Imam Al Ghazali mengatakan: "Ketahuilah bahwa banyak orang
yang mengaku, dia adalah menempuh jalan (tarikat) kepada Allah, tapi yang
sesungguhnya, yang bersungguh-sungguh menempuh jalan itu adalah sedikit. Adapun
tanda orang yang menempuh jalan yang sungguh-sungguh dan benar, diukur dari
kesungguhannya melaksanakan syariat. Kalaupun ada orang yang mengaku bertasawuf
dan bertarikat dan telah menampakkan semacam kekeramatan-kekeramatan,
melalaikan atau tidak mengamalkan syariat, ketahuilah bahwa itu adalah tipu
muslihat, sebab orang yang bijaksana (orang tasawuf) mengatakan, "Jika
engkau melihat seseorang mampu terbang di angkasa dan mampu berjalan di atas
air, tetapi ia melakukan sesuatu yang bertentangan dengan syariat, maka ketahuilah
bahwa sebenarnya ia itu adalah setan."
Abu Yazid Al Bustami juga mengatakan, "Jika kau melihat
seseorang yang diberi kekeramatan hingga dapat naik ke udara, maka janganlah
kamu tertipu dengannya sehingga kamu dapat melihat dan meneliti bagaimana dia
melaksanakan perintah dan larangan agama serta memelihara ketentuan-ketentuan
hukum agama dan bagaimana dia melaksanakan syariat agama."
Demikian pula Sahl at Tasturi, beliau mengungkapkan tentang
pokok-pokok tasawuf yang terdiri dari tujuh pokok jalan (tarikat), yaitu
berpegang kepada Al Kitab (Al Qur'an), mengikuti Sunnah Rasul, makan dari hasil
yang halal, mencegah gangguan yang menyakiti, menjauhkan diri dari maksiat,
selalu melazimkan tobat dan menunaikan hak-hak orang lain.
Imam Al-Junaidi pernah mengomentari orang yang mengaku ahli
makrifat tetapi dalam gerak geriknya meninggalkan perbuatan-perbuatan baik dan
meninggalkan mendekatkan diri kepada Allah, maka beliau mengatakan
"Ketahuilah bahwa dia itu adalah setan".
Selanjutnya beliau juga mengatakan, "Ucapan itu adalah
ucapan suatu kaum yang mengatakan adanya pengguguran amalan-amalan. Bagiku hal
itu merupakan suatu kejahatan yang besar, dan orang yang mencuri atau orang
yang berzina adalah lebih baik daripada orang yang berpaham seperti itu."
Syekh Abu Hasan As-Syazili mengatakan, "Jika pengungkapanmu
bertentangan dengan Al Quran dan Sunnah Rasul, maka hendaklah engkau berpegang
kepada Al Qur'an dan Sunnah Rasul itu, sambil engkau mengatakan kepada dirimu
sendiri "sesungguhnya Allah SWT telah menjamin diriku dari kekeliruan
dalam Al Qur'an dan Sunnah Rasul". Allah tidak menjamin dalam segi
pengungkapan, ilham, maupun musyahadah (penyaksian), kecuali setelah
menyesuaikan perbandingannya dengan Al Qur'an dan Sunnah Rasul."
Sebagai kesimpulan, semua pengamalan kaum sufi harus mengikuti
semua Nash Al Qur'an dan Sunnah dan meneladani amaliah-amaliah Rasulullah,
sebagai panutan tertinggi para sufi.
Nabi SAW pernah ditanya tentang suatu kaum yang meninggalkan
amalan-amalan agama, sedangkan mereka adalah orang-orang yang berbaik sangka
kepada Allah SWT. Maka, Nabi SAW menjawab, "Mereka telah berdusta. Karena
jika mereka berbaik sangka, tentu amal perbuatan mereka juga adalah baik."
--Al-Munqidz min Ad-Dhalal, karya Dr. Abdul Halim
Mahmud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar