Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa ketika Allah SWT menenggelamkan Firaun
dan menyelamatkan Musa, maka Musa berkata, “Ya Allah, tunjukkanlah kepadaku
suatu amalan yang akan saya kerjakan sebagai rasa syukur kepada-Mu, karena
nikmat yang telah Engkau berikan kepadaku.’ Maka, Allah Swt. berfirman, ‘Hai
Musa, katakanlah, ‘‘Lâ ilaha illa allâh.’ Kemudian Nabi Musa a.s. masih belum
merasa puas dengan amalan tersebut dan masih meminta amalan lainnya.
Maka,
Allah Swt. berfirman, ‘Hai Musa, seandainya kamu
meletakkan tujuh langit dan tujuh bumi dalam satu piringan timbangan. Lalu kamu
meletakkan kalimat ‘Lâ ilaha illa allâh’ dalam piringan timbangan lainnya, maka
sungguh piringan timbangan ‘Lâ ilaha illa allâh’ akan lebih berat.’”
Kalimat ‘Lâ ilaha illa allâh’ adalah kunci pembuka
surga. Namun setiap kunci mesti ada gerigi-geriginya, hingga kunci itu bisa
digunakan untuk membuka pintu. Di antara gerigi-gerigi itu adalah bersihnya
lidah orang yang berzikir dari perkataan dusta dan ghibah; sucinya hati orang
yang khusyuk dari rasa dengki; sucinya perut dari makanan yang haram dan
syubhat; serta sucinya anggota tubuh yang sibuk mengabdi kepada Allah dari
perbuatan maksiat.
Seorang sahabat bernama ‘Ubadah ibn al-Shamit r.a.
meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Siapa bersaksi bahwa tidak ada
tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, maka
Allah mengharamkan neraka kepadanya.” (HR Muslim).
Al-Hasan al-Bashri—semoga Allah merahmatinya—meriwayatkan
mengenai firman Allah Swt., “Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan
(pula).” (Q.S. al-Rahmân [55]: 60) Yakni, tidak ada balasan perkataan “Lâ ilaha
illa allâh Muhammad Rasûlullâh,” kecuali surga.
----Disarikan dari kitab Munyah Al-Waizhin Wal Ghunyah
Al-Mutaizhzhi karya Syaikh Al-Anqury
Tidak ada komentar:
Posting Komentar