Syekh Ibnu Atha'illah menuturkan:
"Al-Jurairi menuturkan, “Salah seorang sahabat kami selalu mengucap Allah,
Allah. Lalu pada suatu hari, kepalanya terkena batang pohon hingga pecah dan
mengucurkan darah. Dari darah itu kemudian tertulis di atas tanah lafal Allah,
Allah.”
Dzikir laksana api yang bekerja secara aktif dan memberikan pengaruh. Ketika
masuk ke dalam sebuah rumah, dzikir itu akan berucap, “Aku, tidak ada lagi
selainku.” Itulah makna ungkapan la ilaha illa
Allah. Jika di dalam rumah itu bertemu dengan kayu bakar, dzikir tersebut akan
segera membakar. Jika rumah itu gelap, ia akan menjadi cahaya penerang.
Jika rumah itu memang
memiliki cahaya, ia akan menjadi cahaya di atas cahaya.
Dzikir berfungsi
menghilangkan endapan berlebih dalam tubuh yang diakibatkan oleh makan
berlebihan dan mengkonsumsi barang haram. Saat endapan kotor itu terbakar
sehingga hanya yang baiklah yang bertahan, barulah ia bisa mendengar senandung
dzikir dari semua organ tubuhnya. Suara dzikir itu seperti tiupan terompet.
Pertama-tama, ia jatuh di sekitar kepala sehingga kau akan mendengar suara
seperti terompet.
Dzikir adalah
penguasa, jika singgah di suatu tempat, ia akan singgah dengan membawa terompet
itu. Sebab, dzikir menghadang apa saja selain al-Haq. Ketika menempati suatu
tempat, ia akan sibuk melenyapkan segala sesuatu yang menjadi lawannya laksana
air bertemu api. Lalu, akan terdengar berbagai macam suara seperti desir air,
deru angin, golakan api, derap kuda, dan suara dedaunan tertiup angin. Sebab,
struktur tubuh manusia terdiri dari unsur mulia dan hina. Unsur yang hina
meliputi tanah, air, api, udara, bumi dan langit, serta segala yang berada di
antara keduanya. Jadi, semua suara itu berasal dari seluruh unsur asli di atas.
Ketika suara itu terdengar, berarti ia sedang bertasbih dan mensucikan Allah
dengan lisannya. Itulah hasil dari dzikir lisan yang optimal."
---Syekh Ibnu
Atha’illah dalam Miftah al-Falah wa Misbah al-Arwah--
BEKAL PERJALANAN SEORANG HAMBA
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan:
"Wahai saudaraku, jika engkau berada dalam kejayaan, maka
manfaatkanlah kejayaanmu itu untuk bekal amal taat kepada-Nya. Gunakanlah
kejayaan itu untuk mencari jalan menuju kepada jalan-Nya. Wahai saudaraku, ingatlah
bahwa harta yang engkau miliki itu dapat membakar dan menghanguskan kulitmu di
akhirat nanti. Maka belanjakanlah hartamu sesuai dengan ketentuan Al-Qur’an dan
sunah Rasulmu. Agar engkau menjadi sejahtera, dunia
dan akhirat.
Wahai saudaraku, cepat-cepatlah engkau menuju kepada Allah.
Berlarilah kepada Allah. Gunakanlah harta yang ada di tanganmu untuk alat
menuju kepada-Nya, untuk menegakkan syariat-Nya, untuk taat kepada-Nya dan
untuk mencari ridha-Nya.
Seorang mukmin itu harus tahu bahwa Al-Qur’an adalah roh hidayah
yang ada di alam ini, oleh karena itu, antara orang muslim dan Al-Qur’an harus
ada hubungan yang erat. Sebab Al-Qur’an adalah tali Allah yang kuat dan jalan
yang lurus. Al-Qur’an sebagai rahmat untuk alam semesta dan sebagai petunjuk
bagi seluruh umat manusia. Dalam Al-Qur’an telah terhimpun dasar-dasar kebaikan
dan petunjuk untuk membangun kehidupan dan meletakkan landasan ketenteraman di
muka bumi ini.
Allah Swt. berfirman:“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan
petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada
orang-orang mukmin yang mengerjakan amal shalih bahwa bagi mereka ada pahala
yang besar.” (QS Al-Isrâ' [17] :9)”
--Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Fath Ar-Rabbani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar