NASEHAT
BIJAK UNTUK HIDUPMU!
Orang
yang mengaku berzuhud adalah yang selalu ingin bebas dari belenggu dunia dan
berharap serta menyiapkan diri untuk pertemuan dengan Allah. Mereka sangat
merindukan pertemuan dengan-Nya, karena cintanya kepada Allah di atas
cinta-cinta yang lain.
Rasulullah
SAW bersabda,“Barangsiapa mencintai perjumpaan dengan Allah, Allah juga
mencintai perjumpaan dengannya, sebaliknya barangsiapa membenci perjumpaan
dengan Allah, Allah juga membenci perjumpaan dengannya.” Kontan ‘Aisyah atau
sebagian isteri beliau berkomentar ‘kami juga cemas terhadap kematian! ‘ Nabi
lantas bersabda: “Bukan begitu maksudnya, namun maksud yang benar, seorang
mukmin jika kematian menjemputnya, ia diberi kabar gembira dengan keridhaan
Allah dan karamah-Nya, sehingga tak ada sesuatu apapun yang lebih ia cintai
daripada apa yang dihadapannya, sehingga ia mencintai berjumpa Allah, dan Allah
pun mencintai berjumpa kepadanya. Sebaliknya orang kafir jika kematian
menjemputnya, ia diberi kabar buruk dengan siksa Allah dan hukuman-Nya,
sehingga tidak ada yang lebih ia cemaskan daripada apa yang di hadapannya, ia
membenci berjumpa Allah, sehingga Allah pun membenci berjumpa dengannya.” (HR.
Al-Bukhari dan Muslim)
Nafsu
dan syahwat tak akan mampu mempengaruhi tujuan hidup seorang zuhud yang
menginginkan perjumpaannya dengan Allah di surga. Orang zuhud selalu menjaga
panca inderanya dari segala yang menghalangi kesaksiannya kepada Allah.
Syahwatnya terarah dan terkendali dengan baik. Sahl bin Sa’ad r.a. meriwayatkan
bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa dapat menjamin bagiku sesuatu yang
berada di antara jenggotnya (mulut) dan di antara kedua kakinya (kemaluan),
maka aku akan menjamin baginya surga.” (HR. Al-Bukhari)
Surga
bagi orang zuhud begitu dekat, sangat dekat. Bahkan, dunia ini, seorang zuhud
mampu merasakan surga. Abdullah bin Mas’ud r.a. menuturkan bahwa Nabi SAW
bersabda: “Surga lebih dekat kepada salah seorang dari kalian daripada tali
sandalnya, neraka juga seperti itu.” (HR. Al-Bukhari). Orang yang zuhud pun
menyadari bahwa neraka sangat dekat dengan mereka yang selalu mengumbar hawa
nafsu dan syahwatnya. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Neraka dikelilingi dengan syahwat (hal-hal yang menyenangkan nafsu), sedang
surga dikelilingi hal-hal yang tidak disenangi (nafsu).” (HR. Al-Bukhari)
Cinta
seorang zuhud kepada Allah begitu besar dan dahsyat. Tak ada cinta dunia yang
tersisa di kalbunya. Nafsunya telah tunduk kepada dirinya. Dia telah berhasil
melumpuhkannya. Dia telah bebas dari belenggu apa pun, demi cinta kepada Allah,
Al-Haqq. Dan, tobatnya benar-benar telah sempurna dan dikabulkan oleh Allah
SWT.
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Sirrul Asrar mengatakan, “Mahabbah (cinta) kepada Allah tidak akan tercapai, kecuali setelah engkau melumpuhkan musuh-musuh-Nya yang ada di dalam wujudmu sendiri.. Seperti halnya, nafsu amarah, lawamah, dan mulhamah, setelah terlumpuhkan maka lantas membersihkan diri dari sifat-sifat bahimiyah (binatang jinak) yang tercela, seperti makan, minum, tidur dan bercanda yang berlebihan. Juga membersihkan hati dari sifat-sifat sabu’iyyah (binatang buas), seperti marah, mencaci, memukul, memaksa. Juga membersihkan diri dari dari sifat syaitaniyah (sifat-sifat setan), seperti sombong, ujub, hasad, dengki, dendam, dan dari sifat-sifat badan dan hati yang tercela lainnya.Jika engkau sudah bersih dari sifat-sifat tercela tadi, berarti engkau sudah bersih dari sumber dosa. Maka engkau termasuk orang-orang suci dan ahli tobat. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah [2]: 222)
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Sirrul Asrar mengatakan, “Mahabbah (cinta) kepada Allah tidak akan tercapai, kecuali setelah engkau melumpuhkan musuh-musuh-Nya yang ada di dalam wujudmu sendiri.. Seperti halnya, nafsu amarah, lawamah, dan mulhamah, setelah terlumpuhkan maka lantas membersihkan diri dari sifat-sifat bahimiyah (binatang jinak) yang tercela, seperti makan, minum, tidur dan bercanda yang berlebihan. Juga membersihkan hati dari sifat-sifat sabu’iyyah (binatang buas), seperti marah, mencaci, memukul, memaksa. Juga membersihkan diri dari dari sifat syaitaniyah (sifat-sifat setan), seperti sombong, ujub, hasad, dengki, dendam, dan dari sifat-sifat badan dan hati yang tercela lainnya.Jika engkau sudah bersih dari sifat-sifat tercela tadi, berarti engkau sudah bersih dari sumber dosa. Maka engkau termasuk orang-orang suci dan ahli tobat. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah [2]: 222)
Semoga
bermanfaat!
5 PESAN YANG GAMPANG-GAMPANG SUSAH
Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa
Rasulullah saw. bersabda, “Siapakah yang ingin mengambil pesan-pesanku untuk
diamalkan atau siapakah yang telah mengetahui dan mengamalkan pesan-pesanku?”
Saya menjawab, “Saya, wahai Rasulullah.”
Lalu beliau menggenggam tanganku dan menghitung sampai lima kali.
Beliau bersabda:
Saya menjawab, “Saya, wahai Rasulullah.”
Lalu beliau menggenggam tanganku dan menghitung sampai lima kali.
Beliau bersabda:
1.
"Jauhilah barang-barang haram, maka kamu akan menjadi orang yang rajin
beribadah;
2.
Terimalah semua pemberian Allah, maka kamu akan menjadi orang yang kaya;
3.
Berbuat baiklah kepada tetanggamu, maka kamu akan menjadi orang yang
terpercaya;
4.
Lakukan perbuatan yang disenangi oleh manusia sebagaimana yang kamu senangi,
maka kamu akan menjadi orang yang selamat;
5.
Dan, janganlah kamu memperbanyak tertawa, karena tertawa itu dapat mematikan
hati.” (HR. At-Tirmidzi)
JARAK
TOBAT &KEJAHATAN
Abu
Sa'id Al-Khudri r.a.meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda, diantara umat sebelum
kalian,ada seorang lelaki yang pernah membunuh 99 orang, lalu ia bertanya
tentang siapakah orang yang paling alim di dunia ini? Maka ia ditunjukkan
kepada seorang rahib. Akhirnya,dia pun pergi untuk menemuinya.
Dia
(pendosa) pun mengadu bahwa dirinya telah membunuh 99 orang; Apakah masih ada
peluang bagi dirinya untuk bertobat?
Sang
rahib lalu menjawab,"Tidak!!!" Maka, mendengar itu,dia segara membunuh sang rahib hingga dia
menyempurnakan orang yang dibunuhnya menjadi 100 orang.
Setelah itu, pendosa pun kembali bertanya tentang siapakah orang paling alim di muka bumi ini? Maka, ditunjukkanlah seorang alim yang kemudian dia kunjungi dan dia bertanya kepada si alim:"Saya telah membunuh 100 orang,masih adakah peluang bagiku untuk bertobat?"
Setelah itu, pendosa pun kembali bertanya tentang siapakah orang paling alim di muka bumi ini? Maka, ditunjukkanlah seorang alim yang kemudian dia kunjungi dan dia bertanya kepada si alim:"Saya telah membunuh 100 orang,masih adakah peluang bagiku untuk bertobat?"
Sang
alim menjawab,"Ya, masih. Siapa yang akan menghalangi antara engkau dan
tobatmu? Pergilah ke suatu tempat
bernama 'ini' dan 'itu';disana ada orang-orang yang selalu beribadah kepada
Allah SWT. Beribadahlah seperti mereka dan jangan kembali ke negeri asalmu, sebab
itu adalah tempat busuk."
Maka
lelaki itu pun pergi mengikuti si alim. Tapi, baru saja ia melewati separuh
perjalanannya, maut menimpanya.
Malaikat
rahmat berselisih dengan malaikat azab tentang siapa yang paling berkuasa untuk
mengurus orang itu. Malaikat rahmat berkata,"Orang ini datang kemari dalam
keadaan tobat,menghadapkan dirinya kepada Allah SWT."
Tapi,
Malaikat azab berpendapat beda,"Orang ini tidak pernah berbuat kebaikan
apa pun!" Maka datanglah malaikat lain yang menyerupakan seperti
manusia.Kedua kelompok malaikat bersepakat menjadikannya sebagai penengah di
antara mereka. Orang itu berkata,"Ukurlah jarak di antara kedua
tempat.Jarak manakah yang lebih dekat,itulah yang menjadi keputusan kita."
Mereka lalu mengukur kedua jarak tersebut, dan mendapati sedikit lebih dekat ke
tempat tujuannya. Akhirnya, si pendosa itu pun dibawa oleh Malaikat rahmat.
Dalam
versi lain disebutkan, ternyata ia sejengkal lebih dekat ke tempat tujuannya. Dalam
riwayat lainnya lagi, maka Allah mewahyukan kepada tanah yang satu, "Menjauhlah!"dan
kepada yang satu lagi,"Mendekatlah!" Kemudian berfirman, "Ukurlah
jarak antara keduanya!"Maka ketika diukur,mereka mendapati sejengkal lebih
dekat ke tempat tujuannya.Karena itu ia diampuni Allah SWT. (H.R. Bukhari dan
Muslim)
Mari
kita memperbanyak kebaikan agar tobat kita diterima Allah SWT.Tuhan selalu
memberi kesempatan dan harapan pada kita,namun sering kali kita mengabaikannya.
FIRMAN TUHAN UNTUK IBLIS
Diriwayatkan bahwa ketika Allah SWT melaknat Iblis, maka ia
meminta tempoh sampai Hari Kiamat.Lalu,Iblis berkata,"Demi
kemuliaan-Mu,aku takkan keluar dari hati anak keturunan Adam selama masih ada
ruh di dalam dirinya." Namun,Allah juga berfirman kepadanya,"Demi
keperkasaan dan keagungan-Ku,takkan Ku-tutup pintu tobat baginya selama masih
ada ruh dalam dirinya."(H.R.Ahmad,Abu Ya'la dan Al-Hakim).
RENUNGAN
SUFI, BISIKAN HATI
‘Abdul
‘Aziz al-Makki berkata, “Siapa yang menghiasi diri dengan hiasan yang fana,
maka hiasan itu akan menjadi bencana baginya, kecuali orang yang menghiasi diri
dengan ketaatan, keserasian, dan mujahadah. Sesungguhnya jiwa itu bersifat
fana, harta-harta adalah aib, dan anak-anak adalah fitnah. Karena itu, siapa
yang gemar mengumpulkannya, menjaganya, dan menggantungkan hatinya dengan semua
itu, ia telah memutuskan semua kebaikan-kebaikan. Hamba Allah yang selalu taat tidaklah lebih utama daripada
orang yang memerangi hawa nafsu, kekurangan harta benda, dan memutuskan
bisikan-bisikan hati. Karena perlombaan dalam kebaikan adalah berupaya untuk
menjauhkan diri dari kejahatan dan kejahatan pertama yang harus disingkirkan
adalah cinta dunia.”
Yahya
ibn Mu‘adz al-Razi berpesan, “Hikmah dari langit akan turun ke dalam hati, yang
di dalamnya tidak bersarang empat hal: bertekuk lutut kepada dunia,
berangan-angan kosong, iri terhadap sesama, dan mencintai orang kaya.” Fudhail
ibn ‘Iyadh mengatakan, “Semua kejahatan ditempatkan dalam satu rumah dan kunci
pembuka kejahatan adalah cinta dunia. Serta kebaikan ditempatkan dalam satu
rumah dan kunci pembuka kebaikan adalah zuhud terhadap dunia.”
Dalam
syair disebutkan:
“Kebaikan
akan kekal sepanjang zaman Dan
kejahatan akan tetap tercela sepanjang waktu.”
SEBENARNYA
KITA PEMBERANI ATAU PEMARAH?
Sahl
ibn Mu‘adz meriwayatkan dari ayahnya bahwa Nabi saw. bersabda, “Siapa yang
menahan marah, padahal ia mampu untuk melampiaskannya, maka Allah akan
memujinya dan membanggakan orang itu di hadapan makhluk-makhluk di hari kiamat.
Hingga akhirnya ia dipersilahkan untuk memilih bidadari yang ingin
dipersuntingnya.” (HR al-Tirmidzi dan Abu Dawud).
Alkisah.
Ketika ‘Umar ibn Abdul ‘Aziz hendak menyadarkan orang yang sedang mabuk, maka
pemabuk itu justru menamparnya. Pemabuk itu
terus menamparnya, lalu beliau kembali ke rumahnya. Seseorang bertanya
kepadanya, “Wahai Amirul Mukminin, apakah karena orang itu telah menamparmu,
lalu engkau meninggalkannya?” Beliau menjawab, “Karena orang itu telah
membuatku marah. Saya khawatir, jika saya menyadarkannya, maka hal itu
didasarkan karena kemarahanku kepadanya dan saya tidak suka memukul orang lain
karena membela diri.”
Lukman
berpesan kepada anaknya, “Wahai anakku, ada tiga hal yang hanya dapat diketahui
dengan tiga hal lainnya. Pertama, seseorang tidak akan diketahui sebagai orang
lemah lembut, kecuali saat menghadapi kemarahan. Kedua, seseorang tidak akan
diketahui sebagai pemberani, kecuali saat berperang. Ketiga, seseorang tidak
akan diketahui sebagai orang yang peduli kepada sesamanya, kecuali saat diminta
bantuan oleh orang lain.”
BENIH-BENIH HARUS DITABUR DAN SIRAM
Siapa yang mempelajari kearifan
tetapi tidak diamalkan dalam kehidupannya, bagaikan seorang petani yang tak
pernah menabur bibit tanaman.
----Syaikh Sa'di.---
Bila Anda tahu tentang kelezatan
berdzikir dan faidah-faidahnya bagi kita, mengapa tak kau sempatkan untuk
sekadar menyebut nama Allah untuk menghangatkan malammu, mengingat dan
mengagungkan nikmat-Nya?Mengapa tak kau tanam pohon-pohon di surga dengan
benih-benih dzikirmu?
Ajaklah hati untuk berdendang dengan
lagu-lagu cinta pada Ilahi agar kelak memanennya hingga berlimpah ruah.Tanaman
jiwa akan tumbuh subur bila kau siram di malam menjelang pagimu.
NASIHAT
ABU HASAN ASY-SYADZILI
Syekh
Abu Hasan Asy-Syadzili memberi nasihat: “Tidak ada dosa yang lebih besar
daripada dua perkara ini: Pertama, senang dunia dan memilih dunia hingga
mengalahkan akhirat. Kedua, ridha menjalani kebodohan dan tidak mau
meningkatkan ilmunya.”
Menurut beliau, kesempitan dan kesusahan pikiran itu disebabkan karena tiga hal: Pertama, karena berbuat dosa dan untuk mengatasinya dengan bertobat dan beristiqhfar. Kedua, karena kehilangan dunia, maka kembalikanlah kepada Allah SWT. Sadarlah bahwa itu bukan kepunyaanmu dan hanya titipan dan akan ditarik kembali oleh Allah. Ketiga, disakiti orang lain, jika dianiaya oleh orang lain maka bersabarlah dan sadarlah bahwa semua itu adalah kehendak Allah SWT untuk mengujimu.”
Jika Allah SWT belum memberi tahu apa sebabnya sempit atau susah, maka tenanglah mengikuti jalannya takdir Ilahi. Seperti masih berada di bawah awan yang sedang melintas berjalan (awan itu berguna dan lama-lama akan hilang dengan sendirinya).
Menurut beliau, kesempitan dan kesusahan pikiran itu disebabkan karena tiga hal: Pertama, karena berbuat dosa dan untuk mengatasinya dengan bertobat dan beristiqhfar. Kedua, karena kehilangan dunia, maka kembalikanlah kepada Allah SWT. Sadarlah bahwa itu bukan kepunyaanmu dan hanya titipan dan akan ditarik kembali oleh Allah. Ketiga, disakiti orang lain, jika dianiaya oleh orang lain maka bersabarlah dan sadarlah bahwa semua itu adalah kehendak Allah SWT untuk mengujimu.”
Jika Allah SWT belum memberi tahu apa sebabnya sempit atau susah, maka tenanglah mengikuti jalannya takdir Ilahi. Seperti masih berada di bawah awan yang sedang melintas berjalan (awan itu berguna dan lama-lama akan hilang dengan sendirinya).
Ada
satu perkara yang barang siapa bisa menjalankan akan bisa menjadi pemimpin,
yaitu berpaling dari dunia dan bertahan diri dari perbuatan dhalimnya ahli
dunia. Setiap kemuliaan yang tidak bersamaan dengan ridha Allah SWT dan tidak
bersamaan dengan rasa senang kepada Allah dan senangnya Allah, maka orang
tersebut terbujuk setan dan menjadi orang yang rusak. Kemuliaan itu tidak
diberikan kepada orang yang mencarinya dan menuruti keinginan nafsunya dan
tidak pula diberikan kepada orang yang badannya digunakan untuk mencari
kemuliaan. Yang diberi kemuliaan hanya orang yang tidak merasa diri dan
amalnya, akan tetapi dia selalu tersibukkan dengan pekerjaan-pekerjaan yang
disenangi Allah dan merasa mendapat anugerah (fadhal) dari Allah semata, tidak
menaruh harapan dari kebiasaan diri dan amalnya.
Semoga bermanfaat!
Semoga bermanfaat!
TOLAK
BALA DENGAN SEDEKAH
Rasulullah
SAW bersabda, “Bentengilah hartamu dengan zakat, obati orang-orang sakit (dari
kalanganmu) dengan bersedekah dan persiapkan doa untuk menghadapi datangnya
bencana. “ (HR. Ath-Thabrani)
Rasulullah SAW bersabda, “Tiap Muslim wajib
bersedekah.”
Lalu para sahabat bertanya, “Bagaimana kalau dia tidak memiliki sesuatu?”
Nabi SAW menjawab, “Bekerja dengan ketrampilan tangannya agar bermanfaat bagi dirinya lalu dia bersedekah.”
Mereka bertanya lagi. Bagaimana kalau dia tidak mampu?”
Nabi menjawab: “Menolong orang yang memerlukan yang sedang teraniaya.”
Mereka bertanya: “Bagaimana kalau dia tidak melakukannya?”
Nabi menjawab: “Menyuruh berbuat ma’ruf.”
Mereka bertanya lagi: “Bagaimana kalau dia tidak melakukannya?”
Nabi SAW pun menjawab, “Mencegah diri dari berbuat kejahatan itulah sodaqoh.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Lalu para sahabat bertanya, “Bagaimana kalau dia tidak memiliki sesuatu?”
Nabi SAW menjawab, “Bekerja dengan ketrampilan tangannya agar bermanfaat bagi dirinya lalu dia bersedekah.”
Mereka bertanya lagi. Bagaimana kalau dia tidak mampu?”
Nabi menjawab: “Menolong orang yang memerlukan yang sedang teraniaya.”
Mereka bertanya: “Bagaimana kalau dia tidak melakukannya?”
Nabi menjawab: “Menyuruh berbuat ma’ruf.”
Mereka bertanya lagi: “Bagaimana kalau dia tidak melakukannya?”
Nabi SAW pun menjawab, “Mencegah diri dari berbuat kejahatan itulah sodaqoh.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah SAW juga bersabda, “Satu dirham memacu dan
mendahului seratus ribu dirham.”
Para sahabat bertanya, “Bagaimana itu terjadi?”
Nabi SAW menjawab, “Seorang memiliki (hanya) dua dirham. Dia mengambil satu dirham dan bersedekah dengannya, dan seorang lagi memiliki harta-benda yang banyak, dia mengambil seratus ribu dirham untuk disedekahkannya. (HR. An-Nasaa’i)
Para sahabat bertanya, “Bagaimana itu terjadi?”
Nabi SAW menjawab, “Seorang memiliki (hanya) dua dirham. Dia mengambil satu dirham dan bersedekah dengannya, dan seorang lagi memiliki harta-benda yang banyak, dia mengambil seratus ribu dirham untuk disedekahkannya. (HR. An-Nasaa’i)
Rasulullah
SAW bersabda, “Barangsiapa diberi Allah harta dan tidak menunaikan zakatnya
kelak pada hari kiamat dia akan dibayang-bayangi dengan seekor ular bermata
satu di tengah dan punya dua lidah yang melilitnya. Ular itu mencengkeram kedua
rahangnya seraya berkata, “Aku hartamu, aku pusaka simpananmu.”
Kemudian Nabi SAW membaca firman Allah surat Ali Imran ayat 180: “Dan janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (HR. Bukhari)
Kemudian Nabi SAW membaca firman Allah surat Ali Imran ayat 180: “Dan janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (HR. Bukhari)
TERBANGKAN
JIWAMU UNTUK MENGHADAPNYA!
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan, “Seorang yang ahli ibadah menuju surga dengan berjalan, sedangkan seorang arif billâh terbang ke Alam Al-Qurbah (Akhirat/ Alam Lahut).
Sebagian
ulama mengatakan:
Hati para ahli makrifat memiliki mata
Mampu melihat apa yang tidak bisa dilihat orang biasa
Memiliki sayap yang bisa terbang tanpa bulu
Mengepak hingga Malakutnya Tuhan Pencipta Alam
Mampu melihat apa yang tidak bisa dilihat orang biasa
Memiliki sayap yang bisa terbang tanpa bulu
Mengepak hingga Malakutnya Tuhan Pencipta Alam
Sosok
yang terbang di hati para ahli makrifat ini pada hakikatnya adalah Al-Insan
Al-Hakiki atau Ruh Al-Qudsi. Dialah kekasih Allah, mahram Allah dan
pengikut-Nya.
Abu Yazid Al-Bustami mengatakan, “Para wali Allah adalah pengantin-pengantinnya Allah. Pengantin-pengantin itu tidak akan bisa dilihat kecuali oleh mahramnya. Mereka mati rasa saat di sisi Allah karena terhalang sisi kemanusiaannya. Tidak ada mampu melihat para pengantin itu, baik di dunia maupun di akhirat, kecuali Allah SWT.”
Sebagaimana firman Allah dalam Hadis Qudsi, “Wali-wali-Ku berada di bawah kubah-kubah-Ku. Tidak ada yang mengetahuinya selain Aku.” Seperti halnya, manusia tidak akan bisa melihat sisi lahir dari seorang pengantin, kecuali hanya keindahan lahiriahnya saja.”
Abu Yazid Al-Bustami mengatakan, “Para wali Allah adalah pengantin-pengantinnya Allah. Pengantin-pengantin itu tidak akan bisa dilihat kecuali oleh mahramnya. Mereka mati rasa saat di sisi Allah karena terhalang sisi kemanusiaannya. Tidak ada mampu melihat para pengantin itu, baik di dunia maupun di akhirat, kecuali Allah SWT.”
Sebagaimana firman Allah dalam Hadis Qudsi, “Wali-wali-Ku berada di bawah kubah-kubah-Ku. Tidak ada yang mengetahuinya selain Aku.” Seperti halnya, manusia tidak akan bisa melihat sisi lahir dari seorang pengantin, kecuali hanya keindahan lahiriahnya saja.”
EMPAT
HAL YANG BAIK DAN LEBIH BAIK
Sebagian Ahli Hikmah mengatkan,"Ada empat perkara yang nilainya baik,namun ada empat perkara lain yang nilainya jauh lebih baik lagi,yakni:
1.Rasa
malu pada kaum lelaki adalah baik,tapi lebih baik lagi jika rasa malu itu ada
pada kaum wanita.
2.Adil
pada setiap orang itu baik,tapi lebih baik lagi jika rasa keadilan itu dimiliki
oleh pemerintah.
3.Tobatnya
kakek-kakek itu baik,tapi yang lebih baik lagi tobatnya kaum muda.
4.Sikap murah hatinya kaum kaya itu baik, tapi lebih baik lagi bermurah hatinya kaum fakir miskin."
4.Sikap murah hatinya kaum kaya itu baik, tapi lebih baik lagi bermurah hatinya kaum fakir miskin."
---Nashaihul
Ibad,Nawawi Al-Bantani
ASSALAMUALAIKA,
YA RASULULLAH
Meskipun
setiap hari mengucapkan salam kepada Rasulullah dalam tahiyat, tetapi rasanya
masih tetap kurang. Karena, kerinduan jiwa kepada Nabi begitu hebat dirasakan
oleh mereka yang ingin mendekat kepada Allah SWT. Bahkan, meskipun bacaan
shalawat dan salam kepada Rasulullah, keluarganya, sahabatnya, dan orang-orang
shaleh diucapkan berulang-ulang dalam jumlah ribuan kali, namun tetap saja tak
memuaskan dahaga dan kerinduan kita untuk mendekat dan mendekat kepada Allah
dan rasul-Nya. Maka wajar, jika tangis kerinduan seorang Muslim di pintu makam
Rasulullah di Madinah menjadi hal yang sangat penting dalam perjalanan batinnya
di dunia ini.
Dahulu
sempat tersebar berita tentang larangan Raja Abdul Aziz Bin Saud yang beraliran
Wahabi kepada siapa saja yang berusaha menziarahi makam Nabi. Berita ini sempat
menggemparkan dunia. Bahkan masih menghantui masyarakat Muslim hingga kini.
Karena Kerajaan Saudi ini berencana menggusur makam Nabi, dengan dalih hal ini
adalah sebuah ibadah yang bid’ah.
Padahal
mengunjungi makam orang-orang saleh diharapkan menjadi sebuah perantara penguat
sinyal terkirimnya doa kepada Allah SWT. Apalagi jika kita mengunjungi dan
berziarah ke makam Rasulullah SAW yang sudah pasti kesalehan dan kedekatannya
dengan Allah SWT. Maka, adalah sebuah keniscayaan bagi Kaum Mukminin untuk
melakukan ziarah dan bertawasshul kepada Rasulullah SAW. Sebagaimana yang
pernah dilakukan oleh sahabat Umar bin Khaththab r.a yang juga pernah
bertawasshul, Umar mengatakan:
عن انس ابن ماك أن عمر
بن الخطاب رضي الله عنه كان إذا قحطوا استسقى بالعبباس بن عبدالمطلب فقال، اللهم
إنا كنا نتوسل اليك بنبينا فتسقينا وإنانتوسل اليك بعم نبينا فاسقنا قال فيسقون
(رواه البخارى(
“Dari
Annas bin Malik ra, beliau berkata, “Apabila terjadi kemarau, sahabat Umar ibn
Khaththab bertawasshul kepada Abbas ibn Abdilmuththalib, kemudian berdoa, “Yaa
Allah, kami pernah berdoa dan bertawasshul kepadaMu dengan Nabi Saw, maka
Engkau turunkan hujan. Dan sekarang kami bertawasshul dengan paman Nabi kami,
maka turunkanlah hujan.” Anas berkata,” Maka turunlah hujan kepada kami ”. (HR.
Bukhari)
Hadis di atas jelas merupakan anjuran dan kebolehan bertawasshul serta memohon kepada Allah SWT dengan menjadikan sesuatu sebagai perantara demi tercapainya suatu keinginan. Hal tersebut telah dicontohkan oleh salah satu sahabat terpenting Rasulullah, Umar bin Khaththab r.a.
Hadis di atas jelas merupakan anjuran dan kebolehan bertawasshul serta memohon kepada Allah SWT dengan menjadikan sesuatu sebagai perantara demi tercapainya suatu keinginan. Hal tersebut telah dicontohkan oleh salah satu sahabat terpenting Rasulullah, Umar bin Khaththab r.a.
Lalu, bagaimana mungkin di zaman ini ada sebagian orang yang berani mengatakan bahwa ibadah seperti ini ziarah kubur bisa dikatakan bid’ah dan tidak berdasar kepada sebuah hukum syariat?
Memang
benar bahwa pada masa awal Islam, ziarah kubur sempat dilarang oleh Rasulullah
SAW. Hal tersebut dimaksudkan agar menjaga akidah mereka yang belum kuat, agar
mereka tidak menjadi musyrik penyembah kuburan. Namun, setelah Islam kuat dan
akidah mereka juga kuat, Rasulullah justru memerintahkan Kaum Muslimin untuk
melakukannya. Rasulullah SAW bersabda:
كنت نهيتكم عن زيارة
القبر فزوروها فإنها تذكّركم الأخرة (رواه احمد ومسلم واصحاب السنن(
“Dahulu
aku melarang menziarahi kubur, adapun sekarang berziarahlah kesana, karena
demikian itu akan mengingatkanmu akan Hari Akhirat.”(HR. Imam Ahmad, Muslim,
dan Ashabus Sunan).
Bagi
yang belum berkesempatan untuk mengunjungi makam Rasulullah SAW, mari
perbanyaklah membaca selawat Nabi agar kita mendapat kesempatan menjadi kekasih
Allah dan rasul-Nya. Ini adalah rahasia bagi para pecinta. Menurut Imam
Al-Qasthalani, “Ketahuilah, tak mungkin mampu mencontoh perbuatan dan akhlak
Nabi kecuali dengan usaha keras, tidak mungkin mau berusaha dengan keras
kecuali sangat cinta kepada Nabi, dan tidak mungkin cinta mati kepada Nabi
kecuali dengan cara memperbanyak bacaan selawat. Sebab, barangsiapa yang suka
pada sesuatu, maka dia akan sering menyebut-nyebutnya.”
Mari
mengingat pula nasehat Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, qaddasallah sirrahu,
mengatakan: “Ketahuilah membaca selawat kepada Nabi Muhammad SAW adalah salah
satu ibadah paling mulia, bentuk ketaatan paling luhur, ibadah yang paling
tinggi nilainya yang diperintahkan Allah SWT kepada kita, sebagai bentuk
penghormatan, pemuliaan dan pengagungan terhadap derajat beliau. Orang yang
membaca selawat dijanjikan akan mendapatkan tempat paling indah di akhirat dan
pahala paling besar.”
Asslamu’alaika, Ya Rasulullah....
Asslamu’alaika, Ya Rasulullah....
MARI BERSIHKAN CERMIN HATI KITA
"Kalbu yang mengenal Allah
seperti cermin milik pengantin wanita yang cantik. Setiap hari ia bersihkan
cermin tersebut dan ia pakai sehingga tetap bening dan mengkilat."
---Syekh Ibnu Atha'illah
---Syekh Ibnu Atha'illah
Bagaimana mungkin hati ini dapat
menampung cahaya Ilahi, jika hati yang kita diselubungi debu. Kita harus terus
membersihkan cermin jiwa setiap saat dan berkaca pada diri sendiri.Dengan
begitu, hati akan tetap terjaga dari noda dan dosa, serta siap menerima pancaran cahaya Ilahi.Mari bercermin setiap saat,
agar kita tahu baik-buruk, indah-jelek, jauh-dekat, sesuai-tak sesuai diri
kita. Semoga bermanfaat!
“Wahai
Tuhan,bersihkanlah dariku seluruh kesalahanku dengan air dari salju dan
hujan,sucikan kesalahan-kesalahan dari hatiku sebagaimana Engkau menyucikan
kotoran dari kain putih,dan bebaskanlah aku dari kesalahan-kesalahan
sebagaimana Engkau telah menghilangkan timur dan barat.” H.R.Bukhari
THE
LAW OF REPETITION
Salik dan Matin kembali berdebat di Sor-Baujan (Pohon
Trembesi), tempat mereka mencari ilmu dan akar hati.
Salik (S): Bosan! Selalu berulang-ulang!
Matin (M): Apanya?
S: Hidup kita ini, dengan segala masalahnya.
M: Apa yang kamu rasakan?
S: Semua masalah yang saya hadapi. Sering kali berulang-ulang terjadi.
M: Ya, apa masalahmu?
S: Setiap hari saya rutin pergi ke kantor. Berulang-ulang saya lakukan. Pagi jam 9 masuk kantor, lalu jam 5 pulang. Setiap akhir bulan, berulang-ulang saya kehabisan uang. Setiap hari saya berulang-ulang makan, berulang-ulang tidur, berulang-ulang mandi, capek deh!
M: Hahahaha...Aku tahu jawabannya.
S: Apa?
M: Mati saja!
S: Kejam benar lo! Maksudnya saya ingin jawaban yang bisa masuk akal dan menenangkan hati.
M: Oh begitu?!
S: Bukan suruh saya mati! Aku juga tahu mati, maka selesai masalah!
M: Hmmm
S: Aku ini masih hidup. Aku mau petunjuk untuk hidup.
M: Ini bagian dari hukum pengulangan yang Allah tetapkan untuk kita. Inilah bagian dari keindahan hidup di dunia. Kita selalu diberi kesempatan untuk mengulang dan mengulang. Meski waktunya tidak terulang, tapi kesempatannya terulang, makna dan hikmahnya yang terulang, kesadarannya digugah berulang-ulang. Ada rahasia Ilahi di balik hukum pengulangan ini.
S: Ohhh.
M: Ini bisa kita sebut sebagai The Law of Repetition (Hukum Pengulangan). Lihat saja mengapa Al-Qur’an mengulang-ulang beberapa kalimat/ayat dalam banyak surat. Ini juga bagian dari tanda dari hukum ini. Misalnya dalam surah Ar-Rahman, kita membaca 31 kali ayat yang berbunyi “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”
S: Betul..betul...betul...
M: Sebenarnya, ayatnya tidak diulang, tapi makna, penegasan, pengkhususan dan konteks artinya diulang agar ia menjadi pembelajaran. Hati manusia itu harus secara berulang-ulang diberi nasihat, teguran dan harapan-harapan. Ini bukan hanya soal keindahan sastra dan bahasa dalam Al-Quran. Secara psikologis, kita memang memerlukan pesan hikmah yang berulang-ulang. Dan, hukum ini pun berlaku bukan hanya pada psikologi, tapi banyak aspek dalam kehidupan dunia.
S: Betul...betul...betul...
M: Nah, kamu juga sudah menggunakan hukum pengulangan secara tidak langsung!
S: Apanya?
M: Kamu kan mengatakan “Betul...betul...betul...” Itu kan pengulangan!
S: Hahahaha.
M: Kamu sekarang menggunakan pengulangan lagi!
S: Apa lagi?
M: Cara tertawamu juga! Untuk tertawa saja kita harus mengulang “Ha....ha...ha.” Itulah hidup. Itulah ketetapan Tuhan melalui semiotika bahasa. Kegembiraan yang diungkap lewat kata, harus memuat unsur yang berulang-ulang. Untuk menegaskan sesuatu, maka harus diulang-ulang. Untuk bisa mendapat cita-cita, kita harus berulang-ulang berusaha, untuk mencapai kesuksesan, kita harus berulang-ulang bekerja. Untuk mencapai kedekatan kepada Allah, kita harus berulang-ulang shalat dan berdzikir.
S: Ya..ya...ya...
Salik (S): Bosan! Selalu berulang-ulang!
Matin (M): Apanya?
S: Hidup kita ini, dengan segala masalahnya.
M: Apa yang kamu rasakan?
S: Semua masalah yang saya hadapi. Sering kali berulang-ulang terjadi.
M: Ya, apa masalahmu?
S: Setiap hari saya rutin pergi ke kantor. Berulang-ulang saya lakukan. Pagi jam 9 masuk kantor, lalu jam 5 pulang. Setiap akhir bulan, berulang-ulang saya kehabisan uang. Setiap hari saya berulang-ulang makan, berulang-ulang tidur, berulang-ulang mandi, capek deh!
M: Hahahaha...Aku tahu jawabannya.
S: Apa?
M: Mati saja!
S: Kejam benar lo! Maksudnya saya ingin jawaban yang bisa masuk akal dan menenangkan hati.
M: Oh begitu?!
S: Bukan suruh saya mati! Aku juga tahu mati, maka selesai masalah!
M: Hmmm
S: Aku ini masih hidup. Aku mau petunjuk untuk hidup.
M: Ini bagian dari hukum pengulangan yang Allah tetapkan untuk kita. Inilah bagian dari keindahan hidup di dunia. Kita selalu diberi kesempatan untuk mengulang dan mengulang. Meski waktunya tidak terulang, tapi kesempatannya terulang, makna dan hikmahnya yang terulang, kesadarannya digugah berulang-ulang. Ada rahasia Ilahi di balik hukum pengulangan ini.
S: Ohhh.
M: Ini bisa kita sebut sebagai The Law of Repetition (Hukum Pengulangan). Lihat saja mengapa Al-Qur’an mengulang-ulang beberapa kalimat/ayat dalam banyak surat. Ini juga bagian dari tanda dari hukum ini. Misalnya dalam surah Ar-Rahman, kita membaca 31 kali ayat yang berbunyi “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”
S: Betul..betul...betul...
M: Sebenarnya, ayatnya tidak diulang, tapi makna, penegasan, pengkhususan dan konteks artinya diulang agar ia menjadi pembelajaran. Hati manusia itu harus secara berulang-ulang diberi nasihat, teguran dan harapan-harapan. Ini bukan hanya soal keindahan sastra dan bahasa dalam Al-Quran. Secara psikologis, kita memang memerlukan pesan hikmah yang berulang-ulang. Dan, hukum ini pun berlaku bukan hanya pada psikologi, tapi banyak aspek dalam kehidupan dunia.
S: Betul...betul...betul...
M: Nah, kamu juga sudah menggunakan hukum pengulangan secara tidak langsung!
S: Apanya?
M: Kamu kan mengatakan “Betul...betul...betul...” Itu kan pengulangan!
S: Hahahaha.
M: Kamu sekarang menggunakan pengulangan lagi!
S: Apa lagi?
M: Cara tertawamu juga! Untuk tertawa saja kita harus mengulang “Ha....ha...ha.” Itulah hidup. Itulah ketetapan Tuhan melalui semiotika bahasa. Kegembiraan yang diungkap lewat kata, harus memuat unsur yang berulang-ulang. Untuk menegaskan sesuatu, maka harus diulang-ulang. Untuk bisa mendapat cita-cita, kita harus berulang-ulang berusaha, untuk mencapai kesuksesan, kita harus berulang-ulang bekerja. Untuk mencapai kedekatan kepada Allah, kita harus berulang-ulang shalat dan berdzikir.
S: Ya..ya...ya...
Semoga bermanfaat!
RAHASIA
SHALAT BAGI SEORANG HAMBA
“Shalat
adalah media untuk bermunajat dan sumber penyucian. Luas di dalamnya medan
rahasia Allah, dan terbit darinya kilau cahaya-Nya. Allah mengetahui adanya
kelemahanmu, sehingga Dia menyederhanakan bilangan shalat. Allah juga
mengetahui kebutuhanmu pada anugerah-Nya, sehingga Dia melipatgandakan
pahalanya.”
---Syekh Ibnu Atha’illah dalam Al-Hikam
---Syekh Ibnu Atha’illah dalam Al-Hikam
Sahabatku,
seorang hamba yang tekun, khusyuk dan istiqmah dalam menjalankan shalatnya,
maka shalatnya akan menjadi media untuk
berkomunikasi dan berdialog dengan Rabb-nya. Shalatnya akan menghantarkan
kepada pencerahan batin dan cahaya pengetahuan dari hal-hal gaib. Meskipun
jumlah bilangan rakaat dan waktu shalatnya sedikit, pendek dan telah ditetapkan
bilangannya, namun khasiatnya sangat dahsyat. Shalat dapat menyembuhkan dan
menghidupkan kalbu bagi yang melaksanakannya. Begitu juga balasan yang
diberikan untuknya, Allah telah melipatgandakan pahala bagi mereka yang
melaksanakan shalat sesuai dengan sunah Rasul-Nya. Pikir-pikirkanlah,
renung-renungkanlah
MERASAKAN
KEHADIRAN ALLAH
Salik dan Matin setiap hari sibuk beribadah. Shalat
dan dzikir selalu menghiasi kesadaran ruhani mereka. Ketika bekerja, mengajar,
belajar, beristirahat, dan dalam keadaan apapun mereka selalu berdzikir.
Keduanya juga selalu sibuk dengan amalan sunah di malam hari. Namun, karena
rasa ingin tahu yang besar, Salik mendatangi Matin di Sor Baujan ( di bawah
Pohon Trembesi) seperti biasa.
Salik (S): Bro, saya bingung dengan perasaan saya?
Matin (M): Hahaha. Galau?! Kayak ABG saja?
S: Saya serius...Saya sedang galau.
M: Galau kenapa? Putus cinta? Nggak punya uang?
S: Bukan itu! Tapi, bingung, sebenarnya bagaimana merasakan kehadiran Allah dalam diri?
M: Memang kamu belum pernah merasakan?
S: Saya khawatir, saya hanya GR doang...Takut hanya perasaan saya saja.
M: Hahaha...Itu lebih baik. Daripada nggak GR sama sekali.
S: Apa perasaan hati ini benar? Apa getar hati dan pikiran saya saat dzikir atau shalat itu sudah benar?
M: Memang apa yang kau rasakan, Sobat?
S: Selama ini saya sudah ikut tarekat. Sering dzikir jahr dan khafi. Saya jalani saja sesuai perintah guru. Saya merasakan kedamaian dan ketentraman. Ibadah saya semakin rajin. Tapi, akhir-akhir ini, saya sering merasakan sesuatu saat dzikir “Allah..Allah” dalam hati.
M: Wah...itu sudah bagus Bro. Coba ceritakan apa yang kamu rasakan?
S: Selama ini, saya sering berdzikir dalam hati setiap kali mengiringi keluar-masuknya nafas. Saya selalu membarengi nafas dengan menyebut “Allah...Allah,” ketika duduk, berdiri, berjalan, bekerja, pokoknya setiap saat.
M: Itu sudah benar, apa masalahmu?
S: Tiba-tiba saya merasakan ada sesuatu yang lain dalam diri saya. Saya seolah merasakan kehadiran Allah dalam diri ini, ada sesuatu kekuatan di luar diri saya yang mengendalikan. Diri saya ini seolah tidak ada, hilang begitu saja. Tubuh ini bergerak, bicara dan diam karena ada kekuatan lain yang menggerakkan. Saya bingung, ini perasaan apa? Saya berusaha mengelakkan perasaan ini dan segera menghentikan dzikir.
M: Hmmmm. Memang ada sesuatu selain Allah, yang tidak dikendalikan oleh Allah? Memang ada, segala sesuatu yang terjadi tanpa kehendak-Nya? Kamu sebenarnya sedang belajar tentang hakikat dirimu.
S: Maksudmu? Dzikir saya sudah benar? Sesuai ajaran Islam? Sudah ada yang mencontohkan?
M: Benar! Itu dzikir yang biasa diajarkan di sejumlah tarekat.
S: Maaf, selama ini saya jarang baca buku. Untuk mendengarkan nasihat guru sufi kadang malas-malasan. Masuk telinga kanan, keluar telinga kiri.
M: Hmmm. Buktinya, kamu mengikutinya.
S: Mengikuti apa?
M: Dzikirmu itu dalam tarekat Naqsyabandi disebut Huwasy Dardam.
S: Huwasy Dardam? Apa itu?
M: Saya tidak tahu, ini bahasa Persia atau India atau Eropa Timur. Ini istilah dalam tarekat Naqsyabandi untuk menyebut dzikir dalam tarikan nafas. Uwais Al-Qarni pun melakukan itu. Abu Bakar As-Siddiq pun melakukan hal itu.
S: Lalu, perasaan saya itu bagaimana?
M: Benar. Kamu berarti telah melakukan pemeliharaan dzikir dengan keluar masuknya nafas, agar kalbumu tidak lupa kepada Allah SWT atau tetap merasakan kehadiran Allah pada waktu masuk dan keluarnya nafas. Ketika kau menarikkan dan menghembuskan nafas, hendaklah selalu ingat atau hadir bersama Allah di dalam kalbumu. Hanya ingat kepada Allah, ini adalah jalan untuk memudahkan dekat kepada Allah SWT.
S: Apakah perasaan saya bukan halusinasi?
M: Bukan! Itu bukan halusinasi!
S: Lalu, apa namanya?
M: Itu nyata Bro! Dzikir itu untuk mencapai kesadaran akan kehadiran Allah dalam diri. Dengan kesadaran akalmu, kau harus yakin seyakinnya bahwa Allah meliputi semua makhluk-Nya, lebih dekat dari urat nadimu. Dzikir itu untuk mencapai kesadaran itu, baik dalam gerak, diam, sendiri atau dalam keadaan banyak orang. Nah, kamu sudah merasakannya. Jaga itu sebagai kesadaran batinmu! Kesadaran akal dan pikiranmu!
S: Tapi, bagaimana agar saya merasakannya setiap saat?
M: Dzikir itu untuk menghidupkan kesadaran. Kalau kau mabuk, tidak ingat apa-apa itu justru masalah!
S: Iya, tapi bagaimana?
M: Ini salah satu tahapan yang harus dilalui bagi salik. Kesadaran batinmu itu harus tetap dijaga hingga membuahkan akhlakul karimah. Dalam setiap keadaan, jiwamu harus terus terikat, tersambung dengan-Nya; merasakan kehadiran Allah dalam diri. Hingga semua prilaku, pikiran dan perasaan tetap ditujukan kepada Allah. Lalu, menghasilkan amal shaleh. Bukan hanya GR, lalu asyik dengan fenomena gaib tapi tidak berimplikasi pada akhlak.
S: Ohhhh.
M: Jika kau hanya terjebak pada fenomena gaib saja, tetapi menghilangkan kesadaranmu sebagai hamba, lupa amanah sebagai khalifah di dunia, lupa tugas dan kewajiban sebagai suami, ayah, dan pemimpin umat, maka itu bermasalah! Berarti fenomena dzikirmu hanya menjadi halusinasi semata. Dzikir itu untuk mencapai kesadaran Ilahi dalam kehidupan.
S: Hmmmm. Terima kasih sobat!
Salik (S): Bro, saya bingung dengan perasaan saya?
Matin (M): Hahaha. Galau?! Kayak ABG saja?
S: Saya serius...Saya sedang galau.
M: Galau kenapa? Putus cinta? Nggak punya uang?
S: Bukan itu! Tapi, bingung, sebenarnya bagaimana merasakan kehadiran Allah dalam diri?
M: Memang kamu belum pernah merasakan?
S: Saya khawatir, saya hanya GR doang...Takut hanya perasaan saya saja.
M: Hahaha...Itu lebih baik. Daripada nggak GR sama sekali.
S: Apa perasaan hati ini benar? Apa getar hati dan pikiran saya saat dzikir atau shalat itu sudah benar?
M: Memang apa yang kau rasakan, Sobat?
S: Selama ini saya sudah ikut tarekat. Sering dzikir jahr dan khafi. Saya jalani saja sesuai perintah guru. Saya merasakan kedamaian dan ketentraman. Ibadah saya semakin rajin. Tapi, akhir-akhir ini, saya sering merasakan sesuatu saat dzikir “Allah..Allah” dalam hati.
M: Wah...itu sudah bagus Bro. Coba ceritakan apa yang kamu rasakan?
S: Selama ini, saya sering berdzikir dalam hati setiap kali mengiringi keluar-masuknya nafas. Saya selalu membarengi nafas dengan menyebut “Allah...Allah,” ketika duduk, berdiri, berjalan, bekerja, pokoknya setiap saat.
M: Itu sudah benar, apa masalahmu?
S: Tiba-tiba saya merasakan ada sesuatu yang lain dalam diri saya. Saya seolah merasakan kehadiran Allah dalam diri ini, ada sesuatu kekuatan di luar diri saya yang mengendalikan. Diri saya ini seolah tidak ada, hilang begitu saja. Tubuh ini bergerak, bicara dan diam karena ada kekuatan lain yang menggerakkan. Saya bingung, ini perasaan apa? Saya berusaha mengelakkan perasaan ini dan segera menghentikan dzikir.
M: Hmmmm. Memang ada sesuatu selain Allah, yang tidak dikendalikan oleh Allah? Memang ada, segala sesuatu yang terjadi tanpa kehendak-Nya? Kamu sebenarnya sedang belajar tentang hakikat dirimu.
S: Maksudmu? Dzikir saya sudah benar? Sesuai ajaran Islam? Sudah ada yang mencontohkan?
M: Benar! Itu dzikir yang biasa diajarkan di sejumlah tarekat.
S: Maaf, selama ini saya jarang baca buku. Untuk mendengarkan nasihat guru sufi kadang malas-malasan. Masuk telinga kanan, keluar telinga kiri.
M: Hmmm. Buktinya, kamu mengikutinya.
S: Mengikuti apa?
M: Dzikirmu itu dalam tarekat Naqsyabandi disebut Huwasy Dardam.
S: Huwasy Dardam? Apa itu?
M: Saya tidak tahu, ini bahasa Persia atau India atau Eropa Timur. Ini istilah dalam tarekat Naqsyabandi untuk menyebut dzikir dalam tarikan nafas. Uwais Al-Qarni pun melakukan itu. Abu Bakar As-Siddiq pun melakukan hal itu.
S: Lalu, perasaan saya itu bagaimana?
M: Benar. Kamu berarti telah melakukan pemeliharaan dzikir dengan keluar masuknya nafas, agar kalbumu tidak lupa kepada Allah SWT atau tetap merasakan kehadiran Allah pada waktu masuk dan keluarnya nafas. Ketika kau menarikkan dan menghembuskan nafas, hendaklah selalu ingat atau hadir bersama Allah di dalam kalbumu. Hanya ingat kepada Allah, ini adalah jalan untuk memudahkan dekat kepada Allah SWT.
S: Apakah perasaan saya bukan halusinasi?
M: Bukan! Itu bukan halusinasi!
S: Lalu, apa namanya?
M: Itu nyata Bro! Dzikir itu untuk mencapai kesadaran akan kehadiran Allah dalam diri. Dengan kesadaran akalmu, kau harus yakin seyakinnya bahwa Allah meliputi semua makhluk-Nya, lebih dekat dari urat nadimu. Dzikir itu untuk mencapai kesadaran itu, baik dalam gerak, diam, sendiri atau dalam keadaan banyak orang. Nah, kamu sudah merasakannya. Jaga itu sebagai kesadaran batinmu! Kesadaran akal dan pikiranmu!
S: Tapi, bagaimana agar saya merasakannya setiap saat?
M: Dzikir itu untuk menghidupkan kesadaran. Kalau kau mabuk, tidak ingat apa-apa itu justru masalah!
S: Iya, tapi bagaimana?
M: Ini salah satu tahapan yang harus dilalui bagi salik. Kesadaran batinmu itu harus tetap dijaga hingga membuahkan akhlakul karimah. Dalam setiap keadaan, jiwamu harus terus terikat, tersambung dengan-Nya; merasakan kehadiran Allah dalam diri. Hingga semua prilaku, pikiran dan perasaan tetap ditujukan kepada Allah. Lalu, menghasilkan amal shaleh. Bukan hanya GR, lalu asyik dengan fenomena gaib tapi tidak berimplikasi pada akhlak.
S: Ohhhh.
M: Jika kau hanya terjebak pada fenomena gaib saja, tetapi menghilangkan kesadaranmu sebagai hamba, lupa amanah sebagai khalifah di dunia, lupa tugas dan kewajiban sebagai suami, ayah, dan pemimpin umat, maka itu bermasalah! Berarti fenomena dzikirmu hanya menjadi halusinasi semata. Dzikir itu untuk mencapai kesadaran Ilahi dalam kehidupan.
S: Hmmmm. Terima kasih sobat!
Semoga bermanfaat!
SHALAT TAHAJUD, YUK!!!
Mari kita manfaatkan waktu ini untuk shalat malam. Selagi
masih ada kesempatan dan kesehatan. Selagi yang lain masih tertidur pulas.
Jadikan ini sebagai waktu khusus, yang sangat rahasia, sangat pribadi, antara
kita dan Tuhan.
Allah SWT berfirman, “Pada malam hari, hendaklah engkau
shalat Tahajud sebagai tambahan bagimu. Semoga Tuhan mengangkat engkau ke
tempat yang terpuji.”
(QS Al-Isra’ : 79)
(QS Al-Isra’ : 79)
Sahabat Abdullah bin Salam meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda: “Hai sekalian manusia, sebarluaskanlah salam dan
berikanlah makanan serta shalat malamlah di waktu manusia sedang tidur, supaya
kamu masuk surga dengan selamat.”(HR Tirmidzi)
Rasulullah SAW juga bersabda: “Sesungguhnya pada waktu malam ada satu saat (waktu), yang seandainya seorang Muslim meminta suatu kebaikan di dunia maupun di akhirat kepada Allah SWT, niscaya Allah akan memberinya. Dan, itu berlaku setiap malam.” (HR Muslim)
Rasulullah SAW juga bersabda: “Sesungguhnya pada waktu malam ada satu saat (waktu), yang seandainya seorang Muslim meminta suatu kebaikan di dunia maupun di akhirat kepada Allah SWT, niscaya Allah akan memberinya. Dan, itu berlaku setiap malam.” (HR Muslim)
Nabi SAW juga bersabda: “Pada tiap
malam Rabb kami Tabaraka wa Ta’ala turun (ke langit dunia) ketika tinggal
sepertiga malam yang akhir. Dia berfirman: “Barang siapa yang menyeru-Ku, akan
Aku perkenankan seruannya. Barang siapa yang meminta kepada-Ku, Aku perkenankan
permintaanya. Dan, barang siapa meminta ampunan kepada-Ku, Aku ampuni dia.” (
HR Bukhari dan Muslim)
SETIAP
LANGKAHMU ADALAH MENUJU KUBUR
“Wahai
orang yang terpenjara di dalam penjara hawa nafsu. Wahai hamba makhluk! Wahai
orang yang tidak mengetahui akibat urusannya, orang-orang yang tidak mengetahui
tentang makhluk dan Allah, serta tak tahu apa yang menjadi hak dan kewajibannya.
Jika engkau tidak berakal, maka jadilah orang yang berakal dengan mengingat
kematian. Karena, mengingatnya merupakan kunci segala kebaikan dan keselamatan.
Jika
engkau mengingat mati, maka hal-hal yang tidak berguna akan terputus darimu. Jika ketamakanmu
melemah dan cita-citamu berkurang, engkau akan kembali dan menyerahkan
urusan-urusanmu seluruhnya kepada Allah Azza wa Jalla.
Wahai anak muda! Tidak ada keberuntungan bagimu hingga engkau mengetahui nikmat-nikmat-Nya, dan nikmat-nikmat-Nya itu menenggelamkanmu dalam tauhid, kemudian engkau fana dalam tauhid itu dari memandang kepada selain-Nya. Maka, bagaimana Allah akan mencintai orang yang mengeluhkan-Nya, membantah dan melawan-Nya?
Wahai anak muda! Tidak ada keberuntungan bagimu hingga engkau mengetahui nikmat-nikmat-Nya, dan nikmat-nikmat-Nya itu menenggelamkanmu dalam tauhid, kemudian engkau fana dalam tauhid itu dari memandang kepada selain-Nya. Maka, bagaimana Allah akan mencintai orang yang mengeluhkan-Nya, membantah dan melawan-Nya?
Cinta,
kerinduan dan kedekatan kepada-Nya itu tidak akan teguh bersama hal ini. Jika
cinta itu benar, maka tidak ada rasa sakit ketika takdir itu datang. Jika cinta
itu berkuasa, akan hilang penentangan dan tuduhan. Setiap langkahmu adalah
menuju kuburan. Engkau sedang melakukan perjalanan ke alam kubur!”
TOK...TOK...TOK...ASSALAMUALAIKUM
Sahabatku, jika kesendirianmu membuat sedih, gelisah, dan galau, mintalah kepada Allah untuk menemanimu. Karena, Dialah sebaik-baik "teman" dan Sang Pemberi harapan. Mintalah curahan kasih sayang Allah agar menyinari kalbu, hingga dirimu menjadi tentram dan damai. Hanya kamu dan Dia. Sebutlah nama-Nya, dekatilah dan rasakanlah kehadiran-Nya. Buatlah ia menjadi hubungan yang sangat personal, khas, intim, dan engkau benar-benar membutuhkan-Nya.
Lalu, dirikanlah shalat tahajud dan
berdoalah: “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu curahan kasih dari sisi-Mu, yang
menjadikan hatiku mendapat petunjuk, terkumpul segala yang tercerai berai,
tertolak dari segala fitnah atas diriku dan bertambah baik urusan agamaku,
terpelihara segala sesuatu yang jauh dariku dan terangkat apa yang dekat
denganku, disucikan segala perbuatanku dan dicerahkan wajahku, diberi ilham
menuju petunjuk, dan terpelihara diriku dari segala keburukan.” (HR
al-Thabrani).
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِكَ تَهْدِيْ بِهَا قَلْبِيْ ، وَتَجْمَعُ بِهَا شَمْلِيْ ، وَتَرُدُّ بِهَا الْفِتَنَ عَنِّيْ ، وَتُصْلِحُ بِهَا دِيْنِيْ ، وَتَحْفَظُ بِهَا غَائِبِيْ ، وَتَرْفَعُ بِهَا شَاهِدِيْ ، وَتُزَكِّيْ بِهَا عَمَلِيْ ، وَتُبَيِّضُ بِهَا وَجْهِيْ ، وَتُلْهِمُنِيْ بِهَا رُشْدِيْ ، وَتَعْصِمُنِيْ بِهَا مِنْ كُلِّ سُوْءٍ
TAHAN!!!
JANGAN MARAH, SAHABATKU
Menahan
amarah yang membara di hati itu justru menunjukkan sikap keberanian dan
kematangan jiwa. Seorang yang dianggap hebat dan berani justru pada saat dia
mampu menahan rasa marahnya.
Rasulullah
SAW bersabda, "Tidak ada sesuatu yang ditelan seorang hamba yang lebih
afdhal di sisi Allah daripada menelan (menahan) amarah yang ditelannya karena
keridhaan Allah Ta'ala." (HR. Ahmad)
Seorang
sahabat berkata kepada Nabi SAW, "Ya Rasulullah, berpesanlah kepadaku." Nabi SAW pun berpesan, "Jangan
suka marah (emosi)." Sahabat itu bertanya berulang-ulang dan Nabi Saw
tetap berulang kali berpesan, "Jangan suka mara!." (HR. Bukhari)
Diam dan menahan kemarahanmu justru lebih baik. Diam itu emas. Tak selamanya masalah bisa diselesaikan dengan bicara. Rasul juga bersabda, " Barangsiapa banyak diam maka dia akan selamat. (HR. Ahmad)
Diam dan menahan kemarahanmu justru lebih baik. Diam itu emas. Tak selamanya masalah bisa diselesaikan dengan bicara. Rasul juga bersabda, " Barangsiapa banyak diam maka dia akan selamat. (HR. Ahmad)
Mari
kita menjaga hati dan lisan kita dari hal-hal yang terkecil. Jangan terlalu
tergesa-gesa memvonis seseorang bersalah, jangan tergesa-gesa mengambil
kesimpulan bahwa orang lain itu menghina dan mengecewakan diri kita. Mari kita
berkaca pada diri sendiri, jangan-jangan ini adalah kesalahan kita.
Rasulullah
SAW bersabda, "Bukan akhlak seorang Mukmin berbicara dengan lidah yang
tidak sesuai kandungan hatinya. Ketenangan (sabar dan berhati-hati) adalah dari
Allah dan tergesa-gesa (terburu-buru) adalah dari setan. (HR. Asysyihaab)
Semoga
bermanfaat!
PANTANGAN
PENGHUNI LANGIT
‘Ali ibn Abu Thalib r.a. mengatakan, “Orang yang memiliki sifat dengki, tidak akan bisa beristirahat dengan tenang.”
Ahli
hikmah juga mengatakan, “Berhati-hatilah kalian dengan sikap dengki. Karena
kedengkian adalah faktor utama yang menyebabkan munculnya kemaksiatan kepada
Allah di kerajaan langit dan dosa pertama yang terjadi di muka bumi. Adapun
kemaksiatan pertama yang terjadi di kerajaan langit adalah kasus pembangkangan
Iblis yang diperintahkan untuk sujud kepada Adam. Iblis berkilah, “Saya lebih
baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari
tanah.”( Q.S. al-A‘râf [7]: 12)
Dengan
sikap ini, Iblis telah merasa iri hati, sehingga ia patut mendapatkan laknat
Allah Swt. Adapun dosa pertama yang terjadi di muka bumi adalah pembunuhan yang
dilakukan oleh Qabil ibn Adam terhadap saudaranya, Habil, yang didasari oleh
rasa dengki. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah, “Ceriterakanlah kepada
mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) dengan sebenarnya, ketika
keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka
berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil),
‘Aku pasti membunuhmu!’ Berkata Habil, ‘Sesungguhnya Allah hanya menerima
(korban) dari orang-orang yang bertakwa.’”( Q.S. al-Mâidah [5]: 27)
Muhammad
ibn Sirin menegaskan, “Saya tidak pernah merasa dengki terhadap siapa pun atas
sesuatu yang bersifat keduniaan. Jika orang itu termasuk calon penduduk surga,
maka tidak ada alasan bagiku untuk bersikap dengki kepadanya, karena ia pasti
akan masuk ke surga. Sedangkan jika orang itu termasuk calon penghuni neraka,
maka tidak ada alasan bagiku untuk bersikap dengki kepadanya, karena ia pasti
akan kembali ke neraka.”
Seorang
dengki yang bergabung di dalam satu majelis ilmu, ia hanya akan mendapatkan
penghinaan dan kehinaan. Ia tidak akan mendapatkan naungan dari para malaikat,
kecuali laknat dan kebencian. Juga akan dianggap sebagai orang yang memalukan
dan memberatkan. Ia akan merasakan panasnya terpanggang di dalam api neraka. Di
setiap kesepian, ia hanya akan merasakan kebutaan dan akan merasakan sekarat
mati yang memilukan dan menyakitkan.
Abu
Hurairah r.a. menuturkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Waspadalah kalian
dari sifat dengki. Karena sifat dengki dapat menghapuskan pahala
kebaikan-kebaikan, sebagaimana api dapat menghabiskan kayu bakar.” (HR Abu
Dawud dan al-Tirmidzi).
9
JURUS SABAR DARI RASULULLAH
Jiwa kita memerlukan asupan nutrisi dan gizi yang baik. Kita harus selalu diberi nasihat berulang-ulang agar membekas di dalam kalbu. Apalagi nasihat tentang kesabaran, tentu akan sangat diperlukan untuk menguatkan jiwa agar tetap teguh, kokoh dan semangat.
Dalam
kitab Riyadhus Shalihin, Imam An-Nawawi mencantumkan 29 hadis yang memuat
tentang kesabaran. Ilmu sabar yang diajarkan oleh Rasulullah SAW begitu banyak,
baik yang dicontohkan melalui perkataan, perbuatan ataupun keputusan-keputusan
beliau. Kita juga menjumpai 103 kali kata “sabar” disebut Allah dalam
Al-Qur’an, baik berbentuk isim maupun fi’ilnya. Sabar merupakan bagian dari
maqam tasawuf yang harus diamalkan bagi seorang salik. Hanya kekasih-kekasih
Allah-lah yang memiliki sifat sabar dalam dirinya.
1.
Tangkaplah cahaya Ilahi dengan kesabaran. Kesabaran bagi diri manusia merupakan
“dhiya’ ” (cahaya yang amat terang). Karena dengan kesabaran inilah, seseorang
akan mampu menyingkap kegelapan hidup di dunia. Rasulullah mengungkapkan, “…dan
kesabaran merupakan cahaya yang terang…” (HR. Muslim) .
2.
Melatih kesabaran dalam jiwa secara terus menerus sehingga menjadi kebiasaan.
Dan, yakinlah bahwa Allah selalu bersamamu! Rasulullah pernah menggambarkan:
“…barang siapa yang mensabar-sabarkan diri (berusaha untuk sabar), maka Allah
akan menjadikannya seorang yang sabar…” (HR. Bukhari). Allah SWT berfirman,“Dan
bersabarlah kamu, karena sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang
sabar.” (QS Al-Anfal: 46)
3.
Mintalah kepada Allah agar Dia memberi kesabaran. Kesabaran merupakan anugerah
Allah yang paling baik. Jadi, engkau harus meminta kepada-Nya. Tanpa
anugerah-Nya, engkau tak pernah bisa bersabar dalam arti yang sesungguhnya.
Rasulullah bersabda, “…dan tidaklah seseorang itu diberi sesuatu yang lebih
baik dan lebih lapang daripada kesabaran.” (Muttafaqun Alaih)
4.
Jadikan sifat sabar sebagai indentitas keimanan dan keislamanmu! Kesabaran
merupakan salah satu sifat sekaligus ciri orang mukmin yang dicintai Allah.
Ajaklah kalbumu untuk meneguhkan keimanan bahwa kesabaran adalah harga mati
kekuatan iman dalam dirimu! Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh menakjubkan
perkara orang yang beriman, karena segala perkaranya adalah baik. Jika ia
mendapatkan kenikmatan, ia bersyukur karena (ia mengatahui) bahwa hal tersebut
adalah memang baik baginya. Dan jika ia tertimpa musibah atau kesulitan, ia
bersabar karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut adalah baik baginya.” (HR.
Muslim). Allah SWT berfirman, . “Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.”
(QS Ali Imran: 146)
5.
Yakinlah bahwa kesabaranmu akan membuahkan pahala surga. Anas bin Malik ra
meriwayatkan,” Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya Allah
berfirman, ‘Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan kedua matanya, kemudian dia
bersabar, maka aku gantikan surga baginya’.” (HR. Bukhari)
6.
Jadikan kisah para nabi sebagai teladan! Sabar merupakan sifat yang dimiliki
oleh para nabi. Abdullan bin Mas’ud menuturkan,”Seakan-akan aku memandang
Rasulullah SAW menceritakan salah seorang nabi, yang dipukuli oleh kaumnya
hingga berdarah, kemudia ia mengusap darah dari wajahnya seraya berkata, ‘Ya
Allah ampunilah dosa kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.” (HR.
Bukhari). Allah SWT berfirman, “Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang
mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul dan janganlah kamu meminta
disegerakan (azab) bagi mereka…” (QS Al-Ahqaf: 35)
7.
Kuasailah dirimu sendiri! Ingatlah bahwa kesabaran merupakan ciri orang yang
kuat. Abu Hurairah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Orang yang kuat
bukanlah yang pandai bergulat, namun orang yang kuat adalah orang yang memiliki
jiwanya ketika marah.” (HR. Bukhari). Allah SWT berfirman, “…dan orang-orang
yang bersabar dalam kesulitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah
orang-orang yang benar imannya dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.”
(QS Al-Baqarah: 177)
8.
Hapuslah dosamu dengan kesabaranmu! Ingatlah bahwa musibah, penderitaan dan
cobaan yang engkau terima adalah cara Allah untuk menyucikan dirimu. Kesabaran
juga dapat menghapuskan dosa yang pernah kita miliki. Abu Hurairah ra.
Menuturkan bahwa Rasulullan SAW bersabda, “Tidaklah seorang Muslim mendapatkan
kelelahan, sakit, kecemasan, kesedihan, mara bahaya dan juga kesusahan, hingga
duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dengan hal
tersebut.” (HR. Bukhari & Muslim)
9.
Janganlah berputus asa! Harapan selalu ada hingga kematian tiba. Maka, kuatkan
jiwamu dengan berdoa dan shalatmu! Karena doa adalah senjata paling dahsyat
yang telah diwasiatkan Rasulullah baik orang yang beriman. Anas bin Malik ra
meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah salah seorang diantara
kalian mengangan-angankan datangnya kematian karena musibah yang menimpanya.
Dan sekiranya ia memang harus mengharapkannya, hendaklah ia berdoa, ‘Ya Allah,
teruskanlah hidupku ini sekiranya hidup itu lebih baik untukku. Dan wafatkanlah
aku, sekiranya itu lebih baik bagiku.” (HR. Bukhari Muslim). Allah SWT
berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah
dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
(QS Al-Baqarah [2]: 153)
Renung-renungkanlah, pikir-pikirkanlah!
Renung-renungkanlah, pikir-pikirkanlah!
SHALAT TAHAJUD, YUK!!!
Mari kita manfaatkan waktu ini untuk shalat malam. Selagi masih ada kesempatan dan kesehatan. Selagi yang lain masih tertidur pulas. Jadikan ini sebagai waktu khusus, yang sangat rahasia, sangat pribadi, antara kita dan Tuhan. Allah SWT berfirman, “Pada malam hari, hendaklah engkau shalat Tahajud sebagai tambahan bagimu. Semoga Tuhan mengangkat engkau ke tempat yang terpuji.”
(QS Al-Isra’ : 79)
Sahabat Abdullah bin Salam meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda: “Hai sekalian manusia, sebarluaskanlah salam dan
berikanlah makanan serta shalat malamlah di waktu manusia sedang tidur, supaya
kamu masuk surga dengan selamat.”(HR Tirmidzi)
Rasulullah SAW juga bersabda: “Sesungguhnya pada waktu malam ada satu saat (waktu), yang seandainya seorang Muslim meminta suatu kebaikan di dunia maupun di akhirat kepada Allah SWT, niscaya Allah akan memberinya. Dan, itu berlaku setiap malam.” (HR Muslim)
Rasulullah SAW juga bersabda: “Sesungguhnya pada waktu malam ada satu saat (waktu), yang seandainya seorang Muslim meminta suatu kebaikan di dunia maupun di akhirat kepada Allah SWT, niscaya Allah akan memberinya. Dan, itu berlaku setiap malam.” (HR Muslim)
Nabi SAW juga bersabda: “Pada tiap malam Rabb
kami Tabaraka wa Ta’ala turun (ke langit dunia) ketika tinggal sepertiga malam
yang akhir. Dia berfirman: “Barang siapa yang menyeru-Ku, akan Aku perkenankan
seruannya. Barang siapa yang meminta kepada-Ku, Aku perkenankan permintaanya.
Dan, barang siapa meminta ampunan kepada-Ku, Aku ampuni dia.” ( HR Bukhari dan
Muslim
MAKA,
JADILAH KEKASIHNYA
Ibn
Mas‘ud r.a. menuturkan Rasulullah saw. bertanya, “Siapakah di antara kalian
yang lebih mencintai harta ahli warisnya daripada hartanya sendiri?” Para
sahabat menjawab,”Wahai Rasulullah, setiap orang di antara kami pasti lebih
mencintai hartanya sendiri daripada harta ahli warisnya.” Beliau bersabda,
“Sesungguhnya hartanya adalah apa-apa yang ada di depan dan harta ahli warisnya
adalah apa-apa yang ada di belakang.” (HR al-Bukhari).
Kedermawanan
itu ada empat macam, yaitu: kedermawanan jiwa, kedermawanan ruh, kedermawanan
hati, dan kedermawanan harta. Kedermawanan jiwa bagi para hamba adalah kerelaan
mereka untuk mengorbankan jiwa, demi meraih petunjuk Allah. Sebagaimana hal ini
ditegaskan dalam firman-Nya, “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari
keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan
Kami.”(QS Al-Ankabut [29]:69)
Kedermawanan
ruh bagi para pejuang adalah rela mengorbankan nyawa demi meraih kehidupan yang
kekal. Sebagaimana hal ini ditegaskan dalam firman Allah Swt., “Janganlah kamu
mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu
hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki.”(QS Ali Imran [3]:169)
Kedermawanan orang-orang arif adalah kesediaan untuk mengorbankan hati demi mencapai makrifat. Sebagaimana hal ini ditegaskan dalam firman Allah Swt., “(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (Q.S. al-Syu‘arâ’ [26]: 88-89)
Kedermawanan orang-orang arif adalah kesediaan untuk mengorbankan hati demi mencapai makrifat. Sebagaimana hal ini ditegaskan dalam firman Allah Swt., “(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (Q.S. al-Syu‘arâ’ [26]: 88-89)
Kedermawanan
hati bagi para zahid adalah kesedian untuk mengorbankan kehidupan dunia dan
memilih kehidupan akhirat. Sebagaimana hal ini ditegaskan dalam firman Allah
Swt., “Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan
diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi.”(QS Al-Qashash [28]: 83)
Abu
al-‘Abbas—semoga Allah merahmatinya—berkata, telah sampai kepadaku bahwa Allah
Swt. mewahyukan kepada Nabi Ibrahim a.s; “Apakah kamu tahu, kenapa saya
menjadikanmu sebagai kekasih.” “Tidak, wahai Tuhanku,” jawab Ibrahim. Allah
berfirman, “Karena Aku telah membuka rahasiamu, sehingga memberi lebih kamu
cintai dari pada menerima.”
Dzun
Nun al-Mishri berpesan, “Orang yang melecehkan peminta-minta, bukanlah orang
mulia; orang yang memberikan dengan perantara-perantara, bukanlah orang mulia;
orang yang meminta agar kamu memenuhi kebutuhannya, bukanlah orang mulia.”
‘Ali r.a. menuturkan bahwa pada suatu malam, ia kedatangan peminta-minta. Ia berkata kepada pembantunya, “Matikan lampunya, agar aku tidak melihat wajah peminta-minta itu.”
----Syaikh Al-Anqary.
‘Ali r.a. menuturkan bahwa pada suatu malam, ia kedatangan peminta-minta. Ia berkata kepada pembantunya, “Matikan lampunya, agar aku tidak melihat wajah peminta-minta itu.”
----Syaikh Al-Anqary.
ALLAH
MENYUKAI HATI YANG TAK MENDUA
Syekh Ibnu Atha’illah mengatakan: “Pahamilah firman Allah, ‘Yaitu di hari harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang yang menghadap Allah dengan hati yang sehat,”(QS Asy-Syu’ara [26]: 88-89). Kalbu yang sehat adalah yang hanya bergantung kepada Allah.
Allah
SWT berfirman, “Sesungguhnya engkau datang kepada Kami sendiri-sendiri seperti
pertama kali Kami ciptakan. Lalu, Kami tinggalkan di belakangmu (di dunia) ini
seperti apa yang telah Kami karuniakan kepadamu.’
Dapat
dipahami bahwa engkau baru bisa datang kepada Allah dan sampai kepada-Nya jika
engkau sendirian tanpa apa pun selain Dia. Allah SWT berfirman, “Bukankah Dia
mendatangimu sebagai yatim, lalu Dia memberikan perlindungan?” (QS Ad-Duha
[93]: 6). Maksudnya, Allah akan melindungimu jika engkau benar-benar yatim dari
segala sesuatu selain Dia.
Nabi SAW bersabda, “Allah ganjil (tunggal), senang pada yang ganjil.” (HR At-Tirmidzi). Artinya, Dia menyukai dan menyenangi hati yang tidak menerima dualisme. Hati itu hanya untuk Allah. Dengan pertolongan Allah, orang yang berada di hadapan-Nya dan mendapat curahan nikmat-Nya dapat memahami. Maka, bagaimana mungkin mereka akan bersandar kepada selain Dia, sementara mereka telah menyaksikan wujud keesaan-Nya?!”
--Syekh Ibnu Atha’illah dalam kitab Taj Al-‘Arus
Nabi SAW bersabda, “Allah ganjil (tunggal), senang pada yang ganjil.” (HR At-Tirmidzi). Artinya, Dia menyukai dan menyenangi hati yang tidak menerima dualisme. Hati itu hanya untuk Allah. Dengan pertolongan Allah, orang yang berada di hadapan-Nya dan mendapat curahan nikmat-Nya dapat memahami. Maka, bagaimana mungkin mereka akan bersandar kepada selain Dia, sementara mereka telah menyaksikan wujud keesaan-Nya?!”
--Syekh Ibnu Atha’illah dalam kitab Taj Al-‘Arus
Sahabatku, hati yang sehat adalah yang mampu memutuskan harapannya kepada makhluk dan hanya mau bergantung kepada Allah SWT. Hati yang sehat meyakini bahwa semua wujud selain Allah laksana debu. Karena itu, lupakanlah janji dan harapan makhluk, serta lupakanlah pujian mereka! Janganlah mengharap manfaat dari mereka, dan jangan pernah merasa takut pada bahaya yang berasal dari mereka!
Jika engkau mampu memberi sesuatu kepada orang lain, maka pemberianmu itu hanya untuk Allah, bukan agar manusia menyebutmu dermawan atau pemurah.Sama halnya ketika engkau tidak memberi, maka lakukanlah itu untuk Allah, bukan karena ingin memenuhi hasrat balas dendam, kedengkian dan kekikiranmu.
Jika
engkau mencintai, maka cintailah hanya karena Allah, bukan karena kepentingan
duniawi yang murah! Jika engkau membenci, maka bencilah karena Allah, bukan
karena dengki dan ketidaksukaanmu! Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang cinta
karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah,dan tidak memberi
karena Allah, berarti imannya telah sempurna.” (HR Abu Dawud)
Kosongkanlah
hatimu dari segala sesuatu selain Dia, baik itu berupa segala sesuatu yang
menggiurkan, syahwat, harta, dan kedudukan. Jika hatimu telah kosong, pasti
rahmat, taufik, dan bantuan Allah akan menjaga dan memeliharamu setiap waktu,
sebagaimana firman Allah: “Sesungguhnya pelindungku adalah Allah yang
menurunkan Al-Kitab (Al-Qur’an) dan Dia melindungi orang yang shaleh.”
Hati
menjadi rusak apabila di dalamnya terdapat sesembahan selain Allah, sebagaimana
langit dan bumi yang akan hancur bila ada tuhan-tuhan selain Allah; “Kalau pada
keduanya terdapat tuhan-tuhan selain Allah, niscaya ia hancur.” (QS Al-Anbiya
[21]: 22).
Begitu
pula keadaan hati yang diisi sesembahan selain Allah. Hati itu akan menjadi
sangat rusak dan sulit diharapkan sembuh, kecuali dengan menyingkirkan
sesembahan tersebut dan menjadikan Allah semata satu-satunya Tuhan dan sesembahannya
yang dicintai, diharapkan, ditakuti, dan dijadikan tempat bergantung, serta
tempat kembali. Demikian penjelasan Dr. Muhammad Najdat.
Semoga
bermanfaat!
9
JURUS SABAR DARI RASULULLAH
Dalam
kitab Riyadhus Shalihin, Imam An-Nawawi mencantumkan 29 hadis yang memuat
tentang kesabaran. Ilmu sabar yang diajarkan oleh Rasulullah SAW begitu banyak,
baik yang dicontohkan melalui perkataan, perbuatan ataupun keputusan-keputusan
beliau. Kita juga menjumpai 103 kali kata “sabar” disebut Allah dalam Al-Qur’an,
baik berbentuk isim maupun fi’ilnya. Sabar merupakan bagian dari maqam tasawuf
yang harus diamalkan bagi seorang salik. Hanya kekasih-kekasih Allah-lah yang
memiliki sifat sabar dalam dirinya.
1.
Tangkaplah cahaya Ilahi dengan kesabaran. Kesabaran bagi diri manusia merupakan
“dhiya’ ” (cahaya yang amat terang). Karena dengan kesabaran inilah, seseorang
akan mampu menyingkap kegelapan hidup di dunia. Rasulullah mengungkapkan, “…dan
kesabaran merupakan cahaya yang terang…” (HR. Muslim) .
2.
Melatih kesabaran dalam jiwa secara terus menerus sehingga menjadi kebiasaan.
Dan, yakinlah bahwa Allah selalu bersamamu! Rasulullah pernah menggambarkan:
“…barang siapa yang mensabar-sabarkan diri (berusaha untuk sabar), maka Allah
akan menjadikannya seorang yang sabar…” (HR. Bukhari). Allah SWT berfirman,“Dan
bersabarlah kamu, karena sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang
sabar.” (QS Al-Anfal: 46)
3.
Mintalah kepada Allah agar Dia memberi kesabaran. Kesabaran merupakan anugerah
Allah yang paling baik. Jadi, engkau harus meminta kepada-Nya. Tanpa
anugerah-Nya, engkau tak pernah bisa bersabar dalam arti yang sesungguhnya.
Rasulullah bersabda, “…dan tidaklah seseorang itu diberi sesuatu yang lebih
baik dan lebih lapang daripada kesabaran.” (Muttafaqun Alaih)
4.
Jadikan sifat sabar sebagai indentitas keimanan dan keislamanmu! Kesabaran
merupakan salah satu sifat sekaligus ciri orang mukmin yang dicintai Allah.
Ajaklah kalbumu untuk meneguhkan keimanan bahwa kesabaran adalah harga mati
kekuatan iman dalam dirimu! Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh menakjubkan
perkara orang yang beriman, karena segala perkaranya adalah baik. Jika ia
mendapatkan kenikmatan, ia bersyukur karena (ia mengatahui) bahwa hal tersebut
adalah memang baik baginya. Dan jika ia tertimpa musibah atau kesulitan, ia
bersabar karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut adalah baik baginya.” (HR.
Muslim). Allah SWT berfirman, . “Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.”
(QS Ali Imran: 146)
5.
Yakinlah bahwa kesabaranmu akan membuahkan pahala surga. Anas bin Malik ra
meriwayatkan,” Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya Allah
berfirman, ‘Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan kedua matanya, kemudian dia
bersabar, maka aku gantikan surga baginya’.” (HR. Bukhari)
6.
Jadikan kisah para nabi sebagai teladan! Sabar merupakan sifat yang dimiliki
oleh para nabi. Abdullan bin Mas’ud menuturkan,”Seakan-akan aku memandang
Rasulullah SAW menceritakan salah seorang nabi, yang dipukuli oleh kaumnya
hingga berdarah, kemudia ia mengusap darah dari wajahnya seraya berkata, ‘Ya
Allah ampunilah dosa kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.” (HR.
Bukhari). Allah SWT berfirman, “Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang
mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul dan janganlah kamu meminta disegerakan
(azab) bagi mereka…” (QS Al-Ahqaf: 35)
7.
Kuasailah dirimu sendiri! Ingatlah bahwa kesabaran merupakan ciri orang yang
kuat. Abu Hurairah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Orang yang kuat
bukanlah yang pandai bergulat, namun orang yang kuat adalah orang yang memiliki
jiwanya ketika marah.” (HR. Bukhari). Allah SWT berfirman, “…dan orang-orang
yang bersabar dalam kesulitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah
orang-orang yang benar imannya dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.” (QS
Al-Baqarah: 177)
8.
Hapuslah dosamu dengan kesabaranmu! Ingatlah bahwa musibah, penderitaan dan
cobaan yang engkau terima adalah cara Allah untuk menyucikan dirimu. Kesabaran
juga dapat menghapuskan dosa yang pernah kita miliki. Abu Hurairah ra. Menuturkan
bahwa Rasulullan SAW bersabda, “Tidaklah seorang Muslim mendapatkan kelelahan,
sakit, kecemasan, kesedihan, mara bahaya dan juga kesusahan, hingga duri yang
menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dengan hal
tersebut.” (HR. Bukhari & Muslim)
9.
Janganlah berputus asa! Harapan selalu ada hingga kematian tiba. Maka, kuatkan
jiwamu dengan berdoa dan shalatmu! Karena doa adalah senjata paling dahsyat
yang telah diwasiatkan Rasulullah baik orang yang beriman. Anas bin Malik ra
meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah salah seorang diantara
kalian mengangan-angankan datangnya kematian karena musibah yang menimpanya.
Dan sekiranya ia memang harus mengharapkannya, hendaklah ia berdoa, ‘Ya Allah,
teruskanlah hidupku ini sekiranya hidup itu lebih baik untukku. Dan wafatkanlah
aku, sekiranya itu lebih baik bagiku.” (HR. Bukhari Muslim). Allah SWT
berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah
dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
(QS Al-Baqarah [2]: 153)
ALLAH
MAHA ZAHIR DAN BATIN
Salik dan Matin sudah lama tidak bertemu di bawah
Pohon Trembesi (Sor-Baujan). Keduanya terlalu sibuk dengan urusan
masing-masing. Tapi, pesona keindahan Samanea Saman membuat mereka kembali
berjumpa.
Salik (S): Lama tak tampak batang-hidungnya, kemana saja?
Matin (M): Tidak kemana-mana.
S: Kemarin, minggu lalu, bulan lalu, pergi kemana?
M: Ada di rumah. Tidak kemana-mana.
S: Koq, nggak kelihatan?
M: Tidak kelihatan bukan berarti tidak ada. Kamu harus belajar Asmaul-Husna.
S: Maksudnya?
M: Lihat pohon ini! Pohon trembesi ini indah, kokoh, rindang, nyaman dan damai untuk tempat berteduh. Siapa pun yang melihat keindahan pohon ini akan menyukai dan mencintainya. Ini adalah ciptaan Allah.
S: Gua juga tahu. Itu karena Allah Maha Indah, Hebat, Perkasa, Meneduhkan, Mendamaikan dan Maha Kasih. Gua hafal Asmaul-Husna.
M: Allah telah menciptakan, memberi keindahan, memberi kasih sayang kepada semua makhluk, memberi rezeki, memelihara dan menjaga, serta menguasai seluruh alam semesta termasuk dirimu yang kecil ini, berarti Allah Maha apa?
S: Ah, pertanyaan mudah. Anak kecil pun tahu. Allah Maha Pencipta (Al-Khaliq), Maha Pengasih dan Penyayang (Ar-Rahmân,Ar-Rahîm), Maha Menguasai (Al-Malik), Maha Perkasa (Al-Jabbar), Maha Membentuk dan Merancang (Al-Musawwir), Maha Memberi rezeki (Ar-Razzaq), Maha Menjaga (Al-Hafiz) dan Maha Memelihara (Al-Muhaimin).
M: Hafalan kamu bagus. Apa kamu sudah pernah pernah melihat Tuhan? Apa sudah pernah bertemu?
S: Hati-hati dengan pertanyaanmu, Bro!
M: Apa ada yang salah dengan pertanyaanku?
S: Ya... Sebab bisa disalahartikan. Karena, Allah itu tidak kelihatan. Tak mungkin bisa dilihat. Kau hanya melihat ciptaannya saja. Kita baru bisa bertemu Allah kalau sudah mati.
M: Berarti pelajaran Asmaul-Husnamu belum lulus!
S: Apa maksudmu?
M: Jadi, kalau tak kelihatan berarti Allah Maha apa?
S: Allah itu Maha Bathin, Tak Kelihatan Zahirnya (Al-Bathin).Bagaimana mungkin kau bertanya, aku sudah bertemu Tuhan atau belum, aku belum mati, mana bisa bertemu atau melihat-Nya?
M: Hahaha, sepertinya, kamu belum hafal semua asmaul-husna. Setiap hari kita shalat agar kita bisa belajar tentang ihsan. Kita harus yakin bahwa kita bisa melihat Allah. Kamu nggak percaya Allah bisa dilihat?
S: Percaya, tapi tidak di dunia ini.
M: Pelajaran tauhidmu pun lemah, Bro. Dalam hadis disebutkan, ihsan adalah ”anta’budallah ka’annaka tarahu, fa inlam tara fa innahu yaraka” (Ihsan adalah menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, kalau kau tak mampu melihat-Nya, yakinlah bahwa sesungguhnya Allah melihatmu). Jadi, ketika kita sembahyang harus yakin kita bisa melihat Allah. Gunakan kesadaran batinmu untuk melihat-Nya.
S: Saya tahu. Tapi, Nabi Musa saja nggak sanggup melihat, baru lihat cahaya-Nya saja sudah tumbang.
M: Jangan terlalu mempersulit diri. Kamu yakin, Allah Maha Bathin?
S: Haqqul yaqiin. Allah Al-Bathin.
M: Lalu, kenapa kamu lupa bahwa Allah juga Maha Zahir (Al-Zahir).
S: Hmmmm
M: Allah itu Maha Zahir, berarti Dia itu tampak, jelas, dan Nyata. Kalau kamu menafikan ini berarti kamu kufur! Kamu tidak mengakui Allah itu Maha Zahir, Maha Tampak dengan Jelas dan Maha Nyata. Dialah Realitas tunggal. Selain Dia hanyalah bayang-bayang. Hanya mazhar-Nya saja.
S: Hmmmm..
M: Admin Tasawuf Underground ini zahir apa batin?
S: Hmmm
M: Jawab!!!
S: Hmmm
M: Jawab!!!
S: Kalau bagi penggemar Tasawuf Underground, admin halaman facebook ini batin, tak kelihatan orangnya. Kita hanya bisa melihat tulisan postingnya saja. Sesekali lihat fotonya. Tapi...
M: Tapi, apa?!
S: Bagi anak, istri, kawan, tetangga dan orang-orang terdekatnya, Admin Tasawuf Underground itu zahir, jelas, tampak dan nyata.
M: Hahahaha. Sekarang, gunakan analogi ini!
S: Maksudnya?
M: Allah itu Maha Bathin, tak tampak, tak kelihatan. Tapi, Dia Ada, Wujud. Dia Zahir. Nyata dan Jelas. Gunakan kesadaran jiwamu untuk mengenali-Nya, dengan shalat dan dzikirmu, Bro!!! Kita harus meyakini, merasakan dan melihat bahwa Allah itu Maha Zahir dan Batin.
Salik (S): Lama tak tampak batang-hidungnya, kemana saja?
Matin (M): Tidak kemana-mana.
S: Kemarin, minggu lalu, bulan lalu, pergi kemana?
M: Ada di rumah. Tidak kemana-mana.
S: Koq, nggak kelihatan?
M: Tidak kelihatan bukan berarti tidak ada. Kamu harus belajar Asmaul-Husna.
S: Maksudnya?
M: Lihat pohon ini! Pohon trembesi ini indah, kokoh, rindang, nyaman dan damai untuk tempat berteduh. Siapa pun yang melihat keindahan pohon ini akan menyukai dan mencintainya. Ini adalah ciptaan Allah.
S: Gua juga tahu. Itu karena Allah Maha Indah, Hebat, Perkasa, Meneduhkan, Mendamaikan dan Maha Kasih. Gua hafal Asmaul-Husna.
M: Allah telah menciptakan, memberi keindahan, memberi kasih sayang kepada semua makhluk, memberi rezeki, memelihara dan menjaga, serta menguasai seluruh alam semesta termasuk dirimu yang kecil ini, berarti Allah Maha apa?
S: Ah, pertanyaan mudah. Anak kecil pun tahu. Allah Maha Pencipta (Al-Khaliq), Maha Pengasih dan Penyayang (Ar-Rahmân,Ar-Rahîm), Maha Menguasai (Al-Malik), Maha Perkasa (Al-Jabbar), Maha Membentuk dan Merancang (Al-Musawwir), Maha Memberi rezeki (Ar-Razzaq), Maha Menjaga (Al-Hafiz) dan Maha Memelihara (Al-Muhaimin).
M: Hafalan kamu bagus. Apa kamu sudah pernah pernah melihat Tuhan? Apa sudah pernah bertemu?
S: Hati-hati dengan pertanyaanmu, Bro!
M: Apa ada yang salah dengan pertanyaanku?
S: Ya... Sebab bisa disalahartikan. Karena, Allah itu tidak kelihatan. Tak mungkin bisa dilihat. Kau hanya melihat ciptaannya saja. Kita baru bisa bertemu Allah kalau sudah mati.
M: Berarti pelajaran Asmaul-Husnamu belum lulus!
S: Apa maksudmu?
M: Jadi, kalau tak kelihatan berarti Allah Maha apa?
S: Allah itu Maha Bathin, Tak Kelihatan Zahirnya (Al-Bathin).Bagaimana mungkin kau bertanya, aku sudah bertemu Tuhan atau belum, aku belum mati, mana bisa bertemu atau melihat-Nya?
M: Hahaha, sepertinya, kamu belum hafal semua asmaul-husna. Setiap hari kita shalat agar kita bisa belajar tentang ihsan. Kita harus yakin bahwa kita bisa melihat Allah. Kamu nggak percaya Allah bisa dilihat?
S: Percaya, tapi tidak di dunia ini.
M: Pelajaran tauhidmu pun lemah, Bro. Dalam hadis disebutkan, ihsan adalah ”anta’budallah ka’annaka tarahu, fa inlam tara fa innahu yaraka” (Ihsan adalah menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, kalau kau tak mampu melihat-Nya, yakinlah bahwa sesungguhnya Allah melihatmu). Jadi, ketika kita sembahyang harus yakin kita bisa melihat Allah. Gunakan kesadaran batinmu untuk melihat-Nya.
S: Saya tahu. Tapi, Nabi Musa saja nggak sanggup melihat, baru lihat cahaya-Nya saja sudah tumbang.
M: Jangan terlalu mempersulit diri. Kamu yakin, Allah Maha Bathin?
S: Haqqul yaqiin. Allah Al-Bathin.
M: Lalu, kenapa kamu lupa bahwa Allah juga Maha Zahir (Al-Zahir).
S: Hmmmm
M: Allah itu Maha Zahir, berarti Dia itu tampak, jelas, dan Nyata. Kalau kamu menafikan ini berarti kamu kufur! Kamu tidak mengakui Allah itu Maha Zahir, Maha Tampak dengan Jelas dan Maha Nyata. Dialah Realitas tunggal. Selain Dia hanyalah bayang-bayang. Hanya mazhar-Nya saja.
S: Hmmmm..
M: Admin Tasawuf Underground ini zahir apa batin?
S: Hmmm
M: Jawab!!!
S: Hmmm
M: Jawab!!!
S: Kalau bagi penggemar Tasawuf Underground, admin halaman facebook ini batin, tak kelihatan orangnya. Kita hanya bisa melihat tulisan postingnya saja. Sesekali lihat fotonya. Tapi...
M: Tapi, apa?!
S: Bagi anak, istri, kawan, tetangga dan orang-orang terdekatnya, Admin Tasawuf Underground itu zahir, jelas, tampak dan nyata.
M: Hahahaha. Sekarang, gunakan analogi ini!
S: Maksudnya?
M: Allah itu Maha Bathin, tak tampak, tak kelihatan. Tapi, Dia Ada, Wujud. Dia Zahir. Nyata dan Jelas. Gunakan kesadaran jiwamu untuk mengenali-Nya, dengan shalat dan dzikirmu, Bro!!! Kita harus meyakini, merasakan dan melihat bahwa Allah itu Maha Zahir dan Batin.
Semoga bermanfaat!
KETIKA
BURUNG DAN JIN BERTASBIH
Az-Zamakhsyari
mengatakan, "Tidak menutup kemungkinan bahwa Allah memberikan insting
kepada burung untuk berdoa dan bertasbih kepada-Nya. Seperti halnya Allah telah
memberikan insting kepadanya terhadap berbagai ilmu rumit yang hampir saja akal
tidak dapat sampai kepadanya."
Allah
Swt. berfirman, "Tidakkah kamu tahu bahwasanya Allah, kepada-Nya bertasbih
apa yang ada di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan
sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan bertasbihnya.
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan," (QS An-Nur [24]: 41).
Sungguh
luar biasa, burung pun bertasbih dengan cara yang diketahui oleh Allah,
sedangkan kita sama sekali tidak mengetahui bagaima cara mereka melakukannya.
Allah SWT berfirman, "Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan
memujinya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka," (QS Al-Isra
[17]: 44).
Bahkan, Jin pun telah diwajibkan untuk melaksanakan shalat seperti halnya manusia. Allah SWT berfirman, "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku," (QS Adz-Dzariyat [51]: 56).
Bahkan, Jin pun telah diwajibkan untuk melaksanakan shalat seperti halnya manusia. Allah SWT berfirman, "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku," (QS Adz-Dzariyat [51]: 56).
Ibnu
Taimiyah menuturkan, "Jin juga diperintah dengan dasar-dasar agama dan
cabang-cabangnya yang sesuai dengan mereka. Mereka tidak sama dengan manusia
dalam hal batasan dan kenyataan. Karena itu, apa yang diperintahkan kepada
mereka dan dilarang dari mereka batasannya tidak sama dengan manusia. Akan
tetapi, mereka sama dengan manusia dalam jenis perintah, larangan, halal, dan
haram."(Majmu’ul Fatawa)
Malaikat
juga bertasbih kepada Allah melebihi kemampuan kita. Allah SWT berfirman
tentang hak mereka, "Jika mereka menyombongkan diri, maka mereka
(malaikat) yang di sisi Tuhanmu bertasbih kepada-Nya di malam dan siang hari,
sedang mereka tidak jemu-jemu," (QS Fushshilat [41]: 38). Allah SWT juga
menceritakan perkataan mereka dalam firman-Nya, "Dan sesungguhnya kami
benar-benar bershaf-shaf (dalam menunaikan perintah Allah)," (QS
Ash-Shaffat [37]: 165).
Rasulullah
SAW bersabda kepada para sahabatnya, "Tidakkah kalian berbaris seperti
para malaikat yang berbaris di hadapan Tuhan mereka?" Kemudian beliau
menyebutkan cara berbarisnya mereka dalam sabdanya, "Mereka menyempurnakan
barisan yang pertama, kemudian barisan setelahnya. Mereka saling menempel dalam
barisan," (HR Bukhari).
bagus sekali, thks untuk wejangannya dan pencerahannya, sangat bermanfaat baki kita, semoga yg menulis dapat pahala yg berlipat ganda, aminn
BalasHapusAmiin
Hapus