ALHIKAM
ibnu 'Atho'illah
asSyakandary ra.
MUQODDIMAH
Segala puji bagi
Allah, Tuhan yang mengisi [memenuhi] hati para wali-Nya dengan kasih sayang-Nya
dan mengistimewakan jiwa mereka dengan memperhatikan kebesaran-Nya dan
mempersiapkan Rahasia mereka untuk menerima ma'rifat-Nya, maka hati nurani
mereka merasa bergembira dalam kebun ma'rifat-Nya dan roh mereka terasa nikmat
di alam malakut-Nya, sedang Rahasia mereka berenang di lautan jabarut, maka
keluar dari alam pikiran mereka berbagai permata ilmu dan dari lidah mereka
mutiara hikmah. Maha suci Allah yang memilih mereka untuk mendekat pada-Nya dan
mengutamakan mereka dengan kasih sayang-Nya. Maka terbagi antara mereka salik
dan majdzub dan menyintai dengan yang dicintai, mereka tenggelam dalam cinta
Dzat-Nya dan timbul kembali karena memperhatikan sifat-Nya. Kemudian shalawat
dan salam atas Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam sumber dari
semua ilmu dan cahaya, bibit dari semua ma'rifat dan sir [rahasia]. Dan semoga
Allah ridha pada keluarga dan sahabatnya yang tetap taat mengikuti jejaknya.
Amiiin.
Adapun dalam segala
masa, maka ilmu tasawuf yang dahulunya atau hakikatnya ilmu tauhid untuk
mengenal Allah, maka termasuk semulia-mulia ilmu terbesar dan tertinggi, sebab
ia sebagai intisari dari pada syari'at, bahkan menjadi sendi yang utama dalam
agama Islam, sebab Allah telah berfirman: "Wa maa khalaq tul jinna
wal insan illa liya'buduun". [Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia
kecuali supaya mereka menyembah Aku]. Karena pengertian ilmu Tauhid telah
berubah namanya menjadi ilmu kalam, ilmu filsafat yang sama sekali, seakan-akan
tidak ada hubungannya dengan akhlak dan amal usaha, maka timbul nama ilmu
tauhid yang dijernihkan kembali dari sumber yang semula di ajarkan dan
dilakukan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan sahabatnya. Sebab dari
ilmu inilah akan dapat memancar nur [cahaya] hakikat, sehingga dapat menilai
semua soal hidup dan penghidupan ini dengan bimbingan dan pentunjuk Allah dan
pelaksanaan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Sedang kitab yang disusun oleh Abul Fadhel Ahmad bin Muhammad bin Isa bin al-Husain bin Athaillah al-Iskandary. Salah satu kitab yang sangat baik menjadi pedoman dalam ajaran tauhidnya, sehingga tampak benar bahwa ia berupa ilmu ladunni dan rahasia quddus.
Sedang kitab yang disusun oleh Abul Fadhel Ahmad bin Muhammad bin Isa bin al-Husain bin Athaillah al-Iskandary. Salah satu kitab yang sangat baik menjadi pedoman dalam ajaran tauhidnya, sehingga tampak benar bahwa ia berupa ilmu ladunni dan rahasia quddus.
Adapun definisi
ilmu tasawuf [tauhid], Junaid al-Baghdadi berkata:
"Mengenal Allah, sehingga antaramu dengan Allah tidak ada perantara
[hubungan dengan Allah tanpa perantara]. - Menerapkan dalam kehidupan semua
akhlak yang terpuji menurut apa yang telah di sunnahkan oleh Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam dan meninggalkan akhlak yang tercela. -
Mengendalikan hawa nafsu sesuai kehendak Allah. - Merasa tidak memiliki apapun
dan juga tidak dimiliki oleh siapapun kecuali Allah. Adapun caranya: Mengenal
Asmaa Allah dengan penuh keyakinan, sehingga menyadari sifat-sifat dan af'al
Allah di dunia ini. Maka Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam yang
telah mengajarkan dari tuntunan wahyu dan melaksanakannya lahir-batin sehingga
diikuti oleh para sahabat-sahabatnya radhiallahu 'anhu.
Adapun mamfaatnya:
Mendidik hati sehingga mengenal Dzat Allah, sehingga berbuah kelapangan dada,
kesucian hati dan berbudi pekerti yang luhur menghadapi semua makhluk.
Abul Hasan asy-Syadzily radhiallahu 'anhu berkata: Pengembaraan kami terdiri diatas lima: 1. Taqwa kepada Allah lahir dan batin dalam kesendirian dan di depan publik. 2. Mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam semua kata dan perbuatan. 3. Mengabaikan semua makhluk dalam kesukaan ataupun dalam kebencian mereka. [tidak menghiraukan apakah mereka suka atau benci]. 4. Rela [ridha] menurut hukum [takdir] Allah, baik yang ringan maupun yang berat. 5. Kembali kepada Allah dalam suka dan duka. Maka untuk melaksanakan taqwa harus berlaku wara' [menjauh dari makruh, subhat dan haram] dan tetap istiqamah dalam mentaati semua perintah dan tetap tabah tidak berubah. Dan untuk melaksanakan sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, harus berhati-hati dan menerapkan budi pekerti yang baik. Dan mengabaikan makhluk dengan sabar dan tawakkal [berserah diri kepada Allah subhanahu wataala]. Rela [ridha] pada Allah atas segala takdir-Nya dan merasa cukup dan tidak tamak terhadap sesuatu. Mengembalikan segala-galanya hanya kepada Allah dalam suka dan duka dengan bersyukur dalam suka dan berlindung kepada-Nya dalam duka. Dan semua ini pada intinya ada 5 hal: 1. Semangat yang tinggi. 2. Berhati-hati pada yang haram dan menjaga kehormatan. 3. Taat dan memahami diri sebagai seorang hamba. 4. Melaksanakan kewajiban. 5. Menghargai nikmat. Maka barangsiapa yang bersemangat tinggi, pasti naik tingkat derajatnya. Dan barangsiapa yang meninggalkan larangan yang diharamkan Allah, maka Allah akan menjaga kehormatannya. Dan barangsiapa yang benar dalam taatnya, pasti mencapai tujuan kebesaran-Nya dan kemulian-Nya. Dan barangsiapa yang melaksanakan kewajibannya dengan baik, maka bahagia hidupnya. Dan barangsiapa yang menghargai nikmat, berarti mensyukuri dan selalu akan menerima tambahan nikmat yang lebih besar.
Abul Hasan asy-Syadzily radhiallahu 'anhu berkata: Pengembaraan kami terdiri diatas lima: 1. Taqwa kepada Allah lahir dan batin dalam kesendirian dan di depan publik. 2. Mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam semua kata dan perbuatan. 3. Mengabaikan semua makhluk dalam kesukaan ataupun dalam kebencian mereka. [tidak menghiraukan apakah mereka suka atau benci]. 4. Rela [ridha] menurut hukum [takdir] Allah, baik yang ringan maupun yang berat. 5. Kembali kepada Allah dalam suka dan duka. Maka untuk melaksanakan taqwa harus berlaku wara' [menjauh dari makruh, subhat dan haram] dan tetap istiqamah dalam mentaati semua perintah dan tetap tabah tidak berubah. Dan untuk melaksanakan sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, harus berhati-hati dan menerapkan budi pekerti yang baik. Dan mengabaikan makhluk dengan sabar dan tawakkal [berserah diri kepada Allah subhanahu wataala]. Rela [ridha] pada Allah atas segala takdir-Nya dan merasa cukup dan tidak tamak terhadap sesuatu. Mengembalikan segala-galanya hanya kepada Allah dalam suka dan duka dengan bersyukur dalam suka dan berlindung kepada-Nya dalam duka. Dan semua ini pada intinya ada 5 hal: 1. Semangat yang tinggi. 2. Berhati-hati pada yang haram dan menjaga kehormatan. 3. Taat dan memahami diri sebagai seorang hamba. 4. Melaksanakan kewajiban. 5. Menghargai nikmat. Maka barangsiapa yang bersemangat tinggi, pasti naik tingkat derajatnya. Dan barangsiapa yang meninggalkan larangan yang diharamkan Allah, maka Allah akan menjaga kehormatannya. Dan barangsiapa yang benar dalam taatnya, pasti mencapai tujuan kebesaran-Nya dan kemulian-Nya. Dan barangsiapa yang melaksanakan kewajibannya dengan baik, maka bahagia hidupnya. Dan barangsiapa yang menghargai nikmat, berarti mensyukuri dan selalu akan menerima tambahan nikmat yang lebih besar.
Abul Hasan
asy-Syadzily radhiallahu 'anhu berkata: Aku dipesan oleh guruku [Abdul
Salam bin Masyisy radhiallahu 'anhu] : "Janganlah kamu melangkahkan kaki
kecuali untuk sesuatu yang dapat mencapai keridhaan Allah, dan jangan duduk di
majlis kecuali yang aman dari murka Allah. Dan jangan bersahabat kecuali kepada
orang yang dapat membantu berbuat taat kepada Allah. Dan jangan memilih sahabat
karib kecuali orang yang menambah keyakinanmu terhadap Allah, yang demikian ini
sudah jarang untuk didapat.
Sayid Ahmad al-Badawi radhiallahu 'anhu berkata: "Perjalanan kami berdasarkan kitab Allah dan sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: 1. Benar dan jujur. 2. Bersih hati. 3. Menepati janji. 4. Bertanggung jawab dalam tugas dan derita. 5. Menjaga kewajiban." Seorang muridnya yang bernama Abdul Ali bertanya: Apakah syarat yang harus diperbuat oleh orang yang ingin menjadi wali Allah? Jawabnya: Seorang yang benar-benar dalam syariat ada 12 tanda-tandanya: 1. Benar-benar mengenal Allah [yakni mengerti benar tauhid dan penuh keyakinan kepada Allah]. 2. Menjaga benar-benar perintah Allah. 3. Berpegang teguh pada sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. 4. Selalu berwudhu [bila berhadas segera berwudhu kembali]. 5. Rela menerima ketentuan [takdir] Allah dalam suka maupun duka. 6. Yakin terhadap semua janji Allah. 7. Putus harapan dari semua apa yang di tangan mkhluk. 8. Tabah, sabar menanggung berbagai derita dan gangguan orang. 9. Rajin mentaati perintah Allah. 10. Kasih sayang terhadap semua makhluk Allah. 11. Tawadhu, merendah diri terhadap yang tua dan muda. 12. Menyadari selalu bahwa syaitan itu musuh yang utama. Sedang kendaraan syaitan itu dalam hawa nafsumu dan selalu berbisik untuk mempengaruhimu. Firman Allah: "Innasysyaithana laku aduwwun fattakhi dzuhu aduwwa." [Sesungguhnya syaitan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh. QS. Fathir 6]. Kemudian Ahmad Badawi melanjutkan nasehatnya; Wahai Abdul Ali: Berhati-hatilah kepada cinta dunia, sebab itu bibit segala dosa dan dapat merusak amal saleh. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: "Hubbud dunia ra'su kulli khathi'ah" [Cinta pada dunia itu sumber segala kejahatan]. Sedang Allah subhanahu wataala berfirman: ''Inna Allaha ma'alladzinat taqau walladzina hum muhsinun" [Sesungguhnya Allah berserta orang-orang yang bertakwa, dan orang-orang yang berbuat kebaikan. QS. an-Nahl 128]. Orang boleh mempunyai kekayaan di dunia ini, tetapi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang jangan cinta dunia, seperti Nabi Sulaiman 'alaihi salam dan para sahabat yang kaya, kita harus menundukkan dunia, dunia tidak boleh di letakkan dalam hati. Wahai Abdul Ali! Kasihanilah anak yatim dan berikan pakaian pada orang yang tidak berpakaian, dan beri makan pada orang yang lapar, dan hormatilah tamu dan orang dalam perantauan, semoga semoga dengan begitu kamu diterima oleh Allah. Dan perbanyaklah dzikir, jangan sampai termasuk golongan orang yang lalai disisi Allah. Dan ketahuilah bahwa satu rakaat di waktu malam lebih baik dari seribu rakaat di waktu siang, dan jangan mengejek/merendahkan orang yang tertimpa musibah. Dan jangan berkata ghibah atau namimah [membicaraka aib seseorang atau mengadu domba seseorang dengna yang lain]. Dan jangan membalas mengganggu orang yang telah mengganggumu. Dan maafkan orang yang menganiayamu. Dan berilah pada orang yang kikir padamu. Dan berlaku baik pada orang yang jahat padamu. Dan sebaik-baik moral [budi pekerti] seseorang ialah yang sempurna imannya. Dan barangsiapa tidak berilmu, maka tidak berharga di dunia dan akhirat. Dan barangsiapa yang tidak sabar, tidak berguna ilmunya. Barangsiapa yang tidak dermawan, tidak mendapat keuntungan dari kekayaannya. Barangsiapa tidak sayang kepada sesama manusia, tidak mendapat hak syafaat disisi Allah. Barangsiapa yang tidak bertakwa, tidak berharga disisi Allah. Dan barangsiapa yang tidak memiliki sifat-sifat ini, tidak mendapat tempat di surga. Berzikirlah kepada Allah dengan hati yang khusyu' dan waspadalah terhadap sesuatu yang melalaikan, sebab lalai itu menyebabkan hati beku. Dan serahkan dirimu pada Allah, dan relakan hatimu menerima musibah, ujian sebagaimana kegembiraanmu ketika menerima nikmat dan tundukkan hawa nafsu dengan meninggalkan syahwat.
Sayid Ahmad al-Badawi radhiallahu 'anhu berkata: "Perjalanan kami berdasarkan kitab Allah dan sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: 1. Benar dan jujur. 2. Bersih hati. 3. Menepati janji. 4. Bertanggung jawab dalam tugas dan derita. 5. Menjaga kewajiban." Seorang muridnya yang bernama Abdul Ali bertanya: Apakah syarat yang harus diperbuat oleh orang yang ingin menjadi wali Allah? Jawabnya: Seorang yang benar-benar dalam syariat ada 12 tanda-tandanya: 1. Benar-benar mengenal Allah [yakni mengerti benar tauhid dan penuh keyakinan kepada Allah]. 2. Menjaga benar-benar perintah Allah. 3. Berpegang teguh pada sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. 4. Selalu berwudhu [bila berhadas segera berwudhu kembali]. 5. Rela menerima ketentuan [takdir] Allah dalam suka maupun duka. 6. Yakin terhadap semua janji Allah. 7. Putus harapan dari semua apa yang di tangan mkhluk. 8. Tabah, sabar menanggung berbagai derita dan gangguan orang. 9. Rajin mentaati perintah Allah. 10. Kasih sayang terhadap semua makhluk Allah. 11. Tawadhu, merendah diri terhadap yang tua dan muda. 12. Menyadari selalu bahwa syaitan itu musuh yang utama. Sedang kendaraan syaitan itu dalam hawa nafsumu dan selalu berbisik untuk mempengaruhimu. Firman Allah: "Innasysyaithana laku aduwwun fattakhi dzuhu aduwwa." [Sesungguhnya syaitan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh. QS. Fathir 6]. Kemudian Ahmad Badawi melanjutkan nasehatnya; Wahai Abdul Ali: Berhati-hatilah kepada cinta dunia, sebab itu bibit segala dosa dan dapat merusak amal saleh. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: "Hubbud dunia ra'su kulli khathi'ah" [Cinta pada dunia itu sumber segala kejahatan]. Sedang Allah subhanahu wataala berfirman: ''Inna Allaha ma'alladzinat taqau walladzina hum muhsinun" [Sesungguhnya Allah berserta orang-orang yang bertakwa, dan orang-orang yang berbuat kebaikan. QS. an-Nahl 128]. Orang boleh mempunyai kekayaan di dunia ini, tetapi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang jangan cinta dunia, seperti Nabi Sulaiman 'alaihi salam dan para sahabat yang kaya, kita harus menundukkan dunia, dunia tidak boleh di letakkan dalam hati. Wahai Abdul Ali! Kasihanilah anak yatim dan berikan pakaian pada orang yang tidak berpakaian, dan beri makan pada orang yang lapar, dan hormatilah tamu dan orang dalam perantauan, semoga semoga dengan begitu kamu diterima oleh Allah. Dan perbanyaklah dzikir, jangan sampai termasuk golongan orang yang lalai disisi Allah. Dan ketahuilah bahwa satu rakaat di waktu malam lebih baik dari seribu rakaat di waktu siang, dan jangan mengejek/merendahkan orang yang tertimpa musibah. Dan jangan berkata ghibah atau namimah [membicaraka aib seseorang atau mengadu domba seseorang dengna yang lain]. Dan jangan membalas mengganggu orang yang telah mengganggumu. Dan maafkan orang yang menganiayamu. Dan berilah pada orang yang kikir padamu. Dan berlaku baik pada orang yang jahat padamu. Dan sebaik-baik moral [budi pekerti] seseorang ialah yang sempurna imannya. Dan barangsiapa tidak berilmu, maka tidak berharga di dunia dan akhirat. Dan barangsiapa yang tidak sabar, tidak berguna ilmunya. Barangsiapa yang tidak dermawan, tidak mendapat keuntungan dari kekayaannya. Barangsiapa tidak sayang kepada sesama manusia, tidak mendapat hak syafaat disisi Allah. Barangsiapa yang tidak bertakwa, tidak berharga disisi Allah. Dan barangsiapa yang tidak memiliki sifat-sifat ini, tidak mendapat tempat di surga. Berzikirlah kepada Allah dengan hati yang khusyu' dan waspadalah terhadap sesuatu yang melalaikan, sebab lalai itu menyebabkan hati beku. Dan serahkan dirimu pada Allah, dan relakan hatimu menerima musibah, ujian sebagaimana kegembiraanmu ketika menerima nikmat dan tundukkan hawa nafsu dengan meninggalkan syahwat.
1."BERSANDARLAH PADA ALLOH JANGAN PADA AMAL”
٭ مِنْ علاماتِ الا ِعْتِمادِ عَلىَ العَملِ نـُقـَصَانُ
الرَّجاءِعِنْدَ وُجُوْدِ الزَّلل ِ٭
1.“Sebagian
dari tanda bahwa seorang itu bergantung pada kekuatan amal dan usahanya, yaitu
berkurangnya pengharapan atas rahmat dan karunia Allah ketika terjadi padanya
suatu kesalahan dan dosa.
Orang yang melakukan
amal ibadah itu pasti punya pengharapan kepada Alloh, meminta kepada Alloh
supaya hasil pengharapannya, akan tetapi jangan sampai orang beramal itu
bergantung pada amalnya, karena hakikatnya yang menggerakkan amal ibadah itu
Alloh,. sehingga apabila terjadi kesalahan, seperti, terlanjur melakukan
maksiat, atau meninggalkan ibadah rutinnya, ia merasa putus asa dan berkurang
pengharapannya kepada Alloh. sehingga apabila berkurang pengharapan
kepada rohmat Alloh, maka amalnyapuan akan berkurang dan akhirnya berhenti
beramal.
seharusnya
dalam beramal itu semua dikehendaki dan dijalankan oleh Alloh. sedangkan
dirikita hanya sebagai media berlakunya Qudrat Alloh.
Kalimat:
Laa ilaha illalloh. Tidak ada Tuhan, berarti tidak ada tempat bersandar,
berlindung, berharap kecuali Alloh, tidak ada yang menghidupkan dan mematikan,
tidak ada yang memberi dan menolak melainkan Alloh.
Pada
dasarnya syari’at menyuruh kita berusaha dan beramal. Sedang hakikat syari’at
melarang kita menyandarkan diri pada amal dan usaha itu, supaya tetap bersandar
pada karunia dan rahmat Alloh subhanahu wata’ala.
Apabila
kita dilarang menyekutukan Alloh dengan berhala, batu, kayu, pohon, kuburan,
binatang dan manusia, maka janganlah menyekutukan Allah dengan kekuatan diri
sendiri, seakan-akan merasa sudah cukup kuat dapat berdiri sendiri tanpa
pertolongan Allah, tanpa rahmat, taufik, hidayat dan karunia Allah subhanahu
wata’ala.
2.“TAJRID dan KASAB”
٭
إرادَتـُكَ التَجْرِيْدَ معَ اِقامةِاللهِ اِيّاكَ فى الاَسْبَابِ مِنَ الشَهْوةِ
الخفِيَّةِ، وَإرادَتـُكَ الاَسْبَابِ معَ اِقامةِاللهِ اِيّاكَ فى التَجْرِيْدَ
اِنْحطاط ٌ عن الهِمَّةِ العَليَّةِ ٭
2.“Keinginanmu
untuk tajrid [hanya beribadat saja tanpa berusaha untuk dunia], padahal Allah
masih menempatkan engkau pada golongan orang-orang yang harus berusaha [kasab],
maka keinginanmu itu termasuk nafsu syahwat yang samar [halus]. Sebaliknya
keinginanmu untuk berusaha [kasab], padahal Allah telah menempatkan dirimu pada
golongan orang yang harus beribadat tanpa kasab [berusaha], maka keinginan yang
demikian berarti menurun dari semangat yang tinggi”.
Sebagai
seorang yang beriman, haruslah berusaha menyempurnakan imannya dengan berfikir
tentang ayat-ayat Alloh, dan beribadah dan harus tahu bahwa tujuan hidup itu
hanya untuk beribadah(menghamba) kepada Alloh,sesuai tuntunan Al-qur’an.
Tetapi
setelah ada semangat dalam ibadah, kadang ada yang berpendapat bahwa salah satu
yang merepoti/mengganggu dalam ibadah yaitu bekerja(kasab). Lalu berkeinginan
lepas dari kasab/usaha dan hanya ingin melulu beribadah.
Keinginan
yang seperti ini termasuk keinginan nafsu yang tersembunyi/samar.
Sebab
kewajiban seorang hamba, menyerah kepada apa yang dipilihkan oleh majikannya.
Apa lagi kalau majikan itu adalah Alloh yang maha mengetahui tentang apa yang
terbaik bagi hambanya.
Dan
tanda-tanda bahwa Alloh menempatkan dirimu dalam golongan orang yang harus
berusaha [kasab], apabila terasa ringan bagimu, sehingga tidak menyebabkan
lalai menjalankan suatu kewajiban dalam agamamu, juga menyebabkan engkau tidak
tamak [rakus] terhadap milik orang lain.
Dan
tanda bahwa Allah mendudukkan dirimu dalam golongan hamba yang tidak berusaha
[Tajrid]. Apabila Tuhan memudahkan bagimu kebutuhan hidup dari jalan yang tidak
tersangka, kemudian jiwamu tetap tenang ketika terjadi kekurangan, karena tetap
ingat dan bersandar kepada Tuhan, dan tidak berubah dalam menunaikan
kewajiban-kewajiban.
Syeikh
Ibnu ‘Atoillah berkata : “Aku datang kepada guruku Syeikh Abu Abbas al- mursy.
Aku merasa, bahwa untuk sampai kepada Allah dan masuk dalam barisan
para wali dengan sibuk pada ilmu lahiriah dan bergaul dengan sesama manusia
(kasab) agak jauh dan tidak mungkin. tiba-tiba sebelum aku sempat bertanya,
guru bercerita: Ada seorang ahli dibidang ilmu lahiriah, ketika ia dapat
merasakan sedikit dalam perjalanan ini, ia datang kepadaku sambil berkata: Aku
akan meninggalkan kebiasaanku untuk mengikuti perjalananmu. Aku menjawab: Bukan
itu yang kamu harus lakukan, tetapi tetaplah dalam kedudukanmu, sedang apa yang
akan diberikan Allah kepadamu pasti sampai kepadamu.
3.“KEKUATAN TAQDIR”
٭
سَوَابِقُ الهِماَمِ لاَ تَحْرِقُ اَسْوَرَالاَقْدَارِ ٭
3.
"Kerasnya himmah /semangat perjuangan, tidak dapat menembus tirai takdir”
kekeramatan
atau kejadian-kejadian yang luar biasa dari seorang wali itu, tidak dapat
menembus keluar dari takdir, maka segala apa yang terjadi semata-mata hanya
dengan takdir Alloh."
Hikmah
ini menjadi ta’lil atau sebab dari hikmah sebelumnya (Iroodatuka tajriid)
seakan akan Mushonnif berkata: Hai murid, keinginan/himmahmu pada sesuatu, itu
tidak ada gunanya, karena himmah yang keras/kuat itu tidak bisa menjadikan
apa-apa seperti yang kau inginkan, apabila tidak ada dan bersamaan dengan
taqdir dari Alloh. Jadi hikmah ini (Sawa-biqul himam) mengandung arti
menentramkan hati murid dari keinginannya yang sangat.
SAWAA-BIQUL
HIMAM (keinginan yang kuat): apabila keluar dari orang-orang
sholih/walinya Alloh itu disebut: Karomah. Apabila keluar dari orang fasiq
disebut istidroj/ penghinaan dari Alloh.
Firman
Allah subhanahu wata’ala: “Dan tidaklah kamu berkehendak, kecuali apa
yang dikehendaki Alloh Tuhan yang mengatur alam semesta.” [At-Takwir 29]. “Dan
tidaklah kamu menghendaki kecuali apa yang dikehendaki oleh Alloh, sungguh
Alloh maha mengetahui, maha bijaksana.” [QS. Al-Insaan 30].
4. “Jangan ikut Mengatur”
٭
اَرِحْ نَفْسَكَ منَ التـَدْ بـِيْرِفماَ قامَ بهِ غيرُكَ عَنْكَ لا تقـُمْ بهِ
لنـَفـْسك ٭
4."Istirahat/enakkan
dirimu/pikiranmu dari kesibukan mengatur dirimu, dari apa-apa yang telah
diatur/dijamin oleh selain kamu(yaitu Alloh), tidak perlu engkau ikut sibuk
memikirkannya."
Yang
di maksud TADBIIR (mengatur diri sendiri)dalam hikmah ini yaitu
Tadbir yang tidak di barengi dengan Tafwiidh (menyerahkan
kepada Alloh). Apabila Tadbir itu dibarengi dengan Tafwidh itu diperbolehkan,
bahkan Rosululloh bersabda: At-tadbiiru nishful ma-‘isyah.(mengatur
apa yang menjadi keperluan itu sebagian dari hasilnya mencari
ma’isah/penghidupan).
Hadits
ini mengandung anjuran untuk membuat peraturan didalam mencari fadholnya Alloh.
pengertian Tadbir disini ialah menentukan dan memastikan hasil. karena itu
semua menjadi aturan Alloh.
al-hasil,
Tadbir yang dilarang yaitu ikut mengatur dan menentukan/memastikan hasilnya.
Sebagai
seorang hamba wajib dan harus mengenal kewajiban, sedang jaminan upah ada di
tangan majikan, maka tidak usah risau pikiran dan perasaan untuk mengatur,
karena kuatir kalau apa yang telah dijamin itu tidak sampai kepadamu atau
terlambat, sebab ragu terhadap jaminan Allah tanda lemahnya iman.
5.“TANDA MATA HATI YG BUTA”
٭ اِجْتِهادُكَ
فيمَا ضُمنَ لكَ وتقـْصِيرُكَ فيماَ طُلبَ منكَ دَلِيلٌ على انطِماسِ البَصِيْرَةِ
منكَ ٭
5.
"Kesungguhanmu untuk mencapai apa-apa yang telah dijamin pasti akan sampai
kepadamu, di samping kelalaianmu terhadap kewajiban-kewajiban yang di amanatkan
kepadamu, membuktikan butanya mata hatimu."
Siapa
saja yang disibukkan mencari apa yang sudah dijamin Alloh seperti
rizki, dan meninggalkan apa yang menjadi perintah Alloh, itulah tanda
orang yang buta hatinya.
Firman
Alloh: "Dan berapa banyak makhluk bergerak yang bernyawa yang
tidak [dapat] membawa [mengurus] rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi
rezeki kepadanya dan kepadamu. Dia Maha mendengar, Maha mengetahui."[QS.
al-Ankabuut 60].
Firman
Alloh: "Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan shalat dan
sabar dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang
memberi rezeki kepadamu. Dan akibat [yang baik di akhirat] adalah bagi orang
yang bertakwa." [QS. Thaha 132].
Kerjakan
apa yang menjadi kewajibanmu terhadap Kami, dan Kami melengkapi bagimu bagian
Kamu.
Di sini ada dua perkara : 1. Yang dijamin
oleh Alloh, maka jangan menuduh atau berburuk sangka kepada Alloh subhanahu wa
ta'ala.
2.Yang dituntut [menjadi
kewajiban bagimu] kepada Allah, maka jangan abaikan.
Dalam sebuah hadits Qudsy yang kurang lebih
artinya: "Hambaku, taatilah semua perintah-Ku, dan jangan memberi
tahu kepada-Ku apa yang baik bagimu, [jangan mengajari kepada-Ku apa yang
menjadi kebutuhanmu].
Syeih Ibrahim al-Khawwas berkata:
"Jangan memaksa diri untuk mencapai apa yang telah dijamin dan jangan
menyia-nyiakan [mengabaikan] apa yang diamanatkan kepadamu." Oleh sebab
itu, barangsiapa yang berusaha untuk mencapai apa yang sudah dijamin dan
mengabaikan apa yang menjadi tugas dan kewajiban kepadanya, maka buta mata
hatinya dan sangat bodoh.
6.“Ridho dengan pilihan Alloh”
٭
لاَيَكُنْ تأخُرَ أمَدِ العَطَاءِ معَ الاِلحاحِ فى الدُعاءِموجِباً لِياءسِكَ
فهُوَ ضَمن لكَ الاِجاَبة َ فيماَ يختَاَرُهُ لكَ لا فيمَا
تَختاَرُلِنفْسِكَ وَفى الوَقتِ الَّذى يُرِيدُ لافى الوقتِ الذى تـُريدُ
6."Janganlah
keterlambatan/tertundanya waktu pemberian Tuhan kepadamu, padahal engkau
bersungguh-sungguh dalam berdo’a menyebabkan putus harapan, sebab Alloh telah
menjamin dan menerima semua do’a dalam apa yang ia kehendaki untukmu, bukan
menurut kehendakmu, dan pada waktu yang ditentukan Alloh, bukan pada waktu yang
engkau tentukan."
Alloh
telah berjanji akan mengabulkan do’a. sesuai dengan firman-Nya,“Mintalah
kamu semua kepada-Ku, Aku akan mengijabah do’amu semua”. dan Alloh berfirman, "Tuhanmulah
yang menjadikan segala yang dikehendaki-Nya dan memilihnya sendiri, tidak ada
hak bagi mereka untuk memilih."
Sebaiknya
seorang hamba yang tidak mengetahui apa yang akan terjadi mengakui kebodohan
dirinya, sehingga tidak memilih sesuatu yang tampak baginya sepintas baik,
padahal ia tidak mengetahui bagaimana akibatnya. Karena itu bila Tuhan yang
maha mengetahui, maha bijaksana memilihkan untuknya sesuatu, hendaknya rela dan
menerima pilihan Tuhan yang Maha pengasih, Maha mengetahui dan Maha bijaksana.
Walaupun pada lahirnya pahit dan menyakitkan rasanya, namun itulah yang terbaik
baginya, karena itu bila berdoa, kemudian belum juga terkabulkan keinginannya,
janganlah terburu-buru putus asa.
Firman
Allah: "Dan mungkin jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal
itu baik bagimu, dan mungkin jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik
bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." [QS.
al-Baqarah 216].
Syeikh Abul
Hasan asy-Syadzily radhiallahu 'anhu ketika mengartikan ayat ini:''Sungguh
telah diterima do’amu berdua [Musa dan Harun alaihissalam] yaitu tentang
kebinasaan Fir'aun dan tentaranya, maka hendaklah kamu berdua tetap istiqamah
[sabar dalam melanjutkan perjuangan dan terus berdo’a], dan
jangan mengikuti jejak orang-orang yang tidak mengerti [kekuasaan dan
kebijaksanaan Allah]." [QS. Yunus 89].
Maka
terlaksananya kebinasaan Fir'aun yang berarti setelah diterima do’a Nabi Musa
dan Harun alaihissalam selama/sesudah 40 tahun lamanya.
Rasululloh
shallallohu 'alaihi wasallam bersabda: "Pasti akan dikabulkan do’amu
selama tidak terburu-buru serta mengatakan, aku telah berdo’a dan tidak
diterima."
Anas
rodhiallohu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Tidak ada orang berdoa, melainkan pasti diterima oleh Allah doanya, atau
dihindarkan dari padanya bahaya, atau diampuni sebagian dosanya, selama ia
tidak berdoa untuk sesuatu yang berdosa atau untuk memutus silaturrahim.
Syeih
Abu Abbas al-Mursi ketika ia sakit, datang seseorang membesuknya dan berkata:
Semoga Alloh menyembuhkanmu [Afakallohu]. Abu Abbas terdiam dan tidak menjawab.
Kemudian
orang itu berkata lagi: Alloh yu'aafika.
Maka
Abu Abbas menjawab: Apakah kamu mengira aku tidak memohon kesehatan kepada
Alloh? Sungguh aku telah memohon kesehatan dan penderitaanku ini termasuk
kesehatan,
ketahuilah
Rasululloh shallallohu 'alaihi wasallam memohon kesehatan dan ia berkata:
"Selalu bekas makanan khaibar itu terasa olehku, dan kini masa putusnya
urat jantungku.''
Abu
Bakar as-Siddiq memohon kesehatan dan meninggal terkena racun.
Umar
bin Khottob memohon kesehatan dan meninggal dalam keadaan terbunuh.
Usman
bin Affan memohon kesehatan dan juga meninggal dalam keadaan terbunuh.
Ali
bin Abi Tholib memohon kesehatan dan juga meninggal dalam keadaan terbunuh.
Maka
bila engkau memohon kesehatan kepada Alloh, mohonlah menurut apa yang telah
ditentukan oleh Alloh untukmu, maka sebaik-baik seorang hamba ialah yang
menyerahkan segala sesuatunya menurut kehendak Tuhannya, dan meyakini bahwa apa
yang diberikan Tuhan kepadanya, itulah yang terbaik walaupun tidak sejalan
dengan nafsu syahwatnya. Dan syarat utama untuk diterimanya doa ialah keadaan
terpaksa/kesulitan. Allah subhanahu wata'ala berfirman: "Bukankah
Dia [Alloh] yang memperkenankan [do’a] orang yang dalam kesulitan apabila dia
berdo’a kepada-Nya..." [QS. an-Naml 62].
Keadaan
terpaksa atau kesulitan itu, apabila merasa tidak ada sesuatu yang di harapkan
selain semata-mata karunia Allah subhanahu wata'ala, tidak ada yang dapat
membantu lagi baik dari luar berupa orang dan benda atau dari dalam diri
sendiri.
7. “Jangan meragukan janji Alloh”
٭ لا يُشكـِّكنَّك فى الوَعدِ عدمُ وقوعِ المَوْعُودِ وانْ
تَعَيَّنَ زمَنـُهُ لـءـلاَّيَكونَ ذٰ لكَ قَدحاً فى بصيرَتكَ واِخـْماَداًلِنورِ
سَرِيرَتِكَ ٭
7."Jangan
sampai kamu merasa ragu, terhadap janji Alloh, karena tidak terlaksananya apa
yang telah dijanjikan itu, walaupun telah tertentu waktunya, supaya tidak
menyalahi pandangan mata hatimu, atau memadamkan cahaya hatimu."
Manusia
sebagai hamba tidak mengetahui kapankah Alloh akan menurunkan karunia dan
rahmat-Nya, sehingga manusia jika melihat tanda-tanda ia menduga, mungkin telah
tiba saatnya, padahal bagi Alloh belum memenuhi semua syarat yang
dikehendaki-Nya, maka bila tidak terjadi apa yang telah diduganya, hendaknya
tidak ada keraguan terhadap kebenaran janji Alloh subhanahu wata'ala.
Sebagaimana
yang terjadi dalam Sulhul [perdamaian] Hudaibiyah, ketika Rasululloh
shallalloahu 'alaihi wasallam, menceritakan mimpinya kepada sahabatnya,
sehingga mereka mengira bahwa pada tahun itu mereka akan dapat masuk ke kota
Makkah dan melaksanakan ibadah umroh dengan aman dan sejahtera [mimpi
Rasululloh saw. yang tersebut dalam surah al-Fath].
Alloh
berfirman: "Sungguh Alloh akan membuktikan kepada Rosul-Nya
tentang kebenaran mimpinya bahwa kamu pasti memasuki Masjidil Haram, jika Alloh
menghendaki dalam keadaan aman, dengan menggundul rambut kepala dan
memendekkannya, sedang kamu merasa takut. Maka Alloh mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui, dan selain itu Dia telah memberikan kemenangan yang
dekat." [QS. al-Fath 27].
Sehingga
ketika gagal tujuan umroh karena di tolak oleh bangsa Quraisy dan terjadi
penanda tanganan perjanjian Sulhul [perdamaian] Hudaibiyah, yang oleh Umar dan
sahabat-sahabat lainnya dianggap sangat mengecewakan,
maka
ketika Umar ra. mengajukan beberapa pertanyaan, dijawab oleh Nabi saw: Aku
hamba Alloh dan utusan-Nya dan Alloh tidak akan mengabaikan aku.
Firman
Alloh: "(Dalam menghadapi ujian dari Alloh) Sehingga Rosul dan
orang-orang yang beriman bersamanya berkata, Kapankah datang pertolongan Alloh?
Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Alloh itu dekat." [QS.
al-Baqoroh 214].
8. “Ketika Alloh membuka pintu perkenalan”
٭ اِذاَ فَتحَ لك وُجْهَة ً من التـَّعَرُّفِ فلا تُباَلِ
معها ان قَلَّ عَمَلُكَ فَاِنَّهُ مافتحَهاَ لك الا وهو يرِيد انيتعرَفَ اليكَ
الم تَعلم انَّ التـَّعَرُفَ هوَمورِدهُ عليكَ والاَعمالُ
انتَ مُهدِ يها اليهِ واَينَ ماتـُهد يهِ الَيهِ واَينَ ما تُهدِ يهِ اليْهِ
مِمَّا هوَ مورِدهُ اليكَ ٭
8.”Apabila
Tuhan membukakan bagimu suatu jalan untuk ma’rifat [mengenal pada-Nya], maka
jangan menghiraukan soal amalmu yang masih sedikit, sebab Tuhan tidak
membukakan bagimu, melainkan Ia akan memperkenalkan diri kepadamu. Tidakkah
engkau tahu bahwa ma’rifat itu semata-mata pemberian karunia Alloh kepadamu,
sedang amal perbuatanmu hanyalah hadiahmu kepad-Nya dengan pemberian karunia
Alloh kepadamu.”
Ma’rifat
[mengenal] kepada Allah, itu adalah puncak keberuntungan seorang hamba, maka
apabila Tuhan telah membukakan bagimu suatu jalan untuk mengenal kepada-Nya,
maka tidak perlu pedulikan berapa banyak amal perbuatanmu, walaupun masih
sedikit amal kebaikanmu. Sebab ma’rifat itu suatu karunia dan pemberian
langsung dari Allah, maka sekali-kali tidak tergantung kepada banyak atau
sedikitnya amal kebaikan.
Abu Huroiroh
ra. berkata: Rasululloh saw. bersabda: Alloh azza wajalla
berfirman: “Apabila Aku menguji hamba-Ku yang beriman, kemudian ia
tidak mengeluh kepada orang lain, maka Aku lepaskan ia dari ikatan-Ku dan Aku
gantikan baginya daging dan darah yang lebih baik dari semula, dan ia boleh
memperbarui amal, sebab yang lalu telah diampuni semua.”
Diriwayatkan: Bahwa
Alloh telah menurunkan wahyu kepada salah seorang Nabi diantara beberapa
Nabi-Nya.” Aku telah menurunkan ujian kepada salah seorang hamba-Ku, maka ia
berdoa dan tetap Aku tunda permintaannya, akhirnya ia mengeluh, maka Aku
berkata kepadanya: Hamba-Ku bagaimana Aku akan melepaskan dari padamu rahmat
yang justru ujian itu mengandung rahmat-Ku.” Karena dengan segala
kelakuan kebaikanmu engkau tidak dapat sampai ke tingkat yang akan Aku berikan
kepadamu, maka dengan ujian itulah engkau dapat mencapai tingkat dan kedudukan
di sisi Alloh.
9. “Ahwal akan menentukan a’maal”
٭
تنوَّعت اجْناَسُ الاَعمالِ لتنوُّعِ وارِداَتِ الاحْوالِ ٭
9.”Beraneka
macam jenis amal perbuatan, karena bermacam-macam pula pemberian karunia Allah
yang diberikan kepada hamba-Nya.(Hal).”
Dalam pandangan
tasawuf, Hal diartikan sebagai pengalaman rohani dalam proses mencapai hakikat
dan makrifat. Hal merupakan zauk atau rasa yang berkaitan dengan hakikat
ketuhanan yang melahirkan makrifatullah (pengenalan tentang Alloh). tanpa Hal
tidak ada hakikat dan tidak diperoleh makrifat. Ahli ilmu membina makrifat
melalui dalil ilmiah tetapi ahli tasawuf bermakrifat melalui pengalaman
tentang hakikat.
Sebelum
memperoleh pengalaman hakikat, ahli kerohanian terlebih dahulu memperoleh
kasyaf yaitu terbuka keghoiban kepadanya. Ada orang mencari kasyaf yang dapat
melihat makhluk ghaib seperti jin. Dalam proses mencapai hakikat
ketuhanan kasyaf yang demikian tidak penting. Kasyaf yang penting adalah yang
dapat mengenali tipu daya syaitan yang bersembunyi dalam berbagai bentuk dan
suasana dunia ini.
Rasululloh
saw. sendiri sebagai ahli kasyaf yang paling unggul hanya melihat Jibrail a.s
dalam rupanya yang asli dua kali saja, walaupun pada setiap kali Jibrail a.s
menemui Rasululloh saw. dengan rupa yang berbeda-beda, Rasululloh tetap
mengenalinya sebagai Jibrail a.s.
Bila
seseorang ahli kerohanian memperoleh kasyaf maka dia telah bersedia untuk menerima
kedatangan Hal atau zauk yaitu pengalaman kerohanian tentang hakikat ketuhanan.
Hal tidak mungkin diperoleh dengan beramal dan menuntut ilmu. Sebelum ini
pernah dinyatakan bahawa tidak ada jalan untuk masuk ke dalam gerbang makrifat.
Seseorang hanya mampu beramal dan menuntut ilmu untuk sampai pintu gerbangnya.
Apabila sampai di situ seseorang hanya menanti karunia Alloh, semata-mata
karunia Alloh yang membawa makrifat kepada hamba-hamba-Nya. karunia Alloh yang
mengandung makrifat itu dinamakan Hal.
Ada orang
yang memperoleh Hal sekali saja dan dikuasai oleh Hal dalam waktu yang tertentu
saja dan ada juga yang terus-menerus di dalam Hal. Hal yang terus-menerus
atau berkekalan dinamakan wishol yaitu penyerapan Hal secara terus-menerus, kekal
atau baqo’. Orang yang mencapai wishol akan terus hidup dengan cara Hal yang
terjadi. Hal-hal (ahwal) dan wishol bisa dibagi menjadi lima macam:
1 : Abid:
Abid adalah orang yang dikuasai oleh Hal atau
zauk yang membuat dia merasakan dengan sangat bahawa dirinya hanyalah seorang
hamba yang tidak memiliki apa-apa dan tidak mempunyai daya dan upaya untuk
melakukan sesuatu. Kekuatan, usaha, bakat-bakat dan apa saja yang ada dengannya
adalah daya dan upaya yang dari Alloh. Semuanya itu adalah karunia Allohsemata-mata. Alloh sebagai Pemilik yang sebenarnya, apabila Dia
memberi, maka Dia berhak mengambil kembali pada masa yang Dia kehendaki.
Seorang abid benar-benar bersandar kepada Allah s.w.t sekiranya dia melepaskan
sandaran itu dia akan jatuh, kerana dia benar-benar melihat dirinya kehilangan
apa yang datangnya dari Allah s.w.t.
2 : Asyikin:
Asyikin ialah orang yang memandang sifat
Keindahan Allah s.w.t. Rupa, bentuk, warna dan ukuran tidak menjadi soal
kepadanya kerana apa saja yang dilihatnya menjadi cermin yang dia melihat
Keindahan serta Keelokan Allah s.w.t di dalamnya. Amal atau kelakuan asyikin
ialah gemar merenungi alam dan memuji Keindahan Allah s.w.t pada apa yang
disaksikannya. Dia boleh duduk menikmati keindahan alam beberapa jam tanpa
merasa jemu. Kilauan ombak dan titikan hujan memukau pandangan hatinya. Semua
yang kelihatan adalah warna Keindahan dan Keelokan Allah s.w.t. Orang yang
menjadi asyikin tidak memperdulikan lagi adab dan peraturan masyarakat.
Kesedarannya bukan lagi pada alam ini. Dia mempunyai alamnya sendiri yang di
dalamnya hanyalah Keindahan Alloh s.w.t.
3 : Muttakholiq:
Muttakholiq adalah orang yang mencapai
yang Haq dan bertukar sifatnya. Hatinya dikuasai oleh suasana Qurbi
Faroidh atau Qurbi Nawafil. Dalam Qurbi Faroidh, muttakholiq merasakan dirinya
adalah alat dan Allah s.w.t menjadi Pengguna alat. Dia melihat perbuatan atau
kelakuan dirinya terjadi tanpa dia merancang dan campur tangan, bahkan dia
tidak mampu mengubah apa yang akan terjadi pada kelakuan dan perbuatannya. Dia
menjadi orang yang berpisah daripada dirinya sendiri. Dia melihat dirinya
melakukan sesuatu perbuatan seperti dia melihat orang lain yang
melakukannya, yang dia tidak berdaya mengawal atau mempengaruhinya. Hal Qurbi
Faraidh adalah dia melihat bahawa Allah s.w.t melakukan apa yang Dia kehendaki.
Perbuatan dia sendiri adalah gerakan Allah s.w.t, dan diamnya juga adalah
gerakan Allah s.w.t. Orang ini tidak mempunyai kehendak sendiri, tidak ada
ikhtiar dan tadbir. Apa yang mengenai
dirinya, seperti perkataan dan perbuatan, berlaku secara spontan. Kelakuan atau
amal Qurbi Faroidh ialah bercampur-campur di antara logika dengan tidak logika,
mengikut adat dengan merombak adat, kelakuan alim dengan jahil. Dalam banyak
perkara penjelasan yang boleh diberikannya ialah, “Tidak tahu! Allah s.w.t
berbuat apa yang Dia kehendaki”.
Dalam
suasana Qurbi Nawafil pula muttakholiq melihat dengan mata hatinya sifat-sifat
Allah s.w.t dan dia menjadi pelaku atau pengguna sifat-sifat tersebut, yaitu
dia menjadi khalifah dirinya sendiri. Hal Qurbi Nawafil ialah berbuat dengan
izin Allah s.w.t kerana Allah s.w.t memberikan kepadanya untuk berbuat sesuatu.
Contoh Qurbi Nawafil adalah kelakuan Nabi Isa a.s yang membentuk rupa burung
dari tanah liat lalu menyuruh burung itu terbang dengan izin Allah s.w.t, juga
kelakuan beliau a.s menyeru orang mati supaya bangkit dari kuburnya. Nabi Isa
a.s melihat sifat-sifat Allah s.w.t yang diizinkan menjadi kemampuan beliau,
sebab itu beliau tidak ragu-ragu untuk menggunakan kemampuan tersebut
menjadikan burung dan menghidupkan orang mati dengan izin Allah s.w.t.
4
: Muwahhid:
Muwahhid
fana’ dalam dzat, dzatnya lenyap dan DZat Mutlak yang menguasainya. bagi
muwahhid ialah dirinya tidak ada, yang ada hanya Alloh s.w.t. Orang ini telah
putus hubungannya dengan kesedaran basyariah dan sekalian maujud. Kelakuan atau
amalnya tidak lagi seperti manusia biasa karena dia telah terlepas dari
sifat-sifat kemanusiaan dan kemakhlukan. Misalkan dia bernama Abdullah, dan
jika ditanya kepadanya di manakah Abdullah, maka dia akan menjawab Abdullah
tidak ada, yang ada hanyalah Allah! Dia benar-benar telah lenyap dari
ke‘Abdullah-an’ dan benar-benar dikuasai oleh ke‘Allah-an’. Ketika dia dikuasai oleh hal dia terlepas daripada beban hukum syarak.
Dia telah fana dari ‘aku’ dirinya dan dikuasai oleh kewujudan ‘Aku Hakiki’.
Walau bagaimana pun sikap dan kelakuannya dia tetap dalam ridho Allah s.w.t.
Apabila dia tidak dikuasai oleh hal, kesedarannya kembali dan dia menjadi ahli
syariat yang taat. Perlu diketahui bahawa hal tidak boleh dibuat-buat dan orang
yang dikuasai oleh hal tidak berupaya menahannya.
Orang-orang sufi bersepakat mengatakan bahawa siapa yang mengatakan, “Ana
al-Haq!” sedangkan dia masih sadar tentang dirinya maka orang tersebut adalah
sesat dan kufur!
5 : Mutahaqqiq:
Mutahaqqiq
ialah orang yang setelah fana dalam dzat turun kembali kepada kesedaran sifat,
seperti yang terjadi kepada nabi-nabi dan wali-wali demi melaksanakan amanat
sebagai khalifah Alloh di muka bumi dan kehidupan dunia yang wajib diurusi.
Dalam
kesadaran dzat seseorang tidak keluar dari khalwatnya dengan Alloh s.w.t
dan tidak peduli tentang keruntuhan rumah tangga dan kehancuran dunia
seluruhnya. Sebab itu orang yang demikian tidak boleh dijadikan pemimpin. Dia
mesti turun kepada kesedaran sifat barulah dia boleh memimpin orang lain. Orang
yang telah mengalami kefanaan dalam zat kemudian disadarkan dalam sifat adalah
benar-benar pemimpin yang dilantik oleh Alloh s.w.t menjadi Khalifah-Nya untuk
memakmurkan makhluk Alloh s.w.t dan memimpin umat manusia menuju jalan yang
diridhoi Alloh s.w.t. Orang inilah yang menjadi ahli makrifat yang sejati, ahli
hakikat yang sejati, ahli thorikoh yang sejati dan ahli syariat
yang sejati, berkumpul padanya dalam satu kesatuan yang menjadikannya Insan Robbani.
Insan Robbani peringkat tertinggi ialah para nabi-nabi dan Alloh karuniakan
kepada mereka maksum, sementara yang tidak menjadi nabi dilantik sebagai
wali-Nya yang diberi perlindungan dan pemeliharaan
10. “Ruhnya Amal yaitu Ikhlas”
٭
الاَعمالُ صوَرٌ قاءمة ٌ وَارواحُها وجودُ سِرِّ الاخلاصِ فيها ٭
10."Amal
perbuatan itu sebagai kerangka yang tegak, sedang roh [jiwanya], ialah
terdapatnya rahasia ikhlas dalam amal perbuatan itu."
Amal
ialah, geraknya badan lahir atau hati. amal itu digambarkan sebagai
tubuh/jasad. sedangkan ikhlas itu sebagai ruhnya. yakni., badan tanpa ruh
berarti mati. amal lahir atau amal hati itu bisa hidup hanya dengan adanya
ikhlas. Alloh berfirma, “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan (ikhlas)kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama yang lurus” albayyinah 5. “Maka sembahlah
Allah dengan memurnikan ketaatan (ikhlas)kepada-Nya.” Az-zumar 2.
Imam Hasan Al-Bashari, barkata, “Aku pernah
bertanya kepada shahabat Hudzaifah r.a. tentang ikhlas, beliau menjawab: Aku
pernah bertanya kepada Rasululloh SAW ikhlas itu apa, beliau menjawab: Aku
pernah menanyakan ttg ikhlas itu kpd malaikat Jibril a.s dan beliau menjawab:
Aku pernah bertanya ttg hal itu kepada Alloh Rabbul 'Izzaah, dan IA menjawab: "IKHLAS
ialah RAHASIA di antara rahasia-rahasiaKU yg Kutitipkan di hati hambaKU yg Aku
cintai."
Ikhlas itu
berbeda/bertingkat sesuai dengan perbedaan orang yang beramal.
Keikhlasan orang yang bersungguh-sungguh
dalam ibadah, dan amal perbuatan itu telah bersih dari pada riya' yang nampak
ataupun yang tersembunyi, sedang tujuan amal perbuatan mereka selalu hanya
pahala yang dijanjikan oleh Allah kepada hamba-Nya ,dan supaya diselamatkan
dari neraka-Nya.
Keikhlasan
orang-orang yang cinta kepada Alloh, yang beramal hanya karena mengagungkan
Alloh,karena hanya Alloh dzat yang wajib di Agungkan, tidak karena pahala atau
selamat dari siksa neraka. Sayyidah Robi’ah al-‘Adawiyyah bermunajat pada
Alloh: Ya Alloh, saya beribadah kepadamu bukan karena takut nerakamu, dan juga
tidak karena cinta dengan surgamu. Perkataan ini masih mengnggap dirinya yang
beribadah(mengaku bisa beribadah).
Keikhlasan
orang –orang yang sudah Ma’rifat kepada Alloh. Mereka selalu melihat kepada
Alloh, gerak dan diamnya badan dan hatinya itu semua atas kehendak Alloh,
mereka tidak merasa kalau bisa beramal,kecuali diberi pertolongan oleh Alloh,
tidak sebab daya kekuatan dirinya sendiri.
11. “Hati-hati dengan keterkenalan”
٭
اِدْفن وُجُودَك فى ارضِ الخُمول. فما نبتَ مِمَّالم يُدفن لايتِمُّ نِتاجهُ ٭
11."Tanamlah
dirimu dalam tanah kerendahan, sebab tiap sesuatu yang tumbuh namun tidak
ditanam, maka tidak sempurna hasil buahnya."
Tidak
ada sesuatu yang lebih berbahaya bagi seorang yang beramal, dari pada
menginginkan kedudukan dan terkenal pergaulannya di tengah-tengah masyarakat.
Dan ini termasuk keinginan hawa nafsu yang utama.
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang
merendahkan diri, maka Alloh akan memuliakannya dan barang siapa yang sombong,
Alloh akan menghinanya.
Ibrahim
bin Adham radhiallohu 'anhu berkata: "Tidak benar tujuan kepada Alloh,
siapa yang ingin terkenal."
Ayyub
as-Asakhtiyani radhiallohu 'anhu berkata: "Demi Alloh tidak ada seorang
hamba yang sungguh-sungguh ikhlas pada Alloh, melainkan ia merasa senang,
gembira jika ia tidak mengetahui kedudukan dirinya."
Mu'adz
bin Jabal berkata: Rasululloh shallallohu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya sedikit
riya' itu sudah termasuk syirik. Dan barangsiapa yang memusuhi wali Alloh, maka
telah memusuhi Alloh. Dan sesungguhnya Alloh mencintai orang-orang yang
bertaqwa yang tersembunyi [tidak terkenal], yang bila tidak ada, tidak dicari
dan bila hadir tidak dipanggil dan tidak dikenal. Hati mereka bagai pelita
hidayat, mereka terhindar dari segala kegelapan dan kesukaran."
Abu
Hurairoh rodhiallahu 'anhu berkata: Ketika kami di majlis Rasululloh
shallallohu 'alaihi wasallam, tiba-tiba Rasululloh bersabda: Besok
pagi akan ada seorang ahli surga yang sholat bersama kamu. Abu
Hurairoh berkata: Aku berharap semoga akulah orang yang ditunjuk oleh
Rasululloh shallallohu 'alaihi wasallam itu. Maka pagi-pagi aku shalat di
belakang Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam dan tetap tinggal di majlis
setelah orang-orang pada pulang. Tiba-tiba ada seorang budak hitam berkain
compang-camping datang berjabat tangan pada Rasululloh shallallohu 'alaihi
wasallam sambil berkata: Wahai Nabi Alloh! Do’akan semoga aku mati syahid. Maka
Rasululloh shollallohu 'alaihi wasallam berdoa, sedang kami mencium bau kasturi
dari badannya. Kemudian aku bertanya: Apakah orang itu wahai Rasululloh? Jawab
Nabi: Ya benar. Ia seorang budak dari bani fulan. Abu Hurairoh
berkata: Mengapa engkau tidak membeli dan memerdekakannya wahai Nabi Alloh?
Jawab Nabi: Bagaimana aku akan dapat berbuat demikian, sedangkan Alloh
akan menjadikannya seorang raja di surga. Wahai Abu Hurairoh! Sesungguhnya di
surga itu ada raja dan orang-orang terkemuka, dan ini salah seorang raja dan
terkemuka. Wahai Abu Hurairoh! Sesungguhnya Alloh mengasihi, mencintai
makhluknya yang suci hati, yang samar, yang bersih, yang terurai rambut, yang
kempes perut kecuali dari hasil yang halal, yang bila akan masuk kepada raja
tidak diizinkan, bila meminang wanita bangsawan tidak akan diterima, bila tidak
ada tidak dicari, bila hadir tidak dihiraukan, bila sakit tidak dijenguk,
bahkan ia meninggal tidak dihadiri jenazahnya.
Para
sahabat bertanya: Tunjukkan kepada kami wahai Rasululloh salah seorang dari
mereka? Jawab Nabi: Uwais al-Qorany, seorang berkulit
coklat, lebar kedua bahunya, tingginya agak sedang dan selalu menundukkan
kepalanya sambil membaca al-Qur'an, tidak terkenal di bumi tetapi terkenal di
langit, andaikan ia bersungguh-sungguh memohon sesuatu kepada Allah pasti
diberinya. Di bawah bahu kirinya berbekas. Wahai Umar dan Ali! Jika kamu
bertemu padanya, maka mintalah kepadanya supaya memohonkan ampun untukmu.
12. “ ‘UZLAH”
٭
مانفعَ القَلبَ شَيءٌ مثلُ عُزْلةٍ يَدْخُلُ بها ميدان فِكرةٍ ٭
12."Tidak
ada sesuatu yang sangat berguna bagi hati [jiwa], sebagaimana menyendiri untuk
masuk ke medan tafakur."
Seorang
murid/salik kalau benar-benar ingin wushul kepada Alloh, pastilah ia berusaha
bagaimana supaya hatinya tidak lupa pada Alloh, bisa selalu mendekatkan diri
kepada Alloh. Dalam usaha ini tidak ada yang lebih bermanfaat kecuali uzlah
(menyendiri dari pergaulan umum), dan dalam kondisi uzlah murid mau
Tafakkur(berfikir tentang makhluknya Alloh, kekuasaan Alloh, keagungan Alloh,
keadilan Alloh dan belas kasih nya Alloh) yang bisa menjadikan Hati timbul rasa
takdhim kepada Alloh. Menambah keyaqinan dan ketaqwaan kepada Alloh.
Adapun
bahayanya murid yang tidak uzlah itu banyak sekali,
Rosululloh
shollallohu 'alaihi wasallam bersabda: "Perumpamaan seorang
sahabat yang tidak baik, bagaikan pandai besi yang membakar besi, jika kamu
tidak terkena oleh percikan apinya, maka kamu terkena bau busuknya."
Alloh
Ta'ala mewahyukan kepada Nabi Musa alaihissalam: "Wahai
putra Imran! Waspadalah selalu dan pilihlah untuk dirimu seorang sahabat
[teman], dan sahabatmu yang tidak membantumu untuk membuat taat kepada-Ku, maka
ia adalah musuhmu."
Dan
juga Alloh mewahyukan kepada Nabi Dawud alaihissalam: "Wahai Dawud!
Mengapakah engkau menyendiri? Jawab Dawud: Aku menjauhkan diri dari makhluk
untuk mendekat kepada-Mu. Maka Alloh berfirman: Wahai Dawud!
Waspadalah selalu, dan pilihlah untukmu sahabat, dan tiap sahabat yang tidak
membantu untuk taat kepada-Ku, maka itu adalah musuhmu, dan akan menyebabkan
membeku hatimu serta jauh dari-Ku."
Nabi
Isa alaihissalam bersabda: "Jangan berteman dengan orang-orang yang
mati, niscaya hatimu akan mati. Ketika ditanya: Siapakah orang-orang yang mati
itu? Nabi Isa memjawab: Mereka yang rakus kepada dunia.”
Rosululloh
shollallohu 'alaihi wasallam bersabda: "Yang paling aku
khawatirkan pada umatku, ialah lemahnya iman dan keyakinan."
Nabi
Isa alaihissalam bersabda: "Berbahagialah orang yang perkataanya
dzikir, diamnya tafakur dan pandangannya tertunduk. Sesungguhnya orang yang
sempurna akal ialah yang selalu mengoreksi dirinya, dan selalu menyiapkan bekal
untuk menghadapi hari setelah mati."
Sahl
at-Tustary radhiallahu 'anhu berkata: "Kebaikan itu terhimpun dalam empat
macam, dan dengan itu tercapai derajat wali [di samping melakukan semua
kewajiban-kewajiban agama], yaitu: 1. Lapar. 2. Diam. 3. Menyendiri 4. Bangun
tengah malam [sholat tahajjud].
13. “Resiko Hati yang keruh”
٭ كيف
يُشْرقُ قلبٌ صُوَرُالاَكوَانِ مُنطبِعَة ٌ فى مِرْاَته ؟ ام كيفَ يرحلُ الى الله
وهو مُكبَّلٌ بِشهواتِهِ ؟ ام كيفَ يَطمعُ ان يَدْخُلَ حَضرَةَ اللهِ وهو لم
يتطهَّرْ من جنابةِ غفلاتهِ ؟ ام كيفَ يرجُواَنْ يَفهَمَ د قاءـقَ الاسراَرِ وهُوَ
لمْ يَتـُبْ من هفَوَاتِهِ؟ ٭
13."Bagaimana
akan dapat bercahaya hati seseorang yang gambar dunia ini terlukis dalam cermin
hatinya. Bagaimana berangkat menuju kepada Allah, padahal ia masih
terbelenggu oleh nafsu syahwat. Bagaimana akan dapat masuk menjumpai Allah,
padahal ia belum bersih dari kelalaian. Bagaimana ia berharap akan mengerti
rahasia yang halus dan tersembunyi, padahal ia belum taubat dari
kekeliruannya."
Dalam
hikmah ke 13 ini menjadi kelanjutan hikmah sebelumnya (12) yang menerangkan
tentang pentingnya Uzlah, sedang hikmah 13 memperingatkan Uzlah jasad (tubuh)
saja tidak akan ada artinya jika hatinya tidak ikut ber-Uzlah, hatinya masih
bebas dan dipenuhi empat perkara :
1. Gambaran, ingatan, keinginan terhadap
benda(dunia), seperti harta, wanita,pangkat jabatan dll.
2. Syahwat,keinginan yang melupakan Alloh.
3. Kelalaian dari dzikir kepada Alloh.
4. Dosa-dosa yang tidah di basuh dengan Taubat.
Jadi
seorang murid yang ingin wushul kepada Alloh harus membersihkan dari empat
perkara tersebut.
Karena
Berkumpulnya dua hal yang berlawanan pada saat besamaan dalam satu tempat dan
waktu itu mustahil [tidak mungkin], sebagaimana berkumpulnya antara diam dan
gerak, antara cahaya terang dan gelap. Demikian pula cahaya iman berlawanan
dengan gelap yang disebabkan karena selalu masih berharap kepada sesuatu selain
Alloh. Demikian pula mengembara menuju kepada Alloh harus bebas dari belenggu
hawa nafsu supaya dapat sampai kepada Alloh azza wajalla. Alloh berfirman:
"Bertakwalah kepada Alloh dan Alloh akan mengajarkan kepadamu segala
kebutuhanmu."
Rosulullah
shollallohu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa mengamalkan apa
yang telah diketahui, maka Allah akan mewariskan kepadanya pengetahuan yang
belum diketahui."
Imam
Ahmad bin Hambal rodhiallohu 'anhu bertemu dengan Ahmad bin Abi Hawari dan
berkata: Ceritakanlah kepada kami apa-apa yang pernah engkau dapat dari gurumu
Abu Sulaiman. Jawab Ahmad bin Abi Hawari: Bacalah Subhanallah tapi tanpa rasa
kekaguman. Setelah dibaca oleh Ahmad bin Hambal: "Subhanallah". Maka
Ibnu Hawari berkata: Aku telah mendengar Abu Sulaiman berkata: Apabila hati
[jiwa] manusia benar-benar berjanji akan meninggalkan semua dosa, niscaya akan
terbang ke alam malakut, kemudian kembali membawa berbagai ilmu yang penuh
hikmah tanpa memerlukan lagi guru. Ahmad bin Hambal setelah mendengar keterangan
itu langsung ia berdiri dan duduk ditempatnya berulang-ulang sampai tiga kali,
lalu berkata: Belum pernah aku mendengar keterangan serupa ini sejak aku masuk
Islam. Ia sungguh merasa puas dan sangat gembira menerima keterangan itu,
lalu
ia membaca hadits: "Man amila bima alima warrotsahullohu ilma maa
lam ya'lam." Barangsiapa yang mengamalkan apa yang telah
diketahui, maka Alloh akan mewariskan kepadanya pengetahuan yang belum
diketahui.
14. “Alam terang karena Nur Ilahi”
٭
الكَونُ كلُّهُ ظُلمة ٌ واِنّمَا اَناَرَهُ ظُهُورُالحَقِّ فيه فمن رأى الكَوْنَ
ولم يَشْهَدْهُ فيهِ اوعِندهُ اوقَبْله اوبَعْدهُ فقد اَعوزَهُ وجودُ الانوَرِ
وحُجِبتْ عَنه شموس المعارفِ بِسُحُبِ الاثارِ ٭
14."Alam
itu semuanya dalam kegelapan, sedangkan yang meneranginya, hanya karena
dhohirnya Al-haq [Alloh] padanya, maka barangsiapa yang melihat alam, lantas
tidak melihat Alloh di dalamnya, atau didekatnya, atau sebelumnya, atau
sesudahnya, maka sungguh ia telah disilaukan oleh nur [cahaya], dan tertutup
baginya surya [nur-cahaya] ma'rifat oleh tebalnya benda-benda alam ini."
Alam
semesta yang mulanya tidak ada dan memang gelap, sedang yang menampakkannya
sehingga berupa kenyataan, hanya kekuasaan Alloh padanya, karena itu
barangsiapa yang melihat sesuatu benda alam ini, lantas tidak terlihat olehnya
kebesaran dan kekuasaan Alloh yang ada pada benda itu, sebelum atau sesudahnya,
berarti ia telah disilaukan oleh cahaya. Bagaikan ia melihat cahaya yang terang
benderang, lalu ia mengira tidak ada bola yang menimbulkan cahaya itu. Maka
semua seisi alam ini bagaikan cahaya, sedang yang hakiki [sebenarnya] terlihat
itu semata-mata kekuasaan dzat Alloh subhanahu wata'ala.
Arti
melihat Alloh didalam AL-KAUN (alam) yaitu:segala sesuatu yang ada ini berjalan
menurut hukum Alloh, jadi hatinya hamba ketika melihat alam, langsung dia tahu
Alloh yang membuat. ALLOHU KHOOLIQU KULLI SYAI’(Alloh-lah yang menciptakan
segala sesuatu). Tidak melihat sebab-musababnya.
Melihat
Alloh didekat AL-KAUN (alam) yaitu: sadar kalau Alloh-lah yang mengurusi dan
mengatur semuanya sesuai dengan kehendakNya, dengan kesadaran yang seperti ini
hati akan terdorong untuk selalu muroqobah dengan rasa syukur dan selalu
berusaha melaksanakan kewajiban dari Alloh, dan akhirnya akan hilang
kesenangan-kesenangan nafsu.
Melihat
Alloh sebelum AL-KAUN (alam)sebelum sesuatu diwujudkan yaitu: melihat kita
melakukan sesuatu yang di inginkan itu tidak akan terjadi tanpa dikehendaki
oleh Alloh. Dengan kesadaran seperti ini hati bisa bertawakkal(menyerahkan
semua pada Alloh atas apa yang di inginkan.karena yaqin semua yang wujud itu
pasti Alloh yang mewujudkan.
Melihat
Alloh sesudah AL-KAUN (alam) yaitu:sebab melihat Alloh hamba tidak merasa kalau
dia melakukan sesuatu/amal, karena sadar bahwa Alloh-lah yang menjadikan amal
itu.
15-24. “BUKTI KEKUASAAN ALLOH”
٭
مِمَّايَدُلُّكَ على وجُودِ قهرِهِ سُبْحانهُ ان حجبكَ عَنهُ بما ليسَ بموجُودٍ
معهُ ٭
15."Di
antara bukti-bukti yang menunjukkan adanya kekuasaan Alloh yang luar biasa,
ialah dapat menghijab engkau dari pada melihat kepada-Nya dengan hijab tanpa
wujud di sisi Alloh."
Sepakat
para orang-orang arif, bahwa segala sesuatu selain Alloh tidak ada artinya,
tidak dapat disamakan adanya sebagaimana adanya Allah, sebab adanya alam
terserah kepada karunia Alloh, bagaikan adanya bayangan yang tergantung selalu
kepada benda yang membayanginya. Maka barangsiapa yang melihat bayangan dan
tidak melihat kepada yang membayanginya, maka di sinilah terhijabnya. Alloh
berfirman: "segala sesuatu rusak binasa kecuali dzat Alloh." Rosulullah
shollallohu 'alaihi wasallam membenarkan ucapan seorang penyair yang berkata:
''Camkanlah!Bahwa segala sesuatu selain Alloh itu palsu belaka. Dan tiap nikmat
kesenangan dunia, pasti akan binasa.]
٭ كيفَ
يتصوَّرُ ان يحجبهُ شيىءٌ وهوالذى اظهركلَّ شيىءٍ ٭
16."Bagaimana
dapat dibayangkan bahwa Allah dapat dihijab [dibatasi tirai] oleh sesuatu
padahal Alloh yang menampakkan [mendhohirkan] segala sesuatu."
٭ كيفَ
يتصوَّرُ ان يحجبهُ شيىءٌ وهوالذى ظَهربِكلّ شيىءٍ ٭
17."Bagaimana
mungkin akan dihijab oleh sesuatu, padahal Dia [Alloh] yang tampak [dhohir]
pada segala sesuatu."
٭ كيفَ
يتصوَّرُ ان يحجبهُ شيىءٌ وهوالذى ظهرفى كلّ شيىءٍ ٭
18."Bagaimana
akan mungkin dihijab oleh sesuatu, padahal Dia [Alloh] yang terlihat dalam tiap
sesuatu."
٭ كيفَ
يتصوَّرُ ان يحجبهُ شيىءٌ وهوالذى ظهرلِكلّ شيىءٍ ٭
٭ كيفَ
يتصوَّرُ ان يحجبهُ شيىءٌ وهو الظاهرقبل وجودِ كلّ شيىءٍ ٭
19."Bagaimana
akan dapat ditutupi oleh sesuatu, padahal Dia [Alloh] yang tampak pada tiap
sesuatu. Bagaimana mungkin akan dihijab oleh sesuatu, padahal Dia [Alloh] yang
ada dhohir sebelum adanya sesuatu."
٭ كيفَ
يتصوَّرُ ان يحجبهُ شيىءٌ وهو اَظَْهرمن كلّ شيىءٍ ٭
20."Bagaimana
akan mungkin dihijab oleh sesuatu, padahal Dia [Alloh] lebih jelas dari segala
sesuatu."
٭ كيفَ
يتصوَّرُ ان يحجبهُ شيىءٌ وهوالواحد الذى ليسَ معهُ شيىءٍ ٭
21."Bagaimana
mungkin akan dihijab oleh sesuatu, padahal Dia [Alloh] yang tunggal yang tidak
ada di samping-Nya sesuatu apapun."
٭ كيفَ
يتصوَّرُ ان يحجبهُ شيىءٌ وهواقربُ ا ِليكَ من كلّ شيىءٍ ٭
22."Bagaimana
akan dihijab oleh sesuatu, padahal Dia [Alloh] lebih dekat kepadamu dari segala
sesuatu."
٭ كيفَ
يتصوَّرُ ان يحجبهُ شيىءٌ ولولاه ماكان وجودُ كلّ شيىءٍ ٭
23."Bagaimana
mungkin akan dihijab oleh sesuatu, padahal seandainya tidak ada Alloh, niscaya
tidak akan ada segala sesuatu."
Alloh
itu dzat yang mendhohirkan segala sesuatu, bagaimana mungkin sesuatu itu bisa
menutupi/menghijab-Nya.
Alloh
itu dzat yang nyata pada segala sesuatu, bagaimana bisa Dia tertutupi,
Alloh
itu dzat yang maha Esa, tidak ada sesuatu yang bersama-Nya, bagaimana mungkin
Dia dihijab oleh sesuatu yang tidak wujud disamping-Nya.
Demikian
tampak jelas sifat-sifat Alloh pada tiap-tiap sesuatu di alam ini, yang semua
isi alam ini sebagai bukti kebesaran, kekuasaan, keindahan, kebijaksanaan dan kesempurnaan
dzat Alloh yang tidak menyerupai sesuatu apapun dari makhluknya. Sehingga bila
masih ada manusia yang tidak mengenal Alloh [tidak melihat Alloh], maka
benar-benar ia telah silau oleh cahaya yang sangat terang, dan telah terhijab
dari nur ma'rifat oleh awan tebal yang berupa alam sekitarnya.
٭ يا
عجبا كيفَ يظهرُالوجودُفى العدمِ ، ام كيفَ يَثبُتُ الحادثُ معَ من لهُ وَصفُ
القِدَمِ ٭
24."Sungguh
sangat ajaib, bagaimana tampak wujud dalam ketiadaan, atau bagaimana dapat
bertahan sesuatu yang hancur itu, di samping dzat yang bersifat qidam."
25. “TANDA-TANDA KEBODOHAN”
٭
ماتركَ من الجهلِ شيْـءـاًمن ارادَ ان يُحدِثَ فى الوَقتِ غيرَمااظهرهُ اللهُ فيهِ
٭
25."Tiada
meninggalkan sedikitpun dari kebodohan, barangsiapa yang berusaha akan
mengadakan sesuatu dalam suatu masa, selain dari apa yang dijadikan oleh Alloh
di dalam masa itu."
Sungguh
amat bodoh seorang yang mengadakan sesuatu yang tidak dikehendaki oleh Alloh.
Pada Hikmah lain ada keterangan: Tiada suatu saat pun yang berjalan melainkan
di situ pasti ada takdir Alloh yang dilaksanakan.
Alloh
berfirman: "Tiap hari Dia [Alloh] menentukan urusan."
Menciptakan, menghidupkan, mematikan, memuliakan, menghinakan dan lain-lain.
Maka sebaiknya seorang hamba menyerah dengan ikhlas kepada hukum ketentuan Alloh
pada tiap saat, sebab ia harus percaya kepada rahmat dan kebijaksanaan
kekuasaan Alloh.
26. “JANGAN MENUNDA AMAL”
٭
اِحالتكَ الاَعمالِ علىٰ وجودِ الفراغِ من رعوناتِ النـَّفـْسِ ٭
26."Menunda
amal perbuatan [kebaikan] karena menanti kesempatan lebih baik, suatu tanda
kebodohan yang mempengaruhi jiwa.
Seorang
murid apabila terlalu disibukkan dengan urusan dunianya, yang bisa menghalangi
amal yang menyebabkan dekat dengan Alloh, sehingga dia menangguhkan amal
menunggu kesempatan yang tidak sibuk itu dinamakan kumprung/kebodohan.
Kebodohan itu
disebabkan oleh: 1. Karena ia mengutamakan duniawi. Padahal Alloh subhanahu
wata’ala berfirman: ‘’Tetapi kamu mengutamakan kehidupan dunia, padahal
akhirat itu lebih baik dan kekal selamanya.’’
2.
Penundaan amal itu kepada masa yang ia sendiri tidak mengetahui apakah ia akan
mendapatkan kesempatan itu atau kemungkinan ia akan dijemput oleh maut yang
setiap saat selalu menantinya.
3.
Kemungkinan azam, niat dan hasrat itu menjadi lemah dan berubah. Seorang penyair
berkata: ‘’Janganlah menunda sampai besok, apa yang dapat engkau kerjakan hari
ini. Waktu sangat berharga, maka jangan engkau habiskan kecuali untuk sesuatu
yang berharga.
27. “JANGAN MINTA DIPINDAH DARI SATU MAQOM KE MAQOM LAIN”
٭
لاتَطلُبْ منهُ ان يُخرِجكَ من حالةٍ ليَسْتعملكَ فيماَ سِواها فلوارَادكَ
لاسْتَعْملك من غير اِخرَاجٍ ٭
27."Jangan
engkau meminta kepada Alloh supaya dipindahkan dari suatu masalah kepada
masalah yang lain, sebab sekiranya Alloh menghendakinya tentu telah memindahkanmu,
tanpa merubah keadaan yang terdahulu."
Dalam
suatu hikayat: Ada seorang yang salik, dia bekerja mencari nafkah dan beribadat
dengan tekun, lalu ia berkata dalam hatinya: Andaikata aku bisa mendapatkan
untuk tiap hari, dua potong roti, niscaya aku tidak susah bekerja dan melulu
beribadat. Tiba-tiba ia tanpa ada masalah tiba-tiba ia ditangkap dan dipenjara,
dan tiap hari ia menerima dua potong roti, kemudian setelah beberapa lama ia
merasa menderita dalam penjara, ia berpikir: Bagaimana sampai terjadi demikian
ini? Tiba-tiba ia mendengar suara yang berkata: Engkau minta dua potong roti,
dan tidak minta keselamatan, maka Kami [Alloh] menerima dan memberi apa yang
engkau minta. Setelah itu ia memohon ampun dan membaca istighfar, maka seketika
itu pula pintu penjara terbuka dan ia dibebaskan dari penjara. Sebab Alloh
menjadikan manusia dengan segala kebutuhannya, sehingga tidak perlu manusia
merasa khawatir, ragu dan jemu terhadap sesuatu pemberian Alloh, walaupun
berbentuk penderitaan pada lahirnya, sebab hakikatnya nikmat besar bagi siapa
yang mengetahui hakikatnya, sebab tidak ada sesuatu yang tidak muncul dari
rahmat, karunia dan hikmah Alloh subhanahu wata'ala.
28. “SALIK, JANGAN BERHENTI KARENA GODAAN”
٭
مااَرادتْ هِمّـَة ُ سالكٍ ان تقِفَ عِندَما كُشِفَ لهاَ الاَّونادَتـْهُ
هَوَاتِفُ الحقيقَةِ الَّذى تطْلُبُهُ امامكَ وَلاَ تبَرَّجَتْ ظَواهِرُالمكوّناتِ
الاَّ ونادتكَ حقاَءـقهاَ انَّما نحنُ فِتنةٌ فلا تـكفـُرْ ٭
28."Tiada
kehendak dan semangat orang salik [yang mengembara menuju kepada Alloh] untuk berhenti
ketika terbuka baginya sebagian yang ghoib, melainkan segera diperingatkan oleh
suara hakikat. Bukan itu tujuan, dan teruslah mengembara berjalan menuju ke
depan. Demikian pula tiada tampak baginya keindahan alam, melainkan
diperingatkan oleh hakikatnya: Bahwa kami semata-mata sebagai ujian, maka
janganlah tertipu hingga menjadi kafir."
Arti
SALIK yaitu: menempuh jalan. Yang di maksud Salik disini usaha caranya bisa
Wushul kepada Alloh.
Yang
di maksud WUSHUL disini yaitu : sampai pada tingkatan merasa selalu berada
disisi Alloh, di dekat Alloh, dalam segala kesempatan dan waktu.
Abu
Hasan at-Tustary berkata: "Di dalam pengembaraan menuju kepada Allah
jangan menoleh kepada yang lain, dan selalu ber-dzikir kepada Allah, sebagai
benteng pertahananmu. Sebab segala sesuatu selain Allah, akan menghambat
pengembaraanmu."
Syeih
Abu Hasan [Ali] asy-Syadzily rodhiallohu anhu berkata: "Jika engkau ingin
mendapat apa yang telah dicapai oleh waliyulloh, maka hendaknya engkau
mengabaikan semua manusia, kecuali orang-orang yang menunjukkan kepadamu jalan
menuju Alloh, dengan isyarat [teori] yang tepat atau perbuatan yang tidak
bertentangan dengan Kitabulloh dan Sunnaturrosul, dan abaikan dunia tetapi
jangan mengabaikan sebagian untuk mendapat bagian yang lain, sebaliknya
hendaknya engkau menjadi hamba Alloh yang diperintah mengabaikan musuh-Nya.
Apabila engkau telah dapat melakukan dua sifat itu, yakni: Mengabaikan manusia
dan dunia, maka tetaplah tunduk kepada hukum ajaran Alloh dengan Istiqomah dan
selalu tunduk serta Istighfar." Pengertian keterangan ini: Agar engkau
benar-benar merasakan sebagai hamba Alloh dalam semua yang engkau kerjakan atau
engkau tinggalkan, dan menjaga hati dan perasaan, jangan sampai merasa
seolah-olah di dalam alam ini ada kekuasaan selain Alloh, yakni
bersungguh-sungguh dalam menanggapi dan memahami: "Tiada daya dan kekuatan
sama sekali, kecuali dengan bantuan dan pertolongan Alloh." Maka apabila
masih merasa ada kekuatan diri sendiri berarti belum sempurna mengaku diri hamba
Alloh. Sebaliknya bila telah benar-benar mantap perasaan La haula wala Quwwata
illa billah itu, dan tetap demikian beberapa lama, niscaya Alloh membukakan
untuknya pintu rahasia-rahasia yang tidak pernah di dengar dari manusia seisi
alam.
29. “JANGAN MENUDUH ALLOH”
٭
طلبُكَ منهُ اِتـِّهامٌ لهُ وطلَبُكَ لهُ غيْبَة ٌمنكَ عنـْهُ وطلبكَ
لغيرِهِ لقِلَّةِ حياءـكَ منهُ وطلَبُكَ من غيرهِ لِوُجُودِ بُعْدِكَ عَنْهُ ٭
29."Permintaanmu
dari Alloh mengandung pengertian menuduh Alloh, khawatir tidak
memberimu. Dan engkau memohon kepada Alloh supaya mendekatkan dirimu
kepada-Nya, berarti engkau masih merasa jauh dari pada-Nya”.
Dan
engkau memohon kepada Alloh untuk mencapai kedudukan dunia dan akhirat,
membuktikan tiada malunya engkau kepada-Nya, dan permohonanmu kepada sesuatu
selain dari Alloh menunjukkan engkau jauh dari pada-Nya. Permohonan seorang
hamba kepada Alloh terbagi dalam empat macam, dan kemudian kesemuanya itu tidak
tepat bila diteliti dengan seksama dan mendalam. Permintaan kepada Alloh
mempunyai pengertian menuduh, sebab sekiranya ia percaya bahwa Alloh akan
memberi tanpa minta, ia tidak akan minta, disebabkan karena khawatir tidak
diberi apa yang dibutuhkannya menurut pendapatnya, atau menyangka Alloh
melupakannya, dan lebih jahat lagi bila ia merasa berhak, tetapi oleh Alloh
belum juga diberi. Dan permintaanmu untuk taqarrub, menunjukkan bahwa engkau
merasa ghaib dari pada-Nya. Sedang permintaanmu sesuatu dari
kepentingan-kepentingan duniawi membuktikan tiada malunya engkau dari pada-Nya,
sebab sekiranya engkau malu dari Alloh tentu tidak merasa ada kepentingan
bagimu selain mendekat kepada-Nya. Sedang bila engkau minta dari sesuatu selain
Alloh, membuktikan jauhmu dari pada-Nya, sebab sekiranya engkau mengetahui
bahwa Alloh dekat kepadamu, tentu engkau tidak akan meminta selain kepada-Nya.
Kecuali permintaan yang semata-mata untuk menurut perintah Alloh, karena hanya
inilah yang benar.
30. “SEMUA ATAS TAQDIR ALLOH”
٭ مامنْ
نفسٍ تـُبْدِيه الاَ ولهُ قدرٌ فيكَ يُمضيهِ ٭
30."Tiada
suatu nafas terlepas dari padamu, melainkan di situ pula ada takdir Alloh yang
berlaku atas dirimu."
Sebab
tiap nafas hidup manusia pasti terjadi suatu taat atau maksiat, nikmat atau
musibah [ujian]. Berarti nafas yang keluar sebagai wadah bagi sesuatu kejadian,
karena itu jangan sampai nafas itu terpakai untuk maksiat dan perbuatan
terkutuk oleh Alloh subhanahu wata'ala.
31. “JANGAN MENUNGGU KESEMPATAN”
٭
لاتترَقـَّبْ فُرُوغ َالاغيارِ فَاِنَّ ذٰلكَ يَقطَعكَ عن وجودِ المراقبةِ لهُ
فيماَ هُوَ مقِيمُكَ فيهِ ٭
31."Jangan
menantikan habisnya penghalang-penghalang untuk lebih mendekat kepada Alloh,
sebab yang demikian itu akan memutuskan engkau dari kewajiban menunaikan hak
terhadap apa yang Alloh telah mendudukkan engkau di dalamnya. [Sebab yang
demikian itu memutuskan kewaspadaanmu terhadap kewajibanmu]."
Yang dituntut bagi
salik, yaitu selalu melakukan amal ibadah, dan selalu mengawasi taqdirnya Alloh
pada amal yang kau kerjakan, jangan terpengaruh dengan apa-apa yang menjadikan
kau ragu dan penghalang-penghalangnya ibadah.
Abdulloh
bin Umar rodhiyallohu 'anhu berkata: "Jika engkau berada di waktu senja,
maka jangan menunggu tibanya pagi, demikian pula jika engkau berada di waktu
pagi, jangan menunggu sore hari. Pergunakanlah kesempatan di waktu muda, sehat,
kuat dan kaya untuk menghadapi masa tua, sakit, lemah dan miskin."
Sahl
bin Abdullah at-Tustary berkata: "Jika tiba waktu malam maka jangan
mengharap tibanya siang hari, sehingga engkau menunaikan hak Alloh, waktu malam
itu. Dan menjaga benar-benar hawa nafsumu, demikian pula bila engkau berada
pada pagi hari." Allah berfirman: "Kami [Alloh] akan
menguji kamu dengan kejahatan dan kebaikan, sebagai ujian dan kepada Kami kamu
akan dikembalikan." [QS. al-Anbiyaa 35]. Kadangkala ujian itu
berupa, sehat, sakit, kesulitan, kelapangan, kekayaan dan kemiskinan. Ujian
keyakinan terhadap Alloh subhanahu wata'ala, sampai di mana ia mensyukuri
nikmat dan bagaimana ia bersabar menghadapi musibah.
32. “SIFATNYA DUNIA”
٭
لاَتسْتغـْرِبْ وقـُوعَ الاَكداَرِ
مادُمتَ فى هٰذِهِ الدَّار فإنـَّهَا ماأبْرزَتْ الاَّماهُوَ مُسْتَحِقّ ُوصْفِها
وواجِبُ نَعْتِهَا ٭
32."Jangan heran atas
terjadinya kesulitan-kesulitan selama engkau masih di dunia ini, sebab ia tidak
melahirkan kecuali yang layak dan murni sifatnya."
Abdulloh
bin Mas'ud rodhiyallohu 'anhu berkata: "Dunia ini adalah penderitaan dan
duka cita, maka apabila terdapat kesenangan di dalamnya, berarti itu hanyalah
sebuah keberuntungan."
Syeikh Jafar
As-shoddiq rodhiyallohu 'anhu berkata:
من طلب مالم يُخلق اتعبَ نفسه ولم يُرزق. قيل له : وما ذاك؟
قال: الراحة فى الدنياَ
"Barangsiapa
meminta sesuatu yang tidak dijadikan oleh Alloh, berarti ia melelahkan dirinya
dan tidak akan diberi. Ketika ditanya: Apakah itu? Jawabnya: Kesenangan di
dunia."
Syeikh Junaid
al-Baghdadi rodhiyallohu anhu berkata: "Aku tidak merasa terhina apa yang
menimpa diriku, sebab aku telah berpendirian, bahwa dunia ini tempat
penderitaan dan ujian dan alam ini dikelilingi oleh bencana, maka sudah
selayaknya ia menyambutku dengan segala kesulitan dan penderitaan, maka apabila
ia menyambut aku dengan kesenangan, maka itu adalah suatu karunia dan
kelebihan.
"
Rosululloh shollallohu 'alaihi wassalam berkata kepada Abdulloh bin Abbas: Jika
engkau dapat beramal karena Alloh dengan ikhlas dan keyakinan, maka
laksanakanlah dan jika tidak dapat, maka sabarlah. Maka sesungguhnya sabar
menghadapi kesulitan itu suatu keuntungan yang besar."
Umar
bin Khottob radhiyallohu 'anhu berkata kepada orang yang dinasehatinya:
"Jika engkau sabar, maka hukum [ketentuan - takdir] Alloh tetap berjalan
dan engkau mendapat pahala, dan apabila engkau tidak sabar tetap berlaku
ketentuan Alloh sedang engkau berdosa." Maka apapun yang menimpa dirimu
tetaplah berserah diri kepada Alloh dengan penuh kesabaran, sebab ketentuan
Alloh pasti akan terjadi padamu.
33. “BERSANDARLAH KEPADA ALLOH”
٭
ماتوَقـَّفَ مطلبٌ انتَ طَالبُهُ بِرَبِّكَ ولاتَيَسَّرَ مطلَبٌ انتَ طالبهُ
بِنفسِكَ ٭
33."Tidak
akan terhenti suatu permintaan yang semata-mata engkau sandarkan kepada karunia
[kekuasaan] Tuhanmu, dan tidak mudah tercapai permintaan yang engkau sandarkan
kepada kekuatan dan daya upaya serta kepandaian dirimu sendiri."
Siapa yang
menyampaikan semua hajat-hajatnya kepada Alloh, pasrah dan bergantung hanya
pada Alloh, maka Alloh akan mendekatkan yang jauh, memudahkan yang sulit dan
memberi keberhasilan pada hajatnya.
Dan
barang siapa mengandalkan kepandean, kekuatannya sendiri, maka Alloh akan
menyerahkan hajatnya itu pada mereka sendiri.dan Alloh akan menghinakan mereka
dan semua hajatnya tidak akan berhasil.
34-35. “PERMULAAN MENENTUKAN AHIRNYA”
٭ مِن
علاماتِ النـَّجْحِ فى النهاَياتِ الرُجُوعُ الى اللهِ فى البِدَايات ٭
34."Suatu
tanda akan lulusnya seseorang pada akhir perjuangannya, jika selalu tawakkal,
menyerahkan kepada Alloh sejak awal perjuangannya."
Siapa
saja yang memperbaiki suluknya pada permulaan dengan kembali kepada Alloh,
pasrah, dan minta pertolaongan hanya kepada Alloh supaya diberi bisa wushul
kepada-Nya, dan tidak mengandalkan amalnyanya yang berpenyakit, maka pada
ahirnya akan mendapat kelulusan bisa wushul kepada Alloh, dan diberi
keselamatan tidak putus di tengah jalan.
Seorang
arif berkata: Barangsiapa menyangka bahwa ia akan dapat sampai kepada Allah
dengan perantaraan sesuatu selain dari pada Allah, pasti akan putus karenanya.
Dan barangsiapa dalam ibadahnya bersandar pada kekuatan dirinya, tidak
diserahkan kepada Allah, hanya sampai di situ saja, dan tidak mencapai
bagian-bagian yang hanya dapat dicapai dengan tawakkal dan menyandarkan diri
kepada Alloh.
٭ مَنْ
اَشـْرَقت بدايَتـُهُ اشرَقَتْ نِهاَيَتـُهُ ٭
35."Barangsiapa
yang bersinar terang dengan taat dimasa permulaannya [salik], pasti akan
bersinar terang pula di masa akhirnya dengan cahaya [nur] ma'rifat."
Barangsiapa
yang kuat tawakkalnya dimasa permulaan [bidayah], maka akan bersinar terang
terus hingga masa sampainya ke hadirat Tuhannya.
36. “ANGGOTA LAHIR SEBAGAI CERMIN ANGGOTA BATIN”
٭ماَاسْـتـُودِعَ
فىِ غيْبِ السَّراءـرِ ظهرَ فِى شَهادَةِ الظوَاهِرِ ٭
36.
“Apa yang tersembunyi dalam rahasia ghoib, yaitu berupa Nur ma’rifat dan nur
ilahi, pasti akan ada pengaruhnya di anggota lahir”.
Apabila
dalam hati hamba sudah ada Nur ma’rifat dari Alloh,pengaruhnya Nur tersebut
akan jelas tampak pada anggota lahir, karena keadaan lahir itu bisa menjadi
cermin keadaan batin.
Abu
Hafs berkata: Bagusnya adab kesopanan lahir, membuktikan adanya adab yang
didalam batin.
Rosululloh
saw. Ketika melihat seorang yang memain-mainkan tangannya ketika sholat, maka
Rosululloh saw. Bersabda : Lau-khosya’a qolbuhu lakhosya-‘at
jawarikhuhu. (andaikan khusyu’ hati orang itu, niscaya khusyu' semua anggota
badannya.”
Abu
Tholib al-makky barkata: Alloh telah menunjukkan tanda bukti orang kafir, yaitu
bila disebut nama Alloh mereka mengejek dan enggan tidak mau menerimanya.
Alloh
berfirman :” Apabila disebut nama Alloh saja (sendiri), cemas dan muak
hati orang-orang yang tidak percaya kepada akhirat, sebaliknya bila disebut
nama-nama selain Alloh mereka gembira, dan menerima dan puas”.Az-zumar.45.
Alloh
menerangkan dalam ayat ini tentang sikap orang-orang kafir, berbeda dengan
sikap orang mukmin, jiwanya merasa puas jika dikatakan, ini semua dari Alloh.
Dan ini semua perbedaan antara iman tauhid dengan syirik.
37. “Perbedaan pandang orang sudah wushul dengan salik”
٭ شتان
بين من يستد لُّ به او يستد لُّ عليهِ . المستدلُّ بهِ عرف الحق َّ لاَهله فاَثبت
الاَمرَ من وجود اَهله . والاِ ستدلالُ عليهِ من عدمِ الوُصولِ اِليهِ. وَالاَّ
فَمتىَ غابَ حتي يُستدلَّ عليهِ ومتىَ بعدَ حتى تكونَ الاَثارَُ هِيَ الَّتيِ
توصِلُ اِليهِ.٭
37."Jauh
berbeda orang yang berpendapat (membuat dalil); adanya Alloh menunjukkan adanya
alam, dengan orang yang berpendapat (membuat dalil); bahwa adanya alam
inilah yang menunjukkan adanya Alloh. Orang yang berpendapat adanya Alloh
menunjukkan adanya alam, yaitu orang yang mengenal hak dan meletakkan pada
tempatnya, sehingga menetapkan adanya sesuatu dari asal mulanya. Sedang orang
yang berpendapat adanya alam menunjukkan adanya Alloh, karena ia tidak sampai
kepada Alloh. Maka kapnkah Alloh itu ghaib sehingga memerlukan dalil untuk mengetahuinya.
Dan kapankah Alloh itu jauh sehingga adanya alam ini dapat menyampaikan
kepadanya."
Orang
yang wushul ila-lloh itu ada dua cara :
1. Muriiduun / Salikuun yaitu: orang yang
mengharapkan bisa wushul kepada Alloh.
2. Murooduun / Majdzubuun yaitu:
orang dikehendaki oleh Alloh atau ditarik oleh Alloh sehingga bisa wushul
kepada Alloh.
Golongan
pertama (Muriiduun / Salikuun) dalam suluknya masih terhalang dari Alloh,
karena mata hatinya masih masih melihat selain Alloh, Alloh masih ghoib dalam mata
hatinya, sehingga dia menggunakan makhluk (selain Alloh) untuk dalil adanya
(wujudnya) Alloh. Lisannya berdzikir, diya yaqin kalau yangmenggerakkan
lisannya berdzikir itu alloh, tapi dia masih memperhatikan lisan dan dzikirnya,
belum memperhatikan Alloh yang menggerakkan lisannya.
Golongan
kedua (Murooduun / Majdzubuun) dia langsung ditarik oleh Alloh dan
dihadapi Alloh, sehingga hilanglah semua makhlk selain Alloh dalam mata
hatinya, semua tidak ada wujudnya, yang wujud hanya Alloh. Tapi ketika dia turun
kebawah lagi(sadar dengan kehidupan dunia) dia tahu semua makhluk itu wujud
karena wujudnya Alloh.
٭
ليُنفق ذوسَعَةٍ من سعَتهِ الوَاصِلوْنَ اِليهِ ومن قدِرَ عليهِ رِزْقهُ السَّا
ءِرُونَ اِليْهِ ٭
38."Hendaknya
membelanjakan tiap orang kaya menurut kekayaannya, ialah mereka yang telah
sampai kepada Alloh. Dan orang yang terbatas rezekinya, yaitu orang sedang
berjalan menuju kepada Alloh."
Orang
yang telah sampai kepada Alloh, karena mereka telah terlepas dari kurungan
melihat kepada sesuatu selain Allah, ke alam tauhid, maka luaslah pandangan
mereka, maka mereka berbuat di alam mereka lebih lapang, sebaliknya orang yang
masih merangkak-rangkak di dalam ilmu dan faham yang terbatas, mereka inipun
mengeluarkan sekedarnya.
39. NURUT-TAWAJJUH (IBADAH)
٭ اِهْتـَدى
الرَّاحِلُوْنَ بِأَنْوَارِ التـَّوَجُّهِ والواصِلوْنَ لهُمْ اَنوارُ الموَجَّهةِ
، فاَلاَوَّلُونَ لِلاََنْوَارِ وَهٰــءـولاَءِ الاَنوَارُ لهُمْ لاَنَّهُمْ للهِ
لاَ لِشيءٍ دونَهُ قُلِ
اللهُ ثـُمَّ ذ َرْهُمْ فى حَوْضِهِمْ يَلْعَبُوْنَ. ٭
39."Orang-orang
salik [yang mengembara menuju kepada Alloh] telah mendapat hidayat dengan nur
[cahaya] ibadah yang merupakan amalan untuk taqarrub [mendekat] kepada Alloh,
sedang orang-orang yang telah sampai, mereka tertarik oleh nur yang langsung
dari Tuhan bukan sebagai hasil ibadah, tetapi semata-mata karunia dan rahmat
Alloh. Maka orang-orang salik menuju ke alam nur, sedangkan yang telah sampai
berkecimpung di dalam nur, sebab orang yang telah sampai itu telah bersih dari
segala sesuatu selain Alloh. Alloh berfirman: "Katakanlah: Alloh, kemudian
biarkan yang lain-lain di dalam kesibukan mereka bermain-main."
Hakikat
tauhid itu bila telah tidak melihat pengaruh-pengaruh sesuatu selain Alloh, dan
inilah yang bernama haqqul-yaqin, dan melihat, merasa adanya pengaruh dari
suatu selain Alloh itu hanya permainan bekaka, dan itu bersifat penipuan atau
munafik. Katakanlah: Alloh, yakni jangan menganggap ada sesuatu selain Alloh
yang dapat engkau harap, engkau takuti dan berkuasa, sebab semua harapan kepada
sesuatu selain Alloh adalah syirik, baik yang nampak ataupun yang samar-samar,
besar ataupun kecil dalam pengertian syirik hampir tiada berbeda.
٭
تَشَوُّفكَ اِلىَ ما بطَنَ فيْكَ مِنَ العُيُوبِ خَيرٌ منْ تَشَوُّفِكَ الى
ماحُجِبَ عَنْكَ منَ الغُيُوبِ ٭
40."Usahamu
untuk mengetahui cela diri yang masih ada di dalam dirimu, itu lebih baik dari
usahamu untuk terbukanya bagimu tirai ghaib”.
Seorang
salik haruslah berusaha selalu melihat cela dan aib yang ada pada diri sendiri,
jangan sampai mempunyai tujuan supaya mengetahui perkara yang ghoib yang
menjadi kemauan hawa nafsu, seperti ingin mengetahui rahasia di hati orang
lain, rahasia taqdir dan lain-lain. Karena itu bisa mencela kehambaanmu kepada
Alloh.
Orang arif berkata:
“Jadilah hamba Alloh yang selalu ingin mencapai Istiqamah, dan jangan menjadi
hamba yang menuntut karomah. Istiqomah adalah menunaikan kewajiban, sedang
karomah adalah menuntut kedudukan. Karomah dan kedudukan yang diberikan Allah
kepada seorang wali itu, sebagai hasil dari Istiqamah.”
Istiqomah
berarti tetap dalam Ubudiyah, tidak berubah keyakinan dan kepercayaannya kepada
Alloh, ketuhanan Alloh, kekuasaan Alloh dan kebijaksanaan Alloh, baik dalam
keadaan sehat ataupun sakit, senang ataupun susah, suka ataupun duka, kaya
ataupun miskin.
٭ الحقُّ ليسَ بِمحجُوبٍ وَاِنـَّماَ المحجُوبُ انتَ عنِ
النظَرِ اليهِ اذ ْ لَوْ حجَبَهُ شَيءٌ لسَتَرَهُ ولوكاَنَ لهُ ساتِرٌ لكانَ
لِوُجُدِهِ حاصِرٌ وكلُّ حاصِرٍ لشىءٍ فَهُوَ لهُ قاَهِرٌ وَهُوَالقاَهِرُ فوَقَ
عبادِهِ ٭
41."Al-Haq,
ialah Alloh subhanahu wata'ala, tiada terhijab [terbatas tirai] oleh sesuatu
apapun, sebab tidak mungkin adanya sesuatu yang dapat menghijab Alloh.
Sebaliknya manusialah yang terhijab sehingga tidak dapat melihat adanya Alloh.
Sebab sekiranya ada sesuatu yang menghijab Alloh, berarti sesuatu itu dapat
menutupi Alloh, dan andaikata ada tutup bagi Alloh, berarti wujud Alloh dapat
terkurung/dibatasi, dan sesuatu yang mengurung/membatasi itu, dapat menguasai
yang dikurung/dibatasi, padahal “Alloh yang berkuasa atas segala
makhluk-Nya."
Pada hakikatnya
Alloh itu tidak bisa dihijab, yakni hijab itu menjadi sifatnya Alloh itu tidak.
akan tetapi yang menghijab sehingga kamu tidak bisa melihat Alloh itu adalah
sifat-sifat nafsumu sendiri. karena sekiranya ada sesuatu yang bisa menghijab
Alloh, pastilah perkara tersebut lebih besar dan lebih berkuasa bisa
mengalahkan Alloh. karena sesuatu yang bisa menghijab/menghalangi itu bisa
menutupi dari melihat sesuatu yang dibelakangnya. dan itu tidak sah buat Alloh.
karena Alloh berfirman, “Alloh itu dzat yang bisa memaksakan apa yang
dikehendaki mengalahkan semua hamba-Nya”.
KELUARLAH DARI SIFAT BASYARIYYAH
٭ اُخْرُجْ من اَوْصافِ بَشاَرِيَّتِكَ عنكلِ وَصْفٍ مُنَا قِضٍ
لِعُبُودِيَّتِكَ لِتَكُونَ لِنِدَاءِ الحَقِّ مُجِيبًا ومنْ حَضـْرَتِهِ
قـَريْباً ٭
42."Keluarlah
dari sifat-sifat kemanusianmu [sifat buruk dan rendah], semua sifat yang
menyalahi kehambaan-mu, supaya mudah bagimu untuk menyambut panggilan Alloh dan
mendekat kepada-Nya."
Sifat-sifat
manusia terbagi jadi dua yaitu : Lahir dan Bathin.
Sifat
lahir ialah yang berhubungan dan dilakukan dengan anggota jasmani, dan sifat
bathin ialah berlaku dalam hati [rohani]. Sedang yang berhubungan dengan
anggota lahiriyah juga terbagi dua: Yang sesuai dengan perintah syari'ah dan
yang menyalahi perintah syari'ah yang berupa maksiat. Demikian pula yang
berhubungan dengan hati juga terbagi dua: Yang sesuai dengan hakikat
[kebenaran] bernama iman dan ilmu, dan yang berlawanan dengan hakikat
[kebenaran] berupa nifaq dan kebodohan.
Sifat-sifat
yang buruk [rendah] ialah: Hasad, iri hati, dengki, sombong, mengadu domba,
merampok [korupsi], gila jabatan, ingin dikenal, cinta dunia, tamak, rakus,
riya dan lain-lain.
Dan
dari sifat-sifat buruk ini akan menimbulkan sifat permusuhan, kebencian,
merendahkan diri terhadap orang kaya, menghina orang miskin, pandai menjilat,
sempit dada, hilang kepercayaan terhadap jaminan Allah, kejam, tidak malu dan
lain-lain.
Apabila
seseorang telah dapat menguasai dan membersihkan diri dari sifat-sifat yang
rendah, yang bertentangan dengan kehambaan itu, maka pasti ia akan sanggup
menerima dan menyambut tuntunan Tuhan, baik yang langsung dalam ayat-ayat
al-Qur'an dan yang berupa tuntunan dan contoh yang diberikan oleh Rosululloh
shollallohu 'alaihi wasallam. Dan dengan demikian berarti ia telah mendekat
kehadirat Alloh subhanahu wata'ala.
Sifat
Ubudiyah [kehambaan] ialah mentaati semua perintah dan menjauhi semua larangan,
mengerjakan perintah dan meninggalkan larangan tanpa membantah dan merasa
keberatan.
Ingatlah
sesungguhnya Hakikatnya suluk yaitu,berusaha untuk membersihkan hati dari
akhlaq yang tercela, lalu dihiasi dengan akhlaq yang baik dan terpuji, dan ini
semua tidak akan berhasil kecuali mendapat pertolongan dari Alloh.
Sehingga
bisa mengetahui sifat-sifat jelek yang ada pada dirinya, dan selaluu menaruh
curiga pada nafsunya. Berprasangka buruk pada nafsunya,sehingga Syeih Ibnu
‘Ato’illah dawuh pada hikmah selanjutnya.
Ridho dengan Nafsu
adalah pangkal kemaksiatan
٭ أَصْلُ
كلُّ مَعصِيَّةٍوَغَفلةٍ وَشَهْوَةٍ الرِّضاَ عَنِ النفْسِ، واصْلُ كُلِّ طَاعةٍ
وَيَقَظَةٍ وَعفَةٍ عَدَمُ الرِّضاَ مِنْكَ عَنْهاَ ٭
43."Pokok
/sumber dari semua maksiat, kelalaian dan syahwat itu, karena ingin memuaskan
(ridho dengan)hawa nafsu. Sedangkan pokok/sumber segala ketaatan, kesadaran dan
moral [budi pekerti], ialah karena adanya pengendalian terhadap hawa
nafsu."
Sebagaimana
firman Alloh subhanahu wata'ala:
"Dan aku tidak membebaskan
diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada
kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku
Maha Pengampun lagi Maha penyanyang. QS. Yusuf 53.”
Ridho
dengan nafsu itu menjadi sumber semua kemaksiatan dan lupa kepada Alloh
dikarenakan menjadi sebabnya tertutupnya cela dan cacatnya nafsu, sehingga celanya
nafsu akan dianggap baik. dan orang yang ridho dengan nafsunya akan menganggap
baik kelakuannya, orang yang menganggap baik kelakuannya tentu akan lupa kepada
Alloh, dan sebab lupa itu manusia tidak mau meneliti kelakuannya dan meneliti
aib dan cela dirinya, sehingga macam-macamnya kesenangan nafsu menguasai
hatinya, dan ahirnya dia terjerumus pada kemaksiatan.
Abu
Hafash berkata: "Barangsiapa yang tidak menuduh hawa nafsunya sepanjang
waktu dan tidak menentangnya dalam segala hal, dan tidak menarik ke jalan
kebaikan, maka sungguh ia telah tertipu. Dan barangsiapa melihat padanya dengan
sebuah kebaikan, berarti ia telah dibinasakannya."
Al-Junaid
al-Baghdadi berkata: "Jangan mempercayai hawa nafsumu, walaupun telah lama
taat kepadamu, untuk beribadah kepada Tuhan-mu."
Al-Bushiry
dalam Burdahnya berkata: "Lawan selalu hawa nafsumu dan syaitan serta
jangan menuruti keduanya, walaupun keduanya itu memberi nasehat kepadamu untuk
berbuat kebaikan, tetap engkau harus curiga dan waspada."
Sedangkan
curiga terhadap nafsu(tidak ridho dengan nafsu)itu menjadi sumber ketaatan dan
ingat kepada Alloh, itu dikarenakan orang yang tidak ridho dengan nafsunya ia
tidak menganggap baik kelakuannya, sehingga ia selalu waspada dan selalu
meneliti semua kelakuannya, sehingga nafsunya tidak bisa bebas menguasai orang
tersebut. dan orang yang waspada terhadap gerak gerik nafsu akan selalu
menjauhi apa yang dilarang oleh Alloh. dan itulah yang dinamakan taat kepada
Alloh.
٭ولاَنْ
تصْحبَ جاهِلاً لاَيَرْضىَ عَن نَفسِهِ خيرٌ لكَ مِن اَن تصْحَبَ عَالِماً يَرْضىَ
عَنْ نَفسِهِ فَاَيُّ
عِلمٍ لعاَلِمٍ يَرْضىَ عن نفسهِ وَايُّ
جَهْلٍ لِجاَهِلٍ لا يَرضىَ عن نفسهِ ٭
44.
"Dan sekiranya engkau bersahabat dengan orang bodoh yang tidak menurutkan
hawa nafsunya, itu lebih baik dari pada bersahabat dengan orang berilmu [orang
alim] yang selalu menurutkan hawa nafsunya. Maka ilmu apakah yang dapat
diberikan bagi seorang alim yang selalu menurutkan hawa nafsunya itu,
sebaliknya kebodohan apakah yang dapat disebutkan bagi seorang yang sudah dapat
menahan hawa nafsunya."
Orang
yang tidak ridho dengan nafsunya akan selalu menganggap dirinya belum baik dan
akhlaknya masih jelek.orang seperti ini baik untuk dijadikan sahabat, karena
sangat banyak manfaatnya bagimu, kebodohannya tidak akan membahayakan dirimu.
Bagaimana
akan dinamakan bodoh, seorang yang telah dapat menahan dan mengekang hawa
nafsunya, sehingga membuktikan bahwa semua amal perbuatannya hanya semata-mata
untuk keridhoan Alloh dan bersih dari dorongan hawa nafsu. Sebaliknya apakah arti
suatu ilmu yang tidak dapat menahan atau mengendalikan hawa nafsu dari sifat
kebinatangan dan kejahatannya.
Dalam
sebuah hadits ada keterangan: "Seorang akan mengikuti pendirian sahabat
karibnya, karena itu hendaknya seseorang itu memperhatikan, siapakah yang harus
diambil sebagai sahabat."
Seorang penyair berkata: "Barang siapa bergaul
dengan orang-orang yang baik, akan hidup mulia. Dan yang bergaul dengan
orang-orang yang rendah akhlaqnya pasti tidak mulia.
BASHIROH (Mata Hati)
٭ شُعَاعُ
الْبَصِيرَةِ يُشـْهِدُكَ قـُرْبَهُ مِنْكَ وَعَيْنُ الْبَصِيرَةِ يُشـْهِدُكَ
عَدَمكَ لِوُجُودهِ وَحَق ُّ الْبَصِيرَةِ يُشـْهِدُكَ وُجُودَهُ لاَ عدَمكَ وَلاَ
وُجُودَكَ ٭
45.
"Sinar mata hati itu dapat memperlihatkan dekatnya Allah kepadamu. Dan
matahati itu sendiri dapat memperlihatkan kepadamu ketiadaanmu karena wujud
[adanya] Allah dan hakikat matahati itulah yang menunjukkan kepadamu, hanya
adanya Allah, bukan ketiadaanmu ['adam] dan bukan pula wujudmu."
Salik
dalam perjalanannya menuju Alloh akan ada Nur dari Alloh tiga macam :
1.Syu'aa
'ul-bashirah yaitu cahaya akal.
2.Ainul-bashirah yaitu
cahaya ilmu. Dan
3. haqqul-bashirah yaitu
cahaya Ilahi.
dan
semua nur tersebut akan menimbulkan macam-macam buah dan faidah yang penting.
Maka
orang-orang yang menggunakan akal mereka, masih merasa adanya dirinya dan
dekatnya kepada Tuhan [yakni, Alloh selalu meliputi dan mengurung mereka].
Sedang orang-orang yang menggunakan nurul ilmi merasa dirinya tidak ada jika
dibanding dengan adanya Alloh. Sedang ahli hakikat hanya melihat kepada Alloh
dan tidak melihat apapun di samping-Nya. Bukannya mereka tidak melihat adanya
alam sekitarnya, tetapi karena alam sekitarnya itu tidak berdiri sendiri,
tetapi selalu berhajat kepada Alloh, maka adanya alam ini tidak menarik
perhatian mereka, karena itu mereka menganggap bagaikan tidak ada.
Sebagian
ulama ahli Thoriqoh berkata, “seorang hamba tidak akan mencapai hakikatnya
tawadhu’ kecuali sudah bersinarnya hati dengan nur musyahadah. dan ketika hati
sudah bersinar maka nafsunya akan lebur dan bisa menetapi kebenaran dan akhlak
yang baik.
MAQAM FANA’
٭ كاَنَ
اللهُ وَلاَشىءَ مَعَهُ وَهُوَ الاَنَ علىَ ماَكاَنَ عليهِ ٭
46.
"(sebelum adanya makhluk)Telah ada Alloh, dan tiada suatu di samping-Nya,
dan Ia kini sebagaimana ada-Nya semula."
Keadaan seperti ini adalah keadaan orang yang sudah berada di maqam fana', dia
tiada melihat sesuatu kecuali Alloh. Bagaikan seorang di dalam gedungnya,
kemudian ia mengisi rumah dengan perabot dan boneka atau patung, lalu ditanya:
'Siapakah yang ada di dalam gedung itu?' Jawabnya: 'Hanya dia seorang', yakni
semua boneka dan patung itu tidak dapat disebut sebagai temannya. Demikian pun
orang ahli hakikat tidak melihat adanya sesuatu yang dapat disebut selain Alloh
'Azza wa Jalla.
AL-KARIM TUMPUAN SEGALA HAJAT
٭ لاَ
تتَعدَّ نيَّةُ هِمَّتَكَ اِلىَ غيرِهِ فاَلْكَريْمُ لاَتتخـَطـَّاهُ الاَماَلُ ٭
47.
"Jangan melampaui/melanggar niat dan tujuanmu [hasrat dan harapanmu]
kepada lain-Nya. Maka Tuhan yang maha pemurah itu tidak dapat di lampaui oleh sesuatu
harapan (angan-angan)hamba.''
Sebaiknya
bagi orang yang mengharapkan berhasil hajatnya, jangan meminta kapada selain
Alloh (makhluk), karena itu bertentangan dengan sifat ‘ubudiyyah. Itu kalau
permintaan itu disandarkan/bergantung pada makhluk, dan lupa pada Alloh ketika
berdo’a. apabila permintaan pada makhluk (manusia) menjadi perantara untuk
meminta kepada Alloh, dan selalu memandang Alloh-lah dzat yang memberi.
Permintaan seperti ini masih diperbolehkan.
Perasaan
yang luhur enggan membuka kebutuhan [hajat] -nya kepada orang yang tidak
dermawan, dan tidak ada yang dermawan pada hakikat yang sebenarnya kecuali
Alloh Ta'ala.
Syeikh Junaid
al-Baghdadi berkata: ''Dermawan [Al-Karim] itu ialah yang memberi kebutuhan
seseorang sebelum diminta.''
Ada
pula berpendapat: ''Dermawan [Al-Karim] ialah yang tidak pernah mengecewakan
harapan orang yang berharap.''
Dermawan
[Al-Karim] yaitu apabila berkuasa mema'afkan, dan bila berjanji menepati, dan
bila memberi lebih memuaskan dari harapan, dan tidak memperdulikan tentang
berapa banyak pemberiaannya, dan kepada siapa yang ia berikannya.
Al-karim adalah salah satu
dari Asma’ul husna. Asma’ ini memberi pengertian yang istimewa tentang Alloh.
Al-karim
berarti:
1. Alloh Maha pemurah.
2. Alloh memberi tanpa diminta.
3. Alloh memberi sebelum diminta.
4. Alloh memberi apabila diminta.
5. Alloh memberi bukan karena permintaan tetapi
cukup sekedar harapan, cita-cita dan angan-angan hamba-hamba-Nya. Alloh tidak
mengecewakan harapan hambanya.
6. Alloh memberi lebih baik daripada apa yang
diminta dan diharapkan oleh para hamba-Nya.
7. Alloh Yang Maha Pemurah tidak dikira berapa
banyak yang diberikan-Nya dan kepada siapa Dia memberi.
8. Paling penting, demi kebaikan hamba-Nya
sendiri, Alloh memberi dengan bijaksana, dengan cara yang paling baik, masa
yang paling sesuai dan paling bermanafaat kepada si hamba yang menerimanya.
Sekiranya
para hamba mengenali Al-Karim niscaya permintaan, harapan dan angan-angannya
tidak tertuju kepada yang lain melainkan kepada-Nya.
JANGAN MENGADU KEPADA SELAINALLOH
٭ لاَ
تـَرْفَعَنَّ اِلىَ غيرِهِ حاَجَةً هُوَ مُورِدُهاَ عَليْكَ فكَيْفَ يَرْفَعُ
غيرَهُ ماكانَ هُوَ لهُ واضِعاً مَنْ لاَيَسْتَطِيعُ ان يَرْفَعَ حاَجةً عن
نَفْسِهِ فَكيْفَ يَسْتَطِيعُ اَنْ يَكونَ لهاَ عَن غيرِهِ راَفِعاً ٭
48.
"Jangan mengadu dan meminta sesuatu kebutuhan/hajat selain kepada Alloh,
sebab Ia sendiri yang memberi dan menurunkan kebutuhan itu kepadamu. Maka
bagaimanakah sesuatu selain Alloh akan dapat menyingkirkan sesuatu yang
diletakkan oleh Alloh. Barangsiapa yang tidak dapat menyingkirkan bencana yang
menimpa dirinya sendiri, maka bagaimanakah ia akan dapat menyingkirkan bencana
yang ada pada orang lain."
Adanya
sesuatu bencana [musibah] itu menyebabkan engkau berhajat [butuh] kepada
bantuan [pertolongan], maka dalam tiap kebutuhan [hajat] jangan mengharap
selain kepada Alloh, sebab segala sesuatu selain Alloh itu juga berhajat
seperti engkau. Sebab barangsiapa yang menyandarkan [menggantungkan nasib] pada
sesuatu selain Alloh, berarti ia tertipu oleh sesuatu bayangan fatamorgana,
sebab tidak ada yang tetap selain Alloh yang selalu tetap karunia dan nikmat
serta rahmat-nya kepadamu.
Syeikh
Atho' al-Khurasani berkata: " Saya bertemu dengan Wahb bin Munabbih di
suatu jalan, maka saya berkata, 'Ceritakanlah kepadaku suatu hadits yang dapat
saya ingat, tetapi persingkatlah'.
Maka
berkata Wahb, “Alloh telah mewahyukan kepada Nabi Dawud 'alaihissalam: Wahai
Dawud, demi kemuliaan dan kebesaran-Ku, tidak ada seorang hamba-Ku yang minta
tolong kepada-Ku, tidak pada selainnya, dan Aku ketahui yang demikian dari
niatnya, kemudian orang itu akan ditipu oleh penduduk langit yang tujuh dan
bumi yang tujuh, melainkan pasti Aku akan menghindarkannya dari semua itu,
sebaliknya demi kemuliaan dan kebesaran-Ku, tidak ada seorang yang berlindung
kepada seorang makhluk-Ku, tidak kepada-Ku dan Aku ketahui yang demikian dari
niatnya, melainkan Aku putuskan rahmat yang dari langit, dan Aku longsorkan
bumi di bawahnya, dan tidak Aku pedulikan dalam lembah dan jurang yang mana ia
binasa."
Syeih
Muhammad bin Husain bin Hamdan berkata: "Ketika saya di majlis Yazid bin
Harun, saya bertanya kepada seorang yang duduk disampingku, 'Siapakah namamu?'
Jawabnya. 'Said'. Saya bertanya, 'Siapakah gelarmu?' Jawabnya, 'Abu Usman'. Lalu
saya bertanya tentang keadaannya. Jawabnya, 'Kini telah habis belanjaku. Lalu
saya tanya, 'Dan siapakah yang engkau harapkan untuk kebutuhanmu itu?'
Jawabnya. 'Yazid bin Harun. Maka saya berkata kepadanya, 'Jika demikian, maka
ia tidak menyampaikan hajatmu, dan tidak akan membantu meringankan
kebutuhanmu'.
Dia
bertanya, 'Dari mana engkau mengetahui hal itu?' Jawabku, 'Saya telah membaca
dalam sebuah kitab: Bahwasanya Alloh telah berfiman: Demi kemuliaan-Ku dan
kebesaran-Ku, dan kemurahan-Ku dan ketinggian kedudukan-Ku, di atas Arsy. Aku
akan mematahkan harapan orang yang mengharap kepada selain-Ku dengan
kekecewaan, dan akan Aku singkirkan ia dari dekat-Ku, dan Aku putuskan dari
hubungan-Ku. Mengapa ia berharap selain Aku dalam kesukaran, padahal kesukaran
itu di tangan-Ku, dan Aku dapat menyingkirkannya, dan mengharap kepada selain
Aku serta mengetuk pintu lain padahal kunci pintu-pintu itu tertutup, hanya
pintu-Ku yang terbuka bagi siapa yang berdoa kepada-Ku. Siapakah yang pernah
mengharapkan Aku untuk menghalaukan kesukarannya lalu Aku kecewakan? Siapakah
yang pernah mengharapkan Aku karena besar dosanya, lalu Aku putuskan
harapannya? Atau siapakah yang pernah mengetuk pintu-Ku, lalu Aku tidak
bukakan? Aku telah mengadakan hubungan yang langsung antara-Ku dengan
angan-angan dan harapan semua makhluk-Ku, maka mengapakah engkau bersandar
kepada selain-Ku. Dan Aku telah menyediakan semua harapan hamba-Ku, tepapi
tidak puas dengan perlindungan-Ku, dan Aku telah memenuhi langit-Ku dengan
makhluk yang tidak jemu bertasbih kepada-Ku dari para Malaikat, dan Aku
perintahkan mereka supaya tidak menutup pintu antara-Ku dengan para hamba-Ku,
tetapi mereka tidak percaya kepada firman-Ku. Tidakkah engkau mengetahui bahwa
barangsiapa yang ditimpa oleh bencana yang Aku turunkan, tidak ada dapat
menyingkirkan selain Aku, maka mengapakah Aku melihat ia dengan segala
angan-angan dan harapannya selalu berpaling dari pada-Ku, mengapakah ia tertipu
oleh selain-Ku. Aku telah memberi kepadanya dengan kemurahan-Ku apa-apa yang tidak
ia minta, kemudian Aku yang mencabut dari padanya lalu ia tidak minta kepada-Ku
untuk mengembalikannya, dan ia minta kepada selain-Ku. Apakah Aku yang memberi
sebelum di minta, kemudian jika dimintai lalu tidak memberi kepada peminta?
Apakah
Aku bakhil [kikir], sehingga dianggap bakhil oleh hamba-Ku. Tidakkah dunia dan
akhirat itu semua milik-Ku? Tidakkah semua rahmat dan karunia itu di tangan-Ku?
Tidakkah dermawan dan kemurahan itu sifat-Ku? Tidakkah hanya Aku tempat semua
harapan? Maka siapakah yang dapat memutuskan dari pada-Ku. Dan apa pula yang
diharapkan oleh orang-orang yang mengharap, andaikata Aku berkata kepada semua
penduduk langit dan bumi: Mintalah kepada-Ku, kemudian Aku memberi kepada
masing-masing orang pikiran apa yang terpikir pada semuanya, lalu Aku beri
semua itu tidak akan mengurangi kekayaan-Ku walau pun sekecil debu? Maka
bagaimana akan berkurang kekayaan yang lengkap, sedang Aku yang mengawasinya?
Alangkah
sial [celaka] orang yang putus dari rahmat-Ku, alangkah kecewa orang yang maksiat
kepada-Ku dan tidak memperhatikan Aku, dan tetap melakukan yang haram dan tiada
malu kepada-Ku'. Maka orang itu berkata: 'Ulangilah keteranganmu itu, lalu ia
menulisnya'.
Kemudian
ia berkata: “Demi Alloh, setelah ini saya tidak usah menulis suatu keterangan
yang lain'.”
HUSNUD-DHON TERHADAP ALLOH
٭ اِن
لَمْ تُحْسِنْ ظَنـَّكَ بِهِ لاَجْلِ حُسنِ وَصْفِهِ فَحَسِّنْ ظَنـَّكَ بهِ
لِوُجوُدِ مُعَامَلتِهِ مَعَكَ فَهَلْ عَوَّدَكَ الاَّ حَسَناً اَسدىَ اِليكَ
الاَّ مَنَناً ٭
49.
"Jika engkau tidak bisa berbaik sangka [husnud-dhon] terhadap Alloh Ta'ala
karena sifat-sifat Alloh yang baik itu, berbaik sangkalah kepada Alloh karena
karunia pemberian-Nya kepadamu. Tidakkah selalu ia memberi nikmat dan
karunia-Nya kepadamu?"
Manusia
dalam hal husnud-dhon kepada Alloh itu ada dua golongan.
1. Golongan khos-shoh , yaitu orang yang
berhusnud-dhon kepada Alloh karena melihat sifat-sifat Alloh yang bagus dan
tinggi.
2. ‘Ammah, yaitu orang yang berhusnud-dhon kepada
Alloh karena macam-macamnya nikmat Alloh dan anugerah dari Alloh yang tidak
bisa terhitung.
Apabila
engkau tidak dapat berbaik sangka terhadap Allah, karena Allah itu bersifat:
Rabbul Alamiin [Tuhan yang mencipta, melengkapi, memelihara dan menjamin seisi
alam, Ar-Rahman, Ar-Rahim: Pemurah, Penyayang]. Maka sudah selayaknya engkau
harus berbaik sangka kepada Allah, karena tiada henti-hentinya nikmat dan
karunia Allah atas dirimu dan anak keluargamu. Yakni sejak engkau berupa sperma
hingga matimu. Dan sebaik-baik khusnud-dhon [baik sangka] terhadap Allah
diwaktu menerima nikmat Allah yang berupa ujian [musibah], bagaikan ayah yang
menyambut anak yang disayang, demi untuk kebaikan anak itu sendiri.
Allah
berfirman: "Dan mungkin kamu tidak menyukai sesuatu padahal itu baik
bagimu." [QS. al-Baqarah 216].
"Maka
mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, sedang Allah telah menjadikan padanya
kebaikan yang banyak." [QS. An-Nisaa 19].
Jabir
radhiayallahu 'anhu berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: 'Barangsiapa yang dapat melakukan khusnud-dhon
[baik sangka] kepada Allah, sehingga ia tidak akan mati kecuali tetap dalam
khusnudz-dzon terhadap Allah, maka hendaklah ia melakukannya'."Kemudian
ia membaca ayat: "Dan itulah persangkaan kamu yang kamu sangkakan
terhadap Tuhan kamu, yang telah menjerumuskan kamu, hingga membinasakan
kamu." [QS. Fussilat 23].
Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Sesungguhnya berbaik sangka kepada Allah itu,
sebaik-sebaik melakukan ibadah kepada Allah."
Ibnu
Mas'ud radhiyallahu 'anhu bersumpah: "Demi Allah tidak ada orang yang
berbaik sangka terhadap Allah, melainkan pasti Allah akan memberikan kepadanya
apa yang ia sangka, sebab kebaikan itu semuanya di tangan Allah, maka apabila
Allah telah memberi khusnud-dhon, berarti Allah akan memberi apa yang
disangkanya itu. Maka Allah yang memberinya khusnud-dhon [baik sangka] berarti
akan melaksanakannya."
Abu
Said al-Khudry radhiyallahu 'anhu berkata: "Rasululloh shollallohu 'alaihi
wasallam menjenguk orang sakit, maka Rasulullah bertanya kepada orang yang
sakit itu, 'Bagaimanakah persangkaanmu terhadap Tuhanmu?' Jawabnya,
'Wahai Rasulullah, aku khusnud-dhon [baik sangka]'. Maka bersabda Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam,'Sangkalah sesukamu kepada Allah, maka Allah selalu
akan memberi apa yang disangkakan oleh orang mukmin'."
ANEH DAN AJAIB
الْعَجَبُ كُلُّ العًَجَبِ مِمّاَ لاَ انْفِكاَكَ لهُ عَنْهُ
وَيَطلُبُ ما لاَ بَقاَءَ لهُ مَعَهُ فاِنـّهَاَ لاَ تَعْمَى الاَبْصَارُ وَلٰكِنْ
تَعمىَ الْقُلوْبُ الَّتىِ فِى الصُّدُورِ ٭
50.
"Keanehan yang sangat mengherankan [ajaib] terhadap orang yang lari dari
Alloh yang sangat dibutuhkan, dan tidak dapat lepas dari
padanya. dan berusaha mencari apa yang tidak akan kekal padanya.
Sesungguhnya bukan mata kepala yang buta, tetapi yang buta ialah mata hati yang
di dalam dada."
Hikmah
45, menceritakan tentang tingkatan makrifat yang dicapai melalui penyaksian
mata hati. Makrifat melalui mata hati diperoleh dengan cara bertauhid. Hikmah
46, menggambarkan tentang tauhid yang tertinggi. Tingkatan yang tertinggi itu
tidak mudah dicapai. Jalan untuk mencapainya adalah dengan menghapuskan semua
jenis syirik, yang lahir dan yang batin/samar. Hikmah 47 hingga 49 menceritakan
tentang syirik yang samar, yaitu hati bukan bergantung kepada Allah saja
tetapi pada makhluk yang sama, ia juga berharap kepada makhluk, lantaran kurang
keyakinannya kepada Alloh , atau kerana menyangka makhluk bisa melakukan
sesuatu yang memberi bekas kepada perjalanan takdir Ilahi. Syirik yang demikian
dirumuskan oleh Hikmah 50 ini dengan mengatakan bahawa itu semua terjadi akibat
buta mata hati. Sekiranya mata hati dapat melihat tentu dilihatnya bahwa
dalam keadaan apa saja dia tidak terlepas dari qudrat dan Iradat Alloh
s.w.t. Dia tidak akan dapat melepaskan dirinya dari Alloh s.w.t.
Alloh mempunyai segala sifat-sifat iftiqar yang menyebabkan semua
makhluk-Nya tidak ada jalan melainkan bergantung kepada-Nya.
Seorang
yang melarikan diri dari panggilan Tuhan untuk beribadah semata-mata karena
ingin memuaskan hawa nafsu dan syahwatnya, suatu fakta butanya mata hatinya,
sebab ia telah mengutamakan bayangan dari pada hakikat, mengutamakan yang
sementara dan meninggalkan keabadian, mengutamakan yang dapat binasa dari pada
yang tetap kekal untuk selama-lamanya.
Hikmah ke 51-52
PINDAHLAH DARI ALAM (MAKHLUK) KEPADA PENCIPTA ALAM
٭
لاَتـَرْحَلْ منْ كوْنٍ الىَ كَونٍ فَتَكُونَ كَحِماَر سلرَّحىٰ يَسِيْرُ
وَالمكانُ الَّذِىْ ارْتَحَلَ اليهِ هُوَالَّذي ارْتـَحلَ مِنهُ ولٰكِنْ ارْحَلْ
من الاَكوَانِ الى المُكَوِّنِ. وَاِنَّ الىٰ رَبِّكَ المُنْتَهٰى ٭
51.
"Jangan berpindah dari satu alam (makhluk) ke alam (makhluk) yang lain,
berarti sama dengan himar [keledai] yang berputar di sekitar penggilingan, ia
berjalan menuju ke tempat tujuan, tiba-tiba itu pula tempat yang ia mula-mula
berjalan dari padanya, tetapi hendaklah engkau pergi dari semua alam menuju
kepada pencipta alam; Sesungguhnya kepada Tuhanmu puncak segala tujuan."
Keadaan
orang yang tidak dapat melepaskan dirinya dari syirik adalah umpama seekor
keledai yang terikat dan berputar menggerakkan batu penggiling. Walaupun jauh
jarak yang dijalaninya namun, dia sentiasa kembali ke tempat yang sama. Jika ia
mau bebas perlulah ia melepaskan ikatannya dan keluar dari bulatan yang sempit.
Orang
yang mau membebaskan dirinya dari syirik secara keseluruhan, hendaklah
membebaskan perhatian hatinya dari semua perkara kecuali Allah.
Keluar
dari bulatan alam dan masuk kepada Wujud Mutlak.
Jangan
berpindah dari syirik yang terang ke alam syirik yang samar. Amal kebaikan yang
di nodai oleh riya', sum'ah [mengharap pujian orang], tidak dianggap oleh
syari'ah [tidak di terima oleh Alloh]. Dan apabila telah bersih dari semua itu,
kemudian beramal karena terdorong oleh menginginkan kedudukan atau kekayaan
atau karamah dunia atau akhirat, semua itu masih termasuk alam hawa nafsu, dan
belum mencapai tujuan ikhlas yang bersih dari segala tujuan selain hanya kepada
Allah, yakni tanpa pamrih. Karena itu selama berpindah dari alam ke alam tidak
berbeda, bagaikan keledai yang berputar di sekitar penggilingan, tetapi
seharusnya sekali berangkat dari alam ini, langsung menuju kepada pencipta
alam.
Karena
itu Nabi Isa 'alaihihissalam pernah berkata kepada sahabat hawariyyin:
"Semua yang ada padamu dari berbagai nikmat kesenangan itu langsung dari
karunia Alloh kepadamu, maka manakah kiranya yang lebih besar harganya
[nilainya]? Apakah pemberiannya ataukah yang memberi?."
''Wa
Inna ila Rabbikal-muntaha'' Sesungguhnya kepada Tuhanmu itulah puncak
segala tujuan. Sebab barangsiapa yang telah mendapatkan Alloh, berarti telah
mencapai segala sesuatu, baik urusan dunia mau pun urusan akhirat.
٭
وَانْظـُرْ الٰى قَولهِ صلَي اللهُ عليهِ وَسَلَّمَ : فمَنْ كاَنَتْ هِجْرَتُهُ
الىَ اللهِ وَرَسُوله فَهِجْرَتهُ الى اللهِ وَرَسُولهِ. ومن كاَنَتْ هِجْرَتُهُ
الىَ دُنْياَ يُصِيبُهاَ اَوِامْرَأَةٍ يَتزَوَّجُهاَ فَهِجرَتهُ الٰي ما هاَجَرَ
اِليهِ. فاَفْهَم قولَهُ عَلَيهِ الصَّلاةُ والسَّلامُ وَتأمَّلْ هٰذاَ
الاَمرَاِنْ كُنْتَ ذاَفهْمٍ ٭
52.
"Dan perhatikan sabda Nabi shollallohu 'alaihi wasallam: 'Maka barangsiapa
yang berhijrah menuju kepada Alloh dan Rosul-Nya [menurut perintah Alloh dan
Rosul-Nya], maka hijrahnya akan diterima oleh Alloh dan Rosul-Nya. Dan
barangsiapa yang berhijrah karena kekayaan dunia, dia akan mendapatkannya, atau
karena perempuan akan dinikahi, maka hijrahnya terhenti pada apa yang ia hijrah
kepadanya. Camkanlah sabda Nabi shollallohu 'alaihi wasallam ini dan
perhatikanlah persoalan ini jika engkau mempunyai kecerdasan faham."
Hikmah
ini adalah lanjutan dari Kalam Hikmah yang lalu. Keluar dari satu hal kepada
hal yang lain adalah hijrah juga namanya.
Dan
yang utama dalam hadits ini ialah sabda Nabi shollallohu 'alaihi wasallam,
bahwa hijrah yang tidak dengan niat ikhlas kepada Alloh akan terhenti pada
tujuan yang sangat rendah dan tidak berarti, dan tidak akan mencapai keridhaan
Alloh. Seseorang minta nasehat kepada Abu Yazid al-Busthami, maka berkata Abu
Yazid, 'Jika Alloh menawarkan kepadamu akan diberi kekayaan dari Arsy sampai ke
bumi, maka katakanlah, Bukan itu ya Alloh, tetapi hanya Engkau ya Alloh
tujuanku'. Abu Sulaiman ad-Darani berkata: "Andaikan aku di suruh memilih
antara masuk surga Jannatul-Firdaus dengan shalat dua rakaat, niscaya saya
pilih shalat dua rakaat. Sebab di dalam surga, saya dengan bagianku, dan dalam
shalat aku dengan Tuhanku." Asy-Syibli rodhiallohu 'anhu berkata:
"Berhati-hatilah dari ujian Alloh, walaupun dalam perintah, “Kulu
wasyarabu” [makan dan minumlah]. Sebab dalam pemberian nikmat itu ada ujian
untuk diketahui, siapakah yang silau dan lupa kepada-Nya setelah menerima nikmat,
dan siapa yang tetap pada-Nya sebelum dan sesudah menerima nikmat".
Seorang penyair berkata: "Dia shalat dan puasa karena sesuatu yang
diharapkan, sehingga setelah tercapai urusannya, dia tidak shalat dan puasa."
Hikmah ke 53-54
MEMILIH SAHABAT
٭ لاَتصْحَبْ من لاَيُنْهِضُكَ حالهُ ولاَ يَدُلُّكَ علَى اللهِ
مقاَلهُ ٭
53. "Jangan bersahabat dengan seseorang yang tidak membangkitkan semangat taat kepada Alloh, prilakunya dan tidak memimpin engkau kejalan Alloh apa yang dikatakannya."
Dalam
hadits: "Seseorang akan mengikuti pendirian [kelakuan] temannya,
maka lihatlah saudaramu dengan siapakah harus didekati sebagai teman."
Sufyan
Astsaury berkata: "Barangsiapa yang bergaul dengan orang banyak harus
mengikuti mereka, dan barangsiapa mengikuti mereka, harus menjilat pada mereka,
dan barangsiapa yang menjilat kepada mereka, maka ia binasa seperti
mereka."
Sahl
bin Abdullah berkata: "Berhati-hatilah [jangan] bersahabat dengan tiga
macam manusia, 1. Pejabat pemerintah yang dzalim [kejam]. 2. Ahli quraa' yang
pejilat. 3. Sufi gadungan [yang bodoh tentang hakikat tasawuf].
Ali
bin Abi Thalib karramullah wajhah berkata: "Sejahat-jahat teman yang
memaksa engkau bermuka-muka [menjilat] dan memaksa engkau minta maaf, atau
selalu mencari alasan."
٭
رُبَّمَا كُنْتَ مُسِيـْءـاً فأراكَ الاِحْساَنَ مِنْكَ صُحْبَتَكَ كمن هُوَ
اَسْوَءُ حالاًمِنْكَ ٭
54.
"Terkadang engkau berbuat kekeliruan [dosa], maka ditampakkan kepadamu
sebagai kebaikan, oleh karena persahabatanmu kepada orang yang jauh lebih
rendah akhlaknya [Iman] dari padamu."
Bersahabat
dengan yang lebih rendah budi pekerti [iman] -nya itu, sangat berbahaya, sebab
persahabatan itu pengaruh mempengaruhi, percaya mempercayai, sehingga dengan
demikian sulit sekali untuk dapat melihat atau mengoreksi kesalahan sahabat
yang kita sayangi bahkan kesetiaan sahabat akan membela kita dalam kekeliruan,
kesalahan dan dosa, yang dengan itu kamu pasti akan binasa karenanya. Sedang
seseorang tidak dapat mengoreksi diri sendiri, kecuali dengan kacamata orang
lain, tetapi jika justru kacamata orang lain itu pula mengelabui kita, maka
bahayalah yang pasti menimpa kepada kita.
Hikmah ke 55.
ZAHID DAN ROGHIB
ماَقـَلَّ عَملٌ بَرَزَ من قلْبٍ زاَهِدٍ ولاكَثـُرَ عملٌ
بَرَزَ من قلبٍ رَاغِبٍ ٭
55.
"Tidak dapat dianggap kecil/sedikit amal perbuatan yang dilakukan dengan
hati yang zuhud ,dan tidak dapat dianggap banyak amal yang dilakukan oleh
seseorang yang cinta dunia."
Kita telah diajarkan keluar dari alam kepada
Pencipta alam, berhijrah kepada Alloh dan Rosul-Nya. Kita diajar supaya memilih
sahabat yang dapat membangkitkan semangat untuk berjuang pada jalan
Alloh dan berbuat taat kepada-Nya. Hikmah 55 ini memberi gambaran
apakah hijrah rohani itu akan berhasil atau gagal. Alat untuk menilainya ialah
dunia. Bagaimana kedudukan dunia di dalam hati akan mempengaruhi perjalanan
kerohanian.
Ukuran amal itu menurut hati orang yang
beramal, apabila amal itu dilakukan orang yang zuhud(hatinya tidak tergantung
pada dunia), walaupun kelihatan sedikit akan tetapi hakikatnya banyak. Karena zahid
itu amalnya bisa selamat dari penyakit yang menjadikan amalnya tertolak,
seperti riya’ mencari kepentingan dunia, tidak karena Alloh, dll. Sebaliknya
amal orang yang roghib (cinta/rakus dunia) amalnya tidak selamat dari
penyakit-penyakit yang tersebut.
Ali bin Abi Thalib karromalloh
wajhah berkata: "Tumpahkan semua hasrat keinginanmu itu kepada usaha untuk
diterimanya amal perbuatanmu, sebab tidak dapat dianggap kecil/sedikit amal
perbuatan yang diterima oleh Alloh." Allah berfirman: "Innamaa
yataqobbalu -llohu minal-muttaqiina"[Sesungguhnya Alloh hanya menerima
amal perbuatan dari orang yang bertakwa], ikhlas baginya, dan tepat menurut
ajaran-Nya.
Abdulloh bin Mas'ud rodhiyallohu 'anhu
berkata: "Dua rokaat yang dilakukan oleh seorang alim yang mengerti dan
ikhlas [tidak tamak/rakus kepada dunia], lebih baik dari ibadah orang-orang
ahli ibadah sepanjang masa tapi masih cinta dunia."
Abu Sulaiman ad-Darony bertanya kepada Ma'ruf
al-Karkhi: "Mengapakah orang-orang itu kuat taat sampai sedemikian rupa banyaknya?
Jawabnya, 'Karena mereka telah membersihkan hati mereka dari pada cinta dunia,
andaikata masih ada sedikit cinta dunia, tidak akan diterima dari mereka amal
perbuatan itu'."
Seorang sholeh mengeluh kepada Abu Abdillah
al-Qurosyi, bahwa ia telah berbuat berbagai amal kebaikan, tetapi belum bisa
merasakan kelezatan amal kebaikan itu dalam hatinya. Jawab Abu Abdullah
al-Qurosy, ''Karena engkau masih memelihara puteri iblis, yaitu kesenangan
dunia, dan lazimnya seorang ayah itu selalu berziarah kepada puterinya.''
Hikmah ke 56
KEDUDUKAN AMAL, AHWAL DAN MAQOM INZAL
٭ حُسْنُ
الاَعماَلِ نَتَاءِجُ حُسْنِ الاَحوالِ وَحُسنُ الاَحوَالِ منَ التـَّحَققِ
فىِ مقاَماَتِ الاِنْزالِ ٭
56.
"Baiknya amal perbuatan itu, sebagai hasil dari baiknya Ahwal, dan baiknya
Ahwal itu sebagai hasil dari kesungguhan istiqamah pada maqom inzaal( apa yang
diperintah oleh Allah."
Hikmah
yang lalu mengaitkan nilai amal dengan zuhud hati terhadap dunia. Hati yang
menerima cahaya Nur Ilahi akan mendapat pengalaman kerohanian yang dinamakan
ahwal (hal-hal). Ahwal yang menetap pada hati dinamakan maqom.
Maqom
Inzal yaitu: pengetahuan/ilmu yang berhubungan dengan ketuhanan Alloh, yang
oleh Alloh diberikan kepada hati hambanya, supaya hamba tidak mengaku-aku,
tidak karena surga atau takut neraka.
Jadi
baiknya Amal itu muncul dari baiknya Ahwal, baiknya Ahwal itu muncul dari maqom
inzal/ ilmu yang diberikan oleh Alloh.
Amal
yang baik itu hanya yang diterima oleh Tuhan, dan itu pasti karena baik dalam
segi keikhlasan kepada Alloh, dan tidak mungkin ikhlas kecuali jika ia mengerti
benar-benar kedudukan dirinya terhadap Tuhannya.
Al-Ghozali
berkata: "Tiap tingkat dalam kepercayaan/keyakinan itu mempunyai ilmu, dan
Hal [perasaan] dan amal perbuatan;
Ilmu-yaqin
[keyakinan yang didapat dari pengertian teori pelajaran]. Ainul-yaqin
[keyakinan yang didapat dari fakta-fakta lahir setelah terungkap/terbuka].
Haqqul-yaqin [keyakinan yang benar-benar langsung dari Alloh, dan tidak dapat
diragukan sedikitpun, yaitu keyakinan yang hakiki.
Hikmah 57
JANGAN MENINGGALKAN DZIKIR
٭
لاَتتـْرُكِ الذِكْرَ لِعَدَمِ حُضوُرِكَ مَعَ اللهِ فيهِ لاَنَّ غفلَتَكَ عن
وُجُودِ ذِكرِهِ أَشَدُّ من غَفلَتِكَ فى وُجوُدِ ذِكرِهِ فعَساَهُ أَنْ
يَرْفَعَكَ من ذِكرٍ مع وجودِغَفلَةٍ إلى ذِكرٍ معَ وُجودِ يَقظةٍ ، ومن ذكرٍ معَ
وُجودِ يَقظةٍ إلى ذِكرٍ معَ وُجودِ حُضوُرٍ، ومن ذكرٍ معَ وُجودِ حُضوُرٍ إلى
ذِكرٍ معَ وُجودِ غـَيْبَةٍ عمَّا سِوىَ المَذكـُورِ وَماَ ذٰلكَ على اللهِ
بِعَزِيزِ .٭
57.
"Jangan meninggalkan dzikir, karena engkau belum bisa selalu ingat kepada
Alloh di waktu berdzikir, sebab kelalaianmu terhadap Alloh ketika tidak
berdzikir itu lebih berbahaya dari pada kelalaianmu terhadap Alloh ketika kamu
berdzikir." Semoga Alloh menaikkan derajatmu dari dzikir dengan kelalaian,
kepada dzikir yang disertai ingat terhadap Alloh, kemudian naik pula dari
dzikir dengan kesadaran ingat, kepada dzikir yang disertai rasa hadir, dan dari
dzikir yang disertai rasa hadir kepada dzikir hingga lupa terhadap segala
sesuatu selain Alloh. Dan yang demikian itu bagi Alloh tidak berat [tidak
sulit].
Empat
keadaan yang berkaitan dengan dzikir:
1:
Berdzikir dalam keadaan hati tidak ingat kepada Alloh.
2:
Berdzikir dalam keadaan hati yang ingat kepada Alloh.
3:
Berdzikir dengan disertai rasa kehadiran Alloh di dalam hati.
4:
Berdzikir dalam keadaan fana' dari makhluk, lenyap segala sesuatu dari hati,
hanya Alloh saja yang ada.
Seorang
salik tidak boleh meninggalkan Dzikir, disebabkan karena hatinya belum bisa
ingat/menghadap kepada Alloh. akan tetapi ia harus tetap selalu berdzikir walaupun
hatinya masih belum bisa khudhur.
Karena
orang yang meninggalkan dzikir itu jauh dengan Alloh hati dan lisannya. berbeda
dengan orang yang mau berdzikir, meskipun hatinya masih jauh dengan Alloh
karena belum bisa mengingat Alloh waktu berdzikir, tapi lisannya dekat dengan
Alloh.
karena
tidaklah sulit bagi Alloh untuk mengubah suasana hati hamba-Nya yang berdzikir
dari suasana yang kurang baik kepada yang lebih baik hingga mencapai yang
terbaik. Menaikkan satu tingkat [derajat] kelain tingkat [derajat], dzikir
adalah satu-satunya jalan yang terdekat menuju kepada Alloh, bahkan sangat
mudah dan ringan.
Abu
Qasim al-Qusyairy berkata: "Dzikir itu simbol wilayah [kewalian], dan
pelita penerangan untuk sampai, dan tanda sehatnya permulaannya, dan
menunjukkan jernihnya akhir puncaknya, dan tiada suatu amal yang menyamai
dzikir, sebab segala amal perbuatan itu ditujukan untuk berdzikir, maka dzikir
itu bagaikan jiwa dari segala amal. Sedang kelebihan dzikir dan keutamaannya
tidak dapat dibatasi".
Allah
berfirman: "Berdzikirlah [ingatlah] kamu kepada-ku, niscaya Aku
berdzikir [ingat] kepadamu." [QS. Al-Baqorah 152].
Dalam
hadits Qudsi, Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam bersabda, Alloh 'Azza wa
Jalla berfirman: "Aku selalu mengikuti sangkaan hamba-Ku kepada-Ku
dan Aku selalu bersamanya ketika ia berdzikir kepada-Ku. Jika ia berdzikir
[mengingat] dalam dirinya. Aku pun berdzikir padanya dalam dzat-Ku dan jika ia
berdzikir pada-Ku di keramaian, maka Aku pun berdzikir padanya dalam keramaian
yang lebih baik dari pada kelompoknya, dan jika ia mendekat kepada-Ku
sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya sehasta, dan jika ia mendekat kepada-Ku
sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa, dan jika ia datang kepada-Ku berjalan,
Aku akan datang kepadanya berjalan cepat."
Abdullah
bin Abbas rodhiyallohu 'anhu berkata: "Tidak ada suatu kewajiban yang
diwajibkan oleh Alloh pada hamba-Nya melainkan ada batas-batasnya, kemudian
bagi orang-orang yang berudzur dimaafkan jika ia tidak dapat melakukannya,
kecuali dzikir, maka tidak ada batas dan tidak ada udzur yang dapat diterima
untuk tidak berdzikir, kecuali jika berubah akal [gila].
Alloh
berfirman: "... Bagi orang-orang yang mempunyai pikiran [sempurna
akal]. Yang selalu berdzikir [mengingat] Alloh sambil berdiri, duduk dan
berbaring." [QS. Ali-Imran 190-191].
Firman
Allah: "Wahai orang-orang yang beriman, Berdzikirlah [ingatlah]
kamu kepada Alloh dengan dzikir sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya
pada waktu pagi dan petang."
Yakni
pagi, siang, sore, malam, di darat, di laut, di udara, dalam perjalanan
[musafir] berdiam diri pada semua tempat dan waktu, bagi yang kaya, miskin,
sehat, sakit, terang-terangan atau sembunyi dengan lisan atau hati dan pada
tiap keadaan.
Hikmah 58
TANDA HATI YANG MATI
٭ مِنْ
علاَماَتِ مَوْتِ القلبِ عَدَمُ الحُزنِ على ماَ فاَتكَ منَ المُواَفَقاَتِ وَتركُ
النَّدَمِ علىَ ما فَعلتهُ من الزَّلاَّتِ. ٭
58.
"Sebagian dari pada tanda matinya hati, yaitu jika tidak merasa sedih
[susah]karena tertinggalnya suatu amal [perbuatan] kebaikan [kewajiban], juga
tidak menyesal jika terjadi berbuat pelanggaran dosa."
Pada
Hikmah sebelumnya diterangkan supaya jangan meninggalkan Dzikir walaupun hati
belum bisa hadhir ketika berdzikir. Begitu juga dengan ibadah dan amal
kebaikan. Janganlah meninggalkan ibadah lantaran hati tidak khusyuk ketika
beribadah dan jangan meninggalkan amal kebaikan lantaran hati belum ikhlas
dalam melakukannya. Khusyuk dan ikhlas adalah sifat hati yang sempurna. dzikir,
ibadah dan amal kebaikan adalah cara-cara untuk membentuk hati agar menjadi
sempurna. Hati yang belum mencapai tahap kesempurnaan dikatakan hati itu
berpenyakit. Jika penyakit itu dibiarkan, tidak diambil langkah mengobatinya,
pada satu masa, hati itu mungkin akan mati. Matinya hati berbeda dengan mati tubuh
badan. Orang yang mati tubuh badan ditanam di dalam tanah. Orang yang mati
hatinya, tubuh badannya masih sehat dan dia masih berjalan ke sana kemari
dimuka bumi ini.
Manusia
menjadi istimewa kerana memiliki hati rohani. Hati mempunyai nilai yang mulia yang
tidak dimiliki oleh akal fikiran. Semua anggota dan akal fikiran menuju kepada
alam benda sementara hati rohani menuju kepada Pencipta alam benda. Hati
mempunyai persediaan untuk beriman kepada Tuhan. Hati yang menghubungkan
manusia dengan Pencipta. Hubungan dengan Pencipta memisahkan manusia dari
daerah kehewanan dan mengangkat darjat mereka menjadi makhluk yang mulia. Hati
yang cerdas, sehat dan dalam keasliannya yang murni, berhubung erat dengan
Tuhannya. Hati itu membimbing akal fikiran agar akal fikiran dapat berfikir
tentang Tuhan dan makhluk Tuhan. Hati itu membimbing juga kepada anggota tubuh
badan agar mereka tunduk kepada perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya. Hati
yang bisa mengalahkan akal fikiran dan anggota tubuh badannya serta mengarahkan
mereka berbuat taat kepada Alloh adalah hati yang sehat.
Dalam
suatu hadits Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam bersabda:"Barangsiapa
yang merasa senang oleh amal kebaikannya, dan merasa sedih/menyesal atas
perbuatan dosanya, maka ia seorang mukmin."
Abdullah
bin Mas'ud rodhiyallohu 'anhu berkata: ''Ketika kami dalam majelis Rosululloh
saw, tiba-tiba datang seseorang yang turun dari kudanya dan mendekati Nabi
shollallohu 'alaihi wasallam sambil berkata, 'Wahai Rosululloh, saya
telah melelahkan kudaku selama sembilan hari, maka saya jalankan terus menerus
selama enam hari, tidak tidur diwaktu malam dan puasa pada siang hari, hingga
lelah benar kuda ini, demi hanya untuk menanyakan kepadamu dua masalah yang
telah merisaukan hatiku hingga tidak dapat tidur'. Nabi shollallohu 'alaihi
wasallam bertanya, 'Siapakah engkau?' Jawab orang itu,
'Zaidul-Khoir' Berkata Nabi shollallohu 'alaihi wasallam, 'Wahai
Zaidul-Khoir, bertanyalah kemungkinan sesuatu yang sulit, yang belum pernah
ditanyainya'. Berkata Zaidul-Khoir, 'Saya akan bertanya kepadamu
tanda-tanda orang yang disukai dan yang dimurkai?' Jawab Nabi shollallohu
'alaihi wasallam, 'Untung, untung, bagaimanakah keadaanmu saat ini
wahai Zaid?' Jawab Zaid, 'Saya saat ini, suka kepada amal kebaikan dan orang-orang
melakukan amal kebaikan, bahkan suka akan tersebarnya amal kebaikan itu, dan
bila aku ketinggalan merasa menyesal dan rindu pada kebaikan itu, dan bila aku
berbuat amal sedikit atau banyak, tetap saya yakin pahalanya'. Jawab Nabi
shollallohu 'alaihi wasallam, 'Ya itulah dia, andaikan Alloh tidak suka
kepadamu, tentu engkau disiapkan untuk melakukan yang lain dari pada itu, dan
tidak peduli di jurang yang mana engkau akan binasa'. Berkata Zaid, 'Cukup
wahai Rasululloh, lalu ia kembali ke atas kudanya, kemudian ia berangkat
pulang'.''
Hikmah 59-60
DOSA DAN HUSNUD-DHON
٭ لاَ يُعظَمُ الذنبُ عِندَكَ عظمَةً تَصُدُّكَ عَنْ حُسنِ
الظنِّ بِاللهِ ، فَاِنَّ مَنْ عَرَفَ رَبَّهُ اِسْتَسغَرَ فىِ جَنْبِ كرَمِحِ ذ
َنْبُهُ ٭
59.
"Jangan sampai terasa bagimu besarnya suatu dosa itu, hingga dapat
merintangi engkau dari khusnudz-dzon [baik sangka] terhadap Alloh Ta'ala, sebab
barangsiapa yang benar-benar mengenal Alloh Ta'ala, maka akan menganggap kecil
dosanya itu di samping ketulusan kemurahan Alloh."
Merasa besarnya
suatu dosa itu baik, jika menimbulkan rasa akan bertaubat dan niat untuk tidak
mengulanginya untuk selama-selamanya. Tetapi jika merasa besarnya dosa itu akan
menyebabkan putus dari rahmat Alloh, merasa seakan-akan rahmat dan ampunan
Alloh tidak akan didapatnya, maka perasaan itu lebih berbahaya baginya dari
dosa yang telah dilakukannya, sebab putus asa dari rahmat Alloh itu dosa besar
dan itu perasaan orang-orang kafir.
Abdulloh
bin Mas'ud rodhiyallohu 'anhu berkata: "Seorang mukmin melihat dosanya
bagaikan gunung yang akan menimpanya, sedang orang munafiq melihat dosanya
bagaikan lalat yang hinggap diujung hidungnya, maka diusirlah ia dengan
tangannya.
Nabi
shollallohu 'alaihi wasallam telah bersabda: "Demi Alloh yang
jiwaku ada di tangan-Nya, andaikan kamu tidak berbuat dosa, niscaya Alloh akan
mematikan kamu, dan mendatangkan suatu kaum yang berbuat dosa lalu istighfar
[minta ampun] dan diampunkan bagi mereka itu."
Nabi
shollallohu 'alaihi wasallam bersabda: "Andaikan perbuatan dosa
itu tidak lebih baik bagi seorang mukmin dari pada ujub [mau diagung-agungkan
karena amal kebaikannya], maka Alloh tidak akan membiarkan seorang mukmin
berbuat dosa untuk selamanya."
Sebab
ujub itu menjauhkan seorang hamba dari Alloh, sedang dosa itu menarik hamba
mendekat kepada Alloh. Dan ujub, merasa besar diri, sedang dosa merasa kecil
dan rendah diri di sisi Alloh.
٭ لاصغيرة اذاقابلك عدله ولاكبيرة اذاواجهك فضله٭
60.
"Tidak ada dosa kecil jika Alloh menghadapi engkau dengan keadilan-Nya,
dan tidak berarti dosa besar jika Alloh menghadapimu dengan karunia-Nya."
Yang
dinamakan Adil yaitu: pelaksanaan hukum Alloh didalam kerajan-Nya yang tidak
ada yang menentangnya. Apabila sifat adilnya Alloh itu dilaksanakan pada orang
yang di benci Alloh, maka batal semua kebaikannya, dan dosa kecilnya akan
menjadi dosa besar.
Yang
dinamakan Fadhol yaitu: pemberian Alloh kepada hambanya yang tidak ada
balasannya. Apabila sifat Fadholnya Alloh diberikan pada hambanya yang
dicintai-Nya, dosa dan kesalahan yang besar akan di anggap kecil oleh Alloh.
Nabi shollallohu
'alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada dosa besar jika disertai
dengan istighfar [minta ampun], dan tidak dapat dianggap dosa kecil jika
dikerjakan terus menerus."
Yahya
bin Muadz rodhiyallohu 'anhu dalam berdoa ia berkata: "Tuhanku, jika
Engkau kasihan kepadaku, Engkau ampunkanlah semua dosaku, tetapi jika Engkau
murka kepadaku, tidaklah Engkau terima amal kebaikanku.''
Syeih
as-Syadzili ra. berkata dalam do’anya: Ya robbi,semoga amal jelekku engkau
jadikan seperti amal jeleknya orang yang engkau cintai, dan amal kebaikanku
jangan engkau jadikan seperti kebaikannya orang yang engkau benci.
Hikmah 61
AMAL YANG BERNILAI DISISI ALLOH
٭ لاَ عمَلَ اَرْجٰى للِْقبُولِ من عملٍ يَغيْبُ عَنكَ
شُهُودُهُ وَيُحتَقَرُّ عَنْكَ وُجوُدُهُ ٭
61.
''Tidak ada amal kebaikan yang dapat diharapkan diterima oleh Alloh, melebihi
dari amal yang terlupa olehmu adanya dan kecil dalam pandanganmu
kejadiannya."
Amal kebaikan yang
pasti diterima oleh Alloh, yaitu jika merasa bahwa amal itu semata-mata terjadi
karena taufik dan hidayah dari Alloh, kemudian ia tidak membanggakan diri
dengan amal itu, dan tidak merasa seakan-akan sudah cukup baik dengan adanya
amal itu. Karena amal itu telah ditujukan kepada keridhoan Alloh, maka tidak
usah diingat-ingat lagi. Sebab barangsiapa yang merasa sudah beramal,
sesungguhnya jarang sekali yang tidak merasa ujub/arogan dengan amalnya itu.
Dan itu suatu bahaya bagi amal itu.
Hikmah ke 62-64.
WARID
٭
اِنَّماَ اَوْرَدَ عليكََ الوَارِدِ لِتَكُونَ بِهِ عليهِ واَرِداً ٭
62.
"Sesungguhnya Tuhan memberikan kepadamu warid [yaitu ilmu pengertian atau
perasaan dalam hati, sehingga mengenal dan merasa benar-benar akan kebesaran
karunia Alloh], hanya semata-mata supaya engkau mendekat dan masuk kehadirat
Alloh."
WARID
itu kadang diartikan dengan pemberian Alloh pada hambanya berupa ilmu ladunni
dan pemahaman tentang ketuhanan-Alloh, yang menjadikan terang hatinya. Kadang
diartikan bertajallinya Alloh pada hati hamba, meskipun si hamba tidak bisa
merasakan karena terlalu tebalnya sifat kemanusiaannya. dan juga bisa disamakan
dengan Ahwal. Jadi warid dengan Hal itu sama artinya. Seperti yang
dimaksudkan muallif:
٭ اَورَدَ
عليْكَ الوَارِدَ لِيَتَسَلَّمَكَ مِنْ يَدِ الاَغْياَرِ وَلِيُحَرِّرَكَ مِنْ
رَقَ الاَثاَرِ ٭
63.
"Alloh memberikan warid itu semata-mata untuk menyelamatkan engkau dari
cengkeraman benda-benda, dan membebaskan dari perbudakan segala sesuatu selain
Alloh subhanahu wata'ala."
Aghyar
dan atsar yaitu: kepentingan duniawi dan kesenangan hawa nafsu.keduanya
bagaikan orang yang ghosob(mengambil) dirimu karena kamu senang dan bergantung
pada keduanya. lalu Alloh mendatangkan warid kepadamu untuk menyelamatkan kamu
dari tangan orang yang ghosob dan membebaskan kamu dari orang yang memperbudak
kamu(aghyar dan atsar). sehingga makhluk tidak punya bagian dan persekutuan
dalam dirimu. sehingga kamu pantas menghadap kehadirat Ilahi.
٭ اَورَدَ
عليْكَ الوَارِدَ لِيُخْرِجَكَ مِنْ سِجْنِ وُجُودِكَ اِلٰى فَضاَءِ شُهُودِكَ٭
64.
"Alloh memberikan kepadamu warid [karunia-Nya] supaya engkau
keluar/terlepas dari kurungan bentuk kejadian dan sifat-sifatmu, ke alam luar
yang berupa ma'rifat, mengenal kebesaran kekuasaan dan karunia Tuhanmu."
Dalam
tiga pelajaran berkenaan dengan warid [karunia Tuhan] yang pertama diberikan
kepadamu, supaya engkau ringan melakukan taat beribadah dan mendekat kehadirat
Alloh Azza wa Jalla, tetapi kemungkinan kurang ikhlas, maka diturunkan warid
yang kedua untuk melepaskan dari tujuan kepada sesuatu selain Alloh, sedang
warid yang ketiga untuk melepaskan dirimu dari sifat-sifat dan wujud yang
sempit kepada alam yang luas, melihat kebesaran Tuhan yang tidak terbatas
sehingga lupa kepada diri dan hanya ingat kepada Alloh semata-mata.
Syeih
Abul-qosim an-Nashrobady berkata: penjaramu yaitu dirimu sendiri (hawa
nafsumu), kalau kamu bisa keluar dari dirimu, maka kamu akan enak selamanya.
Hikmah65-67
NUR, BASHIROH DAN HATI
NUR, BASHIROH DAN HATI
٭
الاَنْواَرُ مطَايَا القُلوُبِ والاَسرَارِ ٭
65.
"Nur [cahaya] iman dan nur keyakinan itu sebagai kendaraan yang mengantarkan
hati manusia dan asror (rahasia) ke hadirat Alloh."
Nur
Ilahyyah yang diberikan Alloh kepada hambanya itu biasanya hasil
sebab dzikir dan latihan-latihan. Nur itu yang menjadi kendaraan hati dan sir
yang menyampaikan pada tujuannya yaitu masuk dan taqorrub kehadirat Alloh
swt. Nur ini juga disebut Nur warid.
٭
النّوُرُ جُندُ القـُلوب، كَماَ أَنَّ الظُّلمَةَ جُندُ النَّفْسٍ ، فَاِذاَ
أرَادَ اللهُ أَنْ يَنصُرَعَبْدَهُ، أمَدَّهُ بِجُنوُدِ الاَنْواَرِ وَقطَعَ
عَنْهُ عَدَدَ الظُلمِ والاَغيَارِ ٭
66. "Nur [cahaya] tauhid itu sebagai pasukan [tentara] yang membantu hati, sebagaimana gelapnya syirik itu sebagai pasukan [tentara] yang membantu hawa nafsu. Maka apabila Alloh menolong hamba-Nya, maka dibantunya dengan pasukan [tentara] nur Ilahi dan dihentikan bantuan kegelapan dan kepalsuan."
Nur
[cahaya] terang yang berupa tauhid, iman dan keyakinan itu sebagai pasukan
[tentara] pembela dan pembantu hati, sebaliknya kegelapan syirik dan keraguan
itu sebagai pasukan [tentara] pembantu hawa nafsu. Sesungguhnya Nurut-tauhid
dan gelapnya syirik keduanya akan selalu berperang, Apabila Alloh
menolong hambanya maka Alloh akan melenyapkan kegelapan syirik dan mengganti
dengan nur tauhid.seperti contoh,ketika hatimu ingin mengerjakan kebaikan sedangkan
nafsumu mengajak pada perkara sebaliknya, maka keduanya akan berperang untuk
saling mengalahkan. ketika seperti itu bagi hamba tidak ada jalan lain kecuali
meminta pertolongan dan berserah diri kepada Alloh. Dan disinilah terlihat
jelas pengertian:
"Barangsiapa
yang diberi petunjuk oleh Alloh, maka tidak ada yang dapat
menyesatkannya."
"Dan
barangsiapa yang disesatkan oleh Alloh, maka tidak ada yang dapat
menunjukinya."
"Barangsiapa
yang diberi petunjuk [hidayat] oleh Alloh, maka ialah yang mendapat petunjuk [hidayat],
dan barangsiapa yang disesatkan oleh Alloh, maka tidak akan engkau mendapatkan
pelindung atau pemimpin untuknya."
٭
النُّورُ لهُ الكشفُ والبَصِيرَة ُلهُ الحكمُ والقـَلبُ لهُ الاِقباَلُ
والاَدْبارُ ٭
67.
"Nur yang diberikan Alloh didalam hati itu bisa membuka arti sesuatu yang
samar/rahasia. dan Bashiroh [mata hati] bisa menentukan hukum sesuatu sesuai
apa yang dilihatnya, sedangkan hati yang melaksanakan atau
meninggalkan sesuatu sesuai apa yang telah dilihat oleh bashiroh”
Nur
Ilahi itu bisa membuka perkara yang samar dan rahasia seperti baiknya taat dan
hinanya maksiat, rahasianya qodar dan lain-lain. dan bashiroh itu juga
mempunyai hukum yakni bisa melihat seperti hal tersebut. lalu kedua
kasyaf itu terkadang kurang sempurna, sehingga hamba yang dikaruniai kasyaf
tersebut tidak boleh mengerjakan dan menceritakan hal-hal tersebut sebelum
meminta fatwa pada hatinya.
Hikmah 68-69
INGATLAH, KETAATAN ITU ANUGERAH DARI ALLOH
٭ لاَ تـُفـْرِ حُكَ الطَّاعَةُ، لاَنَّهاَ بَرَزَتْ منكَ،
وَافرَحْ بِهاَ لاَنَّهاَ بَرَزَتْ مِنَ اللهِ ِليكَ. قـُلْ بِفَضلِ اللهِ
وَبِرَحْمَتِهِ فبذٰ لكَ فَليَفْرَحُوا هُوَ خيرٌ مِمَّا يجمَعُونَ
68.
"Jangan merasa gembira atas perbuatan taat, karena engkau merasa telah
dapat melaksanakannya, tetapi bergembiralah atas perbuatan taat itu, karena ia
sebagai karunia, taufik dan hidayat dari Alloh subhanahu wata'ala kepadamu,
'Katakanlah, Dengan merasa mendapatkan karunia dan rahmat Alloh, maka dengan
itu hendaknya mereka bergembira. Itulah yang lebih baik dari apa yang dapat mereka
kumpulkan'. [QS. Yunus 58]."
Gembira
atas perbuatan taat itu jika karena merasa mendapat kehormatan karunia dan
rahmat Alloh sehingga dapat melakukan taat, maka itu lebih baik. Sebaliknya
jika gembira karena merasa diri sudah kuat dan sanggup melaksanakan taat, maka
ini menimbulkan ujub, sombong dan kebanggaan, padahal yang demikian itulah yang
akan membinasakan amal taat. Alloh 'Azza wa Jalla telah memperingatkan hambanya
yang sombong dan ujub [mengagungkan diri] dengan firmannya dalam hadits Qudsi,
Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam bersabda: "Alloh 'Azza wa Jalla
berfirman,'Kesombongan adalah selendang-Ku dan keagungan adalah sarung-Ku.
Barangsiapa yang mengambil salah satu dari kedua hal tersebut dari-Ku, maka Aku
akan melemparkannya ke dalam neraka'."
٭ قطَعَ
السَّاءـرينَ لهُ، والواَصِلينَ مِنْ رُوءْيَةِ أعْمالهِمْ ، وَشُهُودِ
أحْوالهِمْ. أمَّاالسّاءـرُونَ فَلاَِ َنَّهُمْ لَمْ يَتحَقــَّقوا الصِّدْقَ مَعَ
اللهِ فِيهاَ. أمَّ الواَصِلوُنَ فَلاَِ َنَّهُمْ غيبهُمْ بِشُهُودِهِ عَنْهاَ ٭
69.
"Alloh telah memutuskan orang-orang yang berjalan menuju kepada-Nya, dan
yang telah sampai kepada-Nya, dari pada melihat/mengagumi amal [ibadah] dan
keadaan diri mereka. Adapun orang yang masih sedang berjalan, karena mereka
dalam amal perbuatan ibadah itu belum dapat melaksanakan dengan ikhlas menurut
apa yang diperintahkan. Adapun orang-orang yang telah sampai, maka karena
mereka telah sibuk melihat kepada Alloh, sehingga lupa pada amal perbuatan
sendiri."
Sehingga
apabila ada amal perbuatan diri sendiri, maka itu hanya karunia, taufik dan
rahmat Alloh subhanahu wata'ala semata-mata. Tanda bahwa Alloh telah memberi
taufik dan hidayah pada seorang hamba, apabila disibukkan hamba itu dengan amal
perbuatan taat, tetapi diputuskan dari pada ujub dan arogan dengan amal
perbuatan itu, karena merasa belum tepat mengerjakannya, atau karena merasa
bahwa perbuatan itu semata-mata karunia Alloh, sedang ia sendiri merasa tiada
berdaya untuk melaksanakan andaikan tiada karunia dan rahmat Alloh Ta'ala.
Hikmah 70-72
TAMAK AKAN MELAHIRKAN KEHINAAN
٭ ماَ
سَبَقتْ اَغْصاَنَ ذ ُلِّ ِاِلاَّ على بِذْرِ طَمَعٍ ٭
70.
"Tidak akan berkembang biak berbagai cabang kehinaan itu, kecuali di atas
bibit tamak [kerakusan]."
Sifat
tamak bagian dari besarnya aib yang mencela sifat kehambaan,
Sifat
tamak [rakus] itu adalah bibit dari segala macam kehinaan dan kerendahan.
Sifat
tamak [rakus] itu adalah sumberdari segala penyakit hati,karena tamak itu hanya
bergantung pada manusia,minta tolong pada manusia, bersandar pada manusia,
mengabdi pada manusia, yang demikian itu temasuk kehinaan, sebab ragu-ragu
dengan taqdirnya Alloh.
Abu
Bakar al-Warroq al-Hakim berkata: "Andaikata sifat tamak itu dapat
ditanya, 'Siapakah ayahmu?' Pasti jawabnya, 'Ragu terhadap takdir Alloh'. Dan
bila ditanya, 'Apakah pekerjaanmu?' Jawabnya, 'Merendahkan diri'. Dan bila
ditanya, 'Apakah tujuanmu?' Jawabnya, 'Tidak dapat apa-apa."
Suatu
hikayat mengatakan: "Ketika Ali bin Abi Tholib Karomalloh wajhah, baru
masuk ke masjid Jami' di Basrah, didapatinya banyak orang yang memberi ceramah
didalamnya. Maka ia menguji mereka dengan beberapa pertanyaan dan yang ternyata
tidak dapat menjawab dengan tepat, maka mereka di usir dan tidak
diizinkan memberi ceramah di masjid itu, dan ketika sampai ke majelis Hasan
al-Basri, ia bertanya, 'Wahai para pemuda! Aku akan bertanya kepadamu sesuatu
hal, jika engkau dapat menjawab, aku izinkan engkau terus mengajar di sini,
tetapi jika engkau tidak dapat menjawab, aku usir engkau sebagaimana
teman-temanmu yang lain, telah aku usir itu'.
Jawab
Hasan al-Basri, 'Tanyakan sekehendakmu'.
Sayyidina
Ali bertanya, 'Apakah yang mengokohkan agama?'
Jawab
Hasan, 'Waro' [menjaga diri sendiri untuk menjauhi segala yang bersifat syubhat
dan haram].
Lalu
Sayyidina Ali bertanya lagi, 'Apakah yang dapat merusak agama?'
Jawab
Hasan, 'Tamak [rakus]'.
Imam
Ali berkata kepadanya, 'Engkau boleh tetap mengajar di sini, orang seperti
engkaulah yang dapat memberi ceramah kepada publik'."
Seorang
guru berkata: "Dahulu ketika dalam permulaan bidayahku di Iskandariyah,
pada suatu hari ketika aku akan membeli suatu keperluan dari seorang yang
mengenal aku, timbul dalam perasaan hatiku; mungkin ia tidak akan menerima
uangku ini, tiba-tiba terdengar suara yang berbunyi, 'Keselamatan dalam agama
hanya dalam memutuskan harapan dari sesama makhluk'." Waro' dalam agama
itu menunjukkan adanya keyakinan dan sempurnanya bersandar diri kepada Alloh.
Waro' yaitu jika sudah merasa tiada hubungan antara dia dengan makhluk, baik
dalam pemberian, penerimaan atau penolakan, dan semua itu hanya terlihat
langsung dari Alloh Ta'ala.
Sahl
bin Abdullah berkata: "Di dalam iman tidak ada pandangan sebab perantara,
karena itu hanya dalam Islam sebelum mencapai iman."
Semua
hamba pasti akan makan rezeki-Nya, hanya berbeda-beda, ada yang makan dengan
kehinaan, yaitu peminta-minta. Ada yang makan rezeki-Nya dengan bekerja keras,
yaitu para buruh, ada yang makan rezeki-Nya dengan cara menunggu, yaitu para
pedagang yang menunggu sampai adanya membeli barang-barangnya. Adapun yang
makan rezeki-Nya dengan rasa mulia, yaitu orang sufi yang merasa tidak ada
perantara dengan Tuhan.
٭ماَ
قاَدَكَ شىءٌ مثـل الوَهْمِ ٭
71.
"Tiada sesuatu yang dapat menuntun/memimpin engkau (pada kehinaan)seperti
angan-angan [bayangan yang kosong]."
Wahm:
Ialah tiap-tiap angan-angan terhadap sesuatu selain dari Alloh, yang berarti
angan-angan yang tidak mungkin terjadi. Dan biasanya nafsu itu lebih
tunduk pada wahm/ angan-angan, dari pada pada akalnya. Sebagai
contoh: manusia itu biasanya lari apabila melihat ular, karena dia
berangan-angan ular itu akan menggigit dirinya. Apabila dia(nafsunya) tunduk
pada akalnya, tentu dia tidak lari. Karena apa-apa yang sudah ditentukan Alloh
pasti wujud, dan sebaliknya.
Ingatlah
tidak ada orang yang bisa selamat dari sifat tamak,kecuali orang yang khusus
yaitu orang-orang yang ahli Qona’ah dan berserah diri pada Alloh, yang hatinya
sama sekali tidak bergantung pada makhluk(manusia).
٭ أنْتَ حُرُّمِمَّا اَنتَ عَنْهُ أيِسٌ وَعَبْد ٌ لمَا اَنتَ
لهُ طاَمعُ ٭
72.
"Engkau bebas merdeka dari segala sesuatu yang tidak engkau butuhkan, dan
engkau tetap menjadi hamba kepada apa yang engkau inginkan."
Hikmah
ini menunjukkan hinanya tamak, dan baiknya Qona’ah.
Andaikan
tidak ada keinginan-keinginan yang palsu dan sifat tamak, pasti orang akan
bebas merdeka tidak akan diperbudak oleh sesuatu yang tidak berharga.
العبد حرّماقنع ٭ والحرُّعبد ٌماطمع
Budak itu merdeka/bebas selagi dia menerima pembagian dari
Alloh(Qona’ah) *orang merdeka itu menjadi budak selagi dia tamak.
Qona’ah
yaitu: tenangnya hati karena tidak adanya sesuatu yang sudah biasa ada. Dan
qona’ah itu awal dari pada sifat zuhud.
Suatu
hikayat:
Burung
elang [rajawali] yang terbang tinggi di angkasa raya, sulit orang akan dapat
menangkapnya, tetapi ia melihat sepotong daging yang tergantung pada perangkap,
maka ia turun dari angkasa oleh karena sifat tamaknya [rakusnya], maka
terjebaklah ia dari perangkap itu sehingga ia menjadi permainan anak-anak
kecil.
Fateh
al-Maushily ketika ditanya tentang ibarat orang yang menurutkan nafsu syahwat
dan sifat tamaknya [rakusnya], sedang tidak jauh dari tempat itu ada dua anak
sedang makan roti, yang satu hanya makan roti, sedang yang kedua makan roti
dengan keju, lalu yang makan roti ingin yang keju, maka ia berkata kepada
temannya:
“Berilah
kepadaku keju.” Jawab temannya: “Jika engkau suka jadi anjingku, aku beri
keju”.
Jawab
anak yang meminta: ‘Baiklah’.
Maka
diikatlah lehernya dengan tali sebagai anjing dan dituntun.
Berkata
Fateh kepada orang yang bertanya: “Andaikata anak itu tidak tamak [rakus] pada
keju, niscaya ia tidak menjadi anjing”.
suatu
kejadian, ada seorang murid didatangi oleh gurunya, maka ia ingin menjamu
gurunya, maka ia keluarkan roti tanpa lauk pauk, dan tergerak dalam hati si
murid sekiranya ada lauk pauknya tentu lebih sempurna. Dan setelah selesai sang
guru makan apa yang dihidangkan itu, berdirilah sang guru dan mengajak si murid
keluar tiba-tiba ia dibawa ke penjara untuk ditunjukkan berbagai macam orang
yang dihukum, baik yang dirajam atau dipotong tangannya dan lain-lain, lalu
berkatalah sang guru kepada muridnya:
Semua
orang-orang yang engkau lihat itu, yaitu orang yang tidak sabar makan roti saja
tanpa lauk pauk.
Ada
seorang yang baru dikeluarkan dari penjara, yang masih terikat kakinya dengan
rantai ia meminta-minta sepotong roti kepada seseorang, maka berkatalah orang
tempatnya meminta:
Andaikata
sejak dulu engkau mau menerima sepotong roti, maka tidak akan terikat kakimu
itu.
AKHIRAT ADALAH TEMPAT PEMBALASAN
٭اِنّماَ
جَعلَ الدَّرالاَخِرَة َ محلا ًّ لِجَزَاءِ عِباَدِهِ المُوءْمنينَ لاَِنَّ هٰذ هِ
الدَّرَ لاَ تَسَعُ ماَ يُرِيدُ انْ يُعْطيَهُم وَلاَنَّهُ اَجلَّ اَقداَرَهُمْ
عنْ اَنْ يُجاَزيَهُِم في داَرِِ لاَبَقاَءَ لهاَ ٭
81.
"Sesungguhnya Alloh menjadikan akhirat untuk tempat pembalasan bagi hamba
yang mukmin, sebab dunia ini tidak cukup untuk tempat apa yang akan diberikan
kepada mereka, juga karena Alloh sayang akan memberikan balasan pahala mereka
di tempat yang tidak kekal."
Rosululloh
shollallohu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya
tempat pecut kuda di dalam surga lebih berharga [baik] dari pada dunia dan
semua isinya."
Rosululloh
shollallohu 'alaihi wasallam bersabda dan Alloh Ta'ala berfirman:"Aku
telah menyediakan untuk hamba-Ku yang sholeh, apa-apa yang belum pernah dilihat
oleh mata, atau didengar oleh telinga atau tergerak dalam hati manusia."
٭مَنْ
وجَدَ ثمَرَة َعملِهِ عاَجِلا ً فَهُو دَليلٌ علٰى وُجودِ القبولِ اٰجِلا ً ٭
82.
"Barangsiapa yang dapat merasakan buah dari amal ibadahnya di dunia ini,
maka itu dapat dijadikan tanda diterimanya amal itu oleh Alloh diakhirat."
Manis
dan lezatnya amal itu sebagai tanda diterimanya amal tersebut oleh Alloh yang
diwujudkan didunia. itu sebagai bukti adanya pembalasan diakhirat. Apabila
hamba sudah merasakan manisnya amal, maka jangan sampai berhentiatau condong
dengan amal tersebut. dan juga jangan sampai beramal demi mendapatkan manis dan
lezatnya amal karena itu kepentingan nafsu. dan karena maksud yang seperti itu
bisa merusak keikhlasan ibadah. Jadi rasa manis dan enaknya ibadah itu hanya
menjadi ukuran untuk membenarkan amal dan membenarkan tingkahnya hati.
Syeikh
Atabah al-Ghulam berkata:
''Aku
melatih diri sholat malam dua puluh tahun, setelah itu baru aku merasakan
nikmat bangun malam.''
Syeikh
Tsabit al-Bunany rodhiyallohu 'anhu berkata: ''Aku melatih membaca Al-Qur'an
selama dua puluh tahun setelah itu baru aku merasakan nikmat membaca
Al-Qur'an.''
Syeikh Abu
Thurob berkata:
''Jika
seseorang bersungguh-sungguh dalam niatnya beramal, maka dapat merasakan nikmat
amal itu sebelum mengerjakannya, dan apabila ikhlas dalam melakukannya, maka
dia akan merasakan manisnya, itulah amal yang diterima dengan karunia Alloh.''
Al-Hasan
berkata:
''Carilah
manisnya amal itu pada tiga hal:
1. Bila
kamu telah mendapatkannya, bergembiralah dan teruskan mencapai tujuanmu.
2.
Apabila kamu belum mendapatkannya, ketahuilah bahwa pintu masih tertutup.
3.
Ketika membaca Qur'an, berdzikir dan ketika bersujud.''
Ada
pula yang mengatakan:
''Dan
ketika bersedekah dan ketika bangun malam.''
Sejak
kapankah engkau merasakan telah mengenal Alloh? yaitu ketika aku setiap akan
berbuat pelanggaran terhadap syariat-Nya dan aku merasa malu kepada-Nya.
83. KEDUDUKAN HAMBA DI SISI ALLOH
٭اِذاَ
اَردتَ اَنْ تَعْرِفَ قدرَكَ عِندهُ فاَنْظُرْ ماَذاَ يُقِيمكَ فيهِ٭
83.
''Jika engkau ingin mengetahui kedudukanmu di sisi Alloh, maka perhatikan
di dalam bagian apa Alloh menempatkan engkau.''
Hikmah
ini bisa diartikan dua kedudukan.
1. Awam(umum) yaitu: apabila engkau
termasuk golongan orang yang beruntung dan diterima, Alloh akan menjalankan
kamu pada apa-apa yang selalu menjadikan Alloh Ridho spt selalu taat
dan ibadah.dan apabila kamu termasuk ahli celaka , maka Alloh akan
menjalankan kamu pada perkara yang menjadikan murkanya Alloh.
2. Khosh yaitu: jika kamu ingin mengetahui
kedudukan kamu disisi Alloh, maka lihatlah
kedudukan Alloh dihatimu.
Rosululloh shollallohu 'alaihi
wasallam bersabda:
''Barangsiapa
yang ingin mengetahui kedudukannya di sisi Alloh, maka hendaknya
memperhatikan bagaimana kedudukan Alloh dalam hatinya. Maka sesungguhnya Alloh mendudukkan
hamba-Nya, sebagaimana hamba itu mendudukkan Alloh dalam hatinya.''
Syeikh
Fudhail bin Iyadh rodhiyallohu 'anhu berkata:
''Sesungguhnya
seorang hamba dapat melakukan taat ibadah kepada Tuhan itu menurut kedudukannya
di sisi Tuhan, atau perasaan imannya terhadap Tuhan, atau kedudukan Tuhan di
dalam hatinya.''
Wahb
bin Munabbih berkata:
''Aku
telah memabaca dalam kitab-kitab Alloh yang dahulu Alloh berfirman:
''Wahai
anak Adam, taatilah perintah-Ku dan jangan engkau beritahukan kepada-Ku apa
kebutuhan yang baik bagimu. [Yakni engkau jangan mengajari kepada-Ku apa yang
baik bagimu].'' Sesungguhnya Aku [Alloh] telah mengetahui kepentingan hamba-Ku,
Aku memuliakan siapa yang taat pada perintah-Ku, dan menghina siapa yang
meninggalkan perintah-Ku, Aku tidak menghiraukan kepentingan hamba-Ku, sehingga
hamba-Ku memperhatikan hak-Ku [yakni kewajibannya terhadap Aku].
84. NIKMAT LAHIR DAN BATIN
٭متىٰ
رَزَقكَ الطَّاعةَ والغِنىٰ بهِ عَنها فاَعْلم اَنَّهُ قد اَسْبَغ َ عليكَ نِعمَهُ
ظاَهِرة ًوباطِنَة ً ٭
84.
"Ketika Alloh memberi rezeki kepadamu berupa perasaan puas
melakukan taat [ibadah] pada lahirmu, dan merasa cukup
dengan Alloh dalam hatimu, sehingga benar-benar tidak ada sandaran
bagimu kecuali Alloh. Maka ketahuilah bahwa Alloh telah
melimpahkan kepadamu nikmat lahir bathin".
Dua
macam rezeki yang dinyatakan oleh Hikmah 84 ini adalah Islam dan Iman.
Hamba Alloh yang memperoleh keduaa rezeki tersebut menjadi
insan yang beriman dan beramal sholih. Tidak ada amal sholih tanpa iman dan
tidak ada kenyataan iman tanpa amal sholih. Ayat-ayat al-Quran sering
menggabungkan iman dan amal sholih menjadi satu, tidak dipisahkan.
Orang
yang mengaku beriman tetapi tidak beramal menurut apa yang diimaninya adalah
dianggap sebagai orang yang berbohong, sementara orang yang melakukan amal
sholih sedangkan hatinya tidak beriman adalah munafik. Kesempurnaan seorang
insan terletak pada gabungan kedua-duanya, yaitu iman dan amal sholih.
Seorang
hamba dituntut dua macam, yaitu menurut perintah Alloh dan
meninggalkan larangan pada lahirnya, dan hanya bersandar serta berharap
kepada Alloh pada bathinnya. Karena itu siapa yang di beri
rezeki oleh Allohdemikian, berarti telah menerima karunia
nikmat Alloh yang sempurna lahir dan bathin, dan menyampaikan
pada cita-citanya didunia dan di akhirat.
85. SEBAIK-BAIK PERMINTAAN
٭خيرُماَ
تطلُبُهُ منهُ ماهُوَ طالبُهُ منكَ ٭
85. "Sebaik-baik yang harus engkau minta dari Alloh,
ialah bisa mengerjakan apa-apa yang Alloh perintahkan kepadamu".
Ingatlah! Pada setiap
waktu dan setiap keadaan pasti disitu ada tuntutan/kewajiban
dari Alloh,maka sebaik-baik yang harus engkau minta
kepada Alloh supaya tetap iman, patuh, taat pada semua perintah dan
larangan, istiqomah dalam pengabdian diri kehadirat Alloh. Itulah
sebaik-baik yang harus engkau minta, baik untuk dunia maupun untuk akhirat,
sebab hanya itulah bahagia yang tiada bandingnya.
Karena itu sebaik-baik
doa ialah:
"Ya Alloh aku
mohon kepada-Mu, ridho-Mu, dan surga, dan aku berlindung kepada-Mu dari
murka-Mu dan api neraka".
86. TANDA ORANG YANG TERTIPU
٭الحزنُ
علٰى فِقداَنِ الطَّاعةِ مع عدمِ النُّهوْضِ اليها من علامات الاِغتِرارِ ٭
86. "Merasa susah karena tidak dapat melakukan suatu amal
ibadah yang disertai oleh rasa malas untuk melakukannya, itu suatu tanda bahwa
ia terpedaya [tertipu] oleh syaitan".
Jika
ketinggalan suatu amal kebaikan merasa sedih, tetapi bila mendapat kesempatan
tidak segera melakukannya, maka itu suatu tanda telah dipermainkan oleh nafsu
dan syaitan. susah yang seperti ini adalah susah yang bohong, dan nangis yang
seperti ini juga nangis yang bohong. Sebagai mana dikatakan sebagian
ulama’ “Banyak mata yang menangis akan tetapi hatinya masih keras. karena orang
tersebut tidak aman dari tipuan Alloh yang samar.Alloh tidak
memberikan pada orang tersebut apa yang manfaat pada dirinya tapi malah memberi
sesuatu yang membohongi dirinya, yaitu susah dan menangis yang bohong. Adapun
susah yang sesungguhnya yaitu, susah yang mendorong dirinya untuk melakukan
taat yang disertai nangis yang benar. dan itu termasuk dari maqomnya salik.
Bersabda
Nabi shollallohu 'alaihi wasallam:
"Sesungguh Alloh menyukai
pada tiap hati yang selalu berduka cita".
Syeikh Abu Ali
ad-Daqqo’ berkata:
"Seorang yang
menyesal dapat menempuh jalan menuju kepada Alloh dalam waktu satu
bulan, apa yang tidak dapat ditempuh oleh orang yang tidak menyesal dalam
beberapa tahun. Karena itu termasuk dalam sifat utama bagi
Rosululloah shollallohu 'alaihi wasallam. Mutawashilul-ahzan,
daa'imul fikir. Rosululloah shollallohu 'alaihi wasallam, selalu merasa
berduka cita dan selalu berfikir [merenung]".
Sayyidah Robiah
al-Adawiyah mendengar seseorang berkata:
''Alangkah
sedihnya". Maka Rabiah berkata:
''Katakanlah, Alangkah
sedikitnya rasa sedihku, sebab bila engkau benar-benar merasa sedih, tidak
berkesempatan lagi untuk bersuka cita".
87.TANDA-TANDA ORANG ‘ARIF
٭ماَالعاَرِفُ
مَن اذاَ اَشارَ وجدَ الحَق َّ اقرَبَ اليهِ مِنْ اِشارَتِهِ ، بلِ العارفُ مَن
لاَ اِشارَة َ لهُ لِفَناءـهِ في وُجُوده وانطِواَءـهِ في شهوُدهِ ٭
87. "Tidak disebut orang arif itu, orang yang bila
ia memberi isyaroh sesuatu ia merasa bahwa Alloh lebih dekat dari
isyaroh-Nya, tetapi orang arif itu ialah yang merasa tidak mempunyai isyaroh,
karena merasa lenyap diri dalam wujudAlloh, dan diliputi oleh pandangan
[syuhud] kepada Alloh".
Hikmah yang lalu menerangkan keadaan orang awam yang dihijab
oleh cahaya dunia dan syaitan sehingga mereka tidak jadi untuk berbuat taat
kepadaAlloh . Hikmah 87 ini pula menerangkan keadaan orang yang berjalan
pada jalan Alloh dan sudah mengalami hakikat-hakikat,tetapi cahaya
hakikat masih menjadi hijab antara dirinya dengan Alloh, Pengalaman
tentang hakikat menurut istilah tasawuf disebut isyaroh tauhid. Isyarat-isyarat
tersebut apabila diterima oleh hati maka hati akan mendapat pengertian
tentang Alloh. Isyarat-isyarat demikian membuatnya merasa dekat
dengan Alloh . Orang yang merasa dekat dengan Alloh, tetapi
masih melihat kepada isyarat-isyarat tersebut masih belum mencapai makam
arifbillah. Orang arifbillah sudah melepas isyarat-isyarat dan sampai kepada Alloh yang
tidak boleh diisyaratkan lagi. Maqom ini dinamakan fana-fillah atau lebur
kewujudan diri dalam Wujud Mutlak dan penglihatan mata hati tertumpu
kepada Alloh semata-mata, yaitu dalam keadaan:
Tiada
sesuatu sebanding dengan-Nya.
Tidak
ada nama yang mampu menceritakan tentang Dzat-Nya. Tidak ada sifat yang mampu
menggambarka n tentang Dzat -Nya. Tidak ada isyarat yang mampu memperkenalkan
Dzat -Nya. Itulah Alloh yang tidak ada sesuatu apa pun
menyerupai-Nya. Maha Suci Alloh dari apa yang disifatkan.
Yakni,
siapa yang masih mempunyai pandangan kepada sesuatu selain Alloh, maka
belum sempurna sebagai seorang [yang mengenal kepada Alloh]. Tetapi
seorang arif yang sesungguhnya, ialah yang merasakan kepalsuan sesuatu
selain Alloh, sehingga pandangannya tiada lain kecuali kepada Alloh.
Seorang
‘arif ditanya tentang apakah fana’ itu? Beliau menjawab, “Fana’ ialah
Muncul/terlihatnya sifat keagungan dan kemegahan Alloh pada
hamba-Nya, sehingga hamba tersebut jadi lupa akan dunia, lupa akhirat, lupa
derajat, lupa makom, hal,dzikir. lupa akalnya, lupa dirinya sendiri, lupa
fana’nya sebab tenggelam dalam takdhim kepada Alloh ta’ala.”
ROJA’ (HARAPAN) DAN TAMANNI (KHAYALAN)
٭الرَّجاءُ
ماَ قاَرَنهُ عملٌ وِالاَّ فهُوَ اُمْنِيَّةٌ ٭
88. "Pengharapan (Roja’) yang sesungguhnya ialah yang
disertai amal perbuatan kalau tidak demikian, maka itu hanya angan-angan
[khayalan] belaka".
Yang
dinamakan roja’ yaitu pengharapan yang dibarengi dengan amal. apabila tidak
dibarengi amal tapi malah malas beramal dan masih berani melakukan maksiat dan
dosa pengharapan itu disebut umniyyah atau lamunan. dan dia tertipu deng belas
kasih Alloh.
Rosululloh shollallohu 'alaihi
wasallam bersabda:
"Seorang yang sempurna
akal ialah yang mengoreksi dirinya dan bersiap-siap untuk memghadapi maut,
sedang orang bodoh ialah yang selalu menurutkan hawa nafsu dan mengharap
berbagai macam harapan".
Syeikh
Ma'ruf al-Karkhi berkata:
"Mengharap
surga tanpa amal perbuatan itu dosa, dan mengharap syafa'at tanpa sebab berarti
tertipu, dan mengharap rahmat dari siapa yang tidak engkau taati perintahnya
berarti bodoh".
Al-Hasan
rodhiyallohu 'anhu berkata:
"Sesungguhnya
ada beberapa orang oleh angan-angan keinginan pengampunan, sehingga mereka
keluar dari dunia [mati], sedang belum ada bagi mereka kebaikan sama sekali.
Sebab mereka berkata: Kami baik sangka terhadap Alloh. Padahal berdusta
dalam pengakuan itu, sebab andaikan mereka baik sangka terhadap Alloh,
tentu baik pula perbuatannya. Al-Hasan lalu membacakan ayat Qur'an:
وَذٰ لِكمُ ْ ظَنُّكمُ ُالَّذىِ ظَنـَنـْتُمْ بِرَبِّكُم
اَرْداكمُ ْ فَاَصبَحْتـُمْ من الخاَسِرِينَ
“Itulah
persangkaanmu terhadap Tuhan telah membinasakan kamu, maka kamu termasuk
orang-orang yang rugi".
Al-Hasan
berkata: Wahai hamba Alloh berhati-hatilah kamu dari angan-angan
[khayalan] yang palsu, sebab itu sebagai jurang kebinasaan, kamu akan lalai
karenanya. Demi Alloh, tidak pernah Alloh memberi pada seorang
hamba kebaikan semata-mata karena angan-angan belaka, baik untuk dunia maupun
untuk akhirat.
PERMINTAAN orang ARIF BILLAH
٭مَطْلَبُ
العارفينَ مِنَ اللهِ تعالى الصِدق ُ في العُبُوديةِ والقِيامُ بحُقوُقِ
الرُّبُوبيَّةِ ٭
89. "Permintaan orang yang sudah makrifat kepada Alloh,
hanya semoga dapat bersungguh-sungguh dalam menghamba dan tetap dalam
menunaikan hak-hak kewajiban terhadap Tuhan".
93-94. RAHASIA PEMBERIAN dan PENOLAKAN ALLOH
٭
رُبَّماَ اَعْطاكَ فمَنَعكَ وَرُبَّماَ منَعَكَ فأَعْطاكَ ٭
93." Terkadang Alloh memberimu kekayaan/kesenangan
dunia, tetapi Alloh menahan tidak memberimu perkara yang hakikatnya
baik padamu(taufiq dan hidayah-Nya). dan terkadang Alloh menahan
(tidak memberi) kamu dari kesenangan dunia tetapi pada hakikatnya memberikan
kepadamu taufiq dan hidayah-Nya".
Jadi
apabila Alloh tidak memberi apa yang menjadi syahwat keinginanmu dan
apa yang enak menurut perasaan nafsumu, hakikatnya itu adalah pemberian yang
agung dari Alloh, dan kamu dilepaskan dari apa yang menjadi kepentingan
nafsumu.
Sebaliknya
walaupun kelihatannya itu sebagai pemberian dari Alloh (dikabulkannya
do’amu) pada hakikatnya itu sebagai penolakan dari Alloh.
Syeikh
Muhyiddin Ibnu 'Aroby berkata: “jika ditahan (tidak diberi) permintaanmu maka
hakikatnya engkau telah diberi,dan jika permintaanmu segera diberikan maka
hakikatnya, telah ditolak dari sesuatu yang lebih besar. karena itu utamakan
tidak dapat dari pada dapat, dan sebaiknya hamba tidak memilih sendiri, tapi
menyerahkan sepenuhnya kepad Alloh yang menjadikannya. dan yang
mencukupi segalakebutuhannya”.
٭ مَتٰى
فتَحَ لكَ باَبَ الفـَهْمِ فِى المَنْعِ عاَدَ المَنْعُ هُوَ عَيْنُ العطاَءِ ٭
94. "Apabila Alloh telah membukakan pengertian
(faham) tentang penolakan-Nya, maka berubahlah penolakan itu hakikatnya menjadi
pemberian".
Sesuatu
yang sangat menghalangi perjalanan kerohanian seorang murid adalah keinginan
diri sendiri. Dia berkeinginan sesuatu yang menurutnya akan membawa kebaikan
kepada dirinya. keinginan atau hajat keperluannya itu mungkin tentang dunia,
akhirat atau hubungan dengan Alloh swt. Jika hajatnya tercapai dia
merasa menerima karunia dari Alloh. Jika hajatnya tidak tidak dikabulkan
dia akan merasa itu sebagai penolakanAlloh. dan merasa jauh dari Alloh.
Orang yang berada pada peringkat ini selalu mengaitkan makbul permintaan atau
do'a, dengan kemuliaan di sisi Alloh. Jika Allohmengabulkan
permintaannya dia merasa itu adalah tanda dia dekat dengan-Nya. Jika
permintaannya ditolak dia merasa itu tanda dia jauh. Anggapan begini sebenarnya
tidak tepat. Tidak semua penerimaan do'a itu menunjukkan dekat dan tidak semua
penolakan itu menunjukkan jauh.
Apabila Alloh telah
memperlihatkan kepadamu hikmah kebijaksanaan-Nya dalam apa yang di jauhkan-Nya
dari kamu, maka itu berarti suatu karunia Tuhan kepada mu. sehingga terasa
olehmu keselamatanmu dunia dan akhiratmu.
95. LAHIR DAN BATINNYA ALAM(DUNIA)
٭
اَلاَكـْواَنُ ظاَهِرُهاَ غِرَّ ةٌ وَباَطِنُهاَ عِبْرَةٌ فاَالنَّفْسُ تَنْظُرُ
اِلىَ ظاَهِرِ غِرَّتِهاَ والقَلبُ يَنْظُرُ اِلٰى باَطِنِ عِبْرَتِهاَ ٭
95. "Alam semesta ini lahirnya berupa tipuan, dan batinnya
sebagai peringatan, maka hawa nafsu melihat lahir tipuannya, sedangkan mata
hati memperlihatkan peringatan/akibatnya".
Dunia
ini bila dilihat dari lahirnya akan terlihat sangat indah, menyenangkan dan
menggiurkan, sehingga banyak orang yang mencintai dunia, terbujuk oleh dunia
sehingga melupakan Alloh sang pencipta dan penguasa dunia.
Alloh berfirman: “Maka
janganlah kamu tertipu oleh kehidupan dunia”.
Firman Alloh: WAMAL-HAYATAD-DUN-YA
ILLAA MATAA-UL GHRUUR.(tiadalah kehidupan dunia ini melainkan kesenangan yang
menipu.)
Apabila
dunia dilihat dari sisi batinnya (hakikatnya), akan menjadikan pelajaran bagi
kita untuk mengenal Alloh, dunia yang kita lihat akan membuat hati melihat
manifestasi ketuhanan didalamnya, dan dunia tempat berjalannya Qudrat dan
Irodat Alloh.
96. “CARILAH KEMULIAAN YANG ABADI”
٭ اذا
اَرَدتَ اَنْ يَكُونَ لكَ عِزًّ لاَ يَفْنىَ فَلاَ تَسْتَعِزَّنَّ بِعِزٍّ
يُفـْنىٰ ٭
96. " jika engkau ingin mendapatkan kemuliaan yang tidak
punah/rusak, maka jangan membanggakan kemuliaan yang bisa rusak".
Manusia
mencari kemuliaan melalui berbagai macam cara. Mereka mencarinya melalui harta,
pangkat dan kekuasaan. Ada yang mencarinya melalui ilmu dan amal. Semua
kemuliaan yang diperoleh dengan cara demikian bersifat sementara.Semua
kemuliaan tersebut adalah fatamorgana.
Kemuliaan
yang abadi/tidak rusak hanya kemuliaanAlloh, maka bergantunglah
dengan Alloh,sebab Alloh kekal abadi dan tidak rusak. adapun
jika bergantung kepada kekayaan, kebangsaan, kedudukan,maka semua itu palsu dan
akan rusak tidak kekal. maka barang siapa bergantung pada suatu sebab yang
tidak kekal, maka akan rusak bersama dengan rusaknya sebab/alat itu.
Alloh berfirman:"
Apakah merka mengharapkan pada apa yang mereka sanjung itu suatu kemuliaan,
ketahuilah sesungguhnya kemuliaan itu semuanya milik dan hakAlloh ta'ala".
Ada
hikayat: seorang datang kepada raja Harun al-rasyid, untuk memberi nasihat,
tiba-tiba Harun al-rasyid marah kepadanya, lalu memerintahkan kepada
pengawalnya supaya mengikat orang itu bersama dengan keledainya yang nakal,
supaya dia mati di tendang keledai. setelah perintah dilaksanakan tiba-tiba
keledai itu jadi lunak kepada orang yang akan dihukum. kemudian Harun
memerintahkan supaya orang tersebut di masukkan kedalam rumah dan pintunya
supaya ditutup dengan semen, supaya dia mati didalamnya, tiba-tiba orang yang
dihukum itu telah berada di luar(kebun)sedang pintu rumah masih tertutup dengan
semen. maka orang itu dipanggil oleh Harun al-rasyid dan ditanya: Siapa yang
mengeluarkan kamu dari rumah(penjara)? jawabnya: yang memasukkan saya kekebun,.
Harun bertanya lagi: dan siapa yang memasukkan engkau kedalam kebun? jawabnya:
yang mengeluarkan aku dari rumah.
kemudaian
Harun al-rasyid sadar dan memerintahkan pengawalnya untuk membawa orang itu
diatas kendaraan dan keliling kota,sambil memberitahukan pada masyarakat:
ketahuilah bahwa raja Harun al-rasyid menghinakan orang yang telah di
mulyakan Alloh, maka tidak bisa...
Seorang
datang kepada seorang 'Arif sambil menangis, maka ditanya oleh sang
'Arif: Mengapa engkau menangis? jawabnya: karenaguruku telah mati. orang 'Arif
berkata: mengapa engkau berguru pada orang yang bisa mati.
97.“AT-THOYYU”
(melipat/menyingkat jarak/waktu)
٭
اَلطَّيُّ الحقِقيُّ اَنْ تطوٰى مساَفة ُ الدُّنْياَ عَنْكَ حَتَّى ترَىالاٰخِرَةَ
اَقْرَبَ اِليكَ منكَ ٭
97.
"Menyingkat/melipat jarak yang hakiki ialah jika engkau bisa menyingkat
jarak dunia ini, sehingga engkau dapat melihat akhirat itu lebih dekat kepadamu
dari pada dirimu sendiri".
Hikmah
ke 97 ini menerangkan tentang at-thoyyu al-haqiqy, yang diberikan kepada para
kekasih Alloh, dengan thoyyu al-haqiqy Alloh memulyakan para wali-wali-Nya.
Bukan melipat jaraknya perjalanan di bumi (Indonesia- makkah bisa ditempuh
hanya satu langkah atau kedipan mata,
Dan
juga bukan menghabiskan masa siang malam dengan sholat dan puasa semata-mata.
Karena itu semua bisa bercampur dengan sifat riya’ ujub dll.
At-Toyyul
haqiqyy itu diberikan pada orang-orang yang telah bersinar Nurul yaqin dalam
hatinya, sehingga dia melihat dunia akan hilang dari pandangannya, dan melhat
akhirat ada dekat didepannya. Orang yang seperti ini tidak mungkin akan
mencintai dunia, karena dia tahu rusaknya dunia.
Dalam
keterangan lain Ibnu 'Athoillah berkata: Andaikata Nur keyakinan itu
telah terbit terang di hati mu, pasti engkau dapat melihat akhirat lebih dekat
kepadamu daripada engkau akan pergi kesana, dan pasti dapat melihat segala
keindahan dunia ini diliputi suramnya kerusakan dan kehancuran yang akan
menimpa kepadanya.
98. “HAKIKAT
PEMBERIAN DARI MAKHLUK”
PEMBERIAN DARI MAKHLUK”
٭
العَطَاء مِنَ الخَلقِ حِرْماَنٌ والمنْعُ من اللهِ اِحْسانٌ ٭
98.
"Pemberian dari makhluk itu suatu kerugian(penghalang), dan
penolakan dari Alloh itu suatu pemberian kebaikan dan karunia".
penolakan dari Alloh itu suatu pemberian kebaikan dan karunia".
Hikmah
ini merupakan ucapan ahli tauhid yang sebenarnya. Orang yang
benar-benar bertauhid menganggap bahawa sekiranya mereka menerima pemberian
makhluk sedangkan hatinya tidak melihat bahawa pemberian itu sebenarnya dari
Alloh, maka dia menerima pemberian itu suatu kerugian.
benar-benar bertauhid menganggap bahawa sekiranya mereka menerima pemberian
makhluk sedangkan hatinya tidak melihat bahawa pemberian itu sebenarnya dari
Alloh, maka dia menerima pemberian itu suatu kerugian.
Sedangkan
penolakan Alloh atas permintaanmu itu hakikatnya suatu
pemberian dan anugerah dari Alloh, karena Alloh menempatkan kamu dipintu
Rahmat-Nya dan menyelamatkan kamu dari terhalang dengan-Nya.
pemberian dan anugerah dari Alloh, karena Alloh menempatkan kamu dipintu
Rahmat-Nya dan menyelamatkan kamu dari terhalang dengan-Nya.
Ali
bin Abi Tholib berkata: Jangan merasa
adanya yang memberinikmat kepadamu selain Alloh, Dan anggaplah segala nikmat
yang kamu terima dari selain Alloh sebagai kerugian. (yakni: diantara engkau
dengan Alloh tidak ada perantara, maka semua nikmat yang kamu terima
semata-mata dari Alloh, dan bila terjadi engkau merasa menerima nikmat dari
sesama manusia, maka itu sebagai kerugian bagimu.)
adanya yang memberinikmat kepadamu selain Alloh, Dan anggaplah segala nikmat
yang kamu terima dari selain Alloh sebagai kerugian. (yakni: diantara engkau
dengan Alloh tidak ada perantara, maka semua nikmat yang kamu terima
semata-mata dari Alloh, dan bila terjadi engkau merasa menerima nikmat dari
sesama manusia, maka itu sebagai kerugian bagimu.)
Seorang
Hakim berkata: Menanggung
budi kebaikan dari manusia itu lebih berat dari pada sabar karena
kekurangan(ketiadaan).
budi kebaikan dari manusia itu lebih berat dari pada sabar karena
kekurangan(ketiadaan).
Pemberian dari Makhluk itu, pada umumnya menyebabkan terhijab dari
Alloh, sehingga tidak ingat pada alloh. dan merasa berhutang budi kepada sesama
manusia, dan inilah letak kerugian moril. sebaliknya penolakan dari Alloh yang menyebabkan kita ingat Alloh itu, berarti suatu karunia nikmat yang
besar dari Alloh.
99-101. “AMAL DAN BALASAN DARI ALLOH”
٭ جَلَّ
رَبُّناَ اَنْ يُعاَملهُ العَبْدُ نَقْداً فَيُجاَزِيهُ نَسِيْـءَـةً
٭
99.
"Maha agung Tuhan, jika seorang hamba beramal kontan (segera) dan di balas
kemudian hari".
Pembalasan
amal itu tidak khusus di akhirat saja, tapi kadang sebagian ada yang di
wujudkan didunia,supaya mendorong semangatnya amal, dan sebagai tanda
diterimanya amal.
٭ كَفىَ
من جَزَاءهِ اِيَّاكَ علىَ الطاَّعةِ اَنْ رَضِيكَ لها اَهْلاً ٭
100."Cukuplah
menjadi balasan Alloh atas ketaatanmu jika Alloh ridho menjadikan engkau ahli
taat beribadah."
Apabila
tidak ada Ridho Alloh, pasti sifat manusia itu malas melakukan taat dan tidak
memperhatikan ibadahnya.
Jadi
apabila Alloh memberi kemudahan bisa melaksanakan ibadah, hakikatnya itu suatu
pembalasan dan anugerah yang sangat besar yang ada di dunia.
Ingatlah!
Kita itu mahluk yang hina, tidak berhak dan pantas mengabdi/hidmah kepada Raja
diRaja (ALLOH), jadi kalau Alloh mendekatkan kita bisa mengabdi kepada-Nya, dan
Alloh ridho kepada kita menjadi ahli hidmah, itu suatu nikmat yang sangat
besar.
Taufiq
dan hidayah dari Alloh yang diberikan kepada seorang hamba itu sebagai karunia
yang sebesar-besarnya bagi seorang hamba, sebab dengan hidayah dan taufiq
itulah seorang hamba dapat menerima nikmat dan bahagia dunia akhirat.
٭كفىَ
العاَمِلِينَ جَزَاءً ماَهوَ فاَتِحُهُ على قلوبِهِمْ فِي طاَعَتِهِ وَماَ هُوَ
مُورِدُهُ عليهِمْ من وُجُودِ موءَانَسَتِهِ ٭
101.
“Cukuplah sebagai balasan dari Alloh pada orang-orang yang beramal,apa yang
telah dibukakan Alloh dalam hati mereka dari kebiasaan melakukan taat dan apa
yang di berikan Alloh pada mereka berupa kesenangan berdzikir kepuasan
berkholwat,menyendiri dengan Alloh”.
Tidak
ada nikmat didunia ini yang menyamai/menyerupai nikmat surga, kecuali nikmat
yang dirasakan oleh ahli dzikir,dalam perasaan hati
102. “BERIBADAH JANGAN
MENGHARAP SESUATU SELAIN ALLOH”
٭ مَنْ عَبَدَهُ لِشىءٍ يَرْجُوهُ مِنْهُ اَوْلِيَدْفَعَ
بِطاَعَتِهِ وُرودُ العُقُوبَتِ عَنْهُ فَماَ قَاَمَ بِحَقِّ اَوْصَافِهِ ٭
102. ”Barang siapa menyembah Alloh karena
mengharap sesuatu, atau untuk menolak siksa atas dirinya, maka dia belum
menunaikan kewajiban terhadap sifat-sifat Alloh”.
Sebagai hamba Alloh kita wajib menghamba
dan beribadah hanya kepadaNya, yang kita tuju juga hanya Alloh, bukan karena
pahala surgaNya, atau atau siksa nerakaNya. ILAAHI ANTA MAQSHUUDII-WA-RIDHOOKA
MATHLUUBII.
Alloh telah menurunkan wahyu pada Nabi Dawud
as.: Sesungguhnya orang yang sangat aku kasihi ialah orang yang beribadah bukan
karena upah pembeerianKu, tetapi semata-mata karena Aku yang berhak untuk
disembah.
Dalam kitab zabur disebutkan: Dan siapakah yang
lebih kejam dari orang yang menyembahku karena surge atau neraka, apakah
seandainya Aku tidak membuat surge atau neraka, Aku tidak berhak untuk
disembah..
Nabi saw.bersabda: Janganlah berlaku
sebagai seorang hamba yang busuk jika takut, lalu bekerja/beribadah. Dan jangan
berbuat sebagai buruh
Yang busuk jika tidak di bayar tidak bekerja.
Sebab sebenarnya pemberian Alloh kepada hamba
itu sudah lebih dari yang diharapkan yaitu hidupnya, nafasnya,panca indranyadan
kesehatannya dan lain-lainnya.
Abu Hazim berkata: Saya malu menyembah Alloh
karena pahala, seperti buruh yang busuk jika tidak di bayar tidak bekerja, atau
menyembah karena takut siksa, seperti budak yang curang jika tidak takut siksa,
tidak bekerja, tetapi saya menyembah Alloh karena cinta kepadaNya.
Sufyan As-tsaury minta nasehat kepada
Robi’ah Al-adawiyyah, maka Robi’ah berkata: Engkau seorang yang baik, andaikan
engkau tidak cinta kepada dunia.
103-104.
“MEMAHAMI RAHASIA
PEMBERIAN DAN PENOLAKAN ALLOH”
٭ مَتىَ اَعْطاَكَ اَشْهَدَكَ بِرَّهُ وَمتىَ مَنَعَكَ اَشْهَدَكَ
قَهْرَهُ فَحُوَ فىِ كُلِّ ذٰلكَ مُتَعَرِّفٌ اِليكَ وَمُقَبِّلٌ لِوُجوُدِ
لُطْفِهِ عليْكَ ٭
103. “Apabila Alloh memberi karunia kepadamu,
maka Ia akan menunjukkan kepadamu karunia belas kasihNya, dan apabila Alloh
menolak pemberianNya atasmu, maka Ia akan menunjukkan kepadamu kekuasaanNya,
maka Ia dalam semua itu memperkenalkan diri kepadamu, dan mehadapkan kepadamu
dengan kehalusan pemberian pemeliharaanNya kepadamu”.
.
Kuwajiban bagi tiap hamba harus mengenal
Tuhannya, dengan segala sifat-sifat kebesaranNya. Maka siapa yang tidak mau
mengenal dengan sifat Mu’thi Wahhab (pemberi) maka ia harus mau mengenal dengan
sifat
Mani’(menolak) Muntaqim(membalas)
Qohhar(memaksa). Tetapi apabila telah mengenal hikmah Rahmat Alloh, maka terasa
bahwa semua itu semata-mata karunia dari Alloh kepada hambaNya.
Sufyan as-tsaury bertemu dengan
Abu Habib Al-badry, dan member salam, Abu Habib bertanya: Engkaukah Sufyan
astsaury yang terkenal itu? Jawabnya: benar, semoga Alloh memberkahi apa yang
dikatakan orang-orang itu. Lalu Abu Habib berkata: Hai Sufyan, tidak ada suatu
kebaikan melainkan berasal dari Tuhan. Jawab Sufyan, Benar. Ditanya lagi:
mengapa kamu tidak suka bertemu pada siapa yang tidak ada kebaikan Kecuali
padaNya. Hai Sufyan: Penolakan Alloh kepadamu itu berarti pemberian karuniaNya
padamu, sebab ia tidak menolak karena bakhil atau tidak ada, hanya dia menolak
permintaanmu karena kasihnya kepadamu. Hai Sufyan, Sesungguhnya aku masih suka
duduk dengan engkau tetapi bersamamu itu ada kesibukan, kemudian Abu habib
menuju kekambingnya dan membiarkan Sufyan Astsaury.
٭ اِنَّمَا يوُءَلِّمكَ المَنْعُ لِعَدَمِ فَهْمِكَ عَنِ اللهِ
فيهِ ٭
104. “Sesungguhnya sebab terasa pedihnya
penolakan Alloh kepadamu itu, karena engkau tidak mengerti hikmah rahmat Alloh
dalam penolakan (tidak memberikan keinginan/harapanmu)itu”.
Sebagian dari tanda memahami penolakan (tidak
mengabulkan do’a) dari Alloh yaitu:
1. Kita bisa memahami Bahwasannya Alloh
menghendaki kita menghadap kepadaNya, selalu bergantung kepadaNya, dan tanda dikasihi
Alloh, karena apabila Alloh mencintai hambanya maka hamba itu akan di jaga dari
kesenangan dunia.
2. Kita bisa memahami Bahwasannya Alloh akan
menapakkan kita kejalan orang-orang yang dekat dengan Alloh. Seperti kata Syeih
al-Fudhail dalam munajatnya : Ya Tuhanku, Engkau memberi lapar padaku dan
keluargaku, dan Engkau tidak memberi pakean pada ku dan keluargaku, yang itu
semua biasanya diperuntukkan orang-orang pilihan, lalu kenapa aku bisa
mendapatkan kedudukan yang seperti itu?.
3. Kita bisa memahami Bahwasannya dunia itu
rusak, hina dan akan musnah, dan kita merasa senang dengan simpana untuk kita
besok di akhirat.
Dengan memahami itu semua akan
membuka hati kita. Dan apabila hati kita telah terbuka maka kita bisa memahami
bahwa penolakan dari Alloh itu lebih menyenangkan. Jadi Alloh tidak memberi
itulah Hakikatnya pemberian Alloh.
Tiada sempurna Iman dan keyakinan
seseorang kepada Alloh sebelum ia memiliki dua sifat:
1. Percaya penuh kepada
Alloh, yakni bersandar dan berharap hanya kepada Alloh.
2. Bersyukur kepada Alloh karena
dihindarkan dari padanya apa yang di ujikan pada orang lain yaitu berupa
kekayaan dunia.
Juga tidak sempurna iman keyakinan hamba
sebelum ia mengerti bahwa pemberian Alloh sesuatu yang manfaat. Dan penolakan
Alloh itu karena madhorot/bahaya.
105-106.
“JANGAN MENYOMBONGKAN
AMALMU”
٭ رُبَّماَ فَتَحَ لكَ باَبَ الطَّاعةِ وَماَ فَتَحَ لكَ بَابَ
القَبُولِ. وَرُبَّمَا قَضىَ عليكَ بالذ َّنْبِ فَكانَ سَبَباً فِي الوُصوُلِ ٭
105.”Terkadang Alloh membukakan untukmu pintu
taat, tetapi belum dibukakan pintu kabul (penerimaan), Sebagaimana adakalanya
ditaqdirkan engkau berbuat dosa, tetapi menjadi sebab Wusul (sampaimu) kepada
Alloh”.
Taat itu terkadang bibarengi
dengan penyakit hati yang bisa menghilangkan ikhlas,seperti ujub(bangga dengan
amalnya dll. Sedangkan dosa itu terkadang diikuti dengan merasa hina dirinya
dan menganggap baik orang yang tidak melakukannya, dan menjadikan dia meminta
ampun kepada Alloh sehingga menjadi sebab Alloh mengampuni dosanya, dan bisa
wushul kepada Alloh.
Abu hurairoh ra. berkata: Bersabda Nabi
saw. “Demi Alloh yang jiwaku ada di tanganNya, andaikan kamu tidak berbuat
dosa, niscaya Alloh akan menyingkikan (mematikan)kamu, dan diganti dengan
orang-orang yang berbuat dosa lalu minta ampun kepada Alloh, lalu di ampuni
oleh Alloh.
٭ مَعْصِيَة ٌ اَورَثـْتَ ذُلاًّ واَفـْتِقَاراً خَيرٌ من طاَعةٍ
اَوْرَثـْتَ عِزًّ واسْتِكباَراً ٭
106.”Maksiat (dosa) yang menjadikan rendah diri
dan membutuhkan rahmat dari Alloh,itu lebih baik dari perbuatan taat yang membangkitkan
rasa sombong, ujub dan merendahkan orang lain”.
Merasa hina,rendah diri itu
bagian dari sifatnya seorang hamba kepada Alloh. Syeikh Abu Madyan berkata:
inkitsarun lil-‘aashi khoirun min wushuulil-muthii’I Perasaan rendah
diri yang telah berbuat dosa, itu lebih baik dari kesombongan seorang yang
taat.
Ada kalanya seorang hamba berbuat
kebaikan yang menimbulkan rasa ujub,sombong, sehingga menggugurkan amal yang di
kerjakan sebelumnya. Dan ada kalanya seorang berbuat dosa yang menyedihkan hatinya,
sehingga timbul rasa takut kepada Alloh, yang menyebabkan keselamatan pada
dirinya.
As-sya’by meriwayatkan dari Al kholil bin
Ayyud, bahwasanya seorang ‘abiid (ahli ibadah) Bani israil,ketika ia berjalan
ia selalu dinaungi oleh awan, tiba-tiba ada seorang pelacur bani israil
tergerak hatinya, ingin mendekat kepada si ‘Abid. Maka ketika pelacur itu
mendekat pada si ‘abid, tiba-tiba si abid itu mengusirnya dengan berkata: pergi
kau dari sini. Maka Alloh menurunkan wahyu kepada Nabi, bahwa Aku(Alloh) telah
mengampuni dosa pelacur itu dan membatalkan amal aabid itu. Maka berpindahlah
awan dari atas kepala aabid ke atas kepala pelacur itu.
Al-harits Al-muhasiby berkata: Alloh
menghendaki supaya anggauta lahir ini sesuai dengan batinnya(hati), maka
apabila sombong congkak seorang alim/aabid, sedangkan pelacur itu tawadhu’
merendahkan diri, maka ketika itu pelacur itu lebih taat kepada Alloh dari si
aabid dan alim.
Ada pula kisah: seorang aabid bani israil
sedang sujud, tiba-tiba kepalanya diinjak oleh orang,maka aabid itu berkata:
angkat kakimu, Demi Alloh aku tidak akan mengmpunkan engkau. Maka alloh
menjawab: Hai orang yang bersumpah atas namaKu, bahkan engkau tidak diampunkan
karena kesombonganmu. Al Harits berkata: Dia bersumpah karena merasa diri besar
disisi Alloh, maka kesombongan, ujub itulah yang tidak di ampuni Alloh.
107-108.
“NIKMAT
IiJAD(diciptakan) dan
NIKMAT
IMDAD(kelanjutan)”
٭ نِعْمَتاَنِ ماَ خَرَجَ موْجُودٌ عَنْهاَ ولاَ بُدَّ لِكُلِّ
مُكـَوِّنٍ مِنْهُما نِعْمةُ الاِيْجادِ وَنِعْمة ُالاِمْداَدِ ٭
107.”Ada dua nikmat yang tidak ada satu
mahlukpun yang terlepas dari keduanya, yaitu nikmat ciptaan(diwujudkan) dan
nikmat kelanjutan.
Karena tiap makhluk asalnya tidak ada, maka
nikmat yang diterima pertama kali adalah nikmat iijad/diciptakanAlloh yang
menjadikannya ada.kemudian dilanjutkan dengan nikmat Imdad/kelanjutan hidup,
yakni melengkapi kebutuhan hidup, sebab bila tidak dilengkapi kebutuhan hidup
maka tidak akan dapat bertahan hidup.
٭ اَنْعَمَ عليكَ اوَّلاً بِالاِيجَادِ واثاَنياً بِتَوالى
الاِمدادِ ٭
108. “Pada mulanya Alloh memberi nikmat
kepadamu berupa iijad/diwujudkan, kemudian nikmat yang kedua: melengkapi
kebutuhan-kebutuhan wujudmu yang terus-menerus(bantuan/pertolongan Alloh)”.
Alloh berfirman: wa-asbagho ‘alaikum
ni’mahuu-dhohirotan-wa-baathinah.(Alloh menuangkan kepadamu nikmat lahir
batinyang terang dan samar, dan yang tidak terasa.)
Dan firman Alloh: “Tetapi Alloh yang
mencintakan kamu kepada iman,dan Alloh menghias iman itu dalam hatimu, dan
Alloh yang membencikan kamu kepada kufur(kekafiran)dan pelanggaran dan maksiat
dosa. Merekalah orang yang dapat petunjuk, itu semua karunia dari Alloh dan
nikmat, dan Alloh maha mengetahui lagi bijaksana. Al-hujurat 8”.
Dzun-Nun Al-Mishri berkata: Siapa yang dalam
tauhid itu merasa seolah-olah sebagai hasil kecerdasannya sendiri, maka tauhid
itu, tidak dapat menyemenyelamatkannya dari api neraka, sehingga merasa bahwa
tauhidnya itupun karunia dari Alloh ta’ala.
Seseorang apabila telah merasa
asal kejadiaannya dari Alloh dan kelanjutannya pun dari Alloh, merasa
bahwa sifat fakirnya itu memang asli pada kejadiannya, dan ia tidak dapat
melepaskan diri dari Tuhan yang di hajatkannya pada tiap detik dalam wujudnya
109-110.
“SIFAT ASLI
MANUSIA dan
WAKTU TERBAIK UNTUK
HAMBA”
٭ فاَقَتُكَ لكَ ذاتِيَةٌ وَوُروُدُ الاَسباَبِ مُذَكِراَتٌ لكَ
بماَ خَفىَ عليكَ منهَا وَالفاقَةُ الذ ّاَتِيَةٌ لاَتَرْفَعُهاَ العَوَارِضُ ٭
109. “ Kefakiran/kebutuhanmu itu adalah sifat
asli dalam dzat kejadianmu, sedang sebab-sebab/kejadian yang menghinggapi dirimu
itu untuk mengingatkan kamu apa yang tersembunyi bagimu dari sifat aslimu,
sedangkan kebutuhan/sifat asli itu tidk bisa dihilangkan dengan sesuatu yang
sementara”.
Hikmah ini menjadi kelanjutan dari hikmah
sebelumnya, yang menerangkan nikmat pemberian dari Alloh.
Jadi jelas sudah, bahwa wujud/kejadianmu
itu pemberian/ciptaan Tuhan, demikian pula hajat kebutuhan tiap detik untuk
kelanjutan hidup, itupun pemberian Tuhan,maka jelas bahwa kebutuhan/kefakiran
itu asli dalam kejadianmu.
Jadi apabila kamu lupa dengan kefakiran kamu,
seolah-olah kamu tidak berhajat karena sudah hidup, dalam kondisi sehat, punya
harta maka itu suatu hal yang hinggap sementara ketika engkau lupa asal
kejadianmu, maka Alloh memberi padamu peringatan berupa penyakit, kekurangan
harta dll, untuk mengingatkan kamu asal kejadianmu (fakir). Sehingga kamu mau
kembali lagi menjadi seorang hamba.
Sebagian ulama’ mengatakan : mengapa firaun
mengatakan “ANA ROBBUKUMUL-A’LAA”( akulah tuhan yang maha tinggi.), itu
dikarenakan firaun itu kaya dan selalu sehat tidak pernah sakit. Firaun dalam
waktu 400 tahun itu tidak pernah sakit sekalipun, seumpama dia pernah sekali
saja sakit kepala atau panas badannya, tentu dia tiadak akan mengku menjadi
Tuhan.
110. “WAKTU TERBAIK
UNTUK HAMBA”
٭ خَيْرُ اَوقاَتِكَ وَقْتٌ تَشْهَدُ فيهِ وُجُودُ فاَقَتِكَ
وَتُرَدُّ فيِهِ اِلٰى وُجُودِ ذِلَّتِكَ ٭
110.” Sebaik-baik waktu dalam hidupmu, ialah
saat-saat dimana engkau merasa dan mengkui kefakiran / kebutuhanmu, dan kembali
pada adanya kerendahan dirimu”.
Sebaik-baik waktu
dalam masa hidupmu, ialah saat ingat kepada Alloh dan putus hubungan dengan
segala suatu selainNya. Yaitu disaat merasakan benar-benar kebutuhanmu kepada
Alloh, sedang segala sesuatu yang lainnya tidak dapat menolong meringankan
kebutuhanmu. Dan tidak ada pengharapan selain padaAlloh. Maka pada saat itu
murnilah pengertian tauhidmu kepada Alloh.
Diceritakan: Syeih ‘Ato’ as-sulamy itu
selama tuju hari tidak merasakan makanan sama sekali dan dia tidak bisa berbuat
apa-apa, tapi dalam kondisi seperti itu hati beliau tambah senang, dan
berkata(berdo’a): Ya Tuhanku, jika Engkau tidak memberi makanan kepadaku tiga
hari lagi tentu aku akan sholat seribu rokaat.
Syeih Fathul-Mushily pada satu
malam pulang kerumahnya, dan dirumahnya tidak ada makanan, tidak ada lampu,
tidak ada kayu bakar. Lalu dia memuji kepada Alloh dengan munajatnya: Ya
Tuhanku, sebab apa aku Engkau tempatkan pada tempatnya para kekasihMu? .
111. “AL-UNSU
(ketenangan jiwa)”
٭ مَتٰى
اَوحَشكَ من خَلقِهِ فاَعْلم اَنَّهُ يُرِيدُ ان يَفتحَ لك باَبَ الاُنْسِ بِهِ ٭
111.”
Apabila Alloh telah menjemukan kamu dari mahluk,maka ketahuilah bahwa alloh
akan membukakan untukmu pintu ketenangan dan senang kepada Alloh”.
Pada
hikmah-hikmah sebelumnya menjelaskan tentang karunia pemberian Alloh kepada
kita, sehingga kita tahu tentang kefakiran dan kehinaan kita.
Pada
hikmah ini Syeikh Ibnu ‘Ato’illah mejelaskan tanda orang-orang yang sudah
bergantung kepada Alloh akan diberi UNSU(ketenangan hati). Yaitu Ketika Alloh
telah membuka pintu ketenangan menghadap Alloh,maka kamu benar-benar menjadi
hamba Alloh, dan kamu akan merasa jemu dengan selainNya(mahluk), karena merasa
mahluk tidak bermanfaat, bahkan adakalanya mudhorrot baguimu. Diceritakan:
Syeih Abu Yazid al-busthomy, ketika ia diperlihatkan oleh Alloh alam Malakut
dan mahluk-mahluk yang ada di langit, kemudian di Tanya: adakah sesuatu yang
menyenangkan engkau? Jawabnya: Tidak. Maka dikatakan kepadanya: Engkau hamba
Alloh yang sesungguhnya.
112-113.
“RAHASIA BERDO’A”
٭ مَتٰى
اَطـْلَقَ لِساَنَكَ بِاالطَلَبِ فَاعلمْ اَنَّهُ يُرِيدُ ان يُعْطِيكَ ٭
112.”
Apabila Alloh telah melepaskan lidahmu untuk meminta, maka ketahuilah bahwa
alloh akan memberi kepadamu”.
Yakni
ketika alloh melepaskan lidahmu dari diam(tidak meminta) yang timbul karena
kamu merasa kaya dan tidak butuh dan tidak melihat kefakiranmu, sehingga kamu
mau meminta/berdo’a dengan lisanmu kepada Alloh, itu disebabkan kamu sadar
dengan kefakiranmu, pasti Alloh akan memberi kepadamu. Karena Alloh telah
berjanji akan mengijabah do’a orang-orang yang sangat berhajat.
Abdulloh
binUmar berkata: Rosululloh saw.bersabda : Siapa yang telah mendapatkan
izin berdo’a, berarti telah dibukakan baginya pintu rahmat, dan tiada dimintai
sesuatu yang lebih disukai oleh Alloh dari pada dimintai ampunan dan selamat
dunia akhirat.
Dalam
Hadits lain: Rosululloh saw. bersabda: Siapa yang telah diberi
kesempatan berdo’a, maka tidak akan diharamkan dari ijabah(diterimanya do’a)
Anas
bin Malik berkata: Rosululloh saw. Bersabda: Apabila Alloh kasih sayang
kepada seorang hamba, maka diturunkan kepadanya bala’, maka bila ia berdo’a,
Malaikat berkata: suara yang sudah terkenal, Jibril berkata; Tuhanku, hambaMu
fulan, sampaikan hajatnya. Alloh menjawab: Biarkan saja hambaku, Aku suka
mendengar suaranya, maka apabila hamba berkata: Ya Robbi, Alloh menjawab:
Labbaika hambaKu, tiada engkau berdo’a kecuali Aku sambut, dan tiada engkau
meminta melainkan pasti Aku berikan,ada kalanya aku segerakan pemberianku
untukmu, atau aku simpan untukmu yang lebih baik bagimu. Atau Aku
tolak dari padamu bala’ yang lebih besar dari itu.
٭
العاَرِفُ لاَ يَزوُلُ اِضْطرَارُهُ ولاَ يَكُوْنُ معَ غَيْرِالله قرَارةٌ ٭
113.”
Seorang aarif tidak akan hilang rasa hajat kebutuhannya kepada Alloh, dan tidak
pernah merasa tenang, atau bersandar kepada sesuatu selain Alloh”.
Seorang
Arif mempunyai hati yang sangat halus dan adab sopan santun yang sangat tinggi
terhadap AllOh. Dia mengenali karunia dan kekuasaan Alloh, pada nikmat
penciptaan(ijaad) dan nikmat kelanjutan kewujudan (imdaad)yang diciptakan
Alloh. Dia meyakini bahawa tiada satu detik pun makhluk bisa terlepas dari
ketergantungan kepada Alloh.
Seorang
‘Aarif selalu merasa berhajat kepada Alloh, sebab memang tidak ada Sesutu yang
bisa memuaskan kepadanya selain Alloh,. Juga karena sadar benar-benar terhadap
kekuasaan Alloh disamping kelemahan dan kebutuhan diri sendiri kepada Alloh.
114.
“HATI DITERANGI DENGAN NUR SIFAT-NYA”
٭
اَناَرَالظواَهِر بِاَنواَرِ اَثاَرِهِ وَاَناَرَالسَّرَاءرَ اَوْصافِهِ لاَجْلِ
ذٰلكَ اَفَلَتْ اَنْوَارُالظَّواهِرِ وَلمْ تأفـُلْ اَنْوَارُالقلوبِ واَالسرَاءرِ
،ولذَٰلكَ قِيلَ : انَّ شَّمسَ النَّهاَرِ تـَغْرُبُ بِليلٍ وَشَمْسَ القلوبِ
ليسَتْ تغيْبُ ٭
114.”Alloh
telah menerangi alam (lahir) ini dengan cahaya makhluk(atsar)Nya, dan menerangi
Hati (sir) dengan Nur sifatNya. Maka karena itu cahaya alam itu bisa terbenam,
dan tidak dapat terbenam/hilang cahayanya hati dan sir. kata syair:
“Sesungguhnya mataharinya siang itu terbenam waktu malam,” “tetapi mataharinya
hati tidak pernah terbenam”.
Alloh
menerangi alam dengan Nur/cahaya bulan,bintang dan matahari yang semua itu
makhluk yang rusak dan berubah, tetapi Alloh menerangi Hati (sir) dengan Nur,
ilmu dan ma’rifat yang langsung dari sifat-sifat Alloh, maka karenanya tidak
dapat suram dan terbenam.
Syair
ini mengingatkan pada kita tentang pentingnya memperhatikan sesuatu yang abadi
dari pada yang bisa rusakdan sirna.
Sahl
bin Abdulloh ketika ditanya tentang makanan (qut) jawabnya:Huwa-alhayyul-ladzii
laa-yamuut.(Ia yang hidup dan tiada mati). Penanya berkata: Saya tidak
bertanya tentang makanan itu , tapi makanan yang menguatkan, jawabnya: Ilmu,
ketika ditanya: Makanan sehari-hari yang lazim? Jawabnya: Dzikir, ditanya:
makanan jasmani? Jawabnya : apa urusanmu dengan jasmani, biarkan /serahkan pada
yang membuat pada mulanya dia akan mengurusi selanjutnya, jika ada kerusakan kembalikan
pada yang membuat, tidakkah itu sudah lazim, buatan sesuatu jika rusak
kembalikan pada yang membuat untuk di perbaiki.
115-116.
“SIKAP MENGHADAPI BALA’ & UJIAN”
٭
لِيُخَفِّفْ اَلَمَ البَلاَءِ عليكَ عِلمُكَ بِاَنَّهُ سُبْحانهُ هُوَ المُبْلى
لكَ. فالذِىواجْهَتكَ منهُ الاقدارُ هُوَالذيْ عَوَّدَكَ حُسنُالاِخِتِياَرِ ٭
115. “
Seharusnya bala’ yang menimpa padamu terasa ringan, karena engkau mengetahui
bahwa Alloh yang menguji(memberi bala’) padamu.maka Tuhan yang menimpakan
kepadamu takdirNya itu, Dia pula yang telah biasa memberi sebaik-baik
apa yang dipilihkanNya untukmu.(Dialah yang membiasakan kau merasakan
sebaik-baik pilihanNya/pemberianNya)”.
Ketahuilah,
bahwa Dzat yang memeberi nikmat kepadamu punya kebiasaan senang memberi sesuatu
yang terbaik untukmu, maka dilain waktu bila memberi sesuatu yang dirasakan
tidak baik, tentu kamu bisa yakin bahwa itu juga terbaik untukmu.
Abu
ali ad-daqqoq berkata: Suatu tanda seorang itu mendapat Taufiq karunia Alloh,
ialah terpeliharanya iman (Tauhid) diwaktu menghadapi bala’,ujian
bencana. Wa-‘asaa -an-takrohuu syai-an-wahuwa khoirul-lakum (Mungkin
kamu tidak suka pada sesuatu, pdahal itu baik untukmu).
Abu
tholib al-Makki berkata: Manusia itu tidak suka miskin, hina dan penyakit,
padahal itu semua baik baginya untuk bekal di akhirat, sebaliknya ia suka kaya,
sehat dan terkenal padahal itu semua bahaya disisi Alloh, dan jelek akibatnya.
Al-junaidy
berkata: Ketika saya tidur ditempat As-Sary as-saqothy, tiba-tiba saya di
bangunkan, lalu dia berkata: Ya junaid, saya telah bermimpi seolah-olah
berhadapan dengan Alloh, lalu alloh berkata kepadaku: Hai Sarri, ketika Aku
membuat makhluk maka semua mengaku cinta kepadaku, kemudian aku membuat dunia,
maka lari dari padaku Sembilan puluh persen(90%) dan tinggal sepuluh
persen(10%), kemudian aku membuat surga, maka lari dari padaku sembilan puluh
persen dari sisanya itu, kemudian Aku membuat neraka, maka lari dari padaku
Sembilan puluh persen dari sisanya itu, kemudian aku membuat bala’, maka lari
dari padaku sembilan puluh persen dari sisa-sisanya itu.
Maka
aku berkata pada sisa yang tinggal itu: Dunia kamu tidak mau, surga kamu tidak
suka, neraka kamu tidak takut, bala’ musibah juga kamu tidak lari, maka apakah
keinginanmu? Jawabnya: Engkau telah mengetahui keinginan kami. Aku berkata; Aku
akan menurunkan kepadamu bala’ yang tidak akan sanggup menanggungnya walaupun
bukit yang besar. Sabarkah kamu? Jawab mereka: Apabila Engkau yang menguji,
maka terserahlah kepadamu (berbuatlah sekehendakmu), maka mereka itulah hambaku
yang sebenarnya.
٭ مَنْ
ظَنَّ اِنفِكَاَكُ لُطْفِهِ عن قَدَرِهِ فَذاَكَ لِقُصُورِنَظْرِهِ ٭
116.”
Barang siapa yang mengira terlepas kasih sayang Alloh sebab turunnya bala’
ujian yang ditakdirkan Alloh, maka yang demikian itu disebabkan karena piciknya(dangkalnya)pandangan
imannya”.
Rosululloh
saw. Bersabda: “Jangan menuduh tidak baik terhadap segala apa yang telah
ditakdirkan Alloh untukmu”.
Rosululloh
saw. Bersabda: jika Alloh belas kasih pada seorang hamba,
maka diuji dengan bala’, jika sabar maka dipilihNya, jika telah ridho maka
diistimewakan”.
Abu
Hurairoh ra. berkata: Rosululloh saw. Bersabda: ”Siapa yang dikehendaki
Alloh untuknya kebaikan, maka diujinya dengan musibah bala”.
Abu
Hurairoh dan Abu Said ra. keduanya berkata: Bersabda Rosululloh saw.: “Tiada
sesuatu yang mengenai seorang mukmin berupa penderitaan, kelelahanatau risau
hati/fikiran melainkan kesemua itu akan menjadi penebus dosanya”. HR.
Bukhori-Muslim.
Ibnu
Mas’ud ra. berkata: Rosululloh saw. Bersabda:” Tiada seorang muslim yang
terkena musibah bala’ gangguan atau penyakit, danyang lebih ringan dari itu
melainkan Alloh menggugurkan dosanya, bagaikan gugurnya daun pohon”.
Kita
jangan menjadi orang yang dangkal/piciknya pandangan,sehingga tidak dapat
melihat adanya nikmat rahmat karunia dari Alloh dalam takdir musibah bala’ itu
hanya karena lemahnya iman keyakinan, dan tidak adanya Husnudh-dhon terhadap
Alloh ta’ala yang maha bijaksana dan rahmat.
Sebab
kalau kita mau berhusnudhon kepada Alloh banyak sekali karunia Alloh yang
diberikan bersamaan dengan bala’/ujian itu diantaranya:
Sebab
bala’ kita oleh Alloh ditempatkan dipintu rohmatNya.
Sebab
bala’ nafsuu kita jadi lemah, hilang kekuatannya, hilang sifst-sifstnys nafsu
yang menjatuhkan kita kepintu maksiat dan mencintai dunia.
Sebab
bala’ hati mudah untuk taat spt sabar, ridho, tawakkal, zuhud dan ingin bertemu
dengan Alloh.
Sebab
bala’ dosa-dosa hamba akan diampuni oleh Alloh.dll..
Imron
bin Husain ra. menderita penyakit buang air selama tiga puluh tahun tidak dapat
bergerak dari tempat tidurnya, sehingga dibuatkan lubang dibawah tempat tidur
untuk kencing dan buang airnya, suatu hari datang saudaranya Al alaa’ atau
Muthorrif bin Assyikhir, lalu menangis melihat penderitaan Imron bin Husain,
maka ditanya oleh imron : mengapakah engkau menangis? Jawabnya: karena aku
melihat keadaanmu, imron berkata: jangan menangis, karena aku suka pada apa
yang di sukai alloh untukku. Kemudian imron berkata; saya akan berkata kepadamu
semoga bermanfaat bagimu, tetapi jangan kau buka kepda orang lain sehingga ak
mati. Sesungguhnya para malaikat berziarah padaku dan member salam padaku,
sehingga aku merasa senang dengan adanya mereka.
Urwah
bin Az-Zubair ra. ketika sakit yang oleh dokter diputuskan harus di potong
betisnya, maka ketika akan dilaksanakan, oleh dokterakan diberi obat tidur
supaya tidak terasa sakitnya dipotong betisnya itu. Urwah berkata: jangan
diberi obat tidur, tetapi teruskan potong beris tanpa obat tidur. Dan ketika
digergaji betisnya tidak terdengar keluhan kecuali ucapan Hasby (cukup bagiku
yakni rohmat Alloh).
Dan
setelah selesai operasinya, ia menyuruh pembantunya supaya mencuci dan
membungkus potongan betisnya itu dan menguburnya dikuburan kaum muslimin, lalu
ia berkata: Alloh telah mengetahui bahwa kaki itu tidak pernah saya gunakan
berjalan kepada maksiat, lalu ia berkata: Ya Alloh, jika Engkau ambil, masih
banyak sisanya, jika engkau memberi bala’,masih banyak selamatnya..
117.
“KHAWATIR DENGAN HAWA NAFSU”
٭ لاَ
يُخاَفُ عليكَ اَنْ تَلْتَبِسَ الطُرُقُ عليكَ وَاِنَّماَ يُخَافُ عليكَ مِنْ
غَلبَةِ الهَوَى عليكَ ٭
117.
“Tidak dikuatirkan padamu salah jalan, tetapi yang dikuatirkan atasmu yaitu
menangnya hawa nafsu mengalahkan akal dan imanmu”.
Apabila
kamu dalam perjalanan suluk mengalami berbagai hal spt: berbuat taat,atau
maksiat,mendapat nikmat atau bala’, itu semua jalan menuju Alloh yang sudah
jelas, sudah cukup tuntunan dalam Alqur’an dan Hadits nabi. Jika berbuat taat
hendaknya merasa itu sebagai karunia dari Alloh, jika berbuat dosa lekas
bertaubat, jika menerima nikmat harus bersyukur, jika mendapat ujian bala’
harus bersabar. Tetapi yang di khawatirkan padamu yaitu merajalelanya hawa
nafsu, sehingga mengalahkan akal dan iman.
118.
“ALLOH MENUTUPI RAHASIA KEWALIAN”
٭
سُبْحاَنَ من سَتَرَ سِرَّالخُصُوصيَّةِ بِظُهُورِ البَشَرِيَّةِ وَظَهرَ
بِعَظَمةِ الرُّبُوْبِيَّةِ فِى اِظهاَرِالعُبُودِيَّةِ ٭
118. “Maha suci Alloh yang telah menutupi rahasia-rahasia keistimewaan seorang wali dengan tampaknya sifat-sifat yang umum bagi menusia, dan telah jelas terlihat keagungan ke-Tuhanan Alloh dengan menunjukkan kepada manusia sifat-sifat kehambaan dan kerendahan mahluknya”.
Rahasia-rahasia
kebesaran ilmu ma’rifat yang diberikan oleh Alloh pada para walinya ditutupi
oleh Alloh dengan tampaknya sifat dan kebiasaan yang umum bagi semua
manusia,seperti bekerja, bertani,berdagang dll, tetapi dalam hatinya penuh
dengan ilmu dan makrifat. sebaliknya Alloh memperlihatkan dengan sangat jelas
kebesaran ke-TuhananNya dengan menunjukkan sifat-sifat ‘Ubudiyyah,kelemahan dan
kefakiran hamba kepadaNya.
Syeih
Abil-Hasan as-Syadzily ra. berkata: AL-‘UBUDIYYATU JAUHAROTUN
ADH-HAROTHAR-RUBUBIYYAH. (
Ubudiyyah / penghambaan itu berlian yang diperlihatkan ke-Tuhanan Alloh.)
119.
JANGAN MENUNTUT TUHANMU
٭ لاَ
تُطَالب رَبَّكَ بِتأَخرِ مطلَبكَ وَلٰكِن طِالب نَفْسَكَ بِتأَخِيرِ اَدَبِكَ ٭
119.
“Jangan menuntut Tuhan karena ditundanya permintan yang telah engkau minta
kepada Alloh. Tetapi hendaknya engkau koreksi dirimu,tuntut dirimu yang
belumbisa bertatakrama(supaya tidak terlambat melaksanakan
kewajiban-kewajibanmu terhadap Alloh)”.
Jika
belum tercapai hajat permintaanmu, jangan engkau su’udh-dhon kepada Alloh, dan
menuntut kepada Alloh untuk segera mengabulkan permintaanmu, sebab Alloh tidak
dapat dituntut terhadap apa saja yang dikehendaki.
Akan
tetapi hendaknya permintaanmu itu semata-mata untuk menunjukan sifat
kehambaanmu kepada Alloh, dan hajat kebutuhanmu kepada Alloh. sebab terhadap
kebutuhanmu Alloh tidak usah diingatkan, bahkan Alloh telah melengkapi segala
kebutuhanmu sebelum kau mengerti apa hajat kebutuhanmu yang sebenarnya. Maka
sebaiknya kau menyerah bulat-bulat kepada Alloh tanpa memaksa, tanpa usul
apa-apa kepada Alloh.
Dan
lagi apabila kamu meyakini Alloh tidak akan mengabulkan do’amu itu berarti kamu
tidak punya adab, karena Alloh telah berjanji akan mengabulkan semua do’a
hambaNya. Tetapi cara mengabulkannya tidak harus mewujudkan seperti
keinginanmu, semua terserah Alloh, yang semua itu terbaik bagimu.
120-121.
“NIKMAT KARUNIA
TERBESAR DARI ALLOH”.
٭ مَتىَ جَعَلكَ فِى الظَّاهِرِ مُمتـَثِلاً لاَمْرِهِ وَرَزقكَ
فِى البَاطِنِ الاِسْتِسْلاَمِ لِقَهْرِهِ فَقَد اَعْظَمَ المِنَّةَ عَلَيْكَ ٭
120. “Apabila Alloh telah menjadikan engkau
pada lahirnya taat menurut perintahNya dan dalam hatimu menyerah/tawakkal
kepadaNya, maka berarti Alloh memberi kepadamu nikmat karunia yang
sebesar-besarnya.”
Jika Alloh telah memberi taufiq hidayah kepada
hamba untuk melakukan segala perintahNya, dan didalam hati/batinnya diberi
kekuatan bisa menyerah/tawakkal pada sifat qohrinya Alloh(selalu ridho atas apa
yang terjadi atas dirinya), itu berarti Alloh telah memberi karunia nikmat yang
sangat besar.karena Alloh telah mengumpulkan ‘Ubudiyyah (penghambaan)lahir dan
‘Ubudiyyah batin.
Sebab tugas manusia hanya untuk beribadah
kepada Alloh lahir batin, dengan ikhlas, tentang semua kebutuhan dan hajatnya
telah dicukupi oleh Alloh, maka jangan menuruti hawa nafsu yang tidak ada
puasnya.
٭ لَيْسَ كُلُّ مَنْ ثَبَتَ تَخْصِيْصُهُ كـَمُلَ تَخـْـلِيْصُهُ ٭
121.” Tidak semua orang yang telah tampak jelas
ke-kramatannya itu berarti telah sempurna pembersihannya(dari penyakit-penyakit
hati dan hawa nafsu).”
Kramat(perkara yang luar biasa/tidak masuk
akal)yang diberikan Alloh kepada para hambaNya, yang tujuannya untuk menambah
keyakinan dan keimanan hamba,dan untuk memperkenalkan bukti kekuasaan Alloh itu
tidak tergantung pada sebab dan kebiasaan,bahkan kebiasaan itu bisa menjadi
sebab terhijabnya menusia dari Qudratnya Alloh. dan juga bisa menjadi fitnah,
bagaikan awan yang menutupi sinar matahari keesaan Alloh.Maka dari itu menurut
ajaran thoriqoh, siapa yang terterikat/silau pada keramat maka dia terhina.
Seorang sahabat Sahl bin Abdulloh berkata:
adakalanya jika saya wudhu’ tiba-tiba air yang mengalir ditanganku menjadi
lantakan emas dan perak. Jawab Sahl: Apakah engkau tidak mengerti bahwa anak
kecil jika menangis dihibur dengan boneka/mainan supaya diam.
Abu Nasher As-saroj berkata: saya bertanya
kepada Al-hasan bin Salim: apakah arti ke-keramatan, sedang mereka telah
dimuliakan oleh Alloh sehingga sanggup mengabaikan dunia dan meninggalkannya
dengan suka rela, tetapi bagaimana lalu kemuliaan(keramat) batu berubah menjadi
emas, apakah artinya itu? Jawabnya: bukannya Alloh memberikan karena
kotornya, tetapi diberi untuk menjadikan hujjah megalahkan bisikan hawa
nafsu, yang selalu goncang kuatir tidak dapat rizki, sehingga oleh Alloh
diperlihatkan yang demikian, sehingga dapat berkata: Bahwa Alloh yang dapat
merubah batu menjadi emas, dapat mendatangkan rizki dan memberi dari jalan yang
tidak disangka.
Ishaq bin Ahmad berkata pada Sahl:
Nafsuku ini selalu merasa kuatir tidak dapat makan. Maka sahl berkata: Engkau
ambil batu itu dan minta kepada Alloh supaya dijadikan makanan untuk kau makan.
Ishaq bertanya: jika berbuat demikian, maka
siapa tauladan dalam berbuat demikian? Jawab sahl: Bertauladanlah pada Nabi
Ibrohim as.ketika berkata : Hai Tuhan tunjukkan perlihatkan kepadaku bagaimana
caranya Engkau menghidupkan sesuatu yang telah mati, supaya tentram hatiku,
sebenarnya aku telah percaya tetapi nafsuku ini tidak puas, kecuali jika telah
melihat dengan mata kepala.
Seoran wali Ibrahim al-khowwas pada sutu hari
berrkenalan dengan orang yahudi didalam kapal, keduanya membicarakan tentang
agama, lalu yahudi tadi berkata: kalau agamamu ini benar, berjalanlah diatas
laut bersamaku.
Lalu siyahudi turun dari kapal dan berjalan
diatas laut bersama dengan Ibrahim, sesampainya didaratan yahudi berkata : aku
ingin berteman danbersamamu, tapi dengan syarat kita tidak boleh masuk masjid
dan gereja, mari kita masuk kehutan dan padang, tidak boleh bawa bekal. Dan
disanggupi oleh Ibrahim, lalu keduanya berjalan ke padang yang tidak ada
tumbuhan dan tidak ada air sama sekali. Sampai tiga hari keduanya tidak makan
dan minum, ketika keduanya duduk-duduk tiba-tiba ada anjing datang dengan
menggigit roti tiga biji,dan ditaruh didepan yahudi lalu anjingnya pergi,
siyahudi lalu makan roti tadi tanpa mengajak Ibrahim ikut makan, tidak berapa
lama ada pemuda yang tampan dan berbau harum datang dengan membawa nampan yang
dipenuhi dengan makanan dan minuman yang sangat enak dan lezat, dan ditaruh
didepan Ibrahim lalu dia pergi. Lalu Ibrahim mengajak yahudi untuk ikut makan,
tapi yahudi tidak mau karena malu, akhirnya Alloh member hidayah kepada
siYahudi sehingga masuk Islam dan menjadi murid Ibrahim al-khowwas..
Syeih Abu yazid Al-busthomi berkata: kamu
jangan sampai tertipu dengan dengan keadaan yang luar biasa/tidakmasuk akal,
yang di alami sseorang, tapi lihatlah bagaimana dia taatnya pada perintah Alloh
dan menjauhi laranganNya..
122-123.
“JANGAN MEREMEHKAN
WIRID”
٭ لاَيَسْتَحْقِرُ الوِرْدُ الاَّ جَهُولٌ. الوَارِدُ يُوجَدُ في
الدَّارِ الاَخِراَةِ. الوِرْدُ يَنْطَوِي بِانْطواَءِ هٰذِهِ الدّاَرِ وَاَولٰى
ماَ يُعْتَنىَ بِهِ ماَلاَ يَخْلُفُ وُجُودُهُ، ثُمَّ الوِرْدُ هُوَ طَالِبُهُ
مِنْكَ واَالوَارِدُ اَنْتَ تَطْلُبُهُ
122.”Tidak akan meremehkan wirid, kecuali orang
yang sangat bodoh, warid (karunia Alloh buah dari wirid) itu akan wujud di
akhirat. Wirid itu akan habis/hilang bersama habisnya dunia,. Dan sebik-baik
yang harus di perhatikan oleh seseorang yaitu perkara yang apabila hilang tidak
ada gantinya(wirid). Wirid itu sebagai perintah Alloh padamu(haknya Alloh yang
harus kau penuhi), sedangkan warid itu hajat keperluanmu yang kau minta kepada
Alloh, maka apa imbang antara perintah Alloh kepadamu(hak Alloh) dengan
pengharapanmu dari Alloh..”.
Wirid adalah segala macam bentuk ibadah lahir
batin baik yang wajib maupun yang sunnah, sedangkan Warid: pemberian Tuhan
dalam hati hamba yang berupa pemahaman,nur/cahaya,kesenagan/manisnya dalam
beribadah,taufiq dan hidayahNya.
Maka sebaiknya seorang hamba menjalankan
kewajibannya, karena wirid itu hanya berlaku ketika masih hidup didunia ini
saja, sedang waridakan lanjut sampai di akhirat.
Rosullulloh saw. Bersabda: Amal yang
paling dusukai Alloh ialah yang istiqomah(terus-menerus) meskipun sedikit.
Hasan al-Basry berkata: siapa yang hari ini
sama dengan hari kemarin ,maka dia rugi dan siapa hari ini lebih buruk dari
kemarinnya, maka dia mahrum(tidak dapat rahmat),dan siapa yang tidak bertambah
berarti berkurang, dan siapa yang makin berkurang amalnya, maka mati lebih baik
baginya.
Ketika Al-Junaid ditegur orang karena memegang
tasbih ditangannya: Tuan dalam kedudukan yang demikian itu masih menggunakan
tasbih. Jawab Al-Junaid: alat yang telah menyampaikan kami, maka tidak saya
tinggalkan.
Al-Junaid berkata: Orang ’aarif menerima semua
amal(wirid) itu sebagai tugas dari Alloh, karena itu mereka kembali menghadap
pada Alloh dengan kebiasaan wirid(ibadah) yang ditugaskan Alloh itu. Dan andikata
seribu tahun tidak akan mengurangi sedikitpun amal wiridku, kecuali jika
terhalang untuk melakukannya.
٭ وُروُدُ الاِمدادِ بِحَسْبِ الاِستِعْداَدِ وَشُرُوقُ الاَنواَرِ
عَلَى حَسَبِ صَفاءِ الاَسْرَارِ ٭
123.” Datangnya bantuan/pertolongan dari Alloh
itu menurut kadar persiapannya, dan terbitnya /cahaya ilahi itu
menurut/tergantung pada bersih/jernihnya hati”.
Bersihkan hatimu dari segala sesuatu selain
Alloh, niscaya Alloh akan mengisi/memenuhi hatinya dengan pengertian-pengertian
ma’rifat dan rahasia-rahasia keyakinan. Karena itu tiap-tiap waarid(pemberian
karunia dari Alloh) itu tergantung pada wirid, apabila wiridnya banyak maka
waaridnya juga banyak, apabila wirid itu timbul dari hati yang bersih, maka
datangnya waarid demikian terang jernihnya, demikian pula jika wiridnya tetap
terus, maka waaridnya pun demikian tidak berhenti begitu seterusnya.
124.
“SIKAP ORANG YANG LUPA
PADA ALLOH”
٭ الغَافِلُ اِذاَ اَصْبَحَ نَظَرَ فيماَ يَفْعَلُ، والعاَقِلُ
يَنْظُرُ ماَذاَ يَفْعَلُ اللهُ بِهِ ٭
124.”orang yang lupa/lalai dalam
tauhidnya(bahwa segala sesuatu itu berjalan menurut ketentuan takdir Alloh),
jika pagi hari dia selalu berangan-angan apakah yang harus aku kerjakan hari
ini (yakni mengatur dirinya sendiri), sedangkan orang yang sempurna akal
tauhidnya memikirkan apakah yang akan ditakdirkan Alloh bagi dirinya hari itu”.
Jadi pandangan orang yang
lalai pada Alloh, itu selalu mengatur dan memandang dirinya dan kemampuan atau
rencananya,maka dari itu Alloh menyerahkan urusannya itu pada dirinya
sendiri.sehingga tidak akan berhasil apa yang direncanakan.
Sedangkan orang yang berakal, itu selalu
memandang Alloh selalu mengingat kekuasaan dan kebijaksanaan Alloh, maka Alloh
mencukupi apa yng menjadi kebutuhannya, jadi permulaan pemikiran yang bergerak
dalam hati itu menjadi timbangan dan ukuran tauhid dan imannya kepada Alloh.
Umar bin Abdul Aziz berkata: kini aku tidak
merasa senang kecuali dalam ketentuan- ketentuan takdir Alloh.
Abu Mad-yan berkata: Usahakan dengan sungguh-
sungguh bila dapat,supaya hatimu tiap pagi dan sore menyerah bulay-bulat kepada
Alloh, semoga Alloh melihat padamu dengan pandangan RohmatNya.niscaya kamu
termasuk orang bahagia dunia akhirat.
Siapa yang melihat kepada Alloh, maka tidak
akan terlihat dirinya sendiri, dan siapa yang melihat dirinya sendiri maka
tidak terlihat Alloh. Karena itu jika engkau menghadapi sesuatu hal, perhatikan
hatimu, kemana condongnya, jika langsung pada kekuatanmu sendiri, maka terputus
dengan Alloh,. Dan jika langsung pada kekuasaan Alloh, berarti engkaulah yang
telah sampai kepada Alloh, sedang alam ini semua dalam genggaman Alloh.
Dan tiap pagi sebaiknya berdo’a: Allohumma-inni-ash-bahtu
laa-amliku linafsii dhorrou-walaa-naf-‘aa, walaa mautau-walaa nusyuroo, walaa-as-tathii-‘u
an-aakhudza illaa-maa-a’thoitanii, walaa-at-taqii illa maa-waqoitanii.
Allohumma innaka-dzul-fadhlil-‘adhiim.
“Ya Alloh kini aku berada diwaktu pagi, tiada
menguasai diriku untuk kebaikan atau menolak bahaya, atau mati atau hidup atau
bangkit sesudah mati, dan aku tidak data mengambil kecuali yang engkau beri,
dan tidak dapat menghindari sesuatu kecuali yang engkau hindarkan. Ya Alloh
pimpinlah aku kepada jalan yang engkau ridhoi baik dalam perkataan atu amal
perbuatan di dalam taat kepadaMu, sungguh engkau dzat yang maha besar
karuniaNya.”
Do’a Syeikh Abul-Hasan asy-syadzily ra. “Allohumma
innal-amro ‘indaka wahuwa mahjuubun ‘annii walaa a’lamu amron akhtaa-ruhu
linafsii fakun antal-mukhtaarolii, wah-milnii fii-ajmalil umuuri ‘indaka
wa-ahmadihaa ‘aa-qibatan fid-diini wad-dun-ya wal aakhiroh, innaka ‘alaa kulli
syai’in qodiir”.
“ Ya Alloh sungguh segala sesuatu ada
ditanganMu, dan tertutup dari padaku, dan aku tidak mengetahui apa yang harus
aku pilih untuk diriku, maka pilihkanlah apa yang baik bagiku, dan bawalah aku
dalam hal yang amat baik serta terpuji akibatnya dalam agama,duni dan akhirat,
sesungguhnnya engkau berkuasa atas segala Sesuatu.”
125.
“JANGAN TERPENGARUH
DENGAN MAKHLUK”
٭ اِنَّماَ يَسْتوحِشُ العِباَدُ وَالزُّهاَدُ مِنْ كُلِّ شيءٍ
لِغَيْبَتِهِمْ عَنِ اللهِ فِى كُلِّ شىءٍ فَلَو شَهِدوُهُ فِى كُلِّ شىءٍ لَمْ
يَسْتوحِشُوا مِنْ شَىءٍ ٭
125.” Sesungguhnya yang menyebabkan
kerisauan/kesusahan hati para ‘Ubbad (orang-orang ahli ibadah) dan Zuhhad
(orang-orang ahli zuhud) dari segala sesuatu itu karena mereka masih terhijab/
tidak melihat Alloh dalam apa yang mereka lihat itu, tatapi andaikan mereka
melihat Alloh dalam segala sesuatu (mahluk), pasti dia tidak akan risau
dari/terhadap segala sesuatu”.
Yang dinamakan ‘Ubbad/ahli ibadah ialah:
orang-orang yang bertaqorrub/mendekatkan diri kepada Alloh dengan berbagai
macam amal ibadah. Sedangkan Zuhhad/ahli zuhud ialah orang yang
bertaqorrub/mendekatkan diri kepada Alloh dengan jalan tawakkal/menyerahkan
diri hanya kepada Alloh. Kedua golongan ini selalau ingin menjauh dari
masyarakat/sesama makhluk, itu dikarenakan mereka merasa bahwa masarakat/mahluk
menjadi perintang mereka dalam mendekatkan diri kepada Alloh, tapi sekiranya
mereka lebih mendalam dalam ma’rifat kepada Alloh, tentu mereka tidak dapat
terhalang oleh suatu apapun, sebab Alloh berada dalam segala sesuatu,
maka tidak ada sesuatu yang melupakan dari Alloh, bahkan sebaliknya
masarakat/mahluk itu bisa mangingatkan kepada Alloh ta’ala.
26-127.
LIHATLAH ALAM INI UNTUK MENGENAL ALLOH”
٭ اَمَرَكَ فِى هٰذِهِ الدَّارِ بِالنَّظَرِ فِى مُكَوَّناَتِهِ
وَسَيَكـْشِفُ لَكَ فِى تِلْكَ الدَّارِ عَنْ كمَال ذاَتِهِ ٭
126.” Alloh memerintahkan kepadamu semasa hidup
di dunia ini memperhatikan alam ciptaanNya(memikirkan mahluk didunia ini sehingga
menjadikan ingat pada Alloh). Dan kelak di akhirat Alloh akan mamperlihatkan
kepadamu kesempurnaan DzatNya”.
Alloh telah memerintahkan
memperhatikan dan memikirkan mahluknya Alloh, itu disebutkan dalam Alqur’an
dalam beberapa ayat, aya yang jelas seperti firman Alloh: “QULIN-DHRUU-MAA-DZAA-FISSAMAA-WAATI
WAL-ARDHI (perhatikanlah apa yang ada dilangit dan bumi)”.
Ada juga yang secara isyaroh seperti firman
Alloh yang artinya: “dan di bumi itu ada bagian-bagian tanah yang berdekatan
satu sama lainnya, ada kebun-kebun kurma dan anggur, ada tanaman yang sejenis
dan beda jenis, yang kesemuanya itu disirami dengan satu macam
air, sesungguhnya yang demikian itu mengandung tanda-tanda keagungan
Alloh, yang manfaat bagi orang-orang yang mau berfikir.” Satu macam air
itu (air hujan) tetapi pohon yang disiram beda-beda, daunnya tidak sama,buahnya
tidak sama, adakalanya sama tapi rasanya berbeda,itu semua pasti ada yang
menetapkan, yaitu Alloh.
Apabila mau memperhatikan alam semesta(makhluk)
maka kelak di akhirat Alloh akan membukakan hijab sehingga langsung bisa
melihat DzatNya. Firman Alloh: “WUJUUHUY-YAUMA-IDZIN-NAADHIROH,
ILAA-ROB-BIHAA NAADHIROH.(beberapa wajah pada hari kiamat itu
berseri-seri,(bercahaya), karena ia dapat melihat Tuhannya”.
٭ عَلِمَ مِنكَ اَنَّكَ لاَ تَصْبِرُ عَنْهُ فاَشـْهَدَكَ ماَ
بَرَثَ مِنْهُ ٭
127. “Alloh ta’ala telah mengetahui, bahwa
engkau tidak sabar jika tidak melihat Alloh, maka Alloh memperlihatkan ap-apa
yang asli buatan Alloh”.
Orang yang berfikir tentang makhluk buatan
Alloh, dan mengetahui semua atas ketentuan Alloh, tentu tidak sabar ingin
mengetahui dzat yang membuat dan menentukan yaitu Alloh. Berhubung itu tidak
mungkin maka Alloh memperkenalkan DiriNya lewat makhluk buatan-Nya.
Kerinduan yang berupa ingin
melihat Alloh itu, termasuk karunia yang agung dari Alloh, dan ini termasuk
maqom ihsan.
Dawuh mu’allif ini untuk orang-orang yang
mencari Alloh, yang dlm pikirannya sudah jauh dari selain Alloh.
Ahli fikir itu ada dua:
1. Ahli
fikir yang punya maksud mencari Alloh/taqorrub kepada Alloh, ini akan
menghaasilkan cinta dan rindu bertemu Alloh.
2. Ahli fikir yang untuk
urusan dunia seperti mencari ilmu alam yang tidak ada maksud mencari Alloh, ini
tidak akan membuka mata hati.
Maka terhadap orang yang telah sampai kemaqom
ihsan ini, Alloh menganjurkan sabar melihat buatan-buatan Alloh terlebih dahulu
untuk diperlihatkan Dzat Alloh di akhirat nanti.
128-131.
“SHOLAT”
٭ لمّا علم الحق منك وجود الملل لَوّن لك الطاعات وعلم مافيك من
وجود الشرّه فحجرهاعليك فى بعض الاوقات ليَكون
همّك اِقمامة الصلاةِلاوجودالصلاةِفماكلُّ مصَلٍّ مُقِيمٌ ٭
128.”Alloh ta’ala itu mengetahui bahwa engkau
mudah bosan/jemu, maka Alloh membuat bermacam-macam cara taat/ibadah, dan Alloh
mengetahui bahwa engkau bersifat rakus(terlalu semangat), maka dalam beberapa
waktu dilarang melakukan sholat, supaya Himmah(kemauan yang kuat)mu tertuju
pada sempurnanya sholat(iqomatus-sholah) bukan sekedar sholat, sebab tidak
semua orang yang sholat itu mendirikan sholat(iqomatus-sholah)”.
Alloh berfirman: Wa-aqiimus-sholata(dan
kamu semua supaya mendirikan sholat) firmanNya
tidak: SHOLLUU (sholatlah kamu semua)
Cara mendirikan
Sholat (iqomatus-sholah) itu harus dengan menyempurnakan
adab/tatakramanya Sholat, 1. Adab lahir seperti: menjaga syarat-syarat,rukun-rukun
dan sunnah-sunnahnya sholat. 2. Adab batin seperti: menjaga khusyau’ dalam
sholat dengan menghadapkan hati hanya kepada Alloh,sehingga hati tidak
mengingat sesuatu melainkan kepada Alloh,dan merasa bahwa sholatnya itu
semata-mata karunia dari Alloh.
Sholat dengan menyempurnakan adab/tatakeramanya
ini yang akan menimbulkan bekas seperti bertambah baik budi pekerti nya, dan
mencegah dari perbuatan keji dan mungkar (INNAS-SHOLAATA-TANHAA ‘ANIL-FAKHSYA-I
WAL MUNKAR)
٭ الصلاةطهرة للقلوب من ادناس الذنوب واستفتاح لباب الغيوب٭
129. “Sholat itu sebagai penyucian/pembersih
hati dari kotoran dosa, dan untuk pembuka pintu ghoib”.
Rosululloh saw. “Bersabda: sesungguhnya
perumpamaan sholat itu bagaikan sungai yang mengalir di depan pintu rumah salah
seorang, maka ia mandi di sungai itu tiap hari lima kali, apakah masih ada sisa
kotorannya? Jawab shahabat: tidak ada sisa kotoran sedikitpun. Maka Nabi
bersabda: demikian pula sholat lima waktu yang menghapuskan dosa”.
Juga sholat sebagai pemuka pintu ghoib, sebab
bila hati telah bersih dan selalu berhubungan dengan Tuhannya, pasti lambat
laun akan terbuka baginya tirai/pintu ghoib.
٭ الصلاة محل المناجاةومعدن المصافات تتسع فيهاميادين الاسرار
وتشرق فيها شوارق الانوار٭
130. “Sholat itu itu sebagai tempat bermunajat
kepada Alloh, dan sebagai pembersih hati dari kotoran dosa, dan di
dalam sholat itu sebagai lapangan yang luas berbagai sir(ilmu ma’rifat)dan
rahasia-rahasia Tuhan, dan memancar terang padanya cahaya-cahaya ilmu
ma’rifat”.
Alloh berfirman: “Aqimis-sholaata
li-dzikrii.( Dirikanlah/tegakkanlah sholat itu untuk dzikir ingat
kepadaKu”.)
Sesungguhnya seorang hamba bila ia berdiri
sholat, maka alloh membukakan untuknya tirai hijab, dan langsung dihadapinya,
dan berdiri tegak para malaikat dari atas bahunya hingga langit, mengikuti
sholatnya dan mengaminkan do’anya.
Dan seorang yang sholat itu ditaburi rohmat
dari langit hingga ubun kepalanya. Dan dipanggil oleh suara: Andaikata orng
yang munajat ini mengetahui siapakah yang diajak bicara, maka tidak akan
berhenti sholatnya, dan sesungguhnya pintu-pintu langit terbuka untuk orang
yang sholat.
Dan sesungguhnya Alloh membanggakan barisan
orang-orang yang sholat dihadapan malaikatNya.
Muhammad bin Ali at-tirmidzy berkata: Alloh
telah memeanggil orang-orng yang bertauhid supaya sholat lima waktu, karena
rahmat kasih kepada mereka, dan menyediakan berbagai macam hidangan, supaya
seorang hamba bisa merasakan pada tiap-tiap bacaan dan gerak itu karunia
pemberianNya.maka gerakan itu bagaikan makanan dan minuman itu bagaikan
minuman. Dan hidangan it disediakan oleh Alloh tiap hari lima kali, supaya
tidak ada lagi sisa kotoran ataupun debunya.
Dalam kitab Taurot disebutkan: Hai anak Adam,
jangan malas untuk mendirikan sholat dihadapanKu sambil menangis, maka Akulah
Alloh yang telah mendekat dari hatimu, dan karena ghoib engkau telah dapat
melihat cahayaKu.
٭علم وجود الضعف منك فقلل اعدادها وعلم احتياجك الى فضله
فكثرامدادها ٭.
131.”Alloh telah mengetahui kelemahanmu, maka
Alloh menyederhanakan bilangannya(asalnya limapuluh waktu menjadi lima waktu)
dan Alloh mengetahui bahwa engkau itu sangat berhajat, maka ia memper
banyak/melipat gandakan Asror dan pahalanya”.
Alloh itu mengetahui kalau hamba itu
butuh sekali anugerah dari-Nya, maka Alloh memperbanyak asrornya sholat, yakni
Alloh memperbanyak anugerah berupa ilmu dan makrifat didalam hatinya.
Dalam kitab ini disebutkan Amdadahaa itu
mampunyai dua arti:
1. Untuk
orang yang bermaksud wushul kepada Alloh/salik, itu bermakna Asror(yaitu
anugerah ilmu ma’rifat)
2. Untuk orang yang
tidak bermaksud wushul kepada Alloh/salik, itu bermakna tsawab (pahalanya)
ya’ni Alloh melipat gandakan pahalanya sholat, sholatmu yang lima waktu tapi
diberi pahala lima puluh waktu.
132-135.
“JANGAN MINTA BALASAN
ATAS AMALMU”
٭ متى طلبت عواضا على عمل طولبت بوجود الصدق فيه ويكفي المريب
وجدان السلامة ٭
132.”Apabila engkau menuntut
upah/balasan atas semua amal perbuatanmu, pasti engkau akan dituntut
oleh Alloh atas kesempurnaan amal perbuatanmu. Dan bagi orang yang merasa belum
sempurna amalnya, harus merasa cukup puas jika ia selamat dari tuntutan/tidak
dituntut atas kekurang sempurnaan amalnya”.
Hikmah ini menjelaskan
kejelekan orang yang beramal karena mengharap balasan/upah dari amalnya.
Padahal seharusnya orang itu beramal yang baik, bersih hanya karena menghamba
pada Alloh.
Karena hanya Allohlah dzat yang wajib
disembah dan diagungkan, dan menjadi tujuan kita dunia dan akhirat.
Hal ini sudah banyak dibahas dalam kitab ini dengan berbagai bahasan yang
berbeda.
Khoir An-nassaj berkata:Timbangan amalmu itu
sesuai dengan perbuatanmu, karena itu mintalah kemurahan karunianya. Dan itu
lebih baik bagimu.
Al-washity berkata: amal ibadah lebih
dekat kepada minta/mengharap ampunan dan maaf, dari pada mengharap pahala dan
upah.
Annash-robadzy berkata: Amal ibadah itu
bila diperhatikan kekurangan-kekurangannya, lebih dekat kepada mengaharap maaf
dari pada mengharap pahala dan balasan.
Firman
Alloh: “QUL-BI-FADH-LILLAAHI-WA-BIROHMATIHII-FA-BIDZAALIKA
FAL-YAF-ROCHUU-HUWA KHOIRUM-MIMMAA YAJ-MA’UUN”.(“Katakanlah: Hanya karena
karunia dan rohmat Alloh mereka boleh bergembira, sebab itu lebih baik bagi
mereka dari segala apa yang dapat mereka kumpulkan sendiri”
٭ لاتطلب عواضا على عمل لست له فاعلا، يكفى من الجزاءلك على العمل
ان كان له قابلا ٭
133.”Jangan menuntut upah(ganti) tehadap amal
perbuatan yang hakikatnya kamu sendiri tidak ikut berbuat, cukup besar balasan
aloh bagimu, jikaAlloh menerima amalmu”.
141-143.
“WUSHUL ITU SEBAB KARUNIA DARI ALLOH DAN DITUTUPINYA
CELA KITA”
٭ ولولا انك لاتصل اليه الابعد فناء مساويك ومحودعاويك لم تصل اليه
ابدا ولكن اذااراد ان يوصلك اليه غطى وصفك بوصفه ونعتك بنعته فوصلك اليه منه اليك لابمامنك
اليه ٭
141. “Andaikata engkau mempunyai anggapan tidak
akan sampai kepada Alloh(wushul), kecuali setelah habis lenyap semua dosa-dosa
dan kotoran hatimu, niscaya kamu tidak akan sampai (wushul) kepada Alloh
selamanya. Tetapi jika Alloh menghendaki menarik menyampaikan kamu
kepadaNya,Alloh akan menutupi sifatmu dengan sifatNya,dan kekuranganmu dengan
karunia kekayaanNya, Alloh menyampaikan kamu kepadaNya dengan apa yang
diberikan Alloh kepadamu,bukan karena amal perbuatanmu yang enkau hadapkan
kepadaNya”.
Syeikh Abul-Hasan As-syadzily ra.
berkata: seorang waliyulloh itu tidak akan sampai kepada Alloh,jika ia
masih ada syahwat/kesenangan nafsu, atau masih mengatur dirinya atau masih
usaha ikhtayar(memilihkan dirinya).seumpama Alloh membiarkan hambanya dengan
pilihannya,pengaturannya atau kesenangan nafsunya sendiri, maka hamba selamanya
tidak akan wushul(sampai kepada Alloh) jika Alloh akan menarik dan segera
menyampaikan hambanya, maka di tampakkan padanya sifat-sifat Alloh. Sehingga
mati kehendak dan ikhtiyar usaha sendiri, dan segera menyerah pasrah
kepada Irodah dan keputusan pemberian Alloh. Maka dengan itu ia sampai kepada
Alloh karena tarikan Alloh, bukan karena amal usahanya sendiri, Wushul karena
karunia Alloh bukan karena ibadah dan taatnya kepada Alloh.
٭ لولا جميل ستره لم يكن عمل اهلا للقبول ٭
142.”Andai kata tidak ada baiknya tutup
dari Alloh (andaikata Alloh tidak menutupi kekurangan dan kesalahan dalam semua
amal hamba) niscaya tidak ada amal yang layak untuk diterima”.
Sebab syarat untuk diterimanya amal
itu adalah ikhlas, tulus kepada Alloh,tetapi manusia diuji dengan sombong diri,
merasa sudah cukup amalnya, dan lebih jelek lagi bila ia riya’ dengan
amalnya,dan mengharap pujian atas amal perbuatannya. Karena demikian watak tiap
hamba, maka sulit untuk diterima amal perbuatannya, kecuali hanya mengharap
rohmat karunia Alloh semata.
Syeih Abu-Abdulloh Al-Quraisyi
berkata: Jika Alloh menuntut mereka tentang keikhlasan, maka lenyaplah semua
amal perbuatan mereka, maka apabila telah lenyap semua amalnya, bertambahlah
hajat kebutuhan mereka, maka dengan itu mereka lalu melepaskan diri dari bergantung
kepada segala sesuatu, dan apabila ia telah bebas dari segala sesuatu
kembalilah mereka kepada Alloh dalam keadaan bersih dari segala sesuatu.
Jadi para murid/salik dalam perkara
wushul kepada Alloh, itu harus bergantung pada anugerah dan pemberian Alloh.
Jangan sampai mengandalkan amal ibadahnya sendiri.
٭ انت الى حلمه اذا اطعته احوج منك الى حلمه اذاعصيته ٭
143. “Engkau lebih membutuhkan kesantunan, maaf
dan kesabaran Alloh ketika engkau berbuat taat (ibadah), melebihi dari pada
kebutuhanmu ketika engkau berbuat maksiat/dosa”.
Kemuliaan seorang hamba hanya
ketika bersandar diri kepada Tuhannya. Dan hina/jatuhnya seorang hamba bila ia
telah melihat dan berbangga dengan dirinya sendiri. Sedang manusia ketika
berbuat taat, merasa dirinya sudah baik lalu bangga dengan amal perbuatannya
sendiri, sombong dan merendahkan orang lain. Padahal amal perbuatannya jika
dikoreksi keikhlasannya tidaklah mungkin akan diterima, bahkan amal itu semua
hanyalah amal yang palsu dan tidak ada harganya disisi Alloh.
Alloh telah menurunkan wahyu kepada seorang
NabiNya: “Beritahukan kepada hamba-hambaKu yang shiddiqin(sungguh-sungguh
dalam beribadah kepadaKu), janganlah kamu tertipu oleh kesombongan dengan amal
perbuatanmu itu, karena apabila Aku menegakkan benar-benar keadilanKu pasti Aku
akan menyiksa mereka mereka dan bukan suatu kedholiman terhadap mereka. Dan
katakana kepada hamba-hambaku yang telah berbuat dosa, : Jangan kamu berputus
asa dari rahmatKu, sebab tidak ada suatu dosa yang tidak dapat ku ampunkan.
Syeih abu-Yazid al-Busthomy
berkata: Taubat karena berbuat maksiat itu cukup hanya sekali, sedangkan taubat
setelah berbuat taat harus seribu kali, sebab taat yang diliputi oleh ‘ujub,
sombong itu berubah menjadi maksiat yang besar, dan orang tidak akan
menyadarinya. Sebagaimana jatuhnya iblis dari singgasananya.
144-145.
“SEBAIK-BAIKNYA SATIR/TUTUP DARI ALLOH”
٭ الستر على قسمين ستر عن المعصية وستر فيها، فالعامّة يطلبون من
الله تعالى الستر فيها خشيــة سقوط مرتبتهم عندالخلق، والخاصة
يطلبون من الله السترعنهاخشية سقوطهم من نظرالملك الحقّ ٭
144. “Tutup(dariAlloh)itu ada dua: (1) tutup
dari berbuat maksiat/dosa, (2).tutup dalam berbuat maksiat, sedang manusia pada
umumnya meminta kepada Alloh supaya di tutupi dalam perbuatan maksiat, karena
kuatir jatuh kedudukannya dalam pandangan sesama manusia. Tetapi orang-orang
khusus meminta kepada Alloh, supaya ditutupi dari berbuat maksiat/dosa,jangan
sampai berbuat maksiat, karena takut jatuh dari pandangan Alloh”.
Manusia pada umumnya meminta
pada Alloh , supaya ditutupi maksiatnya pada waktu mengerjakannya, sehingga
mereka meminta pada Alloh supaya di tutupi karena takut kedudukannya di
masyarakat/sesama manusia jatuh sebab maksiat itu. Alloh berfirman:
“Yas-takhfuuna minan-naasi walaa
yas-takhfuuna-mina-llohi wahuwa- ma-’ahum.” (mereka sembunyi dari sesame
manusia, tetapi tidak sembunyi dari Alloh yang selalu beserta mereka”.)
‘Ady bin Hatim ra. berkata: Rosululloh saw.
Bersabda: Kelak pada hari Qiamat ada beberapa orang yang dibawa ke surga,
tetapi setelah melihat segala kesenangan yang tersedia dan merasakan hawa
enaknya surge, tiba-tiba diperintahkan mengusir mereka dari surge, sebab mereka
tidak punya bagian dalam surga itu, maka kembalilah mereka dengan penuh
penyesalan, sehingga mereka berkata: Ya Alloh, andaikan Engkau memasukkan kami
keneraka sebelum memperlihatkan kepada kami surge dan segala yang disediakan
untuk para waliMu, niscaya akan lebih bagi kami. Alloh menjawab: memang Aku
sengaja demikian, kamu dulu jika sendiirian berbuat segala dosa-dosa besar,
tetapi jika bertemu dengan orang-orang, berlagak khusuk bermuka-muka pada
manusia, berlawanan dengan apa yang ada dalam hatimu, kamu takut pada manusia
dan tidak takut padaKu, mengagungkan manusia tidak condong padaKu, maka hari
ini rasakan siksaKu yang sepedih-pedihnya, dan diharamkan atas kamu segala
rahmatKu.
٭ من اكرمك فانمااكرم فيك جميل ستره فالحمد لمن سترك ليس الحمد لمن
اكرمك وشكرك ٭
145.”Siapa yang memuliakan/menghormati
kamu,sebenarnya hanya menghormati keindahan tutup Alloh kepadamu, maka seharusnya
pujian itu pada Alloh yang telah menutupi engkau, bukan pada orang yang memuji
dan terima kasih padamu”.
Sudah menjadi sifat manusia bahwa Tiap
orang pasti mempunyai cela/aib dan kebusukan yang andaikan diketahui oleh orang
lain, pasti orang lain akan membanci dan tidak suka padanya. Kenyataannya ada
orang yang memuji,menghormatinya,adapun yang menyebabkan adanya orang yang
memuji dan menghormati padanya, bukan semata-mata karena kebaikannya, tetapai
karena Alloh menutupi kebusukan dan cacatnya, maka pujian itu seharusnya
kembali padaAlloh yang menutupi kebusukan dan aibnya. Karena itu ia wajib
bersyukur dan memuji kepada Alloh yang menutupi aibnya, tidak pada manusia yang
memujinya karena tidak tahu kejelekannya.
dan memuji kepada Alloh yang menutupi
aibnya, tidak pada manusia yang memujinya karena tidak tahu kejelekannya.
146.
“SAHABAT SEJATI”
٭ ماصحبك الامن صاحبك وهوبعيبك عليم وليس ذٰلك الامولك الكريم
خيرمن تصحب من يطلبك لالشيءيعودمنك اليه ٭
146.”Yang namanya sahabat sejati yaitu orang
tetap mau bersahabat(membantu) kamu setelah dia mengetahui benar-benar
kejelekan dan aibmu. dan tidak ada yang seperti itu kecuali hanya Tuhanmu yang
Maha Mulia.
Dan sebaik-baik sahabatmu ialah yang selalu
memperhatikan/membantu kepentinganmu, bukan karena sesuatu kepentingan yang
diharap dari pada mu untuk dirinya”.
Sudah menjadi watak manusia akan
menjauhi/membenci orang lain ketika jelas-jelas mengetahui kebusukan dan
kejelekan orang tersebut, dan tidak mau bersahabat dengannya, kecuali hanya
Tuhanmu Alloh swt. Dan juga orang-orang yang bersandar pada sifat-sifat
ke-Tuhanan Alloh, yaitu orang-orang yang sudah ma’ritulloh,yang masih mau
menolong dan membantu. Sedangkan orang tua itu masih juga ada kepentingan dan
pengharapan atas dirimu, sedang didunia ini tidak ada orang yang kasih
sayangnya sebagaimana ayah ibumu.
147.
“NURUL-YAQIN (Cahaya
Keyaqinan)”
٭ لواشرق لك نوراليقين لرايت الاخرةاقرب اليك من ان ترحل اليها
ولرايت محاسن الدنيا قدظهرت كسفةالفناء عليها ٭
147. “Andaikan cahaya keyaqinan itu telah
menerangi hatimu, niscaya engkau dapat melihat akhirat itu lebih dekat
kepadamu, sebelum engkau melangkahkan kaki kepadanya, dan niscaya engkau akan
melihat segala keindahan dunia, telah diliputi kesuraman dan kerusakan yang
akan menghinggapinya”.
Sebab dengan nurul-yaqin, semua
hakikat perkara itu kelihatan yang semestinya dan apa adanya.
Apabila hamba sudah bercahaya hatinya dengan Nurul-yaqin dia bisa mengetahui
yang benar dan yang salah sedangkan akhirat itu perkara yang hak/benar, tetap
wujudnya, sedangkan dunia itu akan rusak.
Rosululloh saw. Bersabda: Sesungguhnya
nur/cahaya jika masuk dalam hati, maka terbuka dan lapanglah dada (hati)nya,
sahabat bertanya: Ya Rosululloh, apakah yang demikian itu ada tandanya?..
Jawab nabi: Ya ada, yaitu merenggangkan
(memisahkan) diri dari dunia tipuan, dan condong kepada akhirat yang kekal, dan
bersiap-siap untuk menghadapi mati sebelum datangnya maut.
Anas ra. berkata: ketika
Rosululloh saw. Sedang berjalan dan berjumpa dengan seorang pemuda dari sahabat
Anshor, Rosululloh bertanya: Bagaimanakah keadaanmu hai Haritsah pada pagi ini?
Jawabnya: Saya kini menjadi seorang
mukmin yang sungguh-sungguh.
Rosululloh berkata: Hai Haritsah, perhatikan
perkataanmu,sebab tiap kata itu harus ada bukti hakikinya.
Maka Haritsah berkata: Ya Rosululloh
jiwaku jemu dari dunia, sehingga saya bangun malam dan puasa siang hari, kini
seolah-olah aku berhadapan dengan ‘Arsy. dan seolah-olah aku melihat neraka
yang penghuninya sedang menjerit-jerit di dalamnya.
Nabi bersabda: Engkau telah melihat, maka
tetapkanlah (jangan barubah),. Seorang hamba, yang telah diberi Nur iman dalam
hatinya.
Haritsah berkata: Ya Rosululloh, do’akan aku
mati syahid, maka Nabi saw. Berdo’a untuknya. Dan ketika pada suatu hari ada
panggilan untuk berjihad, maka dialah orang pertama menyambutnya,dan ahirnya
dia yang pertama mati syahid.
Dan ketika ibunya mendengar berita
bahwa anaknya telah mati syahid, ia datang bertanya kepada Nabi saw. : Ya
Rosululloh beritahukan kepadaku tentang Haritsah putraku, jika ia disurga aku
tidak akan menangis atau menyesal, tapi jika lain dari itu, maka aku akan
menangis selama hidupdi dunia!
Jawab Nabi saw. : Haritsah, bukan hanya satu
surga tetapi surga didalam surga-surga. Dan Haritsah telah mencapai Firdaus
yang tertinggi.
Maka kembalilah ibu Haritsah sambil tertawa dan
berkata : untung-untung bagimu hai Haritsah.
Anas ra. juga berkata: pada suatu
hari Mu’adz bin Jabbal masuk ketempat Nabi sambil menangis, maka ditanya oleh
Nabi saw. : bagaimanakah keadaanmu pagi ini hai Mu’adz? Jawab Mu’adz : aku pagi
ini mukmin benar-benar kepada Alloh.
Nabi bersabda: Tiap kata-kata yang benar harus
ada buktihakikatnya. Maka apakah bukti pernyataanmu itu? Jawab Mu’adz: Ya
Nabiyalloh, kini jika aku berada diwaktu pagi merasa mungkin tidak sampai sore,
dan jika sore ,aku merasa tidak akan sampai pagi.dan tiap melangkahkan kaki
merasa mungkin tidak dapat melangkah yang lain, dan terlihat kepadaku
seolah-olah manusia semua telah dipanggil untuk menerima suratan amal bersama
dengan Nabi-nabi dan berhala-berhalanya yang disembah selain Alloh,dan juga
seolah-olah saya melihat siksa ahli neraka dan pahala ahli surga.
Maka Nabi bersabda : Engkau telah mengtahui,
maka tetapkanlah.
Rosululloh saw. Ketika member tahu kepada para
sahabat hal gugurnya Zaid bin Haritsah dan Ja’far bin Abi Tholib, dan Abdulloh
bin Rowahah ra. berkata: Demi Allohmereka tidak akan senang, andaikan mereka
masih berada diantara kami, Rosululloh memberitakan demikian dengan air mata
yang berlinang-linang.
148-149.
“ALLOH TIDAK TERHIJAB
OLEH SEGALA SESUATU”
٭ ماحجبك عن الله وجود موجود معه ولٰـكن حجبك عنه توهّم موجود معه
٭
148. “Tiada sutu benda (makhluk) yang dapat
menghijab engkau dari Alloh, tetapi yang menghijab engkau adalah prasangkamu
adanya sesuatu yang wujud disamping Alloh”.
Segala sesuatu yang selain
Alloh itu pada hakikatnya tidak maujud/tidak ada,sebab yang wajib wujud/ada itu
hanya Alloh, sedang yang lainnya terserah belas kasih Alloh, untuk di adakan
atau ditiadakan.
Jadi apabila kamu tidak bisa melihat/mengenal
Alloh, itu bukan karena ada perkara/ sesuatu yang di adakan Alloh yang
menghalangi/menghijab kamu, akan tetapi yang menghalangi kamu dari Alloh yaitu
adanya prasangkamu bahwa ada sesuatu yang wujud selain Alloh.
Seoang aarif berkata: Adanya semua
makhluk ini bagaikan adanya bayangan pohon dalam air, maka ia tidak akan
menghalangi jalannya kapal, maka hakikat yang sebenarnya tiada suatu benda
apapun yang ada/maujud disamping Alloh yang menghijab engkau dari Alloh. Hanya
engkau sendiri yang mengira bayangan itu sebagai sesuatu yang maujud.
Contoh lain,: seseorang yang bermalam disuatu
tempat, tiba-tiba pada malam hari dia akan buang air, terdengarlah suara angin
yang menderu masuk ke lobang, sehingga persis sama dengan suara harimau, maka
ia tidak berani keluar, pada pagi hari ia tidak melihat bekas-bekas harimau
maka ia tahu bahwa itu hanya tekanan angin yang masuk kelobang,jadi yang
menghalangi dia buang air itu bukan harimau, tapi hanya prasangka adanya
harimau.
لولاظهوره
في المكونات ماوقع عليها وجود ابصار، لوظهرت صفاته اضمحلّـت مكوّناته ٭
149. “Andaiakn Alloh tidak dhohir pada
benda-benda (makhluk) alam ini, tidak mungkin ada penglihatan
padaNya, Andaikan Alloh mendhohirkan sifatNya pada semua makhluk,
maka lenyaplah semua makhlukNya”.
Ya’ni dhohirnya Alloh kepada kita itu
dari belakang tabir berupa semua makhluk, ini yang menjadikan dhohirnya semua
makhluk, dan menjadi sebab kita bisa melihat wujudnya makhluk, seperti juga
dhohirnya sinar mata hari yang ada dikaca cermin.
Seumpama Alloh tidak dhohir dibelakang tabir
makhluk artinya Alloh dhohir dengan sifat DzatNya secara langsung, maka semua
makhluk akan hancur.
Alloh berfirman: “Falammaa- tajallaa
rob-buhuu lil-jabali ja-’alahu dakkau- wa-khorro muusaa sho-‘iqoo” (maka
ketika alloh bertajalli (mamperlihatkan DzatNya) kepada bukit/gunung, hancurlah
(lenyaplah) bukit itu, sedang Nabi Musa jatuh pingsan”.)
Rosulullh saw. Bersabda: Hijab Alloh itu berupa
cahaya, andaikan dibuka pasti akan terbakar segala sesuatu yang menghadapinya.
Ya’ni sebab Alloh mempunyai sifat Batin
maka Alloh mendhohirkan semua makhluk, sebab makhluk itu tidak bisa terlihat
kecuali dengan Nur Alloh,
Dan Alloh melipat/ menyembunyikan makhluk sebab
Alloh bersifat dhohir,
tidak ada makhluk yang menyekutukan Alloh dalam
sifat,dzat dan af’alnya Alloh. Artinya Alloh tidak menjadikan sifat wujud
dengan dzatnya/hakiki pada selain Alloh. Semua makhluk itu ‘adam yang hakiki,
dan semua makhluk itu tidak wujud kecuali dengan wujudnya Alloh.
151-152.
“LIHAT DAN PELAJARI ALAM INI”
٭ اباح لك ان تنظر في الممكوّنات وما اذن لك ان تقف مع ذوات
المكوّنات قل انظروا ماذافى السماوات؟ فتح لك
باب الافهام ولم يقل: انظرواالسماوات لـءلا يدلك على وجودالاجرام ٭
151. “Alloh memperbolehkan kamu melihat alam
sekitarmu (makhluk), tetapi Alloh tidak mengizinkan engkau berhenti
pada benda-benda dialam ini (makhluk). Sebagaimana firman Alloh : katakanlah:
perhatikanlah apa-apa yang dilangit. Semoga Alloh membuka kefahaman padamu, Alloh
tidak brkata : perhatikan langi-langt itu. Supaya tidak menunjukkan padamu
adanya benda-benda itu”.
Pada hikmah sebelumnya mushonnif menerangkan
tentang wujud/adanya alam (bisa terlihat)itu karena Nur dari Alloh.
ALLOOHU-NUURUS-SAMAAWATI WAL-ARDHI (Alloh itulah yang menerangi langit dan
bumi).dan pada hikmah ini kita dituntun untuk bisa melihat dan mempelajari alam
ini.
Alloh mengizinkan kita untuk melihat
cipatannya supaya kita bisa bisa melihat bahwa semua itu ciptaan Alloh, jangan
sampai kita terjebak/berhenti hanya melihat/memperhatikan bendanya, sehingga
kita tidak melihat alloh dibalik benda-benda itu.
Dalam ayat ini menggunakan FII dengan
makna dhorof, yang berarti: yang harus diperhatikan yaitu apa yang ditempatkan,
bukan tempatnya.
Dalam katab Latoo-iful minan, Mushonnif
mengatakan: Alloh menciptakan macam-macamnya makhluk bukan supaya kamu melihat
makhluk itu, tapi supaya kamu bisa melihat Tuhan yang menciptakan makhluk itu
yaitu Alloh.
٭ الاكوان ثابتة بإثباته وممحوّة باحد يّة ذاته ٭
152.”Alam/makhluk ini ada(wujud) sebab di
tetapkan oleh Alloh, tetapi alam ini musnah/lenyap sebab sifat Esa dzatnya
Alloh”.
Siapa saja yang memandang sifat Esa dzatnya
Alloh, pasti tidak akan menemukan sifat tetap dan nyata pada semua makhluk,.
Semua makhluk itu bisa mempunyai sifat tetap kalau memandang sifat WAHIDnya
Alloh.
sifat AHADIYYAH menurut para Arifin Dzat yang
bersih dari sifat tetap/nyata pada semua mahluk. Sedangkan sifat WAHIDIYYAH itu
dzatnya Alloh yang nyata ada pada semua makhluk, dan semua makhluk mempunyai
sifat tetap (ada) sebab memandang adanya Alloh pada semua makhluk, sehingga
para Arifiin mengatakan “AL-AHADIYYATU BAHRUN-BILA MAUJIN WAL WAA-HIDIYYATU
BAHRUN MA’A MAUJIN. (Ahadiyyah itu umpama laut tanpa ombak, sedangkan
Wahidiyyah itu umpama laut beserta ombaknya). Yakni: menurut
pandangan para Arifin, Alloh itu di ibaratkan laut, maka makhluk
diibaratkan ombak yang di gerakkan oleh laut. Jadi jelasnya semua
makhluk itu bukan Alloh.
Ke-Esaan dzat Alloh yang tidak bersekutu itu
melenyapkan apa saja (makhluk),yakni tetap Alloh yang tunggal dan segala
sesuatu yang selainNya itu hanya bayangan belaka yang di ciptakan / di
wujudkan oleh Alloh.
153-157.
“SIKAP KITA KETIKA
DIPUJI ORANG”
٭ الناس يمدحونك لمايظنونه فيك فكن انت ذامّالنفسك لماتعلمه منها ٭
153.”Orang-orang yang memuji padamu disebabkan
oleh apa yang mereka sangka yang ada padamu, karena itu engkau harus mencela
dirimu, karena apa-apa (aib) yang engkau ketahui pada dirimu”.
Terimakasih Gan.... Sangat bermanfaat.... ditunggu Postingan bagus berikutnya.....
BalasHapusMohon ijin Ngsave Pak haji
BalasHapusJazakallahu khairan katsiran.
BalasHapusnyuwun shared di copy kang
BalasHapusSilakan.... semoga bermanfaat
Hapusizin copy "moga tambah barokah"
BalasHapusAssalaamu alaikum wr.wb. Mas...adakah kitab ikhozul himam lengkap dan terjemahannya?
BalasHapusAssalaamu alaikum wr.wb. Mas...adakah kitab ikhozul himam lengkap dan terjemahannya?
BalasHapusTerimakasih ,semoga Alloh membalas amal kebaikan anda.
BalasHapusIzin share Pak Ustad...Moga barokalloh, Amin.
BalasHapusAlhamdulillah sangat bermanfaat
BalasHapuskitab iqodzul himam sama dengan kitab diri ....terima kasih sangat sangat bagus
BalasHapusMohon izin ngssave/Coffy nya
BalasHapusTERIMA KASIH BANG MUDAH2AN ALLAH MEMBERI KARUNIA....AMIIN
BalasHapus😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😘😘😍😍😍😍😍😍😍
BalasHapusشكراكثيرا جزاك الله خيرا
BalasHapussemoga amal ini mnjadi jariah anda manfaat dunia akherat
aamiin Ya Mujibas saailiin
Assalamualaikum Ustad, Terimakasih atas posting nya. Izin menggunakan untuk belajar. Salam
BalasHapusMhn ijin copy.
BalasHapusMohon ijin copy. Semoga barokah Matur nuwun. Semoga Allah SWT membalas kebaikan panjenengan dengan balasan yang berlimpah.
BalasHapusizin copy ustad.. moga berkah ..
BalasHapusmaaf dari hikmah nomor 72 langsung ke hikmah nomor 81