Syekh Ibnu Atha'illah dalam kitab Taj al-'Arus mengatakan: "Terdapat empat
perkara yang dapat membantu membeningkan hati:
1) Banyak berdzikir.
2) Banyak diam.
3) Banyak khalwat.
4) Mengurangi makan dan minum."
1) Banyak berdzikir.
2) Banyak diam.
3) Banyak khalwat.
4) Mengurangi makan dan minum."
Menurut Dr. Muhammad Najdat, sebenarnya Syekh Ibnu Atha'illah
mengenalkan kita bagaimana membersihkan dan membeningkan hati.
Pertama, dzikir kepada Allah akan membersihkan hati dari kesesatan dari
kebergantungan kepada selain Dia.
Hati yang biasa dan mudah berdzikir adalah hati yang mengenali
iman, mengenal nikmat ibadah, merasakan manisnya ketaatan, dan memiliki rasa
takut kepada Allah. Hati yang selalu mengingat Allah akan bergetar ketika
mendengar nama-Nya disebut, hati pun semakin lembut dan bersih dari kotoran.
للَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ ٱلْحَدِيثِ كِتَٰبًا مُّتَشَٰبِهًا
مَّثَانِىَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ ٱلَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ
تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَىٰ ذِكْرِ ٱللَّهِ ذَٰلِكَ هُدَى ٱللَّهِ
يَهْدِى بِهِۦ مَن يَشَاءُ وَمَن يُضْلِلِ ٱللَّهُ فَمَا لَهُۥ مِنْ هَادٍ
Allah SWT berfirman,:
"Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur’an yang
serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang gemetar karenanya kulit
orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati
mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia
menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah,
maka tidak ada seorangpun pemberi petunjuk baginya." (QS Az-Zumar (39): 23)
Orang yang berdzikir mengingat Allah dengan lisannya tidak
disebut berdzikir jika hatinya tidak ikut nerdzikir. Hati harus menjadi sumber
dzikur untuk lisan dan bagian tubuh lainnya.
Kedua, memperbanyak diam. Tergelincirnya lisan akibat terlalu
banyak berbicara dapat berakibat buruk bagi dirinya dan orang lain. Diam adalah
emas. Di dalamnya terkandung hikmah yang sangat dalam. Rasulullah bersabda,
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir hendaklah mengatakan yang
baik atau diam."
Imam Syafii r.a. mengatakan:
Mereka bertanya, "Mengapa kau diam saja saat kau dicaci."
Maka kukatakan padanya: "Menjawab adalah kunci pintu keburukan. Sedangkan
diam di depan orang bodoh adalah kemuliaan. Di dalamnya juga terdapat upaya
menjaga kehormatan. Bukankah singa ditakuti meski dalam keadaan diam. Sedangkan
anjing tak diacuhkan, meski terus menggonggong."
Ketiga, memperbanyak khalwat atau menyendiri. Dalam khalwat kita
merenung dan terus berhubungan dengan realitas yang lebih tinggi dan
membersihkan hati dari kotoran dunia. Merasa lemah dan tak berdaya, serta
merasa hanya Allahlah satu-satunya tempat bergantung. Hatinya hanya dipenuhi
tasbih, takbir, tahlil, serta shalawat Nabi.
Keempat, mengurangi makan dan minum atau dengan memperbanyak
puasa sunnah. Dengan begitu kita mematahkan hasrat hawa nafsu, dan melunakkan
hati yang keras. Dengan mengurangi makan dan minum sebenarnya kita belajar
mengendalikan nafsu badani, mengawal emosi, belajar qanaah dan zuhud.
Imam Al-Ghazali rahimahullah menjelaskan bahwa rasa lapar akan
membersihkan hati, membangkitkan tekad, dan menajamkan mata hati. Sebaliknya,
rasa kenyang dapat melahirkan ketumpulan dan membutakan hati, dan mengganggu
pikiran.
Menurut beliau, rasa lapar juga dapat menghaluskan hati dan
menjernihkannya, sebab hanya dengan hati yang dapat meraih nikmatnya ketaatan,
merasakan manfaat dzikir dan nikmatnya bermunajat kepada Allah SWT.
---Disarikan dari Kitab Taj Al-'Arus karya Syekh Ibnu
Atha'illah, dengan syarah Dr. Muhammad Najdat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar