Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan:
"Wahai engkau yang mengabdi dengan tulus kepada Tuhan, tanpa melakukan
kemusyrikan terhadap-Nya, engkau harus mendekati pintu Tuhanmu dan mengambil
posisimu di sebelah-Nya. Engkau tidak boleh mencoba lari manakala datang nasib
yang malang.
Apabila engkau telah mengambil posisimu di pintu-Nya, dan
malapetaka mengancam untuk menyusulmu dari belakangmu, engkau harus berpegang
kuat-kuat pada pintu itu, sebab dengan demikian malapetaka itu akan terusir
darimu oleh kekukuhan tauhidmu dan sifat benarmu yang menggetarkan.
Karena itu, manakala nasib malang mengancam akan menyusulmu,
engkau harus mempraktikkan kesabaran dan ketabahan, sambil membaca firman-Nya:
“Dan Allah mengukuhkan mereka yang beriman dengan ucapan yang kukuh dalam
kehidupan di dunia dan di akhirat (QS Ibrâhîm (14) : 27). “Maka Allah akan
memelihara kamu dari neraka. Dia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui,” (QS
Al-Baqarah (2):137).
Engkau juga harus sering-sering mengucapkan kata-kata (Nabi
Saw.): “Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah Yang Maha Tinggi dan
Maha Agung (lâ hawla wa lâ quwwata illâ billâhil ‘aliyyil ‘azhîm).”
Engkau harus sering-sering memohon ampun (istighfâr), mensucikan
(tasbîh) Tuhan, dan mengingat-Nya dengan ketulusan yang jujur (shidq). Jika
engkau melakukan ini semua, engkau akan aman dari tentara bencana dan bala
tentara diri-diri rendah (nufûs), hawa nafsu (hawâ) dan setan.
Betapa sering aku berusaha membuatmu menyadari, tetapi tetap
saja engkau tidak memahami masalahnya..“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh
Allah, maka sungguh dia adalah orang yang terbimbing lurus (QS Al-A‛râf (7)
:178)
“Barangsiapa dibiarkan sesat oleh Allah, maka sungguh tidak ada pemandu baginya
(QS Al-A‛râf (7):186). “Dan barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka
tidak ada orang yang akan dapat menyesatkannya (QS Al-Zumar (39) : 37).
Nabi kita Muhammad Saw. tetap berharap bahwa mereka yang telah
tersesat bisa menerima petunjuk yang benar, dan beliau sangat menginginkan hal
ini sehingga Allah mewahyukan kepada beliau: “Sesungguhnya engkau tidak bisa
memberi petunjuk kepada orang yang engkau cintai, tetapi Allah-lah yang
membimbing siapa yang dikehendaki-Nya (QS Al-Qashash (28) : 56).
Ketika itulah beliau Saw. berkata: “Aku telah diutus untuk
menawarkan petunjuk, tetapi (penerimaan) petunjuk itu tidak ada kaitannya
denganku. Dan iblis menyediakan godaan, tetapi penyimpangan dari jalan yang
benar tidak ada kaitannya dengan dia.”
Adalah keyakinan yang kuat dari orang-orang yang mengikuti kitab
Allah dan Sunnah Rasul-Nya Saw. bahwa pedang tidaklah memotong karena sifatnya,
tetapi bahwa Allah-lah yang memotong dengannya; bahwa api tidaklah membakar
karena sifatnya, tetapi Allah-lah yang menggunakannya untuk membakar; bahwa
makanan tidaklah menghilangkan rasa lapar dikarenakan sifatnya, tetapi
Allah-lah yang menggunakannya untuk menghilangkan rasa lapar kita; bahwa air
tidaklah menghilangkan rasa haus dikarenakan sifatnya, tetapi Allah-lah yang
menghilangkan rasa haus kita dengannya.
Begitu pula dengan semua sarana material dalam berbagai
bentuknya. Allah adalah yang mengendalikan dan menggunakannya, sementara
sarana-sarana tersebut hanyalah alat di tangan-Nya, yang dengannya Dia
melakukan apa pun yang dikehendaki-Nya.
Ketika Ibrahim a.s., sahabat khusus Allah, dilemparkan ke dalam api besar yang
berkobar-kobar, dan Tuhan tidak menghendaki dia terbakar hangus oleh panasnya,
maka Dia memberlakukan kepadanya keadaan dingin dan damai.
Kita tahu, dari hadis shahih yang telah sampai kepada kita,
bahwa Nabi Saw. pernah mengatakan: “Pada hari kiamat nanti, neraka akan
berkata: “Lewatlah, wahai orang beriman, sebab cahayamu telah memadamkan
kobaran apiku!”
Seorang budak mungkin perlu dipukul dengan tongkat, tetapi anggukan kepala saja
sudahlah cukup untuk mengatakan kepada seorang merdeka apa yang diminta
darinya.”
--Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Jala Al-Khathir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar