hari, tahun demi tahun sampai
akhirnya berbuah.
Anak-anaku… Ilmumu
memanggil-manggilmu… ”Akulah yang akan berargumen padamu manakala tidak engkau
amalkan. Dan aku akan menjadi argumenmu jika engkau mengamalkanku…”
Rasulullah saw, bersabda, “Ilmu
membisikkan pada amal, manakala ia menjawab. Jika tidak menjawab, ia akan
segera pergi…”
Hilanglah barokah ilmu dan tinggal
bencananya. Pergilah syafaat ilmu bagimu dari Tuhannya. Bahkan masuknya ilmu
terputus dalam kebutuhanmu. Ia pergi, karena tinggal kulitnya ilmu saja. Sebab
isi ilmu adalah amal.
Anda semua mengikuti Rasul saw,
menjadi tidak sah, manakala anda tidak mengamalkan apa yang telah
disabdakannya. Jika anda mengamalkan atas apa yang diperintahkan kepada anda,
maka hati dan rahasia batin anda menghadap kepada Tuhannya. Ilmumu
mengundangmu, tapi anda tidak mendengarkannya, karena kamu sudah tak punya hati
lagi. Karena itu dengarkanlah panggilannya dengan telinga hati dan sirrmu.
Terimalah ucapannya dan dengarkanlah engkau akan dapat manfaatnya. Ilmu dengan
amal akan mendekatkan dirimu pada Yang Maha Ilmu yang menurunkan ilmuNya.
Jika engkau mengamalkan aturan ini,
yang merupakan Ilmu awal, akan mengikuti pula Kenyataan Ilmu yang kedua, yang
membuat terpancarnya dua sumber yang mengaliri hatimu berupa aturan dan ilmu
lahir dan batin. Disinilah kalian harus membersihkan semua itu, dengan Zakat
kepada sesama. Zakatnya ilmu adalah menyebarkan dan dakwah menuju kepada Allah
Ta’ala.
Anak-anakku, shabar itu ada
balasannya. Alloh berfirman:
“Sesunggunya orang-orang yang
bersabar diberi balasan pahala tanpa terhingga.”
Karena itu makanlah dari hasil jerih
payahmu, jangan makan dari hutangmu. Bekerjalah dan makanlah dari kerja itu,
karena kerja orang beriman itu adalah tahapan bagi kaum shiddiqin, dan tak ada
bagian dari kerja mereka kecuali diperuntukkan menolong kaum masakin dan fuqoro
yang mengharapkannya. Itu berarti kalian menyampaikan rahmat kepada sesama,
demi meraih Ridlo Allah Ta’ala dan cintaNya kepada mereka. Dengarkan apa yang
diucapkan oleh Nabi SAW:
“Manusia itu adalah keluarga Allah
Azza Wa-Jalla, dan manusia yang paling dicintai Allah adalah yang paling
berguna bagi keluarganya.”
Para Wali-wali Allah itu senantiasa
tidak memiliki kecenderungan hatinya kepada makhluk. Mereka seperti pekak, tuli
dan buta. Manakala hatinya dekat dengan Allah Azza wa-Jalla mereka tidak
mendengar siapa pun kecuali mendengar Allah, tidak melihat hatinya, kecuali
melihat Allah. Ia berada dalam nuansa kedekatan dan terhapuskan oleh Kharisma
Ilahi, dan terlimpahi cinta yang dahsyat kepada Sang Kekasih. Mereka berada
diantara Jalal dan Jamal-Nya, tidak menengok ke kanan maupun ke kiri. Mereka
hanya melihat ke depan, tanpa ke belakang. Manusia, Jin, Malaikat ingin
membantunya, dan begitu juga semua makhluk, membantu dengan aturan dan ilmu.
Mereka para Kekasih Allah itu mengkonsumsi Fadlalnya Allah dan meminum
KemesraanNya. Dari konsumsi Fadlal itu mereka makan, dan dari minuman Kemesraan
itu mereka menegaknya. Mereka mendengarkan ucapan-ucapan makhluk. Mereka di
satu lembah dan makhluk itu di lembah lain. Mereka menyerukan makhluk itu atas
perintah Allah Azza wa-Jalla, dan mencegah kemungkaran atas larangan Allah
Ta’ala, sebagai ganti dari Nabi SAW. Merekalah pewaris yang hakiki. Karena
mereka disibukkan mengembalikan makhuk ke Pintu Allah. Mereka berada dalam
HujjahNya.
Mereka menempatkan segalanya pada
porsi masing-masing dengan memberikan limpahan fadlal dari Allah. Mereka tidak
mengambil hak-hak makhluk itu, bahkan juga tidak untuk menuruti kebutuhan
dirinya dan alamiyah nya. Mereka hanya mencintai demi Allah, dan marah pun demi
Allah. Semuanya hanya untuk Allah, bukan untuk lainNya.
Siapa pun yang bisa memenuhi ini,
maka ia benar-benar telah sempurna pergaulannya, dan ia berhasil selamat dan
bahagia. Lalu semua makhluk mencintai mereka, baik manusia, bumi langit, Jin
dan Malaikat.
(Wahai para penempuh yang
menyertaiku, dan wahai yang menimba kondisi ruhaniku, sesungguhnya dalam
kondisiku tidak ada makhluk, tidak ada dunia, dan tidak ada akhirat)
Wahai orang munafik! Wahai
pemberhala sesama makhluk! Wahai orang yang menyembah dunia, yang senantiasa
lupa dengan Allah Ta’ala. Anda ingin mengandalkan apa yang ada di tangan anda?
Sungguh anda tidak akan dapat kemuliaan dan kehebatan.
Serahkanlah dirimu dan bertaubatlah.
Belajar dan amalkanlah ilmumu dengan ikhlas. Jika tidak, anda tidak akan dapat
hidayah.
Sungguh antara aku dan kalian tidak
ada permusuhan, hanya aku ingin menyampaikan yang benar, saya tidak ingin
membelokkan anda dari agama Allah Ta’ala. Karena anda terdidik dari ucapan
keras para masyayikh, ucapan asing dan aneh para Sufi. Jika ada ucapanku yang
muncul, ambillah itu dari Allah Azza wa-Jalla, karena Allah-lah yang hakikatnya
mengucapkanNya untukku. Jika kalian masuk kepadaku, masuklah dengan telanjang
dari hawa nafsu anda. Sebab jika anda punya matahati sesungguhnya aku pun
tampak telanjang. Tetapi karena bencana penyakit kefahaman menimpa anda.
Wahai para penempuh yang
menyertaiku, dan wahai yang menimba kondisi ruhaniku, sesungguhnya dalam
kondisiku tidak ada makhluk, tidak ada dunia, dan tidak ada akhirat. Namun
siapa yang bertobat di hadapanku, menjadi muridku dan husnudzon padaku,
mengamalkan apa yang aku ucapkan ini, Insya Allah Azza wa Jalla akan mendidik
kalian.
Para Nabi itu dididik oleh Allah
Azza wa-Jalla dengan KalamNya, sedangkan para Auliya dididik dengan IlhamNya
dalam Qalbu. Karena mereka adalah para pewaris wasiat Nabi dan
khalifah-khalifah serta generasinya. Allah berkata, dan berkata kepada Musa As,
Allah yang bicara kepada Musa, bukan makhluk yang bicara. Yang bicara adalah
Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib. Allah bicara dengan KalamNya yang
difahami Musa As, hingga difahami akalnya tanpa perantara. Allah berbicara
kepada Nabi kita Muhammad saw, tanpa perantara. Inilah Al-Qur’an, penghubung
Allah al-Matin. Al-Qur’an berada diantara diri kalian dan Tuhan kalian, Maha
Agung dan Maha luhur Dia. Jibril menurunkannya dari langit, dari Sisi Allah
Azza wa Jalla, kemudian diturunkan kepada Nabi Muhammad saw sebagaimana Nabi
katakan dan kisahkan. Tidak boleh mengingkari itu atau menentangnya. Ya Allah
berilah petunjuk semuanya, dan taubatkanlah semuanya, rahmatilah semuanya.
Riwayat dari Amirul Mukminin
al-Mu’tashim Billah, ra, ia mengatakan ketika menjelang wafatnya. “Demi Allah
aku bertobat kepada Allah Azza wajalla, karena tindakanku pada Ahmad bin
Hambal, hanya karena aku tidak ingin taklid sedikit pun pada perkaranya,
sedangkan orang lain bertakdlid untuk itu.”
Wahai orang-orang yang sangat
kasihan(Miskin). Tinggalkanlah bicara hal-hal yang tidak berguna bagi anda.
Tinggalkan Ta’ashub (fanatik) mazhab. Sibukkanlah dirimu dengan hal-hal yang
berguna bagi dunia dan akhiratmu. Anda akan melihat kabarmu dalam waktu dekat.
Anda pun akan ingat akan ucapanku. Anda akan melihatnya ketika berada di depan
penikam, sedangkan di kepalamu tak ada pelindung. Sungguh luka akan
menyertaimu.
NASIHAT SEORANG MU’MIN
KEPADA SAUDARANYA
Pengajian Syeikh Abdul
Qodir al-Jilany
Beliau berkata:
Qalbu orang-orang beriman senantiasa
bersih, suci dan melupakan makhluk, terus menerus mengingat Allah Azza
wa-Jalla, melupakan dunia, mengingat akhirat, melupakan apa yang ada padamu,
dan mengingat apa yang ada di sisi Allah Ta’ala.
Kalian bisa terhijab oleh mereka dan
seluruh apa yang ada pada para makhluk itu, disebabkan kesibukanmu dengan dunia
dan melalaikan akhirat. Kalian meninggalkan rasa malu di hadapan Allah Azza
wa-Jalla, sehingga kalian tersungkur di sana. Karena itu terimalah nasehat
kawan anda yang mukmin dan anda jangan kontra. Karena dia yang tahu apa yang
ada pada dirimu, hal-hal yang anda tidak tahu tentang dirimu. Karena itu
Rasulullah SAW bersabda:
“Orang mukmin adalah cermin bagi
sesama mukmin.”
Mukmin yang benar dalam nasehatnya
bagi sesama mukmin, akan menampakkan kejelasan apa yang tersembunyi pada
saudaranya, yang bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Ia
mengenalkan mana yang menjadi kebaikan dan mana yang berdampak keburukan. Maha
Suci Allah yang telah memberikan anugerah di hatiku untuk menasehati makhluk
dan hal demikian telah dijadikan sebagai hasrat besarku.
Saya menasehati dan saya sama sekali
tidak menginginkan imbalan. Sebab akhiratku telah menjadi bagian sukses bagi
diriku di sisi Tuhanku Azza wa-Jalla. Aku tidak mencari dunia, karena aku bukan
budak dunia, juga bukan hamba akhirat, bahkan bukan hamba selain Allah azza
wa-Jalla.
Aku tidak menyembah kecuali hanya
kepada Sang Pencipta, Yang Esa, Yang Maha Esa nan Qadim. Kepuasanku ada pada
kebahagian kalian, dan kedukaanku jika kalian hancur celaka. Jika aku melihat
murid yang benar dan benar-benar telah meraih kemenangan melalui diriku, aku
merasakan kepuasan dan kelegaan, bahkan kegembiraan, karena bagaimana hal itu
terjadi melalui diriku?
Anak-anak muridku….
Hasratku adalah anda, bukan diriku.
Jika anda bisa berubah, itu demi anda, bukan demi diriku. Aku hanya
menggambarkan pelajaran, dan sesungguhnya yang membuat aku senang, semata
karena ini semua hanya untuk dirimu.
Wahai para kaum Sufi
Tinggalkan takabur di hadapan Allah
Azza wa-Jalla dan takabur di hadapan sesama makhluk. Lihatlah kadar diri-diri
anda, dan rendah hatilah dirimu.
Awalmu hanya setets air hina, dan
akhirmu hanyalah bangkai yang terbuang. Karena itu kamu semua jangan tergolong
orang yang tamak dan dikendalikan hawa nafsu. Hawa nafsu yang mendorong anda
untuk memasuki pintu-pintu penguasa untuk mencari sesuatu dari mereka, untuk
mendapatkan bagian atau pemberian mereka, padahal bagian yang diberikan itu
begitu hinadina.
Kanjeng Nabi SAW, bersabda:
“Siksa paling dahsyat dari Allah
Azza wajalla pada hambaNya, adalah ambisinya si hamba untuk meraih apa yang
tidak dibagikan padanya.”
Betapa celakanya, wahai orang bodoh
terhadap takdir dan bagian dari Allah. Apakah kalian menyangka bahwa generasi
dunia ini mampu memberikan bagian pada kalian, hal-hal yang bukan bagianmu?
Tetapi anda perlu ingat, bahwa waswas (godaan) syetan yang terus menggoda
kealam dan hati anda, sampai anda tidak lagi menjadi hamba Allah Azza wa-Jalla,
dan menjadi hamba diri anda sendiri, menjadi budak nafsu dan syetan anda.
Menjadi budak naluri, harta dan uang anda. Hati-hatilah mana tempat kemenangan
dan kebahagiaan sampai anda mampu menempuh jalan ubudiyah anda.
Diantara para Ulama sufi mengatakan,
“Siapa yang tidak mengenal tempat kebahagiaan hakiki, pasti tidak pernah
bahagia.” Anda mengetahua tempatnya, tetapi anda hanya mengenal melalui kedua
mata kepala anda, bukan dengan matahati dan rahasia batin anda. Iman anda hanya
melintas belaka, sampai anda hanya melihat tidak dengan penglihatan hakiki.
Allah Azza wa-Jalla berfirman:
“Sesungguhnya bukan mata yang buta,
tetapi yang buta adalah matahati yang ada di dalam dada.”
Si tamak yang memburu dunia dari
tangan makhluk telah menjual agama dengan debu, menjual apa yang abadi dengan
yang fana, lalu dia tak mendapatkan kedua-duanya. Sepanjang iman anda kurang,
anda merasa kurang dengan dunia dan kehidupan anda hanya untuk merebut sesama,
sampai agama anda tergadaikan dan anda merasa bisa makan dari mereka.
Namun sepanjang iman anda sempurna,
anda akan senantiasa mampu bertawakkal jiwa anda kepada Allah azza wa-Jalla dan
keluar dari sebab akibat duniawi, memutuskan hati pada budak dunia menuju
kepada Allah Ta’ala, lalu hati anda pergi menjauh dari seluruh makhluk.
Disinilah hatimu bisa keluar dari
negerimu, keluar dari keluargamu, keluar dari took dan popularitasmu.
Lalu anda menyerahkan semua itu pada
mereka, seakan-akan Malakat Maut hendak menjemput anda, anda seperti sedang
disambar oleh kamatian, seakan-akan bumi hendak menelan anda, dan gelombang
takdir telah meraih anda memasukkan ke dalam lautan ilmu dan menenggelamkan
anda di sana. Siapa yang mampu di tahap ini, segala penderitaan dunia tidak
berpengaruh baginya, sebab dunia hanya pada lahirnya, bukan masuk dalam
batinnya. Bahkan dunia untuk yang lain bukan untuk hatinya.
Wahai para kaum….
Jika anda semua mampu melakukan apa
yang saya sebutkan itu, mampu mengeluarkan sebab akibat dunia dan
ketergantungan padanya dari hatimu, anda akan meraih kemenangan dari segala
segi. Jika anda tidak mampu meraih semua itu, paling tidak sebagian ajaran itu
anda dapatkan.
Nabi kita SAW bersabda:
“Kosongkan dirimu dari problema
duniawi semampu (semaksimalmu).”
Anak-anak muridku…
Jika kamu sekalian mampu
mengosongkan hatimu dari dunia, lakukanlah. Jika tidak, maka cepatlah larikan
hatimu menuju kepada Allah Azza-wa-Jalla. Gantungkan hatimu pada Rahmat Allah
Ta’ala, sampai problema dunia keluar dari hatimu, karena Allah azza wa-Jalla
Maha Kuasa atas segalanya dan Maha mengetahui. Pada KuasaNyalah segalanya
tergenggam. Kokohlah di pintuNya, mohonlah agar hatimu disucikan dari selain
DiriNya, lalu dipenuhi iman dan ma’rifat padaNya, mengenalNya dan cukup
denganNya, jauh bergantung pada makhlukNya. Mohonlah agar dianugerahi Yaqin,
dan kemesraan qalbu bersamaNya, kesibukan fisik untuk taat padaNya. Mohonlah
semuanya dariNya bukan dari selain Dia. Jangan sampai anda menyerahkan pada
sesama makhluk, tetapi serahkan padaNya, bukan lainNya. Engkau bermuamalah
denganNya dan bagiNya, bukan bagi yang lain.
Anak muridku….
Kefahaman teoritis dan ucapan,
tetapi tidak disertai amal qalbu, membuat anda tidak bisa melangkah kepada
Allah Ta’ala, walau pun selangkah. Perjalanan adalah perjalanan Qalbu.
Kedekatan adalah kedekatan rahasia qalbu. Amal sesungguhnya adalah amal hakiki
disertai disiplin pada aturan syar’y dalam gerak fisik badan kita, dan Tawadlu
(rendah hati) kepada Allah azza wa-Jalla dan kepada para hambaNya.
Siapa yang mengukur dirinya dengan
hasrat diri sendiri, maka tidak akan dapatkan ukuran benar. Siapa yang
memamerkan amalnya pada makhluk, bukanlah disebut amal. Amal sesungguhnya
justru tersembunyi, kecuali hal-hal yang fardlu, yang harus ditampakkan. Dan
anda telah sembrono dalam melangkahkan jejak asas jiwa anda. Tentu tidak ada
manfaatnya manfaatnya anda membangun sesuatu di atasnya, karena bangunan akan
roboh.
Fondasi amal adalah Tauhid dan
Ikhlas. Siapa yang tidak berpijak pada Tauhid dan Ikhlas, tidak akan meraih
amal. Kokohkan asas fondasi amal anda dengan Tauhid dan Ikhlas, lalu bangunlah
amal itu dengan Daya Allah Azza wa-Jalla, bukan dengan kekuatan dan dayamu.
Tangan Tauhid adalah penegak, bukan tangan syirik dan kemunafikan. Orang yang
bertauhid adalah yang mampu meninggikan derajat amalnya, bukan pada orang
munafik.
Ya Allah jauhkan diri kami dari
kemunafikan dalam seluruh tingkah kami. Dan berikan kami kebajikan di dunia dan
kebajikan di akhirat, dan lindungi kami dari azab neraka.
SABAR
Pengajian Syeikh Abdul
Qodir al-Jilany
Beliau berkata:
Ya Allah limpahilah rahmat bagi
Kanjeng Nabi Muhammad Saw dan keluarganya.
“Berikanlah kami kesabaran dan
berikanlah keteguhan langkah kami.” Limpahilah anugerahMu yang banyak,
limpahilah rizki syukur atas anugerahMu…”
Wahai para kaum….
Bersabarlah kalian semua,
sesungguhnya seluruh isi dunia ini hakikatnya adalah bencana dan musibah.
Sedikit sekali yang bukan musibah. Setiap rasa nikmat melainkan diiringi oleh
derita. Dan setiap kesenangan, melainkan ada kesedihan. Tak ada keleluasaan
yang muncul melainkan disana ada kesempitan. Berikanlah dunia dan kehidupanmu,
raihlah bagianmu dari dunia dengan aturan syar’y. Karena aturan Ilahi itu
merupakan terapi bagi penyakit dari duniamu.
Anak muridku….
Berjalanlan di alur syariat jika
anda menghendaki. Dan raihlan melalui tangan “Amr Ilahi” manakala anda
tergolong kaum sufi. Dan melalui tangan Kinerja Allah Ta’ala anda meraihnya,
manakala anda tergolong orang yang patuh, orang yang sudah sampai kepadaNya.
Dengan langkah kepadamu, dan Perintah yang memerintahmu serta mencegahmu,
sedangkan KinerjaNya menggerakkan apa yang ada dalam dirimu.
Manusia itu terbagi tiga kelompok.
Kelompok awam, kelompok khowash dan kelompok khowashul khowash (sangat khusus).
Manusia awam adalah muslim yang
taqwa, yang memegang teguh aturan syariah dalam ibadahnya, dan mereka ini masuk
dalam kategori firman Allah swt:
“Apa yang datang dari Rasul
ambillah, dan apa yang dilarang bagimu, hindarilah.”
Jika hal ini bisa sempurna lahir
maupun batin, hati hamba akan cemerlang, lalu hatinya merasa cukup karena
berpegang pada syara’, lalu ia meraih Ilham dari Allah Ta’ala, karena IlhamNya
ada dalam segalanya,
sebagaimana firmanNya:
“Maka Allah mengilhaminya, baik
sikap menyimpangnya dan ketaqwaannya.”
Hamba ini begitu bertaqwa hatinya
dan terus memandang Ilham Ilahi. Tandanya ia meraih dzahirnya perintah, bahwa
dalam kehidupan ini ada yang merajai dimana kekuasaan ada di TanganNya.
Lalu cahaya hatinya memancar karena
itu, setelah menjalankan ibadah syariatnya dengan kekuatan imannya dan
tauhidnya, setelah hatinya keluar dari dunia dan jagad makhluk ini dengan
segala keruwetan dan busa-busanya. Lalu datanglah subuh hari, datanglah cahaya
iman, cahaya taqarrub dari Tuhannya Azza wa-Jalla. Cahaya amal dan cahaya
kesabaran, cahaya kasih dan ketentraman. Semua ini buah dari ibadah menurut
aturan syariah, dan berkah dibalik semua itu.
Sedangkan para Abdal (Wali Abdal)
adalah kaum Khowashul khowash justru yang memberikan fatwa syara’, lantas
mereka ini memandang perintah Ilahi, Kinerja, Gerak dan IlhamNya. Selain itu
semua berarti kehancuran dalam kehancuran, sakit dalam kesakitan, haram dalam
keharaman. Kepusingan dalam pokok agama, rumit dalam hati dan runyam dalam
jasadnya.
Wahai kaum Sufi.
Apa yang diberlakukan oleh Allah
Ta’ala bagi dirimu, sesungguhnya agar kamu memandang bagaimana kamu
memberlakukannya? Apakah kamu bisa kokoh atau sebaliknya malah lari? Apakah
kamu jujur atau mendustai? Sebab siapa yang tidak selaras dengan kepastianNya,
tidak meraih kasih sayang dan tidak meraih keselarasan. Siapa yang tidak rela
pada ketentuanNya, maka tidak akan meraih ridloNya. Siapa yang tidak memberi
tidak diberi.
Wahai si bodoh, kamu ingin berubah
dan berganti sesuai dengan seleramu. Kamu jadi tuhan kedua dengan menginginkan
agar Allah Azza wa-Jalla berselaras dengan dirimu. Kamu harus membalik
pandanganmu, agar kamu benar. Kalau bukan karena takdir-takdir itu, kamu tidak
akan tahu mana klaim-klaim kebohongan, dan ketika tertarik, maka jelaslah
disana, mutiara-mutiara. Ingkarilah nafsumu yang senantiasa kontra kepada Allah
Azza wa-Jalla. Kalau kamu bisa kontra pada nafsumu, kamu pasti bisa kontra pada
selain dirimu. Atas kekuatan imanmu, kamu bisa menghapuskan seluruh kemungkaran
jiwamu. Tapi karena kelemahan imanmu pula, kamu hanya duduk di rumah dan enggan
menghilangkan kemungkaran hatimu.
Langkah-langkah iman itu adalah
kekuatan yang bisa jadi bekal untuk mengapai syetan-syetan manusia dan jin,
yang bisa membuat kokoh ketika kamu menghilangkan cobaan dan bencana.
Pijakan-pijakan iman yang ada, jika tidak memiliki langkah kuat, jangan disebut
iman. Singkirkan semuanya, dan Cintailah Khalik secara total. Bila Dia
menghendaki, Allah akan memberikan limpahan cintaNya padamu hal-hal yang kau
benci, tetapi engkau tetap terjaga di sana. Karena Dialah Yang Membuat Cinta,
bukan dirimu, sebagaimana sabda Nabi SAW.:
“Ada tiga hal dari duniamu yang
membuat aku mencinta: Wewangian, wanita, dan kesejukan jiwa dijadikan padaku
dalam sholat.”
Beliau dilimpahi cinta itu setelah
menyingkir, meninggalkan, zuhud dan berpaling. Karena itu kosongkan hatimu dari
selain, sehingga jika muncul kecintaan semata karena kehendakNya.
JANGAN HANYA HANYA
LAHIRNYA YANG DI PERBAIKI
Pengajian
Syeikh Abdul Qodir al-Jilany
Beliau berkata:
Bajunya nampak elok dan bersih hatinya kotor, berzuhudlah dalam kebolehan dan
malas bekerja untuk makan guna mengisi agama, dan tidak mengenal wara
(memelihara ddiri dari perkara haram dan subhat) terhadap makanan yang jelas
haram. Bagi orang umum permasalahan itu tidak jelas tetapi bagi al khawash
(abdal) sama sekali tidak – tetap jelas --- . Setiap zuhud dan kebaktiannya
hanya dari lahirnya saja. Lahiriahnya memerintah, tetapi batiniahnya menentang.
Celaka kamu tunduk
kepada Allah hanya dengan hati bukan meliputi acuan. Segala hal ini bergantung
pada hati dan dimensi ketiga (sirr). Telanjangkan dirimu terhadap apa pun yang
jiwamu bertempat di sana, hingga punya mu dicabut Allah tiada terasa sakit. Kosongkan
dirimu hingga Dia bersamamu. Tinggalkan baju kelemahan dalam hak Allah.
Lepaskanlah baju keberhentianmu bersama makhluk dan persekutuanmu bersama
mereka, lepaskan baju syahwat, baju dungu, baju ujub dan baju nifaq, juga baju
cintamu menerima makhluk dan penerimaan mereka atasmu, dan pemberian mereka
untukmu, lepaskan pakaian dunia dan pakaian-pakaian akhirat. Tanggalkan
pengitarmu, kekuatan dan kemarahanmu, campakkan dirimu di hadapan Al-Haq tanpa
daya kekuatan dan tanpa mengenal henti dalam pertautan sebab (causalita), tanpa
menyekutukan makhluk. Bila engkau laksanakan ini engkau akan melihat kelembutan
Dia datang mengitarimu. Rahmat-Nya terkumpul untukmu, nikmat dan pemberian-Nya
menutupimu. Tujulah Dia, putuskan dunia dengan telanjang. Jalanlah kepada-Nya
dengan terputus dan terpusat dari selain Dia. Tujulah Dia dalam pencarianmu;
yaitu pencarian yang bisa menyatukan dirimu dan mempagutkan jiwamu dengan
kekuatan lahir dan batin. Sehingga kalaupun keberadaan ini terkunci untukmu dan
yang berat dibebankan atasmu engkau tidak merasa berat, bahkan di sana ia
menjagamu dari kelenyapan makhluk melalui tauhid yang engkau genggam,
mengosongkan dunia dengan tangan zuhud dan mengosongkan segala selain Allah
dengan genggaman cinta, sungguh sempurnalah; baik dan selamat, dan beruntung
mendapat kebaikan dunia dan akhirat. Jagalah dirimu dari perbudakan nafsu, hawa
dan setan-setan penunggumu sebelum mati. Jagalah kematianmu secara tertentu
sebelum datang kematian sesungguhnya.
Wahai manusia
sambutlah seruku ini, karena aku berdoa kepada Allah untukmmu agar dirimu
tersampai ke pintu-Nya serta menaati perintah-Nya. Aku tidak mendoa-kanmu agar
dirimu sampai ke pintu-Nya serta mentaati perintah-Nya. Aku tidak mendoakanmu
untuk diriku pribadi. Orang munafik itu tidak mau berdoa kepada Allah untuk
manusia umum, tetapi ia berdoa untuk diri sendiri, pencari untung dan penerima
untung. Wahai orang dungu, mengapa engkau enggan mendengar suara ini dan
bermalas-malasan dalam Biara bersama nfsumu. Pertama kali yang engkau
butuhkan adalah persahabatan dengan orang-orang alim, membunuh nafsu dan segala
sesuatu selain Allah, baru memungkinkan kamu memasuki tempat mereka. Maksudku
adalah; orang berilmu, setelah itu menyendiri bersama mereka dan bertempat
dalam kediaman sendiri bersama Al-Haq. Kalau demikian sudah jelas sempurna
atasmu niscaya engkau akan merobah menjadi pengobat manusia lain, menjadi
penjembat memperoleh petunjuk atas konsesi Allah. Lisanmu terpelihara tapi
hatimu maksiat. Lisanmu penuh memuji Allah tapi hatimu lari dari-Nya. Lahirmu
Muslim tapi hatimu kafir. Rupanya hatimu seperti gamping yang runtuh dari rumah
mandi. Bila hal ini terjadi terus menerus padamu, berarti setan berrhasil
membangun pos-pos dalam hatimu dan menjadi pemukimannya yang paling strategis.
Orang beriman tentu
menjunjung penghidupan batininya untuk menghidupkan lahiriah. Mereka laksana
pekerja rumah yang memberi harta kepada setiap orang yang memasukinya, padahal
pintunya runtuh. Setelah penghidupannya sempurna lalu mereka memperbaiki
pintunya. Demikian Bidayah Allah dan Ridha-Nya, baru mereka berpaling menuju
makhluk (manusia) dengan izin-Nya. Bidayah akan menghasilkan akhirat lalu akan
mendapatkan bagian dari dunia.
UJIAN
BAGI ORANG BERIMAN
Pengajian
Syeikh Abdul Qodir al-Jilany
Beliau berkata:
Dari Nabi saw.
“Sesungguhnya Allah
tidak menyiksa kekasihnya tetapi hanyalah mencobainya.”
Orang beriman tetap
bertahan dari cobaan Allah, kecuali malah menghantarkan dirinya ke puncak
kebaikan, baik di dunia atau di akhirat. Di antara cobaan itu adalah menerima
bala’ dan sabar dalam menghadapinya tanpa mengadu kepada orang lain atau
meminta bantuan kepada mereka – selain Allah – bahkan saat itu ia lebih giat
sibuk bersama Dia.
Wahai orang yang
disibukkan urusan dunia, sambutlah suara ini dalam tempat ini. Engkau bicara
dengan mulutmu tanpa engkau ikuti dengan hati. Engkau berpaling dari Allah,
juga firman-firman-Nya, dari Nabi-Nya dan para pengikut mereka, juga terhadap
kebenaran orang-orang yang menjadi penerus mereka (‘ulama). Kamu pencabut kepastian
dan ketentuan. Sungguh engkau terima pemberian makhluk – lebih kau utamakan –
daripada pemberian Al-Haq. Rupanya tiada kalam dari Allah yang kau dengar,
tidak juga dari suara-suara hamba yang shalih yang bisa membawamu taubat,
ikhlas bertaubat dan konsisten di sana. Terimalah ketentuan atau kepastian yang
tersurat atas dirimu. Jagalah apa yang membawa kemulyaan dan merendahkan dalam
fakir dan kaya, dalam sehat dan sakit, dan tehadap apa pun yang engkau sukai
atau bahkan yang engkau benci.
Wahai manusia ikutilah
ini, sehingga praktis engkau menjadi pengikutnya, layanilah sehingga praktis
engkau menjadi pelayannya, ikutilah yang lebih utama dan layanilah Dia sehingga
ia menyertai dan melayanimu.
Wahai hamba jika kamu
sedia melayani kau pun dilayani, jika kamu berhenti Dia pun berhenti. Layanilah
Al-Haq, jangan sibuk lalu meninggalkan-Nya karena melayani para pemimpin yang
tidak membawa mudharat atau manfaat. Mana saja mereka memberimu? Apakah mereka
mampu memberimu apa yang tidak dibagi untukmu, atau mentukan pembagian
sesuatu yang tidak dibagikan oleh Allah. Tidak ada yang perlu diistimewakan
untuk mereka. Pabila engkau berkata bahwa, peberian mereka itu mendahului, maka
kafirlah kamu. Bukankah engkau tahu sesungguhnya tiada pemberi, tiada penolak,
tiada pencelaka, taida yang qadim, tiada yang akhir kecuali Allah. Jika engkau
berkata sesungguhnya aku tahu hal itu; maka ku katakan padamu : “Bagaimana
engkau tahu? Dan mendahulukan selain Dia?”
Celaka, mengapa engkau
rusak akhiratmu denga duniamu, bagaimana engkau rusak ketaatanmu kepada-Nya
dengan mengganti tunduk pada nafsu, setan dan makhluk? Bagaimana engkau rusak
taqwa dengan pengaduanmu kepada selain Dia? Tahukah engkau bahwa Allah
pemelihara orang taqwa dan menjadi penolong mereka, pembenteng mereka dan
sumber pengetahuan mereka, dan penyelamat mereka dari kebenciannya? Penglihatan
hati mereka dan pelimpah rizki untuk mereka tanpa batas? Dia berkata ( dalam
Hadits Qudsi?) :
“Wahai anak Adam
malulah kepada-Ku seperti engkau malu kepada tetanggamu yang shalih.”
Sabda Nabi saw. :
“Apabila pintu seorang
hamba terkunci, dan turun tirainya, dan tidak jelas dalam memandang makhluk,
dalam kesunyian bermaksiat kepada Allah; atas ddirinya Allah berkata : “Wahai
anak Adam, engkau jadikan Untuk-Ku pandangan yang mudah bagimu?.”
TIDAK ADA BEBAN
Pengajian
Syeikh Abdul Qodir al-Jilany
Beliau berkata:
Sabda Nabi saw. :
“Aku dan golongan
umatku yang taqwa memperoleh kelepasan dari beban.”
Taqwa tidak menjadi
beban bagi penghambaan Allah, karena taqwa itu jelmaan dari tabiat
kemanusiaannya. Ia menyembah Allah dengan lahir dan batininya tanpa ada rasa
pembebanan untuk diri. Sedang untuk orang munafik dalam setiap situasinya – apa
pun – menjadi beban, apalagi untuk menyembah Allah. Pembebanannya terrletak di
bagian lahir jiwa dan menempatkan di bagian batiniahnya. Ia tidak mampu
memasuki jalan yang dimasuki orang bertaqwa. Setiap tempat jadi panorama,
setiap amal milik manusia dan perang dicipta juga milik manusia.
Wahai oang munafik
bertaubatlah dari nifaqmu dan kembalilah dari pelarian munafiq. Bagaimana,
engkau ditinggalkan-Nya, setan menertawakanmu. Jika kamu puasa, shalat, semua
itu engkau lakukan demi makhluk bukan untuk Allah. Demikian pula jika engkau
bersedekah mengeluarkan zakat dan haji. Perbuatan itu hanya kerja keras lagi
memayahkan. Dalam waktu dekat engkau akan dicampakkan ke neraka Hawiyah bila
engkau tidak segera bertaubat dan mengadukan diri atas kesalahanmu. Jagalah
dirimu untuk mengikuti sunnah – bukan bid’ah – jagalah madzab kuno yang benar.
Celaka, engkau hafal
Al-Qur’an tetapi tidak beramal darinya. Engkau pelihara sunnah Rasul tapi tidk
beramal darinya. Maka, manakah pekerjaanmu yang berdasar sunnah? Engkau suruh
manusia berbaik sedang kamu tidak melaksanakan baik. Engkau tahan mereka (dari
berbuat buruk) tapi engkau tidak menahan dirimu dari perbuatan itu. Firman
Allah :
“Amat besar kebencian
di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang kamu tidak kerjakan.” (Qs. LXI
:3).
Mengapa engkau berkata
tetapi tidak menepati, engkau tidak malu. Bagaimana engkau mengaku iman tapi
tidak beriman? Iman adalah manifestasi dari kelurusan (tahan) uji.
Ia sabar membawa beban berat, ia pemberani (pelawan) ia pembunuh,
iman adalah suatu hal termulia di atas segala dunia. Iman dimulyakan karena
Allah semata dan bahwa nafsu diperhina karena setan. Barang siapaa meninggal
pintu Al Haq tentu menuju pintu manusia. Barang siapa sia-siakan jalan Al Haq
dan penaungan-Nya tentu duduk di jalan makhluk dan berlindung di sana.
Barangsiapa dikehendaki oleh Allah kebaikannya, tentu pintu-pintu yang tembus
makhluk ditutup baginya. Pemberi mereka diputus untuknya. Sehingga semua itu
tidak berguna bagi dirinya.
Celaka, engkau riang
dalam tempatmu di pagi hari, di musim dingin. Dalam waktu dekat akan datang
musim panas dan menyedot air yang kamu simpan sampai kering, lingkunganmu mati
karena musim panas itu pemutus (penghisap) air, sedang musim dingin menambah
air melimpah. Jadi dirimu bersama Allah niscaya kamu beruntung, mulia, jadi
pemimpin dalam menegakkan hukum.
Wahai sahay, hendaknya
engkau menjaga perilaku, pakaian yang tidak pantas dan larilah dari kahluk
dalam setiap tujuanmu. Bila engkau mampu ciptakan hubungan di bumi kelak untuk
tempat akhirmu, lakukanlah! Adanya demikian semata untuk melatihmu sampai
terpenuhi iman dan kekuatan pijak keyakinanmu, dan membuka mata hati lalu
mengangkat kediamanmu dan terbang di angkasa menuju kekuasaan Allah; mengilingi
dunia dari timur sampai barat, meliputi daratan, lautan tanah datar, gunung,
dus mengelilingi langit dan bumi, sedang kamu bersama penjaga yang tesia.
Ketika itu, lisanmu mekepas ucapan. Tanggalkan pakaianmu yang tidak kuat – dan
sekarang – hadapilah manusia, keluarlah dari persembunyianmu, akrena,
hakekatnya kamu sudah menjadi dokter bagi mereka tanpa menimbulkan rasa pedih
dalam hati. Bahkan kamu tidak lagi mempedulikan sikap angkuh mereka, kebanyakan
tabiat mereka, penghadapan mereka, pembelakangan mereka, pujian mereka dan cela
mereka. Kamu juga tidak peduli lagi akan kejatuhanmu, karena kamu telah bersama
Al-Haq.
Anak-anak muridku,
fahamilah Pencipta kaunia ini dan bersopanlah di hadapan-Nya. Selagi hatimu
jauh dari dia tentu kamu tetap berlaku tidak sopan di hadapan-Nya. Tapi bila
kamu memperdekat diri baiklah adabmu. Ini laksana dua sahaya yang dipekak
sebelum dikendarai raja, pabila telah dikendarai kendaraan mereka sama datang
beserta perilaku meeka yang sopan, karena mereka dekat dengannya. Setiap
individu dari mereka lari menuju Zawiyah (pondok tempat khalwat kaum zuhud)
yang ditentukan. Penghadapan manusia itu menunjukkan penglihatan yang terbalik
dari Al-Haq. Jika demikian maka tidak ada kata untung bagimu, sampai kamu
tanggalkan tuhan-tuhan ciptaanmu, memutuskan causalita, meninggalkan
penglihatan manusia dalam bentuk manfaat dan mudlarat.
Sesungguhnya kamu itu
sehat-sehatnya orang sakit, terkaya daripada orang miskin, hidupnya orang mati,
sampai kapan perlakuan ini kau tunjukkan di hadapan Allah Al-Haq, dan sampai
kapan engkau berpaling dari Dia Sampai kapan penghidupanmu atas dunia dan
pembinasaanmu atas akhirat? Sesungguhnya setiap individu darimu itu berhati
satu, mengapa bisa mencintai dunia dan akhirat dalam satu waktu. Bagamana di
sana terdapat dzikir sang pencipta dan yang dicipta dalam satu waktu, dan
bagaimana hal itu bisa dihasilkan dalam satu situasi, satu kondisi dan satu
hati? Yang demikian hanyalah dusta. Jauh sebelum ini Nabi saw. bersabda :
“Orang dusta itu suka
menyisihkan iman.”
.Setiap bejana bisa
menampung sesuatu. Perbuatanmu itu menunjukkan i’tikadmu, lahiriahmu
menunjukkan batiniah. Sedang batiniahmu amat jelas bagi Allah dan orang-orang
tertentu dari hamba-Nya. Jika mereka menerimakan sesuatu kepadamu maka
beradablah di hadapan-Nya, dan taubatlah akan dosa-dosamu sebelum berjumpa
dengan Dia. Kecilkan dirimu di hadapan Dia, rendahkan untuk-Nya. Pabila kamu
berendah diri kepada orang-orang shalih berarti kamu telah berendah diri di
hadapan Allah. Berendah dirilah karena orang berendah diri derajatnya
ditinggikan Allah. Sebaik-baik perilaku di hadapanmu adalah yang engkau lakukan
di hadapan orang yang lebih tua darimu. Nabi saw. bersabda :
“Barakah itu sebagian
besar terdapat dalam orang-orang yang lebih tua darimu.”
Dikatakan : takwa itu
melaksanakan perintah, mebghentikan cegah dan menetapkan Kitab dan Sunnah. Jika
tidak, kamu termasuk orang tua yang tidak menetapkan pemulyaannya dan tidak
mendoakan selamat atasnya, kalau begitu halnya ia tidak mengandung barakah.
Orang tua yang taqwa, orang shalih yang wara’, kaum cendekiawan dengan ilmu dan
orang-orang yang suci dengan amal, orang tua yang berhati jernih lagi berpaling
dari selain Allah, oang tua yang berhati ma’rifat dengan Allah lagi alim, dekat
dari-Nya; kala telah banyak pengetahuan hati dekatlah ia dari Al-Haq. Tetapi
setiap hati yang cinta dunia maka ia tertutup dari Allah, dan setiap hati yang
cinta akhirat maka ia dekat Allah.
Penutup kecintaan
duniawimu mengurangi kecinntaan akhirat. Dan penetapan cintamu atas akhirat
mengurangi kecintaanmu terhadap Allah. Ketahuilah, kemampuanmu jangan sampai
jadi sebab penggoncangan jiwamu – yang tidak dikehendaki Allah--- Itu sebabnya
di antara kaum Ulama adan yang berkata : “Barangsiapa tidak mengerti
ketetapannya, maka diketahuinya ketentuannya itu jadi ketetapannya.” Jangan
engkau berdiam di tempat yang menjadi tempatnya. Bila engkau masuk rumah jangan
duduk di tempat yang kamu tidak disuruh oleh tuan rumah untuk mendudukinya.
Anak-anak muridku,
sungguh kamu sia-siakan hidup berdasar ilmu dan menjaganya tanpa pengalaman.
Itu mana mungkin bermanfaat bagimu. Nabi bersabda :
“Allah berkata di hari
kiamat kepada para Nabi; Ulama : Kamu semua adalah para pengembala makhluk
(umat) lalu apa yang kamu perbuat dalam penggembalaanmu. Dan Allah berkata
kepada para pemimpin, orang-orang kaya : Kamu semua adalah pembawa kunci
gudang-Ku, apakah kamu sudah bersambung dengan orang fakir, memelihara
anak-anak yatim, menafkahkan darinya menurut kewajiban yang Kutentukan atasmu.”
Wahai manusia
berpetuahlah menurut petuah yang datang dari Rasul saw. dan jadikan ia standar
ucapanmu. Alangkah kesat hatimu! Celaka engkau wahai orang munafik, engkau
harapkan aku agar keluar dari negeri ini. Seandainya engkau buat oleh permainan
masalah untuk mengganti ketentuan ini, mengoyak-koyak organ tubuhku dan merobah
bicara ini; sungguh aku lebih takut siksa Allah di hari mendatang.
Celaka! Engkau tertawakan
aku, sedang aku berada di pintu Allah untuk menyeru manusia menuju-Nya, ku
tunggu jawabmu. Wahai orang munafik niscaya engkau akan melihat siksa Allah dan
siksa-Nya di dunia dan akhirat. Firman-Nya :
“Setiap waktu Dia
dalam kesibukan.” (Qs. LV:29).
Bahkan setiap detik,
waktu untukmu dan waktu untuk selainmu.
Anak-anak muridku,
bila engkau ingin berlapan dada dan memperharum hati, maka engkau jangan
denganrkan ucapan makhluk termasuk rayuan mereka.
Makhluk pertama itu
bermasyarakat, dan yang kumaksud ini adalah makhluk (manusia) yang suka
menyendiri, ya, kesendirian dari anak kendati hanya tunggal – keturunan Adam –
lalu ia merobah arti yang pertama dan menggantinya. Penciptaan mereka dari air
hinanya. Hatinya menyempit karena melihat polah manusia, maka berusaha mencari
pintu rahasia milik mereka. Sehingga terjadilah untuk dirinya dunia akhirat,
surga neraka. Jika ditelusuri seluruh makhluk dan keberadaan segala ini bermula
dari satu. Kemudian semua keberadaan itu diserahkan kepada mereka bersama rahasia-rahasianya.
Lalu di antara mereka ada yang tenggelam dan tidak tampak lagi. Di sana juga
ada ketentuan seperti ketampaan itu, yang, jika diumpamakan kemampuannya akan
sesuatu yang dikehendaki terajdi padanya. Tongkat Musa a.s. menelan bermacam
tambang dan benda-benda lain, kendati dalam tongkat itu tidak berubah. Aku
menghendaki agar Allah mengajarimu tentang hal itu; selain hikmah. Karena yang
diperagakan oleh tukang-tukang sihir di hari pertunjukan tersebut merupakan
ketinggian hikmah dan kecerdikan. Sedang yang nampak dalam tongkat Musa as.
Adalah kehendak Dia, yang baisa disebut Mukjizat. Karena itu pemimpin tukang
sihir berkata kepada salah seorang temannya : “Lihatlah Musa!” yakni keadaan
dia.
Anak-anak muridku,
kapan kamu tegak dari hikmah ke Qudrat, kapan kamu sambung amalmu dengan himah
kehendak Allah, kapan kamu sambung kesimpulan amalmu di pintu yang memperdekat
dirimu dari Tuhan, kapan kamu lihat cahaya ma’rifat menghadap hati awam dan
khowash; jangan lari dari Allah karena takut cahaya-Nya.
Sesungguhnya coba Dia
yang ditimpakan atasmu akan mempersejuk dirimu. Apakah engkau akan surut ke
causalita dan meninggalkan pintu-Nya atau tidak? Apakah engkau kan kembali ke
lahir atau batin? Kembali ke penemuanmu atau yang tidak engkau temui? Kembali ke
suatu yang tampak atau yag tidak tampak? Wahai Allah janganlah Engkau
memberi cobaan pada kami (melebihi kemampuan), Wahai Allah limpahkanlah rizki
pada kami agar memperdekat dengan-Mu tanpa bala’. Wahai Allah perdekatlah dan
lunakkanlah hati kami, wahai Allah dekatlah jangan jauh, tiada kuasa bagi kami
untuk menjauh dari-Mu, tiada juga atas kerasnya coba. Rizkikan untuk kami agar
dekat kepada-Mu, serta tiada api cobaan. Atau jika ada, atau tidak bisa tidak
harus terjadi bersama api coba, maka jadikan untuk kami di sana pembalut kulit
dari kehangusan api yang menyengat, Jadikan untuk kami api, seperti api Ibrahim
kekasih-Mu, tumbuhkan di sekitar kami rerumputan seperti Engkau tumbuhkan di
sekitarnya, dan kayakan kami dari segala sesuatu seperti Engkau memperkayakannya,
jinakan kami, hadapkan kami seperti Engkau menghadapkannya dan peliharalah kami
seperti Engkau memelihara Ibrahim, kekasihmu.
Ibrahim a.s. telah
meraih pertalian (rafiq) sebelum berjalan (tariq), berumah sebelum bertetangga,
berjinak sebelum takut, keras sebelum sakit, sabar sebelum dicoba, ridlo
sebelum datang kepastian. Belajarlah dari bapakmu, Ibrahim as. Bertuntunlah
dengannya baik kata atau perbuatannya.
Anak-anak muridku,
usahakan bersama Allah selalu dan berdiam kala datang kehendak atau
perbuatan-Nya. Sehingga engkau lihat kelembutan dari-Nya tanpa hingga.
Dengarkan kamu, nama Jalunus Al Hakim? Bagaimana kebisuan dan kediamannya dalam
menerima uji coba, sampai ia berhasil mengantongi setiap ilmu yang datang
dari-Nya. Hikmah Allah tiada kan datang di hatimu oleh igauan dan kegoncanganmu
terhadap Dia, apalagi engkau lari dari-Nya.
Wahai Allah,
limpahkanlah untuk hamba pertalian ini, lepaskan dari ketergoncangan.
“Dan berikan untuk
kami kebaikan hidup di dunia dan kebaikan hidup di akhirat, dan selamatkan kami
dari siksa neraka.”
MA’RIFATULLOH
Pengajian
Syeikh Abdul Qodir al-Jilany
Beliau berkata:
Wahai Kaum sufi,
kenalilah Allah, engkau jangan mendungu dari-Nya, taatilah jangan
menentang-Nya, tepatilah jangan menelisihi-Nya, relakan atas ketentuan Dia
jangan kau cabut, kenalilah Al-Haq melalui citaan-Nya. Dia adalah Dzat
Pencipta, pelimpah rizki, pemula, penutup, lahir dan batin. Dia Maha Qadim.”
Dzat Maha Kekal nan Abadi dan Dzat ayng bertindak menurut kehendak-Nya :
“Dia tidak ditanya
tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanya.” (Qs.XXI:23).
Takutlah Dia jangan
takut yang lain, berharaplah padanya jangan berharap kepada yang lain,
berputarlah bersama kekuasaan-Nya, hikmah-Nya sampai menunudukkan kemauanmu.
Beradablah bersama hitam di atas putih (Al-Qur’an) sampai datang apa yang
mengitarimu dan Dia. Jadilah kamu pemelihara dari kehangusan syari’at yang
ditunjukkan oleh-Nya. Arti tanpa gambar. Tiada yang bisa sampai ke ketentuan
itu kecuali orang-orang shalih. Kami tidak butuh keluar lingkungan syari’at.
Tiada orang yang tahu masalah ini kecali orang yang masuk di sana. Adapun yang
mengenai permasalah Dia – Yang Esa – tidak perlu engkau ketahui. Jadilah kamu
dalam segala usiamu berpeluk erat bersama Rasulullah saw. dengan menggenggam
segala perintah serta mengikutimya, sampai engkau mampu menyeru penguasa
kepadanya. Jika engkau bersedia ketika itu engkau mendapat konsesi Rasulullah
saw. Masuk dan tetaplah di sana. Mereka disebut Abdal (pengganti) karena mereka
tidak punya rasa kehendak yang bersama kehendak Allah. Dan jangan engkau pilih
sesuatu bersama pilihan-Nya. Hukum ini hanya berjalan pada lahirmu. Untuk
mengetahui amal lahirmu lalu memisah-misah amal khusus mereka. Kala derajat
mereka dan persinggahan mereka bersih maka dalam diri mereka semakin bertambah
perintah dan cegah. Tetapi yang ada adalah perintah-perintah syari’at yang
harus dikerjakan di sana dan disandarkan padanya. Sedang mereka dalam
lingkungan terpisah. Mereka tak henti-hentinya dalam keterasingan bersama
Al-Haq. Hanya mereka datang dalam waktu ditentukan perintah dan larangan. Di
sana mereka menjaga hukum-hukum syari’at itu sehingga tetap konstan selamanya
dan tidak akan tanggal. Sebab meninggalkan bentuk ibadah wajib itu zindiq dan
maksiat – berarti dosa besar – Jadi ketentuan ibdah-ibadah wajib itu tidak
boleh tertinggal atas seseorang dalam situasi apapun.
Anak-anak muridku,
benarlah, berdasar hukum dan yang terkandung di dalamnya, engkau jangan sampai
keluar meninggalkan ketentuan-ketentuannya dan jangan engkau lupakan janji.
Perangilah nafsu, setan-setan penguasa dirimu, juga tabiat dan dunia. Engkau
jangan putus asa dari pertolongan Allah karena – hal itu pasti datang padamu –
bersama keteguhan hatimu. Allah berfirman :
“Allah sesungguhnya
beserta orang-orang yang sabar.”
Juga berfirman :
“Maka sesungguhnya
pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang.” (Qs.V:56).
Lagi Firman-Nya :
“Dan orang-orang yang
berjihad (untuk mencari keridhaan) Kami benar-benar akan Kami tunjukkan kepada
mereka jalan-jalan Kami.” (Qs. XXIX :69).
Tahanlah lisan dari
pengaduan kepada manusia (makhluk), jadilah juru bicara Allah dan seluruh
makhluk untuk menyeru mereka agar patuh dan membendung maksiat. Tahanlah mereka
dari sesat, bid’ah dan mengikuti nafsu atau berjalin dengan nafsu. Seru mereka
agar mengikuti Kitb Allah dan Sunnah Rasul-Nya.
Wahai manusia,
muliakan Kitab Allah dan bertatakrama menurut pengajaran-Nya. Sesungguhnya ia
menjadi penjembatan antaramu dan Allah. Jangan engkau katakan bahwa ia makhluk.
Karena Allah berfirman : “Ini adalah Kitab-Ku.” Apa engkau berkata tiak?
Barangsiapa menolak Allah, menjadikan Al-Qur’an makhluk, maka ia telah kafir
kepada Allah, bahkan Al-Qur’an terlepas darinya. Itulah Al-Qur’an yang harus
dibaca, inilah yang pantas di dengar, yang pantas kamu perhatikan dan inilah
yang termaktub dalam Mushaf Kalam-Nya.
Imam Syafi’i dan Ahmad
berkata :
“Kalam itu makhluk dan
tulisannya yang ada di sana itu tidak makhluk.”
Hati adalah makhluk
dan penjaga yang ada di sana bukan makhluk.
Wahai manusia ambillah
nasihat dari Al-Qur’an dengan mengamalkannya; bukan dengan memperdebatkannya.
Itikad itu kata yang terus dilaksanakan sedang amal itu menurut pelaksanaannya
yang berjumlah (jumlah pelasanaannya). Jagalah iman di sana, bersedekahlah
dengan hatimu, beramalah dengan semua organ tubuhmu, sibukkan dirimu dengan
apapun yang membawa manfaat dan jangan jauhi akal dunia yang kurang.
Wahai manusia, berita
kata itu tidak mesti dapat bebas dari hukum akal, nas tidak bisa tinggalkan
qiyas. Engkau jangan tinggalkan saksi dan bersikeras menurut berita asal kata
penuduh. Harta orang itu tidak bisa dirampas dengan cara pengakuan; tanpa ada
penjelasan saksi. Karena itu Nabi bersabda :
“Seandainya orang itu
bisa diambil pengakuannya niscaya suatu kaum mengakui berkait (bersaudara)
dengan darah kaum yang lain beserta harta mereka, tapi kesaksian itu dari pihak
penuduh, dan sumpah atas orang yang ingkar.”
Lisan yang alim tiada
berguna jika hati dungu. Nabi saw. bersabda :
“Yang paling aku
khawatirkan atas umat-Ku adalah orang-orang munaifk, yang berpengetahuan
tinggi.”
Wahai Ulama, para
dungu yang datang dan yang jauh; malulah kepada Allah, lihatlah hatimu sendiri.
Jadilah dirimu di bawah perjalanan kehendak-Nya dan latihlah ia dengan
membiasakan syukur atas nikmat-Nya, dan tautkan kilatan cahaya dalam gulita
dengan kepatuhan. Bila hal ini nyata terjad padamu, tentu pemulyaan Allah
datang untukmu bersama dunia akhirat.
Anak-anak muridku
perangi keberadan ini sampai tak tertinggal satu pun yang kau cinta. Jika
keberadaanmu sempurna dari masalah tersebut, ia jangan kau tinggalkan dalam
dirimu. Siapa mampu menguasai ini tentu ia mengenal Dia. Inilah satu jenis dari
manusia yang tidak menerima kata damai dari makhluk. Wahai munafik uji coba
terdapat di pucuk-pucuk hatimu. Manusia kala melihat melalui hati mereka –
selain Allah – mendapati keselamatan mereka dalam kedamaian di sna dan duduk di
hadapannya, membuta di belakangnya, lisan mereka terputus dari pemalingan.
Peredaran siang malam,
bulan dan tahun terjadi atas mereka, sedang mereka tetap berada dalam suatu
kondisi yang tidak berubah bersama Allah. Mereka itulah kaum berakal di antara
ciptaan Allah yang ada. Seandainya engkau melihat mereka tentu berkata :
“Betapa bahagia mereka di hati kiamat.” Hati mereka selalu terisi duka cita
remuk redam di hadapan Allah, juga tak henti-hentinya terisi rasa takut dan
bising. Kala terbuka untuk menerima kebesaran dan keagungan-Nya niscaya di hati
mereka semakin bertambah takut. Hati mereka terputus dan ertalian mereka
tercerai. Pa bila hal itu terjadi atas mereka; itulah keterbukaan pintu
rakhmat, kebagusan kelembutan dan harapan bagi mereka. Maka apapun yang ada
pada diri mereka jadi tenteram.
Tiada yang paling aku
cintai kala aku melihat kecuali masa pencaharianku untuk akhirat dan
pencaharianku pada Allah. Sedang pencari dunia, makhluk, nafsu dan syahwat;
cih, aku tak sudi berrbuat untuknya!
Anak kecil pada
awalnya suka berkirab bermain debu dan benda najis lain. Mereka cenderung
menuju kerusakan diri dengan mencuri-curi dari pengawasan orang tuanya. Bila
berjalan suka beradu. Tapi kala ia terdidik dari semua itu, ia tinggalkan satu
demi satu. Kerusakan itu berkelanjut berubah jadi perlakuan yang sopan di
hadapan orang tuanya dan pembimbingnya.
Siapa dikehendaki oleh
Allah kebaikan terjadi padanya niscaya ia berta’adub meninggalkan apa saja yang
mengitari. Tapi siapa dikehendaki oleh Allah keburukan terjadi padanya tentu ia
hidup bergumul di sekelilingnya lalu binasalah dunia dan akhiratnya. Allah
pencipta penyakit dan obat, durhaka itu penyakit dan taat itu pengobat, aniaya
itu penyakit dan adil itu pengobat, salah itu penyakit benar itu pengobat,
menentang Allah itu penyakit dan taubat atas dosa itu pengobat. Obatnya hanya
terbilang sempurna pabila makhluk engkau ceraikan dari hatimu kemudian menjalin
dengan Allah.
Tiada kelepasan bagi
hatimu sedang di sana ada makhluk bukan Allah. Seandainya engkau bersujud
pada-Nya selama seribu tahun di atas bara, tapi hati engkau hadapkan selain
untuk-Nya, sama sekali perbuatan itu tidak bermanfaat. Tiada hal itu
berpengaruh untuk Dia kendati ibadah engkau persembahkan. Engkau tiada kan
dapat untung sampai engkau lenyapkan segala keberadaan ini dari hati. Cih, mana
berguna bagimu penampakkan zuhud disertai penujuan sesuatu dalam hati.
Engkau tahu bahw Allah
mengetahui segala rahasia dalam cakrawala ini? Mengapa engkau tidak malu
mulutmu berucap tawakal sedang hatimu tidak menuju Dia.
Anak-anak muridku,
engkau jangan perdaya sifat Hilm (sabar) Allah, karena Dia amat keras marahnya.
Engkau jangan perdaya ulama agar tidak acuh dengan Allah, karena setiap ilmunya
itu berbeda dengan mereka. Mereka itu eksponen ulama yang mendapat hikmah dari
Allah, Menyuruh manusia dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku dan tidak
melarang atau mencegah sesuatu dan tidak menahan diri dari Allah.
Wahai Allah, berilah
kami taubat juga untuk mereka. Anugerahkan pada kami untuk Nabi-Mu Muhammad
saw. serta nenek moyang kami Ibrahim as. Wahai Allah janganlah engkau kuasakan
di antara kami atas yang lain, manfaatkanlah antara kami, dan masukkan kami
dalam rahmat-Mu, Aamiin.
JANGAN
MENCARI SELAIN ALLAH
Pengajian
Syeikh Abdul Qodir al-Jilany
Beliau berkata:
Wahai anak-anakku,
tidak benar kehendakmu pada Allah tanpa engkau barengi tujuan untuk-Nya semata.
Karena setiap orang yang mengaku berkehendak menuju Dia ternyata malah
melampaui batas bahkan ia mencari selain Dia; berakibat sia-sialah
pengakuannya. Di sana penuju dunia amat banyak dan penuju akhirat di sana
amat sedikit. Tapi penuju Al-Haq, yaitu manusia-manusia yang membenarkan
kehendak Dia lebih sedikit jika dibandingkan yang sedikit itu. Dalam
kesedikitan dan kekurangan mereka laksana korek api merah. Mereka adalah bagian
individu yang penuh keganjilan. Sehingga di antara sekian banyak ini hanya
dijumpai satu.
Wahai pendusta engkau
bermesra dengan kehadiran setan, fikiran dunia, syahwat. Penampakan setan
yagberbentuk manusia adalah mereka yang menjalin persahabatan dengan nilai
buruk dan teman yang suka membual. Ini tidak mungkin tercapai hanya dengan
igau, dan kedirian akan pengakuan bicaramu dalam hal ini adalah suatu kegilaan
yang tidak berguna. Jagalah ketenangan dan ketidak tegran di hadapn Allah, juga
tinggalkan tatakrama yang buruk. Tidak bisa tidak bila hal ini sebagai ucapan
yang meliputi permasalahan tersebut maka ucapanmu di sana ada pada persipangan
jalan terburuk kepada Dia, dan tabaruk dengan menyebut ahlinya. Jadi
pengakuanmu bersama Dia itu tidak kosong dalam hati. Setiap yang nampak belum
tentu sejalan dengan yang batin, mungkin hanya penghayal. Engkau ernah dengar
sabda Nabi saw. :
“Tiada puasa bagi
orang yang dibayangi oleh makan daging manusia.” Dan Rasulullah juga
menjelaskan bahwa “puasa itu bukanlah karena meninggalkan makan, minum dan
buka, lalu cukup; bahkan (lebih jauh) sampai disandarkan pada bentuk
peninggalan laku dosa. Takutlah akan ghibah karena hal itu merongrong yang baik
laksana api menyantap kayu bakar.”
Juga takutlah
pandangan yang disertai syahwat, karena hal itu menanamkan maksiat dalam hati,
akibatnya engkau tidak terpuji di dunia dan akhirat. Takutlah sumpah palsu
karena perbuatan itu laksana rumah tanpa kamar; maka menghilangkan brakah
agamamu.
Celaka, engkau
nafkahkan hartamu dengan sumpah dusta dan engkau binasakan agamammu. Seandainya
engkau punya akal tentu engkau tahu bila hal ini termasuk pandangan lemah.
Allah berfirman : “Tidaklah dalam negeri ini seperti bentuk kehidupan ini, dan
juga tidak menurut perumpamaan perseorangan.” Bertatakramalah, wahai orang yang
mendapat rahmat Allah; di hadapan Dia. Siapa yang tidak berdidik dengan
pendidikan syari’at, niscaya akan dididik denga api neraka kiamat nanti.
Ada orang bertanya :
“Siapa orang yang termasuk dalam lima tingkah, atau di antara yang terkena
hukum batal puasa dan wudlunya? Jawab : “Puasa dan wudlunya tidak batal, tapi
seruan ini datang sebagai petuah, penakutan dan pengkhawatiran.”
Anak-anak muridku,
kehampaan mungkind atang padamu di pagi nanti, ya, kehampaan di muka bumi, atau
mungkin kehampaan itu tiba pada waktu yang lain. Enyahlah lalai, alangkah kesat
hatimu! Apakah engkau telah berbuat?
Aku berkata padamu,
orang lain juga berkata padamu tetapi engkau tetap pada posisi semula. Bukankah
Al-Qur’an sudah disampaikan, tidakkah hadits-hadits Rasul saw. telah sampai
padamu dan perilaku para sahabat utama juga diterangkan padamu. Kendati engkau
tidak mengambil arti penting dari mereka, tidk mendekat bahkan perbuatanmu
titap tidak bergeming dari kondisi semula. Siapa datang dengan lahan – di sana
– namun tidak mengambil petuah yang terkandung maka ia berada dalam jajaran
orang yang buruk.
Wahai penglabuh dunia
tidak lama penyesalan akan tampak di hari penampakkan dan kerugian. Hitunglah
dirimu sebelum datang hari akhirat yang memperdayakan dirimu dengan hukum Allah
dan Mulia-Nya. Sadarlah engkau berada dalam lingkaran kondisi yang buruk karena
laku maksiat, goncangan dan suka mendholimi manusia. Maksiat cenderung ke arah
kafir, seperti penyakit cenderung menuju kematian. Jagalah taubat sebelum mati,
ya, sebelum datang Malakul maut; si pelaksana untuk mencabut ruh.
Wahai manusia tabahkan
dirimu. Bagaimana sikapmu jika Al-Haq Azza wa Jalla mencobamu dengan
pengujian-Nya – sampai engkau mau bertaubat – sedang engkau tidak
berangan-angan untuk melepas maksiat? Di jaman ini tiada cobaan atas seseorang
keculai dalam batas keterasingan.
Dusta itu laku yang
pedih bukan nikmat – jadi tersiksa akibat dosa – dan ia tidak menambah derajat
yang tinggi di hadapan Tuhannya. Mereka sabar saat bersama Dia karena mereka
ingin sekali peroleh rela-Nya. Bila hal ini sempurna mereka yakin bahwa
kerusakan akan menimpa.
Wahai Allah, janganlah
Engkau binasakan kami. Kami mohon agar selalu dekat dengan Engkau, melihat
Engkau di akhirat dan dunia. Di dunia melalui hati dan di akhirat dengan mata
kepala kami.
Wahai manusia, engkau
jangan putus asa dari petunjuk Allah dan bisa lepas dari duka, karena Dia amat
dekat, janganlah engkau putus asa karena segala karsa hanya ada pada Allah :
“”Engkau tidak
mengetahui, boleh jadi Allah mengadakan sesudah itu kejadian yang baru.” (Qs.
LXV:1).
Janganlah engkau lari
dari bala’, karena kebersamaan bala’ dengan sabar itu sebagai fondasi setiap
kebaikan, fondasi kenabian, kerasulan, kewalian dan kearifan, juga kecintaan
itu ada pada bala’. Jika engkau tidak sabar atas bala’ berarti engkau tidak
punya fondasi. Lihatlah engkau rummah mandi yang tetap tegar di dataran tinggi?
Sesungguhnya orang yang lari dari bala’ dan afat atas keberadaanmu itu tidak
butuh kamu dalam kewalian. Ma’rifat dan dekat Allah. Sabarlah berupayalah
sehingga ia seiring bersama hatimu, rahasiamu dan ruhmu pada pintu yang lebih
dekat pada Allah. Sabarlah berupaya sehingga ia seiring bersama hatimu,
rahasiamu dan ruhmu pada pintu yang lebih dekat pada Allah. Ulama, para wali,
para badal adalah sederetan manusia yang mewarisi nabi. Para nabi itu punya
rahasia teramat tinggi, begitu pula mereka yang mendekat.
Orang mukmin tidak
perlu takut selain kepada Allah atau tidak mengharap selain Dia. Sungguh dalam
hatinya diberi kekuatan dan rahasia. Bagaimana hati orang beriman tidak punya
keteguhan tehadap Allah sedang mereka menuju Dia semata? Mereka tidak
henti-hentinya mendekat Dia kendati hatinya berada di bumi. Firman Allah :
“Dan sesungguhnya
mereka pada sisi Kami termasuk orang-orang pilihan lagi orang yang bai-baik.”
(Qs. XXVIII:47).
Anak-anak muridku,
tidak bisa tidak engkau pasti merasai kemanisan, kepahitan, kebaikan,
kerusakan, kekotoran dan kejernihan. Jika ingin bersih secara total, maka
lepaskan hatimu dari makhluk, jalinlah perhubungan dengan Allah, lepaskan
dunia, tinggalkan keluargamu dan serahkan mereka kepada Tuhan. Lalu keluarkan
isi hatimu sampai telanjang dari segala ini, dekati pintu akhirat dan masuklah,
jika engkau belum menjumpai Tuhan-mu – di sana – maka keluarlah sambil berlari
kencang untuk memperdekat dengan-Nya. Bila engkau menjumpai-Nya niscaya akan
menemukan setiap kejernihan di sisi-Nya. Bagi pecinta Allah tiada sesuatu
dilakukan kecuali untuk Dia. Surga itu sarana untuk mencari derajat an sebagai
sarana untuk menjual dunia. Karena itu, Allah berfirman :
“Di sana ada semua apa
yang diingini jiwa dan yang sedap dipandang mata.” (Qs.XLIII:7).
Apa yang diingat hati,
apa yang diingat rahasia, apa yang diingat makna, surga bagi orang yang
berpuasa yang berzuhud dari syahwat dan kenikmatan. Juallah puasamu dengan
puasa, kebun dengan kebun, kediaman dengan kediaman. Tidakkah engkau ingin
beramal tanpa bicara. Orang arif beramal karena Allah semata, mendapat dua
sandaran yang menumbuknya sedang ia tak bicara. Bumi berjalan mengitarinya,
berobah dan berganti tetap dalam penjagaan. Manusia yang tidak berpenglihatan
selain Allah, tidak mendengar selain dari Dia, bagi mereka disediakan surga
tanpa ucapan. Mereka di batas undang-undang, tapi selain mereka, tidak memahami
sejauh itu. Bila Allah menghendaki, ketersebaran mereka, maka menciptakan surga
untuk lisan.
Anak-anak muridku
engkau dengar : Berfahamlah kemudian mengaing” fahamkan dengan pemahaman lahiri
lalu asingkan menuju kefahaman batini. Beramalah dengan amalan lahir, sehingga
mendekatkan mu pada ilmu yang tidak engkau pelajari. Inilah ilmu lahir menjadi
penerang lahir dan ilmu batin menjadi penerang batin. Ia sebagai penerang
antaramu dan Tuhan. Kala engkau beramal menurut ilmu yang kau punya tentu
membuatmu dekat jalanmu kepada Al-Haq, memperlebar pintu antaramu dan
mempertinggi pintu sebelah yang menentukanmu.
Wahai Tuhan kami, berilah
kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan selamatkanlah kami dari
siksa neraka.”
MENDAHULUKAN
AKHIRAT ATAS DUNIA
Pengajian
Syeikh Abdul Qodir al-Jilany
Beliau berkata:
Anak-anak muridku,
dahulukan akhirat atas dunia tentu engkau akan memperoleh laba dari kduanya.
Bila dunia engkau dahulukan atas akhirat, niscaya engkau rugi secara
menyeluruh, bahkan siksa menantimu.
Mengapa engkau sibuk
berurusan dengan sesuatu yang tidak diperintahkan melakukannya. Bila engkau
tidak berambisi atas dunia niscaya Allah mengekalkan pertolongan-Nya, dan
melimpahkan taufiq saat pencabutan kembali dunia itu. Jika engkau mengambil
sesuatu dari dunia, sama artinya engkau sia-siakan barakah yang ada di sana.
Orang mukmin itu, siaga beramal untuk dunia dan akhiratnya. Beramal untuk dunia
menyampaikannya menurut kehendak yang dibutuhkan di sana. Terimalah dunia
seperti bekal penumpang, kamu jangan sampai menariknya menurut sukamu. Orang
dungu itu, setiap cita-citanya tertuju dunia, sedang oran arif setiap cita-citanya
adalah untuk akhirat lalu menuju Tuhan. Bila engkau tarik kesenangan dunia
sampai membumbung mencapai taraf nafsu atau syahwat, maka perhatikan sebentar
siapa penguasa pencerai berai. Karena hal itu, tidak menguntungkamu, maka
laanlah nafsumu dan ajarlah dia di sisi Al-Haq. Siddik (orang yang benar) itu
mengetahui ikatan di antara sesama mereka. Setiap individu di antara mereka
mencium bau menerima dan kebenaran akhir.
Wahai pemaling dari
Allah dan orang-orang dari hamba-Nya, justru menghadap makhluk dan berserikat
bersama mereka, sampai kapan engkau menghadap mereka? Cih, mereka bermanfaat
bagimu. Di tangan mereka tidak mengandung nista atau manfaat juga tidak ada
pemberi atau pencegah. Tiada pembeda antara mereka dan seluruh manusia jika
dikaitkan dengan nista dan manfaat. Penguasa hanya satu, pelimpah nista hanya
satu, penyampai manfaat ada satu, penggerak dan pendiam Cuma satu, pemberi dan
pencegah juga satu. Dia Mahapencipta dan Pelimpah Rizki – adalah Allah Azza wa
Jalla – Dia qadim lagi Azali untuk selamanya. Dia ada sebelum makhluk, sebelum
nenekmoyangmu atau orang-orang kaya di antaramu. Dia Mahapencipta langit dan
bumi dan segala keberadaan di dalamnya :
“Tiada sesuatu pun
serupa dengan Dia, dan Dia Mahamendengar lagi Mahamelihat.” (Qs. XLII:11).
Amboi sebalnya engkau,
wahai hamba Allah. Apa engkau belum tahu proses penciptaanmu sebenarnya?
Bagiku, jika di hari kiamat ada sesuatu dari Allah, tentu aku bawa segala
bebanmu dari awal sampai akhir ceritamu. Wahai pembaca (Al-Qur’an) bacalah
untuk Allah yang satu tanpa melibatkan penghuni langit atau bumi.
Setiap orang beramal
dengan amaliahnya maka terjadilah jalan tembus antara dia dan Allah; sebagai
jalur hati untuk mencapai ke sana. Sedang engkau, wahai ilmuwan selalu ribut
dengan kata “menurut” (katanya) dan segala upayamu yang berupa harta. Padahal
hal itu jika sampai ke tanganmu hanya berupa ilustrasi tanpa arti. Bila Allah
menghendaki seorang hamba lebih baik ilmunya, untuknya suatu pengamal dan
ikhlas. Ia dikabulkan sebagaimana pengabulan terhadap doa Musa a.s. Maka Dia
berfirman kepada Musa a.s. :
“Dan Aku telah memilih
engkau untuk diri-Ku.” (Qs.XX:41)
Anak-anak muridku,
jangan engkau putus asaatas rakhmat Allah dan kekal bersama maksiat yang
menyebabkan dosa besar, sucickan busana agamamu dari najis dengan air taubat,
tetap bersama Dia dan ikhlas di samping-Nya. Takutilah tepat itu yang
menempatkan dirimu, karena bagaimana pun dirimu berpaling sorot mata binatang
buas tetap mengitarimu, penyakit terus menguntitmu – semua itu datang dari Dia –
karena itu kembalilah kepada allah sepenuh hati. Engkau jangan makan dari hasil
burukmu atau yang keu peroleh dengan syahwat atau nafsu. Engkau
jangan makan kecuali disertai dua saksi adil yaitu Al-Qur’an dan Hadits.
Kemudian carilah penyaksi lain saat dua penyaksi itu telah menyatu dalam hati.
Pabila dikumandangkan suara Kitab dan Sunnah, maka hatimu menanti bagian
perempat; itu adalah perbuatan Allah. Engkau jangan seperti lentera malam yang
memijari sekelilingnya sedang ia tidak tahu apa yang sedang terjadi pada
dirinya. Inilah sesuatuu yag tidak bisa diperoleh dengan tahili, tamanni,
takalluf, dan tasni. Ia sesuatu beban dalam hati dan seddaqah perbuatanmu;
yakni melakukan sesuatu pekerjaan yang bermotif kerana Allah semata.
Anak-anak muridku,
sehat itu tergantung peninggalan mencari yang jernih. Kaya menurut peninggalan
mencari kaya, dan pengobat menurut peninggalan mencari pengobat. Semua obat
terletak dalam penyerahan diri di hadapan Allah, memutus causalita dan
pengosongan diri dari tuhan-tuhan selain Tuhan Al-Haq. Terapi yang manjur
terletak dalam pengesaan Allah menurut hati, bukan lisan. Tauhid dan zuhud
keduanya tidak ada dalam tubuh atau lisan. Tauhid terletak dalam hati,
zuhud di hati, ma’rifat di hati, takwa di hati, pengetahuan tentang Allah di
hati, cinta Allah dalam hati dan dekat dengan-Nya juga dalam hati.
Jadilah orang berakal,
jangan main gila-gilaan, jangan berbuat macam-macam; dusta; riya dan munafiq.
Setiap citamu engkau kurungi makhluk. Bila engkau tahu kala dirimu melangkah
beserta hati menuju makhluk itu cukup memperjauh diri dari Allah. Engkau
mengaku pencari Al-Haq, ternyata engkau pencari makhluk. Dirimu diperumpamakan
orang berkata : Aku hendak pulang ke Makkah dengan tujuan ke Parsi, lalu engkau
berangkat dari Makkah.
Engkau mengaku bahwa
hatimu telah bebas dari makhluk yang mengikat, sedang engkau takut dan masih
mengharap mereka. Lahirimu benci tapi batinmu senang mereka. Lahirimu bertemu
Allah dan hatimu menjalin makhluk. Inilah perkata yang tidak cukup hanya dengan
pengakuan lisan. Inilah tingkah yang di dalamnya tidak terdapat makhluk, dunia,
akhirat dan selain Allah. Dia Maha Satu tidak menerima kecuali satu. Dia satu
tidak menerima sekutu, karena Dia sesungguhnya bertolak dengan ketentuanmu, dan
terimalah ketentuan yang diterapkan untukmu.
Semua makhluk lemah,
ketentuan-Nya berlaku atas diri mereka. Kuasa Allah juga merata atasmu dan
mereka. Goresan kalam dari ilmu-Nya – tentang sesuatu – tetap berlaku untukmu
dan mereka. Pengesa Allah yang lagi salih menjadi pertanda kebenaran Allah pada
makhluk. Di antara mereka ada yang suka telanjang dunia dari sudut lahiri
maupun batini. Dan di antara mereka ada pula yang telanjang dunia hanya dari
sudut batini saja. Allah tidak menampakkan dalam batini mereka sesuatu pun.
Itulah hati orang-orang sufi. Siapa mampu melakukan ketentuan ini, sunggih ia
dipenguasakan dari makhluk. Dia pemberani menentang yang batil. As-Syaja
(beranai tanpa rasa takut kepada siapapun kecuali Allah), adalah orang yang
menyucickan hati selain Allah, kemudian tegar bertempat di pintu-Nya dengan
pedang tauhid yang diliputi syari’at. Saat itu tiada satupun makhluk mampu
menerobosnya untuk membangun hati dengan kegoncangannya. Syara’ mengajari
lahiri, tauhid dan ma’rifat sama-sama mengajari batini. Alangkah jauh beda
antara kata mereka dan kata kami; tentang sesuatu yang kembali.
Engkau ucapkan ini haram, justru engkau pencetak dosa besar, dan halal sedang
engkau tidak melakukan. Ternyata dirimu dalam kefusian yang amat. Nabi saw.
bersabda :
“Celaka bagi
orang-orang bodoh sekali dan bagi orang-orang pintar sekali.”
Suatu kecelakaan bagi
orang bodoh, mengapa tidak mau berdidik, dan tujuh kali kecelakaan orang
berilmu. Ia berilmu tetapi tidak beramal, maka lenyaplah barakah ilmunya dan
lepaslah tanda baginya. Berilmu lalu beramal dan mengasing dalam tempat
pengasinganmu –dari makhluk – kemudian memperbaiki cinta Allah. Bilamana
pengasingan dan cintamu bersih niscaya hal itu semakin memperdekatkanmu kepada
Dia dan mengosongkan yang lain. Jika di kehendaki perbuatan tersebut mampu
mampu memasyhurkan atau memperharum namamu di hadapan makhluk, bahkan semakin
menambah pembagianmu.
Dengar dan camkanlah,
wahai pendungu Allah beserta para wali-Nya. Wahai para pentaat Allah dan para
wali-Nya, kebenaran mutlak hanya Al-Haq Azza wa Jalla, sedang batil
terletak padamu. Wahai makhluk. Allah terletak di hati, rahasia dan
al ma’ani. Sedang batil terletak pada nafsu hawa, tabiat tradisi, dunia dan apa
saja selain Dia. Demikian hati, jaga sampai meperdekat pada Allah; yang Mahaqadim,
azali lagi Abadi. Engkau jangan sarati dirimu melebihi bebanmu, wahai munafik.
Yang ada di sisimu tidak lebih baik daripada ini. Engkau pengamba makan,
pakaian, kendaraan atau penguasaanmu. Hati orang benar (siddiqin) itu pergi
dari makhluk menuju Al-Haq. Ulama” yang beramal dengan ilmunya itu mengganti
para salaf. Mereka adalah pewaris Nabi dan pembenteng orang-orang yang berada
di belakangnya. Mereka pemuka di hadapan mereka, memerintah untuk kebangkitan
agama dalam pusat syari’at dan membentengi kehancurannya. Di hari kiamat mereka
terkumpul bersama para Nabi, maka mereka dilimpahi pahala dari Allah. Tuhan
membuat misal orang pandai (berilmu) yang tidak disertai amal laksana himar.
Difirmankan :
................Laksana himar yang memikul kitab-kitab.” Al-asfar adalah
kitab-kitab. Bergunakah himar memikul setumpuk kitab? Ia tidak menghasilkan
apapun kecuali lelah. Siapa bertambah ilmu seharusnsya bertambah takut serta
patuh kepada Tuhan.
Wahai pengaku berilmu.
Mana tangismu karena takut Allah? Dimana takut dan khatirmu? Mana kesadaranmu
terhadap dosa-dosamu? Mana pertalianmu untuk menerangi kegelapan untuk berpatuh
kepada Allah, mana pengajar nafsu dan pemberantasanmu padanya di hadapan Allah?
Citamu hanya busana hidup, makan, kawin, kedai, kumpul bersama orang-orang
ramai, dan menjalin mesra bersma mereka. Cukuplah cintamu seperti ini, kalaupun
engkau dapat bagian tentu bermacam sesuatu itu mendatangimu menurut ketentuan
waktunya, sedang hatimu santai dalam penantian dan loba yang berat tegar
bersama Allah.
Wahai cahya,
kesunyianmu rusak, tidak suci dari najis dan tidak bersih. Cih, engkau beramal
dengan hati tapi di dalamnya tak ada tauhid serta ikhlas yang bersih.
Wahai penidur, engkau
jangan tidur untuk mereka, wahai pemaling, engkau jangan berpaling dari mereka,
wahai pelupa engkau jangan lupa, wahai para peninggal engkau jangan tinggalkan
itu, wahai pendungu kepada Allah dan Rasul-Nya, orang-orang dahulu dan
sekarang, engkau laksana tonggak kayu yang panjang, ia tidak membuat kebaikan
sesuatu pun.
JANGAN
MUNAFIQ
Pengajian
Syeikh Abdul Qodir al-Jilany
Beliau berkata:
Wahai orang-orang
munafik semoga Allah membebasakan di bumi ini darimu. Alangkah tebal sifat
nifaqmu. Dalam waktu dekat engkau akan dijadikan santapan sindat melalui mulut
dan tubuhmu – sampai tercecer – di baigan lain bumi mengoyak dirimu sampau
menyatu; benar-benar kembali nekgu menjadi tanah.
Tiada keuntungan bagi
orang yang tidak baik sangka kepada Allah, orang-orang shalih dan orang-orang
yang mengikuti mereka. Allah telah menyerahkan keberadaan ini semua untuk
mereka, mereka peroleh hujan yang menumbuhkan tanaman bumi. Setiap makhluk jadi
pengikut mereka, bahkan setiap individu, juga perjenis yang ada di bumi ini,
seperti gunung tidak menggoncangkannya atau menggerak-gerakkan sebagai bencana
yang menguji. Mereka tidak terguncang dari kedudukan tauhid atau ridho kepada
Tuhan Yang Agung. Mereka mencari jiwa dari sisi lain, bertaubat kepada Allah
serta takut pada-Nya. Sadarilah akan dosa-dosa mu, dantaramu dan Dia, berendah
di hadapan-Nya, berlaku sopan di hadapan-Nya seperti orang-orang terdahulu.
Engkau jangan hina
ucapan-ucapan ahli hukum dan Ulama, karena bicara mereka bisa menjadi terapi
(obat) sedang rancangan kalimatnya sebagai buah. Terimalah Ulama yang bertakwa,
jika engkau menemani mereka tentu engkau dapat berkah. Dan engkau jangan
pergauli Ulama yang tidak beramal dengan ilmunya, karena jika engkau pergauli
mereka tentu bencana menimpamu.
Bila engkau berteman
orang yang lebih tinggi ilmunya dari padamu sesungguhnya ia membawa berkat untukmu,
tapi jika engkau bergaul dengan orang yang lebih tua, padahal ia tidak bertakwa
atau berilmu tentu pergaulanmu membawa bencana atasmu. Beramalllah untuk Allah
semata, jangan untuk yang lain. Tinggallah untuk-Nya jangan tinggal untuk yang
lain. Tinggallah untuk-Nya jangan tinggal untuk yang lain. Dan beramal yang
ditujukan selain dia adalah termasuk kafir, dan tinggal selain untuk-Nya adalah
riya. Siapa yang tidak memahami hal ini, sedang ia beramal melalui jalan lain
dari ketentuan ini, maka ia berada dalam kebengongan. Dalam waktu dekat
kematian pasti mendatangi untuk memutus bengongmu.
Anak-anak muridku,
jika engkau menjumpai jurang pemisah antara kaya dan miskin, ketika pemberian
mereka untukmu itu pertanda engkau tidak beruntung. Muliakanlah si fakir dengan
penuh sabar,ambillah berkah mereka (hikmah dari mereka) ketika berjumpa atau
sedang duduk bersama mereka. Nabi saw. bersabda :
“Si fakir
penyabar menjadi teman dekat Dzat Maha Pengasih di hari kiamat.”
Hari ini mereka jadi
teman dekat-Nya melalui hati dan besok dengan jisim mereka. Mereka dalah orang
yang berhati zuhud, berpaling dari perhiasannya, memilih kefakiran daripada
kaya, bahkan ia sabar atas kefaikiran. Jika hal ini telah empurna atas mereka,
akhirat menjadi tujuan mereka secara penuh.
Anak-anak muridku,
engkau beramal untuk Allah tentu Dia menyuburkan tanamanmu mengalirkan
sungaimu, mempersubur daun, ranting-ranting serta membuahkan pohon yang engkau
punya. Berperintahlah dengan ma’ruf cegah yang munkar dan tolonglah Agama
Allah, tradisikan kebenaran-kebenaran di dalam Agama Allah dan bersedkah suatu
kebaikan untuknya; Niscaya sedekahmu terkekalkan, baik secara sembunyi atau
terang, secara rahasia atau dalam kesempitan, dalam kemiskinan atau dalam
kemewahan. Carilah kebutuhanmu dari Allah bukan dari makhluk-Nya. Kalaupun
terpaksa dari makhluk, maka tenangkan hatimu bersama Allah, karena Dia
pengilham untuk mencari keberadaan itu, dari satu arah ke arah lain. Bila
engkau tertolak atau diberi perkara itu semata dari Dia, bukan dari mereka.
Berkayalah atas setiap apa pun dari keutamaan Allah, kedekatan dengan-Nya serta
ilmu-Nya. Bila ini sempurna, mereka menjadi kiblat makhluk dan tolok pandang
mereka tertuju pada dirinya. Mereka mengambil dengan hati serta memperdekat
dengannya. Darinya sumber penyerahan yang terlepas dan ridlo dari mereka.
Dari sebagian Ulama
berkata : Di antara hamba Allah yang paling sempurna adalah orang yang meyakini
penghambaannya untuk-Nya semata. Jadi penghambaannya itu bukan berdasar mencari
dunia atau akhirat.” Mereka hanya mencari Dia semata, tidak yang lain. Wahai
Allah tunjukkan segala makhluk ini pada pintumu selamanya, Pohonku dan
perkara-perkara ini kutujukan pada-Mu. Sesungguhnya Allah memperlakukan
terhadap hamba menurut kehendak-Nya. Bila hati bersih tentu terlimpahi rakhmat
dan kasih-Nya tetap atas makhluk.
Lagi dari sebagian
Ulama berkata : barang siapa banyak berbuat baik dan meninggalkan dosa,
termasuk orang-orang yang benar. Orang yang benar itu bisa meninggalkan dosa
besar atau kecil, lalu memperhalus sikap wara.nya, yaitu meninggalkan
keinginan-keinginan – baik yang diperbolehkan – atau berupa syahwat sebaliknya
mencari perkara halal yang mutlak. Orang yang benar (shiddiq) tidak
henti-hentinya mengagungkan Asma Allah siang dan malam. Ia membakar pengembalian
manusia yang berlaku, maka tradisi itu pun pasti terbakar. Ia diberi rizki
tanpa batas. Juga ia pun tahu bahwa sabar salah satu bentuk pengobat hati dan
menjadi sebab kejernihan dan kedekatan dengan Tuhan. Kebaikan mendatanginya
setelah olah batin ini. Karena olah batin itu hakekatnya menjadi jelas bagi
orang beriman dengan orang munafik, antara peng-esa Allah dengan pemusyrik,
antara pembenar dan pendusta, antara pecinta dan pembenci, dan antara pengikut
dengan pembid’ah.
Dengarlah kata Ulama
ini : Jadilah engkau di dunia seperti orang yang membalut lukanya, sabar atas
pahitnya obat, serta penuh harap atas kelenyapan dosa.” Setiap coba dan sakit
pasti berkait dengan makhluk. Juga penglihatan mereka pada sengsara, manfaat,
pemberian, dan penolak. Setiap obat dan lenyapnya coba itu terletak pada
ketidak adaan makhluk dari hatimu dan tanggapanmu kala ketentuan Allah jatuh
padamu.
Bila yang demikian
nyata keluar dari hatimu sebaliknya terisi penuh dengan pada Nabi, Rasul,
Syuhada, Shalihin dan para Malaikat Al-Muqarrabin – dan kala telah lenyap sikap
itu, engkau menjadi besar, mulia, pemuka, pemberani, pemimpin dan apa yang
diperintah agar kembali padamu, maka ia segera kembali, terperintah apa yang
diperintah termulia dari apa yang mulia. Dengarlah bicara ini, yakini serta
junjung secara benar.
Wahai orang yang sibuk
dengan kehidupan; aku adalah orang terkaya metapencaharian, keuntungan ada
padaku, kehidupan akhir juga ada padaku, aku pemberi setiap sesuatu yang
menjadi hak-Nya. Jika diperoleh sesuatu dari akhirat sebagaimana yang ada
padaku tentu tidak hanya sampai pada diriku seorang, karena orang mulia itu
tidak suka makan sendiri. Setiap orang yang memperoleh kemuliaan dari Allah
maka tidak ada kata bakhil baginya.
Wahai Allah berilah
rizqi untuk kami seperti yang telah Engkau rizqikan pada kaum lain.
Dan berilah kami
kehidupan yang baik di dunia dan kehidupan yang baik di akhirat, dan
selamatkanlah kami dari siksa neraka.
MA’RIFATULLOH
Pengajian
Syeikh Abdul Qodir al-Jilany
Beliau berkata:
Wahai Kaum sufi,
kenalilah Allah, engkau jangan mendungu dari-Nya, taatilah jangan
menentang-Nya, tepatilah jangan menelisihi-Nya, relakan atas ketentuan Dia
jangan kau cabut, kenalilah Al-Haq melalui citaan-Nya. Dia adalah Dzat
Pencipta, pelimpah rizki, pemula, penutup, lahir dan batin. Dia Maha Qadim.”
Dzat Maha Kekal nan Abadi dan Dzat ayng bertindak menurut kehendak-Nya :
“Dia tidak ditanya
tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanya.” (Qs.XXI:23).
Takutlah Dia jangan
takut yang lain, berharaplah padanya jangan berharap kepada yang lain,
berputarlah bersama kekuasaan-Nya, hikmah-Nya sampai menunudukkan kemauanmu.
Beradablah bersama hitam di atas putih (Al-Qur’an) sampai datang apa yang
mengitarimu dan Dia. Jadilah kamu pemelihara dari kehangusan syari’at yang
ditunjukkan oleh-Nya. Arti tanpa gambar. Tiada yang bisa sampai ke ketentuan
itu kecuali orang-orang shalih. Kami tidak butuh keluar lingkungan syari’at.
Tiada orang yang tahu masalah ini kecali orang yang masuk di sana. Adapun yang
mengenai permasalah Dia – Yang Esa – tidak perlu engkau ketahui. Jadilah kamu
dalam segala usiamu berpeluk erat bersama Rasulullah saw. dengan menggenggam
segala perintah serta mengikutimya, sampai engkau mampu menyeru penguasa
kepadanya. Jika engkau bersedia ketika itu engkau mendapat konsesi Rasulullah
saw. Masuk dan tetaplah di sana. Mereka disebut Abdal (pengganti) karena mereka
tidak punya rasa kehendak yang bersama kehendak Allah. Dan jangan engkau pilih
sesuatu bersama pilihan-Nya. Hukum ini hanya berjalan pada lahirmu. Untuk
mengetahui amal lahirmu lalu memisah-misah amal khusus mereka. Kala derajat
mereka dan persinggahan mereka bersih maka dalam diri mereka semakin bertambah
perintah dan cegah. Tetapi yang ada adalah perintah-perintah syari’at yang
harus dikerjakan di sana dan disandarkan padanya. Sedang mereka dalam
lingkungan terpisah. Mereka tak henti-hentinya dalam keterasingan bersama
Al-Haq. Hanya mereka datang dalam waktu ditentukan perintah dan larangan. Di
sana mereka menjaga hukum-hukum syari’at itu sehingga tetap konstan selamanya
dan tidak akan tanggal. Sebab meninggalkan bentuk ibadah wajib itu zindiq dan
maksiat – berarti dosa besar – Jadi ketentuan ibdah-ibadah wajib itu tidak
boleh tertinggal atas seseorang dalam situasi apapun.
Anak-anak muridku,
benarlah, berdasar hukum dan yang terkandung di dalamnya, engkau jangan sampai
keluar meninggalkan ketentuan-ketentuannya dan jangan engkau lupakan janji.
Perangilah nafsu, setan-setan penguasa dirimu, juga tabiat dan dunia. Engkau
jangan putus asa dari pertolongan Allah karena – hal itu pasti datang padamu –
bersama keteguhan hatimu. Allah berfirman :
“Allah sesungguhnya
beserta orang-orang yang sabar.”
Juga berfirman :
“Maka sesungguhnya
pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang.” (Qs.V:56).
Lagi Firman-Nya :
“Dan orang-orang yang
berjihad (untuk mencari keridhaan) Kami benar-benar akan Kami tunjukkan kepada
mereka jalan-jalan Kami.” (Qs. XXIX :69).
Tahanlah lisan dari
pengaduan kepada manusia (makhluk), jadilah juru bicara Allah dan seluruh
makhluk untuk menyeru mereka agar patuh dan membendung maksiat. Tahanlah mereka
dari sesat, bid’ah dan mengikuti nafsu atau berjalin dengan nafsu. Seru mereka
agar mengikuti Kitb Allah dan Sunnah Rasul-Nya.
Wahai manusia,
muliakan Kitab Allah dan bertatakrama menurut pengajaran-Nya. Sesungguhnya ia
menjadi penjembatan antaramu dan Allah. Jangan engkau katakan bahwa ia makhluk.
Karena Allah berfirman : “Ini adalah Kitab-Ku.” Apa engkau berkata tiak?
Barangsiapa menolak Allah, menjadikan Al-Qur’an makhluk, maka ia telah kafir
kepada Allah, bahkan Al-Qur’an terlepas darinya. Itulah Al-Qur’an yang harus
dibaca, inilah yang pantas di dengar, yang pantas kamu perhatikan dan inilah
yang termaktub dalam Mushaf Kalam-Nya.
Imam Syafi’i dan Ahmad
berkata :
“Kalam itu makhluk dan
tulisannya yang ada di sana itu tidak makhluk.”
Hati adalah makhluk
dan penjaga yang ada di sana bukan makhluk.
Wahai manusia ambillah
nasihat dari Al-Qur’an dengan mengamalkannya; bukan dengan memperdebatkannya.
Itikad itu kata yang terus dilaksanakan sedang amal itu menurut pelaksanaannya
yang berjumlah (jumlah pelasanaannya). Jagalah iman di sana, bersedekahlah
dengan hatimu, beramalah dengan semua organ tubuhmu, sibukkan dirimu dengan
apapun yang membawa manfaat dan jangan jauhi akal dunia yang kurang.
Wahai manusia, berita
kata itu tidak mesti dapat bebas dari hukum akal, nas tidak bisa tinggalkan
qiyas. Engkau jangan tinggalkan saksi dan bersikeras menurut berita asal kata
penuduh. Harta orang itu tidak bisa dirampas dengan cara pengakuan; tanpa ada
penjelasan saksi. Karena itu Nabi bersabda :
“Seandainya orang itu
bisa diambil pengakuannya niscaya suatu kaum mengakui berkait (bersaudara)
dengan darah kaum yang lain beserta harta mereka, tapi kesaksian itu dari pihak
penuduh, dan sumpah atas orang yang ingkar.”
Lisan yang alim tiada
berguna jika hati dungu. Nabi saw. bersabda :
“Yang paling aku
khawatirkan atas umat-Ku adalah orang-orang munaifk, yang berpengetahuan
tinggi.”
Wahai Ulama, para
dungu yang datang dan yang jauh; malulah kepada Allah, lihatlah hatimu sendiri.
Jadilah dirimu di bawah perjalanan kehendak-Nya dan latihlah ia dengan
membiasakan syukur atas nikmat-Nya, dan tautkan kilatan cahaya dalam gulita
dengan kepatuhan. Bila hal ini nyata terjad padamu, tentu pemulyaan Allah
datang untukmu bersama dunia akhirat.
Anak-anak muridku
perangi keberadan ini sampai tak tertinggal satu pun yang kau cinta. Jika
keberadaanmu sempurna dari masalah tersebut, ia jangan kau tinggalkan dalam
dirimu. Siapa mampu menguasai ini tentu ia mengenal Dia. Inilah satu jenis dari
manusia yang tidak menerima kata damai dari makhluk. Wahai munafik uji coba
terdapat di pucuk-pucuk hatimu. Manusia kala melihat melalui hati mereka –
selain Allah – mendapati keselamatan mereka dalam kedamaian di sna dan duduk di
hadapannya, membuta di belakangnya, lisan mereka terputus dari pemalingan.
Peredaran siang malam,
bulan dan tahun terjadi atas mereka, sedang mereka tetap berada dalam suatu
kondisi yang tidak berubah bersama Allah. Mereka itulah kaum berakal di antara
ciptaan Allah yang ada. Seandainya engkau melihat mereka tentu berkata :
“Betapa bahagia mereka di hati kiamat.” Hati mereka selalu terisi duka cita
remuk redam di hadapan Allah, juga tak henti-hentinya terisi rasa takut dan
bising. Kala terbuka untuk menerima kebesaran dan keagungan-Nya niscaya di hati
mereka semakin bertambah takut. Hati mereka terputus dan ertalian mereka
tercerai. Pa bila hal itu terjadi atas mereka; itulah keterbukaan pintu
rakhmat, kebagusan kelembutan dan harapan bagi mereka. Maka apapun yang ada
pada diri mereka jadi tenteram.
Tiada yang paling aku
cintai kala aku melihat kecuali masa pencaharianku untuk akhirat dan
pencaharianku pada Allah. Sedang pencari dunia, makhluk, nafsu dan syahwat;
cih, aku tak sudi berrbuat untuknya!
Anak kecil pada
awalnya suka berkirab bermain debu dan benda najis lain. Mereka cenderung
menuju kerusakan diri dengan mencuri-curi dari pengawasan orang tuanya. Bila
berjalan suka beradu. Tapi kala ia terdidik dari semua itu, ia tinggalkan satu
demi satu. Kerusakan itu berkelanjut berubah jadi perlakuan yang sopan di
hadapan orang tuanya dan pembimbingnya.
Siapa dikehendaki oleh
Allah kebaikan terjadi padanya niscaya ia berta’adub meninggalkan apa saja yang
mengitari. Tapi siapa dikehendaki oleh Allah keburukan terjadi padanya tentu ia
hidup bergumul di sekelilingnya lalu binasalah dunia dan akhiratnya. Allah
pencipta penyakit dan obat, durhaka itu penyakit dan taat itu pengobat, aniaya
itu penyakit dan adil itu pengobat, salah itu penyakit benar itu pengobat,
menentang Allah itu penyakit dan taubat atas dosa itu pengobat. Obatnya hanya
terbilang sempurna pabila makhluk engkau ceraikan dari hatimu kemudian menjalin
dengan Allah.
Tiada kelepasan bagi
hatimu sedang di sana ada makhluk bukan Allah. Seandainya engkau bersujud
pada-Nya selama seribu tahun di atas bara, tapi hati engkau hadapkan selain
untuk-Nya, sama sekali perbuatan itu tidak bermanfaat. Tiada hal itu
berpengaruh untuk Dia kendati ibadah engkau persembahkan. Engkau tiada kan
dapat untung sampai engkau lenyapkan segala keberadaan ini dari hati. Cih, mana
berguna bagimu penampakkan zuhud disertai penujuan sesuatu dalam hati.
Engkau tahu bahw Allah
mengetahui segala rahasia dalam cakrawala ini? Mengapa engkau tidak malu
mulutmu berucap tawakal sedang hatimu tidak menuju Dia.
Anak-anak muridku,
engkau jangan perdaya sifat Hilm (sabar) Allah, karena Dia amat keras marahnya.
Engkau jangan perdaya ulama agar tidak acuh dengan Allah, karena setiap ilmunya
itu berbeda dengan mereka. Mereka itu eksponen ulama yang mendapat hikmah dari
Allah, Menyuruh manusia dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku dan tidak
melarang atau mencegah sesuatu dan tidak menahan diri dari Allah.
Wahai Allah, berilah
kami taubat juga untuk mereka. Anugerahkan pada kami untuk Nabi-Mu Muhammad
saw. serta nenek moyang kami Ibrahim as. Wahai Allah janganlah engkau kuasakan
di antara kami atas yang lain, manfaatkanlah antara kami, dan masukkan kami
dalam rahmat-Mu, Aamiin.
JANGAN
MENCARI SELAIN ALLAH
Pengajian
Syeikh Abdul Qodir al-Jilany
Beliau berkata:
Wahai anak-anakku,
tidak benar kehendakmu pada Allah tanpa engkau barengi tujuan untuk-Nya semata.
Karena setiap orang yang mengaku berkehendak menuju Dia ternyata malah
melampaui batas bahkan ia mencari selain Dia; berakibat sia-sialah
pengakuannya. Di sana penuju dunia amat banyak dan penuju akhirat di sana
amat sedikit. Tapi penuju Al-Haq, yaitu manusia-manusia yang membenarkan
kehendak Dia lebih sedikit jika dibandingkan yang sedikit itu. Dalam
kesedikitan dan kekurangan mereka laksana korek api merah. Mereka adalah bagian
individu yang penuh keganjilan. Sehingga di antara sekian banyak ini hanya
dijumpai satu.
Wahai pendusta engkau
bermesra dengan kehadiran setan, fikiran dunia, syahwat. Penampakan setan
yagberbentuk manusia adalah mereka yang menjalin persahabatan dengan nilai
buruk dan teman yang suka membual. Ini tidak mungkin tercapai hanya dengan
igau, dan kedirian akan pengakuan bicaramu dalam hal ini adalah suatu kegilaan
yang tidak berguna. Jagalah ketenangan dan ketidak tegran di hadapn Allah, juga
tinggalkan tatakrama yang buruk. Tidak bisa tidak bila hal ini sebagai ucapan
yang meliputi permasalahan tersebut maka ucapanmu di sana ada pada persipangan
jalan terburuk kepada Dia, dan tabaruk dengan menyebut ahlinya. Jadi
pengakuanmu bersama Dia itu tidak kosong dalam hati. Setiap yang nampak belum
tentu sejalan dengan yang batin, mungkin hanya penghayal. Engkau ernah dengar
sabda Nabi saw. :
“Tiada puasa bagi
orang yang dibayangi oleh makan daging manusia.” Dan Rasulullah juga
menjelaskan bahwa “puasa itu bukanlah karena meninggalkan makan, minum dan
buka, lalu cukup; bahkan (lebih jauh) sampai disandarkan pada bentuk
peninggalan laku dosa. Takutlah akan ghibah karena hal itu merongrong yang baik
laksana api menyantap kayu bakar.”
Juga takutlah
pandangan yang disertai syahwat, karena hal itu menanamkan maksiat dalam hati,
akibatnya engkau tidak terpuji di dunia dan akhirat. Takutlah sumpah palsu
karena perbuatan itu laksana rumah tanpa kamar; maka menghilangkan brakah
agamamu.
Celaka, engkau
nafkahkan hartamu dengan sumpah dusta dan engkau binasakan agamammu. Seandainya
engkau punya akal tentu engkau tahu bila hal ini termasuk pandangan lemah.
Allah berfirman : “Tidaklah dalam negeri ini seperti bentuk kehidupan ini, dan
juga tidak menurut perumpamaan perseorangan.” Bertatakramalah, wahai orang yang
mendapat rahmat Allah; di hadapan Dia. Siapa yang tidak berdidik dengan
pendidikan syari’at, niscaya akan dididik denga api neraka kiamat nanti.
Ada orang bertanya :
“Siapa orang yang termasuk dalam lima tingkah, atau di antara yang terkena
hukum batal puasa dan wudlunya? Jawab : “Puasa dan wudlunya tidak batal, tapi
seruan ini datang sebagai petuah, penakutan dan pengkhawatiran.”
Anak-anak muridku,
kehampaan mungkind atang padamu di pagi nanti, ya, kehampaan di muka bumi, atau
mungkin kehampaan itu tiba pada waktu yang lain. Enyahlah lalai, alangkah kesat
hatimu! Apakah engkau telah berbuat?
Aku berkata padamu,
orang lain juga berkata padamu tetapi engkau tetap pada posisi semula. Bukankah
Al-Qur’an sudah disampaikan, tidakkah hadits-hadits Rasul saw. telah sampai
padamu dan perilaku para sahabat utama juga diterangkan padamu. Kendati engkau
tidak mengambil arti penting dari mereka, tidk mendekat bahkan perbuatanmu
titap tidak bergeming dari kondisi semula. Siapa datang dengan lahan – di sana
– namun tidak mengambil petuah yang terkandung maka ia berada dalam jajaran
orang yang buruk.
Wahai penglabuh dunia
tidak lama penyesalan akan tampak di hari penampakkan dan kerugian. Hitunglah
dirimu sebelum datang hari akhirat yang memperdayakan dirimu dengan hukum Allah
dan Mulia-Nya. Sadarlah engkau berada dalam lingkaran kondisi yang buruk karena
laku maksiat, goncangan dan suka mendholimi manusia. Maksiat cenderung ke arah
kafir, seperti penyakit cenderung menuju kematian. Jagalah taubat sebelum mati,
ya, sebelum datang Malakul maut; si pelaksana untuk mencabut ruh.
Wahai manusia tabahkan
dirimu. Bagaimana sikapmu jika Al-Haq Azza wa Jalla mencobamu dengan
pengujian-Nya – sampai engkau mau bertaubat – sedang engkau tidak
berangan-angan untuk melepas maksiat? Di jaman ini tiada cobaan atas seseorang
keculai dalam batas keterasingan.
Dusta itu laku yang
pedih bukan nikmat – jadi tersiksa akibat dosa – dan ia tidak menambah derajat
yang tinggi di hadapan Tuhannya. Mereka sabar saat bersama Dia karena mereka
ingin sekali peroleh rela-Nya. Bila hal ini sempurna mereka yakin bahwa
kerusakan akan menimpa.
Wahai Allah, janganlah
Engkau binasakan kami. Kami mohon agar selalu dekat dengan Engkau, melihat
Engkau di akhirat dan dunia. Di dunia melalui hati dan di akhirat dengan mata
kepala kami.
Wahai manusia, engkau
jangan putus asa dari petunjuk Allah dan bisa lepas dari duka, karena Dia amat
dekat, janganlah engkau putus asa karena segala karsa hanya ada pada Allah :
“”Engkau tidak
mengetahui, boleh jadi Allah mengadakan sesudah itu kejadian yang baru.” (Qs.
LXV:1).
Janganlah engkau lari
dari bala’, karena kebersamaan bala’ dengan sabar itu sebagai fondasi setiap
kebaikan, fondasi kenabian, kerasulan, kewalian dan kearifan, juga kecintaan
itu ada pada bala’. Jika engkau tidak sabar atas bala’ berarti engkau tidak
punya fondasi. Lihatlah engkau rummah mandi yang tetap tegar di dataran tinggi?
Sesungguhnya orang yang lari dari bala’ dan afat atas keberadaanmu itu tidak
butuh kamu dalam kewalian. Ma’rifat dan dekat Allah. Sabarlah berupayalah
sehingga ia seiring bersama hatimu, rahasiamu dan ruhmu pada pintu yang lebih
dekat pada Allah. Sabarlah berupaya sehingga ia seiring bersama hatimu,
rahasiamu dan ruhmu pada pintu yang lebih dekat pada Allah. Ulama, para wali,
para badal adalah sederetan manusia yang mewarisi nabi. Para nabi itu punya
rahasia teramat tinggi, begitu pula mereka yang mendekat.
Orang mukmin tidak
perlu takut selain kepada Allah atau tidak mengharap selain Dia. Sungguh dalam
hatinya diberi kekuatan dan rahasia. Bagaimana hati orang beriman tidak punya
keteguhan tehadap Allah sedang mereka menuju Dia semata? Mereka tidak
henti-hentinya mendekat Dia kendati hatinya berada di bumi. Firman Allah :
“Dan sesungguhnya
mereka pada sisi Kami termasuk orang-orang pilihan lagi orang yang bai-baik.”
(Qs. XXVIII:47).
Anak-anak muridku,
tidak bisa tidak engkau pasti merasai kemanisan, kepahitan, kebaikan,
kerusakan, kekotoran dan kejernihan. Jika ingin bersih secara total, maka
lepaskan hatimu dari makhluk, jalinlah perhubungan dengan Allah, lepaskan
dunia, tinggalkan keluargamu dan serahkan mereka kepada Tuhan. Lalu keluarkan
isi hatimu sampai telanjang dari segala ini, dekati pintu akhirat dan masuklah,
jika engkau belum menjumpai Tuhan-mu – di sana – maka keluarlah sambil berlari
kencang untuk memperdekat dengan-Nya. Bila engkau menjumpai-Nya niscaya akan
menemukan setiap kejernihan di sisi-Nya. Bagi pecinta Allah tiada sesuatu
dilakukan kecuali untuk Dia. Surga itu sarana untuk mencari derajat an sebagai
sarana untuk menjual dunia. Karena itu, Allah berfirman :
“Di sana ada semua apa
yang diingini jiwa dan yang sedap dipandang mata.” (Qs.XLIII:7).
Apa yang diingat hati,
apa yang diingat rahasia, apa yang diingat makna, surga bagi orang yang
berpuasa yang berzuhud dari syahwat dan kenikmatan. Juallah puasamu dengan
puasa, kebun dengan kebun, kediaman dengan kediaman. Tidakkah engkau ingin
beramal tanpa bicara. Orang arif beramal karena Allah semata, mendapat dua
sandaran yang menumbuknya sedang ia tak bicara. Bumi berjalan mengitarinya,
berobah dan berganti tetap dalam penjagaan. Manusia yang tidak berpenglihatan
selain Allah, tidak mendengar selain dari Dia, bagi mereka disediakan surga
tanpa ucapan. Mereka di batas undang-undang, tapi selain mereka, tidak memahami
sejauh itu. Bila Allah menghendaki, ketersebaran mereka, maka menciptakan surga
untuk lisan.
Anak-anak muridku
engkau dengar : Berfahamlah kemudian mengaing” fahamkan dengan pemahaman lahiri
lalu asingkan menuju kefahaman batini. Beramalah dengan amalan lahir, sehingga
mendekatkan mu pada ilmu yang tidak engkau pelajari. Inilah ilmu lahir menjadi
penerang lahir dan ilmu batin menjadi penerang batin. Ia sebagai penerang
antaramu dan Tuhan. Kala engkau beramal menurut ilmu yang kau punya tentu
membuatmu dekat jalanmu kepada Al-Haq, memperlebar pintu antaramu dan
mempertinggi pintu sebelah yang menentukanmu.
Wahai Tuhan kami, berilah
kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan selamatkanlah kami dari
siksa neraka.”
MENDAHULUKAN
AKHIRAT ATAS DUNIA
Pengajian
Syeikh Abdul Qodir al-Jilany
Beliau berkata:
Anak-anak muridku,
dahulukan akhirat atas dunia tentu engkau akan memperoleh laba dari kduanya.
Bila dunia engkau dahulukan atas akhirat, niscaya engkau rugi secara
menyeluruh, bahkan siksa menantimu.
Mengapa engkau sibuk
berurusan dengan sesuatu yang tidak diperintahkan melakukannya. Bila engkau
tidak berambisi atas dunia niscaya Allah mengekalkan pertolongan-Nya, dan
melimpahkan taufiq saat pencabutan kembali dunia itu. Jika engkau mengambil
sesuatu dari dunia, sama artinya engkau sia-siakan barakah yang ada di sana.
Orang mukmin itu, siaga beramal untuk dunia dan akhiratnya. Beramal untuk dunia
menyampaikannya menurut kehendak yang dibutuhkan di sana. Terimalah dunia
seperti bekal penumpang, kamu jangan sampai menariknya menurut sukamu. Orang
dungu itu, setiap cita-citanya tertuju dunia, sedang oran arif setiap cita-citanya
adalah untuk akhirat lalu menuju Tuhan. Bila engkau tarik kesenangan dunia
sampai membumbung mencapai taraf nafsu atau syahwat, maka perhatikan sebentar
siapa penguasa pencerai berai. Karena hal itu, tidak menguntungkamu, maka
laanlah nafsumu dan ajarlah dia di sisi Al-Haq. Siddik (orang yang benar) itu
mengetahui ikatan di antara sesama mereka. Setiap individu di antara mereka
mencium bau menerima dan kebenaran akhir.
Wahai pemaling dari
Allah dan orang-orang dari hamba-Nya, justru menghadap makhluk dan berserikat
bersama mereka, sampai kapan engkau menghadap mereka? Cih, mereka bermanfaat
bagimu. Di tangan mereka tidak mengandung nista atau manfaat juga tidak ada
pemberi atau pencegah. Tiada pembeda antara mereka dan seluruh manusia jika
dikaitkan dengan nista dan manfaat. Penguasa hanya satu, pelimpah nista hanya
satu, penyampai manfaat ada satu, penggerak dan pendiam Cuma satu, pemberi dan
pencegah juga satu. Dia Mahapencipta dan Pelimpah Rizki – adalah Allah Azza wa
Jalla – Dia qadim lagi Azali untuk selamanya. Dia ada sebelum makhluk, sebelum
nenekmoyangmu atau orang-orang kaya di antaramu. Dia Mahapencipta langit dan
bumi dan segala keberadaan di dalamnya :
“Tiada sesuatu pun
serupa dengan Dia, dan Dia Mahamendengar lagi Mahamelihat.” (Qs. XLII:11).
Amboi sebalnya engkau,
wahai hamba Allah. Apa engkau belum tahu proses penciptaanmu sebenarnya?
Bagiku, jika di hari kiamat ada sesuatu dari Allah, tentu aku bawa segala
bebanmu dari awal sampai akhir ceritamu. Wahai pembaca (Al-Qur’an) bacalah
untuk Allah yang satu tanpa melibatkan penghuni langit atau bumi.
Setiap orang beramal
dengan amaliahnya maka terjadilah jalan tembus antara dia dan Allah; sebagai
jalur hati untuk mencapai ke sana. Sedang engkau, wahai ilmuwan selalu ribut
dengan kata “menurut” (katanya) dan segala upayamu yang berupa harta. Padahal
hal itu jika sampai ke tanganmu hanya berupa ilustrasi tanpa arti. Bila Allah
menghendaki seorang hamba lebih baik ilmunya, untuknya suatu pengamal dan
ikhlas. Ia dikabulkan sebagaimana pengabulan terhadap doa Musa a.s. Maka Dia
berfirman kepada Musa a.s. :
“Dan Aku telah memilih
engkau untuk diri-Ku.” (Qs.XX:41)
Anak-anak muridku,
jangan engkau putus asaatas rakhmat Allah dan kekal bersama maksiat yang
menyebabkan dosa besar, sucickan busana agamamu dari najis dengan air taubat,
tetap bersama Dia dan ikhlas di samping-Nya. Takutilah tepat itu yang
menempatkan dirimu, karena bagaimana pun dirimu berpaling sorot mata binatang
buas tetap mengitarimu, penyakit terus menguntitmu – semua itu datang dari Dia –
karena itu kembalilah kepada allah sepenuh hati. Engkau jangan makan dari hasil
burukmu atau yang keu peroleh dengan syahwat atau nafsu. Engkau
jangan makan kecuali disertai dua saksi adil yaitu Al-Qur’an dan Hadits.
Kemudian carilah penyaksi lain saat dua penyaksi itu telah menyatu dalam hati.
Pabila dikumandangkan suara Kitab dan Sunnah, maka hatimu menanti bagian
perempat; itu adalah perbuatan Allah. Engkau jangan seperti lentera malam yang
memijari sekelilingnya sedang ia tidak tahu apa yang sedang terjadi pada
dirinya. Inilah sesuatuu yag tidak bisa diperoleh dengan tahili, tamanni,
takalluf, dan tasni. Ia sesuatu beban dalam hati dan seddaqah perbuatanmu;
yakni melakukan sesuatu pekerjaan yang bermotif kerana Allah semata.
Anak-anak muridku,
sehat itu tergantung peninggalan mencari yang jernih. Kaya menurut peninggalan
mencari kaya, dan pengobat menurut peninggalan mencari pengobat. Semua obat
terletak dalam penyerahan diri di hadapan Allah, memutus causalita dan
pengosongan diri dari tuhan-tuhan selain Tuhan Al-Haq. Terapi yang manjur
terletak dalam pengesaan Allah menurut hati, bukan lisan. Tauhid dan zuhud
keduanya tidak ada dalam tubuh atau lisan. Tauhid terletak dalam hati,
zuhud di hati, ma’rifat di hati, takwa di hati, pengetahuan tentang Allah di
hati, cinta Allah dalam hati dan dekat dengan-Nya juga dalam hati.
Jadilah orang berakal,
jangan main gila-gilaan, jangan berbuat macam-macam; dusta; riya dan munafiq.
Setiap citamu engkau kurungi makhluk. Bila engkau tahu kala dirimu melangkah
beserta hati menuju makhluk itu cukup memperjauh diri dari Allah. Engkau
mengaku pencari Al-Haq, ternyata engkau pencari makhluk. Dirimu diperumpamakan
orang berkata : Aku hendak pulang ke Makkah dengan tujuan ke Parsi, lalu engkau
berangkat dari Makkah.
Engkau mengaku bahwa
hatimu telah bebas dari makhluk yang mengikat, sedang engkau takut dan masih
mengharap mereka. Lahirimu benci tapi batinmu senang mereka. Lahirimu bertemu
Allah dan hatimu menjalin makhluk. Inilah perkata yang tidak cukup hanya dengan
pengakuan lisan. Inilah tingkah yang di dalamnya tidak terdapat makhluk, dunia,
akhirat dan selain Allah. Dia Maha Satu tidak menerima kecuali satu. Dia satu
tidak menerima sekutu, karena Dia sesungguhnya bertolak dengan ketentuanmu, dan
terimalah ketentuan yang diterapkan untukmu.
Semua makhluk lemah,
ketentuan-Nya berlaku atas diri mereka. Kuasa Allah juga merata atasmu dan
mereka. Goresan kalam dari ilmu-Nya – tentang sesuatu – tetap berlaku untukmu
dan mereka. Pengesa Allah yang lagi salih menjadi pertanda kebenaran Allah pada
makhluk. Di antara mereka ada yang suka telanjang dunia dari sudut lahiri
maupun batini. Dan di antara mereka ada pula yang telanjang dunia hanya dari
sudut batini saja. Allah tidak menampakkan dalam batini mereka sesuatu pun.
Itulah hati orang-orang sufi. Siapa mampu melakukan ketentuan ini, sunggih ia
dipenguasakan dari makhluk. Dia pemberani menentang yang batil. As-Syaja
(beranai tanpa rasa takut kepada siapapun kecuali Allah), adalah orang yang
menyucickan hati selain Allah, kemudian tegar bertempat di pintu-Nya dengan
pedang tauhid yang diliputi syari’at. Saat itu tiada satupun makhluk mampu
menerobosnya untuk membangun hati dengan kegoncangannya. Syara’ mengajari
lahiri, tauhid dan ma’rifat sama-sama mengajari batini. Alangkah jauh beda
antara kata mereka dan kata kami; tentang sesuatu yang kembali.
Engkau ucapkan ini haram, justru engkau pencetak dosa besar, dan halal sedang
engkau tidak melakukan. Ternyata dirimu dalam kefusian yang amat. Nabi saw.
bersabda :
“Celaka bagi
orang-orang bodoh sekali dan bagi orang-orang pintar sekali.”
Suatu kecelakaan bagi
orang bodoh, mengapa tidak mau berdidik, dan tujuh kali kecelakaan orang
berilmu. Ia berilmu tetapi tidak beramal, maka lenyaplah barakah ilmunya dan
lepaslah tanda baginya. Berilmu lalu beramal dan mengasing dalam tempat
pengasinganmu –dari makhluk – kemudian memperbaiki cinta Allah. Bilamana
pengasingan dan cintamu bersih niscaya hal itu semakin memperdekatkanmu kepada
Dia dan mengosongkan yang lain. Jika di kehendaki perbuatan tersebut mampu
mampu memasyhurkan atau memperharum namamu di hadapan makhluk, bahkan semakin
menambah pembagianmu.
Dengar dan camkanlah,
wahai pendungu Allah beserta para wali-Nya. Wahai para pentaat Allah dan para
wali-Nya, kebenaran mutlak hanya Al-Haq Azza wa Jalla, sedang batil
terletak padamu. Wahai makhluk. Allah terletak di hati, rahasia dan
al ma’ani. Sedang batil terletak pada nafsu hawa, tabiat tradisi, dunia dan apa
saja selain Dia. Demikian hati, jaga sampai meperdekat pada Allah; yang Mahaqadim,
azali lagi Abadi. Engkau jangan sarati dirimu melebihi bebanmu, wahai munafik.
Yang ada di sisimu tidak lebih baik daripada ini. Engkau pengamba makan,
pakaian, kendaraan atau penguasaanmu. Hati orang benar (siddiqin) itu pergi
dari makhluk menuju Al-Haq. Ulama” yang beramal dengan ilmunya itu mengganti
para salaf. Mereka adalah pewaris Nabi dan pembenteng orang-orang yang berada
di belakangnya. Mereka pemuka di hadapan mereka, memerintah untuk kebangkitan
agama dalam pusat syari’at dan membentengi kehancurannya. Di hari kiamat mereka
terkumpul bersama para Nabi, maka mereka dilimpahi pahala dari Allah. Tuhan
membuat misal orang pandai (berilmu) yang tidak disertai amal laksana himar.
Difirmankan :
................Laksana himar yang memikul kitab-kitab.” Al-asfar adalah
kitab-kitab. Bergunakah himar memikul setumpuk kitab? Ia tidak menghasilkan
apapun kecuali lelah. Siapa bertambah ilmu seharusnsya bertambah takut serta
patuh kepada Tuhan.
Wahai pengaku berilmu.
Mana tangismu karena takut Allah? Dimana takut dan khatirmu? Mana kesadaranmu
terhadap dosa-dosamu? Mana pertalianmu untuk menerangi kegelapan untuk berpatuh
kepada Allah, mana pengajar nafsu dan pemberantasanmu padanya di hadapan Allah?
Citamu hanya busana hidup, makan, kawin, kedai, kumpul bersama orang-orang
ramai, dan menjalin mesra bersma mereka. Cukuplah cintamu seperti ini, kalaupun
engkau dapat bagian tentu bermacam sesuatu itu mendatangimu menurut ketentuan
waktunya, sedang hatimu santai dalam penantian dan loba yang berat tegar
bersama Allah.
Wahai cahya,
kesunyianmu rusak, tidak suci dari najis dan tidak bersih. Cih, engkau beramal
dengan hati tapi di dalamnya tak ada tauhid serta ikhlas yang bersih.
Wahai penidur, engkau
jangan tidur untuk mereka, wahai pemaling, engkau jangan berpaling dari mereka,
wahai pelupa engkau jangan lupa, wahai para peninggal engkau jangan tinggalkan
itu, wahai pendungu kepada Allah dan Rasul-Nya, orang-orang dahulu dan
sekarang, engkau laksana tonggak kayu yang panjang, ia tidak membuat kebaikan
sesuatu pun.
JANGAN
MUNAFIQ
Pengajian
Syeikh Abdul Qodir al-Jilany
Beliau berkata:
Wahai orang-orang
munafik semoga Allah membebasakan di bumi ini darimu. Alangkah tebal sifat
nifaqmu. Dalam waktu dekat engkau akan dijadikan santapan sindat melalui mulut
dan tubuhmu – sampai tercecer – di baigan lain bumi mengoyak dirimu sampau
menyatu; benar-benar kembali nekgu menjadi tanah.
Tiada keuntungan bagi
orang yang tidak baik sangka kepada Allah, orang-orang shalih dan orang-orang
yang mengikuti mereka. Allah telah menyerahkan keberadaan ini semua untuk
mereka, mereka peroleh hujan yang menumbuhkan tanaman bumi. Setiap makhluk jadi
pengikut mereka, bahkan setiap individu, juga perjenis yang ada di bumi ini,
seperti gunung tidak menggoncangkannya atau menggerak-gerakkan sebagai bencana
yang menguji. Mereka tidak terguncang dari kedudukan tauhid atau ridho kepada
Tuhan Yang Agung. Mereka mencari jiwa dari sisi lain, bertaubat kepada Allah
serta takut pada-Nya. Sadarilah akan dosa-dosa mu, dantaramu dan Dia, berendah
di hadapan-Nya, berlaku sopan di hadapan-Nya seperti orang-orang terdahulu.
Engkau jangan hina
ucapan-ucapan ahli hukum dan Ulama, karena bicara mereka bisa menjadi terapi
(obat) sedang rancangan kalimatnya sebagai buah. Terimalah Ulama yang bertakwa,
jika engkau menemani mereka tentu engkau dapat berkah. Dan engkau jangan
pergauli Ulama yang tidak beramal dengan ilmunya, karena jika engkau pergauli
mereka tentu bencana menimpamu.
Bila engkau berteman
orang yang lebih tinggi ilmunya dari padamu sesungguhnya ia membawa berkat untukmu,
tapi jika engkau bergaul dengan orang yang lebih tua, padahal ia tidak bertakwa
atau berilmu tentu pergaulanmu membawa bencana atasmu. Beramalllah untuk Allah
semata, jangan untuk yang lain. Tinggallah untuk-Nya jangan tinggal untuk yang
lain. Tinggallah untuk-Nya jangan tinggal untuk yang lain. Dan beramal yang
ditujukan selain dia adalah termasuk kafir, dan tinggal selain untuk-Nya adalah
riya. Siapa yang tidak memahami hal ini, sedang ia beramal melalui jalan lain
dari ketentuan ini, maka ia berada dalam kebengongan. Dalam waktu dekat
kematian pasti mendatangi untuk memutus bengongmu.
Anak-anak muridku,
jika engkau menjumpai jurang pemisah antara kaya dan miskin, ketika pemberian
mereka untukmu itu pertanda engkau tidak beruntung. Muliakanlah si fakir dengan
penuh sabar,ambillah berkah mereka (hikmah dari mereka) ketika berjumpa atau
sedang duduk bersama mereka. Nabi saw. bersabda :
“Si fakir
penyabar menjadi teman dekat Dzat Maha Pengasih di hari kiamat.”
Hari ini mereka jadi
teman dekat-Nya melalui hati dan besok dengan jisim mereka. Mereka dalah orang
yang berhati zuhud, berpaling dari perhiasannya, memilih kefakiran daripada
kaya, bahkan ia sabar atas kefaikiran. Jika hal ini telah empurna atas mereka,
akhirat menjadi tujuan mereka secara penuh.
Anak-anak muridku,
engkau beramal untuk Allah tentu Dia menyuburkan tanamanmu mengalirkan
sungaimu, mempersubur daun, ranting-ranting serta membuahkan pohon yang engkau
punya. Berperintahlah dengan ma’ruf cegah yang munkar dan tolonglah Agama
Allah, tradisikan kebenaran-kebenaran di dalam Agama Allah dan bersedkah suatu
kebaikan untuknya; Niscaya sedekahmu terkekalkan, baik secara sembunyi atau
terang, secara rahasia atau dalam kesempitan, dalam kemiskinan atau dalam
kemewahan. Carilah kebutuhanmu dari Allah bukan dari makhluk-Nya. Kalaupun
terpaksa dari makhluk, maka tenangkan hatimu bersama Allah, karena Dia
pengilham untuk mencari keberadaan itu, dari satu arah ke arah lain. Bila
engkau tertolak atau diberi perkara itu semata dari Dia, bukan dari mereka.
Berkayalah atas setiap apa pun dari keutamaan Allah, kedekatan dengan-Nya serta
ilmu-Nya. Bila ini sempurna, mereka menjadi kiblat makhluk dan tolok pandang
mereka tertuju pada dirinya. Mereka mengambil dengan hati serta memperdekat
dengannya. Darinya sumber penyerahan yang terlepas dan ridlo dari mereka.
Dari sebagian Ulama
berkata : Di antara hamba Allah yang paling sempurna adalah orang yang meyakini
penghambaannya untuk-Nya semata. Jadi penghambaannya itu bukan berdasar mencari
dunia atau akhirat.” Mereka hanya mencari Dia semata, tidak yang lain. Wahai
Allah tunjukkan segala makhluk ini pada pintumu selamanya, Pohonku dan
perkara-perkara ini kutujukan pada-Mu. Sesungguhnya Allah memperlakukan
terhadap hamba menurut kehendak-Nya. Bila hati bersih tentu terlimpahi rakhmat
dan kasih-Nya tetap atas makhluk.
Lagi dari sebagian
Ulama berkata : barang siapa banyak berbuat baik dan meninggalkan dosa,
termasuk orang-orang yang benar. Orang yang benar itu bisa meninggalkan dosa
besar atau kecil, lalu memperhalus sikap wara.nya, yaitu meninggalkan
keinginan-keinginan – baik yang diperbolehkan – atau berupa syahwat sebaliknya
mencari perkara halal yang mutlak. Orang yang benar (shiddiq) tidak
henti-hentinya mengagungkan Asma Allah siang dan malam. Ia membakar pengembalian
manusia yang berlaku, maka tradisi itu pun pasti terbakar. Ia diberi rizki
tanpa batas. Juga ia pun tahu bahwa sabar salah satu bentuk pengobat hati dan
menjadi sebab kejernihan dan kedekatan dengan Tuhan. Kebaikan mendatanginya
setelah olah batin ini. Karena olah batin itu hakekatnya menjadi jelas bagi
orang beriman dengan orang munafik, antara peng-esa Allah dengan pemusyrik,
antara pembenar dan pendusta, antara pecinta dan pembenci, dan antara pengikut
dengan pembid’ah.
Dengarlah kata Ulama
ini : Jadilah engkau di dunia seperti orang yang membalut lukanya, sabar atas
pahitnya obat, serta penuh harap atas kelenyapan dosa.” Setiap coba dan sakit
pasti berkait dengan makhluk. Juga penglihatan mereka pada sengsara, manfaat,
pemberian, dan penolak. Setiap obat dan lenyapnya coba itu terletak pada
ketidak adaan makhluk dari hatimu dan tanggapanmu kala ketentuan Allah jatuh
padamu.
Bila yang demikian
nyata keluar dari hatimu sebaliknya terisi penuh dengan pada Nabi, Rasul,
Syuhada, Shalihin dan para Malaikat Al-Muqarrabin – dan kala telah lenyap sikap
itu, engkau menjadi besar, mulia, pemuka, pemberani, pemimpin dan apa yang
diperintah agar kembali padamu, maka ia segera kembali, terperintah apa yang
diperintah termulia dari apa yang mulia. Dengarlah bicara ini, yakini serta
junjung secara benar.
Wahai orang yang sibuk
dengan kehidupan; aku adalah orang terkaya metapencaharian, keuntungan ada
padaku, kehidupan akhir juga ada padaku, aku pemberi setiap sesuatu yang
menjadi hak-Nya. Jika diperoleh sesuatu dari akhirat sebagaimana yang ada
padaku tentu tidak hanya sampai pada diriku seorang, karena orang mulia itu
tidak suka makan sendiri. Setiap orang yang memperoleh kemuliaan dari Allah
maka tidak ada kata bakhil baginya.
Wahai Allah berilah
rizqi untuk kami seperti yang telah Engkau rizqikan pada kaum lain.
Dan berilah kami
kehidupan yang baik di dunia dan kehidupan yang baik di akhirat, dan
selamatkanlah kami dari siksa neraka.
Beramal dengan Al-Qur’an
Pengajian Syeikh Abdul
Qodir al-Jilany
Beliau berkata:
Hasan al-Basri pernah
berkata : Rendahkan dunia karena dunia, demi Allah, tidak baik ia kecuali
setelah dihinakan.”
Anak-anak muridku
beramal dengan Al-Qur’an itu memperhentikanmu dari persemayaman-Nya, dan
beramal dengan sunnah itu memperhentikanmu di persemayaman Rasulullah Muhammad
saw. Engkau jangan henti-hentinya mengamalkan Al-Qur’an, setiap hari dan cita.
Ia sebagai pengharum dan sumber peresapan kaum tasawuf. Karena rahasia mereka
dan penghiasnya pada Al-Qur’an. Ia juga sebagai pembuka pintu pendekat. Ia
pendampar, ia penyambung di antara hati rahasia dan antara Tuhannya. Kala
engkau melangkah menujunya niscaya keceriaanmu bertambah.
Orang bodoh itu
menanti kepastian lalu mencabutnya, sedang orang berilmu mengiringinya dan rela
atas kepastiannya. Wahai orang miskin, engkau jangan menanti kepastian dan
bersedih karenanya, sebab itu bisa membinasakanmu. Orang yang berbalut tekad
adalah orang yang menerima kehendak Allah dan mengeluarkan hati (membebaskan
hati) dari makhluk, lalu menuju Tuhan. Perjumpaanmu sepenuh hati, sirr dan hati
keclmu, bila engkau bertahan tentu engkau mengikuti Allah, Easul-Nya dan
orang-orang shalih. Jika engkau mampu membantu orang-orang shalih lakukanlah,
karena mereka labeih baik darimu; di dunia atau di akhirat.
Seandainya engkau
dapat menguasai dunia seluruhnya, sedang hatimu tetap tidak seperti hati
mereka, tentu engkau tidak memiliki mutiara. Setiap orang yang berhati baik
kepada Allah dan ia dikitari dunia dan akhirat, tentu bila menghukum orang awam
dan khowas (orang-orang pintar) dengan ketentun hukum Allah.
Mana mungkin engkau
bertali dengan mereka. Kamu, setiap citamu tidak lain hanya tertuju makanan,
minuman, pakaian, kawin dan segala isian dunia, bahkan engkau juga rakus
padanya. Bekerja yang seata-mata didasari perkara dunia bisa membawa kebatilan
dalam perkara akhirat. Nabi saw. menjelaskan :
“Seungguhnya Allah
mempunyai dua orang malaikat yang saban hari pagi dan sore selalu mengumandangkan
panggilan : wahai bani Adam bersiap-siaplah untuk mati, bangkitlah untuk binasa
dan berkumpullah untuk bermusuhan.”
Orang beriman tentu
berniat baik dalam segala tindakannya. Ia tidak beramal di dunia ini tetapi
justru membangun dunia untuk akhirat. Ia meramaikan masjid-masjid,
madrasah-madrasah, pondok-pondok dan menuntun jalan kaum muslimin. Jika
membangun tanpa tujuan ini, maka untuk keluarga, orang miskin, orang fakir dan
tidak lebih dari itu. Ia mengerjakan ini hingga terbangun megah, baginya
akhirat sebagai penggantinya. Jadi ia tidak membangun semua itu karena
mengikuti tradisi berlaku, hawa dan nafsu. Jika anak Adam telah bersih seperti
ini niscaya ia bisa menerapkan diri selalu bersama Allah dan hidup bersama Dia.
Hatinya tetap berpagut dengan para Nabi dan Rasul. Terimalah apa saja yang
datang darinya, baik dalam bentuk kata atau perbuatan, iman dan yakin. Maka
tidak bisa tidak dunia dan akhirat berpagut dengan mereka.
Orang yang berdzikir –
Allah – memulia hidup dengan peralihan dari satu kehidupan menuju kehidupan
lain, tiada kata mati baginya kecuali sesaat. Bila dzikir telah bertempat dalam
hati, dzikir yang demikian itu bisa langgeng (daam) kendati ia tidak berdzikir
melalui lisan. Selagi hamba mempunyai dzikir yang daam (langgeng) maka kekal
pula kesunyian bersama Dia, dan keridaannya bersama perbuatan-Nya. Bila tidak
serasi dengan Al-Haq, dalam pengembalian diri di musim panas, kecuali musim
panas itu tidak memanasi kita. Dan jika tidak serasi dengannya dalam musim
dingin kecuali kita tersejuki oleh musim dingin. Keserasian keduanya itu
mendatangkan siksa. Nah, demikian lukisan keserasian antara bala’ dan afat yang
mendatangkan kesedihan, kesempitan, dan kesulitan, hati bosan, keluh kesah saat
datangnya. Alangkah mengagumkan ketentuan atas manusia, dan alangkah indah
keadaan mereka. Setiap apa yang datag pada mereka – dari Allah – menjadi
penyembuh. Mereka di penglihatan orang banyak seperti Ashabul Kahfi di dalam
gua mereka, sebagaimana dikatakan dalam porsi kebenaran mereka.
“(Sedang mereka dalam
keadaan tidur) Kami balikkan mereka ke sebelah kanan dan sebelah
kiri ......... (Qs.XVIII :18).
Mereka itu orang yang
lebih berakal, mereka sama memikirkan apa pun yang datang dari Tuhan – dalam
segala keadaannya – demikian cita mereka.
Celaka, engkau berbuat
mengikuti perbuatan ahli neraka mengharap surga. Atas perbuatan ini
sesungguhnya engkau telah rakus yang tidak pada tempatnya. Engkau
jangan terperdeaya oleh ketelanjangan dunia yang engkau sangka terjadi atasmu.
Dalam waktu dekat hal itu niscaya akan ercabut darimu. Allah akan menelanjangi
kehidupanmu hingga engkau tunduk.
Apa engkau kira dunia
untukmu dan engkau beramal di sana menurut kemauanmu. Sama halnya afiat pun
akan tertelanjangi darimu, kaya, aman, mulia dan segala yang ada padamu yang
berupa nkmat juga tertelanjangi. Engkau jangan lari dari ketelanjangan itu,
kendati selangkah. Karena bagaimanapun juga engkau mencarinya dan meminta
darinya. Dus, segala sesuatu berupa nikmat yang kamu miliki hanyalah dari
Allah. Maka mintalah pertolongan melalui perbuatan itu atas dasar taat.
Ada Ulama berkata :
“bersegeralah menuju Allah melalui makhluk dan jangan berseimbang dengan mereka
untuk Allah.” Tercerailah orang yang menceraikan-Nya dan terbesarilah orang
yang berbesar.
Belajarlah untuk
perimbangan dengan Allah melalui hamba-Nya yang shalih yang sama berimbang
(muwafaq) bersama Dia.
Jangan Mempermasalahkan Rizki
Beliau berkata:
Engkau jangan bercita terhadap makhluk dengan dzikirmu,
karena pencariannya kepadamu lebih berat daripada pencarianmu kepada-Nya. Bila
engkau berhasil peroleh rizki hari ini, maka tinggalkan cita dengan pendapatan
rizki di esok hari; seperti engkau tinggalkan hari kemarin dan pagi mendatang;
tidak engkau ketahui, apakah ia membawa hasil bagimu atau tidak merepotkan
dirimu dalam keseharianmu. Seandainya engkau mengenal Allah tentu engkau tidak
terepotkan oleh pencarian rizki. Karena orang yang mengenal Allah segala
lisannya berpagut dengan Dia.
Orang arif tak henti-hentinya menjaga lisan di hadapan
Allah, sampai mengembalikan kedudukannya pada kebaikan makhluk. Kala
menyampaikan kepada mereka terangkatlah mahkota dari lisannya hingga jadi
fasih. Nabi Musa a.s. ketika masih jadi pengembala domba lisannya gagap, gopoh,
tidak terang, tapi setelah Allah menghendaki kebaikan lalu dikuasakan cita
kepadanya. Dalam Firman dikatakan :
“”Dan bukalah buhul (kelu) dari lidahku, sehingga mereka
memahami bicaraku.” (Qs.XX:27:28).
Musa berkata : Ketika aku berada di tempat penggembalaan
domba, aku tidak menghiraukan hal ini. Dan sekarang telah
datang kesibukan atasku bersama manusia untuk bicara kepada mereka.
Yang aku maksud adalah mahkota emas yang meluncur dari lisanku, maka
berangkatlah akidah dari lisannya. Saat itu Musa mampu bicara sembilan bahasa
dengan fasih lagi bisa dipahami – menurut ukuran apa yang dibicarakan – selain
itu Musa masih punya bahasa asli yang dibawa sejak kecil (bahasa cdal). Yaitu,
kala ia masih kecil hendak bicara di hadapan Fir’aun dan Aisyiah, lalu Allah
menyuapkan bara ke dalam mulutnya.
Anak-anak muridku, kuliht engkau amat sedikit berma’rifat
kepada Allah, Easul-Nya dan sedikit mengenal para Wali-Nya, para pengganti
Nabi, pra khalifah – perihal tingkah lakunya (hukuq). Engkau sunyi dari
kebenaran. Engkau laksana sangkar tanpa burung, laksana rumah setelah roboh,
laksana pohon yang kering dan berguguran daunnya. Hai manusia itu bisa hidup
jika disertai Islam, kemudian diperkuat dengan hakikat, yaitu kepatuhan secara
total – serahkan segala punyamu kepada Allah, terapkan kepatuhan dalam jiwamu, yang
lain keluarkan darimu dan hatimu dan dari semua makhluk, lalu berhenti di
hadapan Dia penuh telanjang (dari makhluk). Pabila Allah menghendaki tentu Dia
memberi busana untukmu dan menghadapkan kepada makhluk melaksanakan
perintah-Nya, seraya mendapat kerelaan Rasulullah saw. Kemudian tetapilah
sambil menanti perintah yang dikehendaki-Nya – yaitu menetapi hukum-hukum yang
berlaku. Setiap orang yang bertajrid selain untuk Allah dan berhenti di
hadapan-Nya sepenuh hati dan rahasia, maka sungguh ia tuangkan dari lisan suatu
kata sebagaimana yang dikatakan Musa a.s. :
“Dan aku lebih dahulu kepada Engkau, wahai Tuhanku! Supaya
Engkaurihda.” (Qs. XX:84).
Singkri dunia, akhirat dan semua makhluk, pemutus
persahabatan dan kosongkan keberadaan tuhan-tuhan; aku datang kepadamu segera,
agar aku dapat kerelaan dan maghfirah.
Wahai orang debil, apa yang engkau punya untuk ini? Engkau
hamba nafsu dunia dan keinginanmu, engkau hamba makhluk pemusyrik mereka, kamu
engkau lihat mereka pemegang dlar dan naf. Di lain pihak terhadap sorga engkau
berharap bisa memasukinya. Sedang neraka engkau takut memasukinya. Di mana
engkau, dirimu terliputi kegundahan hati dan sedikit memperhatikan sesuatu.
Wahai sahay engkau jangan gelisah atas ketaatanmu apalagi
sampai menaruh rasa kagum padanya. Pintalah Allah demi keterimaannya, takutlah
jika sampai engkau tergeser pada yang lain. Mana sesuatu yang menjamin
keamananmu yang dikatakan agar mentaatimu; jadilah maksiat, untuk kejernihan
jadilah keruh. Siapa mengenal Allah tentu ia tidak akan berhenti bersama
sesuatu dan tidak gelisah terhadap sesuatu. Tidakkah engkau bisa damai (aman)
sampai dunia keluar darimu lalu mencari keselamatan agama serta memelihara apa
yang ada di antaranya dan Allah.
Wahai manusia jagalah amal serta kebersihannya dengan hati
ikhlas yang sempurna adalah menandaskan sesuatu semata untuk Allah. Adapun
Ma’rifat (mengenal) Allah itu landasan pokok. Aku tidak melihat mayoritas
manusia kecuali pendusta dalam bicara dan perbuatan, baik secara terang atau
tersembunyi. Mengapa engkau tidak punya ketetapan kata serta perbuatan, juga
perbuatan ikhlas tanpa tauchid. Segala sesuatu yang bermanfaat bagimu – yang
engkau lakukan – dapat menerimamu dan diridloi Allah. Dalam waktu dekat engkau
dapat membuka pinjamanmu di hadapan timbangan dan api yang membara. Dikaakan
“inilah yang putih, inilah yang hitam, ini yang palsu” semua itu akan dibongkar
secara teratur, di hari kiamat. Untuk semua amalmu dikatakan – yang telah
dinafkahkan : “Setiap amal selain untuk Allah batal (sia-sia).
Beramallah, bercintalah, bertemanlah dan bercarilah kepada
orang.
“Tiada sesuatu pun serupa dengan Dia, dan Dia Mahamendengar
dan Mahamelihat.” (Qs. XLII : 11).
Jauhlah keadaan ini lalu konsis. Jauhkan semua ini dari-Nya
selagi sesuatu itu tidak bisa dikompromikan dengan Dia, dan berkonsislah kepada
Dia dengan sesuatu yang bisa dikompromikan dengan-Nya. Yaitu sesuatu yang
diridloi dan diridloi oleh Rasul-Nya saw. Bila engkau laksanakan ini tentu
lenyap rasa penyerupa atau keingkaran terhadap Tuhan; lepas dari hatimu.
Jalinlah persahabatan bersama Allah, Rasul-Nya, orang-orang
shalih penuh rasa hormat. Bila engkau kehendaki keberuntungan, maka seseorang
pun jangan mengharapkan kecuali dengan sopan, jika tidak demikian, maka engkau
jangan datangi keutamaan yang telah engkau buang, dan tinggalkan keutamaan saat
ini dan yang engkau baa ke mari. Jarang semua itu ada pada seseorang pemulya
lagi beradab baik, yang datang dari akal serta kefahamanmu. Pemasuk itu tentu
mengetahui apa yang dimasuki. Tukang roti tentu memahami rasa rotinya, desainer
tentu memahami desainnya. Dunia sungguh membutakan hatimu, lalu apa yang bisa
kamu lihat melalui hati. Takutilah dunia, ia hanya menjadi tempatmu sesaat yang
menatihmu dan pada akhirnya akan menggorokmu. Karena itu takutlah.
Wahai pelayan, tiada untuk bagimu kendati engkau
senang. Dan engkau, wahai pemohon cinta Allah, engkau tiada ‘kan
peroleh maksud itu jika engkau masih menaruh cinta Akhirat atau cinta sesuatu
selain Dia. Orang yang mengenal Allah Allah itu cintanya tidak tertambat
masalah ini, tidak pula terikat sesuatu selain Allah. Bila cinta telah sempurna
karena Allah semata, dan nyata dunia yang diberikan untuknya situ selalu
mencukupi dan ia telah sampai ke akhirat, maka segala yang tertinggal di
belakangnya akan terlihat olehnya di pintu Allah. Ia mendahuluinya sampai ke
sana, karena hal itu ia tinggalkannya karena Allah. Tidak berbeda para Wali-nya
diberi sesuatu menurut pembagian yang berlaku untuk mereka. Tetapi tentang
kelepasan hal itu, tuah hati pada batini dan tuah nafsu terletak pada lahiri.
Sesungguhnya keuntungan hati tidak bisa di dapat keculai setelah ada pembatas
nafsu. Bila engkau sanggup mencegah tentu pintu keberuntungan terbuka untukmu.
Sehingga bila hati berkarya keberuntungan segera datang dari Allah. Maka
rakhmat datang pada jiwa. Untuk hamba seperti ini dikatakan : Engkau jangan
bunuh jiwamu, ia akan mendatanginya saat terjadi keberuntungan, maka ia pun
memperoleh itu sedang ia tetap tenteram.
Tinggalkan orang yang membencimu di dunia, dan carilah
orang yang menjauh darinya. Warna tentu bisa memenuhi selera warna itu sendiri.
Keduanya saling berinteraksi. Manusia menyinta kepada orang yang mencintai
sampai ia menemukan cinta itu berada di sampingnya. Orang-orang mencintai
Allah, tentu dicintai-Nya, karena ia menaruh cintanya untuk Dia. Maka Dia
mencentai mereka, menguasakan mereka dan menguatkan mereka di atas cinta orang
lain. Mereka bertolong atas dasar seruan yang benar (Dakwah Al-Haq). Mereka
menyeru untuk beriman, bertauhid dan berikhlas dalam beramal. Mereka memungut
dengan tangan sendiri serta menyesuaikan diri di jalan Allah. Barang siapa
melayani Dia tentu dilayani, siapa berbuat baik tentu disenangi, dan barang
siapa memberi tentu diberi. Tapi jika engkau niat beramal untuk neraka tentu
api akan menyambut kehadiranmu esok hari.
Amal yang engkau usahakan, menjadi milikmu sendiri. Engkau
beramal menurut amalan ahli neraka, sedang engkau mengharap surga dari Allah.
Bagaimana engkau bertamani (Mengaharpharap datangnya sesuatu yang tidak akan
bisa diperoleh) Surga padahal engkau tidak melandasi amalanmu menurut ketentuan
penduduk surga. Alangkah banyak manusia beramal dengan hati tanpa disertai
organ tubuh. Cukuplah’ amal tanpa diserta tekanan hati manabisa disebut
amal. Orang ikhlas itu beramal dengan dilandasi hati sebelum organ tubuh. Orang
beriman itulah sebenarnya hakekat otang hidup, adapun orang munafiq itu
hakekatnya orang mati. Orang beriman beramal semata karena Allah. Sedang orang
munafiq beramal hanya karena manusia di samping untuk mencari puji dan hadiah.
Orang beriman beramal meliputi lahiri dan batininya. Baik ketika sunyi atau
dalam keramaian. Sedang orang munafiq sudah merasa cukup bila beramal dalam
keramaian. Karenanya tiada keseuaian untuknya dari Allah. Ia juga tidak beriman
kepada Allah, Rasul dan Kitab-Nya, ia tidak ambil peduli mahsyar atau hisab.
Islamnya tentu hanya berupa Islam akuan atau karena harta, tentu ia tidak
beriman akhirat. Tiada yang pantas bagi mereka selain siksa neraka.
Wahai Allah kami mohon perlindungan darimu dari segala
masalah ini, kami mohon agar bisa melaksanakan ikhlas di dunia dan bersih di
akhirat. Aamiin.
Anak-anak muridku, perihara-lah ikhlas dalam beramal.
Luruskan padangan dan perhatikan amalmu; jika engkau mencari pengganti
makhluk. Beramal-lah karena Allah – jangan karena nikmatnya. Jadilah
seperti orang yang mencari ridha-Nya semata. Carilah ridha-Nya sampai Dia
memberimu. Apa bila Dia memberimu berarti surga dunia dan akhirat engkau dapat.
Di dunia bisa dekat dengan-Nya, di akhirat bisa melihat-Nya dan memperoleh
balasan sebagaimana Dia janjikan.
Anak-anak muridku, serahkan jiwa hartamu pada kuasa dan
kehendak Dia, serahkan jualan kepada pembeli; niscaya hari esok engkau diberi
penghargaan.
Anak-anak muridku, serahkan jiwamu kepada Dia, katakan,
bahwa segala isi jiwa, harta sorga hanya untuk-Mu dan segala selain-Mu untuk-Mu
semata, kami tiada berkehendak sesuatu selain-Mu. Tetangga sebelum rumah
dan teman sebelum berjalanan. Wahai orang yang berkehendak surga, kejelekan dan
keburukannya, hari ini, bukan besok, hari ini lebih banyak parit untukmu dan
air yang mengalir di sana, bukan esok.
Anak-anak muridku, kiamat itu mampu menggoncangkan hati dan
pandangan. Yaitu suatu hari di mana di dalamnya diturunkan ketegaran diri,
setiap orang berdiri di atas pijakan iman dan ketegarannya, konsttansi diri
hanya bisa terjadi menurut ukuran iman. Di hari itu :
“ ............. pada hari oarng-orang bersalah menggigit
tangannya.” (Qs. XXV :27).
Ya, para aniaya dan perusak sama menggigit tangannya.
Bagaimana jadi perusak – bukan pembangun?
Anak-anak muridku, engkau jangan risau dengan amal, karena
amal itu terletak pada akhir kehidupan. Periharalah, biasakan untuk tetap
memohon kepada Allah agar memperindah akhir kehidupan dan mencabut nyawamu saat
melaksanakan amal yang dicintai-Nya. Engkau jangan berkawan dengan nafsu, hawa,
tabiat dan jangan membelakangi Tuhan, karena hal itu termasuk maksiat, jika
engkau menentang Tuhan tentu engkau akan terhinakan dan tidak tertolong.
Wahai Allah tolonglah kami dengan usaha tunduk kepada-u dan
jangan hinakan kami dengan laku maksiat kepada-Mu.
Berilah kami kebaikan hidup di dunia dan kebaikan hidup di
akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.
Jihad Terhadap Hawa Nafsu Dan Syaetan
Beliau berkata:
Allah telah memberikan untukmu berupa dua jihad/perlawananan;
lahiri dan batini.
Adapun batini usaha untuk memerangi nafsu, hawa, tabiat,
setan, bertaubat dari maksiat; tetap memuliakan-Nya dan meninggalkan syahwat
yang diharamkan.
Sedang yang berbentuk lahiri yaitu : usaha untuk memerangi
orang kafir yang menentang Allah dan Rasul-Nya, menahan kekuatan senjata
mereka; baik berbentuk pedang, panah dan tombak untuk membunuh mereka, karena
jika engkau biarkan mereka pasti akan membunuhmu.
Dari dua bentuk jihad tersebut, jihad batini ternyata
menempati posisi yang lebihberat daripada yang berbentuk lahiri. Karena
hakekatnya ia sebagai penahan nafsu keharama, perobahannya dan menetapi
perintah-perintah syara’ serat mencegah larangan-Nya. Maka barang siapa
menetapi perintah Allah dalam kedua jihad itu niscaya ia peroleh keutamaan
dunia dan akhirat. Luka yang ada pada tubuh orang yang mati syahid itu laksana
bercantuk darah dalam tanganmu, itu tidak sakit, dan mati dalam kebenaran jihad
untuk dirinya itu menjadi penebus dosa laksana di dahaga meneguk air dingin.
Wahai manusia, imanilah Al-Qur’an, beramal-lah menurut
ketentuannya, ikhlaslah dalam beramal. Engkau jangan mempertonjolkan amal,
jangan munafik atas amalmu, jangan cari puji dan makhluk atau pengganti dari
mereka. Karena itu, sedikit amat orang yang ikhlas, dan berapa banyak orang
munafiq. Alangkah malas engkau tuntuk kepada Allah, tetapi konstan tunduk di
bawah musuh-Nya dan musuhmu “setan terlaknat”. Orang itu suka berharap agar
tidak lepas dari beban yang diberikan oleh Allah. Sungguh perlu engkau mengerti
bahwa, sabar atas beban, qodlo dan qodar itu amat lebih baik dibanding isi
dunia dan akhirat yang diserahkan kepadamu untuk bertasawuf. Sesaat bersabar,
sesaat bersyukur, sesaat dekat sesaat jauh, sesaat kaya sesaat fakir, sesaat
sehat sesaat sakit, setiap amniah mereka itu menjaga mereka bersama Allah.
Demikian suatu hal terpenting bagi mereka.
Anak-anak muridku, jadilah orang benar, tentu
engkau baik, jadilah pembenar dalam hukum tentu engkau baik dalam keilmuan.
Jadilah kebenaran dalam sirr (rahasia) tentu engkau benar dalam kenyataan.
Setiap selamat yang ada dalam ketundukan kepda Allah, yaitu sebagai perwujudan
dari pelaksanaan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya dan sabar
atas keputusan-Nya. Barang siapa menuruti Allah niscaya Dia mengabulkan
pintanya, dan siapa tunduk kepada Allah, niscaya orang akan tunduk kepadanya.
Wahai manusia kemarilah karena aku membawa nasihat bagimu.
Aku pemihak diriku dan kamu meliputi segala apa pun yang diriku ada di sana.
Aku berpihak Dia. Apakah engkau hendak bebas dari kehendak Allah sebagaimana
yang berrlaku padaku dan kamu. Janganlah menuntut aku, karena aku butuh kamu
seperti engkau buruh diriku. Nabi saw. bersabda :
“Tidak terbilang sempurna iman seseorang beriman sehingga
ia memenuhi kehendak saudaranya muslim seperti ia memenuhi kehendaknya
sendiri.”
Nah, demikian realisasi kata pemimpin kita dan pembersar
kita, pendahulu para Nabi dan Rassul serta orang-orang benar sejak Adam sampai
kiamat. Sungguh ternafikan kesempurnaan iman bagi orang yang tidak memenuhi
pangilan saudaranya muslim seperti ia memenuhi kehendak sendiri. Jika engkau
cintai dirimu sendiri tentu engkau pilihkan sebaik-baik makanan, sebagus-bagus
pakaian, seindah-indah kediaman, secantik-cantik paras dan sebanyak-banyak
harta untukmu sendiri. Tetapi cintamu kepada saudaramu yang muslim
kebalikan semua itu. Maka betapa engkau mendustai akan pengakuan beriman
sempurna. Wahai orang yang jarang berkhayal, ini menjadi bagian tetangga
muslim, dan engkau sendiri termasuk keluarga muslim. Engkau punya harta, maka
wajib zakat untuknya, bukankah saban hari engkau peroleh untung yang berlimpah.
Juga engkau punya kemampuan yang bertambah melebihi jatah kemampuan yang engkau
butuhkan. Tapi mengapa engkau tidak memberikan untuk mereka. Padahal mereka
rela memikul kefakiran. Namun bilaman nafsumu, hawa, setan pengendali dirimu
tetap membelenggu jangan harap engkau bisa lolos dangan mudah demi mendahulukan
perbuatan bajik. Rupanya engkau pemuja dirimu sendiri, harta, makhluk sekitarmu
dan sesuatu yang engkau miliki. Siapa berbesar cinta dunia atau lebih kuat
sifat loba dunia, tetapi lupa mati dan perjumpaan dengan Allah, tidak butuh
memisahkan antara halal dan haram, sungguh ia disamakan dengan orang-orang
kafir; sebagaimana ucapan mereka :
“Kehidupan ini tiada lain hanyalah kehidupan dunia saja,
kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa.”
(Qs. XLV :24).
Tampaknya engkau seperti bagian mereka, bedanya engkau
mengaku Islam dn darahmu terjamin oleh dua kalimat syahadat, dan mensejajarkan
diri bersama kamu muslimin dalam shalat dan puasa, sebagaimana tradisi
kebajikan mereka.
Engkau tampakkan dirimu kepada manusia seakan bertaqwa
sedang hatimu cenderung jahat. Hal itu sama sekali tidak berguna bagimu.
Wahai manusia, mana saja sesuatu yang bermanfaat bagimu;
lapar dan dahaga di siag hari, tapi di malamnya engkau buka dengan makanan
haram. Tampak engkau puasa di siang hari, tapi bermaksiat di malamnya. Wahai
pemakan haram, engkau tahan dirimu minum di siang hari tapi engkau sama buka
dengan darah kaum muslimin. Tak jarang di antaramu berpuasa tetapi berlaku
fasiq di malam hari. Nabi bersabda :
“Tidak akan terhinakan umatku atas sesuatu yang mereka
agungkan di bulan puasa.”
Pengagungannya adalah dengan laku taqwa di bulan itu, dan
puasanya semata karena Allah, serta giat memelihara hukum-hukum syariat-Nya.
Anak-anak muridku puasalah, bila tiba saat berbuka berikan
sesuatu yang engkau gunakan berbuka kepada orang fakir. Engkau jangan makan
sendiri. Siapa makan sendirian tidak mau mendermakan yang sebagian kepada yang
membutuhkan berarti ia takut jika fakir.
Wahai manusia engkau berkenyang diri sedang tetanggamu
lapar. Engkau mengaku mukmin, tapi imanmu tidak bersih. Engkau banyak kuasai
beraneka makanan sampai engkau dan keluargamu jadi terpandang. Namun ketika ada
pengemis berdiri di depan pintumu engkau usir secara kasar. Dalam waktu dekat
engkau akan ketahui beritamu, dan tak lama lagi engka akan berlaku seperti itu,
kemudian engkau juga ditolak seperti engkau menolak pengemis itu.
Engkau jangan berdiri seperti itu, mengmbil apa yang ada di
hadapanmu dan membiarkannya terkumpul di antara dua keadaan. Tawadlu’ itu
seharusnya engkau jadikan tempat berpijak, dan memberi itu seharusnya asli dari
hartamu. Nabi kita mUhammad saw. itu selalu memberi peminta dengan tangannya
sendiri, memerah sendiri susu kambingnya dan menjahir bajunya sendiri. Barang
siapa mengaku pengikut setia beliau, sedang engkau jauh berbeda dengannya; baik
kata atau tindakan. Demikian ucapan untukmu jika engkau datang sambil membawa
syariat Islam – jika tidak jangan mengaku “aku orang Islam”. Peliharalah
ketentuan-ketentuan dan hak-hak Islam; yaitu penyerahan diri totalitas di
hadapan Allah.
Jalinan belas kasih antar sesama manusia sehingga engkau
dikasihani para penduduk langit. Dikatakan selagi engkau masih berdiri
bersama nafsu tidak akan sampai ke maqam ini. Selagi engkau masih
menjalin bahagian darinya berarti engkau masih berada dalam batasan-nya; yaitu
menjaga kehendak dan mencegah keberuntungannya, dengan cara menjalin kebenaran
menurut kelestariannya, dan menjalin hubungan dengannya agar tidak terjadi
kerusakan. Adapun haknya adalah sesuatu yang harus terealisir, berupa makanan,
pakain, minuman dan tempat tinggal, kelezatan dan syahwat. Maka cabutlah haknya
sebagaimana ditentukan syara’. Setiap pembagian yang menjurus pada kemampuan
untuk menggali ilmu Allah; maka pemberian yang demikian itu tidak haram.
Duduklah pada pintu syara’, biasakan melayaninya niscaya engaku beruntung.
Engkau dengarAllah swt telah berfirman:
“Apa yang datang dari Rasul, maka ambillah dan apa yang
dilarang darinya, hindarilah.” (Al-Hasyr : 7)
Terimalah dengan riang dan ringan, dan benamkan dirimu
padanya. Jika banyak yang anda dapat dari kepastianNya, sebagaimana ilmuNya,
maka disanalah anda berada. Jika anda menerima dengan gampang, anda tidak akan
hancur, bahkan tak akan pernah luput dari anugerah pemberianNya.
Hasan al Bashri berkata, “Cukuplah bagi orang beriman,
sekadar makanan ringan, cukuplah kurma jelek dan seteguk air.”
Orang beriman itu makan untuk kekuatan tubuh, orang munafik
makan untuk menikmati makanan. Orang beriman mengkonsumi makanan karena ia
butuh kekuatan melintasi jalan menuju tempat, dimana tempat itu justru seluruh
kebutuhannya tercukupi, karenanya ia makan hanya sekadar kuat saja. Sedang
orang munafik memang tidak punya tempat, tidak punya tujuan hidup.
Betapa banyak hari-hari dan bulanmu teledor. Usiamu
kalian potong tanpa manfaat. Aku melihat kalian tidak teledor dengan duniamu,
sementara kalian teledor dengan agamamu. Berbaliklah, kalian akan berpijak pada
kebenaran.
Dunia tidak akan abadi bagi siapa pun, begitu pula bagimu.
Apakah kalian masih punya harapan hidup bersama Allah Azza wa-Jalla?
Oh betapa minimnya pikiranmu. Betapa banyak orang menumpuk dunianya,
membangun dunianya, sementara di satu sisi ia merobohkan bangunan akhiratnya,
dengan mengumpulkan dunia dan membuang agamanya. Benar-benar dramatik terjadi
antara dirinya dan Allah Azza wa-Jalla, ia malah mendendam kepada Tuhannya dan
lebih ridlo kepada makhlukNya. Kalau dia tahu bakal mati dalam waktu dekat,
hadir di hadapanNya, ia pun juga dihisab atas seluruh perbuatannya, maka tidak
ada yang banyak dari jumlah amalnya.
Dari Luqmanul Hakim ra, berkata pada putranya, “Wahai
anakku, sebagaimana engkau sakit, kalian tidak tahu bagaimana tiba-tibanya
penyakit. Demikian pula kalian mati dan kalian tidak tahu bagaimana anda nanti
mati.”Aku peringatkan pada kalian dan aku hindarkan kalian. Tapi kalian tidak
pernah perhatikan, tidak pernah menghindari. Kalian malah lenyap dari kebaikan
sibuk dengan dunia. Sebentar lagi anda tua, dan dunia tidak ada gunanya, bahkan
semua yang anda kumpulkan jadi bebanmu.Anak-anak sekalian, semestinya kalian
menanggung tugas dan memutuskan kejahatan. Kalimat kejahatan akan bercabang,
jika kalian bicara, lalu saling bersahut, datang pula kalimat sepadannya, lalu
hadir keburukan diantara kalian. Hanya sedikit makhluk yang mengajak ke pintu
Allah Azza wa-Jalla, dan mereka ini sebagai bukti dan argument kebenaran atas
mereka. Jika khalayak tidak menerima, maka kaum mukmin akan meraihnya sebagai
nikmat, tapi derita bagi kaum munafik, mereka ini adalah musuh-musuh Allah Azza
wa-Jalla.
Ya Allah semoga Engkau berikan kebajikan bersama Tauhid,
dan sirnakan kami dari makhluk dan selain DiriMu secara total.
Wahai orang yang bertauhid, wahai orang yang masih musyrik,
sesungguhnya di tangan para makhluk itu tak berarti apa-apa. Sebuah kemuliaan
di mata penguasa, para raja, orang-orang kaya, semua itu hakikatnya di tangan
Allah SWT. Hati mereka berada di TanganNya, terserah Dia membolak balikkannya.
”Tak ada sesuatu pun yang menyamaiNya, dan Dia Maha
Mendengar dan Melihat.” (Asy-Syuuro : 11)
Jangan manjakan dirimu, ia bisa memakan jiwamu, seperti
orang yang mendidik anjing dan memanjakannya, suatu ketika lengah anjing itu
akan memangsanya pula. Jangan kau andalkan senjata nafsumu dan jangan pula
mengasah ketajamannya, karena akan mengenai dirimu di wadah kehancuran ketika
nafsu mengkhianatimu. Potonglah isi nafsu dan jangan melewati syahwatnya.
Ya Allah tolonglah kami atas nafsu-nafsu kami.
Wahai Tuhan kami, berilah kami kehidupan yang baik di dunia
dan kehididupan yang baik di akhirat, dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.
Takut kepada Alloh
Pengajian Syeikh Abdul Qodir al-Jilany
Selasa sore 18 Dzulqoidah tahun 545 Hijriyah di Madrasah,
Beliau berkata:
Demi Al-Haq, seandainya dia tidak ciptakan surga dan neraka
tentu aku tetap mengharap dan takut Dia.
Tunduklah kepada-Nya untuk mencari ridla-Nya. Jagalah
sesuatu yang diberikan dan yang menyebabkan sika. Taat kepada Allah adalah
melaksanakan segala perintah dan menghentikan apa yang dilarang serta bersabar
atas keputusan-Nya. Taubatlah, menagislah dan hadapan-Nya, rendahkan dirimu
dengan derai air mata sepenuh hati. Tangis dirimu penuh cinta dunia dan
akhirat, jadikan cinta-Nya sesuatu hal terpenting bagimu – itu harus engkau
terapkan atas dirimu – karena ia membawa manfaat bagimu.
Wahai manusia dirimu mengaku Tuhan, berita apa yang engkau
terima sampai engkau berbesar diri kepada Allah. Selain itu engkau juga
berkehendak selain yang dikehendaki, bahkan engkau cinta musuh-musuh-Nya; setan
terkutuk” Jika putusan Dia telah tiba engkau bertolak tidak sabar, bahkan
engkau lari dan mencabut apa yang menjadi kehendak-Nya; berupa penyerahan diri
secara total. Sungguh demikian ini tidak membawa manfaat bagimu.
Anak-anak muridku, tradisikan takut dan beragam sampai
engkau sanggup menjumpai Tuhanmu. Meneguhkan pijakan hati di hadapan-Nya.
Bubuhkan tanda keserahan dalam tanganmu, karena hal itu lebih seyogya bagi
penyerahan dirimu. Bila engkau merasa terlindungi maka teguhkan kepada-Nya.
Karena bila sesuatu telah dianugrahkan itu tidak akan terulang kembali di sana.
Allah, bila memilih seorang hamba jadi baik niscaya ia perdekat dengan-Nya.
Ketika ia sedang terselimuti rasa takut sesutu disampaikan untuknya – sesuatu
yang tidak bisa lenyap, bahkan hati, rahasianya jadi tenteram. Maka jadilah hal
itu ada di antaranya dan Dia.
Celaka, wahai si bodoh, engkau berpaling dari Allah dan
mengosongkan diri di balik hatimu, tetapi sibuk melayani sesama makhluk. Orang
yang giat melayani Tuhan hatinya dengan Dia. Ia mencoba untuk mengenalnya, maka
ia pun mengenalnya, juga ia mengetahui siapa-siapa yang mengenal Dia. Jika
orang mengenal Tuhan, berhasil menumbangkan nafsu, tabiat, setan dan suci dan
bersih dari dunia, maka baginya dibukakan pintu pendekat dengan-Nya; untuk
mencari kesibukan amalanyang dikerjakan untuk Dia semata. Baginya dikatakan,
kembalilah di belakangmu, dibukakan untuk membantu makhluk dan tunjukan mereka
kepada kami. Bantulah para pencari Kami dan murid yang menuju kepada kami.
Tautkan antara cahaya dengan gulita sampai lekat dengan jiwa. Karena ia
merusakmu. Kebanyakan manusia cenderung mendahulukan isteri-isteri atau
anak-anaknya daripada mendahulukan ridla Allah. Sesungguhnya aku
melihat gerak menuju kedamaian; setiap tujuanmu, isterimu dan anakmu dan apa
pun yang datang dari Tuhan itu hanya fatamorgana.
Orang sempurna dalam kemanusiaannya adalah mereka yang
berusaha beramal tidak untuk apa pun kecuali Allah. Sungguh telah buta mata
hatimu, dan keruh kejernihan rahasiamu. Rupanya engkau tertutup dari Tuhan,
sehingga apa yang engkau miliki hanya klise. Karena sebagian Arifin berkata :
“celaka amat bagi orang-orang tertutup, yaitu orang yang tidak beramal, karena
sesungguhnya mereka telah tertutup.
Sadarilah dalam usia mudamu di hadapan cermin yang retak,
sedang engkau masih makan makanan haram tanpa engkau sadari, yang demikian
karerna kebusukan yang menyelimutimu serta pengolahan nafsu sahwat dan
ketinggian sifat lobamu teramat kuat. Tidak lama lagi tradisi burukmu terntu
terputus, hancurlah! Sayang, setiap coba untukmu hanya menjauhkan dirimu dari
Tuhan, justru memperdekatmu kepada yang lain. Firman Allah :
Sesungguhnya hal yang demikian itu menjadi pengajaran bagi
siapa yang mempunyai hati, atau mempergunakan pendengarannya dengan hati-hati.”
(Qs. L:37).
Perputaran pikir itu menuju hati dan perputaran hati itu
menuju rahasia dan perputaran sirr (rahasia) itu menuju fana.” Dan perputaran
fana’ menuju wujud.
Adam a.s. dn para Nabi bagi mereka tetap
mempunyai syahwat atau kesenangan, hanya amereka mampu mengimbangi
nafsu dan mencari ridla Allah. Adam a.s pernah alap terhadap satu syahwat yaitu
kala masih berdomisili di surga, lalu ia diturunkan ke satu tempat, kemudian ia
bertaubat dan tidak mengulangi perbuatan itu lagi. Kendati syahwat Adam a.s.
itu terpuji, karena ia mencari agar tidak jauh dari Allah. Dan para Nabi-Nya
tidak pernah berhenti menyaingi nafsu tabi’at dan syahwat, sampai mereka bisa
menyamai Malaikat menurut sudut keberadaannya. Disebabkan banyaknya
bermujahadah dan penderitaan jiwa. Para Nabi Rasul dan para wali adalah tipe
orang yang sabar, demikian halnya dirimu karena itu bersabarlah.
Wahai hamba Allah bersabarlah atas hantaman nafsu, karena
dalam waktu dekat engkau akan mampu membalas hantaman itu bahkan membinasakan
dan merampas kebendaan mereka serta mengambil alih mahkota kekuasaan dan
menutup politiknya.
Anak-anak muridku berjihadlah, sesungguhnya kamu tak
menganiaya seorang pun jika niatmu suci. Setiap orang tidak punya hak kecuali
setelah mendapat perintah syara’, jika perintah itu ada maka jihadmu termasuk
ibadah. Orang berakal, orang terpuji dan orang benar telah ditiupkan dalam
bentuk mereka dan diberlakukan kiamat atas jiwa mereka, dinaikan dari dunia
dengan cita mereka lalu melintasi sirat dengan kebenaran mereka. Mereka
berjalan dengan hati sampai terminal di surga. Mereka berhenti di tepi jalan
sambil berkata : kita jangan makan, kita jangan minum – seorang pun – karena
orang mulia itu tidak makan sendirian, maka surut kembalilah mereka menuju
dunia; yaitu untuk mengajak manusia agar bertaat kepada Allah dan memberi kabar
tentang apa yang ada di sana, maka perkara-perkara itu pun dipermudah untuk
mereka; berupa kekuatan iman dan kesanggupan takwa. Segala apa yang
diberikan oleh Allah tampak jelas dihatinya; yakni berita tentang
kiamat; ia juga melihat surga neraka dan apa saja yang berada di dalamnya. Ia
melihat mereka beraneka macam bentuk ciptaan dan Malaikat yang sama bertawakal.
IA meliaht bayangan sesuatu laksana melihat dunia beserta bayangannya. Ia
melihat ciptaan seperti kuburan yang berjalan; apabila melalui kubur tampak
jelaslah peristiwa apa yang ada di dalamnya, baik nikmat atau siksa; ia melihat
kiamat dan apa saja yang terjadi di hari itu. Ia meliaht rakhmat Allah dan
siksa-Nya, ia melihat para Malaikat berjajar berdiri, para Nabi dan Rasul, para
badal para wara’ berada dalam urutan mereka, ia melihat penduduk surga saling
berkunjung dan penduduk neraka saling bermusuhan. Siapa baik pandangannya
nisacaya mampu menembus hati manusia – dengan pandangan mata kepalanya, sedang
mata hatinya mampu menembus perbuatan Allah atas manusia; ia melihat pergolakan
dan ketenangan atas mereka. Nah, inilah yang disebut pandangan mulia yang hanya
bisa dilakukan oleh para wali Allah. Orang semacam ini bisa memnadang manuisa
tampak sifat lahirinya dari pandangan mata kepala, dan tampak sifat batininya
dari sudut pandang mata hati, sedang untuk memandang Tuhan dengan mata
sirr-nya. Siapa melayani, maka dilayani, bila kedatangan kehendak Allah ia
menerima, ia tetap mengembannya kendati membawanya ke darat atau samudera, ke
pantai atau ke puncak, tidak perduli makannya pahit atau manis, terminalnya
pada kemuliaan atau kebinasaan, kaya atau fakir, sehat atau sakit, ia tetap
berjalan bersama kehendak Allah, sehingga apabila mengetahi kehendak itu
sesungguhnya ia telah turun atau di kendaraan; lalu berkendaraanlah ia,
melayani dan tawadlu’ – yang demikian karena dekatnya kepada Allah serta
pemujaannya atas-Nya.
Semua itu semata terjadi karena persaingan
dengan nafsu hawa tabiat setan dan teman buruk dapat dimenangkan dengan
gemilang.
Wahai Allah limpahkan rizqi untuk kami sejalan menurut
ketentuan-Mu dalam segala keberadaan ini.
Bicara Tanpa Disertai Perbuatan
Pengajian Syeikh Abdul Qodir al-Jilany
Jum’at pagi 21 Dzulqoidah 545 Hijriyah di Madrasah, Beliau
berkata:
((((
Wahai penghuni negeri ini, sungguh amat banyak sikap
munafik terjadi, justru amat sedikit orang ikhlas, amat banyak orang bicara
tanpa disertai perbuatan, tanpa amal; sedikit pun itu tak berimbang;
bahkan hal ini laksana hujah tanpa penyanggah. Bicara tanpa amal
seperti rumah tanpa pintu, laksana tabungan tanpa pengeluaran dan seperti
pengakuan pribadi tanpa bukti. Gambar tanpa ruh hanyalah patung yang tak punya
tangan kaki dan kekuatan. Besarnya amalmu semisal raga tanpa nyawa, sedang
nyawa itu gambaran ikhlas tauhid dan ketegaran menekuni Kitab Allah di samping
sunnah Rasul-Nya. Janganlah kau lupakan perintah dan larangan, patuhilah
kepastian Allah.
Cobaan dan rintangan yang datang kepada suatu kaum itu
seperti bila datang kepadamu; di antara mereka ada yang sabar juga ada yang
menjauh dan mengeluh. Di antara syarat cinta kepada Allah itu terletak pada
ketiadaan iradah (kehendak) dalam jiwa dan tidak terepotkan oleh dunia, akhirat
atau makhluk lain. Mahabbah kepada Allah bukan suatu hal yang mudah; ia baru
terlaksana sampai seseorang mampu meninggalkan manusia kedanti tetap masih jauh
dari-Nya; dan berapa pula orang yang tidak berbuat seperti itu tetapi dekat
dengan-Nya. Janganlah suka menghina orang Islam karena ia exsistensi sirr
(rahasia-rahasia) Allah – yang menyebabkan keputihan jiwa mereka. Rendahkan
dirimu jangan berbesar diri di hadapan hamba-hamba Allah; kenanglah sifat
pelupamu, rupanya dirimu dalam kelupaan yang sangat; seakan kamu telah merasa
cukup dan mampu melintsi shirat lalu melihat tempatmu di surga. Betapa besar
penipuan ini; setiap orang telah berlaku maksiat kepada Allah dengan pelbagai
kemaksiatan; ia tidak perduli hal itu, tidak pula mau bertobat; ia menduga
bahwa hal itu sebagai teman sejak semula; demikianlah yang tertulis dalam
bukumu dengan mencantumkan waktu dan peristiwanya, pencukupan datau penyiksaan
tergantung sedikit banyak perbuatan itu.
Bangunlah wahai pelupa; jagalah wahai penidur; pelaingkan
kepada Allah; siapa amat kuat maksiatnya tapi tidak bertaubat atau menyesal
sungguh ia datang dengan tujuan kafir.
Camkanlah : Rizki menurut ketentuan pembagiannya, jika
sudah terbagi ia tidak bertambah atau menyusut, tidak bisa dipercepat atau
diperlambat. Rupanya engkau masih ragu jaminan Allah; betapa engkau loba
mencari sesuatu yang tidak didbagikan; kebodohanmu hanya mencegahmu agar datang
kepada Ulama, sedang penyaksianmu suatu kebaikan yang hanya menakutkan dirimu
jika sampai mengurangi keuntunganmu,
Renungkan, siapakah yang memberi makan dirimu kala masih
berada dalam perut ibumu? Setelah lahir, anehnya engkau bergantung atas diri
sendri dan orang lain, uangmu, pedaganganmu, serikatmu dan pemimpin negerimu.
Setiap orang yang bergantung kepada mereka maka kau pertuhankan; setiap orang
yang kau takuti atau kau harap maka kau pertuhankan; setiap orang yang kau
lihat berkait dengan dlar (sengsara) dan Naf’ (manfaat) dan kau tidak lihat bahwa
Allah berlku atas dirimu maka kau ertuhankan; sedikit amat kau ketahui
rahasiamu. Tunggu, niscaya Allah akan mencabut pendengaran, penglihatan,
keperkasaan, hartamu dan seluruh ciptaan yang mengeraskan hati mereka atasmu
dan mengokohkan kuasa mereka atasmu, memperhinakan dirimu di masa tuamu,
mengunci pintu di hadapanmu dari satu pintu yang tembus ke pintu lain tanpa
memberi sesuatu makanan sedikit pun padamu; jika engkau menyerunya niscaya tak
akan di dengar. Semua ini sebab syirikmu kepada-Nya dan penggantunganmu bukan
kepada-Nya, pencarian nikmat selain kepada-Nya dan permintaan tolong melalui
jalur maksiat.
Nah, demikian yang terlihat berbagai jenis itu terjadi,
sedang hal itu menjadi tidak yang wajar bagi pelau maksiat. Tetapi di antara
mereka tetap terdapat sosok manusia bila melihat perrkara disusul taubat; maka
untuknya Allah memandang dengan rakhmat, amalannya dengan kemuliaan dan
kelembutan.
Wahai makhluk Allah bertaubatlah, wahai ulama; wahai
fuqoha, wahai ahli zihud, wahai ahli ibadah, tiada di antaramu kecuali orang
yang butuh daku sebagai jalur pertaubatan orangtua-orangtuamu. Bila pada usia
permulaan dirimu merasa berat terbukalah bagiku pada akhirnya – menjelang
matimu; bila engkau ragu atas pendapatan harta seseorang maka tunggulah keluarganya.
Bila terdapat nafkah yang dikeluarkan kepada sanak keluarga, kaum fakir serta
kebaikan lain maka bisa diketahui harta tersebut bersumber dari yang
halal.))))))0
Anak-anak muridku setiap sesuatu yang kau lihat dari arah
kebikan, sedang kau mencintainya, maka hal itu sebagai cinta yang kecil, karena
kau masih berjinak dengannya. Cinta sejati adalah cinta yang tak menggoyahkan
cinta Allah; karena ia dilihat melalui mata hati, itulah cinta kaum shiddiqun
ahli ruhani; cinta mereka bukan sekedar iman, bahkan disertai yakin; kalau mata
terbuka dari tabir penutup mata hati, maka mereka pun mampu menembus apa yang
ada dalam ghaib atau melihat sesuatu yang tidak mungkin mampu disingkap orang
lain.
Wahai Allah limpahkan kepada kami cinta-Mu bersama ampunan
dan afiat; kamu akan tinggal di dunia sampai batas waktu yang ditentukan Allah,
tidak seorang pun mampu menolak jika sudah dilimpahkan untukmu. Saat izi datang
kepada orang yang menguasainya itu menyebabkan ketaqwaan atas sesama manusia
dan runtuh akal mereka sedang engkau tersenyum bersamanya, engkau tawakan orang
yang mencari sesuatu yang tidak dibagikan Allah, dan sebagian lagi ada orang
yang mencari bahagianya tanpa mendapat izin dari Allah.
Wahai manusia teramat pagi engkau menerima nikmat Allah
ketika berada dalam perut ibumu, setelah di lahirkan kamu diberi kesehatan,
kekuatan, keperkasaan dan memberi rizki berupa taat kepada-Nya menjadi Muslim
pengikut Nabi Muhammad saw. Jika engkau merasa nikmat datang darinya lenyaplah
kecintaan terhadap makhluk dari hati; berubah menjadi arif kepada Allah,
mencitai-Nya, melihat dengan mata hati kepada-Nya; dari jalur ini engkau bisa
melihat ihsan dan isa’ah (baik dan buruk) bersumber menurut penjelasan-Nya,
tidak tetap pandangan orang-orang yang berbaik kepada-Nya dan keburukan yang
datang dari manusia. Bila tampak ikhsan dari mereka ia melihat bahwa hal itu
terjadi karena ketentuan Allah, dan jika isa’ah tampak dari mereka, maka ia
lihat hal itu terjadi karena penerapan Allah dalam pandangannya berpindah dari
ciptaan kepada Sang Maha Pencipta, bersama dengan peristiwa itu ia dilimpahi
syara’ hak Allah – dan tidak menertawakan hukum-hukum-Nya.
Hati orang-orang arif tidak bergeming berloncat-loncat dari
satu tingkah ke tingkah lain, praktis, sehingga kezuhudannya terhadap ciptaan
semakin bertambah kuat, lalu meninggalkan mereka berpaling dari mereka
sebaliknya amat suka Allah sembari memperkuat ketaqwaan kepada-Nya. Segala
sesuatu yang terambil dari makhluk sama lenyap lalu sumber pengambilannya itu
tetap dari Allah. Akal yang berserikat semakin terpateri antar dirinya dengan
ciptaan bahkan ditambah akal lain yaitu akal pelimpahan Allah.
Wahai pemburu makhluk, wahai pemusyrik mereka; takutlah
jika mati datang menimpamu sedang dalam jiwamu terdapat sesuatu; Allah tidak
akan membuka pintu-Nya untuk rukhmu dan Allah tidak akan melihatnya, karena ia
berbuat durhaka setiap kali menggantungkan kemusyrikan kepada-Nya.
Peliharalah kesunyian (khalwat) dari cengkeraman nafsu,
dari makhluk, kemudian khalwat dari dunia, lalu kahlwat dari akhirat, kemudian
khalwat dari selain Allah. Bila engkau berkehendak kahlwat bersama Allah, maka
kosongkan dirimu dari segala perwujudan dan per-anganan-mu.
Celaka kamu, Engkau duduk dalam tempat sujudmu sedang
hatimu melayang-layang menyinggahi makhluk sambil menanti kedatangan mereka dan
pemberriannya. Sia-sialah masa ibadahmu, sama artinya kau jadikan untuk dirimu
gambar tanpa arti.
Janganlah dirimu mengikuti sesuatu yang tidak mengikutkan
Allah; jika tidak ada ikatan dari Allah dan tidak sebagai ketentuan-Nya atasmu
bukanlah dari ciptaan. Bila engkau ingin sesuatu bergegaslah ke sana, jika kau
tak punya batin yang bersih atau hati yang sunyi, selain kepada Allah maka
pengasingan diri itu tak membawa manfaat.
Usir rasa cinta dunia dari
hati
Beliau berkata:
Ada seorang bertanya : Bagimana aku harus
mengusir rasa kecintan dunia dari hatiku? Beliau (Abdul qadir) menjawab :
perhatikanlah kegoncangannaya beserta tuhan-tuhannya, dan bangunan-bangunannya,
bagaimana engkau berhilah kepada mereka, bertuhan mereka dan surut ke
belakangnya, lalu memperlambat mereka dari satu derajat ke lain derajat hingga
kedudukanmu terpandang di mata manusia dan berlenggang di muka mereka
memperlihatkan harta kekayaannya serta keajaiban-ajaibannya; maka suatu ketika
mereka bergelanyut bergembira atas kedudukannya yang tinggi; kehidupan mereka
baik dan pelayanan untuk mereka sempurna; pabila mereka tercabut terpateri
tebenam dan terlempar dari belenggu ketinggian derajat di atas-atas
tempat fital mereka, maka menyebabkan keterputusan mereka kegoncangannya dan
kehancurannya, sedang ia berhenti sambil menertawakan dirimu dan iblis berada
di sisinya tertawa juga bersamanya.
Nah, demikian lukisan tindak tanduk
sebahagian besar para pemimpin dan orang kaya sejak masa Adam sampai hari
kiamat? Dengan demikian ia terangkat lalu dijatuhkan, didahulukan lalu
dikessampingkan, diperkaya kemudian dipermiskin, didekatkan lalu dijegal.
Keganjilan merak adalah terletak pada manusia yang menyerahkan dirinya
mengalahkan, dan tidak mampu mengalahkannya, menolong dan menerima
keburukannya, yang menerima keburukan di samping takut akan tipu dayanya.
Peminta, jika kamu menatap sesuatu dengan
mata hatimu sampai batas keburukan dunia tentu kau mampu mengeluarkan dunia
dari hati, tetapi jika keu tetap dunia hanya mengunakan mata kepala
tentu tertipu oleh warn warni yang menghias keburukannya, sudah barang tentu
kau tidak akan pernah mampu mengusir dunia dari hati dan berzuhud di dunia,
padahal dia membunuhmu seperti pra pembunuh; perangi nafsu sampai tenteram
benar, jika kau merasa tenteram niscaya kau akan mampu melihat aib dunia bahkan
mampu menerapkan zuhud di sana. Ketenteramannya adalah kau mampu menerima
bisikan hati, berkait dengan sirr; sedangkan ketenteraman kedua-duanya terletak
menurut perintahnya menahan dunia di samping berkenaan atas pelimpahan nya dan
sabar atas penolakannya (dunia akhirat). Jika ketenteraman telah tercipta baru
kau bisa bersandar pada hati dan ketenangannya,
Aku lih(pembenaran) takzib (pembual) di
hadapan para ulama dan berdialog bersama mereka; janganlah saling kontra dengan
mereka karena mereka adalah para penguasa dunia dan akhirat, mereka penguasa
yang dekat dengan Allah, maka mereka pun mampu menguasai segala keberadaan ini
selain Dia.
Allah sungguh memberi kecukupan hati
mereka memenuhi dengan kedekatan, berjinak di samping terpenuhi juga dengan nur
dan kemuliaan-Nya; mereka tidak diuji melalui orang yang berdunia atau orang
yang memakannya. Mereka tidak melihat kemuliaan tetapi melihat akibat atau
akhir peristiwanya. Mereka jadikan Allah sebagai tolok rujuk mata
sirr mereka; mereka tidak bersembah karena takut binasa tidak pula karena
harapan agar bisa menguasai keberadaan mereka kepadanya atau untuk
melanggengkan persahabatannya dan bertahluk pada sesuatu yang tidak mereka
ketahui; Dia adalah maha pelaksana atas hal yang dikehendaki; orang munafik
bila bicara suka membual, jika berjanji tidak ditepai dan jika dipercaya
berhianat; siapa terlepas dari sifat ini maka sungguh terlepas dari sifat
munafik.
Nah, ini sifat pembeda antara
mukmin dan munafik, genggamlah pembeda dan cermin ini, tataplah permukaan
hatimu kemudian lihat apakah dirimu mukmin atau munafik; pentauhid atau
pemusyrik, setiap dunia berisi fitnah dan pengridu kecuali dunia yang terambil
dengan niat baik semata untuk tujuan akhirat; bila dirimu telah berniat dalam
pengembaraan di dunia, maka jadilah akhirat sebagai nikmat yang kosong dari
syukur ke hadirat Allah; genggamlah nikmat Allah terdorong oleh rasa syukur kepada-Nya;
syukur kepada Allah adalah proyeksi syukur kepada-Nya.
Syukur kepaa Allah, ada dua bagian :
Pertama : Istianah dengan nikmat atas
dasar taat dan muwassa’at kepada kaum fakir.
Kedua : i’tiraf kepada sang pemberi nikmat
dan syukur atas turunnya, pemegangannya adalah Allah.
Sebagaian ulama berkata : “setiap sesuatu
yang membuat kerepotan dari Allah bisa membawa keuntungan bagimu, dan kalaupun
dirimu terepotkan oleh kenangan kepada Dia, maka bagimu mendapat keuntungan
pula. Shlat, puasa, haji dan segala perbuatan baik maka setiap perbuatan itu
membawa keuntungan. Bagaimana kamu berkata : Allah Maha Besar sedang kamu
dusat, betapa banyak tuhan berendam dalam hatimu – selain Allah – termasuk
setiap apa yang kau gantungi keu pertuhankan, setiap yang kau harapi kau
pertuhankan; hatimu tidak sejalan dengan lisan, lakumu tak sesuai dengan
ucapan; betapa tidak memalukan kau berucap Laa Ilaah Illallah, tapi berribu
tuhan masih tersimpan di hati; taubatlah kepada Allah – lekas – meliputi jiwa
dan dari apa pun yanng tersimpan dalam jiwamu.
Wahai oang yang berilmu sungguh qana’ahmu
terletak dalam nama bukan disertai amal, mana mungkin bisa membawa manfaat bila
kau berkata “aku orang alim” sedang kau tetap dusta; bagaimana kau rela
terlantarkan jiwa sendiri sedang kau suruh hal baik lainnya yang tidak kau
laksanakan. Kelakuanmu seperti yang difirmankan Allah :
“Mengapa kamu mengucapkan (sesuatu) yang
tidak kamu perbuat? (Qs. LXI :2)
Celaka kau erintah manusia agar berlaku
benar sedang dirimu sendiri dista; kau perintahkan mereka agar bertauhid tapi
kau bersyirik; engkau perintah mereka supaya ikhlas tapi kau sendiri suka
beriya dan munafik; kau perintah manusia agar tinggalkan maksiat, tapi kau
justru memupuknya; sungguh telah sirna sifat malu dari matamu; kendati kau
katakan iman, ternyata kau tak punya rasa malu. Bukankah Nabi bersabda :
“Malu adalah sebagian dari iman.”
Tiada iman bagimu, tiada yakin dan amant
bagimu, kau sembunyikan ilmu maka amalmu pun lenyap bahkan kau ditulis oleh
Allah sebagai penghianat! Aku tak tahu tentang terapi mujarab untukmu kecuali
takwa dan menetapi taubat; siapa bersih imannya selamatlah setiap urusannya,
kaitannya jangan sampai berlaku syirik dengan ciptaan, causalita atau
bergantung kuat dengannya, jika nyata demikian niscaya segala tindakan akan
selamat dari bencana berlanjut mengoper iman pada yaqin. Iman kepada Allah,
Rasul-Nya dan membenarkan keduanya menjadi landasan dasar permasalahan
ini; Islam kemudian iman lalu bertindak menurut standar Kitab Allah dan
syari’at Rasul-Nya, kemudian menetapkan ikhlas dalam beramal seiring bersama
tauhid qalbi ini adalah satu konsep untuk mencapai iman sempurna; orang beriman
yang kosong dari konsep tersebut, dari amaliahnya atau dari setiap apa pun
kecuali Allah maka pelaksanaan amaliahnya itu terlepas dari dunia; tidaklah
henti-hentinya ia lakukan jihad melawan nafsu beserta segala keberadaan ini –
yang datang dari mereka – di sisi Tuhan Al Haq sampai mendapat petunjuk ke
jalan-Nya. Dia berfirman :
“Dan orang-orang yang berjihad dalam
(urusan) Kami niscaya akan Kami tunjukan mereka pada jalan Kami.” (Qs. XXIX
:69).
Jadilah kamu orang-orang zuhud dalam hal
apa pun, relakan ketentuan Dia yang mengolah dirimu dalam Kuasa Qadae-Nya, jika
kau ikuti dia niscaya teralih pada kekuasaan-Nya; amat beruntung orang yang
tidak bergeming dari qadar Allah, dan menunggu ketentuan apa yang akan terjadi,
beramal dengan ketentuan Allah, berkemajuan bersama ketentuan Allah dan tidak
kafir atas nikmat yang ditentukan Allah; adapun tanda-tanda nikmat yang
ditentukan adalah kedekatan dengan-Nya dan bekerja bersama-Nya; jika hati
seseorang telah terrpagut dengan Tuhan niscaya ia merasa berkaya (tidak
membutuhkan) makhluk lain; bahkan ia diperdekat, diberi penguasaan oleh Allah.
Dia berfirman :
“Sesungguhnya engkau mulai hari ini
mempunyai kedudukan tinggi dan kpercayaan di sisi kami.” (Qs.XII:54).
Penghibahan kuasa dalam kerajaannya
seperti yang dilakukan penguasa Mesir kepada Yusuf a.s.; praktis urusan
kerajaan berada di tanagnnya, sehingga hal itu mengangkat Yusuf sebagai orang
terpercaya dan penguasa lumbung negara.
Nah, demikian gambaran hati jika sudah
bersih, tampaklah perangai terpuji dan hatinya suci pula dari selain Allah.
Adapun jalur untuk mencapai tujuan ini melalui ilmu dan amal, karena hanya
menggunakan ilmu lahiri saja tidak mungkin bisa merubah kebatilan, bahkan bisa
juga membawa kemalasan tunduk kepada Allah – yang menyebabkan dirimu diuji
dengan siksa. Nabi saw. bersabda :
“Jika seorang meringkas dalam hal amanat
niscaya Allah mengujinya dengan dukacita.”
Firman Allah : “Allah tidak akan menyiksa
kamu jika kamu bersyukur dan berriman.” (Qs. IV:147).
Celaka, samapai kapan engkau mempersibuk
diri dan oleh keluargamu smpai lupa menyembah Allah. Ada Ulama berkata : Jika
kamu mengajar anakmu maka sertakan niat dan sibukkan ia bersama Allah. Artinya
jika kamu tahu bahwa niat itu bisa membuat kebaikan sesuatu dan berharga
tinggi; ajarilah anakmu ilmu cipta dan akhiri dengan ilmu yag menjurus ibadah
kepada Allah, karena keluarga dan anak itu tidak membawa pengaruh apa pun
bagimu dari ketentuan Dia; tradisikan dirimu, keluarga serta anakmu untuk
berqana’ah dan usaikan agar mereka terbawa oleh ta’at kepada Allah.
Engkau jangan mencari kaya melalui agama
Allah, riya’ dengan agama-Nya dan berrmunafiq atas nama agama Dia – sebagaimana
perlakuan orang-orang munafiq; riya, munafiq, dan maksiat menjadi sebab fakir,
hina dan jauh dari pintu Allah; orang munafiq lagi riya’ itu bisa saja mencari
dunia dengan kedok agama, bersikap seperti orang shalih, padahal ia tak punya
kepandaian tentang hal itu; ia bicara seperti orang shalih, berbusana seperti
mereka tapi ia tadak beramal seperti amalan mereka; ia mengaku anak turun
mereka padahal nasabnya bukan dari mereka.
Wahai para dusta, berlaku bernarlah, wahai
penjauh dari Tuhan kembalilah, tujulah pintu Allah dengan sepenuh hati;
rujuklah dengan-Nya, takutlah kepada-Nya dalam keadaan iman ambillah dunia
menurut syara’; dan untuk tingakt walayah ambillah melalui kuasa Allah beserta
penyaksian ata skeduanya yakni penyaksian Kitab dan Sunnah.
Wahai sahay, betapa tangismu memalukan
atas dirimu, karenanya engkau mengharamkan kebenaran dan taufiq, alangkah
memalukan, hari ini kau tunduk kepada Allah esok hari telah maksiat kembali;
hari ini kau ikhlas hari esok telah bersyirik, Nabi Muhammad saw. bersabda :
“Barangsiapa hari-harinya sama berarti ia
tertipu, dan barangsiapa hari kemarinnya lebih baik daripada harinya (hari ini)
berarti ia tertutup dari rahmat”
Anak-anak muridku, bermujahadahlah,
mohonlah pertolongan dari Tuhan, kau kan terombang-ambing dalam gelombang
ssamudera mengangkat lalu melemparmu ke pantai; doa harus kau tinggikan untuk
mencari keterkabulan; mujahadah darimu dan taufiq dari-Nya; luruskan
pencarianmu niscaya kau lihat pintu memperdekat dirimu dengan-Nya; kau harap
rahmat-Nya mengalir untukmu kelembutan, kemuliaan dan cinta-Nya tersebar
padamu; demikianlah tujuan yang dikehendaki manusia normal.
Wahai penghamba nafsu, hawa dan setan, di
sisiku tiada sesuatu pun kecuali kebenaran mutlak, hati dalam hati, jernih
dalam jernih, pemutus dan penyambung, yaitu pemutus selain Allah dan penyambung
dengan-Nya, aku tidak akan mengharap kegilaanmu; wahai orang munafiq, wahai
para pendusta; tidak; sekali-kali aku tidak malu dihadapanmu mengatakan itu;
bagaimana aku malu sedang kau tidak pernah malu kepada Tuhan dan merendah diri
dari padangan-Nya; penyebab utama setiap perbuatan kafir dan munafik adalah
sikap pembual yang tidak diikuti taubat atau tidak segera kembali kepada Allah
berlandas taubat secara total serta takut kepada-Nya.
Ada Ulama’ berkata bahwa : Benar itu
pedang Allah di bumi-Nya, tiada sesuatu diletakkan di atasnya kecuali
terpotong. Kemarilah karena aku membawa nasihat untukmu, aku ingin meluruskan
dirimu; kendati bagimu aku mati tapi sebenarnya aku tetap hidup bersama Allah;
siapa membenarkan daku dalam pergaulan tentu memperoleh manfaat dan beruntung;
siapa mendustakan dan membohongi persahabatan denganku ditolak dan tersiksa di
dunia akhirat.
Kata Malik bin Dinar kepada muridnya :
Jika kamu ingin mengenal Allah, maka relakan pengolahan dan taqdir-Nya, dan
kamu jangan menghidupkan nafsu, hawa, tabiat dan kehendak untuk
menserikatkan-Nya.
Wahai manusia dalam masa dekat kau akan
mati; ratapilah jiwamu sebelum diratapi orang; sungguh kamu menyimpan dosa-dosa
membayang di atas siksa yang menghinakan; hatimu terlalu menderita karena cinta
dunia atau loba padanya. Tinggalkan pencarian yang menganiayamu; terimalah apa
pun yang mempercukup ddiriu; akal tidak mungkin pernah gembira dengan sesuatu
yang didapat; halalnya dihisab dan haramnya disiksa; tapi sebagian besar
manusia telah lupa siksa dan hisab.
Wahai sahay, jika dunia datanng di
hadapanmu sedang hatimu melihatnya tidak tenteram lepaskan ia’ tapi jangan kau
ratapi penuh keberatan hati; ikutilah kendali hati sehingga hatimu tetap
menempatkan pengajaran bijak yang mengamalkan hukum-hukum Allah lalu mengajarmu
dan menasehatimu. Wahai penjual sesuatu tanpa sesuatu dan membeli seuatu tanpa
sesuatu, sungguh kamu pembeli dunia dengan akhirat dan menjual akhirat dengan
dunia ternyata kamu dalam puncak kefusian (bingung) kebinasaan dan ketololan
yang amat; tampak makanmu laksana binatang bila sedang makan, tanpa
memilah-milah, tanpa perhitungan dan tanpa tanya, tanpa niat, tanpa perkara,
tanpa kerja, orang beriman sesungguhnya hanya makan sesuatu yang diperbolehkan
syara’; bagi para wali makannya diperintah dan dilarang; mereka berbuar begitu
dari sudut hati; adapun Badal tidak mengambil kepentingan dengan sesuatu
sebliknya ia berbuat sesuatu itu dalam ketiadaannya bersama Allah. Dari sini
bisa difahami jika wali itu tetap tegar bersama ketentuan-ketentuan yang
berrlaku, sedang badal masih diselimuti oleh rasa ikhtiar, tetapi setiap
perbuatan itu selalu disertai landasan hukum syara’ lalu menarik dalam samudera
qudrah, gelombangnya sesekali meninggi di lain waktu tenang, sesekali pasang ke
pantai di lain waktu surut ke tengah-tengah gelombang; jadi ia seperti Ashabul
Kahfi, sebagaimana disinyalir Allah :
“Dan kami balikan mereka ke sebelah kanan
dan ke sebelah kiri.” (Qs.XVIII:18).
Tidak ada akal bagi mereka angn-angan dan
perasaan; mereka berada dalam tempat kelembutan dan kedekatan yang memejamkan
mata, baik lahiri atau batini. Nah, inilah gambaran orang terdekat memejamkan
mata hatinya kepada selain Allah, maka ia tidak melihat apa pun kecuali Tuhan,
tidak bisa mendengar kecuali melalui-Nya; wahai Allah fana’kanlah kami kecuali
untuk-Mu dan temukanlah kami dengan-Mu.
Dan berikanlah kepada kami kehidupan yang
baik di dunia dan kehidupan yang baik di akhirat, dan perihalah kami dari siksa
neraka.
Menjernihkan hati
Beliau berkata:
Sabda Rasulullah saw. :
“Sesungguhnya hati ini berkarat dan
sesungguhnya penjernihannya adalah membaca Al-Qur’an, ingat mati dan menghadiri
majlis untuk berdzikir.”
Hati berkarat!; jika kamu mendapati
pemiliknya – sebaaimana yang dilukiskan Nabi saw – dan jika tidak maka beralih
pada kegelapan, yaitu menggelapkan orang tersebut dari cahaya kebenaran;
mempergelap bagi pecinta dunia serta penghimpunnya yang tidak disertai sifat
wara’; karena siapa hatinya ditempati rasa cinta dunia lenyaplah sifat
wara’nya; yang tinggal hanyalah antara gabungan halal dan haram; ini berakibat
membawa kelenyapan rasa malu dari Tuhan dan enggan bermuroqobah dengan-Nya.
Wahai manuisa terimalah apa yng
disampaikan Nabimu; lenyapkan karat di hatimu dengan obatnya sebagaimana telah
disinyalir kepadamu seandainya seorang di antaramu sakit dan dokter menunjukkan
obat-obatnya tentu tidak akan tercapai ketentraman hidup sampai engkau
melaksanakan perintah itu; Jagalah Tuhanmu dalam kesepianmu; penatkan matamu
sampai seakan kamu melihat Dia; jika kamu tidak mampu berbuat itu – untuk
melaihat-Nya – sesungguhnya Dia melihatmu; Siapa ingat Allah dalam
hatinya, maka ia disebut orang yang ingat dan siapa tidak mengingat Dia dengan
hatinya, bukanlah ia disebut orang yang ingat.
Lisan itu perantara hati dan anggota tubuh
lain, secara permanen terbuka untuk mendengar petuah-petuah, maka jika
petuah-petuah lenyap dari hati butalah ia; hakikat taubat adalah menjunjung
perintah Allah dalam segala situasi. Atas dasar ini berkata seorang Ulama :
Kebaikan itu semuanya terletak pada dua kalimat. Pertama; menjungjung
ketentuan-ketentuan Allah; Kedua : Syafaqah (kasihan) kepada sesama makhluk.
Maka setiap orang yang tidak menjunjung ketentuan-ketentuan Allah dan belas
kasih kepada sesama makhluk Allah berarti ia jauh dari Allah.
Allah mewahyukan kepada Musa a.s; berkasih
sayanglah sehingga Aku mengasihimu, karena sesungghnya Aku Maha Penyayang,
siapa berkasih sayang, niscaya terlimpahi rakhmat dan Aku memasukannya ke
syurga-Ku.
Alangkah beruntung orang-orang yang
berkasih sayang, sia-sialah usiamu hanya terhabiskan dalam makanan, dalam
minuman, dalam menghias diri dan berkumpul; siapa ingin beruntung hendaklah ia
memperlunak nafsu dari perkara haram, syubhat, syahwat serta ketentuan Allah
yang diwajibkan, meliputi larangan dan menerima keputusan-Nya. Manusia itu
harus bersabar bersama Allah dan tidak sabar beserta dunia; ssabarlah agar kamu
bersama-Nya; carilah agar kamu dekat dengan-Nya; keluarlah dari markas nafsu, hawa
dan tabiat, dan berkawanlah bersama syara’; tujulah Tuhan; terimalah afat,
musibah, dukacita, lapar, dahaga, telanjang dan rendah, semua itu janganlah kau
hindari dan jangan surut memuja-Nya atau berubah dari tujuan semula.
Wahai manusia, beramallah untuk persiapan
jumpa dengan Allah, malullah sebelum berjumpa, pertama orang harus beriman
kepada Allah lalu makhluk-Nya kecuali dalm hal apa yang memperjalin dirimu
dengan agama dan merongrong hukum syara’; karena hal itu tidak boleh terjadi
bermalu-malu apalagi malu dalam agama Allah – menegakkan hukum-Nya dan menurut
ketentuan-ketentuan-Nya.
Siapa mengikuti Rasulullah saw. – secara
bersih – maka dikenakan busana besi dan ketopong sambil menyandang pedang yang
dialasi dengan tatakrama dan akhlaknya, dikosongkan dari sifat-sifat yang tidak
layak baginya, diperkuat rasa gembira kendati ia datang menusia, syukur kepada
Allah kalau ia jadikan pengganti dalam umatnya sebagai tanda penyeru merek
menuju pintu Allah; keberadaannya sebagai da’i atau dalil sebagai penyambung
orang-orang yang telah dicabut Allah, dalam arti sebagai khalifah untuk mereka;
ia adalah salah seorang dari setiap juta manusia untuk melayani keterputusan
nafsu seseorang; mereka mendekat kepada ciptaan dan menekan mereka agar
bersabar atas setiap cobaan; mereka selalu tersenyum di hdapan orang-orang
munafiq, orang fasik dan tertipu daya kepada mereka meliputi segala siasat yang
ada hingga menarik mereka – meliputi apa saja yang mereka berada di dalamnya –
lalu membawa mereka ke pintu Allah. Ataas dasar ini ada ulama berkata : “Tiada
orang tersenyum di hadapan orang fasiq, kecuali orang-orang arif. Mereka
tersenyum di hadapannya dan memperlihatkan perkara apa yang dikethuinya, sedang
mereka mengetahui akan kehancuran kediaman agamanya, kepekatan permukaan hati,
banyak dengki dan kekeruhannya; orang fasiq dan orang munafiq sama-sama berasumsi
mereka menjadi rahasia yang tidak diketahui olehnya. Tidak, bahkan bagi mereka
tidak punya kemuliaan sama sekali, apa pun yang dirahasiakan mereka (orang
fasiq dan munafiq) pastilah dapat diketahui melalui kerling, pandangan, ucapan
dan gerak-geriknya, baik yang lahir atau yang batin tanpa diragukan lagi.
Wahai orang sesat, Allah Maha Besar di
atasmu; wahai orang berhati mati; wahai pemusyrik sebab; wahai penghamba patung
dengan seluruh daya kekuatannya; lumbung kekayaan dan penguasa negaranya; sungguh
mereka tertutup dari Allah; setiap orang yang berpendapat dlar dn naf datang
dari selain Allah bukanlah termsuk penghamba Dia, sebaliknya menjadi penghamba
yang diyakini itu; maka pada hari ini ia ditemepatkan dalam neraka yang teramat
buruk dan bseok ia ditempatkan dalam neraka jahanam; tiada orang mampu lepas
dari neraka Allah kecuali orang-orang bertaqwa, orang-orang yang bertauhid,
orang yang ikhlas dan orang yang bertaubat.
Bertaubatlah sepenuh hatimu kemudian boleh
melalui mulutmu; taubat itu memutar-mutar penguasa naffsu, hawa dan pengendali
diri (setan) serta sahabat yang buruk; kala kamu bertaubat terputarlah
pendengaranmu, penglihatan, lisan, hati dan seluruh organ tubuh, jika demikian,
maka jernihlah makanan, minuman dan kekeruhan yang haram, syubhat dan berwara’
dalam setiap mata pencaharian, perdagangan, syirkah dan menetapkan setiap
himahmu tertuju kepada Allah semata; semua ini berpengaruh menggeser setiap
tradisi jiwa lalu meninggalkan tempatnya untuk beribadah, menggeser maksiat dan
tempatnya untuk bertaat lalu membenarkan dalam bentuk sebenarnya beserta
kejernihan syara’ dan penyaksiannya; karena setiap hakikat yang tidak
disaksikan syara’ berarti zindiq; kala dirimu telah bertauhid dengan penguat
ini tentu fana’ seger datang kepadamu dari lingkaran akhlak tercela menurut
padangan semua makhluk; maka ketika itu sifat lahirmu terpelihara dan batinmu
berpagut dengan Tuhan secara rutin; jika hal ini sempurna atasmu kendati dunia
datang dipangkuanmu dan seluruh makhluk mengikutimu—baik mereka yang da di
depan atau di belakang -- tidaklah menimbulkan keruntuhanmu, bahkan
tidak mampu lagi merubah posisimu dari pintu Tuhan; karena dirimu telah konstan
di samping-Nya, menghadap Dia dan sibuk melayani kehendak-Nya seraya menatap
Keagungan Kesempurnaan-Nya; kala dirimu menatap Keagungan-Nya tercurahlah semua
itu, jika kamu tatap kesempurnaan-Nya menyatulah dirimu, kamu merasa takut
ketika melihat Keagungan-Nya, dan kamu mengharap saat melihat Kesempurnaan-Nya;
alangkah beruntung orang yang merasakan nikmatnya makanan ini.
Wahai Allah suapilah kami dari makanan
yang memperdekat Engkau dan minumilah kami dari minuman kejinakan-Mu.
Dan, berikanlah kepada kami kebaikan hidup
di dunia dan kebaikan hidup di akhirat dan selamatkanlah kami dari siksa
neraka.
Janganlah menyukutan Allah
baik dalam angan-angan
Beliau berkata:
Janganlah menyukutan Allah baik dalam
berangan-angan pengertian dengan nafsu, hawa dan tabiatmu, takutlah Dia pasang
dalam jiwa.
Ada Ulama berkata : “Iktuilah Allah
berkait dengan ciptaan dan jangan ikuti mereka untuk-Nya; patahkan orang yang
mematahkan, sombongi orang yang sombong diri, belajarlah untuk menyesuaikan
dengan Allah melalui orang yang shalih yang dilimpahkan taufik, ilmu itu
dijadikan agar diamalkan tidak hanya untuk dipelihara secara tersendiri;
belajarlah dan beramallah lalu kenali orang lain; jika kamu berilmu kemudian
rela beramal, maka ilmu itu terucap darimu jika kamu diam bicaralah dengan
lisan yang dihiasi amal – perbanyak – daripada yang kamu bicarakan dengan lisan
ilmu. Karena itu ada Ulama berkata : “Ilmu yang tidak bermanfaat, maka tidak
bermanfaat pula tuturnya. Orang beramal dengan ilmu akan mendapat manfaat
dengan ilmu tersebut, baik untuk diri sendiri atau orang lain; karena itu Allah
menjadikan tutur kataku menurut kehendak-Nya atas dasar kemampuan situasi yang
melingkupi diriku; jika tidak, niscaya antara daku dan kamu terjadi permusuhan;
tujuanku padamu percuma sedang tiaa sesuatu bagiku dan tiada bagiku sesuatu;
kalaupun ada sesuatu untukku tentu kamu menolaknya; tiada apa pun di antara aku
dan kamu selain nasihat yang kuterima dari Allah untukmu, bukan untukku,
terimalah ketentuan Allah, jika tidak tentu mematahkan dirimu; berjalanlah
bersamanya menurut dasar usaha, jika tidak niscaya memberangusmu; jadilah orang
yang bertabaruk di hadapan-Nya sampai kamu mendapat rakhmat dan menyatu di
belakang-Nya.
Wahai manusia, atas kemampuan himahmu yang
harus kau berikan – jauhilah selain Allah sepenuh hati, hingga memperekatmu
dengan-Nya; padamkan nafsumu dan dari makhluk; sungguh hijab telah terangkat
antaramu dan Tuhan-mu. Ditanyakan : bagaimana cara memadamkan? Jawabnya :
padamkan jiwamu yang mengikuti nafsu, hawa, tabiat, makhluk dan seebabsebab
yang berlingkar atas mereka, tinggalkan syirik dan tinggalkan mencari
keberadaan ini selaina Allah.
Jadilah seluruh amalmu karena Allah semata
jangan untuk mencari nikmat-Nya – dengan ketentuan dan perbuatan-Nya; sebab kau
lakukan ini berarti kehendakmu telah mati sebaliknya bercinta Dia.
Wahai orang jahil (tidak mengenal) Allah
dan para khawash-Nya, kamu tidak merasakan makanan ghoyah mereka, karena hal
itu racun pembunuh; peliharalah jiwa ragamu jangan sampai berpaling kepada
mereka dengan membawa keburukan; karena mereka terperdaya oleh mereka; wahai
orang munafiq sungguh di hatimu tumbuh bintik-bintik nifaq menjalar sampai
menguasai lahir dan batin-mu; amalkan tauhid, ikhlas dalam segala aktivitas
niscaya keraguan yang mengitarimu lenyap; alangkah banyak huku syara’ yang kau
bakar lalu mengoyak busana ketaqwaanmu yang kuat, melobangi busana tauhid,
memadamkan cahaya iman dan membenci Tuhanmu dalam segala situasi dan kondisi.
Jika seseorang di antaramu mendapat untung dan melaksanakan taat, bisa
dimengerti ia terlingkupi busana ujub, ingin dilihat orang atau mencari pujian
dari mereka.
Siapa di antaramu ingin bersembah diri
kepada Allah hendaklah beruzlah dari ciptaan, karena pandangan mereka terhadap
amal bisa membatalkan rencana itu. Nabi saw. bersabda :
”Peliharalah uzlah, sesungguhnya uzlah itu
termasuk ibadah, dan sesungguhnya perbuatan itu (uzlah) merupakan laku
orang-orang shalih sebelum kamu.”
Peliharalah iman, yakni, fana’ dan
exsistensi Allah – bukan dirimu atau yang lain – beserta menjaga
hukum-hukum-Nya dengan mendapat kerelaan Rasulullah saw. kerelaan orang yang
memahami, orang yang mendengar dan membaca; tidak ada kemuliaan bagi
orang berkata selain ini; inilah yang tersurat dalam mushaf di lauh
makhfudz sebagaimana dikalamkan Allah yang yang tampak dalam kekuasaan-Nya dan
yang tampak di hadapan kita. Jagalah Allah jangan sampai terputus dari-Nya dan
bergantung kepada-Nya; karena hanya Dia-lah pelimpah kecukupan dunia akhirat;
jagalah penjaga hidup dan mati dan pelihara dirimu dalam berbagai kondisi;
peliharalah kehidupan ini agar tetap putih, layani Dia sampai kau dilayani;
genggamlah sekuat hati sewajarnyalah di hadapan Tuhan sambil beramal tentu
sayap hatimu merekah lalu terbang menuju Allah.
Wahai kaum sufi -- terapkan
tasauf dalam sirr, dalam hati, kemudain dalam jiwa dan untuk tubuhmu; bidayah
zuhud dari sana membentuk dirimu – bukan dari lahir ke batin; apabila sirr
telah jernih maka kejernihan itu berputar menuju hati; jiwa, anggota tubuh,
makanan, minuman dan keseluruhan tingkah laku; untuk pertama kali sesuatu
menyelimutimu dalam rumah adalah bila telah sempurna bangunannya lalu
kterkeluarkan ke bangunan pintu;sudah menjadi hukum tiada lahir tanpa batin;
tiada cipta tanpa pencipta; tiada pintu tanpa rumah; tiada kunci pada yang
hancur; ada panggilan : wahai dunia dan akhirat; wahai cipta tanpa
pencipta. Terhadap segala apa –pun yang dirimu berada di
dalamnya tidak membawa manfaat untukmu di hari kiamat, bahkan bisa membawa
sengsara atasmu. Inilah kehidupan yang seiring denganmu dan yang melingkupi keberadaan
ini; di sana tempat hidupmu untuk beriya’, bermunafiq dan bermaksiat, dus
segala sesuatu yang tidak laku di pasar akhirat.
Luruskan Islam bagi kau perolehnya; Islam
itu Musytaq dari Istaslama, Jika takdir kamu serahkan kepada Allah serahkan
pula jiwamu luruskan kepada-Nya, lupakan apa yang mengitari dan ketakutanmu
termasuk dunia, nafkahkan untuk mencapai tunduk kepada Allah; amalkan dengan
taat, serahkan dunia dan lupakan ia, karena setiap perbuatanmu cenderung
terhenti, setiap amal yang tidak dibarengi ikhlas, maka ia seperti kulit tanpa
akal, laksana jasad tanpa ruh, laksana gambar tanpa arti, nah demikian
ilustrasi amaliah orang munafiq.
Anak-anak muridku, seluruh makhluk
ini kedudukannya hanya sebagai alat, tidak lebih dari itu; Allah-lah Sang Pencipta
yang mengaturnya; siapa memahami ini akan memeproleh perekat dengan alat dan
mengetahui dzat pengatur di sana. Berhenti bersama ciptaan amat di benci dan
berhenti bersama Allah tercinta juga sebagai kebaikan dan nikmat tersendiri;
rupanya kamu orang yang terputus dari kebesaran orng pendahulumu; sebenarnya
kamu berqana’ah tapi kamu tidak mengangkat guru yang bisa menjelaskan dan
menuntun adatmu. Wahai orang terputus dari kebenaran; wahai orang yang
dipermainkan setan, manusia dan jin, wahai penyembah nafsu, hawa dan tabiat.
Celaka kamu membisu tak sudi mohon
pertolongan Allah; kembalilah kepada-Nya dengan langkah yang bisa dirasa dan
penuh kekuatan, sehingga kamu , memperoleh apa yang ada di tangan musuhmu dan
selamat dari benturan gelombang samudera kehancuran; berpikirlah tentang akibat
ini; apakah kamu termasuk mereka yang ada di dalam; sungguh teramat mudah kau
meninggalkan Dia; rupanya kamu tertutup batang kelalaian; keluarlah dari
bayangannya niscaya kamu melihat sinar mentari dan jalan lurus membentang; pohon
kelupaan terpelihara oleh air kebodohan..dan batang jaga dan ma’rifat
tepelihara oleh air fikir; adapun pohon taubat terjaga oleh air sesal; dan
pohon cinta terjaga oleh air persesuaian.
Anak-anak muridku, sungguh keberadaanmu
terletak di antara kendala sedang saat itu dirimu masih kanak-kanak atau masih
muda; sampai kini; ketika telah beranjak mencapai usia ke 40 tahun atau lebih
saat itu kamu suka bermain-main seperti anak kecil; takutlah pembauran sifat
bodoh dan kholwat (pacaran) sebaliknya bergaulah dengan guru-guru yang
bertakwa; jauhilah anak-anak muda yang bodoh; berdirilah lurus dengan ulama;
siapa datang keapdamu jadilah ia seperti dokter mereka; jadilah kamu untuk
manusia seperti saudara sekandung, perbanyaklah takut kepada Allah, karena
mentaati-Nya itu termsuk dzikir. Sabda Nabi saw. :
“Barangsiapa taat kepada Allah berarti
telah mengenang-Nya kendati sedikit shalatnya, puasanya dan bacaannya pada
Al-Qur’an, dan barang siapa bermaksiat kepada Allah berarti telah
melupakan-Nya, kendati shalat banyak shalatnya, puasanya dan bacaannya pada
Al-Qur’an.”
Orang beriman itu harus selalu taat kepada
Allah, bersesuaian dengan-Nya, sbar dan berhenti kala mendapat untung;
menyandarkan ucapannya, makanan, pakaian, dan segala apa pun yag terpercik
dari-Nya. Tapi orang munafiq itu tidak ambil peduli ketentuan-ketentuan ini –
dalam segala kondisi mereka :
Anak-anak muridku bila kamu cinta Allah
atau mencintai yang lain itu jangan kamu satukan (padukan) dalam satu hati :
Firman Allah :
“Allah tidak menjadikan
seseorang mempunyai dua hati dalam dadanya.” (Qs. XXXIII:4).
Dunia akhirat tidak bisa dipadukan;
pencipta dan ciptaan tidak bisa disatuka; tinggalkan sesuatu apa pun yang fana’
sehingga memeproleh sesuatu yang tidak fana’; rendahkan diri dan hartamu hingga
memperoleh surga. Firman Allah :
“Sesungguhnya Allah telah membeli diri dan
harta orang-orang yang beriman dengan memberikan surga untuk mereka.”
(Qs.IX:111).
Rendahkan hatimu berzuhud terhadap apa
saja selain Allah sampai kau peroleh kedekatan Allah dan persambungan di dunia
dan akhirat.
Wahai pecinta Allah, perbaguslah dirimu
bersama ketentuan-Nya sekiranya baik dan sucikan hatimu yang menjadi pusat
perekat dengan Allah; bersimpuhlah di pintu-Nya dengan pedang tauhid, ikhlas,
shodiq dan janganlah kau buka untuk seseorang pun selian Dia; janganlah kau
persibuk pos-pos hatimu selain untuk-Nya :
“Tidak akan sampai daging dan darahnya
kepada Allah hanya yang sampai kepada Allah ialah taqwa darimu.” (Qs. XXII:37).
Wahai bani Adam, apa pun yang ada di dunia
dan akhirat adalah ciptaan, maka ke mana arah syukurmu dan ke mana arah
takwamu, ke mana arah isyarahmu dan pelayananmu; janganlah melemah dan
janganlah beramal dengan amalan yang tidak disertai ruh, karena amal yang
disertai ruh itu bisa menimbulkan ikhlas.
Zuhud dalam dunia
Beliau berkata:
Bahwa Isa a.s.; bila mencium bau wewangian
segera menyumbat hidung; kala itu ia berkata : inilah dunia. Demikian hujjah
untukmu. Wahai pengaku berzuhud – dengan kata dan perbuatan – sungguh kamu
telah mengenakan busana zuhud tapi batinmu terpenuhi luapan rasa cinta dan
sesal atas dunia; seandainya engkau mampu lukar busana ini, menyucikan dari
rasa cinta yang tumbuh dalam hati, sungguh amat cinta bagimu dan lebih dari
sifat munafiq. Zuhud yang benar adalah kembali kepada Allah meliputi
bagian-bagiannya dan pendapatan-pendapatannya lalu menerapkan kenangan Allah
pada lahiri, sedang di hati tetap terpenuhi zuhud tanpa tercampur yang lain.
Karena itu Nabi kita Muhammad saw. lebih dikata zuhud daripada Nabi Isa a.s.
bahkan daripada Nabi yang ada. Juga beliau berkata : “Yang aku cintai di
duniamu ada tiga macam : bau wewangian, wanita dan perhatianku dalam
shalat.”
Hal itu lebih aku sukai bersama-sama
zuhud, karena hal itu termasuk bagian yang telah mendahuluinya; itu diketahui
Tuhan; dan ia bisa diperoleh dengan cara menetapi perintah-perintah bertaqwa;
setiap orang yang memperoleh bagian tersebut maka ia dalam kondisi taat kendati
dunia melimpah kepadanya.
Wahai ahli zuhud yang berpijak kebodohan,
dengarlah; berhentilah dan jangan berdusta; pelajari ini sampai kamu tidak
menolak ketentuan Allah – karena jahilmu; setiap kejahilan ilmu itu
ditandai dengan memperkaya pendapat, menerima pendapat sendiri, hawa nafsu
setan penguasa diri; tidak aneh jika ia menjadi penghmba iblis atau pengikut
setianya, bahkan menjadikan iblis sebagai guru tunggal; wahai orang jahil;
wahai munafiq, alangkah gulita hatimu; betapa kau ering mengumbar mulut;
bertaubatlah dari segala apa yang menyebabkan dirimu dosa; tinggalkan
pencercaan Allah dan para wali kecintaan-Nya; kamu jangan membelakangi mereka
demi memperoleh bagian dunia, karena mereka memperoleh kusa itu atas perintah
Allah bukan karena menuruti nafsu; bagi mereka yang ada hanya rasa cinta kepada
Allah; merindukannya dan zuhud atas hal apa pun selain Dia, dan bertolak
belakang dengan keberadaan ini baik secara lahir atau batin; tapi mereka
mempunyai bagian-bagian terdahulu dari-Nya; yaitu ilmu; ini tidak bisa tidak
sebagai bagian perolehan mereka; cobaan terberat atasnya hanya terjadi di dunia
dan ketetapannya di sana.
Wahai sahay, alihkan dirimu tak perlu
mendengarkan ucapan manusia selagi ia bersama nafsu dan hawa; padamkan ucapan
itu karena Allah; jika Allah menghendaki sesuatu urusan niscaya Dia menarikmu
kepada-Nya; jika dikehendaki untuk memporak-porandakan dirimu, merusak atau
meneguhkanmu itu hanya terjadi karena-Nya; Dia Maha Penampak – bukan kamu;
serahkan jiwa ucapan dan segala kondisimu pada kemauan-Nya; persibiklah
hari-harimu dengan beramal untuk-Nya, Jadikan amal tanpa banyak komentar;
ikhlas tanpa riya’ tahid tanpa syirik, masyhur tanpa sebutan, khalwat tanpa
memperlihatkan diri; batin tanpa lahir dan penuhi batin ini dengan berbagai
niat; kau bicara kepada Allah dan berjalan ke sana bersama ucapanmu :
“Hanyalah Engkau yang kami sembah, dan kepada Engkau jualah kami memohon
pertolongan.” (Qs.I:5).
Inilah Kitab yang datang di
hadapanmu; wahai orang yang mengenalku; wahai orang yag menyaksikan aku,
bicaralah Dia dalam shalatmu atau dalam keadaan lain dengan niat ini dan sifat
ini, karena itu Nabi saw. bersabda :
“Sembahlah Allah seakan-akan engkau
melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu.”
Anak-anak muridku, jernihkan hatimu
melalui makanan halal, bukankah kau sudah kenal Tuhanmu; jernihkan suapan demi
suapanmu bersama hati niscaya kamu jadi jernih (sufi); tasawuf itu mustaq
dari kata shofa; wahai pemakai tasawuf, tasawuf yang benar itu dilakukan
melalui penjernihan hati terhadap selain Al-Haq; atas dasar ini sesuatu tidak
akan datang, yakni tasawuf hanya dengan cara mengubah tembusan batin atau
memulas muka atau melalui segala pengikat dan pengumbaran suara, tidak pula
dengan memaparkan cerita-cerita orang shalih, menggerak-gerakan jari memutar
tasbih atau talil, tetapi ia datang dengan kebenaran mencari Tuhan; berzuhudlah
dengan mengusir makhluk dari hati dan asingkan selain untuk Al-Haq Azza wa
Jalla.
Ada Ulama berkata : suatu malam aku
berkata, wahai Tuhanku janganlah Engkau manahan aku atas sesuatu yang
bermanfaat bagiku dan tidak mudharat bagi-Mu, kata itu ku ulang-ulang terus
sampai aku tertidur. Kala aku bermimpi seakan ada orang berkata ditujukan
kepadaku; “dan juga engkau janganlah menahan amal yang membawa manfaat bagimu
dan engkau cegah amal yang membawa madlarat bagimu; luruskan nasabmu
(meluruskan apa yang datang) dari nabimu, siapa meluruskan keikutannya kepada
Nabi saw. maka berarti telah lurus nasabnya; kendati kau berucap : aku termasuk
umatnya, tapi ucapan itu tanpa disertai itba’ tidak berguna; ketika dirimu
beritba’ baik ucapan dan tingkah laku menunjukkan kau bersamanya dalam
persahabatan di akhirat.
Kau dengan firman Allah :
“Apa yang diberikan oleh Rasul kepadamu,
hendaklah kamu terima, dan apa yang dilarangnya hendaklah kamu hentikan.” (Qs.
LIX:78).
Laksanakanlah perintah Rasul dan
hentikanlah yang dilarangnya; sesungguhnya tugas ini telah kau baca dari
Tuhanmu, yaitu kala di dunia kau baca dengan hati dan di akhirat kau baca
dengan jiwa dan jasadmu.
Wahai ahli zuhud, alangkah bagusnya
zuhudmu; kamu berzuhud dengan menahan nafsu dan hawa; ikutilah dan pergaulilah
guru-guru yang mengenal Allah (Arif billah), yang alim, beramal, bisa menerima
manusia dengan lisan nasihat dan pandai melenyapkan tamak.
Anak-anak muridku kembalilah kepada Tuhan
Besarmu (Allah) sepenuh hati sebelum kau duduk di belakangnya; sungguh kau
telah berqana’ah dari ihwal orang-orang shalih dengan ucapan dan pengharapan
baginya – seperti orang menggenggam air ketika tangannya dibuka ia tidak
melihat sesuatu ada di dalamnya.
Celaka, kau suka tamanni (mengharap yang
tidak mungkin bisa dicapai); Tamanni adalah jurang ketololan. Sabda Nabi saw. :
“Peliharalah dirimu dari tamanni, karena
tamanni adalah jurang ketololan.”
Kamu beramal tapi mengikuti amalan orang
yang suka berbuat buruk, sedang kau mengharap untuk memperoleh derajat seperti
punya orang-orang yang berlaku baik; siapa yang harapannya mengalahkan
takutnya berarti zindiq, dan siapa yang takutnya menglahakan harapan berati
putus harapan; yang paling selamat adalah jika bisa berlaku adil dalam
menerapkan keduanya, Sabda Nabi saw, :
“Seandainya antara rasa takut dan harapan
orang beriman ditimbang, niscaya sebanding.”
Ada ulama berkata : Aku bermimpi melihat
Sufyan As Tsauri – setelah beliau mati – kataku : apa yang diperbuat Tuhan
kepadamu? Ia berkata : meletakkan sebelah kakiku di atas shirat (jembatan) dan
yang sebelah lagi di surga. Semoga selamat sejahtera melimpah atasnya. Sungguh
sebenarnyalah ia seorang fakih, ahli zuhud dan wara’, tetapi ia mempelajari
ilmu itu dan mampu mengamalkan; kemudian diberikan haknya kepadanya dengan amal
dan memberikan amal sebagai haknya disertai ikhlas; ia juga mendapat ridha dari
Allah dalam berkehendak kepada-Nya; setiap orang yang tidak mengikuti Nabi saw,
sedang ia menggenggam syari’atnya di tangan sebelah dan menggenggam Kitab yang
diturunkan kepadanya di tanagn yang lain dan tidak sampai di jalan Allah
berarti ia orang yang rusak lagi binasa; sesat yang sangat; keduanya itu
menjadi dalil untuk menjuju Al-Haq; Al Qur’an sebagai dalil menuju Allah dan
sunnah sebagai dalil untuk menuju Rasul-Nya.
Dan berilah kami kehidupan yang baik di
dunia dan kehidupan yang baik di akhirat, dan selamatkanlah kami dari siksa
neraka.
Jangan mengadu pada
makhluk
Beliau berkata:
Sabda Nabi saw. :
“Di antara simpanan Arasy adalah
penyembunyian bencana.”
Wahai pengadu kepada manusia atas bencana
yang menimpa; pengaduan mana bisa bermanfaat bagimu; pengaduan kepada ciptaan
tidak akan bermanfaat atau membawa bencana (dlar); jika kamu berpegang teguh
kepada mereka tapi menyekutukan Allah hanya memperjauh, sedang marah-Nya
telimpah untukmu, tentu Dia amat tertutup bagimu; wahai si tolol, mengapa suka
mengaku berilmu; di antara sekian banyak ketololan yaitu mencari dunia tanpa
dasar Tuhan; kau mencari ikhlas dari tindakan-tindakan bencana tetapi mengadu
kepada ciptaan.
Celaka, jika ini terjadi pada anjing
pelacak – suatu perbedaan jauh – karena ia berlatih menjaga buruan dan
meninggalkan makanan buruannya; demikian juga burung dengan tabiatnya ia
meninggalkan makanan – makanan binatang buruan yang khusus diperuntukkannya;
ilmu dan kefahamanmu sampai kamu tidak menyantap agama atau memperkoyaknya dan
aku tak berniat membawa amanat Alalh – yang diletakkan pada dasar-dasar agama
orang beriman untuk memelihara daging dan darahnya; janganlah kau pergauli
mereka sebelum mengajarimu kepada-Nya; jika kamu telah dipelajari dan faham
akan kandungannya baru dirimu merasa tenang ketika bergaul dengan-Nya; ke mana
saja engkau menghadap tak terpisah dari-Nya meliputi
segala keberadaan jika dirimu telah tenteram jadilah penyabar,
berilmu, mudah ridlo ketentuan apa yang datang, janganlah kamu pisahkan antara
tepung gandum dan tepung beras yang kau ambil untuk dibagi-bagikan; karena
tidak makan itu lebih aku sukai dariapda makan di atas keberuntunganmu itu
melebihi perbuatan baik, taat dan itsar; tabiatnya itu beralih menjadi
kemurahan yang mulia, berzuhud di dunia, cinta akhirat; bila kau berzuhud pada
akhirat dan mencari Tuhan, maka carilah agar seiring bersma hatimu menuju
pintu-Nya; ketik itu datang padamu sambil berkata : wahai orang yang tidak
makan, makalah; wahai orang yang tidak minum; minumlah; orang sakit yang
berakal itu tidak akan pernah makan kecuali menurut resep dokter atau
perintahnya, itu pun disertai adab penuh kesopanan dan meninggalkan tardisi
buruknya ketika dokter itu datang atau pergi, wahai pelahap makanan buruk;
wahai pencicil sungguh makanan dicipta untukmu; siapa lagi yang mampu makan hal
itu kecuali hanya kamu; pakaian, kediaman, kendaraan dan pernikahan sungguh
tercipta untukmu; siapa lagi mampu memperoleh hal itu dan mengenakannya selain
kamu. Cih, ini hanya untuk orang tolol.
Sebenarnya kamu itu tidak
punya kepastian, akal- iman dan pembenaran janji Allah, tentu Allah
tidak akan menerima pertalian yag disertai kebencian; Allah hanya menerima
pertalian yang disertai adab, ketentuan lahir dan persesuaian yang abadi;
setiap orang yang menerima ketentuan Allah abadilah pertaliannya bersama Allag;
orang arif Billah lagi berilmu tentang Allah, selamanya bersama Dia tidak
bersama yang lain, sejalur dengan Allah tidak yang lain; hidup bersama-Nya mati
juga bersama-Nya.
Anak-anak muridku, jika kamu bicara, bicaralah
dengan niat bersih; jika kamu diam, diamlah dengan niat yang suci, setiap orang
yang mendahulukan niat – sebelum pelaksanaan amal – maka tiada amal baginya;
kamu jika bicara atau diam menunjukkan ketiak itu dirimu berada dalam lingkaran
dosa, karena kau tidak punya niat suci, diam dan bicaramu itu tanpa sunnah,
yaitu ketika terjadi perubahan situasi serta penyempitan rizki (pendapatan)
maka kamu sama meubah niat demi memperoleh sesuap nasi itu; ketika terjadi
perceraiberaian harta ternyata kau mengingkari nikmat yang disebabkan adanya
pergeseran, maka kembalilah nikmat itu, karena kau suka sombong, suka
menjatuhkan hukum atasnya; lakukan dan jangan kau laksanakan; kenapa kau
lakukan? Itu lebih baik jika terjadi demikian; karena permasalahan ini lebih jauh
(kompleks) meliputi waktu dan penjauhan diri.
Siapa dirimu, wahai Bani Adam, kau hanya
sosok ciptaan yang tercipta dari tetesan air hina; rendahkan dirimu di hadapan
Tuhan, hinakan untuk-Nya; bila kau tidak punya rasa taqwa, maka tiada kemuliaan
bagimu di sisi-Nya; peliharalah dirimu di hadapan orang-orang shalih, dunia
seluruhnya adalah hukum sedang akhirat seluruhnya adalah ketentuan.
Wahai manusia, peliharalah takutmu,
bertakwalah kepada Al-Haq; tiada sessuatu terbaik bagimu kecuali meniti jalan
itu, jadilah orang berakal, bukalah matahatimu; pabila Ulama mengunjungi
rumahmu janganlah kamu mendahului bicara, sebaliknya bicaramu harus berisi
jawaban-jawaban, dan jangan bertanya perihal sesuatu yang tidak diketahuinya.
Menerapkan tauhid itu wajib, mencaari
ilmu, menetapkan ikhlas dalam beramal, mengangkat, mengganti uantuk
melaksanakan sesuatu kerja itu juga wajib, menjauhlah dari kaum fasiq dan
munafik, benarkan orang-orang shalih; orang-orang benar; pabila kamu merasa
berat dalam menghadapi masalah, sedangkan kamu tidak bisa memisahkan antara
yang shalih dan munafiq, maka bangunlah di malam hari untuk melakukan shalat
dua raka’at, lalu ucapkan doa : Wahai Tuhan, tunjukan aku orang-orang
shalih, tunjukan aku orang-orang yang menuntunaku dan berilah aku makanan dari
makanan yang Engkau pilih, celakilah mataku dengan nur pendekatan dengan-Mu,
dan beritailah aku dengan sesuatu yang nampak di mata, bukan
taklid.” Wahai manusia makanlah dari makanan keutamaan Allah dan
minumlah dari minuman kejinakan dengan-Mu; bermusyawarahlah di pintu yang
mendekatkannya; janganlah cukup menerima kebaikan bahkan bermujahadahlah,
bersabarlah dan pergilah dari mereka sampai berita mereka jadi nyata; ketika
mereka sampai bertaut kepada Tuhan niscaya mereka dilatih sopan, tatakerama,
hikmah dan beraneka ragam disiplin ilmu; mereka ditampakkan kerajaan-Nya dan
mereka dikenalkan bahwa di langit atau di bumi tiada penguasa lain selain Dia;
tiada penggerak, tiada penenang kecuali Dia, tiada penentu atau peutus kecuali
Dia; mereka diperlihatkan apa pun yang ada di sisi-Nya, maka mereka
meliaht Dia melalui mata hati dan sirri mereka, praktis dunia atau keberadaan
apa saja tidak tertinggal bagi mereka dan mereka pun tidak menggunakan semua
itu untuk berhias.
Wahai Allah perlihatkan kami sebagaimana
Engkau perlihatkan kepada mereka, beikan ma’af dan afiat kepada kami.
Dan berikan kepada kami kehidupan yang
baik di dunia dan kehidupan yang baik di akhirat dan selamatkanlah kami dsri
siksa neraka.
Wahai manusia, bertaubatlah dari penjauhan
takwa; takwa itu pengobat (terapi) dan penjauhannya itu penyakit; bertaubatlah,
karena taubat itu pengobat; sedang disa itu penyakit; sabda Nabi saw :
“Maukah kamu aku beritahu tentang sesuatu
pengobat dan penyakit? Mereka menjawab : Ya, kami bersedia wahai Rasulullah.
Sabda Rasulullah : penyakitmu adalah dosa dan pengobatmu adalah taubat.”
Taubat itu landasan iman, penekunannya
terletak dalam berdzikir dan taat kepada Allah, jika ditekuni niscaya oleh
dzikir itu menjadi terapi jiwa; bertaubatlah dengan lisan iman, niscaya membawa
keberuntungan; jadikanlah iman sebagai pedangmu ketika datang bencana (ujian)
Tuhan.
Segala puji bagi Allah, Tuhan pengausa
seluruh alam.
Jangan jadi pendusta
Beliau berkata:
Jadilah orang berakal, jangan jadi
pendusta; engkau berkata aku takut Allah, ternyata kamu takut yang lain; kamu
jangan takut, baik jin, manusia atau Malaikat; juga jangan takut pada satu pun
hewan yang bisa bicara atau hewan benaran; kamu jangan takut siksa dunia atau
siksa akhirat; tapi takutlah hanya kepada Allah, Orang berakal itu tidak pernah
takut cercaan orang – jika benar ia di sisi Allah --- ia menuli dari ocehan
siapa pun selain Allah; seluruh makhluk menurutnya lemah dan butuh; demikianlah
realitas Ulama yang bisa mengambil kemanfaatan ilmunya; Ulama dengan syara’
serta para pemikir Islam lain adalah dokter-dokter agama yang gagah perkasa
mempertahankan existensi Islam dan syara’ dari kehancurannya. Wahai orang yang
berantakan agamanya; menghadaplah mereka sehingga tertahan dari keberantakan
agamamu.
Wahai Allah, sesungguhnya kami mohon agar
dekat dengan-Mu tanpa tercampuri bala’; cukuplah kami dari keburukan yang
teramat atau dari tipudaya orang-orang durhaka; peliharalah kami menurut
kehendak-Mu sebagaimana aku kehendaki; kami mohon ampunan dan afiat dalam
beragama di dunia sampai akhirat dan kami mohon taufik untuk pelaksanaan amal
shalih dan ikhlas dalam segala amal. Aamiin.
Suatu hari seorang lelaki datang kepada
Abu Yazid all-Bistami, ketika itu ia tetap melihat ke kanan dan ke kiri. Kata
Abu Yazid : apa yang terjadi paamu? Lelaki itu berkata : mencari tempat yag
bersih untuk shalat. Kata Abu Yazid : sucikan hatimu, baru kamu bisa shalat di
mana kamu kehendaki. Berkaitan dengan peristiwa ini, sesungguhnya tiada seorang
pun mengetahui riya’ kecuali orang ikhlas; di sana mereka ikhlas bersama-Nya;
ia sebagai akhir tujuan setiap perjalanan hidup manusia – yang tidak bisa tidak
mereka harus melalui jalur itu; riya’, ujub dan munafiq merupakan sekian banyak
di antara panah-panah setan yang hendak dilemparkan ke buluh hati manusia.
Terimalah apa yang datang dari Ulama,
belajarlah dari mereka untuk mencapai jalur yang tembus berpagut dengan Allah;
karena jalur itu benar-benar dilalui mereka; tanyakan mereka tentang sifat,
nafsu dan hawa; sesungguhnya merek sudah mengenal berbagai afat (ujian Allah),
memahami seluk beluk khianat juga kegilaan menusia akibat ritasi masa;
janganlah kamu terperdaya oleh hembusan setan; jangan sampai hancur karena
terkena panah nafsu, karena semua itu pasti terrlempar kepadamu melalui
panahnya dan temanmu yang busuk; mohonlah pertolongan Tuhan dari semua musuh
itu.
Sesungguhnya cobaan itu banyak tapi
penagkalnya hanya satu; penyakit juga banyak tapi penyembuhnya Cuma satu; wahai
pesaskit jiwa, serahkan jiwamu kepada dokter; kamu tak perlu dukacita atas
sesuatu yang dikehendaki padamu, karena Dia lebih penyantun kepadamu daripada
dirimu sendiri; peliharalah dirimu di hadapan-Nya, kamu jangan
membelakangi-Nya, kaerna kamu bisa melihat segala kebaikan dunia dan akhirat
hanya melalui Dia.
Manusia dalam ketenangan, kesepadanan dan
ketercengangan secara luas, pabila hal ini telah tejadi padamu dan mengekal di
dalamnya, mereka dibicarai seperti kesaksian di hari kiamat; mereka tidak
berbicara kecuali jika diajak bicara; mereka tidak mengambil kecuali jima
diberi; mereka tidak suka cita kecuali jika disukacitakan; praktis hati mereka
benar-benar menyerupai hati para Amalikat, yang konotasinya :
“Mereka tiak maksiat pada sesuatu perintah
Allah dan mereka sama bertindak apa yang diperintahkan kepada mereka.” (Qs.LXVI
: 6).
Mereka berlaku benar, bersungguh-sungguh
dalam bertindak menyerupai Malaikat, bahkan mereka diberi tambahan berupa
manzilah-manzilah; mereka dibekali dengan ma’rifat Allah dan berilmu tentang
Dia; sedang para Malaikatt menjadi pembantu dan pengikut mereka untuk menyerap
kegunaan mereka, karena berbagai hikmah telah dituangkan dalam hati mereka,
hati mereka terpelihara dari berbagai afat yang sekiranya datang menyusup ke
setiap organ tubuh, setiap sendi dan jiwa; maka jika kamu ingin berpagut dengan
manzilah-manzilah mereka hendaklah kamu jaga kebenaran Islam; setelah itu,
tinggalkan laku dosa; baik dosa lahir atau batin; kemudian ber wara’ – ini
jalur terapi -- lalu terapka zuhud di dunia, baik bagi yang
diperbolehkan atau yang dihalalkan, berkaya diri dengan fadilah Allah, berzuhud
dalam kefadilahan-Nya dan berkaya dengan pendekatan-Nya; apa bila rasa perkaya
diri telah nyata secara bersih, niscaya keutamaan-Nya (fadilah) dituangkan
kepadamu, dan pintu-pintu pembagian-Nya terbuka untukmu meliputi pintu
kelembutan, rakhmat dan munnah-Nya, dari sana tercabutlah dunia darimu lalu
dihamparkan menuju proses akhir.
Nah, demikian di antara kejadian yang
terjadi pada para wali, orang-orang benar, sehingga dengan timbangan takwa
mereka tidak terforsir oleh satu pun urusan dunia; sedang bagi manusia secara
umum teka memperdulikan bersimbah dunia; sebab mereka memang amat menyukai
dunia dibanding Allah; paling tidak pencarian dunia mereka terjembatkan
kepada-Nya; artinya seandainya dunia itu diberikan kepada mereka niscaya
terepotkan oleh dunia itu – melayani dan bermesra bersamamnya; demikian
pandangan secara uum bagi manusia. Demikian pula keganjilan mereka keganjilan
itu terletak pada ketidak adanya mengikuti undang-undang nabi saw.; adapun di
antara sekian banyak orang yang dipalingkan dari dunia serta tidak terepotkan
untuk melayaninya adalah termasuk orang yang tidak terbelalak kala melihat
bagian-bagiannya; bahkan yang demikian disetai zuhud tanpa mengambil peduli;
sehingga kalau pun pintu-pintu kekayaan dunia di buka untuknya, ia tentu
menolak, bahkan ia berkata – “Wahai Tuhan, hidupkan aku secara miskin, matikan
aku secara miskin dan kumpulkan aku bersama orang-orang miskin.”
Zuhud adalah sebagai bagian dari munnah
yang baik; jika tidak bagaimana seseorang mampu berzuhud dari bagian dunianya;
orang berman itu sebenarnya terlepas beban loba, tidak memburukkan dan tidak
juga mempercepat; zuhud itu harus diniati sepenuh hati; juga harus mampu
memalingkan rasa suka hati dari dunia sebaliknya mengisi kesibukan pada
perintah apa pun dari Allah.
Wahai sahay, tahanlah syahwat, setiap rasa
yang melemahkan dan suapilah dengan makanan bersi yang tidak mengandung kotor;
sesuatu yang suci itu menunjukkan halal dan haram itu najis; berangkatlah sejak
dini dengan makanan halal sehingga kamu tidak patut dibenci; bermurah hati
jangan bertingkah buru; wahai Allah kenalkan kami dengan-Mu sehingga kami
benar-benar mengenal-Mu. Aamiin.
Cinta kepada Allah
Beliau berkata:
Mensitir sabda Nabi Muhammad saw. “bahwa
seseorang datang kepada Nabi, katanya : sesungguhnya aku mencintai Agama Allah.
Sabda Nabi saw. : peganglah bala’ sebagai jilbab dan genggamlah fakir sebagai
jilbab.”
Karena kamu ingin brsifat seperti sifatku,
maka kamu harus menerapkan sifat pribadiku dalam jiwamu; artinya demikian;
sebab di antara syarat mehabbah itu harus disertai persesuaian; Abu Bakar As
Shiddiq adalah sosok orang yang amat mencintai Rasulullah, maka beliau pun
mendarmabaktikan jiwa dan seluruh hartanya – untuk keperluan agama – dan
bersifat mengikuti sifat-sifat Rasulullah; sejalan dengan kepribadian itu,
beliau juga menerapkan kefakiran dalam jiwanya sampai beliau benar-benar sunyi
dari persediaan harta; beliau bersesuaian dengan Rasulullah, lahir atau batin,
dari yang berbentuk sirri atau yang tampak. Tetapi dirimu, wahai pendusta suka
mengaku orang shalih, padahal kamu sembunyi dari mereka baik bersama uang atau
perhiasan, dan kamu ingin dekat mereka atau berkawan dengan mereka; mana
bisa!!!..
Jadilah orang berakal, pengakuanmu itu
hanya cinta dusta; cinta itu tidak mungkin tersembunyi untuk orang yang dicinta
bahkan cinta itu membekas pada sesuatu; adapun yang biasa terjadi pada pribadi
Nabi saw. adalah fakir – itu tidak bisa dipisahkan; karena itu beliau pernah
bersabda : “fakir itu lebih mempercepat jalinan denganku bagi orang yang
mencintai aku daripada mengalirnya air menuju hulu.”
Kata Aisyah r.a. “tidak henti-hentinya
dunia bagi kami mengeruhkan keluarga selagi Rasulullah masih di samping kami,
ketika Rasulullah wafat dunia dituangkan kepada kami secara besar-besaran.”
Maka disyaratkan cinta kepada Rasulullah harus kefakiran, dan mencinta Allah
harus menerima ujian-Nya.
Ada Ulama berkata : setiap cobaan
bergandeng kasih. Mungkinkah kau disebut cinta Allah sedang kecintaan itu kau
sertai dusta, munafiq dan riya’ atas nama-Nya; cabutlah pengakuan dan
kedustaanmu; kamu tak perlu memasukan pikiranmu jika datangmu untuk menyatakan
benar, jika tidak tak perlu ikuti kami. Kau jangan sia-sia berpindah karena kau
tidak diterima; bahkan membisu saja diketawakan; janganlah kau mengambil alat
penghibur dengan ular dan singa, karena keduanya itu bisa membahayakan jiwa;
bila kau punya mantera penakluk ular, boleh kau mempermainkannya; jika kau
punya tenaga boleh kau bermain dengan singa; sungguh jalan Allah itu butuh
sekali kebenaran, juga sangat membutuhkan nur ma’rifat; bersama mentari
ma’rifat yang terbit dalam hati orang-orang benar selamanya tidak pernah suram
– siang atau malam.
Wahai sahay, jadilah orang berakal; jangan
dekati pencipta model zaman kini, karena hakekatnya mereka adalah serigala yang
berbusana; ambillah pengacara berfikir; perhatikan gambar di sana; mohonlah
kepada Allah agar memberi petunjuk kepadamu; sesungguhnya aku terima berita
manusia dan dari Tuhan, maka yang aku temui keburukan terletak pada manusia,
kebaikan pada Tuhan.
Wahai Allah selamatkan kami dari keburukan
mereka, limpahkan rizki untukmu di dunia dan akhirat; sesungguhnya aku tidak
memerlukanmu, hanya aku butuh kamu untukmu; untuk memperlilit talimu; aku tidak
mengambil sesuatu pun darimu kecuali untukmu sendiri, bukan untukku; bagiku
yang gmencukupkan aku bukan dari sesuatu yang ku ambil darimu; aku tidak punya
apa pun kecuali kerja bertawakal kepada Allah; aku tidak akan menanti sesuatu
yang tidak datang untukku; bukan seperti penantianmu; karena yang demikian
adalah gambaran orang-orang munafik yang suka riya’, suka menggantungkan diri
kepada sesamanya bukan kepada Allah.
Kutekankan kepada seluruh bumi; jadilah
orang berakal; jika kamu ingin beruntung usahakan agar menjadi seperti pandai
besi untuk melandasiku, hingga seluruh nafsu, hawa, tabiat, setan dan musuh
semuanya terpecah!
jangan menyanjung orang
kaya karena kekayaannya
Beliau berkata: dengan mensitir Hadis Nabi
saw :
“Barangsiapa menjunjung (menyanjung) orang
kaya karena terdorong ingin memperoleh apa yang ada padanya, maka hilanglah
sepertiga agamanya.”
Dengarlah, wahai orang munafiq, demikian
akibat perendahan diri di hadapan orang kaya, maka bagaimana hasil shalat,
puasa dan haji orang yang berbuat seperti ini, bahkan mereka menerima cerca
mereka. Wahai pemusyrik Allah, tidakkah kau terima berita Dia dan rasul-Nya;
Islamlah, taubatlah dan ikhlaslah dalam bertaubat hingga imanmu kembali dan
keyakinanmu terjunjung, tauhidmu tumbuh maka cabang-cabangnya pun naik ke
arasy.
Anak-anak muridku, bila kau pelihara iman,
kau tumbuhkan (persubur) batangnya tentu diperkaya Allah untuk dirimu sendiri
dari segala ciptaan Allah menghias jiwa, hati dan sirrimu lalu menempatkanmu
pada pintu-Nya, memperkaya pikirmu dengan ingat dekat dan berjinak bersama-Nya;
ketika itu kamu tidak peduli lagi terhadap orang gyang bersimbah dunia atau
tersibukkan olehnya; juga tidak memperdulikan orang-orang yang haus menguasai
dunia.
Wahai orang yang mengaku berilmu, sedang
ia giat mencari dunia tanpa perduli dengan atau jatuh untuk mereka, sungguh
kamu disesatkan Allah karena ilmu itu; lenyaplah keberkahan ilmumu; lenyap
akalmu tinggal kulut saja. Dan kamu, wahai pengaku ahli ibadah, sedang hatimu
giat menyembah ciptaan, takut mereka dan mengharap mereka; secara lahiri kamu
memang penyembah Allah, tapi batinmu menyembah ciptaan; setiap apa yang kau
cari atau yang kau tuju semata dari mereka termasuk kepingan-kepingan mutiara,
uang dan dunia; kau mengharap pujian mereka tapi takut cela dan pemalingan
mereka, rupanya kau takut jika subsidi dari mereka tertutup, karena itu mereka
selalu kau harapkan; bahkan kau tak malu-malu bicara lembut di hadapan mereka.
Celaka kamu; menurut pengamatanku kau
termasuk pemusyrik, munafik bahkan zindik. Sungguh celaka; kau lakukan shalat,
mulutmu mengucapkan Takbir (Allahu Akbar), tapi ucapan itu kau
dustai sendiri;sebenarnya kedudukan ciptaan di hatimu itu lebih besar daripada
Allah; bertaubatlah kepada Allah; kau jangan beramal baik kecuali untuk-Nya;
jangan peruntukkan dunia atau akhirat; jadilah seperti orang yang berhasrat
kepada-Nya semata; berikan hak Ketuhanan-Nya – harus kau sembah – janganlah
beramal untuk mencari pujian; karena diberi atau dicegah; sadarlah rizkimu itu
tidak bertambah juga tidak berkurang; sesuatu yang telah diputus untukmu –
kebaikan atau keburukan – pasti datang; persempitlah lobamu dan perpendek
punyamu; jadikanlah mati sebagai rujukan penglihatanmu; niscaya beruntung jika
bersedia menerapkan syarat dalam segala aktivitas.
Wahai manusia, bukankah syara’ sudah
ditetapkan untukmu, dan kau tetapkan pada sikap lahiri dan batini, lalu kau
jual nafsu, hawa dan kau perdayakan kebesaran Allah, suatu saat sikssa dan
belenggu jiwa tentu tersembul darimu; segala sifatmu niscaya diperlihatkan
semua lalu mencengkeram dan menyerangmu, berakhir dengan kematian yang pedih,
di sana (kubur); dirimu dipersempit dan disiksa oleh-Nya sampai
kiamat sambil menunggu keputusan Mahkamah Agung; di sana kau diperhitungkan
meliputi segala aktivitas hidup; kamu diminta untuk
mempertanggungjawabkan berbagai masalah besar atau kecil; jika
demikian gambarmu, maka tak jauh berbeda dengan patung yang tak bernyawa, kulit
kering mengisut tidak berarti yang sama artinya tidak berkekuatan lagi; di saat
itu tiada balasan terbaik untukmu kecuali neraka; karena ibadahmu di dunia
tidak ikhlas, maka tiada balasan baik kecuali luapan api neraka.
Kembalilah kepada Allah dengan pembaruan
Islam taubat yang baik serta ikhlas di dunia sebelum mati menjemputmu; sebab, jika
satu perkara itu sudah tertutup pintunya berati kau tidak bisa bertaubat lagi;
kembalilah kepaa-Nya dengan kelurusan hati sehingga pintu keutamaan tidak
tertutup untukmu.
Celaka, mengapa kau tidak malu kepada
Tuhan, sedang kau jadikan kepinga-kepingan uang sebagai Tuhan, hari-harimu
sebagai tujuan akhir dan kau lupakan Tuhanmu secara umum. Dalam waktu dekat
niscaya kau melihat hasil perbuatanmu.
Serahkan kedai-kedai, hartamu untuk
membantu keluarga, untuk kasab mereka berdasar syara’ sedang hatimu tetap
tawakal kepada Allah, carilah rizkimu dan rizki mereka dari Allah, bukan dari
harta atau kedaimu dan perputaran rizkimu dan rizki mereka.
Jadikanlah fadilah dan kejiwaan
bersama-Nya, niscaya kau terkayakan dari keluargamu dan Dia memperkaya mereka
dengan sesuatu yang dikehendaki; dikatakan pada hatimu ini untuk dirimu dan ini
untuk keluargamu; tapi bagaimana kamu bisa memperoleh perkara ini sedang selama
perjalanan hidupmu bercabang-cabang, tertutup lagi menjauh dari-Nya; janganlah
kau berkenyang diri dengan dunia dan isinya; tutuplah pintu hatimu rapat-rapat;
putuskanlah segala keberadaan yang hendak memasukinya; lalu terapkan di
dalamnya kenangan untuk Allah; taubatlah sebenar-benarnnya; menyesallah atas
laku dan adabmu yang buruk sepenuh penyesalan; orang beriman yang yakin dengan
perselisihan dunia dan akhirat tidaklah menjadi bakhil.
Nabi Isa a.s.; berkata kepada iblis :
“Siapakah di antara sekian banyak manusia yang kau sukai?” Jawab Iblis : “Orang
beriman yang bakhil.” Kata Nabi Isa a.s.; : “Siapa pula di antara mereka yang
kau benci?” Jawab iblis : “Orang fasiq yang mulia.” Kata Nabi Isa a.s. kepada
iblis : “Mengapa demikian?” Jawab Iblis : “Karena aku amat mengharap orang
beriman yang bakhil akan menerapkan bakhilnya dalam laku maksiat; dan aku takut
si fasiq yang mulia jika sampai terhapus sifat buruknya oleh sifat mulianya.
Wahai di mana orang-orang bertaubat yang
menekuni taubatnya; mana orang yang malu dan takut kepada Tuhan dalam segala
aktivitasnya; wahai, di manakah orang yang membersihkan diri dari perkara haram
– baik waktu sunyi atau terangnya; di manakah orang yang mendahulukan sikap
malu hati dan memutarnya? Sabda Nabi saw. : “Sesungguhnya kedua mata tentu
diperhias, sedang penghiasnya adalah melihat hal-hal yang
haram.” Berapa kali kau perzinakan matamu dengan memandang perkara
haram – seperti wanita dan lainnya. Padahal Allah telah berrfirman :
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman
supaya mereka menahan sebagian penglihatan mereka.” (Qs. XXIV : 30).
Anak-anak muridku, selagi dalam hatimu
terbersit rasa cinta dunia, kamu tak bisa melihat sesuatu pun ikhwal
orang-orang shalih; selagi kau dusta dan bersirkah kepada manusia tidak mungkin
mata hatimu terbuka; tiada kata yang mengantarmu hingga berzuhud dari ciptaan;
jadilah mujtahid; persibuk dirimu dengan ddisiplin taubat; kembalikan segala
kebutuhanmu kepada-Nya; sesungguhnya Dia itu lebih utama daripada yang lain;
peliharalah hukum-hukum syara’-Nya; biasakan bertaqwa kepada-Nya dan tinggalkan
dunia serta akhirat; karena kedua masalah yang ada itu akan terus mendatangimu
sampai tak ada masalah yang ada itu ahdap sesuatu selain Dia itu bisa
menjernihkan hati dari berbagai keruhnya; Jika kamu tidak segera menunjukkan
hati kepada-Nya, maka sesungguhnya kamu seperti hewan – tak berakal.
Wahai, rizkimu tidak dimakannya selain
kamu sendiri; tempatmu di surga dan neraka – tidak di tempatnya selain kamu;
tapi sungguh kamu dikendalikan pelupa dan didikte hawa; setiap kali hikmah kau
pasang dalam bentuk makanan, minuman, kawin, tidur dan tesalurnya sasaran
ekonomi, tujuan cenderung kepada orang-orang kafir dan munafik, setelah kau
peroleh kepuasan barang halal atau haram, masih diragukan apakah dalam hatimu
terbersit rasa agama atau tidak.
Wahai para miskin, tangisilah jiwamu; jika
anakmu mati di hari kiamat akan bangkit untukmu, tetapi kalau agamamu padam tak
ambil pdeuli dan kau tidak menangisinya; maka para Malaikatlah yang mewakilimu
sama memangisi dirimu karena menyesal melihat kerendahan semangat agamamu. Kamu
ternyata tak berakal; seandainya akau berakal tentu akan menangisi kelenyapan
agama bersama sumber-sumber kekayaan, sedang kau tidak kena coba; inilah akal
dan kemalu-maluan; keduanya itulah sumber kekayaan yang benar; ilmu tidak
berguna dan akal tidak bermanfaat untuknya; hidup tidak berfaedah; rumah tak
terhuni; harta benda tak diketahui dan makanan tak termakan bila kau tak
mengetahui sesuatu yang ada pada diri sendiri sungguh aku mengetahui; aku
bersama pengacara syara’, yang dengannya menjadi hakim lahiri, dan pengacara
ilmu Allah yang ia sebagai ilmu batin; bangunlah dari ketertiduran pelupa;
basuhlah wajahmu dengan air pembangun, lalu lihatlah, apakah kamu Muslim atau
kafir, beriman atau munafik, bertauhid atau pemusyrik, periya’ atau pemukhlis,
penyama atau pembeda, ridla atau benci; Allah tidak akan ambil peduli dirimu
atas kerelaan atau kebencian itu; karena kduanya itu sendiri berada di antara
dlar dan naf’ (sengsara atau manfaat) sama-sama kembali untuk dirimu sendiri.
Mahasuci Dzat yang Mulia; yang Halim; yang Utama; segala keberadaan bagaimana
pun juga berada di bawah kelembutan-Nya; seandainya Dia tidak berlembut kepada
kita, niscaya kita terlantar binasa.
Anak-anak muridku, kau berharap kepada
Allah melalui ibadah, tetapi kau iringai syahwat, riya’ dan munafiq, bahan kamu
benci mencari kemuliaan-Nya; engkau perumpil orang-orang shalih beserta
kerusakanmu; apa yang kau andalkan, padahal dzikir mereka punya; pengajak untuk
mengikuti pengetahuan mereka juga merreka punya; wahai pelari dari Tuhan; wahai
manusia sesat; wahai penjauh dari lingkungan orang shalih! Celaka kamu, mana
sesuatu yang keua perhatikan; mana sesuatu yang mampu merangsangmu untuk
berakal; pada siapa kau mengadu; pada siapa kau minta tolong; bersama siapa kau
hanyut; kala kau tertimpa derita dengan siapa kau berteguh hati?; ceritakan
padaku, karena aku sudah tahu kedustaan dan munafiqmu; kau dan manusia lainnya
bagiku laksana kepinding; jika di antaramu terdapat orang-orang yang benar, aku
tetap mengetahui dan aku juga yang sanggup menjadi pelayannya; kalaupun ia hendak
membawaku ke pasar, lalu menjual kau atau menjadikan daku sebagai tanggungan
hutang, silahkan; Jika ia hendak mengambil busanaku atau apa saja yang aku
miliki, atau ia hendak memerintah aku hingga aku jadi peminta, silahkan; tapi
nyatanya kamu tak punya kebenaran tahid atau iman yang menunjang tujuan itu;
mana kau punya amal; kau tak berbeda seperti kayu bakar yang tidak pantas
kecuali untuk dijadikan santapan api.
Manusia itu sama, sukan menjadikan tujuan
pertama utuk dunia; bebaskanlah hatimu dari apa pun dan tempatkan di sana satu
masalah yang tidak berbentuk seperti keberadaan ini; bersihkanlah ibadah dari
riya; nifaq dan sum’ah; luruskanlah ibadah hanya untuk Tuhan semata; tapi
ternyata kau masih suka menyembah ciptaan, pembawa riya’, hawa nafsu dan pujian;
tiada di antaramu yang benar mampu beribadah kecuali yang dikehendaki Allah;
tapi sebagian besar di antara mereka suka menyembah dunia, dan takut jika
sampai lenyap; inilah penyembah surga yang mengharap memperoleh kenikmatannya
dan tidak mengharap Penciptanya; dan inilah penyembah neraka yang takut darinya
tapi tidak takut Penciptanya : siapakah sebenarnya manusia; apakah sebenarnya
surga itu; apakah sebenarnya neraka dan apa pula sebenarnya selain-Nya itu?
Firman Allah :
“Dan mereka hanya diperintahkan supaya
menyembah Allah dengan tulus ikhlas beragama untuk Allah semata-mata.”
(Qs.VIIIC :5)
Orang-orang arif lagi beriman tentu sama
menghamba Allah bukan yang lain; berikanlah hak penuhanan dan penyembahan
sebagaimana mestinya; sembahlah dia dengan mengikuti segala perintah-Nya,
cintailah tapi tidak menurut arti lain dan tinggalkan apapun selain Dia;
rupanya kau berupa patung-patung tak bernyawa; kau seperti bangunan-bangunan
sedang orang lain isinya; kamu tampak sedang mereka sirr; orang shalih adalah
para pejuang Nabi; penguat tangan kanan atau kirinya; muka atau belakang, sisa
makanan para Nabi itu hanya terlimpah untuk mereka; mereka beramal menurut ilmu
mereka, maka praktis mereka sebagai pewarisnya.
Sabda Nabi saw. :
“Ulama adalah pewaris nabi-nabi.”
Kala mereka beramal berdasar ilmu mereka,
maka menjadi pengganti Nabi-Nabi, sekaligus mewarisi kenabian mereka.
Janganlah kau datang hanya untuk membawa
sepucuk ilmu lalu merasa cukup; yang demikian tak berbeda seperti dakwah yang
tidak disertai niat, tentu tidak bermanfaat; halnya ilmu tidak bermanfaat tanpa
disertai amal. Nabi Muhammad saw. bersabda :
“Ilmu itu hanya terpanggil dengan amal,
kalau sesuai ia bersambut, kalau tidak ia berpisah.”
Artinya berpindah barakahnya sedang
pemelajarannya tetap; kulitnya tetap tapi akalnya lenyap.
Wahai para penjual amal dengan ilmu, di
antaramu terdapat orang yang pandai berpantun disertai ibarat-ibarat dan
kebenaran-kebenaran meliputi Balaghohnya, namun ia tidak beramal bahkan tak
punya rasa ikhlas; seandainya kau mau melatih hati; niscaya terlatih pula organ
tubuhmu, karena hati itu sentral organ tubuh yang ada; karena itu jika kau
melatihnya tentu kerucuknya terlatih pula.
Ilmu itu diumpamakan kulit dan amal
sebagai kerangka; hanyalah kulit itu bisa terpelihara jika kerangkanya juga
terpelihara; hanyalah melalui penjagaan kerangka jika mengharap pelumas keluar
darinya; maka bila tidak ada kerangka dalam kulit itu apa yang akan kau perbuat
untuknya; jika kerangka itu tidak berminyak lalu apa yang akan kau perbuat
untuknya; ilmu telah lenyap, karena bila amal tidak ada, maka ilmu pun pergi
dengan sendirinya; mana mungkin bermanfaat bagimu atau pemeliharaan itu sedang
pelajaranmu tidak kau sertai amal; wahai orang berilmu, jika ku ingin baik di
dunia dan akhirat amalkanlah ilmumu, ajarilah manusia; wahai orang kaya, jika
kau ingin baik di dunia dan akhirat, peringanlah beban orang-orang fakir. Nabi
saw. bersabda :
“Manusia itu adalah keluarga Alah dan
manusia yang paling dicintai Allah Adalah mereka yang mau menafkahkan
(hartanya) untuk keperluan keluarga.”
Bahwa Ibrahim a.s.; bila mengetahui orang
kafir yang sedikit sabarnya, beliau segera berkata : “ Wahai Allah,
lapangkanlah pada diri kami di dunia dan zuhud kami di dalamnya, janganlah
Engkau mencabutnya, maka hancurkanlah kebatilannya.
Wahai Allah, lembutkanlah untuk kaji dalam
ketentuan dan ketetapan-Mu.
Mengenal Allah atas
nikmat-Nya
Wahai, amat beruntung orang yang mengenal
Allah – atas kenikmatan-Nya dan menyandarkan segala permasalahannya kepada-Nya,
menelanjangi jiwanya sebab-sebab, dan kekuatannya; orang berakal adalah orang
yang tidak memperhitungkan amalnya untuk Allah, tidak mencari pahala atas
segala perbuatan baiknya.
Celaka kau, kau sembah Allah tanpa dasar
ilmu, berzuhud tanpa ilmu, mengabil dunia tanpa ilmu, itulah penutup di atas
penutup, kau tidak memilah yang baik dari yang buruk, kau tidak bedakan antara
apa yang wajib dan apa yang tidak wajib bagimmu; kau tidak mengenal teman dan
musuhmu; setiap hal ini hanya terjadi karena kedunguanmu atas hukum-hukum Allah
dan peninggalanmu untuk melayani para guru; yaitu guru amal dan guru ilmu yang
bisa menunjukkan kamu pada jalan Allah; sehrusnya ucapan itu untuk yang
pertama, sedang amal yang kedua, dan dengan mengamalkannya kamu bisa sampai
kepada Allah; tiada sesuatu penyambung kecuali disetai ilmu zuhud di dunia dan
berpaling dengan hati memutar jiwa; orang berzuhud itu rela melepas dunia dari
cengkeramannya, adapun zuhud yang benar itu mengusir rasa dunia dari hati;
berzuhudlah didunia dengan mengikuti hati mereka maka jadilah zuhud itu
setingkat dengan mereka, pergaulilah lahir dan batin mereka; karena api tabiat
mereka telah padam, hawa mereka terkoyak, nafsu mereka terkendali dan
keburukannya jadi baik.
Anak-anak muridku, bila zuhudmu di dunia telah
sempurna, maka zuhudlah dalam ikhtiar dan ciptaan; kamu tak perlu takut atau
mengharap mereka; segala sesuatu yang memerintah nafsu jangan kau terima,
kecuali setelah datang perintah Allah; Adapun yang biasa terjadi padamu dari
sudut hati; itu melalui ilham atau tidur sambil sinis menjauh dari semua
ciptaan; kendati organ tubuh tenteram tidak ada ibarat yang membuat madlarat
bagimu ibarat (pengajaran) itu hanya terjadi disertai ketenangan hati; ia
adalah perrkara besar yang tidak menenteramkan dirimu sampai nafsu; tabiat,
hawa dan apapun selain Allah padam bagimu; ketika itu kau baru hidup berdektan
dengan-Nya; mati lalu bangkit; lalu saat dikehendaki kamu dibangkitkan
kepada-Nya; pengembalian menjadi makhluk – ketika itu – tidak diketahui; sejauh
mana perrbaikan mereka dan pengembalian mereka menuju pintu-Nya; engkau datang
dari dunia dan akhirat bermil-mil semata untuk memperoleh bagian keduanya –
dunia akhirat; kau diberi kekuatan lagi karena kekerasan manusia, lalu kamu
dikembalikan kepada mereka – dari sesat – mereka dan menetapkan perintah
kewajiban-Nya; jika hal itu tidak dikehendaki, maka pendekatan Dia bagimu dan
kebebasan dari lain-Nya; tiada amanat untuk ciptaan setelah mencapai Al-Haq –
Dzat pengda keberradaan ini – Dia Maha ada sebelum dunia ini; pengada segala
sesuatu yang konstan setelah keberadaan ini; ketahuilah, dosa-dosamu itu
laksana hujan; maka siapkan taubat untuk setiap tetesannya.
Celaka, kau pembenci : kau pemuja nafsu
“libido” kau penggemar hawa, kau penghormat semua itu; lihatlah isi pelajaran
kubur; bicarailah penghuni-penghuninya dengan lisan iman, niscaya mereka
menyampaikan berita tentang situasi yang melingkupinya.
Wahai manusia, perbaguslah persahabatanmu
bersama Allah, takutlah kepada-Nya; beramallah dengan hukum-hukum-Nya; karena
Dia membebanimu berupa amalan-amalan hukum itu; beramallah dengan hukum ini;
datangi hak-Nya; jika kau beramal menggunakan hukum itu, berarti telah
menunaikan amal dengan usahamu; bahkan kamu termasuk mendorong orang lain untuk
mengamalkan; berdampak ilmu yang kau punya itu pun membawa kegunaan (manfaat)
atas ilmu yang belum pernah kau pelajari (mungkin yg dimaksud ilmu laduni),;
karena, ketika itu keberadaanmu bersama ilmu-Nya dan bersama manusia dengan
hukum-hukum-Nya; jika demikian, kamu tercatat orang pertama yang mengetahui
bersumber ilmu-Nya menuju ke pencarian ke dua. Bila kenyataan penjejakan dalam
hal pertama berhasil, suatu ketika yang kedua pun terdapat berupa orang yang
kau jumpai; Tapi, bagaimana engkau bisa bertemu Ustadz – jika lakumu tetap
begitu – surutlah ke belakang (berorientasi) dan terapkanlah akal, pendapat
ilmu, baru amal dilanjutkan ikhlas. Sabda Nabi saw. “Bertaqqarublah... baru
beruzlah.”
Orang beriman itu, orang yang belajar
sesuatu yang diwajibkan atas dirinya, kemudian mengisolir dari manusia
bersunyi-sunyi diri untuk beribadah kepada Allah; ia mengenal ciptaan cukup
sebagian di antara mereka, dan mengenal Tuhan lalu mencitai, mencari dan
melayani-Nya; ia juga tahu bahwa dlar, naf’, baik atau buruk, bukan di tangan
mereka; bahkan hal itu justru berlaku untuk mereka datang dari Allah; maka bisa
dilihat bahwa orang yang termasuk golongan mereka itu lebih baik daripada yang
lekat dunia untuk kembali kepada-Nya dengan meninggal furu’nya; diketahui pula
bahwa furu’ itu cukup banyak, sedang sumbernya hanya satu; karena itu
genggamlah Dia.
Lihatlah kaca berfikir, maka bisa kau
lihat bahwa berhenti pada satu pintu itu lebih baik daripada berhenti pada
pintu-pintu yang beraneka ragam; Karena itu berhentilah pada Dia; genggamlah
Dia; orang berriman yang yakin ikhlas lagi berakal sebenarnya telah diberi
kejernihan berakal, oleh sebab itu ia menjauh dari keramaian manusia, dan
mengambil mereka dari samping.