Syekh Abdul Qadir Al-Jailani pada penutup surah An-Nisa dalam Tafsir Al-Jailani
mengatakan:
“Wahai engkau yang selalu berusaha mewujudkan kebenaran, yang selalu bergerak
menuju keesaan Allah –semoga Allah menghantarkanmu ke puncak tujuanmu—engkau
harus berpegang pada semua bukti yang jelas, yang sampai kepadamu dari
Rasulullah SAW yang menunjukkan tauhid al-Haqq. Engkau juga harus mengambil
cahaya Al-Qur`an yang membedakan antara yang hak dan batil yang ada di
jalan-Nya, lalu kau laksanakanlah berbagai hal yang dapat mengantarkan kepada
Allah, yang engkau temukan di jalan itu.
Engkau
harus menghindari semua larangan-Nya yang akan menyesatkanmu dan menjauhkanmu
dari-Nya. Engkau harus berakhlak dengan berbagai kandungan yang terdapat di
dalam semua hukum dan kisah-kisah yang disebutkan di dalamnya; agar engkau
dapat mewujudkan rahasia tauhid yang disimbolkannya dan sinar keeesaan Allah
dalam kemasan keberbilangan. Engkau harus teguh bersemayam di wilayah keesaan
Dzat yang akan mengenyahkan semua hasrat batil yang musnah dalam seluruh diri-Nya.
Semua ini
tentu tidak mudah untuk engkau lakukan, kecuali dengan melakukan khidmat
panjang kepada sang Mursyid al-Kâmil al-Mukammil (yang sempurna dan
menyempurnakan) yang membimbingmu kepada Allah, sebagai bentuk uluran dari Tali
Allah yang terentang dari keazalian Dzat sampai keabadian asma dan
sifat-sifat-Nya. Ketahuilah bahwa "Tali Allah" itu adalah al-Qur`an
yang diturunkan kepada sang Makhluk Terbaik Muhammad SAW yang telah bersabda:
"Al-Qur`an adalah Tali Allah yang terentang dari langit sampai ke
bumi."
Rasulullah
SAW juga bersabda, "Sesungguhnya Al-Qur`an ini adalah hidangan Allah. Maka
ambillah dari hidangan-Nya semampu kalian. Sesungguhnya Al-Qur`an ini adalah
Tali Allah dan Cahaya yang Menjelaskan (an-Nûr al-Mubîn) dan Penyembuh yang
Bermanfaat (asy-Syifâ` an-Nâfi'), yang menjadi 'ishmah (pelindung dari dosa)
bagi siapapun yang berpegang kepadanya, dan menjadi keselamatan bagi siapapun
yang mengikutinya. Ia tidak menyimpang sehingga perlu dikecam, dan ia tidak
bengkok sehingga perlu diluruskan. Keajaiban-keajaibannya tidak pernah habis,
dan ia tidak diciptakan disebabkan banyaknya bantahan. Bacalah ia, karena
sesungguhnya Allah memberi kalian pahala atas bacaannya dengan ganjaran satu
huruf dibalas sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan bahwa alif lâm mîm adalah
satu huruf, melainkan alif (satu huruf), dan lâm (satu.huruf), dan mîm (satu
huruf)…"(HR Al-Hakim dan Ibn Syaibah)
Jadi
siapapun yang ingin menyelami gelombang samudera Al-Qur`an untuk mengeluarkan
mutiara-mutiara keyakinan dan 'irfan, maka ia harus lebih dulu berpegang pada
hukum-hukum syariat cabang (furu’iyah) yang digali oleh para Pemilik Tekad yang
Benar (arbab al-‘azaim ash-shahihah), dari pengertian lahiriah ayat-ayat
Al-Qur`an. Tujuannya adalah agar ia dapat menangkap aspek lahiriah dari para
Ashhâb al-Yaqazhah (para Pemilik Kesadaran) dari kalangan Ahl ath-Thalab wa
al-Irâdah (salik) agar jiwa mereka siap melakukan semua itu, dan batinnya
menjadi jernih, sehingga aliran dari Lautan Tauhid dapat mengalirinya.
Ketika
itu terjadi, maka ia akan siap menjadi tempat bagi sang Penguasa Kerinduan dan
Cinta (Sulthân al-'Isyq wa al-Mahabbah). Karena perlindungan bagi inti tauhid
tidak lain adalah berupa hukum-hukum syariah dan adab thariqah bagi para salik
yang bergerak menuju hakikat melalui suluk dan mujahadah.
Adapun berkenaan dengan para budalâ` (para wali abdâl) yang selalu tenggelam
dalam Lautan Dzat dan terpesona oleh penglihatan pada keindahan Ilahi, yaitu
mereka yang fana` di dalam Allah secara mutlak –sehingga "mereka"
adalah "Dia" dan "Dia" adalah "mereka"- maka kita
dan mereka berada pada posisi masing-masing, sehingga kita tidak layak
membicarakan tentang mereka. Semoga Allah menjadikan kita termasuk para pelayan
dan debu di kaki mereka.
Wahai
murid yang bertekad menempuh suluk jalan fana` dengan tekad yang kuat, dalam
tekadmu ini engkau terlebih dulu harus menjernihkan sirr dan isi kalbumu dari
segala bentuk tawajuh kepada yang selain al-Haqq. Engkau juga harus menjadikan
tuntutan dan maksudmu hanyalah untuk tenggelam (istighrâq) dan fana (fana`) di
dalam Lautan Keesaan.
Semua ini
sama sekali tidaklah mudah bagimu, kecuali jika kau berhasil menghancurkan
bahtera dirimu yang batil. Tapi untuk menghancurkannya pun tidaklah mudah
bagimu, kecuali jika kau melakukan riyadhah yang berat, dalam bentuk lapar,
haus, begadang pajang, pemutusan semua kelezatan inderawi dan syahwat nafsu
untuk kemudian beralih kepada kelezatan cinta, fana, sabar terhadap bala, dan
ridha atas semua ketetapan Allah yang kau alami. Jika kau berhasil mewujudkan semua
ini di dalam dirimu, niscaya dirimu akan melemah dan bahteramu akan melamban.
Pada saat itu, engkau akan mudah untuk menghancurkannya, cukup dengan kau
berdiri di atasnya.
Ya Allah,
ya Tuhan kami. Dengan kelembutan-Mu, hiasilah lahiriah kami dengan syariat-Mu;
hiasilah batiniah kami dengan hakikat-Mu; hiasilah hati kami dengan
musyahadah-Mu; hiasilah arwah kami dengan mu'ayanah-Mu; sesungguhnya Engkau
Mahakuasa atas segala yang Engkau kehendaki, dan Engkau layak menjadi tumpuan
harapan orang-orang yang beriman."
--Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Tafsir Al-Jailani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar