Menurut Imam Nawawi Al-Bantani, seorang ahli hikmah pernah ditanya: “Jika ada
seorang hamba bertobat, apakah dia bisa mengetahui bahwa tobatnya itu diterima
atau tidak?“
Dia
menjawab: “Aku tidak bisa memberi hukumnya, hanya saja tobat yang diterima itu
memiliki tanda-tanda, yaitu:
1) Tidak merasa dirinya terpelihara dari kemaksiatan;
2) Hatinya merasa bahwa kegembiraan itu jauh, sedang kesedihan itu dekat;
3) Senang berdekatan dengan orang-orang yang berbuat baik, sekaligus menjauhi orang-orang yang berbuat buruk;
4) Memandang harta miliknya yang sedikit terasa banyak dan memandang amal akhiratnya yang banyak terasa sedikit;
5) Sibuk dengan ketaatan kepada Allah dan tidak menyibukkan diri dalam mengais rezeki yang telah dijamin oleh Allah;
6) Selalu memelihara lisannya, sering bertafakkur, serta mencemaskan dan menyesali dosa yang pernah dikerjakannya.”
1) Tidak merasa dirinya terpelihara dari kemaksiatan;
2) Hatinya merasa bahwa kegembiraan itu jauh, sedang kesedihan itu dekat;
3) Senang berdekatan dengan orang-orang yang berbuat baik, sekaligus menjauhi orang-orang yang berbuat buruk;
4) Memandang harta miliknya yang sedikit terasa banyak dan memandang amal akhiratnya yang banyak terasa sedikit;
5) Sibuk dengan ketaatan kepada Allah dan tidak menyibukkan diri dalam mengais rezeki yang telah dijamin oleh Allah;
6) Selalu memelihara lisannya, sering bertafakkur, serta mencemaskan dan menyesali dosa yang pernah dikerjakannya.”
Berkaitan dengan 6 perkara tersebut, Rasulullah saw. bersabda:
أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللهِ حِفْظُ اللِّسَانِ
“Amal yang paling dicintai oleh Allah adalah menjaga lisan.”
أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللهِ حِفْظُ اللِّسَانِ
“Amal yang paling dicintai oleh Allah adalah menjaga lisan.”
إِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ
ذُنُوْبًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ كَلَامًا فِيْمَا لَا يَعْنِيْهِ
“Sesungguhnya orang yang paling banyak dosanya pada hari Kiamat nanti adalah orang yang paling banyak bicaranya dalam hal yang tiada guna.” (HR. Ibnu Nashr)
“Sesungguhnya orang yang paling banyak dosanya pada hari Kiamat nanti adalah orang yang paling banyak bicaranya dalam hal yang tiada guna.” (HR. Ibnu Nashr)
التَّفَكُّرُ فِى
عَظِمَةِ اللهِ وَجَنَّتِهِ وَنَارِهِ سَاعَةً خَيرٌ مِنْ قِيَامِ لَيْلَةٍ
“Bertafakkur sejenak tentang keagungan Allah serta tentang surga dan neraka-Nya itu lebih baik dari pada shalat malam.”
“Bertafakkur sejenak tentang keagungan Allah serta tentang surga dan neraka-Nya itu lebih baik dari pada shalat malam.”
تَفَكَّرُوْا فِى خَلْقِ
اللهِ وَلَا تَفَكَّرُا فِى ذَاتِ اللهِ فَتَهْلِكُوْا
“Bertafakkurlah kalian tentang ciptaan Allah dan janganlah sekali-kali bertafakkur tentang Dzat Allah, sebab kalian akan celaka.”
“Bertafakkurlah kalian tentang ciptaan Allah dan janganlah sekali-kali bertafakkur tentang Dzat Allah, sebab kalian akan celaka.”
---Imam Nawawi Al-Bantani dalam kitab Nashaihul Ibad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar