Diriwayatkan bahwa suatu ketika Nabi Musa a.s. bertanya kepada Allah SWT,
"Tuhanku, apakah balasannya bagi orang-orang yang dzikir kepada-Mu dengan
lisan dan hatinya?" Allah Swt. berfirman: "Wahai Musa, Aku akan
melindunginya di Hari Kiamat dengan naungan 'Arsy, dan Aku akan menjadikannya
di bawah kekuasaan-Ku."
Nabi Musa a.s. bertanya lagi, "Tuhanku, siapakah hamba-Mu yang paling
merugi?" Allah SWT berfirman, "Orang yang tidak mengambil manfaat
dari petuah dan orang yang tidak dzikir kepada-Ku sewaktu sendirian."
Dzikir merupakan cara yang paling efektif untuk berdialog dengan
Allah SWT dan membuat hamba-Nya mampu secara aktif berpartisipasi dalam
komunikasi dengan Allah SWT. Tentu saja kondisi spiritual dari pikiran atau
hati setiap orang akan berbeda dalam menerimanya, tergantung dari kemajuan
spiritual yang dialaminya. Secara umum dzikir akan selalu melahirkan sifat
al-murâqabah (perasaan selalu diawasi oleh Allah) sehingga akan memasukkan
pelakunya ke pintu al-Ihsan. Orang-orang yang lalai tentu tidak akan sampai ke
derajat al-Ihsan. Dzikir juga akan melahirkan al-inabah (dorongan jiwa ingin
selalu kembali kepada Allah) sehingga hanya Allah-lah yang ditakuti, dan tempat
kembali serta berlindung.
Jadi sangat na’if jika masih ada orang yang gemar membid’ahkan
kegiatan dzikir. Bagaimana mereka memandang Hadis yang diriwayatkan oleh ‘Amr
bin ‘Anbasah r.a. ini. Dia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, ”Di sebelah
kanan Tuhan yang Maha Rahmân, begitu juga di hadapan-Nya, ada sekelompok
manusia yang bukan para nabi dan bukan para syuhada. Sinar wajah mereka
menyilaukan siapa saja yang melihatnya, sehingga para nabi dan para syuhada
merasa iri atas kedudukan mereka dan dekatnya mereka di hadirat Allah Azza wa
Jalla.”
Rasulullah SAW ditanya, “Siapakah mereka itu ya Rasulullah?” Rasulullah Saw.
menjawab, ”Mereka adalah sekumpulan manusia dari berbagai kabillah yang
berkumpul untuk melakukan dzikir kepada Allah. Mereka memelihara ucapan-ucapan
yang baik seperti halnya orang yang makan kurma menjaga dan memilih hanya
kurma-kurma yang baik,” (HR Thabrani).
Abdullah bin Busr r.a. mengatakan, “Sesungguhnya ada seorang
sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW, ‘Ya Rasulullah, perintah dalam syariat
Islam ini banyak. Baritahukanlah kepada kami sesuatu yang dapat kami jadikan
amalan dan kesibukan.” Rasulullah SAW bersabda, “Hendaklah kalian senantiasa
membasahi lidahmu dengan dzikrullâh.”
Maka, mari nikmati hidangan hidayah Allah dengan berdzikir. Mari
kita masuki taman-taman surga dengan berdzikir. Ibnu Taimiyyah berkata,
“Sesungguhnya di dunia ada surga. Barangsiapa tidak masuk ke dalam surga itu,
ia tidak akan masuk ke dalam surga Akhirat.” Ibnu Taimiyyah ditanya, “Apakah
yang dimaksud dengan surga dunia itu?” Beliau menjawab, “Majelis-majelis
dzikir.”
Pendapat ini didasarkan pada Hadis yang diriwayatkan oleh
Abdullah bin Umar, yang bertanya kepada Rasulullah SAW. Aku bertanya kepada
Rasulullah SAW, “Apakah ghanimah majelis-majelis dzikir?”. Rasulullah SAW
menjawab, ”Ghanimah majelis dzikir adalah surga,” (HR Ahmad).
Semoga bermanfaat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar