SEPARUH
AKU ATAU SEPENUH AKU?
“Sebagaimana
Allah tidak menyukai amal yang tidak sepenuhnya bagi-Nya, Allah juga tidak
menyukai hati yang tidak sepenuhnya bagi-Nya. Amal yang tak sepenuhnya bagi
Allah, maka Dia tidak akan menerima, dan hati yang tidak sepenuhnya bagi-Nya
tidak akan Dia pedulikan.”
Sahabatku,
semua jalan makrifat wajib didasarkan di atas bangunan tauhid; baik dalam
perwujudan, sifat maupun zat. Mereka yang tidak memilih jalan ini akan
selamanya terombang-ambing, bingung dan diselimuti
kegalauan. Pikiran manusia pasti buntu, tak akan mampu menguak tabir
sepenuhnya. Tak cukup hanya dengan membaca bertumpuk-tumpuk buku. Tak cukup
hanya dengan diskusi, dari wacana ke wacana ilmu. Kita membutuhkan amalan
nyata, tak hanya deret panjang teori. Sandaran kita harus pada keesaan-Nya, jika tidak, kita
akan terjerembab. Rujukan kita hanya kepada-Nya, jika tidak kita hanya menuju
bayangan maya. Semua niat atau amal yang tidak bertujuan untuk menuju
kepada-Nya pasti tak akan selamat. Segala sesuatu selain Dia hanya membuat kita
salah alamat. Apalagi menduakan-Nya dalam darah daging pengharapan.
Hanya dengan iming-iming Alphad, kita sudah melupakan Sang Maha
Pemberi, lalu mencari jalan pintas. Hanya gara-gara kedudukan sesaat, tapi
kedudukan mulia di sisi-Nya tak dihiraukan. Kita sering mendua, sadar atau tak
sadar. Kita hanya mampu mengatakan “Separuh aku...” tapi tak mampu mengatakan
“Sepenuh aku...”
Mari
menyadari bahwa hati tak akan mampu menampung keinginan duniawi dan cinta
kepada Allah sekaligus, dalam waktu yang sama. Ingatlah bahwa cahaya Allah
hanya akan memancar ketika Dia-lah satu-satunya yang ada dalam benak dan hati
kita. Selain Allah, tak sebanding, tak setara, maka tak perlu berunding. Maka,
jadilah sepunuhnya untuk-Nya, hanya kepada-Nya menyembah, hanya kepada-Nya
meminta dan hanya kepada-Nya berharap. Maka, mari teguhkan niat untuk
meneguhkan tauhid, hanya Allah satu-satu Dzat, Maha Tunggal, Maha Esa.
Semoga
bermanfaat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar