Wahai kalian yang kalbunya mati, kalian harus senantiasa mengingat Tuhan
kalian, membaca Kitab-Nya, mengikuti Sunnah Rasul-Nya, dan menghadiri
majelis-majelis zikir. Dengan demikian kalbu kalian akan hidup kembali,
sebagaimana bumi yang mati dihidupkan kembali dengan hujan yang menyegarkan.
Dzikir yang terus-menerus adalah penyebab kebaikan yang
terus-menerus di dunia ini dan di akhirat nanti. Apabila kalbu seseorang sehat, maka zikir akan menjadi hal yang terus-menerus
terjadi di dalamnya. Zikir terukir di seputarnya dan di seluruh ruangnya,
sehingga matanya boleh saja tertidur, tetapi kalbunya akan selalu mengingat
Tuhannya. Dia mewarisi ini dari Nabinya Saw., yang biasa mengingat Allah di
setiap saat.
Hamba-hamba Tuhan secara normal akan tidur hanya jika kantuk
menguasai mereka secara tak tertahankan lagi, meskipun ada sebagian orang di
antara mereka yang dengan sengaja tidur satu jam di malam hari, sebagai cara
untuk membantu diri mereka agar bisa bangun sepenuhnya sepanjang sisa malamnya.
Dengan memberikan sedikit kelonggaran ini kepada kepada kebutuhan diri
rendahnya (nafs), mereka akan menenangkannya dan mencegahnya dari mendatangkan
kesulitan serius kepada mereka.
Alkisah, diceritakan bagaiman seorang yang saleh—semoga Allah
Yang Mahatinggi melimpahkan rahmat-Nya kepadanya—sedang memegang seuntai tasbih
dan menggunakannya untuk menghitung puji-pujiannya kepada Tuhan, sampai suatu
saat dia tertidur. Kemudian dia terbangun dan melihat bahwa biji-biji tasbihnya
masih berputar di tangnnya, sementara lidahnya masih mengucapkan zikir kepada
Tuhannya.
Seorang saleh yang lain lagi biasa memaksa dirinya untuk tidur
di sebagian malam, dan akan mendapati dirinya siap untuk itu tanpa betul-betul
membutuhkan istirahat. Ketika ditanya tentang hal itu, dia berkata: “Kalbuku
melihat Tuhanku.” Dia mengatakan kebenaran dalam apa yang dikatakannya, sebab
mimpi yang benar (manâm shâdiq) adalah wahyu dari Allah. Apa yang dia sukai ada
di dalam tidurnya.
Apabila seseorang dekat kepada Allah, maka malaikat-malaikat-Nya
akan diberi tugas mengawasinya setiap saat. Jika dia tidur, mereka akan duduk
di arah kepalanya dan di arah kakinya; mereka menjaganya baik di depannya
maupun di belakangnya. Setan mungkin akan mencoba menggodanya, tetapi dia tidak
akan merasakan kedekatannya, sebab dia tidur dalam penjagaan Allah, dan dalam
penjagaan-Nya dia akhirnya akan terjaga kembali. Apakah dia bergerak ataukah
diam, dia selalu dalam penjagaan Allah Yaang Mahatinggi.
Ya Allah, jagalah kami dari semua keadaan, dan :Berilah kami
kebaikan di dunia ini, dan kebaikan di akhirat juga, dan jagalah kami dari
siksa neraka! (QS 2:201)."
--Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Jala Al-Khawathir—
Tidak ada komentar:
Posting Komentar