"Ingatlah, jangan sampai engkau ikut mengatur bersama Allah. Orang yang
ikut mengatur bersama Allah seperti orang yang diutus majikannya ke suatu
daerah untuk membuatkan beberapa baju baginya. Si pelayan itu pun pergi ke
daerah tersebut dan setibanya di sana ia bertanya: 'Di mana aku akan tinggal?
Siapa yang akan kunikahi?' Ia sibuk dengan berbagai urusan itu sehingga
melupakan mengerjakan tugas yang diamanatkan majikannya. Ketika dipanggil pulang, balasan yang akan ia dapat dari majikannya adalah
pemecatan dan murka sang majikan.
Itulah
balasan bagi orang yang sibuk dengan urusannya sendiri sehingga lalai terhadap
hak sang majikan. Wahai mukmin, keadaanmu pun seperti itu. Allah telah
mengirimmu ke dunia ini. Dia memerintahkanmu untuk mengabdi kepada-Nya. Pada
saat yang sama, Dia juga mengatur dan mengurusi semua kebutuhanmu. Tapi, jika
engkau sibuk dengan urusan sendiri sehingga melalaikan hak-hak Tuhan, berarti
engkau telah menyimpang dari garis petunjuk dan meniti jalan kebinasaan.
Orang
yang ikut mengatur bersama Allah dan orang yang menyerahkan urusan kepada Allah
seperti dua pelayan raja. Pelayan pertama sibuk memenuhi perintah raja. Ia
tidak dipalingkan oleh urusan pakaian dan makanan, dan yang ada di benaknya
hanyalah bagaimana mengabdi dengan baik kepada sang majikan. Ia tidak sibuk
dengan urusan dan kepentingan dirinya sendiri.
Sementara,
pelayan kedua banyak disibukkan urusan dan kepentingan dirinya sendiri sehingga
setiap kali dibutuhkan oleh sang majikan, ia malah sibuk mencuci pakaiannya,
berkendara, atau memperbagus pakaiannya.
Tentu
saja pelayan pertama lebih berhak mendapat perhatian sang majikan daripada yang
kedua. Si majikan tidak membeli pelayan itu kecuali agar ia mengabdi kepadanya.
Demikian pula hamba yang cermat dan mendapat taufik. Ia lebih sibuk menunaikan
hak-hak Allah dan menjalankan perintah-Nya ketimbang memperhatikan keinginan
dan tuntutan pribadi.
Dalam
kondisi semacam itu Allah yang akan mengurusi semua kebutuhannya dan akan
memberinya berbagai karunia karena ia jujur dan bertawakal. Ini sesuai dengan firman
Allah: 'Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Dia mencukupinya.' (QS
At-Thalaq 65: 3). Sementara, orang yang lalai tidak seperti itu. Ia akan selalu
sibuk mencari dunia dan berbagai hal yang dapat memenuhi keinginan
nafsunya."
--Syekg
Ibnu Atha'illah dalam kitab Taj Al-'Arus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar