NASIHAT KE – 1
Kebahagiaan Hamba Tergantung pada Bobot
Ketakwaannya Kepada Allah SWT.
Sahabat ku, mereka yang sering aku sebut sebagai penyandang
keutamaan dan ketakwaan telah lama terkubur di bawah lapisan tanah, dan di
antara akhlak mereka yang sedikit tersisa di permukaan bumi pun tersembunyi,
nyaris tidak dikenal. Kini aku akan menguraikan kepada kalian sebgaina di
antara ilmu yang telah dititipkan Allah SWT, kepada aku melalui tulisan ini.
Aku mendapati para juru nasihat--- semoga Rhmat serta Ridha Allah atas
mereka--- bersepakan bahwa kebahagiaan hamba di dunia dan di akhirat tergantung
pada nilai ketakwaannya kepada Allah SWT. Dan ingatlah bahwa bukti utama
ketakwaan ialah bersikap Wara” ( ialah sikap yang menghindari perbuatan dosa,
dan menahan diri dari subhat dan maksiat), terhadap larangan-larangan Allah
SWT, melaksanakan hudud-Nya (Hukum-Nya); dan mensucikan hati dari segala yang
tidak disukai-Nya. Lalu aku juga mendapati mereka bersepakat bahwa perusak
agama adalah mereka yang lancang terhadap Allah SWT. Dan ketahuilah bahwa ciri
kelancangan itu adalah meninggalkan sikap wara” melampaui hudud- Allah SWT,
serta getol melakukan maksiat kepada-Nya. Semoga Allah melindungi kita semua
dari hal demikian.
Terjemah Kitab
“AN-NASHA’IH” NASIHAT-NASIHAT “SANG SUFI” Karya: IMAM ABU ABDILLAH AL-HARITS BIN AS’AD “AL-MUHASIBI”
Sesuatu Yang Tidak Bisa Dicapai Seluruhnya
Jangan Sampai Ditinggalkan Seluruhnya
Kawanku, aku merenungkan kodisi kita pada masa sekarang. Lama aku
berfikir, lalu aku mendapatkan bahwa masa sekarang adalah masa-masa amat
kompleks. Syariat-syariat keimanan telah berganti, pakain-pakaian ke Islaman
telah terlepas, ajaran-ajran agama telah berubah, dinding-dinding hukum telah
runtuh, serta kebenaran pu telah menjadi hilang sehinga penghuninya terancam
binasa, kebatilah merajalela serta pengikutnya hari demi hari kian bertambah.
Aku juga menemukan segala bentuk fitnah semakin saling tumpang
tindih sehingga membuat bingung orang yang berakal, hawa nafsu kian
dominan, dan musuhpun makin leluasa. Jiwa-jiwa dengan kegandrungannya terhadap
seklurisme tersandera oleh nafsu syahwat yang bergelantungan; keinginan
rendahnya ia perturutkan, dan dunia lebih ia priorotaskan daripada akhirat.
Kemudian, dengan kegemarannya terhadap kedudukan dan kemegahan, ia sangat
berambisi. Pemikirannya terhalang oleh riya” sehingga butalah ia akan akhirat.
Nurani dan kondisi pada masa kita memang jauh berbeda
dengan nurani serta keadaan para salaf pendahulu kita. Telah sampai kepada kita
bahwa sebagian sahabat berkata : “Seandainya salah seorang pendahulu kita yang
salih dibangkitkan kembali dari kuburnya, lalu melihat pembaca-pembaca Al
Qur’an, tentu tidak mau berbicara dengan mereka, dan akan berkata kepada semua
orang, “mereka itu tidak beriman kepada hari perhitungan”.” Hanya kepada Allah
saja aku mengeluhkan keadaan yang menimpa kita, berupa perubahan, pergantian
dan pertentangan dengan “akhbar”(1) (akhbar adalah bentuk jamak dari khabar,
yaitu berita-berita baik yang bersumber dari Al Qur’an maupun hadist.)
Tentang hal ini, telah sampai kepada kita Sabda Rasulullah saw.
Yang mengatakan, ’Akan datang pada umat ini suatu masa ketika orang
yang berpegang pada agamanya pada hari itu bagaikan menggenggam bara api”, (2)
(Hadis diriwayatkan oleh Ahmad dan Tirmidzi. Juga Sabda Beliau yang
berbunyi : “Orang yang tetap berpegang pada Sunnah pada saat terjadi
kerusakan moralitas manusia, akan mendapat pahala seratus orang syahid.” (3)
Hadis ini dikeluarkan oleh Al Bazzar, sedang Thabrani meriwayatkannya dengan
lafal “Khamsina Syahida”. Hingga manakala aku menyadari bahwa bahaya
benar-benar telah mengancam batas-batas agama, segala macam bentuk fitnah telah
mengepung kita, sedang hawa nafsu di lingkungan kita benar-benar dipuja dan
diperturutkan, aku pun sangat mengkhawatirkan bahwa agama akan tercabut secara
keseluruhan. Sebab telah sampai kepada kita, hanya Allah yang lebih tahu, bahwa
“Akan terjadi seseorang tercabut keimanannya sedang ia tidak
menyadarinya”, Dan ada kalanya seseorang keluar dari rumahnya bersama
agamanya, namun ketika pulang ia tidak lagi membawa serta agamanya sedikit pun.
(4) (Hadis ini dikeluarkan oleh Ibn Abi’Ashim dalam bab tentang Zuhud dengan
redaksi sedikit berbeda.
Prihatin terhadap hal demikian, aku berpandangan, sangat urgen
bagi kita untuk berpedoan kepada satu di antara dua hal, yaitu : Bla
kita tidak termasuk di antara orang-orang yang melaksanakan perintah Allah
secara keseluruhan (utuh), tidak seharusnya kita mengabaikan apa-apa yang
diperintahkan Allah kepada kita, sehingga kita akan menjadi binasa
selama-lamanya. Ingat, mawas dirilah kepada Allah SWT.
Sahabatku, janganlah kalian menarik dirimu dari kebajikan
seluruhnya, janganlah pula menganggap ringan perintah Allah seluruhnya, serta
janganlah bersikap terang-terangan terhadap Allah dengan perilaku yang bertolak
belakang dengan kehendak-Nya. Berpeganglah, meski sedikit saja di antara yang
banyak, pada apa yang diwajibkan kepada kalian sekalipun ada alasan untuk
meninggalkan sedikit di antara Perintah-Nya, tapi lakukanlah itu untuk menutupi
kekurangan. Memang sebagian kejahatan lebih ringan bobotnya daripada yang lain,
dan sedikit saja yang dipertahankan jauh lebih baik daripada hilang secara
keseluruhan. Karena, telah sampai kepada kita bahwa Rasul saw. Berkata kepada
para sahabat-nya : “Akan datang setelah kalian suatu golongan, jika
mereka berpegang pada sepersepuluh dari apa yang diberikan kepada kalian,
mereka selamat.” (5). Hadis ini gharib, diriwayatkan oleh Tirmidzi. Ingat
dan renungilah apa yang telah au katakan kepada kalian. Di sini aku hanya
meringkas yang penting untuk disamppaikan, dan aku takut kepada kebinasaan bila
menyia-nyiakannya. Aku berharap ampunan dari Yang Maha Mulia melalui
Kemurahan-Nya.
NASIHAT KE - 3
Pangkal Bencana adalah Cinta Dunia
Sahabatku, aku mendapatkan bahwa yang menjadi pangkal setiap yang
bertentangan dengan akhirat, dan yang menjadi sasaran empuk dari tipu daya
setan untuk merusak umat dan menyia-nyiakan batas-batas hukum agama, aku
temukan hal itu terletak pada kecinntaan terhadap dunia, kehormatan, serta
kedudukannya. Ia merupakan pangkal bencana dan muara dari setiap kesalahan.
Lalu, bermula dari sinilah para hamba mengabaikan hak-hak Allah dan
menelantarkan humkum-hukum-Nya, berupa perintah Shalat, puasa, zakat serta seluruh
kewajiban lainnya. Akibat cinta pada harta dan kemegahan, mereka berlumur
dengan hal-hal yang haram dan dosa, dan merekapun menganggap remeh sebagian
besar perintah Allah dan larangan-Nya. Oleh karena itu, mereka berani
terang-terangan di hadapan Allah dalam melakukan penyimpangan, berani
terus-menerus melakukan perbuatan dosa besar, serta berani berbuat aniaya
terhadap diri sendiri, sedang mereka tidak merasakan. Padahal, sesungguhnya
Rasulullah saw. Telah memperingatkan mereka akan ftnah dunia. Telah sampai
kepada kita bahwa Rasululullah saw. Bersabda : “Akan datang kepada kalian
sepeninggalku, sebuah dunia yang bakal menelan iman kamu, sebagaiana api
menghanguskan kayu bakar”, Dalam hadis lain Rasulullah saw. Mengatakan
: “Senantiasa Tuhan ku berpaling dari dunia, dan dari orang yang diperdaya
serta merasa tenang kepadanya, sejak dunia itu diciptakan smpai hari
kiamat.” Dan “Celakalah orang-orang yang memperbanyak harta
kecuali orang yang berkata dengannya tentang hamba-hamba Allah demikian dan
demikian dari arah kiri dan kanannya, tapi mereka itu hanya sedikit.”
Telah
sampai kepada kita bahwa Allah SWT. Mewahyukan kepada Musa as. : “Wahai
Musa, jangan sekali-kali engkau cenderung kepada cinta dunia, agar engkau tidak
datang kepada-Ku dengan membawa dosa-dosa yang sangat menyulitkanmu.” Juga
telah sampai kepada kita bahwa Isa as. Berkata : “ Wahai pengikutku!
Kekayaan itu memang kesenangan di dunia, tetapi kecelakaan di akhirat.Benar,
bahwa orang-orang kaya merupakan tempat orang-orang mengambil muka di dunia,
tetapi mereka akan diinjak-injak dengan kaki mereka di akhirat, dari depan dan
dari punggung. Maka dengan kebenaran aku berkata kepada kalian : “Orang-orang
kaya itu tidak akan memasuki alam kerajaan langit.” Salah
seorang salaf berkata : “Aku jatuh dari atas gedung lalu tulangku patah, itu
lebih aku sukai daripada bergaul dengan orang kaya.” Ia juga
mengatakan, Kekayaan di dunia merupakan kemuliaan, tetapi di akhirat
merupakan kehinaan, dan orang kaya akan monyong mulutnya dan akan mengalir air
liurnya” Rasul saw. Pernah ditanya oleh seseorang : “Siapa di
antara umat Mu yang jahat?Beilau saw. Menjawab : “Orang-orang
kaya.”
Celakalah engkau wahai pemuja dunia! Tidakkah pernah sampai
kepadamu berita tentang Musa as. Yang melewati seseorang yang sedang menangis
dan ketia ia pulang orang itu masih menangis juga, beliau lantas berujar
: “Ya Tuha, seorang hamba Mu menangis karena takut kepada Mu,” Tuhan
berkata : “Wahai Putra Imran, andai orang itu meninggalkan otaknya
bersama air matanya lalu memohon seraya mengangkat kedua tangannya sampai
keduanya berjatuhan niscaya tidak Aku ampuni dia, karena dia mencintai
dunia.” Firman AllahSWT. Dalam Surat Hud ayat 15 – 16 yang tafsirnya
: “Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya,
niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan
sempurna dan di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak
memperoleh akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang mereka
usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang mereka telah kerjakan.” Demikianlah
keadaan orang yang mencintai dunia, semoga Allah SWT. Melindungi kita sekalian
dari kecintaan kepadanya.
Sahabatku! Ketahuilah, bahwa baik dan rusaknya umat tergantung
pada baik dan rusaknya ulamanya. Dan di antara ulama itu ada yang menjadi
rahmat bagi umat, sehingga berbahagialah bagi siapa yang mengikuti mereka.
Namun di antara mereka ada pula yang menjadi fitnah bagi umat sehingga
celakalah orang yang akrab dengan mereka. Seorang yang berilmu, bila ia beramal
berdasarkan ridha dari Allah SWT. Lebih mengutamakan akhirat daripada dunia,
tentu mereka itulah yang berhak menjadi Khalifah (wakil) pra Rasul as.; menjadi
juru nasihat bagi hamba-hamba dan juru penerang ke jalan Allah SWT. Mereka
adalah teman-teman para Nabi di atas mimbar cahaya dalam perhiasan dan
berpakaian, mereka dimuliakan dan digembirakan, lalu terhadap semua keluarga,
baik yang terdekat maupun yang terjauh, mereka berikan syafaat, karena ketika
dibangkitkan, semua makhluk masing-msing menjadi sibuk. Maka merekalah yang
menjadi rahmat Allah atas umat serta berkah-Nya atas mereka. Mereka menyeru
kepada jalan kemenangan sehinga menjadi berbahagialah orang yang menyambut
seruan mereka, dan memperoleh kemenangan orang meneladani mereka, dan tentu
saja bbagi mereka pula pahala yang sepurna plus pahala orang yang mengikuti
ajakan mereka. Terdapat beberapa riwayat yang melukiskan keadaan mereka, salah
satu diantaranya ialah ucapan salah seorang tokoh tentang tafisr ayat berikut
: Siapakah yang lebih baik perkatannya daripada orang yang menyeru
kepada Allah, mengerjakan amal yang salih dan berkata : “Sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang bererah diri” (Fushshilat : 33), Ia berkata
: Ini adalah kekasih Allah, wali-Nya, hasil seleksi-Nya dan
pilihan-Nya.Orang ini adalah yang paling dicintai Allah di antara penghuni
bumi. Ia menyambut seruan Allah dan mengajak orang untuk menyambut seruan itu.
Dan ia beramal salih dalam menyambut seruan itu seraya berkata : “Aku
termasuk orang-orang muslim”.
Inilah khalifah Allah, wahai kaum! Dan ulama semacam inilah yang
patut kau teladani dan kau ikuti jejaknya, mudah-mudahan engkau endapatkan
kebahagiaan serta kemenangan. Hanya saja sebagian yang lain di
antara mereka masih relah terhadap dunia sebagai ganti dari akhirat. Mereka
lebih mengutamakan dunia di sisi Allah mereka sangat gemar mengumpulkannya,
serta berambisi untuk memperoleh kedudukan padanya. Ulama semacam ini lah yang
senang diikuti oleh sebagian besar manusia sehingga banyak sekali di kalangan
umat yang mendapat fitnah atas umat.
Mereka meninggalkan nasihat kepada manusia agar mereka tidak
dijelek-jelekkan di tengah-tengah masyarakat. Celakalah mereka! Bagaimana
mereka akan mendapatkan kebaikan di bawah ancaman dari Allah Azza wa Jalla
kepada mereka? Di samping itu mereka telah menjual ilmu dengan harga yang
murah. Sungguh, mereka itu merugi, dan alangkah jeleknya apa yang mereka
perdagangkan itu, karena selain harus memikul dosa sendiri, ia juga harus
menanggung dosa orang-orang yang mengikuti mereka, sehingga semuanya binasa dan
menyebabkan binasa. Mereka itulah wakil setan, kaki tangan iblis, semoga Allah
tidak memperbanyak orang seperti mereka di kalangan umat manusia. Sesungguhnya
Rasulullah saw. Telah memperingatkan tentang fitnah yang ditimbulkan oleh ulama
yang lebih mempriorotaskan dunia. Telah sampai kepada kita bahwa beliau saw.
Bersabda : “Para fuqaha (ulama) itu pengemban amanat para Rasul selama
mereka tidak menceburkan diri ke dalam urusan dunia, dan apabila mereka berbuat
demikian, ragukanlah keberagamaan mereka”.
Beliau saw. Juga bersabda : Senantiasa umat ini berada di bawah
tangan Allah dan di bawah lindungan-Nya selama para pembaca Al Qur’an tidak
manut kepada para pejabatnya, selama orang-orang pilihan tidak memberikan restu
kepada orang-orang jahatnya, dan selama orang-orang baik tidak mengisitimewakan
orang-orang bejatnya. Tetapi, bila mereka melakukan itu, niscaya Allah akan
mengangkat tangan-Nya dan menguasakan atas mereka orang-orang yang kejam yang
bakal menindas mereka dengan seburuk-buruk siksaan.”
Beliau bersabda lagi : “Tidak terjadi kiamat sampai
orang-orang terpercaya berkhianat dan para pembaca Al Qur’an menjadi fasik,
mereka dihantam badai fitnah dan diliputi kegelapan sehingga mereka menjadi bingung
seperti bingungnya orang-orang Yahudi di dalam gulita.” Ada yang
bertanya kepada Rasulullah saw. : “Wahai Rasul! Manusia manakah yang paling
buruk? Beliau saw. Menjawab : “Ya Allah, berilah ampunan, seburuk-buruk
umatku ialah ulama yang buruk.” Akan datang kepada manusia suatu masa dimana
masjid-masjid ramai tetapi kosong dari petunjuk. Hal demikian terjadi karena
ternyata ulama mereka adalah seburuk buruk orang yang dinaungi oleh
langit.” Juga telah sampai pula kepada kita bahwa Allah SWT
mewahyukan kepada Daud a. : Janganlah engkau musyawarahkan urusan mu dengan
orang alim yang dimabukan oleh cinta kepada dunia, karena ia akan menjatuhkanmu
dengan kemabukannya dari jalan kecintaan. Mereka itu adalah perampok-perampok
atas hamba-hamba yang menginginkan-Ku.” Seorang ahli ilmua berkata : “Orang
yang ditambah oleh Allah ilmunya tapi bertambah pula cintanya kepada dunia,
niscaya tidak bertambah dekat jaraknya kepada Allah kecuali kian menjauh.
Sebagian ahli ilmu menyebutkan tentang pergaulan dengan para ulama.
Ia berkata : “Jika engkau mau, di dalam pergaulan dengan sebagian
mereka terdapat fitnah, yaitu bila di antara mereka terperdaya oleh dunia,
menggemarinya dan berambisi untuk mendapatkannya. Di dalam bergaul
dengan mereka terdapat fitnah yang bakal menambah kebodohan orang yang bodoh,
meningkatkan kebejatan orang yang bejat, serta merusak hari orang yang
beriman.” Kemudian ia berkata lagi : Ulama yang buruk itu
duduk-duduk di tengah jalan menuju akhirat, dan mereka menghalang-halangi
hamba-hamba dari perjalanan menuju Allah SWT. Lalu ahli ilmu itu pun
menangis.
Telah sampai kepada kita bahwa Isa as. Berkata : “Ulama
yang buruk berpuasa dan melaksanakan shalat, tetapi tidak mengerjakan apa yang
dianjurkan kepada mereka. Mereka belajr tetapi tidak mengamalkannya. Amat jelek
apa yang mereka putuskan, mereka bertobat hanya melalui kata-kata serta
angan-angan, dan mereka berbuat pun dengan hawa nafsu. Kamu tiak membutuhkan
mereka untuk membersihkan kotoran dari kulit dan hatimu. Dengan
kebenaran aku berkata kepada kamu : “Jangan menjadi seperti ampas yang disaring
di mana hikmah mengalir dari mulut-mulut kamu tapi masih tersisa kedengkian di
dalam dada kamu.
Wahai pemuja dunia! Bagaimana bisa mendapatkan akhirat orang yang
tidak pernah padam api syahwatnya terhadap dunia? Tidak pernah putus
keinginan dirinya? Dengan sebenarnya aku berkata : Hatimu menangis karena
perbuatanmu, kalian menaruh dunia di bawah lidah dan meletakkan ilmu di bawah
telapak kaki. Dengan sebenarnya aku mengatakan, kalian telah merusak akhirat
kalian. Ternyata kebaikan dunia lebih kau sukai daripada kebaikan akhirat, maka
siapa yang lebih merugi dari pada kamu jika kamu mengetahui! Celakalah kalian!
Sampai kapan kalian tetap menghalangi orang-orang berjalan menuju cahaya, dan
sampai kapan kalian berdiam di peukiman orang-orang yang bingung seakan-akan
kalian menyerukan kepada penghuni dunia agar membiarkan dunia ini untuk kalian.
Celakalah kalian! Apa gunanya untuk sebuah rumah yang gelap jikalau lampu
penerang diletakan di atasnya, sedang di dalamnya sepi dan gelap? Maka,
demikian pula, tidak berguna cahaya ilmu yang berada di mulut-mulut kalian,
sedangkan di dalam diri kalian terasa kosong, gelap dan hampa. Wahai pemuja
dunia! Tidak maukah kalian menjadi ulama yang mengamalkan ilmunya, menjadi
hamba yang bertakwa, dan menjadi orang merdeka yang dimuliakan. Hampir-hampir
dunia mencabut kamu dari akar-akarmu lalu ditutupkan kepada muka-mukamu,
kemudian kamu ditelungkupkan dan kesalahan-kesalahan mu ditarik dari ubun-ubun
kemudian kamu didorong dari belakang untuk diserahkan kepada Sang Raja di Hari
Pembalasan dalam keadaan telanjang dan sendiri-sendiri. Lalu Raja itu
memberhentikan kamu dan mendirikan kamu dalam keadaan terbuka aurat. Dan
akhirnya kamu diberi balasan atas buruknya seluruh perbuatan kamu.
Sahabatku! Mereka adalah ulama-ulama jahat alias setan-setan
dalam rupa manusia; mereka menjadi fitnah bagi masyarakat; mereka sangat
menggemari harta benda dunia serta kedudukannya; mereka lebih mengutamakannya
daripada akhirat; dan mereka pun merendahkan agama terhadap dunia. Selagi di
dunia mereka sudah tercela, sedangkan di akhirat kelek, mereka merugi; atau
Tuhan Maha Mulia akan memberikan ampunan melalui Kemurahan-Nya.
Aku melihat orang yang celaka, yang merugi, yang lebih
mengutamakan dunia daripada akhirat, bahwa kesenangannya bercampur dengan
hal-hal yang menyusahkan dirinya. Mulai dari bermacam-macam bentuk kegelisahan
dan kemaksiatan sampai dengan kepada kerusakan dan kebinasaan di akhir
perjalanan hidupnya. Kegembiraan yang dulu pernah dimilikinya kembali
menjauhinya, tidak lagi tersisa untuk dirinya bagian dari dunianya. Dan ia pun
tidak bisa diselamatkan oleh agamanya, bahkan ia memperoleh kerugian ganda di
dunia dan akhirat akibat kegandrungannya kepada dunia sedang ia tidak pernah
mengetahui apa yang telah ditentukan untuk dirinya, dan itulah bentuk kerugian
yang nyata! Alangkah buruknya musibah itu, dan alangkah besarnya bencananya!
Karena itulah mawas dirilah kepada Allah.
Sahabatku! Janganlah kamu diperdaya oleh setan dan wakil-wakilnya
di antara manusia hanya karena alasan yang lemah di sisi Allah SWT.
Sesungguhnya mereka itu rakus terhadap dunia lalu mencari-cari alasan untuk
diri mereka.
Mereka menduga bahwa sahabat-sahabat Rasul saw. Juga memiliki
harta yang banyak sehingga orang-orang terperdaya itu berlindug di balik kisah
mereka tentang para sahabat supaya orang lain mentolerir usaha mereka dalam
menumpuk harta. Padahal setan telah menimpakan bala atas mereka, sedang mereka
tidak menyadadri!
Celakalah dirimu wahai orang-orang yang telah terkena fitnah!
Sesungguhnya dalihmu mengatasnamakan harta Abdurahman bin ‘Auf itu merupakan
jebakan setan yang bertutur melalui lidahmu agar dirimu celaka! Sebab, ketika
engkau menyangka bahwa sahabat-sahabat pilihan itu menghendaki harta untuk
kemewahan, kemuliaan dan perhiasan, sungguh engkau telah berbagi ghibah kepada
mereka serta berani mengkaitkan mereka dengan perkara yang besar. Juga ketika
engkau mengira bahwa mengumpulkan harta yang halal itu lebih baik dan lebih
utama daripada meninggalkannya, sungguh dirimu telah melecehkan Nabi Muhammad
saw. Dan para Rasul. Engkau anggap mereka itu sedikit kemauan serta bersikap
zuhud terhadap kebaikan yang engkau gandrungi beserta teman-teman mu. Engkau
hubungkan mereka dengan kebodohan karena tidak meu mengumpulkan harta seperti
yang engkau lakukan.
Demikian pula ketika engkau mengira bahwa mengumpulkan harta yang
halal itu lebih baik daripada meninggalkannya, berarti engkau menganggap
Rasulullah saw. Tidak memberikan nasihat kepada umatnya karena telah melarang
mereka dari mengumpulkan harta, padahal ia tau bahwa hal itu baik untuk mereka.
Sungguh engkau telah menipu mereka dengan prasangka itu, pada saat Beliau
melarang mereka mengumpulkan harta. Demi Tuhan langit, engkau telah mendustakan
Rasulullah saw. Padahal sesungguhnya, bagi umatnya, beliau adalah juru nasihat;
beliau prihatin atas nasib mereka.
Baiklah, ketika engkau mengira bahwa mengumpulkan harta halal itu
adalah lebih baik dan lebih utama daripada meninggalkannya, sesungguhnya engkau
telah menganggap bahwa Allah SWT. Tidak memperhatikan hamba-hamba-Nya, karena
telah melarang mereka mengumpulkan harta padahal dia tau bahwa mengumpulkan
harta halal itu lebih baik daripada meninggalkannya. Sungguh engkau mengira
bahwa Allah SWT. Tidak mengetahui bahwa keutamaan dan kebaikan ini terletak
pada mengumpulkan harta karena telah melarang memperbanyaknya. Seakan-akan
dirimu lebih mengetahui tempat-tempat kebaikan dan keutaaan darupada Tuhanmu.
Maha Suci Tuhan dari kebodohanmu itu!.
Wahai orang yang terfitnah! Sesungguhnya dirimu dijerumuskan oleh
setan ketika ia memperindah dalihmu dengan harta sahabat. Celakalah dirimu!
Tidak ada gunanya bagimu beralasan dengan harta “Abdurrahman ra. Itu, karena
beliau sendiri menginginkan pada hari kiamat agar dia diberi bagian dari dunia
sekedar untuk kebutuhan makanan hariannya saja. Rasulullah saw. Berssabda
: Tidak seorang pun di antara manusia pada hari kiamat kelak, yang kaya
dan miskin, melainkan ia menginginkan supaya diberi bagian dari dunia sekedar
untuk makanan harian saja.”
Telah sampai kepdaku bahwa ketika ‘Abdurrahman meninggal dunia,
beberapa sahabat Rasul berkata : “Kami mengkhawatirkan ‘Abdurrhman pada harta
yang ditinggalkannya.” Ka’ab berkata : “Subhanallah! Apa yang kalian takutkan terhadap
‘Abduurahman? Dia berusaha dengan cara baik dan menafkahkannya juga dengan
baik.” Lalu hal itu terdengar oleh Abu Dzarr, dan ia pun keluar dala keadaan
marah untuk menemui Ka’ab. Di tengah jalan ia melewati tulang rahang binatang,
maka tulang itu pun diambilnya dan ia melanjutkan usaha mencari Ka’ab.
Ada yang membisiki Ka’ab bahwa ‘Abu Dzarr mencarinya. Maka
larilah Ka’ab ke tempat ‘Utsman bin Affan, untuk mencari perlindungan dan
menceritakan kepadanya tentang apa yang telah terjadi. Abu Dzarr pun terus
mencarinya hingga sampai juga ke rumah Utsman Bin Affan. Tak kala Abu Dzarr
masuk ke dalam rumah, berdirilah Ka’ab berlindung di balik Utsman bin Affan
karena ketakutan. Lalu Abu Dzarr berkata kepadanya : “Wahai putera yahudi!
Engkau kira tidak akan terjadi apa-apa dengan harta yang ditinggalkan
“Aburrahman!
Suatu hari Rasulullah saw. Keluar dari Masjid Madinah menuju Uhud
dan aku bersamanya, beliau berkata : “Wahai Abu Dzarr.” Aku menjawab : “Labaika
ya Rasulullah. Orang yang banyak harta adalah orang yang paling miskin di
akhirat kelak kecuali orang yang berkata demikian dan demikian dari arah kanan
dan kiri, depan dan belakangnya, tapi mereka itu hanya sedikit.” Kemudian
beliau berkata : “Wahai Abudzarr!” Aku menjawab : “Ya, ya Rasulullah.” Beliau
melanjutkan : “Tidaklah menyenangkan bagiku andai aku memiliki emas sebessar
gunung Uhud, yang aku nafkahkan di jalan Allah, lalu aku mati sedangkan pada
saat aku mati itu aku masih menyimpan dua qirath.” Kemudian beliau menyambung
lagi : “ Wahai Abu Dzarr! Engkau mau yang lebih banyak sedangkan aku mau yang
lebih sedikit.” Rasulullah saw. Menginginkan ini sedangkan dirimu, wahai putera
Yahudi, bilang tidak apa dengan harta ‘Abdurrahman. Engkau telah berdusta dan
berdusta pula orang yang mengucapkan ucapan seperti ini.” Tidak hilang rasa
takut Ka’ab sampai Abu Dzarr pergi.
Telah sampai kepada kami cerita tentang Abdurrahman bin ‘Auf,
ketika ia kedatangan rombongan kafilah membawa barang-barang miliknya dari
Yaman, sehingga seisi kota Madinah pun menjadi gempar. A’isyah ra. Bertanya :
“Apa yang terjadi? Lalu dikatakan kepadanya bahwa rombongan kafilah
‘Abdurrahman telah tiba di Madinah. Spontan ia mengucapkan : “Benarlah Allah
dan Rasul-Nya.” Hal ini sampai kepada ‘Abdurrahman, lalu ia pun bergegas
mendatangi A’isyah dan bertanya kepadanya. A’isyah menjawab : “ Aku mendengar
Rasulullah saw. Bersabda : “Aku melihat surga dan aku melihat orang-orang
miskin dari golongan Muhajirin. Orang-orang Muslim pun memasuki dengan bergegas
namun aku tidak melihat seorangpun di antara orang-orang kaya yang memasukinya
kecuali dengan cara merangkak. Mendengar itu, ‘Abdurrahman lantas berujar : “
Aku menjadikan Allah sebagai saksi bahwa sluruh kafilah ini berikut
barang-barangnya untuk jalan Allah, sedangkan seluruh budak-budaknya merdeka,
semoga aku memasukinya bersama mereka dengan bergegas.”
Telah sampai kepada kami bahwa Rasulullah saw. Pernah
berkata kepada ‘Abdurrahman bin Auf, “Adapun dirimu adalah orang pertama masuk
surga diantara orang-orang kaya dari umat ku, dan hampir saja engkau tidak
memasukinya kecuali dengan cara merangkak.
Celakalah dirimu wahai orang yang terperdaya! Apakah alasanmu
tentang harta, padahal ‘Abdurrahman bin ‘Auf dengan keutamaannya, ketakwaannya,
perbuatan makrufnya, pengeluarannya di jalan Allah, perssahabatannya dengan
Rasulullah saw. Dan berita gembiranya bahwa ia akan masuk surga, tetapi ia
harus bertahan lebih dahulu di padang mahsyar, di tengah situasi yang sangat
mencekam, hanya gara-gara harta yang ia peroleh secara halal demi untuk menjaga
kesucian dirinya; untuk erbuatan makrufnya, untuk nafkahnya yang tidak pernah
berlebih-lebihan, untuk pengeluarannya di jalan Allah secara sukarela. Hanya
karena ini terpaksa ia tidak bisa bergegas menuju surga bersama orang-orang
miskin dari golongan Muhajirin. Kelak ia hanya bisa beringsut-ingsut jauh di
belakang mereka. Nah, bagaimmana menurut dugaanmu terhadap orang-orang semacam
kita yang senantiasa timbul tenggelam di dalam danau fitnah dunia?
Amat mengherankan terhadap dirimu wahai orang yang terperdaya!
Sementara anda yang bergumul dalam kubangan syubhat dan haram, yang bersemangat
dalam memungut kotoran-kotoran manusia. Yang tidak memperdulikan apa yang
didapatkan dala, usaha anda, yang bergelimang dalam kesyubhatan, perhiasan dan
kemegahan, yang terperangkap dalam tipu daya dunia, masih saja sempat berdalih
dengan ‘Abdurrahman bin ‘Auff dan hartanya, sesungguhnya sahabt juga dulunya
berbuat demikian. Seolah-olah anda menganggap orang-orang salaf tersebut
beserta tindakannya menjadi syubhat pula! Celakalah dirimu, karena anggapan
demikian termasuk analogi iblis juga termasuk di antara fatwa-fatwanya yang ia
bisikan kepada pengikut-pengikutnya.
Berikut aku akan membeberkan kepada dirimu tentang keadaanmu yang
sebenarnya dan keadaan para salaf dahulu, agar engkau menyadari keburukanmu
sekaligus akan mengerti tentang keutamaan para sahabat dengan harta benda
mereka, yang diinginkan untuk menjaga kesucian dan dieluarkan pada jalan Allah.
Mereka berusaha dengan cara yang halal, memakan yang baik, mengeluarkan secara
ekonomis, memprioritaskan keuramaan, tidak pernah menahan hak orang lain
darinya, dan tidak bersifat kikir dengannya. Mereka berlaku dermawan dengan
sebagian besar harta tersebut, bahkan di antara mereka ada yang mendermakan
seluruhnya. Terlebih lagi dalam keadaan sulit, justru lebih mereka utamakan
daripada diri mereka sendiri, Nah, apakah demikian pula sikapmu? Demi Allah,
sungguh dirimu sangat jauh dari menyerupai mereka.
Sahabat-sahabat pilihan tersebut lebih menyukai hidup dalam kemiskinan.
Mereka aman dari rasa takut miskin; dengan Allah dan ketentuan-Nya mereka
bersuka cita; terhadap bala ...mereka menerima; dalam kelapangan mereka
bersyukur; dalam kesusahan mereka bersabar; dalam senang mereka memuja; kepada
Allah mereka tawadhu; terhadap kedudukan dan kemegahan mereka bersikap wara’.
Mereka tidak mencari dunia kecuali hanya bagian yang diperbolehkan untuk
mereka, dan merekapun merasa puas dengan berkecukupan (sekedar untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari)Mereka mengharapkan dunia namun mereka rela menjadikannya
sebagai pinjaman. Mereka memutuskan perkaranya sekaligus. Mereka bersabar
terhadap hal-hal yang tidak menyenangkan darinya, mereka menelan pahitnya, dan
berlaku zuhud terhadap kenikmatan dan kesenangannya. Maka, Demi Allah, apakah
demikian sikapmu?
Telah ssampai kepda kami bahwa bila dunia menghampiri mereka,
mereka berduka seraya meratap, “Ini merupakan sebuah dosa yang disegerakan
pembalasannya.” Namun bila kemiskinan yang mendera mereka, mereka mengucapkan :
“Selamat datang simbul orang-orang saleh.”
Juga telah sampai pula kepada kami, bahwa di antara mereka jika
memasuki pagi hari dan mendapat makanan di dalam keluarganya, ia lantas menjadi
sedih dan murung. Namun jika tidak mendapatkan apa-apa ia malah senang dan
gembira. Padahal kebanyakan orang tidak demikian. Bila mereka tidak mendapatkan
sesuatu untuk keluarganya, mereka bersedih. Sebaliknya, bila ada justru
bergembira, dan engkau tidak demikian. Ia menjawab : “Bila aku memasuki pagi
hari sedang di keluargaku tidak memiliki apa-apa, aku gembira karena dengan
demikian aku memiliki kesempatan untuk menjadikan Muhammad saw. Sebagai
teladan. Tetapi apabila memasuki pagi, aku mendapatkan sesuatu untuk keluarga,
aku besedih, karena hari itu aku tidak memperoleh kesempatan untuk menjadikan
beliau sebagai teladan.
Berikut ini, telah sampai pula kepada kami, bahwa bilamana berada
dalam kemakmuran, mereka merasa prihatin dan meratap, “Apa yang terjadi dengan
kami di dunia ini? Dan apa yang dimaui dengannya? Seolah-olah ketika itu mereka
berada dalam suasana ketakutan.
Sebaliknya, bila berada dalam keadaan serba kekurangan, mereka
malah merasa senang dan berkata, “ Sekarang Tuhan kami telah membuat perjanjian
kepada kami.” Kemudian di antara sebagian mereka ada pula yang berkata : “Hari
yang menyenangkan hatiku,” Seorang sahabat berkata : “Hari yang menyenangkan
untuk ku adalah ketika ada yang bilang bahwa tidak ada apa-apa di rumah, tidak
ada dinar, tidak ada dirham, juga tidak ada makanan, sebab bila Allah SWt.
Menyukai seorang hamba, ia akan mengujinya, “ Demikian keadaan dan sikap
orang-orang terdahulu, padahal sesungguhnya keutamaan mereka jauh dari sekedar
yang telah kusebutkan tadi. Maka, Demi Allah, demikiankah keadaanmu? Demi
Allah, sungguh sangat jauh kemiripanmu dengan mereka!
Lalu, sekarang aku akan membuka kedokmu wahai orang yang
terperdaya! Sungguh keadaanmu sangat bertolak belakang dengan keadaan mereka,
orang-orang salaf. Hal demikian terjadi karena engkau sering melampaui batas
ketika kaya, berlaku sombong ketika lapang, bersuka ria di kala senang, lupa
bersyukur terhadap nikmmat,frustasi di kala susah, benci bila ditimpa bala, dan
tidak bisa menerima ketentuan Tuhan. Engkau membenti kefakiran dan
menghindar dari kemiskinan, padahal keadann tersebut merupakan kebanggaan
orang-orang Muslim, sedangkan dirimu malah menjauhinya.
Engkau sengaja menumpuk harta karena takut miskin. Padahal
perbuatan demikian, cerminan dari buruk sangkamu kepada Allah dan kurang
yakinmu kepada jaminan-Nya. Kiranya cukuplah sikapmu itu sebagai dosa, terlebih
lagi bila engkau menumpuk harta itu untuk kesenangan, kemewahan, keinginan dan
kenikmatan dunia. Rasulullah saw. Bersabda : “Seburuk-buruk umatku, mereka
yang diberi makan dengan kemewahan, lalu tubuh mereka tumbuh darinya.
Seorang ahli ilmu berkata : “Akan datang pada hari kiamat kelak
sekelompok orang yang menuntut kebaikan untuk mereka, lalu dikatakan kepada
mereka : “Kamu telah menghabiskan rezkimu dalam kehidupan duniawimu (saja) dan
kamu telah bersenang-senang dengannya .” (QS. Al-Ahqaf :20). Ternyata dirimu
berada dalam kelalaian.
Engkau telah dicegah untuk menadapatkan kenikmatan akhirat
lantaran kenikmatan dunia, maka alangkah besar penyesalan dan
kecelakaan itu! Benar, barangkali engkau mengumpulkan harta demi kemegahan,
kebanggaan dan perhiasan di dunia, padahal telah sampai kepada kami bahwa siapa
yang mencari dunia untuk bermegahan dan berbangga dengannya, kelak ia akan
berjumpa dengan Allah, dan Allah dalam keadaan marah kepadanya, sedangkan
engkau tidak merasa terancam dengna kemarahan Allah yang bakal menimpamu ketika
menginginkan kemegahan dan kemewahan itu.
OK. Barangkali menetap di dunia ini lebih engkau sukai daripada
berpindah ke haribaan Allah Azza wa Jalla, dan engkau tidak suka untuk bertemu
dengan Allah, padahal Allah lebih tidak suka untuk bertemu dengan mu. Engkau
tetap berada dalam kelalaian, bahkan barangkali engkau akan meratapi kehilangan
kesempatan mu untuk meraih mata benda di dunia itu \.
Rasulullah saw. Bersabada : “Siapa yang menyesali dunia yang
luput darinya, ia mendekati api neraka sejauh seribu tahun
perjalanan.” Nah, engkau sangat menyesali sesuatu yang luput
darimu tanpa merasa terancam dengan kedekatanmu kepada siksaan Allah
SWT. Benar, barangkali engkau kadang-kadang harus keluar dari agama mu demi untuk
memenuhi keinginan duniawimu, lalu engkau bersuka cita terhadap dunia yang
menghampirimu dan hatimu pun senang kepadanya.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah saw. Bersabda
: Siapa yang menyukai dunia dan itu menyenangkannya, hilanglah rasa takut
akan akhirat dari hatinya.” Salah seorang Ulama mengatakan : “Engkau akan
diperhitungkan lantaran kesedihanmu, juga akan diperhitungkan lantaran
kegembiraan mu terhadap dunia tat kala engkau mampu meraihnya.”
Siapa yang menyukai dunia, dan hal itu menyenangkannya, tercabutlah
kekhawatiran terhadap hari akhirat dari hatinya. Egnkau bersukaria terhadap
duniamu, sementara kau lepaskan kekhawatiran terhadap Allah. Baik, barangkali
kepandaianmu pada dunia lebih berlipat daripada perhatianmu pada urusan
akhirat; barangkali musibah yang menimpamu karena maksiat lebih ringan
menurutmu daripada musibah berkurangnya dunia. Baik, barangkali kekhawatiran
terhadap kehilangan harta barangkali lebih belipat daripada kekhawatiranmu
terhadap dosa. Barangkali engkau mengeluarkan untuk orang lain sesuatu yang
engkau kumpulkan dari kotoran yang tercemar demi kedudukan dan kemuliaan dunia;
Barangkali engkau rela orang-orang lain menerima murka Allah agar berbuat baik
kepadamu, menghargai dan memuliakanmu. Celakalah dirimu! Seakan-akan penghinaan
Allah terhadapmu pada kari kiamat tidak berarti bagimu dibanding penghinaan
manusia terhadapmu di dunia. Barangkali engkau menyembunyikan keburukanmu di
mata manusia dan engkau tidak merasa terancam dengan pengetahuan Allah terhadap
hal itu, seakan-akan tercemarnya namamu di sisi Allah tidak berarti bagimu
daripada tercemarnya namamu di mata manusia; seakan-akan makhluk lebih tinggi
nilainya di matamu daripada Khaliq. Maha Suci Allah dari kebodohanmu.
Celakalah dirimu! Masih ada sisa-sisa keburukan lainnya yang
belum pernah disandang oleh dirimu dan bagaimana engkau akan berkata di hadapan
orang-orang yang berakal. Padahal aib itu ada pada dirimu, dan dirimu berlumur
dengan kotoran namun masih ingin berdalih dengan harta orang-orang
yang suci. \
Amatlah jauh kemiripanmu dengan orang-orang salih terdahulu! Demi
Allah sesungguhnya telah sampai kepadaku bahwa mereka dalam hal yang di
halalkan, lebih zuhud daripada kamu dalam hal yang di haramkan. Sesuatu yang
tidak apa-apa menurutmu, merupakan bencana bagi mereka. Kesalahan kecil mereka
pandang lebih besar daripada kamu dalam memandang dosa besar. Sebaik-baik dan
sehalal-halal harta menurtmu adalah bagaikan yang subhat di antara harta
mereka. Engkau prihatin terhadap kejahatan sebagaimana mereka prihatin terhadap
kebaikan mereka karena khawatir tidak diterima. Puasamu bagaikan berbukanya
mereka, kesungguhanmu dalam beribadah bagaikan masa reses dan waktu tidur
mereka, bahkan seluruh kebaikanmu setara dengan satu dari kebaikan mereka.
Salah seorang sahabat berkata : “Keuntungan para shiddiqin
(Orang-orang yang benar dan jujur) adalah sesuatu yang luput dari dunia mereka,
sedangkan kebutuhan mereka adalah sesuatu yang dijauhkan dari mereka, sedangkan
kebutuhan mereka adalah adalah sesuatu yang dijauhkan dari mereka di antara
dunia. Maka siapa yang tidak demikian keadaannya, tidaklah ia bersama mereka di
dunia, apalagi di akhirat.” Subhanallah! Berapa jauh perbedaan antara dua
golongan tersebut! Golongan bersama sahabt pilihan yang mencari ke
dudukan di sisi Allah dan golongan bersama kalian dalam kelompok orang-orang
yang rendah. Semoga Allah Yang Maha Mulia memberikan ampunan dengan
Karunia-Nya.
Apabila engkau mengira bahwa dirimu meneladani para sahabat dalam
menumpuk harta untuk menjaga kesucian dan mengeluarkannya di jalan Allah, coba
renungkanlah terlebih dahulu urusanmu itu! Celakalah dirimu, masih bisakah kita
Ataukah engkau mengira bahwa engkau berhati-hati dalam mencari yang halal
sebagaimana yang mereka lakukan? Padahal telah sampai ke padaku bahwa di antara
sahabat ada yang mengatakan, “Kami meninggalkan tujuh puluh pintu dari
yang halal karena khawatir akan jatuh kepada salah satu pintu yang
haram”. Saudara ku! Adakah kewaspaadaan seperti ini dalam dirimu? Tidak,
demi Tuhan Ka’bah, aku tidak mengira ada hal demikian pada dirimmu? Oleh karena
itu, yakinah bahwa mengumpulkan harta dengan tujuan untuk berbuat baik adalah
jebakan setan yang akan menggiringmu. Lantaran kebaikan itu, kepada usaha
syubhat yang berbaur padanya antara yang batil dan yang haram.”
Wahai orang-orang yang terperdaya, tidakkah engkau mengetahi
bahwa kekhawatiranmu akan tercebur ke dalam syubhat lebih utama dan lebih mulia
nilainya di sisi Allah daripada berusaha dalam syubhat dan mengeluarkannya di
jalan Allah dan di jalan kebaikan.
Aku mendengar seorang ahli ilmu berkata : “Engkau
meninggalkan satu dirham karena khawatir bahwa hal itu tidak halal, lebih baik
bagimmu daripada engkau bersedekah dengan seribu dinar dari barang yang
syubhat, yaitu yang tidak engkau ketahui apakah barang tersebut bagimu halal
atau tidak.”
Kemudian, jika engkau mengira bahwa dirimu adalah paling bertakwa
dan paling Wara’ untuk terjerumus ke dalam syubhat, dan engkau mengumpulkan
harta halal berdasarkan dugaanmu untuk dikeluarkan di jalan Allah, celakalah
dirimu bia menduga demikian sehingga merasa tidak akan diajukan untuk
perhitungan (hisab). Karena sesungghnya para sahabat pilihan sangat takut
terhadap pertanyaan ketika hisab.
Telah sampai kepada kami bahwa di antara mereka ada yang berkata
: “Tidaklah menggemberikan ku kalau aku mendapatkan hasil dari usahaku
setiap hari sebanyak seribu dinar dari barang yang halal, lalu aku nafkahkan
dalam ketaatan kepada Allah dan usaha tersebut tidak menghalangiku melakukan
shlata jamaah!.” Orang-orang berkata, kenapa demikian, mudah-mudahan Allah
mengaisihimu? Ia menjawab : “Karena au tidak besa lepas dari suaru maqam
pada hari kiamat, sehingga Allah SWT. Bertanya : “Hambaku, darimana usahamu ini
dan di mana engkau nafkahkan?” Mereka itu orang-orang yang bertakwa yang
berada dalam meliu Islami yang utuh, sedangkan barang yang halal tersedia buat
mereka, tapi mereka meninggalkan harta karena malu akan di hisab, sebab
khawatir bahwa kebaikan harta mereka tidak bisa menutupi keburukannya. Adapun
dirimu saat ini berada di tengah-tengah sampah umat, dan barang yang halal di
masamu sangat langka, dan engkau memperebutkan kotoran-kotoran, lalu engkau
mengira bahwa dirimu mengumpulkan harta yang halal! Celakalah dirimu! Di mana
barang yang halal itu sehingga engkau bisa mengumpulkannya?
Walaupun harta yang halal tersedia di hadapanmu, namun apakah
engkau tidak takut hatimu akan berubah ketika telah menjadi kaya? Karena, telah
sampai kepada kami, bahwa di antara sahabt ada yang mendapatkan harta warisan
yang halal, lalu ia meniggalkannya sebab khawatir itu akan merusak hatinya.
Maka apakah engkau berkeyakinan bahwa hatimu lebih terpelihara daripada hati
para sahabat sehingga engkau tidak menyimpang sedikitpun dari kebenaran dalam
urusan dan keadaanmu. Maka jika engkau menduga demikian, sesungguhnya engkau
telah berbaik sangka terhadap nafsumu yang selalu menyruh kepada keburukan.
Celakah dirimu! Aku di sini hanya sekedar memberi nasihat.
Au berpandangan, alangkah baiknya jika engkau merasa puas dengan
berkecukupan dalam kebutuhan se hari-hari dan engkau tidak mengumpulkan harta
demi perbuatan baik sehingga engkau tidak perlu diajukan pada hari hisab. Sebab
telah sampai kepada kami, bahwa Rasulullah saw. Bersabda :“Siapa yang
diseldiki secara mendalam ketika hisab, ia akan disiksa.” Tertulis dalam
Kitab Ihya, sebuah hadits yang berbunyi : “Seorang laki-laki dihadapkan pada
kiamat, ia yang telah mengumpulkan harta dengan cara yang haram dan
mengeluarkannya pada jalan yang haram pula, maka dikatakan , ‘Bahwa ia ke
neraka. ‘Kemudian dihadapkan pula seorang laki-laki yang mengumpulkan harta
secara halal tapi ia memngeluarkannya pada hal yang haram, maka dikatakan, ‘
Bahwa ia ke neraka, ‘Berikutnya dihadapkan pula seorang laki-laki yang telah
berusaha secara halal dan mengeluarkannya pada jalan yang halal, maka dikatakan
kepadanya ‘Berhenti dulu! Barangkali lantaran mencari harta itu engkau
melalikan sesuatu yang telah Aku wajibkan kepadamu, pada shalat umpamanya,
engkau tidak melaksanakannya tepat waktu, atau sedikit engkau anggap remeh pada
ruku, sujud dan wudhunya.
Laki-laki itu menjawab : “Tidak, ya Tuhan, aku berusaha dengan
baik dari yang halal dan mengeluarkannya secara halal, juga tidak melengahkan
sedikit pun di antara apa yang Engkau wajibkan kepadaku. ‘Kemudian dikatakan
lagi kepadanya, ‘Barangkali engkau pernah menyoombongkan diri dengan kendaraan
atau dengan pakaianmu, atau apapun yang engkau merasa bangga dengannya, ‘Ia
menjawab : “Ya Tuhan ku, aku berusaha secara baik dari yang halal dan
mengeluarkannya secara halal, tidak melakukan apa yang Engkau wajibkan
kepadaku, juga tidak menyombongkan diri atau merasa bangga dengannya, ‘Lalu
dikatakan lagi kepadanya, ‘Barangkali engkau pernah menahan hak orang lain yang
telah Aku suruh dirimu untuk memberikan kepadanya baik dari kerabatmu,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan orang-orang musafir, ‘Ia menjawab :
“Tidak, ya Tuhanku, aku telah berusaha secara baik dari yang halal dan
mengeluarkannya secara halal, tidak melalaikan sedikitpun di antara apa yang
telah Engkau wajibkan kepadaku, tidak menyombongkan diri dan tidak pula merasa
bangga serta tidak menahan hak orang lain yang telah engkau perintahkan
kepadaku untuk memberikan kepadanya, ‘Lalu orang-orang tadi di datangkan dan
berdebat dengannya. Mereka berkata, ‘YA Tuhanku, Engkau telah memberinya,
menjadikannya kaya, menempatkannya di tengah-tengah kami dan menyuruhnya untuk
memberi kami. ‘Maka jika orang ini benar-benar memberikan hak mereka, tidak
melalaikan kewajibannya, tidak sombong dan berbangga, akan dikatakan kepadanya,
Tunggu dulu! Sekarang hadirkan kesyukkuranmu terhadap satu nikmat yang telah
aku karuniakan kepasamu, baik dari makanan, minuman, tegukan atau kelezatan.
‘Dan laki-laki itu terus ssaja ditanyai..” Nah, celakalah dirimu, siapa yang
berani untuk diajukan dalam sidang pengadilan seperti ini, dihujani pertanyaan
bertubi-tubi kecuali orang yang tertipu dan terperdaya sepertimu!.
Celakalah diirmu! Interogasi seperti tadi diajukan kepada
seseorang yang selalu konsisten dalam mencari yang halal, yang selalu
menunaikan hak-hak dengan hartanya, dan senantiasa melaksanakan
kewajiban sesuai dengan batasan-batasannya, namun dia harus dihisab dengan
hisab seperti itu. Lantas bagaimana menurutmu orang-orang seperti kita yang
senantiasa timbul tenggelam dalam fitnah dunia; dalam lumpurnya; dalam syubhat
dan perhiasannya. Celakalah engkau, karena interogasi semacam inilah maka
orang-orang bertakwa enggan berurusan dengan dunia. Mereka merasa cukup dengan
pemenuhan kebutuhan sehari-hari, berusaha mengerjakan kebajikan yang lain tanpa
perlu susah payah mencari harta.
Maka hendaknya dirimu menjadikan orang-orang pilihan tersebut
sebagai teladan. Tetapi jika dirimu merasa enggan untuk melakukan hal demikian
dan tetap mengira bahwa engkau sudah berada pada batas optimal dalam wara’ dan
takwa, bahwa tidak mencari harta kecualli dari barang yang halal dengan
dugaanmu bahwa hal itu untuk menjaga kesucian dan untuk pengeluaran di jalan
Allah, engkau yakin bahwa sedikit pun engkau tidak menegeluarkan harta halal
kecuali dengan benar, juga hatimu sedikitpun tidak berubah dari hal-hal yang
disukai oleh Allah SWT. Dan tidak membenci-Nya, baik secara rahasia maupun
terang-terangan, bahkan selalu merasa takut, dan jika memang demikian adanya
dirimu, tetapi engkau pasti tidaklah demikian, namun bagaimanapun keadaanyya
yang penting engkau harus bersikap rela terhadap berkecukupan dan berusaha
menghindari pemilik harta bila mereka ingin melibatkanmu. Lalu berusaha
bergabung dengan rombongan pertama, yaitu rombongan Muhammad saw. Tanpa perlu
ada kekhawatiran bakal tertahan untuk diperhitungkan. Tentulah mencari selamat
atau celaka.
Telah sampai kepada kami bahwa Rasulullah saw. Berssabda
: “Para fakir miskin dari golongan Muhajirin lebih dahulu masuk surga
daripada orang-orang kaya di antara mereka, selama lima puluh ribu
tahun.” Beliau juga mengatakan : “Adapun pemilik harta, mereka bakal
menemui kesulitan berupa penahanan, dan akan mengalami haus sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh Allah”. Hadis lain berbunyi : “Orang-orang miskin dari
kaum yang beriman memasuki surga sebelum orang-orang kaya, mereka
bersenang-senang dan memakan makanan, sedang yang lain masih merangkak dengan
lutut mereka, maka Allah SWT. Berkata : “Di sana ada orang-orang yang aku
kehendaki sebelum kamu, kalian adalah pemimmpin dan pejabat, maka, tunjukanlah
kepada Ku apa saja yang telah kalian perbuat dengan sesuatu yang telah Aku
berikan kepada kalian.” Salah seorang ahli imu berkata : “Tidaklah
menggembirakanku walau aku memiliki Humran Ni’am (kiasan untuk kenimkmatan yang
besar), sedang aku tidak bisa bergabung dengan rombongan pertama bersasma
Muhammad saw. Dan kelompoknya.
Wahai kaum yang mengkhawatirkan hisab! Raihlah kesempatan bersama
orang-orang yang ringan beban hisab-nya dalam rombongan orang-orang Muslim,
serta takutlah bila terlambat dan terpisah dengan rombongan Rasulullah
saw. Sebagaimana takutnya orang-orang yang bertakwa.
Diceritakan bahwa seorang sahabat merasa haus lalu ia minta
minum, maka didatangkanlah kepadanya segelas air dan madu. Ketika ia mengambil
air itu dan meneguknya, ia pun terseduh kemudian menangis dan menangis. Lalu ia
berusaha mengusap air mata dari wajahnya dan hendak berbicara, tapi ia kembali
menangis. Ketika tangisannya kian menjadi-jadi seorang bertanya kepadanya,
apakah tangisan itu lantaran iar tadi? Ia menjawab : “Benar! Tat kala suatu
hari aku duduk bersama Rasulullah saw. Dan tidak ada orang lain bersama beliau
ketika itu selain diriku, beliau memertahankan dirinya dan berseru : “Menyingkirlah
dariku” Aku bertanya kepadanya : “Demi dirimu, maka siapakah gerangan yang
engkau ajak bicara? Beliau menjawab : “Itulah dunia yang tampil di depanku
dengan corak dan keindahannya, yang berkata kepadaku : Wahai Muhammad, raihlah
aku! Maka aku katakan kepadanya : “Menyingkirlah dariku!” Lalu ia berkata
lagi :”Jika engkau selamat dariku, wahai Muhammad, sesungguhnya tidak akan
selamat dariku orang-orang sesudahmu.
Wahai kaum, orang-orang pilihan itu tidak menangis kecuali takut
bila terputus hubungan dengan Rasulullah saw. Hanya lantaran meminum air yang
halal. maka celakalah dirimu yang bergelimang dengan kenikmatan dan syahwat
yang sulit untuk dikatakan terbebas dari usaha haram dan syubhat, padahal
engkau tidak merasa khawatir akan terputus hubungan dengan Rasul saw. Alangkah
bodohnya kebodohan mu itu!
Sungguh malang nian nasibmu, bila engkau tercecer dari rombongan
Muhammad saw. Pada hari kiamat. Pasti engkau akan menyaksikan suatu peristiwa
dahsyat yang membuat malaikat dan nabi-nabi bergidik melihatnya.
Bila engkau lengah dari mengejar rombongan itu, pasti engkau
akkan mengalami masa yang panjang untuk menyusulnya. Bila engkau menghendaki
harta yang berlimpah pasti engkau akan mengalami sulitnya hisab. Bia engkau
tiidak merasa puas dengan yang sedikit pasti engkau mengalami masa penantian
rintihan dan ratapan yang amat panjang. Bila engkau rela dengan keadaan
orang-orang yang tertinggal, pasti engkau akan terputus hubungan dengan
golongan kanan, dengan Rasul Tuhan Semesta Alam, dan engkau akan sangat
terlambat untuk menikmati karunia orang-orang yang diberi kenikmatan,\. Dan
bila engkau bersebarangan dengan sikap orang-orang yang bertakwa, pasti engkau
akan bersama orang-orang yang tertahan dalam situasi yang mencekam di Hari
Pembalasan.
Celakalah dirimu, renungkanlah apa yang engkau dengar! Maka jika engkau
mengira bahwa dirimu juga seperti orang-orang salaf pilihan, merasa puas dengan
sekedar bisa makan sehari-hari, bersikap zuhud terhadap yang halal, menafkahkan
harta benda lebih engkau utamakan daripada diri sendiri, tidak khawatir akan
kemiskinan, tidak menumpuk harta untuk hari esok, tidak menyukai harta
berlimpah dan dan kekayaan, rela dalam kefakiran, gembira dengan yang sedikit
dan kemiskinan, senang dengan kerendahan dan kesederhanaan, benci kedudukan dan
ketinggian, engkau merasa kuat dalam urusanmu, dan tidak berubah dari petunjuk,
sesungguhnya engkau telah melakukan hisab terhadap dirimu di dunia. Engkau
telah menjalankan semua urusanmu sesuai dengan yang telah disetujui oleh
keridhaan ALLAH SWT. Engkau tidak akan ditahan untuk diinterogasi dan tidak
akan di hisab, dan orang sepertimu termasuk di antara orang-orang yang takwa.
Hanya saja engkau masih berpikiran bahwa engkau mengumpulkan
harta yang halal untuk pengeluaran di jalan Allah. Maka, celaka dirimu, wahai
orang yang terperdaya! Renungkanlah! Permasalahanmu dan perbaikilah
pandanganmu! Tidakkah engau mengetahui bahwa menghindari kesibukan dengan harta
serta mengosongkan hati untuk berzikir, mengingat menyebut, berpikir dan
merenung tentu lebih selamat untuk agama, lebih memudahkan untuk hisab, lebih
meringankan pertanyaan ketika diinterogasi, lebih merasa aman dalam menghadapi
dahsyatnya peristiwa kiamat, lebih memperbanyak pahala dan lebih meninggikan
nilaimmu di sisi Allah SWT, dalam keadaan berlipat-lipat.
Salah seorang sahabt berkata : “Andaikan seseorang di dalam
sakunya memiliki sejulah uang dinar yang diinfakannya, sedang yang lain
berzikir kepada Allah SWT. Niscaya yang berzikir itu lebih utama.”
Diceritakan bahwa salah seorang ulama ditanya tentang orang yang
mencari harta untuk dikeluarkan dalam kebajikan, ia menjawab : “Meninggalkannya
justru lebih baik.” Seorang Tabi’in pilihan ditanya tentang dua orang, salah
seorang di antaranya mencari harta yang halal dan ia mendapatkannya, lalu
dengannya ia menghubungkan tali silaturrahmi dan diperuntukannya untuk dirinya,
sedangkan yang lain menjauh tidak mau mencarinya dan tidak mau menerimanya,
maka yang mana di antara mereka yang lebih utama? “Demi Allah, jauh sekali
antara keduanya, yang menghindar lebih utama, perbedaannya sama dengan antara
timur dan barat,” Jawabnya.
Lebih baik bagimu untuk menyerahkan dunia kepada orang yang
mengejarnya. Sedangkan bagimu sekarang adalah menjauhi kesibukan dengan harta
supaya lebih menyegarkan untuk tubuhmu, mengurangi kecapaianmu, menyenangkan
untuk hidupmu, memuaskan hatimu, mengurangi kegundahan dan kegelisahanmu. Maka
atas dasar apa engkau mengumpulkan harta kalau meninggalkannya dapat membuatmu
lebih utama daripada orang yang mengejarnya untuk tujuan kebajikan.
Benar, kesibukanmu dengan mengingat Allah lebih utama untuk mu
daripada mengeluarkan harta di jalan-Nya, sehingga berkumpulah pada dirimu
kesenangan dunia serta keselamatan serta keutamaan di akhirat.
Baiklah, seandainya mengumpulkan harta untuk kebajikan itu lebih
utama daripada menjauhinya, pastilah kami didahului oleh Nabi Muhammad saw.
Terhadap keutamaan dan kebaikan yang kamu kira terdapat dalam pencarian harta
itu. Akan tetapi, Rasulullah saw. Mengetahui betul bahwa ridha Allah SWT.
Terletak pada sikap menghindari dunia, maka dari itu jauhilah oleh mu.
Diceritakan dari Rasulullah saw. Bahwa beliau bersabda
: “Aku didatangi oleh Jibril as. Yang membawa kunci perbendaharaan bumi.
Maka demi dzat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, aku tidak mengulurkan tangan
kepadanya.” Dalam hal ini, seorang sahabt berkomentar, andaikata beliau
mengeahui bahwa di situ ada kebaikan, pastilah beliau saw. Mengulurkan
tangannya.
OK, andaikata dalam pengumpulan harta itu terdapat keutamaan yang
besar, pastilah demi keutamaan akhlak engkau harus meneladani Nabi Muhammad
saw. Karena dengannyalah Allah memberinya petunjuk, sekaligus kau harus pula
menerima pilihan beliau saw. Untuk dirinya, yaitu menghindari dunia. Rasulullah
saw. Bersabda : “Apalah bagiku dan bagi dunia, tidaklah aku dan dunia ini melainkan
seperti seorang musafir yang menunggangi kendaraannya lalu berteduh di bawah
sebatang pohon kemudian ia berangkat lagi meninggalkannya.”
Dalam sebuah doanya beliau saw. Berkata : “Ya Allah
hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, matikanlah aku dalam keadaan miskin, dan
kumpulkan aku bersama orang-orang miskin, janganlah engkau campurkan aku
bersama orang-orang kaya.” Dan dalam doanya yang lain beliau saw. Berkata
:”Ya Allah, jadikanlah rezeki keluarga Muhammad sekedar memenuhi kebutuhan.”
Celakalah dirimu! Apakah kalian mengira bahwa Muhammad saw, itu
bodoh sehingga memilih alternatif ini untuk dirinya? Tidak!!! Demi dzat yang
telah memuliakannya dengan risalah, tidaklah beliau memilih suatu alternatif
ini untu dirinya, melainkan pada perkara yang lebih utama dan lebih tinggi
nilainya. Maka, ridhailah untuk dirimu sesuatu yang diridhai oleh Nabi Muhammad
sw. Jadikanlah Nabimu itu sebagai teladan, dan berjalanlah di bawah
panji-panjinya untuk mencapai surga dengan segera.
Saudaraku, renungkanlah apa yang kau dengar sarta yakinlah bahwa
kebahagiaan dan kemenangan terdapat dalam tindakan menghindari
dunia. Sesungguhnya telah sampai kepada kami bahwa Rasulullah saw.
Bersabda : “Sesungguhnya pemuka orang beriman di surga adalah orang yang
apabila ia makan siang, ia tidak bisa makan malam, apabila ia mencari utang, ia
tidak mendapatkan uang; ia tidak memiliki kelebihan pakaian kecuali yang
menutupi tubuhnya, dan ia tidak mampu untu mencari sesuatu yang memperkayanya.
Ia memasuki sore dalam keadaan demikian dan memasuki pagi juga dalam keadaan
demikian, ia selalu ridha kepada Tuhan-nya. Mereka itulah orang-orang yang
telah ddiberi nikmat oleh Allah dan golongan para nabi, shiddiqin, para
syuhada, dan orang-orang salih. Maka alangkah baiknya mereka sebagai teman-teman
(QS. An-Nisa : 69).
Saudaraku, renungkanlah apa yang engkau dengar dan yakinlah bahwa
keburukan itu terkumpul dalam perbuatan memperbanyak harta benda dunia.
Telah sampai kepada kami bahwa Rasulullah saw. Berkata kepada
Bilal ra. : “Jika engkau mampu berjumpa dengan Allah dalam keadaan miskin,
bukan dalam keadaan kaya maka lakukanlah.” Bilal berkata : “Bagaimana dengan
diriku wahai Rasulullah?” Beliau berkata : “Apa yang dirizkikan kepadamu jangan
disembunyikan dan apa yang diujikan atasmu jangan ditolak.” Bilal berkata lagi
: “Bagaimana dengan diriku terhadap hal demikian ya Rasulullah?” Beliau berkata
: “Atau engkau mau ke neraka?”.
Celakalah dirimu! Jika engkau memahami apa yang engkau dengar,
maka tiada lagi alasan bagimu untuk mengumpulkan harta lebih dari sekedar
kebutuhan sehingga dapat engkau jadikan dalih di hadapan Allah. Sungguh, demi
Allah, jadikanlah itu kesibukan! Sampai kapan engkau masih tetap
menumpuk-numpuk harta setelah adanya penjelasan ini. Sesungguhnya telah ditolak
pengakuanmu bahwa engkau menumpuk harta untuk tujuan berderma dan kebaikan.
Pasti engkau lakukan itu karena takut kemiskinan, juga engkau lakukan demi
kenikmatan, perhiasan, kemewahan, bermegahan, keududukan, riya, kesombongan,
penghargaan, sanjungan dan kemuliaan, lalu engkau mengira bahwa usaha itu demi
kebajikan. Sungguh maang nasibmu! Hati-hatilah terhadap Allah SWT. Dan malulah
dengan pengakuanmu wahai orang yang terpeerdaya, karena sesungguhnya dirimu
terjebak dalam fitnah dengan mencintai dunia. Jadikanlah dirimu mengakui bahwa
keutamaan, kebaikan, dan ridha terhadap sekedar kebutuhan sehari-hari adalah
dalam menghindari kelebihan. Jadikanlah dirimu ketika mengumpulkan harta itu
merasa tertipu lalu mau mengakui kejahatanmu serta takut kepada hisab. Maka hal
demikian itu lebih selamat untukmu dan lebih dekat kepada maaf daripada
mencari-cari alasan untuk menumpuk-numpuk harta.
Saudaraku! Renungkanllah apa yang engkau dengar, dan
perhatikanlah diri sendiri melalui akal sehatmu. Sesungguhnya keberuntungan
untuk mu terdapat dalam menghindari dunia, dan Allah tidak memerlukanmu, tetapi
dirimulah yang sangat butuh kepada Allah SWT.
Saudaraku! Ketahuilah bahwa pada masa sahabat r.a .. harta yang
halal banyak tersedia, namun mereka adalah orang yang paling wara dan paling
zuhud terhadap yang diperbolehkan untuk mereka. Sedangkan pada masa kita
sekarang, yang halal sudah langka, maka bagaimana dengan kita untuk mendapatkan
walau sekedar memenuhi kebutuhan dan menutupi hajat? Adapun perbuatan dari
menumpuk-numpuk harta pada zaman kita sekarang, mudah-mudahan Allah SWT.
Melindungi kita dari hal yang demikian. Maka, mana ketakwaan kita seperti
takwanya para sahabat, seperti wara’, zuhud, dan kewaspadaan mereka? Mana
nurani kita seumpama nurani dan kebaikan niat mereka? Kita telah dijangkiti,
demi Tuhan Langit, oleh berbagai macam penyakit jiwa serta nafsu rendahnya,
padahal dalam waktu dekat akan tiba waktu menghadap. Maka, alangkah bahagianya
orang yang ringan bebannya ketika mereka mendahului; alangkah geisahnya orang
yang berat bebannya keetika harus tertahan; dan alangkah senangnya orang-orang
yang bertakwa pada hari dikumpulkan! Sedangkan duka cita yang panjang bagi
orang yang bermewah-mewah dan mencampur adukan. Aku telah meberikan nasihat
kepada kalian jika mau menerimanya, tapi sayang yang mau menerima nasihat ini
hanya sedikit. Semoga Allah memberikan taufik kepada kita sekalian untuk setiap
kebaikan melalui Rahmat-Nya.
NASIHAT KE - 4
Hendaklah Engkau Bersikap qana’ah dan tawadhu’
Sahabatku! Berikut aku akan menyinggung sebuah bab yang cukup
efektif untuk menutup pintu fitnah dunia serta tipu dayanya, sekaligus akan
mampu membukakan pintu akhirat dan keberkahannnya, dan aku dapatkan hal itu
pada sikap qana’ah dan tawadhu’, karena keduanya merupakan lawan dari
kemewahan dan kesombongan. Ini karena bila seorang hamba rela terhadap sikap
merendahnya di dunia, maka otomatis secara langsug ia telah membuang sifat
sombong dari hatinya. Tidak ada lagi ambisi untuk mengejar keududkan dan
kehormatan pada dirinya sehingga selamatlah ia dari fitnah dunia beserta huru
haranya. Lalu dia cukup bergembira dengan sikap tawadhunya di dunia dan
mendapat kemuliaan di sisi Allah swt. Demikian pula keadaanya bila si hamba
merasa puas dengan kebersahajaannya, tidak rakus untuk menumpuk harta seperti rakusnya
seekor anjing terhadap bangkai, ia merasa lapang dada di dunia, sedikit dosa
dalam agamanya; mau menerima rizki yang sedikit; dan Allah pun ridha kepadanya
dengan sedikit amalnya. Jadi, dengan sikap qana’ah itu ia menyegarakan
ketenangan hati di dunia serta kebahagiaan dengan rahmat Allah di akhira.
Sahabatku! Ingat, hendaklah engkau melakukan mawas diri kepada
Allah SWT. Sahabatku, merasa puaslah terhadap rizki yang mencukupi kebutuhan
dan memenuhinya; tinggalkanlah mencari kelebihan harta, yaitu pada sesuatu yang
sesungguhnya tiada keperluan bagimu. Sebab, telah sampai kepada kami bahwa
kelebihan harta di sisi Allah SWT adalah kotoran. Padda hari kiamat kelak akan
didatangkan dunia itu lalu dikatakan : “Pisahkanlah dari harta itu bagian
yang di tujukan untuk Allah, lalu lemparkanlah semua sisanya ke neraka.”
Juga telah sampai kepada kami : “Dunia itu terkutuk dan
terkutuk pula isinya keculai zikir kepada Allah SWT serta semua sarana yang
digunakan untuk berzikir kepada Allah.” Rasulullah saw. Bersabda
: “Biarkanlah dunia ini untuk pemujanya, karena orang yang mencari dunia
di luar kebutuhannnya akan dijemput kematiannya sedang ia tidak
merasa.” Seorang sahabat juga mengatakan : “Seburuk-buruk manusia
ialah yang mengejar dunia di luar kebutuhannya. Wahai kaum, siapa yang
tidak puas dengan sekedar memenuhi kebutuhannya, maka bagaimana bisa ia dijamin
termasuk dalam golongan hadis ini?
Telah sampai kepada kami Rasulullah saw. Bersabda
: “Seandainya anak manusia memiliki dua lembah dari emas, niscaya ia akan
minta satu lembah tambahan, dan tidak ada yang dapat memenuhi perut anak Adam
itu kecuali tanah. Semoga Allah swt. Menerima taubat orang yang
bertobat.” Salah seorang sahabt berkata, ‘Celakalah bagi setiap penumpuk
harta yang selalu membuka mulut seperti orang gila, yang hanya dapat melihat
apa yang ada pada orang lain tapi lupa terhadap apa yang ada pada dirinya.
Celakalah untuknya ketika mengalami siksa pada saat yang sangat lama,
sampai-sampai bila memungkinkan malampun dijadikan siang. Ingatlah, siapa yang
tidak merasa puas terhadap sekedar kebutuhannya, maka bagaimana bisa ia dijamin
termasuk golongan hadis ini?
Ibnu Mas’ud r.a. beserta beberapa orang jamaah mengeluhkan
tentang hak kepada Rasulullah saw, lalu jawab beliau saw : “Bersabar dan
bergembiralah kamu, karena saatnya sudah dekat, bahkan seakan-akan telah tiba.”
Dalam hadis yang lain
Rasulullah saw. Bersabda : Akan datang sesudahku suatu golongan yang
memakan makanan yang lezat-lezat dengan aneka warnanya; menikahi wanita-wanita
cantik dengan berbagai macam tipenya; memakai pakaian bagus-bagus dengan
berbagai macam modenya; dan mengendarai kendaraan mewah dengan berbagai macam
mereknya. Mereka mempunyai perut yang tidak pernah merasa kenyang dengan yang
sedikit dan memiliki nafsu bahkan terhadap yang banyak pun tidak pernah merasa
puas. Mereka menekuni dunia saat pagi dan sore hari, mereka menjadikannya
sebagai tuhan di samping Tuhan mereka, menjadikannya rabb di samping rabb
mereka, hanya kepada urusan dunia itu target mereka dan kepada hawa nafsu
mereka mengikuti. Maka suatu tekad .... dari Muhammad sw. Bagi yang
mengalami zaman itu yang bakal datang setelah pengganti kamu, hendaklah tidak
memberi salam kepada mereka, tidak mengunjungi yang sakit di antara mereka,
tidak mengiri jenazah mereka, dan tidak perlu hormat kepada pemuka mereka.
Siapa yang tetap melakukan itu, sesungguhnya ia ikut ambil bagian dalam
menghancurkan Islam. (Hadis ini dieluarkan oelh AL Bazzar, namun salah
seorang sanad-nya di dha’if-kan oleh Jumhur). Ingatlah, siapa yang tidak
pernah merasa cukup dengan sekedar kebutuhannya, bagaimana ia merasa aman dari
orang-orang yang termasuk dalam firman Allah SWT, berikut
: “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam
kubur. Janganlah begitu! Kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatan itu) dan
janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahu.” (QS. At-Takatsur 1-4). Maka,
bagaimmana orang yang tidak pernah puas itu merasa aman dari ancaman Allah SWT
ini. Ia pasti bakal binasa. Semoga Allah SWT melindungi kita dari menyenangi
kemegahan, memberikan kepada kita semua sikap qana’ah dan tawadhu’. Wahai
kaumku, keuntungan itu, demi Allah, terletak dalam keridhaan terhadap
kesederhanaan, bukan terhadap kemegahan. Keuntungan itu, demi Allah,
terletak pada kerendahan dalam berzikir, bukan dalam kedudukan dan jabatan.
Keuntungan itu, Demi Allah, pada kerendahan diri, bukan dalam keangkuhan. Aku
telah memberikan nasihat kepada kalian jika kalian mau menerima, tetapi yang
menerima itu sedikit. Mudah-mudahan Allah memberi taufik kepada kita semua
untuk setiap kebaikan dengan Rahmat-Nya
NASIHAT KE – 5
Carilah Makananmu di Antara Yang Halal
Sahabatku! Apabila Allah SWT. Telah memberikan kepada kalian
sifat Qana’ah dan tawadhu’, bersyukurlah kepada-Nya sebanyak-banyaknya, dan
tetap mawas dirilah kepada-Nya dalam hal makanan yang dengannya kamu merasa
puas itu. Kemudian, selalu berusahalah mencari yang terhalal dan terbaik selama
kalian mampu menemukan jalannya. Hal demikian supaya lebih memudahkan untuk
hisab kalian, dan supaya menyempurnakan untukmu kebaikan akhirat melalui
baiknya usaha tersebut, sebagaimana engkau bersegera dengan sikap qana’ah
kepada ketenangan hati di dunia.
Ketahuilah, tidak diragukan lagi, sesungguhnya barang yang halal
itu sudah lama menjadi langka, dan kita selalu berada dalam syubhat yang di
situ bercampur baur antara yang haram dan yang batil! Terlebih lagi terhadap
syubhat yangsamar! Tetapi, hal itu sudah lumrah dan sering kita kerjakan,
sehingga kita sadar kapan orang seperti kita mempu menjadi wara’? Atau kapan
amal perbuatan kita menjadi jernih, sedangkan diri kita selalu penuh dengan
syahwat, dan senantiasa memakai perhiasan yang syubhat?
Telah sampai kepada kami bahwa di antara ahli ilmu ada yang
mengatakan : “Pada hari kiamat kelak Allah akan membangkitkan sekelompok
orang dari kuburan mereka, yang menyebarkan bau yang lebih menyengat daripada
bau bangkai, yaitu mereka yang berfoya-foya dengan kelebihan harta yang
didapatkan dari yang syubhat.” Ahli ilmu ini berkomentar, “Demi
Allah, di antara mereka adalah aku.”
Saudaraku, seorang alim yang selalu takut semacam ini, masih
demikian cara memandang jiwanya dan keprihatinannya terhadap barang-barang
syubhat! Maka, bandingkanlah olehmu, bagaimana menurut pandanganmu, orang-orang
seperti kita yang timbul tenggelam dalam kubangan dunia, syahwat, syubhat
bahkan lebih kotor dari pada itu? Karena itu, ingat! Mawas dirilah kepada Allah
dan bersikap wara’-lah dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Sesungguhnya, tegaknya Agama adalah dengan sikap WARA’. Telah
sampai kepadaku bahwa ibadah itu ada tujuh puluh bagian, yang paling utama di
antaranya ialah berusaha mendapatkan yang halal. Deceritakan bahwa orang
mencari makanan dari barang yang halal bagaikan orang berperang di jalan Allah
SWT.
Ketahuilah, sesungguhnya banyak beribadah tapi dibarengi dengan
makanan yang kotor, tidak ada jaminan bahwa ibadah tersebut tidak menjadi
sia-sia. Seorang sahabat mengatakan, ”Apabila baik usaha seseorangdalam
mencari nafkah, akan bersihlah perbuatan, kemudian akan dikembalikan lagi sehingga
dapat diketahui (hasilnya.” Lalu diceritakan oleh salah seorang tokoh,
bahwa setan berkata ““Hanya satu bagian yang aku inginkan dari anak manusia,
kemudian setelah itu aku biarkan antara dia dan antara apa yang ia kehendaki
dalam berbuat ibadah, yaitu aku jadikan usahanya dari jalan yang tidak halal.
Maka jika ia beristri, ia lakukan dengan cara yang haram, jika ia berbuka
puasa, ia berbuka di atas yang haram, dan jika ia menunaikan ibadah haji, ini
pun ia lakukan atas dasar hal yang haram.”
Oleh karena itu, saudara-saudaraku, berhati-hatilah dalam mencari
nafkah untuk memenuhi kebutuhan. Takutlah kepada Allah terhadap hal yang haram
agar kamu tidak mendekatinya, dan waspadalah terhadap unsur syubhat.
Sesungguhnya di kalangan salaf ash-shalih dahulu, di antara mereka ada yang
sampai menginggalkan tujuh puluh pintu halal karena khawatir akan memasuki satu
di antara pintu-pintu yang haram. Oleh karena itu, waspadalah terhadap syubhat,
baik yang diyakini paling halal, paling ringan, paling sedikit, dan paling
aman, Sebab, telah sampai kepada kami bahwa Rasulullah saw. Bersabda
: “Yang halal itu nyata dan yang haram pun nyata, sedang di antara
keduanya adalah syubhat yang tidak ddisadari oleh sebagian besar orang; apakah
termasuk yang halal atau termasuk haram.” Rasulullah saw. Juga bersabda
: “Siapa yang berani bermain api dalam syubhat, hampir saja ia jatuh ke
dalam lingkaran haram.”
Sahabatku! Berpindah-pindahlah dalam berusaha mencari nafkah dari
satu kondisi kepada kondisi yang lain, dari satu profesi kepada profesi yang
lain yang lebih menjamin keselamatan; dari satu usaha kepada usaha yang lain
yang lebih cocok agar kamu benar-benar mengerjakan ketakwaan dan betul-betul
mencari yang halal. Waspadalah dalam usahamu terhadap berbagai jenis riba
karena riba itu ada sekitar tujuh puluh bagian, bahkan lebih. Hindarilah
perbuatan khianat, keji, curang, bohong, sumpah palsu dan sanjungan. Dan
hati-hatilah untuk dirimu, sesungguhnya indikator taqwa terdapat dalam sikap
wara’, dan dengan wara’ itulah akan dikenali orang-orang yang
bertakwa. Telah sampai kepada kami bahwa Rasulullah saw. Bersabda
: “Orang yang menipu seorang Muslim bukan termasuk golongan kami.”
(Muslim, Abu Dawud dan at-Tirmidzi).
Sabdanya lagi : “Celaka dan celakalah orang yang
menghalalkan hal yang haram dan syubhat dengan
syahwat.” Saudara-saudaraku, berhati-hatilah terhadap Allah, karena merasa
ridha dengan yang sedikit dan mendapatkan kemenangan yang besar lebih utama
daripada harta yang melimpah yang disertai dengan hisab yang sangat teliti dan
siksa yang pedih.
NASIHAT KE - 6
Hemat dalam Mengelola Rizki dan Menghindari
Berfoya-foya
Ikhwanku, aku berwasiat kepada kalian semua agar berlaku hemat
dalam memanfaatkan rizki, karena sikap demikian termasuk kebaikan agama. Dan
hindarilah sikap berfoya-foya pada waktu kaya karena sesungguhnya Allah tidak
menyukai sikap berlebih-lebihan dalam segala hal. Allah mencela orang-orang
yang berlebih-lebihan dan memuji orang yang tidak berlebih-lebihan dan juga
tidak pelit.
Salah seorang Tabi’in berkata : Cukuplah sikap seperti ini
termasuk berfoya-foya, yaitu seorang yang makan menuruti seleranya, dan
berpakaian menuruti seleranya. Seorang tokoh yang lain berkata :Akan
datang pada hari kiamat segolongan orang yang sedang mencari-cari kebaikan yang
pernah mereka kerjakan, lalu dikatakan kepada mereka : “Kamu telah
menghabiskan rizkimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah
bersenang-senang dengannya.” (QS. Al-Ahqof – 20). Maka dari itu jadilah
kamu sekalian hemat dalam sikapmu tanpa pelit dan berlebih-lebihan.
NASIHAT KE - 7
Hindarilah Sifat Kikir
Sahabatku! Aku mewanti-wanti kalian, sesungguhnya kekikiran
terhadap ALLAH swt. Akan menghalangi kebaikan dunia dan akhirat, dan seorang
yang bakhil tidak akan berdekatan dengan Allah di rumah-Nya. Telah sampai
kepada kami suatu ucapan, bahwa orang yang bakhil akan jauh dari Allah, jauh
dari Rasul-Nya saw. Dan jauh dari surga, namun dekat ke neraka!.
Ingatlah, alangkah besar kejahatan seseorang yang telah diberi
karunia oleh Allah dalam bentuk harta yang banyak tetapi ia mengeluarkannya
sedikit dan ia terlalu kikir terhadapnya. Semoga Allah melindungi kita dan
kalian semua dari sifat kikir.
NASIHAT KE - 8
Hindarilah Bergaul Dengan Orang-orang Jahat
Sahabatku! Aku mengingatkan kalian dalam berbaur dengan semua
orang, karena semua pelanggaran dan dosa terdapat dalam pembauran dan pergaulan
dengan mereka, sedang mereka tidak menyadari. Hanya saja, yang mempu mendeteksi
hal semacam ini terbatas pada orang yang sudah menjadi wara’ dan muhasabah, sedang
kita bukanlah termasuk orang yang dijamin selamat dalam agamanya
apabila setan manusia dan setan jin sudah berkumpul.
Kita sama seperti mereka, saling membisik satu sama lain tentang
ungkapan yang indah sebagai tipuan. Ingat, kalian boleh bergaul dengan manusia
hanya dengan dua tipe; salah satunya ialah yang dapat membantu keadaan dirimu
agar tidak hanyut dalam keduniaan. Namun, jika Allah menghimpun pertolongan
terhadap agama dan dunia pada diri seseorang, maka peganglah kepadanya dan
hindarilah orang lain karena semua orang akan menjadi bencana dalam agamamu
kecuali si penolong dalam kebajikan tadi.
Ingatlah! Sesungguhnya keselamatan paling utama adalah
menghindari semua orang, karena dapat memberikan pahala yang banyak, bahkan
lebih besar daripada apa yang kamu kira.
Disebutkan bahwa ibadah itu ada sepuluh bagian, salah satunya
terdapat dalam sikap pendam, sedang sisanya yang sembilan terdapat dalam
menjauhi manusia. Aku memberi nasihat kepada kalian jika mau menerima----
tetapi yang mau menerima biasanya sedikit.... bahwa sabar dalam kesendirian
memang pedih, namun merupakan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada orang
yang Dia kehendaki. Semoga Allah memberikan taufik kepada kita semua untuk
setiap kebaikan dengan rahmat-Nya. Berpisahlah dengan manusia dengan hati
serta perbuatan, dan sambungkan komunikasi dengan mereka melalui salam dan
kewajiban memenuhi hak sesama Muslim.
NASIHAT KE - 9
Rela Kepada Ketentuan Allah
Sahabatku! Apapun yang datang kepadamu yang bersumber dari Allah
SWT. Dan Rasul-Nya saw. Bila berupa kemudahan, maka ambilah. Telah sampai
kepada kami bahwa, “Sesungguhnya Allah SWT menyukai kemudahan-Nya
dilaksanakan sebagaimana Dia menyukai yang sulit dari-Nya dikerjakan.Gemarilah
sesuatu yang dibolehkan untuk mau dari setiap kemudahan yang sedikit. Karena,
telah sampai keppada kami bahwa Rasulullah saw. Sangat menyukai kemudahan yang
sedikit dari beberapa perkara.
Janganlah kamu berpaling dari afiat dalam segala hal, dan
janganlah kamu menantang bahaya karena kita bukanlah termasuk ahlinya. Jika
kamu sedikit diuji dengan hal yang tidak kamu sukai dan dengan musibah, saat
itu bermujahadahlah terhadap diri kamu untuk bersabar dalam penderitaan, karena
hal demikian adalah termasuk perhatian Allah kepada hamba-Nya. Dan janganlah
sampai kamu mengeluh serta tidak mau menerima ketentuan-Nya.
Telah sampai kepada kami bahwa Allah SWT berkata : “Siapa
yang tidak mau menerima ketentuan-Ku dan tidak bersabar terhadap bala’Ku, maka
hendaklah ia mencari Tuhan selain Aku.” Juga firman-Nya : “Siapa rela
terhadap ketentuan, keputusan dan takdir Ku, maka untuknya adalah keridhaan
apabila ia berjumpa dengan Ku, maka baginya adalah kebencian apabila ia bertemu
dengan Ku.”
Kiranya, cukuplah keadaan demikian sebagai suatu bencana yang
menimpa diri seorang hamba, saat pandangan Allah SWT. Menjadi buruk kepadanya.
Maka janganlah kamu bersedih dengan pendangan Allah seperti itu kepadamu.
Sahabatku! Kesenangan terletak pada musibah di dunia, karena hal
itu merupakan simpanan bagi mereka yang mampu bersabar, dan sekaligus
menghapuskan kesalahan-kesalahan.
Seorang tokoh berkata : “Orang yang tidak bergembira
terhadap musibah yang menimpanya karena peristiwa itu diharapkan dapat
menghapuskan kesalahan, malaikat akan berkata : ‘Kami telah berusaha
mengobatinya tapi ia tidak juga sembuh.” Celakalah kalian! Siapa yang
lebih berhak dengan ketenangan dari musibah dunia daripada orang yang meyakini
pilihan Allah untuk dirinya, ia menahannya sedikit dan akan bahagia selamanya.
Siapa yang lebih berhak dari ketenangan dari suatu yang tidak di sukainya
daripada orang yang diperhatikan oleh Allah, lalu Allah menutupi dengan musibah
itu keburukannya, serta memberinya pahala atas hal itu dengan suatu pahala
tanpa ada hisab, kemudian Dia menjadikannya bahagia selama-lamanya. Semoga Allah
menjadikan kita berbahagia dengan ridha-Nya terhadap kita. Aamiin.. Aamiin ya
Rabbal ‘Alaminn.
NASIHAT KE - 10
Tipu Daya Syetan
Saudara-saudaraku! Ketahuilah bahwa setan itu lama bersedih
menghadapi ketaatan. Ia memiliki berbagai tipu daya dan ia pun tidak pernah
kendur dalam usahanya untuk membatalkan ketaatan itu.Ia membisikan kepada jiwa
kegemaran pada pujian, sanjungan, kekaguman, dan kesombongan, juga pada
pengakuan akan ketinggian derajat serta mengikuti hawa nafsu. Maka, apabila
Allah SWT memberikan karunia kepada kalian dengan kebajikan, berhati-hatilah
terhadap setan serta bermawasdirilah kepada Allah dari sikap mengatasnamakan
agama demi kehormatan di dunia. Juga berhati-hatilah dari sikap mencari pujian
dan sanjungan atas nama agama. Maka sudah pastilah sikap semacam itu akan
menjadi penyebab terhapusnya perbuatan-perbuatan hamba!
Apabila engkau diuji dengan pujian dan pengakuan dari orang lain,
maka janganlah kamu berbangga dengan hal itu karena ia akan menimbulkan
kerusakan bagi agama. Kemudian apabila ada kesenangan meresap ke dalam hati
lantaran pujian, janganlah hal itu diteruskan, tetapi tolaklah ia dengan ilmu
tentang bahaya sok suci dalam agama. Juga tolaklah ia dengan ketidaksukaan pada
pujian, lalu berlindunglah kepada Allah dari buruknya akibat sok suci itu.
Sebab, apa yang dapat menjamin, bila kamu termasuk orang yang tidak
diperhatikan oleh Allah pada hari kiamat, dan tidak disucikan oleh-Nya sehingga
bagi mereka siksaan yang amat pedih?
Telah sampai kepada kami bahwa orang yang paling berat siksaannya
pada hari kiamat ialah orang yang kelihatan oleh orang lain bahwa ia memiliki
kebaikan padahal tidak. Barangkali orang yang senang terhadap pujian akan
termasuk orang yang paling berat siksaanya di hari kiamat sedang ia tidak menyadari.
Ber Muraqabah-lah kepada Allah dan ber-mujahadah-lah terhadap dirimu untuk
meniadakan kesenangan tatkala engkau dicoba dengan pujian sampai engkau
ditepati pada hari kiamat dan ditentukan untuk kamu suatu kepastian di sisi
Allah SWT. Yaitu mendapatkan kesenangan selama-lamanya di rumah kemuliaan atau
bakal mengalami duka cita yang lama dalam azab yang amat pedih. Semoga Allah
melindungi kita semua dengan rahmat-Nya.
NASIHAT KE - 11
Hindarilah Rasa Bangga Dengan Amal Perbuatan
Sahabtku! Takutlah terhadap sikap bangga dengan amal perbuatanmu,
yaitu sikap merasa telah berbuat banyak untuk Tuhanmu, karena engkau akan
dibenci oleh Allah lantaran bersikap demikian. Ketahuilah bahwa amal
perbuatanmu itu tidak sebanding dengan kewajiban bersyukur atas satu nikmat
ssaja di antara nikmat-nikmat Allah, bahkan satu nikmat saja dapat menghabiskan
seluruh perbuatanmu. Padahal nikmat itu banyak sekali, dan engkau dituntut
untuk mensyukurinya. Nah, bagaimana pendapatmu tentang hal ini? Seluruh amal
kebajikan merupakan nikmat dari Allah kepadamu yang selalu
diperbarui, karenanya, kapan kamu sempat mensyukurinya? Jika engkau bersyukur,
sesungguhnya engkau ditnut untuk mensyukuri terhasdap nikmat yang selalu
bertambah itu. Lagi pula, seandainya bukan karena Ilham-Nya kepadamu untuk
bersyukur, tentu engkau tidak mau bersyukur dan tidak mengarah ke sana
selama-lamanya.
Seandainya engkau mengetahui keagungan Allah, kebessaran dan
ketinggian-Nya, yang Dia memang berhak untuk itu, tentu engkau merasa malu
untuk menyebut amal perbuatanmu. Jika engkau mengetahui kemurahan Allah SWT.
Serta kenikmatan-Nya, tentu engkau akan menganggap tidak berarti perbuatan
selurh makhluk dibandingkan satu nikmat saja, serta akan merasa khawatir
terhadap nikmat lainnya yang akan dituntut kesyukurannya. Oleh karena itu
bagaimana engkau berani menganggap telah berbuat banyak dalam hal amal yang
penuh dengan cacat? Dan bagaimana merasa bangga dengan perbuatan
sendiri yang merupakan karunia dari Allah SWT?Bahkan berasal dari-Nya jua seluruh
karunia dalam agama, yang sangat banyak untuk dibilang dan dihitung, tiada yang
mampu mengetahuinya selain Pemberinya. Wahai orang yang lalai dalam bersyukur,
sebaiknya dirimu bersikap malu bila menyebut-nyebut amal perbuatanmu. Wahai
orang yang lengah terhadap hak-hak Allah, hendaknya dirimu merasa takut dan
khawatir karena telah menyia-nyiakan banyak sekali di antara perkara-perkara
dari Tuhanmu SWT!
Sesungguhnya orang yang berakal dan berilmu, ketika menghadapi
kelalaian itu ia merasa gelisah dan amat sibuk menolak perasaan bangga dengan
amal perbuatannya. Ingat, mohonlah bantuan untuk melenyapkan kebanggan itu
dengan merendahkan nilai amal perbuatanmu. Ingatlah! Pertolongan Allah
terhadapmu, dan minta tolonglah dengan ilmu terhadap Allah SWT. Juga mintalah bantuan
dengan rasa takut akan kehilangan nikmatmu ketika mengabaikan kesyukuran.
NASIHAT KE - 12
Memohon Pertolongan Allah Untuk Melenyapkan
Kesombongan Hati
Sahabtku! Aku mewanti-wantimu terhadap kesombongan. Takutlah
kepada Allah dari menghina salah seorang di antara umat atau mengingkari
kebenaran apabila ada yang mengucapkannya kepadamu, karena AllahSWT. Tidak
menyukai hal demikian dan akan menghinakan orang-orang sombong. Dan bagaimana
engkau bisa menghina seorang Muslim sedangkan engkau tidak mengetahui
kesudahannya dan kesudahanmu sendiri, juga tidak mengetahui rumah yang mana di
antara surga dan neraka tempat engkau kembali. Maka jika engkau menasihati dirimu,
sesungguhnya dirimu itu lebih berhak untuk mendapatkan penghinaan. Bukankah
engkau lebih mengetahui tentang keburukan-keburukan jiwamu dan kekejian jiwamu
daripada orang lain? Maka jika engkau mengira bahwa dirimu mampu mengetahui
rahasia orang lain seperti halnya rahasiamu, sesungguhnya engkau telah
mengaku-aku perkara yang amat besar, karena sesungguhnya engkau tidak
mengetahui rahasia orang lain seperti halnya rahasiamu kecuali dengan
merendahkan dirimu dan tidak menganggapnya suci.
Sesungguhnya terlarang bagimu untuk menganggap utama dirimu, juga
terlarang untuk menganggapnya suci. Sebab, siapa tahu, barangkali engkau pada
hari kiamat kelak berada di bawah telapak kaki orang-orang yang telah engkau
remehkan di dunia. Renungkanlah apa yang engkau dengar, kemudian mintalah
bantuan kepada Allah untuk melenyapkan kesombongan dari hatimu. Semoga Allah
melindungi kita dari hal demikian.
NASIHAT KE - 13
Menyelidiki Rahasia Jiwa dan Apa yang
Tersembunyi di Dalam Dada
Sahabtku! Selidikilah rahasia-rahasia jiwa dan apa-apa yang
tersembunyi di dalam dada, lalu sucikanlah dari rasa dendam, iri hati, dengki,
senang atas kesusahan orang lain, buruk sangka, permusuhan dan
kebencian. Sesungguhnya telah sampai kepada kami, “Bahwa dendam dan
dengki itu menggerogoti kebajikan,” Dan , “Orang yang tidak menyukai
dan membenci untuk Kaum Muslimin seperti apa yang disukai dan dibenci untuk
dirinya, bukanlah termasuk di antara mereka.” Perhatikan dan selidikilah
rahasia-rahasia itu setiap saat, sebab siapa tahu di antara kalian ada yang
selalu getol dengan perbuatan maksiat tanpa disadarinya. Lihatlah, apakah ada
di hatimu kecintaan kepada dunia, kegembiraan untuk menerimanya, dan
bersenang-senang dengan syahwatnya. Adakah seringkali engkau merasakan manisnya
pujian dan sanjungan? Apakah engkau lari dari cacian serta sangat berat untuk
menerimanya? Adakah engkau tidak menyukai sesuatu yang bertolak belakanng
dengan kemauan nafsumu, menerima dengan senang sesuatu yang cocok dengan
seleramu? Apakah dirimu berlaku sia-sia dalam meandang makhluk tanpa mengambil
pelajaran? Apakah dirimu berlaku sia-sia terhadap banyak omongan atau berdiam
diri sambil berfikir tentang hal selain hari dijanjikan? Apakah seringkali
engkau memiliki rasa takut akan kemiskinan? Adakah dirimu membenci sesuatu yang
telah ditentukan oleh Allah SWT. Untukmu?
Semua hal demikian itu dan seumpamanya termasuk di antara
dosa-dosa hati, sedangkan kalian mengabaikannya. Bahkan aku juga menduga bahwa
para pembaca kalian membiasakan hal tersebut, sedang mereka tidak menyadarinya.
Ingat, berjuanglah untuk beralih dari moral tercela. Dan janganlah hal itu
diremehkan. Sesungguhnya telah sampai kepada kami bahwa . “Siapa yang
menganggap remeh suatu dosa, sesungguhnya ia menganggap remeh akan ancaman
Allah ‘Azza wa Jalla.”
Saudara-saudaraku! Berhati-hatilah terhadap Allah Yang Maha
Mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi, bahwa engkau sering melakukan
sesuatu yang tidak disukai oleh-Nya SWT. Kebiasaan bukanlah sesuatu hal yang
kecil.
Salah seorang sahabat berkata, “Terus-terusan berbuat dosa
adalah kufur dan maksiat, dan apa saja yang sering dilakukan oleh seseorang
berarti termasuk dosa besar.” Sesungguhnya pelaku dosa besar yang
dibarengi dengan tobat lebih dekat posisinya kepada maaf daripada orang getol
dalam melakukan dosa-dosa kecil.
Telah sampai kepada kita bahwa Allah SWT berfiran : “Aku
tidak menerima kesalahan orang yang sering melakukan dosa-dosa kecil di dunia
dan akhirat, karena tidak ada sesuatu yang lebih besar di sisi-Ku daripada
terus menerus melakukan dosa.” Ketahuilah, penyebab besarnya kemarahan
Allah SWT, kepada orang yang sering melakukan dosa-dosa kecil adalah karena
minimnya rasa kepeduliannya terhadap penumpukan dosa serta anggapan remehnya
terhadap kebencian Tuhan Yang Maha Perkasa. Semoga Allah memberikan
perlindungan kepada kita. Dan ingat, hindarilah keseringan melakukan dosa kecil
karena hal demikian merupakan perkara yang amat besar. Mudah-mudahan kita semua
diarahkan oleh-Nya ke jalan orang-orang pilihan.
NASIHAT KE - 14
Hati-hati terhadap Perselisihan di Kalangan
Umat
Sahabatku! Seluruh bidang ilmu, ibadah, dan semua yang dapat
mendekatkan diri kepada Allah SWT adalah baik. Hanya saja aku lebih
menganjurkan kalian supaya mengenal semua fardhu yang memberi penekanan pada
hati beserta seluruh anggota tubuh, mengenal tentang wara’ dalam
berusaha, tentang kondisi lahir dan batin, tentang amal yang dibarengi dengan
niat yang baik dan tentang keikhlasan karena Allah dalam berbuat. Janganlah
mengabaikan sedikitpun di antara beberapa hal tersebut. Sesungguhnya, telah
sampai kepada kami bahwa Allah SWT. Berfirman : “Tidak selamat dari-Ku
hamba-Ku kecuali dengan melaksanakan apa-apa yang telah Aku wajibkan
kepadanya.” Ingat, bersegeralah dalam menunaikan segala yang fardhu. Tidak
disukai oleh Allah SWT. Orang yang mengabaikannya; sebaliknya, akan
beruntunglah hamba-hamba yang melaksanakannya.
Aku mengingatkanmu dalam memandang dan membahas tentang perbedaan
umat. Bukankah telah sampai kepadamu tentang tragedi yang menimpa mereka karena
perselisihan dan perpecahan tersebut, juga tentang peristiwi yang menimpa
mereka karena mengikuti kemauan nafsu yang menyesatkan dan karena melanggar
larangan, sebagaimana yang pernah ditimbulkan oleh kelompok Qadariyah,
Murji’ah, Rafidhah, Jahmiyah dan Hururiyah, mereka saling memerangi, saling
memusuhi dan saling membenci. Bahkan mereka saling bersaksi tentang
kekafiran dan kesesatan sampai pada tindakan menghalalkan darah kelompok yang
tidak sejalan dengan mereka, padahal sebelumnya mereka bersaudara dalam urusan
Allah dan saling bersepakat. Tetapi ketika mereka diuji dengan kemampuan untuk
membahas dan memperdalam (ilmu pengetahuan dan agama), akhirnya mereka terpecah
menjadi beberapa golongan. Masing-masing golongan di antara mereka
berargumentasi dengan ayat-ayat Mutasyabihat dan dengan atsar (Jejak
Rasul dan pendapat sahabat) yang sejalan dengan keinginan mereka sehingga
mereka tersesat dan menyesatkan banyak orang.
Diceritakan bahwa suatu ketika Rasulullah saw. Memegang jenggot
Umar ra. Dan berkata : Wahai Umar! Inna lillahi wa inna ilaihi
raji’un” ‘Umar pun jadi penasaran dan bertanya : “ Demi bapak dan
ibuku, wahai Rasulullah, atas apa engkau ucapkan kalimat itu? Rasulullah
saw. Menjawab : “ Baru saja Jibril mendatangiku dan berkata ‘Wahai Muhammad,
Inna lillahi wa inna ilaihu raji’un, sesungguhnya umatmu sesudahmu akan
difitnah dengan hal yang sedikit bukan dengan hal yang banyak. ‘Aku tanyakan :
“Wahai Jibril fitnah kesesatan atau fitnah kekafiran? Ia menjawab : “Dua-duanya
akan terjadi.’ Aku katakan : Bagaimana mereka tersesat dan bagaimana bisa
menjadi kafir, sedangkan aku telah meninggalkan bagi mereka kitab Allah.’
Jibril menyambung : ‘Dengan kitab Allah mereka tersesat, karena masing-masing
golongan akan menakwilkannya sesuai dengan keinginan mereka, maka dengan
begitulah mereka menjadi sesat.”
Ingat, sadarilah pengawasan Allah, hindarilah mendalami dan
menyelidiki tentang hal yang mereka selisihkan, karena perkara ini bagaikan
samudra yang dalam, yang di dalamnya telah banyak orang-orang tenggelam. Dari
bidang teologi, misalnya telah muncul bberapa aliran sehingga membuat orang
yang berakal dan berilmu pun menjadi bingung. Maka bagaimana pula dengan orang
seperti kita yang memiliki kekurangan baik akal maupun ilmu pengetahuan? Kalau
begitu, berpegan sajalah pada apa-apa yang telah disepakati dan tidak
diperdebatkan, terutama dalam Iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat, kepada
Kitab, Pra Rasul dengan Hudu-Nya, dengan segla yang fardhu, dengan syariat
agama-Nya, dan dengan apa yang telah menjadi kesepakatan para salaf, karena di
sanalah terletak tuntunan dan kebenaran.
Telah sampai kepada kita bahwa Rasulullah saw. Bersabda
: “Tidak akan bersepakat umatku dalam kesesatan.” Yaitu perkataannya
yang berisi kebenaran bahwa umatnya tidak bersepakat dalam kesesatan, merupakan
ucapan yang benar adanya tanpa tanpa diragukan, hanya saja setanlah yang
menimpakan bencana atas mereka dengan terjadinya perselisiha. Ingat, hindarilah
mendalami permasalahan yang mereka perselisihkan, sesungguhnya
untukmu dalam hal yang mereka sepakati di antara batasan-batasan agama sudah
merupakan kesibukan yang cukup menyita perhatian, terutama dalam masalah yang
belum diketahui ilmunya.
Wahb bin Munabbih berkata : “Dulu di Masjdi al-Haram
terdapat sekelompok orang yang berkata tentang Al-Jabr dan al-qadar lalu aku
katakan : “Aku telah membaca tujuh puluh dua buku yang diturunkan dari
langit, aku juga bergabung dengan orang-orang yang luas ilmu pengetahuannya dan
aku mengetahui banyak hal yang belum diketahi oleh orang lain. Maka aku mendapati
bahwa orang yang paling banyak berbicara dalam masalah ini ternyata yang paling
bodoh di antara mereka tentangnya. Dan juga aku mendapati bahwa orang
paling banyak berdiam diri terhadapnya justru yang paling dalam ilmunya dalam
masalah ini. Aku mendapati bahwa orang yang memandang masalah ini seperti orang
yang memandang sinar matahari, semakin lama ia memandang kepadanya akan
semakin bertambah kebingungannya dalam masalah tersebut.”
Ali bin Abi Thalib ra. Berkata : Hindarilah
berbantah-bantahan dalam masalah agama, karena pekerjaan itu hanya akan
menyibukan hati serta akan menyemaikan bibit-bibit kemunafikan di
sana.” Seorang tokoh berwasiat kepada saudara-saudaranya
: Bismillahirrahmanirrahim! Ketahuilah bahwa keinginan-keinginan hawa nafu
semacam ini telah mewabah di kalangan masyarakat. Dan jalan keluar dari masalah
ini hendaklah kamu selalu berpegan teguh pada apa yang mereka sepakati serta
hendaklah kamu bersepakat ketika mereka berselisih, karena orang yang baik dan
orang yang jahat semuanya bersepakat bahwa Allah adalah hak, Rasulullah saw.
Adalah hak, Al Qur’an dan para Rasul adalah hak, Kitab dan Malaikat adalah Hak,
kebangkitan surga dan neraka adalah hak, tidak terdapat perselisihan di antara
mereka. Bahwa shalat yang lima waktu beserta wudhunya, mandi dari janabah,
puasa Bulan Ramadhan, zakat, haji, berbakti kepada orang tua, menunaikan
amanah, mencegah kejahatan, serta menyadarkan orang lain, adalah wajib atas
setiap Muslim, dan apa yang dikatakan oleh Allah SWT adalah hak : Diharamakan
atas kamu (mengawini) ibu-ibu kamu, anak-anak kamu yang perempuan,
saudara-saudaramu yang perempuan ... (Qs. An-Nisa’ 23 sampai akhir ayat).
Bahwa menikahi mereka adalah haram. Juga khanrs (minuman
keras), mencuri, bezina, berlaku curang, menipu, khianat, bohong, dan
sejenisnya adalah haram. Bahwa dalam masalah ini tidak ada perbedaan antara
kelompok yang baik dan yang jahat, demikian pula antara Ahlussunnah dan Ahlu
bid’ah, mereka semua bersepakat, tiada perselisihan di antara mereka. Maka
siapa yang bersikap seperti ini dan mengamalkan apa yang ada padanya niscaya
tidak akan membuatnya binasa apa-apa yang belum ia ketahui di balik semua hal
di atas, Insya Allahu ta’ala.
Oleh karena itu, peganglah ini dan jangan melampaui batas!
Kemudian, jika ada yang bertanya kepada kalian tentang hal ini, katakan saja
bahwa kami beriman kepada Al Qur’an beserta isinya, semuanya berasal dari Tuhan
kami, lalu diamlah, jangan diteruskan lagi jawabannya, apalagi bila sampai
berbuat lebih jauh.
Tetapi jika engkau beralasan bahwa kami melakukan itu karena kami
suka untuk mengetahui yang benar dari yang salah dalam masalah yang mereka
perselisihkan, lalu engkaupun menyelam lebih jauh, menyeelediki dan mendalami,
niscaya tindakan seperti itu tidak dijamin akan selamat dari fitnah kecuali bila
dikehendaki oleh Allah SWT. Maka terimalah nasihat ini, jangan engkau melampaui
batas dan jangan terlalu jauh melangkah dalam masalah tersebut.
Karena pada setiap fardhu dalam maslah ini terdapat syariat-syariat,
batasan-batasan dan sunnah-sunnah, maka pergunakanlah itu.
Pelajarilah ia supaya dengan itu menjadi sempurna shalatmu,
menjadi baik pula dengannya usaha-usahamu, dan engkau pun tidak jatuh kepada
riya’. Sibukanlah dirimu untuk mempelajari kewajiban-kewajiban dalam agama mu,
serta sibukanlah dirimu dalam mempelajari batasan-batasan agama, dan itulah
yang terbaik untukmu. Sebab, apabila engkau telah mendalami ilmu, tentu engkau
tidak bisa lepas dari kesalahan orang yang tidak sepaham dengan ilmu yang ada
padamu, sehingga engkau melihat permasalahan demi permasalahan tanpa
memperdulikan etika, padahal kalian tidak pernah disuruh untuk hal itu.
Adapun jika kalian sengaja melihat kepada perselisihan tersebut
tanpa didasari ilmu yang mendalam, tanpa bergaul dengan para ulama serta
berdialog dengan mereka, tentu tidak ada jaminan bagimu untuk tidak diuji
dengan sesuatu yang segera menyusup ke hati berupa fitnah. Dikatakan,
tidak ada kesesatan kecuali dibalikya ada perhiasan. Setelah itu,
barangkali engkau akan meninggalkan kebenaran lalu hatimu pun akan enggan untuk
menerima kebenaran itu sesudahnya.
Ketahuilah, ciri-ciri orang yang memperhatikan sunnah itu yaitu
waspada terhadap langkah yang terlalu jauh ke dalam bid’ah, karena kesadarannya
tentang kehalusan kalimat, kerumitannya dan pendalamannya tentang hal
ini. Maka tidak usah heran bahwa orang yang paling takut terhadap
perdebatan adalah orang yang paling banyak ilmunya, paling tajam pemikirannya,
dan paling banyak pemahamannya. Sebaliknya, orang yang berani terjun dalam
perdebatan adalah orang yang paling sedikit ilmunya, paling lemah pemikirannya,
dan paling rendah pemahamannya.
Oleh karena itu, waspada dan waspadalah, sesungguhnya kalian
telah diperingatkan. Telah dikatakan kepada kami, hendaklah kalian
berpegang pada agama orang-orang lemah, agama orang-orang badwi dan agama
anak-anak (Yakni dalam hal tunduk dan membenarkan). Kemudian terimalah
nasihat supaya jangan sampai engkau termasuk orang-orang yang dikatakan dalam
ayat berikut : “tetapi kamu tidak menyukai orang-orang yang memberi
nasihat. “ (QS. Al A’raf,79).
Ingat! Hati-hatilah kepada Allah, Saudara-saudaraku,
terimalah nasihat orang yang prihatin terhadap nasibmu karena setan tidak
pernah lalai dalam usahanya menghalangimu dari jalan kebenaran. Ia selalu
menjadikanmu suka untuk menggapai kemenangan dalam perselesihan umat, dengan
alasan demi mengenal kebenaran berdasarkan praduganya serta demi memilih yang
benar, seolah-olah ia sebagai nasihat bagimu. Akan tetapi, sesungguhnya setan
itu, melalui hawa nafsu dan fitnah akan membawamu kepada bencana dan
melalaikanmu dari mengingat hari kebangkitan. Duhai, kesibukan hati
yang bukan untuk pendekatan bahkan sebaliknya untuk menjauhakn dari Tuhan
mu, Ingat, janganlah engkau menolak bencana dengan cara mengikuti hawa nafsu,
semoga Allah melindungi kita semua dari hal demikian. Aamiin.
NASIHAT KE - 15
Memelihara Anggota Tubuh dan
Hati
Saudaraku! Aku berpesan kepada kalian tentang suatu pekerti, yang
merupakan kumpulan seluruh kebaikan, yaitu aku berwasiat tentang pemeliharaan
seluruh anggota tubuh serta hati, dan senantiasa kukuh menjaga di segala
kondisi. Janganlah memulai sessuatu dengan tindakan, juga dengan perkataan,
serta jangan pula menyembunyikannya kecuali melalui pertimbangan dan
perencanaan. Jika sesuatu itu terpuji di sisi Allah SWT. Bersegeralah
melakukannya; sebaliknya, jika tercela, maka jauhilah. Adapuns esuatu yang
masih samar menurutmu, serahkanlah kepada orang yang ahli di bidangnya, dan
berhentilah sampai di sini dulu sampai Allah memberikan ilmu dan penjelasannya.
Rasulullah saw. Bersabda : “Manusia yang paling di cintai
oleh Allah ialah orang yang tidak mengungkapkan perkataan, perbuatan tangan,
kaki, tindakan, tidak juga niat kecuali setelah petimbangan dan perencanaan.
Maka, jika di sana terdapat ridha Allah, ia lakukan, dan jika tidak, maka ia
tahan.” Ingat! Contohlah orang yang cendekia dan intelek, juga pelaku
wara’ dan takwa. Berperilakuklah dengan etika mereka, engkau akan mendapatkan
dengannya kemuliaan di hari ditegakkan hisab. Semoga Allah memberi kita taufik
untuk setiap kebaikan melalui Rahmya-Nya.
NASIHAT KE - 16
Malapetaka Dalam Mengabaikan Hak-Hak Allah
Saudaraku! Sungguh hal demikian merupakan jalan menuju Allah,
maka berpeganglah pada hal-hal yang akan aku lukiskan kepada kalian berikut
ini.
Yakinilah ia di dalam hatimu, dasari atasnya amal perbuatanmu dan
curahkanlah segala kemampuan untuk melaksanakanya! Sebab, Aku melihat bahwa
jiwa yang selalu memerintah telah mengambil keputusan untuk mengabaikan
perintah Allah SWT. Maka lakukanlah hati-hatilah terhadap Allah (takut
kepada-Nya); Jangan meremehkan-Nya, karena hal itu akan menghapuskan agamamu
dan akan menjadi bencana atasmu, sedangkan kamu tidak menyadari. Bukanlah
termasuk orang yang sadar orang yang mengabaikan apa yang pernah ia dengar.
Terlebih lagi bahwa hak-hak Allah SWT itu jauh lebih banyak dan lebih besar
dari semua itu. Maka, jika kamu menampakan kelemahan dalan melaksanakannya,
tentu kelemahan itu tidak lebih kurang daripada kesedihan yang mendalam dan
lama, karena musibah (bencana) itu pada dasarnya terletak pada pengabaian
akan hak-hak Allah.
Tetapi, aku justru mendengar bahwa kesedihan kalian terhadap
bencana dunia bahkan lebih besar daripada kesedihan karena ditimpa musibah di
dalam agama, inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Kedatangan malapetaka memang
saling susul menyusul dan sebagainya lebih dahsyat daripada yang lain, tetapi
pasti akan nampak akibatnya pada saatnya esok. Semoga Allah memberikan taufik
kepada kita seua untuk setiap kebaikan dengan Rahmat-Nya. Sesungguhnya Dia Maha
Mendengar doa, di tangan-Nya terletak seluruh kebaikan dan Dia Mahakuasa atas
segala sesuatu. Wassalam.
Setelah si hamba Allah tersebut selesai dari ucapannya. Semoga
Rahmat dan Ridha Allah untuknya, menghadaplah orang-orang yang senang
kepadanya, lalu mereka berkata kepadanya : “Wahai saudara yang besar
perhatiannya kepada Saudara-saudara yang lain, sungguh Anda tidak jemu memberi
nasihat dan tidak lalai dalam memberikan pandangan. Apa-apa yang telah
anda sampaikan kepada kami semua benar adanya, tidak bisa dielakan hujah pun
cukup akurat dan sinar petunjuk telah jelas, maka wajib atas kami untuk
mengamalkannya. Allah-lah Sang Penolong dalam perkara ini, dan Dia-lah Sang
Pemberi Taufik. Semoga Allah Yang Maha Pemberi Karunia memberikan kepada Anda
seutama-utama balasan orang-orang yang beramal karena-Nya. Kami memperhatikan
Anda telah melukiskan kepada kami tentang kelompok orang yang memiliki impian
yang benar, akal yang sempurna, akhlak yang mulia, amal perbuatan yang saleh,
perkenalan terhadap kenikmatan, kesungguhan dalam bersyukur dan usaha maksimal
dalam mencapai derajat kejujuran. Dan Anda telah menjadikan kami suka kepada
perbuatan-perbuatan mereka. Anda telah melukiskan kepada kami tentang
segolongan orang yang menjalankan kebajikan, sama rata di antara mereka
meskipun di Sisi Allah sebagian lebih tinggi daripada yang lain dan sebagian
lebih berat timbangannya daripada yang lain.
Lalu Anda juga mensifati golongan lain yang menyandang kebodohan
yang besar, kelakuan yang buruk, rahasia-rahasia yang keji serta kufur terhadap
nikmat. Maka engkau cegah kami dari mengikuti aliran-aliran mereka. Kemudian
Anda melukiskan jiwa-jiwa yang mabuk dengan bunga-bunga dunia dan Anda
peringatkan kami supaya tidak menjadi seumpama mereka. Anda telah menjelaskan
kepada kami tipuan setan dan Anda takuti kami dengannya. Anda beritakan tentang
bisikan jiwa yang sering terlintas dalam diri kami, sungguh kami tela
mendapatkan kebenaran tentang gambaran mu akan bencana-bencana atas kami.
Memang kami melihat kerusakan-kerusakan di tengah-tengah kami
bercampur aduk dengan ulah kami. Kami juga merasakan ddiri kami sasarannya
adalah dominasi hawa nafsu dan kecerdikan musuh yang sejak dini telah
menyesatkan kami, selalu memotivasi kami untuk melakukan semua yang tercela,
dan ia memperindah hal itu dengan pengelabuan yang amat halus, kemudian ia
cegah kami dari segala perbuatan terpuji dan ia campuri dengan tipu daya yang
tersembunyi. Maka jika Anda setuju, wahai juru nasihat bagi saudara-saudaranya,
agar Anda memberikan batasan untuk kemi ciri-ciri etika agama yang terpuji
sehingga dapat kami pergunakan untuk menerapkan akhlak yang mulia di
tengah-tengah kami; agar Anda lukiskan kepada kami tentang keadaan orang-orang
yang paling bersyukur di antara makhluk, dan juga keadaan orang-oang yang paling
kufur, dan keadaan orang-orang penyandang ke wara’-an serta kejujuran.
Namun jangan lupa agar Anda gambarkan kepada kami kejahatan
pelaku riya dan ujub. Semoga Allah berkenan melenyapkan kebodohan dari kami,
melapangkan dengan mengenali hal-hal tadi di dada-dada kami, melunakan hati
kami, sehingga kami berjuang dengan melawan musuh demi membela agama kami,
sekaligus mampu berseberangan dengan hawa nafsu kami setelah mengetahuinya.
Mudah-mudahan Allah menyembuhkan dengannya sebagian penyakit jiwa kami bersama
yang terdahulu dari yang diberlakukan Allah melalui lidah Anda untuk kami.”
Mendengar hal ini berkatalah hamba Allah Rahimahullah :
Saudara-saudaraku, kalian memliku hak yang mesti (dipenuhi) tapi, yang wajib
bagi kalian lebih banyak lagi daripada sekedar itu. Maka, keinginan kalian dan
usaha peningkatan diri kalian dalam mengenal kecintaan Rabb --- melalui
permintaan tadi--- sungguh kalian telah menanyakan tentang ilmu yang
tersembunyi di dalam dada dan tidak ada yang mengetahuinya kecuali ulama yang
mengenal Allah SWT. Sebab, telah sampai kepada kami, bahwa Rasulullah saw.
Berssabda : “Apabila mereka pergi dengannya; tidak ada yang tidak
mengetahuinya kecuali orang yang terperdaya terhadap Allah, maka janganlah kamu
menghina seseorang yang diberi ilmu oleh Allah. Sesungguhnya Allah tidak
menghinanya sebab Dia telah memberikan ilmu itu kepadanya.”
Ingat, aku menyampaikan kepada kalian sebagian apa yang telah
Allah bukakan untuk kita. Hanya kepada Allah aku memohon petunjuk dan kepadanya
aku memohon bimbingan.
NASIHAT KE - 17
Rahasia Perbedaan Para Pelaku Kebajikan dan
Antara Keutamaan Mereka serta Beberapa Substansi Tatakrama
Saudara-saudara ku, ketahuilah bahwa pendapat itu banyak sekali
dan bidang ilmu pengetahuan itu tidak terbatas, namun sebaik-baik pendapat
ialah yag ditujukan untuk keridhaan Allah dan seutama-utama ilmu ialah yang
diamalkan kerana Allah SWT. Maka perhatikan apa yang kammu tanyakan
dengan telinga yang sigap, dengan fikiran yang sadar serta
dengan hati yang penuh perhatian. Semoga Allah memberikan taufik kepada kita
untuk itu.
Adapun pertanyaan kalian tentang keadaan orang-orang yang
melakukan kebajikan dalam jumlah yang sama, namun, nilai kebajikan sebagian
mereka di sisi Allah lebih tinggi daripada yang lain dan timbangan amal
perbuatannya lebih berat daripada yang lain, sungguh kalian telah membahas ilmu
yang besar dan karakteristik yang sangat beragam. Ketahuilah, perbedaan di
antara hamba-hamba itu jauh sekali. Berikut akan kugambarkan sebagian di antara
keadaan mereka, seraya berharap karunia dan bimbingan dari Allah SWT. Sebagian
di antara mereka bisa menjadi lebih unggul daripada yang lain karena ilmu,
kebaikan niat, kejujuran lidah dan kebenaran sikap wara’. Sebab, setiap amal
perbuatan ada batasan-batasan, dan bagi pelakunya ada persyaratan-persyaratan
yang harus di penuhi.
Seorang hamba, bila ia tidak mengetahui batasan amal perbuatan
dan etika dalam beragama, tentu perbuatannya tidak mengarah untuk mencari
keridhaan Allah SWT, dan tidak pula untuk memenuhi kebenaran dalam amalnya,
juga tidak dalam niatnya. Kemudian pula keadaan bila ia tidak mengenali
penyakit-penyakit jiwa dan tipu daya setan, tentu ia tidak berhati-hati dalam
perbuatannya, dan juga tidak mengetahui betul cara untuk memelihara diri dari
musuh-musuh agamanya, padahal nafsu dan musuhnya selalu memperindah urusan
dunia di depan matanya daripada urusan akhirat. Kedua-duanya selalu menjadikan
dia tertarik pada hal-hal yang sesuai dengan keinginan rendah jiwanya; kepada
hal yang dibuat indah di mata manusia tetapi menyebabkan aib baginya di mata
Tuhan SWT, sedangkan hamba tersebut senantiasa tunduk kepada keduanya. Hal
demikian terjadi padanya karena pandangannya telah tertutup sehingga tidak
mampu lagi mengenali tipu daya ke dua musuhnya itu. Akhirnya ia pun berbuat
kebajikan dengan ilmu yang serba minim serta pemikiran yang lemah. Kadang kala
ia memang tidak tahu dan kadang tidak mengenal; ada kalanya malah merugikannya
dan kadang ia tidak mendapatkan apa-apa.
Tipe orang semacam ini, meskipun banyak melakukan amalan sunnah,
namun ia hanya mendapatkan bobot timbangan yang ringan, jauh lebih rendah
derajatnya daripada orang-orang yang berpengatahuan. Sedangkan yang lan, ia
diberi akal dan pengetahuan sehingga serasilah keadaannya. Ia melawan hawa
nafsunya, berjuang melawan musuhnya, meletakan sesuatu berdasarkan ilmu pada
tempatnya, memberlakukan segala perkatra secara proposiona, dan mencari
keradhaan Allah melalui perbuatan terpuji. Ia menahan diri dari hal-hal yang
masih samar dalam pandangannya, mencari ilmu untuk diamalkan, memlihih
kebajikan dengan niat utama dan kemauan yang tinggi lagi sangat
serasi dengan kecintaan Allah SWT. Ia menjadikan niat yang paling benar sebagai
dasar, dan di atasnya ia membangun amalan kebajikan. Ia jaga dirinya dari riya
dan ia rahasiakan kehidupannya di mata orang lain. Tipe orang semacam ini,
meskipun sedikit amalan sunnahnya, merupakan yang terberat dan tertinggi
nilainya, sehingga amal perbuatannya yang sedikit itu akhirnya menjadi banyak
juga.
Berikut aku akan menggambarkan suatu karunia dari Allah sekaligus
sebagai substansi dari pekerti, kebaikan hati dan pencaian akan keridhaan
Allah. Oleh karena itu, maka yakinilah ia di dalam rahasia-rahasia hati, dan
jadikanlah ia pondasi, lalu dirikan di atasnya perbuatan kebajikan, karena di
sanalah terletak keteguhan serta keutamaan yang agung.
Namun lantaran ini pula akan diambil tindakan atas seseorang
untuk setiap penyimpangan yang sumbernya dari dalam dada. Dan karunia tersebut
adalah seperti yang terungkap melalui beberapa riwayat berikut ini.
Di antaranya, telah sampai kepada kami bahwa, salah seorang yang
memilikiilmu berkata : “Telah keluar dari bawah ‘Arsy lembaran-lembaran
putih dan itu adalah niat-niat.” Seorang ahli ilmu lainnya
berkata : Pelajarilah niat karena ia lebih penting daripada
perbuatan.” Dikatakan : “Niat orang beriman lebih baik daripada
amalnya, dan bagi setiap orang sesuai dengan apa yang ia niatkan.”(Al Bukhari)
Dalam Firman Allah SWT yang berbunyi : “Tiap-tiap orang
berbuat menurut keadaannya masing-masing ( QS. Al-Isra’ : 84), Ahli tafsir
berkata : “Para malaikat naik dengan membawa amal seorang hamba di antara
hamba-hamba Allah dan mereka menganggapnya sedikit. Mereka menghinanya
sedemikian rupa hingga perjalanan merek berakhir bersamanya pada suatu tempat
sesuai dengan yang dikehendaki oleh Allah SWT. Lalu Allah SWT mewahyukan kepada
mereka : “Kalaian adalah penjaga atas amalan hamba-Ku, sedang Aku mengawasi apa
yang ada di dalam dirinya, maka lipatgandakanlah untuknya dan catatlah pada
“Illiyyin (kitab yang tertulis).
Seorang tokoh berkata : “Allah SWT akan memberikan kepada
hamba berdasarkan niat sessuatu yang tidak diberikan berdasarkan
perbuatan.” Benar, karena niat itu bersih tidak riya’, sedangkan perbuatan
sering dicemari oleh riya’.”
NASIHAT KE - 18
Mennggemari Ilmu Yang Wajib Dipelajari
Apabila orang-orang suka kepada ilmu pengetahuan, jadikanlah
kegemaranmu kepada ilmu yang diwajibkan kepada hamba. Karen, telah sampai
kepada kami bahwa Rasulullah saw. Berssabda : “Wahai kaum, utamakanlah niat
dalam mempelajari batas-batas kewajiban, dalam mengenal yang halal dan haram,
mengenal wara’ serta keikhlasan, karena Allah dalam berbuat.” Carilah ilmu
yang demikian dengan kesungguhanmu, sebab orang jahil terhadap batasan agama
akan buta dari jalan petunjuk, berubah-ubah dalam sikap anti kebenaran dan
silih berganti dalam berbagai macam kerusakan.
Rasulullah saw. Bersabda : “Seandainya orang yang bodoh
melebihi para mujahid dalam beribadah, tentu yang rusak lebih banyak daripada
yang benar.” Ingat, manakala engkau tidak mengerti tentang batasan-batasan
agama, pasti engkau merugi, tetapi manakala engkau mengetahui tentang apa yang
wajib atas mu, lalu kau amalkan, pasti engkau akan berbahagia. Inilah perbedaan
keutamaan antara dua orang. Salah satu di antaranya mempelajari berbagai bidang
ilmu pengetahuan, tetapi sebenarnya tidak ada kebutuhan untuknya apa yang
dipelajarinya itu, dan ia pu tidak akan ditindak di hari kiamat bila
meniggalkannya, tetapi tetap akan ditanya tentang ilmunya, tentang susah payahnya
dalam mencarinya, dan apa yang ia keendaki dalam menuntutnya? Sebab, bisa jadi
tujuannya benar-benar untuk mendekatka diri kepada Allah dan boleh jadi pula
karena tertarik oleh nilai dunia dan kemauannya. Adapun yang lain, orang yang
mencari ilmu tentang batasan-batasan kewajiban, yang jika diabaikan akan
menyebabkan murka Allah. Begitu seterusnya, hingga apabila benar-benar telah
merasa mantap dengan ilmu tentang yang fardhu tersebut, carilah bidang ilmu
yang lebih sesuai dengan kecintaan Allah SWT, dan yang lebih besar manfaatnya
dalam agama. Semoga Allah memberikan kepada kita sekalian taufik untuk setiap
kebaikan melalui Rahmat-Nya.
NASIHAT KE - 19
Jadikanlah Kegemaranmu untuk Mencari Ilmu
Saudaraku! Apabila orang lain berusaha mencari berbagai jenis
kebajikan, saingailah mereka dalam usaha tersebut, dan jadikanlah bagian
tersebut dari keinginan itu untuk mencari ilmu, karena Wali-wali Allah ialah
orang-orang yang merenung, berfikir, mempertimbangkan dan mengambil pelajaran.
Maka, dengan akallah mereka menjadi suka, takut, zuhud, beralih kepada petunjuk
serta meningkat dalam derajat.
Telah sampai kepada kami bahwa Rasulullah saw. Berkata kepada Ali
ra. “Wahai Ali! Apabila orang lain berusaha mengerjakan berbagai macam
kebajikan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan mereka, hendaklah engkau berusaha
mencari berbagai macam ilmu, niscaya engkau akan melebihi mereka dalam
keakraban, kedekatan serta derajat di dunia dan akhirat.” Dalam hadis yang
lain Rasulullah saw. Bersabda : “Allah tidak menerima shalat seorang
hamba, tidak pula puasanya, hajinya, umrahnya, sedekahnya serta jihadnya, juga
tidak sesuatu yang lain di antara macam-macam kebajikannya, bila ia tidak
berakal.”
Telah sampa pula kepda kami bahwa ketika Allah SWT menciptakan
akal, Allah berkata kepadanya : “Duduk!” lalu ia duduk. “Berdiri!” Lalu ia
pun berdiri. “Membelakangi!” ia membelakangi. “Menghadap!” ia pun menghadap.
“Lihat!” ia melihat. “Bicara!” ia berbicara. “Diam!” ia pun diam. “Dengar!” ia
mendengarkan. Dan “Pahami!” ia pun memahami. Maka Allah berfirman : “Demi
kemulian-Ku, ketinggian, keagungan, kebesaran dan kekuasaan-Ku atas ciptaan-Ku.
Aku tidak menciptakan sesuatu makhluk yang lebih mulia di sisi Ku, yang lebih
Aku cintai dan lebih utama pada suatu kedudukan, dari pada mu. Karena melalui
mu Aku di kenal, dengan mu Aku disembah dan dipuji. Lantaranmu Aku mengambil
tindakan, melalui mu aku memberi, karena mu Aku menjatuhkan sangsi, untuk mu
pahala dan atas mu siksaan.”
Sungguh, Allah SWT, telah mengistimewakan akal dengan kemuliaan,
memberinya pekara yang agung dan menjadikan orang-orang yang berakal
memiliki ketingian derajat serta yang paling terhormat di dunia dna akhirat.
Salah seorang sahabt berkata : “Bertambahnya akalku setiap
hari seukuran atom, lebih aku sukai daripada mematahkan pedang di
jalan Allah dengan jiwaku, hartaku, serta pemberianku atas dasar kemurahan
kepada berbagai macam kebajikan dan sedekah.” Maka, siapa di antara kalian
yang menginginkan ilmu da berusaha mencari jalan untuk mendapatkannya,
ingatlah, bahwa yang paling utama yang harus di ambil faedah dari akal itu
adalah menggunakannya untuk taat kepada Allah dengan menjalankan kewajiban yang
difardhukan kepadamu, dan menghindari larangan yang diharamkan
atasmu. Maka, jika itu telah engkau lakukan, berarti engkau telah
mengambil bagian dari akalmu. Lantaran inilah sebuah riwayat berbunyi
: “Orang yang berakal ialah... yang taat kepada Allah dan tidak ada akal
untuk orang yang berbuat maksiat kepada-Nya.”
Apabila engkau menghendaki ketinggian dalam tingkatan akal, dan
engkau suka kepada tambahan manfaat dari Allah SWT, jadikanlah dirimu berlainan
dengan orang lain dalam berbuat. Karena manusia mendurhakai Allah justru dengan
apa-apa yang telah dikaruniakan kepada mereka, berupa kesehatan anggota tubuh,
serta rizki yang silih berganti, dan lain sebagainya di antara kenikmatan
lahir; sehingga dengan itu mereka menjadi kuat, kemudian melakukan maksiat
kepada Allah SWT.
Saudaraku! Malulah dirimu bila mendurhakai Allah dengan
mempergunakan nikmat-Nya. Sebaliknya, jadikanlah dirimu oarng yang mulia dan
bersyukur, dan gunakan kenikmatan yang ada di tanganmu untuk kesenangan yang
gmerupakan tanda syukur atas kepercayaan-Nya kepada mu. Maka, demi Tuhan
manusia, jika engkau beristiqomah dan mau menggunakan nikmat Allah untuk
mencari keridhaan-Nya, niscaya engkau akan meningkat dalam derajat akal kepada
kemurnian iman, kemurnian agama dan kebenaran pengenalan akan ke Agungan Allah,
kebesaran-Nya, ketinggian-Nya, dan ke Mahakuasaan-Nya SWT. Niscaya engkau akan
meningkat kepada kejujuran sifat malu kepada Allah SWT, sangat takut kepada Nya
dan suka kepada keridhaan-Nya. Niscaya engkau meningkat dalam kesabaran atas
bala’ dari Allah, berserah diri kepada urusan-Nya, ridha terhadap
ketentuan-Nya, serta senang terhadap perhatian dan pilihan-Nya untuk mu.
Niscaya engkau akan meningkat dalam kebenaran sikap takzim kepada-Nya, sikap
meninggikan-Nya, percaya kepada-Nya, perhatian kepada-Nya, berpegang pada-Nya,
akrab dengan-Nya, cinta kepada-Nya, serta rindu kepada-Nya, sesuai dengan pemahamanmu
terhadap keagungan-Nya dan kemahakuasaan-Nya SWT. Itulah derajat yang tertinggi
\, sekaligus lebih berat bobotnya daripada amal ibadah para mujtahid.
Demikianlah perbedaan keutamaan antara dua orang. Yang satu
mengerjakan kebajikan namun ia memiliki sedikit ilmu tentang manfaat akal.
Sedangkan yang lain adalah mencari kesenagan-kesenangan Tuhan melalui akalnya,
dan ia pun meyakini di dalam hati akan kesesuaian sikapnya dengan Allah dalam
hal yang dicintai dan dibenci, sehingga naiklah ia melalui tingkatan demi
tingkatan. Semoga Allah mengaruniai kita sekalian ilmu yang bermanfaat serta
akal yang cerdas. Aamiin.
NASIHAT KE - 20
Berusaha keraslah untuk menyenangi Apa-apa
yang Disukai oleh Allah SWT.
Saudara-saudaraku!Apabila engkau melihat orang lain tidak senang
kepada hal-hal yang disukai oleh Allah SWT dan membenci sesuatu yang bermanfaat
buat mereka di akhirat, ingat, hati-hatilah kepada Allah. Jadilah engkau
berseberangan dengan mereka dan berjuang melawan kiwamu untuk menyenangi
hal-hal yang disukai oleh Allah SWT. Kadang kala ada suatu golongan yang
mengaku senang kepada apa-apa yang disukai oleh Allah, padahal sebenarnya
mereka tidaklah demikian. Sebenarnya mereka tidak menyukai banyak hak yang
disukai oleh Allah dan membenci banyak hal yang bermanfaat bagi mereka. Karena
itu, renungkanlah permasalahan kalian! Kemudian, bagaimana menurutmu tentang
seorang terpelajar yang ditakdirkan oleh Allah SWT memiliki seorang teman yang
juga berilmu dan suka memberi nasihat untuk menuntunnya menuju kecintaan Allah
SWT, membantu membeberkan aib dirinya serta tidak lupa pula mengarahkannya
kepada tata cara berobat dari seluruh aibnya tersebut, agar ia beralih dari
kesesatan kepada tuntunan, sedangkan hal demikian termasuk di antara kecintaan
Allah? Seorang yang bodoh merasa keberatan apabila diberitahu aib dirinya, atau
bila ada orang yang mengetahui keburukannya, sehingga ia merasa tersinggung
terhadap orang yang suka membimbingnya, padahal ia tidak sadar bahwa dirinya
telah membenci orang yang ditakdirkan Allah untuk menuntunnya. Berteman dengan
juru nasihat yang mau merupakan rahmat bagi seseorang. Oleh karena itu, kenapa
harus merasa berat untuk menerimanya dan kenapa harus merasa jengkel terhadap
bimbingan yang diberikan kepadanya. Demikian pula halnya bila ada seseorang
yang simpati kepadanya, itu juga merupakan rahmat dari Tuhan kepada hamba=Nya.
Sehingga, ia akan menghindarkan darinya fitnah kedudukan, yaitu perasaan
memiliki status sosial terhormat serta perasaan memiliki pengikut setia dari
kalangan masyarakat. Maka, juru nasihat itulah yang berperan menyelamatkannya
dari fitnah tersebut, dengan membuat dirinya menjadi tidak terkenal sehingga
bila ia tidak ada, tidak ada yang perlu mencarinya, sebaliknya, bila ia ada
juga tidak ada yang gmengenalinya. Hal demikian adalah lebih selamat untuk
agamanya, dan merupakan salah satu di antara karunia Allah SWT. Kepadanya.
Telah sampai kepada kami bahwa Allah SWT berfirman
: “Hamba-Ku! Aku tidak menyembunyikan sebutanmu di dunia sebagai perhatian
dari Ku kepada mu.”
Padahal orang yang terperdaya bersedih terhadap rendahnya nilai
dirinya di kalangan masyarakat. Ia berduka karena tidak terkenal dan merasa
benci lantaran perhatian dan pilihan Allah untuk dirinya itu, padahal ia tidak
mengetahui hal demikian dari dirinya.
Demikian juga seseorang yang diperhatikan oleh Allah dengan
dipalingkan darinya fitnah harta agar tidak melampaui batas dan tidak menjadi
sibuk dengan dunianya dan lupa pada perkara-perkara akhirat. Allah Yang Maha
Pengasih menjadikannya sedikit harta, lapang dada, selamat dalam agamanya,
jarang berbaur, ringan bebannya, sebentar tertahannya, sedikit hisab nya,
sedikit yang ditanyakan kepadanya, segera menyeberang di atas shirath, dan
semua itu merupakan bentuk kasih sayang Allah kepadanya.
Allah SWT berfirman : “Hamba-Ku berduka karena Aku memalingkan
dunia darinya, padahal yang demikian justru yang paling dekat kepada-Ku dan
sesuatu yang lebih Aku sukai.”Hamba yang berduka lantaran dunia dipalingkan darinya
seakan-akan ia tidak menyukai kecintaan Allah SWT kepadanya sedangkan ia tidak
merasakan. Tetapi ia selalu merasa pesimis dengan sedikit harta dan menganggap
perbuatan Allah kepadanya sebagai pertanda buruk, padahal ia tidak memahami apa
sebenarnya yang terjadi dengan dirinya.”
Orang seperti ini banyak jumlahnya, ia dicintai oleh Allah SWT
dan dicintai oleh orang-orang yang mencintai-Nya, sedang dirinya benci kepada
semua itu. Semoga Allah melindungi kita semua dari perilaku demikian.
NASIHAT KE - 21
Berseberanganlah dengan Orang-orang yang Gemar
pada Sesuatu yang Menyebabkan Allah Benci
Saudara-saudaraku! Apabila engkau melihat orang-orang menggemari
perbuatan yang menyebabkan Allah benci, meski di antara mereka terdapat
sekelompok orang yang mengira bahwa mereka hanya benci kepada hal-hal yang akan
merusak agama,padahal sebenarnya tidak, karena sesungguhnya mereka itu menyukai
hal-hal yang menyebabkan Allah marah dan mereka bergembira dengan sesuatu yang
merusak agama, maka jadilah engkau orang yang berseberangan dengan mereka.
Bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang terbuai dalam pujian, sanjungan,
dan kedudukan di dunia, padahal Allah tidak menyukai hal demikian dan juga
tidak menyukai oarng yang menyukainya?
Orang yang bodoh pasti mendambakan sesuatu yang tidak disukai
oleh Allah SWT, berupa sanjungan dan sikap berlebih-lebihan, seakan-akan ia
senang terhadap kebencian Allah kepadanya, sedang ia tidak merasakan. Semoga
Allah melindungi kita dari hal demikian. Demikian pula keadaannya dengan
seseorang yang tergila-gila terhadap harta, kemegahan dan perhiasan di dunia,
padahal Allah SWT membenci hal demikian dan membenci orang yang menyukainya.
Telah sampai kepada kami bahwa Alah SWT berfirman : “
Hamba-Ku bergembiralah bahwa aku melapangkan baginya di dunia, padahal yang
demikian adalah sesuatu yang membuatnya lebih jauh dari-Ku dan lebih tidak Aku
sukai.” Seorang haba selalu mendambakan sesuatu yang dibenci
oleh Allah seakan-akan ia menyukai kebencian Allah kepadanya, sementara ia
tidak menyadarinya. Contoh seperti ini banyak : Ia dibenci oleh Allah SWT dan
dibenci oleh orang-orang yang mencintai Allah SWT. Sementara hamba tersebut
tetap tergila-gila kepada hal demikian.
Itulah perbedaan di antara dua tipe hamba. Salah satunya senang
akan perhatian Allah kepadanya, menyukaia apa yang disukai-Nya dan membenci apa
yang dibenci oleh Nya SWT. Yang lainnya membenci banyak hal yang disukai oleh
Allah SWT; sebaliknya ia menyenangi hal-hal yang justru dibenci oleh Allah SWT.
Ia tertarik kepada hal-hal yang bakal merusak agamanya dan membenci hal-hal
yang bermanfaat bagi dirinya di akhirat. Ia bersedih terhadap perlakuan Allah
kepadanya, padahal ia tidak memahami apa yang sebenarnya terjadi dengan
dirinya. Cukuplah hal demikian sebagai musibah yang menimpa seorang hamba
ketika sore dan pagi hari, yaitu berupa kelakuannya yang membenci apa yang sesungguhnya
dibenci oleh Allah SWT dan ia pun terus-terusan berbuat demikian sepanjang
umurnya.
Celakalah dirimu, sesungghuhnya hal demikian merupakan puncak
sikapmu yang menentang Allah SWT sekaligus merupakan puncak permusuhanmu
terhadap diri sendiri jika engkau memahami.
Saudara-saudaraku! Bermawas dirilah kepada Allah SWT. Janganlah
engkau hanya bersandar pada ibadah tetapi tetap tekun menggemari hal-hal yang
tidak disukai oleh Allah SWT, berusaha keraslah untuk menyalahi kemauan rendah
jiwa, juga berusaha keraslah untuk bersesuaian dengan Allah SWT dalam segala
sesuatu yang disukai dan tidak disukai oleh-Nya, karena usaha demikian adalah
wajib dan pahalanya pun jelas sekali; sebaliknya bahaya menyia-nyiakannya tidak
kalah besar pula. Maka cukuplah kiranya sebagai dosa bahwa Allah menyukai suatu
perkara tetapi engkau malah membencinya; Bahwa Dia tidak menyukai sesautu,
justru engkau menyukainya, yaitu suatu bentuk perselisihan antara makhluk dan
khaliq-nya. Padahal Allah SWT Maha Mengetahui isi hati hamba-Nya. Mahasuci
Allah, alangkah bijaknya Dia terhadap hamba yang mampu mengenali hal demikian
melalui nuraninya. Duhai fitnah yang menimpa kebanyakan orang, suatu persitiwa
yang dapat saksikan dengan mata kepala kita, dan hanya sedikit yang selamat.
Semoga Allah SWT melindungi kita sekalian sebagaimana Dia melindungi para
kekasih-Nya. Amin ya rabbal Alamin.
NASIHAT KE - 22
Khusuk dalam Shalat
Saudara-saudaraku! Jika orang lain hanya menghadirkan jasad
mereka ketika melaksanakan shalat dan hanya berlaku khusyuk dengan anggota
tubuh, sedang hati mereka lalai dari Tuhan-nya, ingat! Hati-hatilah kepada
Allah; hadirkanlah hatimu bersama jasadmu dan berdirilah menghadap Allah SWT
bagaikan seorang hamba yang sedang berdiri di hadapan majikannya, yang diliputi
oleh suana khusyuk, segan, tenang, serta penuh takzim.
Seringkali sebagian kami menghormati sebagian yang lain, dan
berbicara lemah lembut kepada mereka dengan tutur kata penuh hormat dan malu
atau berharapharap atau merasa cemas. Kalau begitu, wahai manusia, bukankah
Allah SWT lebih utama untuk dihadapi dengan penuh rasa tkazim dan malu? Atau,
apakah memang kalian bodoh terhadap karunia Allah atas hamba-hamba-Nya? Kalau
begitu, kenapa engkau tidak mengagungkan Yang Maha Perkasa dengan keagungan
yang jauh lebih besar daripada semua makhluk? Lalu, tidak kurang pentingnya
daripada itu pula, yaitu engkau harus menyimak penuh perhatian terhadap Kalam
Allah SWT sebagaimana engkau memperhatikan pembicaraan orang yang kau hormati.
Hal demikian agar Tuhan tidak menjadi lebih rendah di matamu daripada
makhluk-Nya, Maha Suci Allah dari hal demikian. Ingat, berhati-hatilah kepada
Allah SWT.
Kemudian daripada itu, wahai saudara-saudaraku! Kenalilah
kedudukan Dzat yang kau hadapi itu! Diriwayatkan dari salah seorang tokoh ilmu
pengetahuan tentang firman Allah yang berbunyi :“Berdirilah karena Allah (dlaam
shalatmu) dengan khusyuk (QS. Al-Baqarah : 238), Ia berkomentar : “Qunut”
dalam ayat tersebut khusyuk di kala rukuk dan sujud, menahan pandangan, serta
merendahkan diri karena takut kepada Allah SWT.”
Para Ulama, apabila mereka berdiri untuk melakukan shalat, mereka
merasa segan untuk menoleh, atau melakukan kesia-siaan dengan apapun, atau
berbicara kepada diri sendiri tentang sesuatu di antara urusan dunia, keccuali
bila lupa.
Salah seorang ahli ilmu berkata : “Shalat dua rakaat yang
dilakukan dengan ringan (sebentar) dan diniatkan untuk berfikir, lebih baik
daripada sjalat malam dengan hati dalam keadaan lalai.” Yang lain berkata
: Sesungguhnya sekelompook orang yang menunaikan shalat yang sama tetapi
mereka memiliki keutamaan yang berbeda bagaikan perbedaan antara langit dan
bumi. Salah seorang diantara mereka shalat dengan khusyuk serta menghadap
kepada Allah SWT, sedangkan yang lain lalai.” Telah sampai kepada kami sebuah
riwayat yang menyebutkan bahwa, jika seseorang berdiri untuk menunaikan shalat
dan mengucapkan Allahu Akbar setan mendatanginya dan berkata kepadanya
:Ingatlah ini, ingatlah itu. Ia menyebutkan keperluan-keperluannya,
menfitnahnya, serta membisikan kesibukannya. Lalu Malaikat berkata
kepadanya : Pusatkan perhatian terhadap shalatmu. Malaikat itu
memanggil melalui telinga kanan dan setan menyerunya melalui telinga kiri,
sedang hatinya berada di antara dua seruan itu. Maka jika ia taat kepada Malaikat,
malaikat itu akan memukul setan dengan sayapnya dan mengusirnya. Namun jika ia
taat kepada setan. Malikat berkata : Celaka! Celaka! Seandainya engkau
menuruti kataku, tentu tidaklah engkau berdiri untuk melaksanakan shalat
melainkan Allah mengampunimu untuk setiap dosa.” Kemudian telah sampai
pula kepada kami cerita lain yang menyebutkan bahwa hamba tidak mendapatkan
sesuatu dari shalatnya kecuali apa yang ia pahami darinya.
Di antara salah seorang khalifah ada yang berkata : “Apabila
salah seorang di antaramu berada dalam shalat, hendaklah ia menjadikan shalat
itu sebagai tujuannya serta memusatkan perhatian kepadanya, dan janganlah
kalian seperti kuda yang dikepalanya terdapat keranjang kosong yang diangkat dn
diturunkannya padahal tidak ada apa-apa di dalamnya.” Ingat, jadilah
engkau takut terhadap sikap menganggap ringan urusan Allah supaya engkau tidak
keluar dari setiap shalat dalam keadaan sia-sia. Semoga Allah melindungi kita
semua dari kerugian semacam itu.
Nah inilah perbedaan di antara dua orang, salah satunya bila ia
mendirikan shalat, jasad bersama hatinya lali dari Allah SWT, sedang yang lain,
hatinya hadir bersama jasadnya dalam keadaan takut kepada Allah SWT. Ingat,
berhati-hatilah kepada Allah SWT.
Saudaraku! Berusaha keraslah untuk menghadirkan hatimu dalam
shalat dan janganlah kamu terperdaya oleh wakil-wakil setan. Sebab, mereka
hanya menghadirkan jasad-jasad mereka tatkala shalat namun hati mereka terbuai
oleh geemerlapnya dunia serta angan-angannya, lalu mereka mencari-ceri alasan
utuk diri mereka. Mereka menduga bahwa para sahabat pilihan pun pernah lengah
dalam shalat mereka, dengan tujuan untuk memperoleh pembenaran atas kelalaian
mereka dari mengingat Allah SWT, sekalipun dalam hal ini mereka harus mengumpat
orang-orang pilihan.
Ketahuilah wahai kaum! Sesungguhnya para sahabat itu, apabila
mereka dicoba dengan kelalaian, mereka menganggap besar masalah itu, mereka
khawatir terhadapnya dan tidak rela dengan kenyataan seperti itu yang menimmpa
diri mereka.
Telah sampai kepada kami bahwa Rasulullah saw. Mencela
orang-orang yang lalai dalam shalatnya, maka peringatan inilah yang sangat
menakutkan mereka sehingga berusaha untuk menutupi kelalaian itu dengan kembali
kepada ingatan semula. Mereka berjuang keras menghadirkan hati, memahami
tentang Allah SWT, merasa takut kepada-Nya, serta tidak pernah mencari-cari
alasan untuk menutupi kesalahan tersebut seperti yang kamu lakukan dengan
berdalih atas kelaian mereka.
Kemudain, apakah kamu juga mengira-ngira kelalaian sahabt dan
pikiran yang terlintas dalam shalat mereka sama dengan kelalaian dan pikiran
yang terlintas dalam pikiranmu yang selalu membayangkan kesibukan berbisnis,
berdebat, berangan-angan dan berandai-andai itu? Dan jika memang kalian
berprasangka demikian terhadap mereka, sungguh kalian telah berburuk sangka
kepada mereka dan ini berarti kalian melecehkan dengan diri kalian. Apalagi
jika kalian mengira bahwa kelalaianmu dalam shalat tidak seberapa bila
dibandingkan dengan kelalaian pra sahabat. Sungguh kalian telah menganggap baik
diri sendiri dan mengangkatnya kepada tingkatan para wali, maka alangkah
buruknya godaan jiwa terhadap kalian itu! Tidakkah pernah sampai kepada kalian
bahwa di antara tabi’in ada yang berkata : “Kami mendapatkan bisikan
ketika shalat.” Kemudian yang lainnya menimpali : “Aku juga
mendapatkan itu.” Lalu ada yang bertanya : “Apa yang anda dapatkan
itu?” Ia menjawab : Aku mendapatkan bisikan yang mengingatkan surga
dan neraka! Sedang aku se akan-akan berdiri di hadapan Tuhanku.” Yang lain
berkata : “Kami mendapatkan bisikan yang mengingatkan dunia dan
kebutuhannya.” Lantas yang pertama mnimpali : “Anddai aku jatuh dari
langit ke bumi, hal ini lebih aku sukai daripada Allah mengetahui
bisikan-bisikan tadi dari hatiku.” Nah, demikianlah keadaan orang-orang
pilihan tersebut.
Wahai kaum penempuh jalan kebenaran, renungkanlah apa yang telah
diperbuat oleh setan untuk mencelakakanmu ketika ia berusaha untuk menjadikan
hatimu lalai dari mengingat Allah SWT, dalam shalat, lalu dia memperindah
untukmu bentuk dalih dengan mengatasnamakan kelalaian orang-orang suci.
Celakalah engkau, seandainya engkau kembali menghina diri sendiri tatkala lalai
itu, kemudian mengakui keburukan dan kesalahan pribadi, tentu hal demikian
untuk kalian akan lebih dekat kepada ampunan daripada mencari-cari alasan
dengan menyebut-nyebut kelengahan orang-orang lain yang lebih suci. Kenapa
engkau tidak menganggap besar kesalahanmu saja sebagaimana para sahabat
menganggap berat kelalaian mereka.
Telah sampai kepada kami bahwa slah seorang sahabat melaksanakan shalat
di kebun kormanya. Maka ia pun disibukan oleh pikiran tentang kebunya itu
sehingga ia lupa dalam shalat, latas ia pun menganggap besar hal itu dan
meratap : Aku telah terkena fitnah dalam hartaku.” Kemudian ia
menyedekahkan buah kormanya itu di jalan Allah hingga nilainya mencapai lima
puluh ribu dirham. Nah, siapa di antara kalian yang pernah mengaanggap besar
kelalaiannya dalam shalat dan bersedekah untuk menutupinya dengan setumpuk
harta? Ah, kau! Tidakkah kalian merasa malu dengan pembadingan kalian itu
sehingga berani berkata : “Kalian menyerupakan mereka dengan diri kalian! Wahai
kaum, alangkah buruknya qiyas itu dan alangkah mentahnya alasanmu itu?
Tidakkah lebih baik bila kalian mau meneladani kehusukan
umat-umat pilihan itu dan mencoba mereka dalam mengagungkan urusan Allah SWT.
Telah sampai kepada kami bahwa sebagian mereka, ketika shalat, bagaikan pakaian
yang tergeletak, di antara mereka ada yang laksana kayu kering, ada yang selalu
merasa gentar dan berubah warna karena berdiri di hadapan Allah SWT, ada lagi
yang tidak bisa mengenal orang yang di sebelah kiri maupun kanannya, dan ada
pula apabila ia berdiri untuk shalat seolah-olah ia tonggak kayu yang menacap
saking khusyuknya.
Ada sebuah cerita tentang ‘Ali bin Abi Thalib ra. Bahwa apabila
ia berwudhu terlihat perubahan warna di mukanya menjadi pucat. Lalu ditanyakan
kepadanya : “Wahai Amir al Mu’minin, kami perhatikan bila engkau berwudhu
berubahlah keadaanmu?” Ia menjawab : “Aku sadar dihadapan siapa aku akan
berdiri menghadap?” Demikian juga halnya dengan seorang tabi’in, apabila ia
hendak shalat berubahlah roman mukanya, dan ia berkata : “Tidakkah kalian tahu
di hadapan siapa aku berdiri?” Kepada siapa aku bermunajat?” Nah, siapa di
anatara kalian, karena Allah, bisa mengalami haibah (Ketakjuban dan ketakutan
dengan penuh takzim) seperti ini? Kemudian pernah pula sampai kepada kami bahwa
di antara sikap mereka dalam mengagungkan perkara Allah itu, yaitu apabila ia
tidak sempat mengikuti takbir pertama dalam shalat berjamaah, ia berkabung
selama tiga hari karena mengganggap besar urusan itu. Demi Allah, demikiankah
dengan dirimu?
Para pembaca budiman! Jika anda tidak sempat mendapatkan takbir
pertama dalam shalat berjamaah atau jika anda melewatkan kesempatan untuk
berbuat baik, sungguh, adakah anda mau berkabung? Justru sebaliknya, jika
diantara kalian ditimpa musibah pada hartanya, maka itulah yang dianggap
musibah besar di mata kalian sehingga kalian saling menghibur dengan musibah
dunia itu. Kalian meminta pertolongan karenanya, kalian menjadi terhadap takdir
dari Allah, dan mengeluh kepada sesama manusia tentang perbuatan Allah SWT!
Tetapi lain halnya, jika kalian terlewatkan kesempatan untuk beramal baik dan
terjerumus kepada perbuatan dosa, malah tidak pernah terlihat kalian saling menghibur
ssatu sama lain, seakan-akan peristiwa itu bukanlah musibah menurut kalian.
Kalau begitu, sangat jauh bahkan alangkah jauhnya kalian dari kemiripan dengan
orang-orang salaf pilihan tadi! Celakalah kalian, karena telah meninggalkan
sikap meneladani keutamaan orang-orang yang takwa, tetapi berdalih dengan
kesalahan sepele mereka, seakan-akan kesalahan dan kelalaian kalian sama dengan
kesalahan dan kelalaian mereka. Sungguh kalian telah berbohong, wahai
orang-orang lalai. Ingat, hati-hatilah kepada Allah, tinggalkan sikap
mencari-cari alasan dan dalih yang sangat lemah; berjuang keraslah untuk
menhadirkan hati di kala shalat, memahami tentang Allah SWT, dan menjunjung
tinggi urusan-Nya agar kau tidak keluar dari shalatmu dalam keadaan sia-sia.
Semoga Allah menjadikan kita sekalian di antara orang-orang yang beramal salih
yang selalu mersakan haibah terhadap-Nya. Amin.
NASIHAT KE - 23
Puasa dari Hal-hal Yang Diharamkan oleh Allah
SWT
Sahabatku! Jika orang lain berpuasa dengan menahan diri dari
makanan dan minuman, ingat, jagalah puasamu agar jangan sampai berbuka dengan
barang haram, dan waspadalah terhasdap dampak-dampak yang bakal merusak
puasamu. Sebab, telah sampai kepada kami bahwa Rasulullah saw. Bersabda
: “Orang yang berpuasa ialah orang yang meniggalkan omong kosong,
menggunjing, adu domba, dusta, kebodohan dan kekejian; yang memelihara,
berjaga-jaga dan menahan pandangan. Maka siapa yang tidak melakukan itu,
sesungguhnya ALLAH SWT berfirman : Tidak ada artinya ia meninggalkan makanan
dan minuman.” Inilah perbedaan keutamaan antara dua orang, yang satu
menjaga anggota tubuhnya dalam puasa, berhati-hati terhadap makanan berbukanya,
serta mengawasi seluruh keadaannya. Tentu saja, orang yang satu ini akan
mendapatkan amal perbuatan yang lebih berat bobotnya daripada orang yang hanya
meninggalkan makan serta minum dikala berpuasa, namun dalam berpuasa ia tidak
bersikap wara’ terhadap efek-efek buruk. Sebab, barangkali saja dia
mengkonsumsi warna-warni syahwat yang bercampur dengan hal-hal haram di kala
berbukanya. Rasulullah saw. Bersabda : “Andaikan engkau shalat sampai
engkau menjadi bongkok dan berpuasa sampai seperti tali senar, tidaklah
diterima darimu hal demikian kecuali dengan wara’ yang tulus.”Berhati-hatilah
terhadap Allah, dan jagalah batas-batas agama dengan ketulusan sikap wara’.
Semoga Allah memberikan kepada kita taufik untuk setiap kebaikan dengan
Rahmat-Nya.
NASIHAT KE - 24
Memperbanyak Nawafil untuk melengkapi fardhu
Saudara-saudaraku! Apabila orang lain melaksanakan amalan sunnah
dengan berpuasa dan shalat demi untuk mencari pahala, ingat, utamakanlah niatmu
dalam memperbanyak shalat sunnah demi untuk menyempurnakan shalat fardhu,
karena banyak cacatnya. Sebab, cita-cita orang yang berakal dalam seluruh
amalan kebajikannya dan amalan sunnahnya adalah untuk menyempurnakan yag
fardhu.
Telah sampai kepada kami, sesungguhnya di atas Jahannam terdapat
beberapa jembatan. Pada jembatan pertama si hamba akan ditanya, maka jika
imannya bebas dari nifaq, riya, keraguan dan ujub, ia akan selamat. Tetapi,
jika tidak, pasti ia akan terlempar ke neraka. Lalu pada jembatan kedua ia akan
ditanya tentang wudhu, mandi jinabah, tentang shalat dan puasa, maka jika ia
telah menjalankannya dengan sempurna, ia akan selamat dan kalu tidak, ia akan
terlempar ke neraka. Kemudian, pada jembatan ketiga akan ditanya pula tentang
zakat, haji, dan umrah. Maka jika ia telah melaksanakannya dengan sempurna,
selamatlah ia. Kalau tidak, akan terlemparlah ia ke neraka. Semoga
Allah SWT melindungi kita sekalian dari api neraka.
Di antara sahabat ada yang berkata : “Pertama-tama yang
bakal diperhitungkan dari si hamba pada hari kiamat ialah Shalat wajib, maka
jika ia sempurnakan shalatnya, ia akan selamat. Jika tidak. Akan dikatakan
kepadanya ‘Lihat! Apakah ia memiliki amalan sunnah? Maka jika ia mempunyianya,
akan disempurnakan kewajibannya dengan yang sunnah itu, tetapi jika
kewajibannya tidak sempurna sedang ia tidak memiliki amalan yang sunnah, maka
akan ditarik ujung rambut dan ujung kakinya, lalu dilemparkan ke neraka.” Semoga
Allah melindungi kita sekalian dari hal demikian.
Telah sampai kepada kami bahwa Allah STW berfirman : “Tidak
selamat dari-Ku hamba Ku kecuali dengan melaksanakan apa yang telah Aku
wajibkan kepadanya.” Saudara-saudaraku, kini aku yakin bahwa aku dituntut
untuk melaksanakan kewajiban yang belum sempurna, bahkan tidak pula mendekati
kesempurnaan, padahal aku juga menemukan kekurangan dalam amalan sunnahku lebih
berlipat lagi. Maka, sempitlah dadaku sehingga aku khawatir bahwa kewajiban
yang tidak pernah sempurna itu menjadi sia-sia, lalu ditambah pula dengan
amalan sunnah yang ternyata lebih tidak berguna. Nah, bagaimana akan menjadi
baik, pakaian compang-camping yang ditambal dengan tambalan yang buruk. Maka
akupun yakin tentang amalan yang jauh dari kesempurnaan dan aku pun khawatir
bahwa diriku akan terlempar bersama orang-orang yang terlempar. Sehingga
akhirnya terpaksa aku berusaha keras untuk menunaikan segala kewajiban dengan
sesempurna mungkin, namun tetap sangat butuh kepada amalan sunnah untuk
menutupi kekurangan dalam batasan-batasannya. Di sampiing itu, akupun sangat
memerlukan perbuatan-perbuatan kebajikan untuk menutupi keburukan-keburukan ku,
dan hal itu cukup membuatku sibuk dari tujuan mencari pahala melalui amalan
sunnah. Sungguh aku telah banyak sekali mengabaikan batasan-batasan kewajiban.
Maka, renungkanlah urusan kalian, dan jika apa-apa yang telah menimpaku berupa
kelalaian telah menimpa kalian pula meski hanya sebagiannya, perbanyaklah
amalan sunnah untuk menyempurnakan kewajiban tersebut! Sebab, telah sampai
kepada kami bahwa Allah SWT tidak menerima amalan sunnah sebelum kewajiban
(yang fardhu) dilaksanakan. Dan telah sampai kepada kami pula bahwa kekurangan
dalam kewajiban bakal ditutupi bilangannya dengan amalan-amalan sunnah bila
amalan sunnah itu memadai. Demikian pula dengan kekurangan yang terdapat pada
zakat, dapat ditutupi dengan sedekah bila memang sedekah itu memadai, dan
seperti inilah seterusnya seluruh amalan kebajikan yang lainnya.
Adapun orang-orang berakal yang selalu menjunjung tinggi
hukum-hukum Allah, maka jika ia sangat gemar melaksanakan amalan sunnah,
biasanya yang dominan dalam hati dan niatnya adalah melaksanakan kewajiban
terhadap Allah, kemudian ia sempurnakan kekurangannya dengan amal kebajikan
yang banyak tersebut. Tidak hanya memperrbanyak, namun sudah seharusnya
bahwa tujuan dan niatnya adalah untuk menyempurnakan hak-hak Allah SWT dengan
rasa prihatin terhadap kekurangannya. Itulah akal yang paling utama, niat yang
paling baik, dan amalan yang paling tinggi nilainya serta paling berat
bobotnya. Rasulullah saw. Telah mensifati orang-orang seperti itu melalui
sabdanya: “Ingatlah, sesungguhnya orang-orang yang beramal itu,
mereka adalah Ulama Allah, yang memahami Allah dan mengerti tetang-Nya serta
menjalankan kewajiban mereka terhadapt-Nya.” Sampai kepada ucapan Beliau
: “Merekalah orang-orang pilihan Allah di antara makhluk-Nya.” Inilah
pperbedaan keutamaan antara dua orang, yang satu, tujuan dan niatnya adalah
untuk menyempurnakan amal perbuatan demi Junjungannya, tidak peduli akan diberi
pahala atau tidak untuk hal demikian. Sedang yang lain bagaikan orang upahan
jahat yang hanya menuntut upah, padahal sebenarnya ia hanya merusak
pekerjaan-pekerjaan orang yang mengupahnya. Tentu saja orang seperti ini sebenarnya
lebih pantas untuk mendapatkan ssangsi dari upah, karena amemang selamanya ia
hanya meminta upah pada sesuatu yang dapat mendatangkan sangsi. Seorang tokoh
Ilmu Pengetahuan berkata : “Sekelompok orang merasa telah telah mengerjakan
perbuatan-perbuatan taat yang banyak, tetapi ketika berada di hadapan Allah,
mereka mencari-cari pahala dari perbuatan mereka dahulu, namun mereka malah
menemukan bahwa ternyata Allah SWT telah membuat perhitungan dengan mereka
sampai kepada hal kecil seberat atom. Sehingga nampaklah bagi mereka dari Allah
SWT apa yang tidak mereka kira sebelumnya.”
Oleh karena itu, Wahai saudara-saudaraku, jadikanlah tujuan
utamamu dalam memperbanyak amalan sunnah hanya untuk menutupi kekurangan pada
amal perbuatan yang wajib. Karena itulah niat yang paling utama, tujuan yang
paling mulia dan paling cocok dengan kecintaan Allah SWT. Dari titik inilah
sebagian orang dapat mengungguli sebagian yang lain dan mereka saling melebihi
dalam keutamaan. Semoga Allah memberikan Ta
NASIHAT KE – 25
Memperbanyak Kebajikan untuk Menghapus Keburukan
Saudara-saudaraku! Apabila semua orang beramal untuk menggapai
status yang lebih tinggi, janganlah engkau bodoh terhadap urusanmu dan
utamakanlah niat dalam memperbanyak kebajikan untuk emnghapuskan kejahatan
sebagai rasa takut terhadap akibatnya. Seorang tokoh ilmu pengetahuan berkata
: “Orang yang paling berakal di antara manusia ialah yang takut
terhadap dosa-dosanya meskipun sedikit.” Salah seorang sahabat berkata
: “Engkau memohon surga, amat jauhlah itu!Ia mengatakan ini karena
amat khawatir terhadap akibat dosa-dosanya. Sahabat yang lain
berkata :“Aku lebih suka sampai keluar mataku, bila Allah tidak
mengampuniku walau hanya satu dosa saja.”
Itulah perbedaan keutamaan antara dua orang, yang satu merasa
takut dan sungguh-sungguh untuk mendapatkan ridha Allah, sehingga keinginannya
hanyalah untuk keselamatan. Sedangkan yang lain menginginkan martabat dan
keududukan. Sungguh ia telah mengabaikan kewajiban dan berhak mendapatkan
sangsi. Ingat, jadikanlah niat dalam mengerjakan kebaikan adalah untuk
menghapuskan kesalahan-kesalahan, karena hal demikian lebih utama dan lebih
mulia. Semoga Allah memberikan kepada kita sekalian amal perbuatan yang
bermanfaat.
NASIHAT KE - 26
Bersikap Wara’ terhadap Larangan-larangan Allah SWT.
Saudaraku! Apabila orang lain berbuat kebajikan, namun dalam hal
ini mereka timbul tenggelam dalam perbuatan dosa dan sering mencapuradukan
antara amal salih dengan perbuatan yang buruk, seraya berangan-angan bahwa
kejahatan-kejahatan tersebut akan terhapus dengan kebaikan, ingat, hati-hatilah
terhadap Allah SWT, Ikhwanku, bersucilah dari kesalahan dengan melakukan Inabah
(kembali dari dosa-dosa menuju taat) serta menyessali diri karena telah
melakukannya. Sebab, inabah itu lebih jelas pengaruhnya dalam menggapai ridha
Allah. Lebih suci untukmu, dan lebih manjur dalam menghapuskan dosa-dosa
daripada kebaikan yang tercemar dengan keburukan.
Telah sampai kepada kami bahwa seorang tokoh berkata : Dua
orang laki-laki berjumpa di surga, yang satu lebih banyak menjalankan pusa dan
shalat dalam keadaan senantiasa istiqamah dan melakukan inabah kepada Allah
SWT.” Orang-orang berkata : “Bagaimana itu bisa terjadi? Ia menjawab :
“Karena dia adalah yang paling wara’ di antara keduanya terhadap larangan-larangan
Allah.” Inilah perbedaan keutamaan antara dua orang laki-laki tersebut.
Kemudian ada lagi tokoh yang lain berkata : “Barangsiapa
yang ingin menjadi tekun dan sungguh-sungguh, hendaknya berusaha keras menahan
diri dari dosa-dosa.” Wahai kaum, dekatkanlah diri mu kepada Allah SWT
dengan takwa dan dengan menjauhi hal-hal yang haram adalah lebih beruntung di
sisi Allah dan lebih tinggi nilainya daripada orang-orang yang beribadah
sedangkan mereka masih mencampuradukan (antara mal salih dan dosa). Sekalipun
mereka mengerjakan amal-amal salih, tetatpi tidak disertai maraqabah kepada
Nya. Oleh karena itu, jadikanlah keinginan terbesarmu menjadi wara’ terhadap
larangan-larangan Allah SWT dan meninggalkan perselisihan tentang
larangan-larangan Allah SWT dan meninggalkan perselisihan tentangnya, kareena
orang yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di
antara mu, dan Allah pun hanya menerima amal perbuatan orang-orang yang
bertakwa. Semoga Allah menjadikan kita semua seperti demikian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar