Minggu, 05 Juli 2015

Muroqobah

Muraqabah. Raihlah dengan penjernihan batinmu

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ



Muroqobah Fokus pada Allah


Wahai penempuh jalan Allah, hendaknya Anda menetapi jalan akhirat melalui ajaran yang telah diperintahkan kepadamu dalam aktivitas lahiriahmu. Bila Anda telah melakukannya, maka  duduklah dalam hamparan  Muraqabah. Raihlah dengan penjernihan batinmu, hingga tak tersisa sedikitpun yang menghalangimu. Berikanlah hak keseriusan dan ketekunanmu, lalu minimkanlah pandanganmu untuk melihat lahiriahmu.  Apabila Anda ingin dibukakan rahasia batinmu, untuk  mengetahui rahasia alam malakut Tuhanmu berupa intuisi ruhani yang datang kepadamu yang kemudian dihalangi oleh bisikan-bisikan yang manjauhkan  dari keinginanmu, maka  ketahuilah pertama-pertama, bahwa kedekatanTuhanmu pada dirimu merupakan ilmu  yang langsung berkaitan dengan hatimu, melalui pengulangan terus menerus pandangan dalam menarik kemanfaatanmu dan menolak bahayamu. Lihatlah firman Allah Swt.: “Adakah sang Khalik selain Allah, yang memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi”



Sesungguhnya yang dari bumi adalah nafsumu, dan yang dari langit adalah hatimu. Apabila ada sesuatu yang turun dari langit ke bumi, lalu siapakah yang memalingkan dari dirimu pada selain Allah: “Allah mengetahui apa yang ada di dalam bumi dan apa yang keluar darinya, serta apa yang turun dari langit dan apa yang naik di dalamnya. Dan Allah menyertaimu dimanapun kamu berada.” (Qur’an)


Berikanlah hak kesertaanNya dengan konsistensi ubudiyah kepada-Nya dalam aturan-aturan-Nya. Tinggalkan kontra terhadap Sifat Rububiyah dalam Af’al-Nya. Siapa yang kontra kepada-Nya akan kalah: “Dan Dia adalah Maha Perkasa di atas hamba-Nya,  dan Dia Maha Bijaksana dan Maha Meneliti.”

Apa yang saya katakan kepadamu ini sungguh benar:  “Tiada yang muncul  dari nafas-nafasmu, kecuali Allahlah yang mengaturnya, apakah Anda pasrah atau menolak. Karena Anda ingin  pasrah pada suatu waktu, dan Anda mengabaikan, di waktu yang lain. Atau Anda ingin kontra pada suatu saat, lalu Anda mengabaikan, kecuali yang ada hanya pasrah. Semua itu menunjukkan Rububiyah-Nya dalam seluruh tindakan-Nya apalagi pada sisi orang yang sibuk dengan  menjaga hatinya untuk meraih hakikat-hakikat-Nya.

Apabila permasalahannya  sedmikian rupa, maka  berikanlah haknya adab  berkaitan dengan apa yang datang kepadamu, dengan Anda bersaksi terhadap sesuatu dari dirimu bahwa tiada awal kecuali dengan Awal-Nya, dan tiada yang akhir kecuali dengan Pengakhiran-Nya, tiada dzahir kecuali dengan  Dzahir-Nya, tiada batin  kecuali dengan Batin-Nya. Apabila Anda telah sampai  pada awalnya awal, Anda akan melihat, terhadap apa yang dilimpahi-Nya.

Apabila muncul suatu bisikan dari Sang kekasih yang sesuai atau tidak dengan dirimu, yang tidak diharamkan syariat, maka lihatlah mengapa  Allah ciptakan di dalam dirimu melalui pengaruh intuitif dalam kondisimu. Bila Anda menemukan bnentuk peringatan yang menyadarkan Anda pada Allah Swt, Anda harus membenarkannya. Itulah adab waktu bagi Anda.  Anda jangan kembali pada selain itu. Apabila Anda tidak menemukan jalan pembenaran, maka tanjakkan diri ke hadapanNya, maka itulah adab waktu pada dirimu. Namun bila Anda kembali kepada selain jalan itu, berarti Anda telah salah jalan.

Apabila hal itu tidak muncul dari dirimu,  Anda harus bertawakal, ridha dan pasrah. Bila masih belum menemukan jalan menempuhnya Anda harus  berdoa agar bisa menarik menfaat dan menolak bencana dengan disertai taslim dan  pasrah total. Saya peringatkan agar anda tidak berupaya demi sebuah pilihanmu, karena ikhtiyar demikian  merupakan keburukan di mata orang yang memiliki mata batin.

Dengan demikian ada empat adab:
Adab Tahqiq
Adab Keluhuran
Adab Tawakal
Adab Doa.

Siapa yang mendapatkan hakikat bersama-Nya akan  terjaga oleh-Nya.
Siapa yang diluhurkan oleh Allah, cukuplah bersama Allah, tanpa lainNya.
Siapa yang tawakal kepadaNya, ia  melepaskan ikhtiar/pilihan dirinya, menyandarkan pada pilihan-Nya.
Siapa yang mendoa pada-Nya dengan syarat menghadap dan mahabbah pada-Nya, Insya Allah akan diijabahi menurut kelayakan dari-Nya. Atau doanya tidak diijabahi —jika Dia menghendaki— karena kehendak doanya  tidak membuatnya maslahat. Setiap masing-masing etika ini ada hamparan keleluasaan.

Hamparan pertama, adalah keleluasaan “tahqiq”. Apabila ada sesuatu intuisi (bisikan halus) yang datang kepadamu tanpa tahqiq, lalu engkau dibukakan sifat-sifat-Nya, maka seharusnyalah Anda tetap dengan rahasia batin Anda, dan diharamkan Anda menyaksikan selain Allah Ta’ala.

Hamparan kedua, adalah hamparan keluhuran.  Manakala datang intuisi kepadamu, selain keluhuran, dan Anda dibukakan melalui Af’al-Nya, maka luhurkanlah dirimu di sana melalui rahasia batinmu. Anda diharamkan menyaksikan selain Sifat-sifat-Nya, dan  Anda sebagai pihak yang menyaksikan dan disaksikan.  Pada tahap  pertama adalah fana’nya penyaksi, kemudian fana’nya yang disaksikan (Anda sebagai yang disaksikan dalam fana’).

Hamparan ketiga, adalah hamparan tawakal. Apabila datang kepadamu suatu intuisi selain tawakal, saya maksudkan adalah apa yang kami sebut terdahulu, baik Anda senangi atau tidak, dan Anda dibukakan cacat-cacat  bisikan,  maka duduklah pada  hamparan cinta-Nya, sembari  bertawakal pada-Nya, ridha terhadap yang tampak pada dirimu berupa dampak dari perbuatan-Nya dalam cahaya tirai-Nya.

Hamparan  keempat,  adalah hamparan doa. Apabila  muncul  bisikan intuisi yang lain, lantas Anda dibukakan  bentuk kebutuhan (kefakiran) Anda kepada-Nya, maka Allah telah menunjukkan akan  Kemahakayaan-Nya. Raihlah  kefakiran sebagai hamparan, dan waspadalah untuk tidak  jatuh dari derajat ini pada tahap lainnya, dikawatirkan Anda terjerumus dalam makar Allah sementara Anda tidak  tahu.

Minimal, bila Anda  mengalami kejatuhan dari  derajat tersebut, Anda akan kembali pada diri Anda, sebagai pengatur atau  pemilih yang menyebabkan Anda memuliakan diri Anda, dan selanjutnya tak ada  kondisi ruhani bagi Anda untuk membawanya secara serius dan tekun, baik dalam lahiriyah maupun batin Anda, dengan mengharapkan agar Anda diberi sebagaimana Allah memberinya. Lalu bagaimana Anda bisa menentang-Nya, terhadap hal-hal yang Allah tidak berkehendak memberikan  kepadamu.

Maka, dampak paling  minimal dalam pintu ini, adalah tuduhan-tuduhan syirik, bahwa Anda telah  menang, padahal sebenarnya tidak sama sekali. Apabila Anda memang menang, lakukanlah sekehendakmu, dan Anda tidak akan mampu melakukan  menurut kehendakmu selamanya.  Ini menunjukkan  besarnya ketekunanmu dalam memamahi tindakan-tindakan Allah Swt. Aku tidak akan ikut pada seorang hamba yang bodoh, atau seorang Ulama yang fasik.

Saya tidak tahu, dimana posisi Anda pada dua  sifat ini; apakah pada kebodohan atau kefasikan,  atau kedua-duanya? Kami  mohon perlindungan Allah dari pengabaian jiwa dari  mujahadah, dan kosongnya qalbu dari musyahadah. Pengabaian diri akan menolak syariat, dan pengosongan  akan menolak tauhid. Sedangkan Sang Hakim telah membawa syariat dan tauhid. Karena itu tempuhlah dengan cara menjauhkan diri dari kontra terhadap Tuhanmu, agar menjadi orang yang bertauhid. Amalkanlah rukun-rukun syariat agar kamu menjadi pelaku Sunnah. Integrasikan keduanya dengan mata hati yang  lembut, maka Anda akan meraih hakikat. Sebagaimana  firman-Nya: “Atau tidakkah cukup bersama Tuhanmu, bahwa Dia Maha Menyaksikan segalanya?”

Kemudian bila muncul intuisi dalam muraqabahmu yang tidak disahkan oleh syariat atau pun yang disahkan syariat, atas apa yang berlalu dari dirimu, maka lihatlah apa yang diperingatkan dan diwaspadakan kepadamu. Apabila intuisi itu menjadikan Anda ingat kepada Allah,  maka adab Anda adalah mentauhidkan-Nya di atas hamparan KeEsaan-Nya. Namun bila Anda tidak demikian, adab Anda adalah melihat adanya  limpahan karunia-Nya, yang  menempatkan dirimu melalui  Kemahalembutan Kasih-Nya. Dan Dia menghiasi  dengannya melalui kepatuhan pada-Nya, dengan mencintai-Nya secera khusus di atas hamparan Kasih-Nya.

Apabila  Anda turun dari pintu derajat ini, sementara Anda tidak berkenan di  sana, maka adabmu adalah  memandang  keutamaan-Nya, karena Dia telah menutupimu atas tindakan maksiat kepada-Nya, dan tirai itu tidak dibuka untuk makhluk lain. Namun apabila Anda berpaling dari adab ini, dan Anda ingat akan maksiat Anda, sementara Anda tidak diingatkan dengan tiga adab di atas, maka  seharusnya  Anda beradab dengan doa dalam taubat, atau  sepadannya, demi meraih ampunan menurut tindak kejahatan yang anda lakukan, yang merupakan salah satu sisi dari yang dibenci syariat.

Namun apabila yang datang adalah intuisi  ketaatan, lalu Anda datang  dan mengingat siapa yang  memberikan limpahan  manfaat kepadamu, maka janganlah matamu memandang sejuk karenanya, tetapi harus mengingat pada Allah Yang memunculkannya.  Sebab apabila pandangan  mata Anda sejuk tanpa menyertakan-Nya, berarti  Anda telah turun dari derajat hakikat.

Apabila Anda tidak berada pada derajat tersebut, hendaknya Anda menempati  pada derajat berikutnya. Yaitu Anda menyaksikan  akan keagungan keutamaan Allah terhadap diri Anda, karena Anda telah dijadikan sebagai orang yang layak dan pewarisnya berupa rizki kebaikan dari derajat tersebut. Bahkan diantara tanda-tandanya yang menunjukkan atas  kebenarannya. Apabila Anda tidak menempatinya dan turun di bawahnya, maka Adab Anda adalah merenungkan secara mendalam pada ketaatan  tersebut, benarkah hal itu memang taat yang  sebenarnya dan Anda sendiri selamat dari tuntutan-tuntutan di dalamnya? Ataukah sebaliknya, justru  Anda tersiksa karenanya? Na’udzubillah! dari segala kebajikan yang kembali pada keburukan. “Dan tampaklah pada mereka dari Allah, apa-apa yang tidak mereka perhitungkan.”

Jika Anda turun dari derajat ini pula kepada derajat lain, maka etika  atau adab Anda adalah mencari keselamatan  dari derajat tersebut baik melalui kebaikan maupun  keburukannya. Seharusnya tujuan Anda yang berangkat dari kebajikan Anda lebih banyak dibanding tujuan  dari pelajaran keburukan  Anda, apabila Anda masih  menginginkan termasuk golongan orang-orang shalih.

Apabila Anda inginkan suatu bagian, sebagaimana  yang diberikan kepada wali-wali Allah Swt. Anda harus  menolak semua manusia secara total, kecuali pada orang yang menunjukkan  kepada Allah melalui petunjuk yang benar dan amal yang kokoh yang tidak kontra dengan Al-Qur’an dan Sunnah.

Berpalinglah dari dunia sepenuhnya, Anda jangan sampai tergolong orang yang ditawari dunia karena  tindakan itu. Namun seharusnya Anda menjadi hamba  Allah yang  diperintah untuk melawan musuhNya. Jika Anda berada pada posisi  dua karakter ini: berpaling dari dunia dan zuhud  dari manusia, maka tegakkanlah muraqabah (mawas diri untuk fokus kepada  Allah, menetapi  taubat dengan penjagaan diri, memohon ampunan kepada Allah melalui kepasrahan dan kepatuhan terhadap aturan-aturan secara istiqamah.

Penafsiran empat adab tersebut: Adalah hendaknya anda menjadi hamba Allah, dengan cara:

Mewaspadakan hatimu agar tidak melihat di semesta raya ini sesuatu pun selain Allah Swt. Bila anda merasa meraih ini, akan ada panggilan intusi kebenaran dari Cahaya Kemuliaan, bahwa anda telah buta dari Jalan Benar, karena darimana anda mampu melakukan Muroqobah?

Hendaknya anda mendengarkan firman Allah Swt, “Dan Allah adalah Maha Mengawasi segala sesuatu.” Dengan begitu anda merasa malu atas taubat anda yang anda duga sebagai taqarrub, maka kokohkanlah taubatmu dengan menjaga hatimu. Dan jangan anda pandang bahwa taubat itu muncul darimu, yang membuat dirimu malah keluar dari jalan yang benar.

Bila anda merasa bahwa semua itu datang dari diri anda, maka akan muncul intuisi ruhani yang hakiki memanggilmu dari sisi Allah Ta’ala, “Bukankah taubat itu datang dariNya dan kembali padaNya? Sedangkan kesibukanmu yang menjadi sifatmu,  adalah hijabmu atas kehendakmu?” Maka disanalah anda memandang sifat dirimu, lalu anda mohon perlindungan kepada Allah Swt, dari sifat itu. Lantas anda beristighfar dan kembali kepadaNya.

Istighfar itu berarti mencari tutup terhadap sifat-sifat burukmu dengan cara kembali kepada Sifat-sifatNya.

Apabila anda mampu beristighfar dan kembali, akan muncul pula panggilan hakiki  seketika, “Tunduklah dengan aturan-aturanKu, dan tinggalkanlah penentangan terhadapKu, teguhlah dengan kehendakKu dengan melawan kehendak dirimu. Karena kehendakmu adalah bentuk pengambil alihan sifat Ketuhanan atas kehambaanmu. Maka jadilah engkau “hamba yang benar-benar dikuasai, tidak meliki kemampuan apa pun.” Sebab jika dirimu merasa mempunyai kemampuan, maka justru akan dibebankan padamu, sedangkan Aku Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Bila anda telah benar dalam pintu ini dan anda disiplin di sana, maka anda meraih kemuliaan rahasia semesta.
(cahaya sufi)

Janganlah berpaling kepada makhluk

Dunia itu penutup akhirat dan akhirat penutup orang yang memiliki dunia dan akhirat; setiap ciptaan menjadi penutup Allah, selagi kau bersanding bersamanya, maka ia menutupimu. Janganlah berpaling kepada ciptaan atau apapun selain Allah sehingga memperdekatkan dirimu ke pintu Allah – disertai langakh sirr dan kesucian zuhud terhadap selain Dia; dengan berani menantang keberadan itu, memperbesar diri atasnya dan berselisih denegannya sebaliknya beristighosat kepada-Nya dengan memandang ilmu-Nya. Jika telah nyata nelikaian hati dan sirri-mu, bahkan bisa masuk, memperdekat dirimu, mempermalukan dirimu, menguasai hati dan memerintahmu dan menjadi terapi untukmu lalu palingkan dari ciptaan termasuk dunia, maka perpalingan itu suatu nikmat dalam kebenaran mereka, dan kau ambil dunia dari tangan mereka lalu memberikan kepada kaum kafir; itu merupakan ibadah taat dan selamat; siapa mengabil dunia atas dasar kejernihan ini tidaklah mendatangkan medlarat baginya bahkan memasrahkan dan menjernihkan diri dari kotoran busuk. Siapa ingin beruntung hendaklah ia hinakan diri bersama hartanya ke hadirat Allah serta membebaskan hati dari ciptaan – seperti keluarnya rambut dari tepung atau susu – demikian pula untuk masalah akhirat dan masalah yang menjurus kepada selain Allah. Jika demikian ini terjadi maka ketika itu kau diberi setiap sesuatu yang menjadi hak di hadapannya; engkau makan bagianmu baik berupa dunia dan akhirat serta melayanimu. Jangan makan dunia yang menjadi bagianmu jika ia duduk dan engkau berdiri; karena nampan yang disungginya itu melayani siapa pun yang berdiri di pintunya (dunia). Karena segala yang ada itu tetap di bawah Sang Maha Kaya yakni Allah Azza wa Jalla.
Ketahuilah bahwa dunia itu sudah terbagi sejak semula, karena itu tinggalkan pencarian dunia yang hanya menimbulkan kesusahan. Dan ketahuilah bahwa derajat akhirat dan nikmat juga sudah terbagi, karena itu tinggalkan pencarian derajat itu atau usahakan untuk menutupinya. Mereka tidak bekehendak selain kepada Allah semata, bila engkau masuk surga mata mereka tidak dibukakan sampai melihat Nur Allah; cintailah penyendirian, hati siapa tidak disendirikan dari makhluk dan sebab-sebab tidak mungkin mampu bersuluk seperti para Nabi orang-orang benar (siddiqun) dan sholihin hingga ia berkonaah atas dunia dengan mudah da menyerahkan ke Penguasaan-Nya. Janganlah engkau berpaling untuk mencari yang banyak karena hal itu bisa merusak dirimu, pabila engkau menerima kebendaan yang banyak dari Allah tanpa disertai ihtiar berarti dirimu terpelihara darinya.
Dari Hasan al-bashri ia berkata : Tuturilah manusia dengan ilmu dan bicaramu. Wahai penutur manusia turutilah manusia dengan kejernihan sirr dan ketaqwan hati, janganlah kau turuti mereka dengan kebaikan sikap amaliahmu beserta keburukan rahasiamu. Sesungguhnya Allah  mencatat hati orang beriman jauh sebelum dirinya dicipta; ini yag terdahulu, karena itu tidak dibernarkan berhenti bersama yang terdahulu  dan tawakal kepada-Nya. Sebaliknya dibenarkan dengan cara yag sungguh tekun  berpaling dan menghabiskan kemampuannya untuk bermujahadah untuk mencapai keberhasilan iman dan yaqin serta berusaha untuk berjalur menepati Allah dan menyelusuri iman, ungkin dengan cara ini Tuhan bekehendak melimpahkan sesuatu kepada kita tanpa iktisab.
Wahai Allah limpahkanlah rizki kepada kami dan mauqufkanlah kami serta jauhkan kami dari dari perkara batu.
Dan berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, san selamatkanlah kami dari siksa neraka.


Usir rasa cinta dunia dari hati

Ada seorang bertanya : Bagimana aku harus mengusir rasa kecintan dunia dari hatiku? Beliau (Abdul qadir) menjawab : perhatikanlah kegoncangannaya beserta tuhan-tuhannya, dan bangunan-bangunannya, bagaimana engkau berhilah kepada mereka, bertuhan mereka dan surut ke belakangnya, lalu memperlambat mereka dari satu derajat ke lain derajat hingga kedudukanmu terpandang di mata manusia dan berlenggang di muka mereka memperlihatkan harta kekayaannya serta keajaiban-ajaibannya; maka suatu ketika mereka bergelanyut bergembira atas kedudukannya yang tinggi; kehidupan mereka baik dan pelayanan untuk mereka sempurna; pabila mereka tercabut terpateri tebenam dan terlempar dari belenggu ketinggian derajat  di atas-atas tempat fital mereka, maka menyebabkan keterputusan mereka kegoncangannya dan kehancurannya, sedang ia berhenti sambil menertawakan dirimu dan iblis berada di sisinya tertawa juga bersamanya.
Nah, demikian lukisan tindak tanduk sebahagian besar para pemimpin dan orang kaya sejak masa Adam sampai hari kiamat? Dengan demikian ia terangkat lalu dijatuhkan, didahulukan lalu dikessampingkan, diperkaya kemudian dipermiskin, didekatkan lalu dijegal. Keganjilan merak adalah terletak pada manusia yang menyerahkan dirinya mengalahkan, dan tidak mampu mengalahkannya, menolong dan menerima keburukannya, yang menerima keburukan di samping takut akan tipu dayanya.
Peminta, jika kamu menatap sesuatu dengan mata hatimu sampai batas keburukan dunia tentu kau mampu mengeluarkan dunia dari hati, tetapi  jika keu tetap dunia hanya mengunakan mata kepala tentu tertipu oleh warn warni yang menghias keburukannya, sudah barang tentu kau tidak akan pernah mampu mengusir dunia dari hati dan berzuhud di dunia, padahal dia membunuhmu seperti pra pembunuh; perangi nafsu sampai tenteram benar, jika kau merasa tenteram niscaya kau akan mampu melihat aib dunia bahkan mampu menerapkan zuhud di sana. Ketenteramannya adalah kau mampu menerima bisikan hati, berkait dengan sirr; sedangkan ketenteraman kedua-duanya terletak menurut perintahnya menahan dunia di samping berkenaan atas pelimpahan nya dan sabar atas penolakannya (dunia akhirat). Jika ketenteraman telah tercipta baru kau bisa bersandar pada hati dan ketenangannya,
Aku lih(pembenaran) takzib (pembual) di hadapan para ulama dan berdialog bersama mereka; janganlah saling kontra dengan mereka karena mereka adalah para penguasa dunia dan akhirat, mereka penguasa yang dekat dengan Allah, maka mereka pun mampu menguasai segala keberadaan ini selain Dia.
Allah sungguh memberi kecukupan hati mereka memenuhi dengan kedekatan, berjinak di samping terpenuhi juga dengan nur dan kemuliaan-Nya; mereka tidak diuji melalui orang yang berdunia atau orang yang memakannya. Mereka tidak melihat kemuliaan tetapi melihat akibat atau akhir peristiwanya. Mereka jadikan Allah sebagai  tolok rujuk mata sirr mereka; mereka tidak bersembah karena takut binasa tidak pula karena harapan agar bisa menguasai keberadaan mereka kepadanya atau untuk melanggengkan persahabatannya dan bertahluk pada sesuatu yang tidak mereka ketahui; Dia adalah maha pelaksana atas hal yang dikehendaki; orang munafik bila bicara suka membual, jika berjanji tidak ditepai dan jika dipercaya berhianat; siapa terlepas dari sifat ini maka sungguh terlepas dari sifat munafik.
Nah,  ini sifat pembeda antara mukmin dan munafik, genggamlah pembeda dan cermin ini, tataplah permukaan hatimu kemudian lihat apakah dirimu mukmin atau munafik; pentauhid atau pemusyrik, setiap dunia berisi fitnah dan pengridu kecuali dunia yang terambil dengan niat baik semata untuk tujuan akhirat; bila dirimu telah berniat dalam pengembaraan di dunia, maka jadilah akhirat sebagai nikmat yang kosong dari syukur ke hadirat Allah; genggamlah nikmat Allah terdorong oleh rasa syukur kepada-Nya; syukur kepada Allah adalah proyeksi syukur kepada-Nya.
 Syukur kepaa Allah, ada dua bagian :
Pertama : Istianah dengan nikmat atas dasar taat dan muwassa’at kepada kaum fakir.
Kedua : i’tiraf kepada sang pemberi nikmat dan syukur atas turunnya, pemegangannya adalah Allah.
Sebagaian ulama berkata : “setiap sesuatu yang membuat kerepotan dari Allah bisa membawa keuntungan bagimu, dan kalaupun dirimu terepotkan oleh kenangan kepada Dia, maka bagimu mendapat keuntungan pula. Shlat, puasa, haji dan segala perbuatan baik maka setiap perbuatan itu membawa keuntungan. Bagaimana kamu berkata : Allah Maha Besar sedang kamu dusat, betapa banyak tuhan berendam dalam hatimu – selain Allah – termasuk setiap apa yang kau gantungi keu pertuhankan, setiap yang kau harapi kau pertuhankan; hatimu tidak sejalan dengan lisan, lakumu tak sesuai dengan ucapan; betapa tidak memalukan kau berucap Laa Ilaah Illallah, tapi berribu tuhan masih tersimpan di hati; taubatlah kepada Allah – lekas – meliputi jiwa dan dari apa pun yanng tersimpan dalam jiwamu.
Wahai oang yang berilmu sungguh qana’ahmu terletak dalam nama bukan disertai amal, mana mungkin bisa membawa manfaat bila kau berkata “aku orang alim” sedang kau tetap dusta; bagaimana kau rela terlantarkan jiwa sendiri sedang kau suruh hal baik lainnya yang tidak kau laksanakan. Kelakuanmu seperti yang difirmankan Allah :
“Mengapa kamu mengucapkan (sesuatu) yang tidak kamu perbuat? (Qs. LXI :2)
Celaka kau erintah manusia agar berlaku benar sedang dirimu sendiri dista; kau perintahkan mereka agar bertauhid tapi kau bersyirik; engkau perintah mereka supaya ikhlas tapi kau sendiri suka beriya dan munafik; kau perintah manusia agar tinggalkan maksiat, tapi kau justru memupuknya; sungguh telah sirna sifat malu dari matamu; kendati kau katakan iman, ternyata kau tak punya rasa malu. Bukankah Nabi bersabda :
“Malu adalah sebagian dari iman.”
Tiada iman bagimu, tiada yakin dan amant bagimu, kau sembunyikan ilmu maka amalmu pun lenyap bahkan kau ditulis oleh Allah sebagai penghianat! Aku tak tahu tentang terapi mujarab untukmu kecuali takwa dan menetapi taubat; siapa bersih imannya selamatlah setiap urusannya, kaitannya jangan sampai berlaku syirik dengan ciptaan, causalita atau bergantung kuat dengannya, jika nyata demikian niscaya segala tindakan akan selamat dari bencana berlanjut mengoper iman pada yaqin. Iman kepada Allah, Rasul-Nya dan membenarkan keduanya menjadi landasan dasar permasalahan ini; Islam kemudian iman lalu bertindak menurut standar Kitab Allah dan syari’at Rasul-Nya, kemudian menetapkan ikhlas dalam beramal seiring bersama tauhid qalbi ini adalah satu konsep untuk mencapai iman sempurna; orang beriman yang kosong dari konsep tersebut, dari amaliahnya atau dari setiap apa pun kecuali Allah maka pelaksanaan amaliahnya itu terlepas dari dunia; tidaklah henti-hentinya ia lakukan jihad melawan nafsu beserta segala keberadaan ini – yang datang dari mereka – di sisi Tuhan Al Haq sampai mendapat petunjuk ke jalan-Nya. Dia berfirman :
“Dan orang-orang yang berjihad dalam (urusan) Kami niscaya akan Kami tunjukan mereka pada jalan Kami.” (Qs. XXIX :69).
Jadilah kamu orang-orang zuhud dalam hal apa pun, relakan ketentuan Dia yang mengolah dirimu dalam Kuasa Qadae-Nya, jika kau ikuti dia niscaya teralih pada kekuasaan-Nya; amat beruntung orang yang tidak bergeming dari qadar Allah, dan menunggu ketentuan apa yang akan terjadi, beramal dengan ketentuan Allah, berkemajuan bersama ketentuan Allah dan tidak kafir atas nikmat yang ditentukan Allah; adapun tanda-tanda nikmat yang ditentukan adalah kedekatan dengan-Nya dan bekerja bersama-Nya; jika hati seseorang telah terrpagut dengan Tuhan niscaya ia merasa berkaya (tidak membutuhkan) makhluk lain; bahkan ia diperdekat, diberi penguasaan oleh Allah. Dia berfirman :
“Sesungguhnya engkau mulai hari ini mempunyai kedudukan tinggi dan kpercayaan di sisi kami.” (Qs.XII:54).
Penghibahan kuasa dalam kerajaannya seperti yang dilakukan penguasa Mesir kepada Yusuf a.s.; praktis urusan kerajaan berada di tanagnnya, sehingga hal itu mengangkat Yusuf sebagai orang terpercaya dan penguasa lumbung negara.
Nah, demikian gambaran hati jika sudah bersih, tampaklah perangai terpuji dan hatinya suci pula dari selain Allah. Adapun jalur untuk mencapai tujuan ini melalui ilmu dan amal, karena hanya menggunakan ilmu lahiri saja tidak mungkin bisa merubah kebatilan, bahkan bisa juga membawa kemalasan tunduk kepada Allah – yang menyebabkan dirimu diuji dengan siksa. Nabi saw. bersabda :
“Jika seorang meringkas dalam hal amanat niscaya Allah mengujinya dengan dukacita.”
Firman Allah : “Allah tidak akan menyiksa kamu jika kamu bersyukur dan berriman.” (Qs. IV:147).
Celaka, samapai kapan engkau mempersibuk diri dan oleh keluargamu smpai lupa menyembah Allah. Ada Ulama berkata : Jika kamu mengajar anakmu maka sertakan niat dan sibukkan ia bersama Allah. Artinya jika kamu tahu bahwa niat itu bisa membuat kebaikan sesuatu dan berharga tinggi; ajarilah anakmu ilmu cipta dan akhiri dengan ilmu yag menjurus ibadah kepada Allah, karena keluarga dan anak itu tidak membawa pengaruh apa pun bagimu dari ketentuan Dia; tradisikan dirimu, keluarga serta anakmu untuk berqana’ah dan usaikan agar mereka terbawa oleh ta’at kepada Allah.
Engkau jangan mencari kaya melalui agama Allah, riya’ dengan agama-Nya dan berrmunafiq atas nama agama Dia – sebagaimana perlakuan orang-orang munafiq; riya, munafiq, dan maksiat menjadi sebab fakir, hina dan jauh dari pintu Allah; orang munafiq lagi riya’ itu bisa saja mencari dunia dengan kedok agama, bersikap seperti orang shalih, padahal ia tak punya kepandaian tentang hal itu; ia bicara seperti orang shalih, berbusana seperti mereka tapi ia tadak beramal seperti amalan mereka; ia mengaku anak turun mereka padahal nasabnya bukan dari mereka.
Wahai para dusta, berlaku bernarlah, wahai penjauh dari Tuhan kembalilah, tujulah pintu Allah dengan sepenuh hati; rujuklah dengan-Nya, takutlah kepada-Nya dalam keadaan iman ambillah dunia menurut syara’; dan untuk tingakt walayah ambillah melalui kuasa Allah beserta penyaksian ata skeduanya yakni penyaksian Kitab dan Sunnah.
Wahai sahay, betapa tangismu memalukan atas dirimu, karenanya engkau mengharamkan kebenaran dan taufiq, alangkah memalukan, hari ini kau tunduk kepada Allah esok hari telah maksiat kembali; hari ini kau ikhlas hari esok telah bersyirik, Nabi Muhammad saw. bersabda :
“Barangsiapa hari-harinya sama berarti ia tertipu, dan barangsiapa hari kemarinnya lebih baik daripada harinya (hari ini) berarti ia tertutup dari rahmat”
Anak-anak muridku, bermujahadahlah, mohonlah pertolongan dari Tuhan, kau kan terombang-ambing dalam gelombang ssamudera mengangkat lalu melemparmu ke pantai; doa harus kau tinggikan untuk mencari keterkabulan; mujahadah darimu dan taufiq dari-Nya; luruskan pencarianmu niscaya kau lihat pintu memperdekat dirimu dengan-Nya; kau harap rahmat-Nya mengalir untukmu kelembutan, kemuliaan dan cinta-Nya tersebar padamu; demikianlah tujuan yang dikehendaki manusia normal.
Wahai penghamba nafsu, hawa dan setan, di sisiku tiada sesuatu pun kecuali kebenaran mutlak, hati dalam hati, jernih dalam jernih, pemutus dan penyambung, yaitu pemutus selain Allah dan penyambung dengan-Nya, aku tidak akan mengharap kegilaanmu; wahai orang munafiq, wahai para pendusta; tidak; sekali-kali aku tidak malu dihadapanmu mengatakan itu; bagaimana aku malu sedang kau tidak pernah malu kepada Tuhan dan merendah diri dari padangan-Nya; penyebab utama setiap perbuatan kafir dan munafik adalah sikap pembual yang tidak diikuti taubat atau tidak segera kembali kepada Allah berlandas taubat secara total serta takut kepada-Nya.
Ada Ulama’ berkata bahwa : Benar itu pedang Allah di bumi-Nya, tiada sesuatu diletakkan di atasnya kecuali terpotong. Kemarilah karena aku membawa nasihat untukmu, aku ingin meluruskan dirimu; kendati bagimu aku mati tapi sebenarnya aku tetap hidup bersama Allah; siapa membenarkan daku dalam pergaulan tentu memperoleh manfaat dan beruntung; siapa mendustakan dan membohongi persahabatan denganku ditolak dan tersiksa di dunia akhirat.
Kata Malik bin Dinar kepada muridnya : Jika kamu ingin mengenal Allah, maka relakan pengolahan dan taqdir-Nya, dan kamu jangan menghidupkan nafsu, hawa, tabiat dan kehendak untuk menserikatkan-Nya.
Wahai manusia dalam masa dekat kau akan mati; ratapilah jiwamu sebelum diratapi orang; sungguh kamu menyimpan dosa-dosa membayang di atas siksa yang menghinakan; hatimu terlalu menderita karena cinta dunia atau loba padanya. Tinggalkan pencarian yang menganiayamu; terimalah apa pun yang mempercukup ddiriu; akal tidak mungkin pernah gembira dengan sesuatu yang didapat; halalnya dihisab dan haramnya disiksa; tapi sebagian besar manusia telah lupa siksa dan hisab.
Wahai sahay, jika dunia datanng di hadapanmu sedang hatimu melihatnya tidak tenteram lepaskan ia’ tapi jangan kau ratapi penuh keberatan hati; ikutilah kendali hati sehingga hatimu tetap menempatkan pengajaran bijak yang mengamalkan hukum-hukum Allah lalu mengajarmu dan menasehatimu. Wahai penjual sesuatu tanpa sesuatu dan membeli seuatu tanpa sesuatu, sungguh kamu pembeli dunia dengan akhirat dan menjual akhirat dengan dunia ternyata kamu dalam puncak kefusian (bingung) kebinasaan dan ketololan yang amat; tampak makanmu laksana binatang bila sedang makan, tanpa memilah-milah, tanpa perhitungan dan tanpa tanya, tanpa niat, tanpa perkara, tanpa kerja, orang beriman sesungguhnya hanya makan sesuatu yang diperbolehkan syara’; bagi para wali makannya diperintah dan dilarang; mereka berbuar begitu dari sudut hati; adapun Badal tidak mengambil kepentingan dengan sesuatu sebliknya ia berbuat sesuatu itu dalam ketiadaannya bersama Allah. Dari sini bisa difahami jika wali itu tetap tegar bersama ketentuan-ketentuan yang berrlaku, sedang badal masih diselimuti oleh rasa ikhtiar, tetapi setiap perbuatan itu selalu disertai landasan hukum syara’ lalu menarik dalam samudera qudrah, gelombangnya sesekali meninggi di lain waktu tenang, sesekali pasang ke pantai di lain waktu surut ke tengah-tengah gelombang; jadi ia seperti Ashabul Kahfi, sebagaimana disinyalir Allah :
“Dan kami balikan mereka ke sebelah kanan dan ke sebelah kiri.” (Qs.XVIII:18).
Tidak ada akal bagi mereka angn-angan dan perasaan; mereka berada dalam tempat kelembutan dan kedekatan yang memejamkan mata, baik lahiri atau batini. Nah, inilah gambaran orang terdekat memejamkan mata hatinya kepada selain Allah, maka ia tidak melihat apa pun kecuali Tuhan, tidak bisa mendengar kecuali melalui-Nya; wahai Allah fana’kanlah kami kecuali untuk-Mu dan temukanlah kami dengan-Mu.

Dan berikanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia dan kehidupan yang baik di akhirat, dan perihalah kami dari siksa neraka.

Janganlah menyukutan Allah baik dalam angan-angan

Janganlah menyukutan Allah baik dalam berangan-angan pengertian dengan nafsu, hawa dan tabiatmu, takutlah Dia pasang dalam jiwa.
Ada Ulama berkata : “Iktuilah Allah berkait dengan ciptaan dan jangan ikuti mereka untuk-Nya; patahkan orang yang mematahkan, sombongi orang yang sombong diri, belajarlah untuk menyesuaikan dengan Allah melalui orang yang shalih yang dilimpahkan taufik, ilmu itu dijadikan agar diamalkan tidak hanya untuk dipelihara secara tersendiri; belajarlah dan beramallah lalu kenali orang lain; jika kamu berilmu kemudian rela beramal, maka ilmu itu terucap darimu jika kamu diam bicaralah dengan lisan yang dihiasi amal – perbanyak – daripada yang kamu bicarakan dengan lisan ilmu. Karena itu ada Ulama berkata : “Ilmu yang tidak bermanfaat, maka tidak bermanfaat pula tuturnya. Orang beramal dengan ilmu akan mendapat manfaat dengan ilmu tersebut, baik untuk diri sendiri atau orang lain; karena itu Allah menjadikan tutur kataku menurut kehendak-Nya atas dasar kemampuan situasi yang melingkupi diriku; jika tidak, niscaya antara daku dan kamu terjadi permusuhan; tujuanku padamu percuma sedang tiaa sesuatu bagiku dan tiada bagiku sesuatu; kalaupun ada sesuatu untukku tentu kamu menolaknya; tiada apa pun di antara aku dan kamu selain nasihat yang kuterima dari Allah untukmu, bukan untukku, terimalah ketentuan Allah, jika tidak tentu mematahkan dirimu; berjalanlah bersamanya menurut dasar usaha, jika tidak niscaya memberangusmu; jadilah orang yang bertabaruk di hadapan-Nya sampai kamu mendapat rakhmat dan menyatu di belakang-Nya.
Wahai manusia, atas kemampuan himahmu yang harus kau berikan – jauhilah selain Allah sepenuh hati, hingga memperekatmu dengan-Nya; padamkan nafsumu dan dari makhluk; sungguh hijab telah terangkat antaramu dan Tuhan-mu. Ditanyakan : bagaimana cara memadamkan? Jawabnya : padamkan jiwamu yang mengikuti nafsu, hawa, tabiat, makhluk dan seebabsebab yang berlingkar atas mereka, tinggalkan syirik dan tinggalkan mencari keberadaan ini selaina Allah.
Jadilah seluruh amalmu karena Allah semata jangan untuk mencari nikmat-Nya – dengan ketentuan dan perbuatan-Nya; sebab kau lakukan ini berarti kehendakmu telah mati sebaliknya bercinta Dia.
Wahai orang jahil (tidak mengenal) Allah dan para khawash-Nya, kamu tidak merasakan makanan ghoyah mereka, karena hal itu racun pembunuh; peliharalah jiwa ragamu jangan sampai berpaling kepada mereka dengan membawa keburukan; karena mereka terperdaya oleh mereka; wahai orang munafiq sungguh di hatimu tumbuh bintik-bintik nifaq menjalar sampai menguasai lahir dan batin-mu; amalkan tauhid, ikhlas dalam segala aktivitas niscaya keraguan yang mengitarimu lenyap; alangkah banyak huku syara’ yang kau bakar lalu mengoyak busana ketaqwaanmu yang kuat, melobangi busana tauhid, memadamkan cahaya iman dan membenci Tuhanmu dalam segala situasi dan kondisi. Jika seseorang di antaramu mendapat untung dan melaksanakan taat, bisa dimengerti ia terlingkupi busana ujub, ingin dilihat orang atau mencari pujian dari mereka.
Siapa di antaramu ingin bersembah diri kepada Allah hendaklah beruzlah dari ciptaan, karena pandangan mereka terhadap amal bisa membatalkan rencana itu. Nabi saw. bersabda :
”Peliharalah uzlah, sesungguhnya uzlah itu termasuk ibadah, dan sesungguhnya perbuatan itu (uzlah) merupakan laku orang-orang shalih sebelum kamu.”
Peliharalah iman, yakni, fana’ dan exsistensi Allah – bukan dirimu atau yang lain – beserta menjaga hukum-hukum-Nya dengan mendapat kerelaan Rasulullah saw. kerelaan orang yang memahami, orang yang mendengar dan membaca; tidak ada kemuliaan bagi orang  berkata selain ini; inilah yang tersurat dalam mushaf di lauh makhfudz sebagaimana dikalamkan Allah yang yang tampak dalam kekuasaan-Nya dan yang tampak di hadapan kita. Jagalah Allah jangan sampai terputus dari-Nya dan bergantung kepada-Nya; karena hanya Dia-lah pelimpah kecukupan dunia akhirat; jagalah penjaga hidup dan mati dan pelihara dirimu dalam berbagai kondisi; peliharalah kehidupan ini agar tetap putih, layani Dia sampai kau dilayani; genggamlah sekuat hati sewajarnyalah di hadapan Tuhan sambil beramal tentu sayap hatimu merekah lalu terbang menuju Allah.
Wahai kaum sufi  -- terapkan tasauf dalam sirr, dalam hati, kemudain dalam jiwa dan untuk tubuhmu; bidayah zuhud dari sana membentuk dirimu – bukan dari lahir ke batin; apabila sirr telah jernih maka kejernihan itu berputar menuju hati; jiwa, anggota tubuh, makanan, minuman dan keseluruhan tingkah laku; untuk pertama kali sesuatu menyelimutimu dalam rumah adalah bila telah sempurna bangunannya lalu kterkeluarkan ke bangunan pintu;sudah menjadi hukum tiada lahir tanpa batin; tiada cipta tanpa pencipta; tiada pintu tanpa rumah; tiada kunci pada yang hancur; ada panggilan : wahai dunia dan akhirat; wahai cipta tanpa pencipta.  Terhadap segala apa –pun  yang dirimu berada di dalamnya tidak membawa manfaat untukmu di hari kiamat, bahkan bisa membawa sengsara atasmu. Inilah kehidupan yang seiring denganmu dan yang melingkupi keberadaan ini; di sana tempat hidupmu untuk beriya’, bermunafiq dan bermaksiat, dus segala sesuatu yang tidak laku di pasar akhirat.
Luruskan Islam bagi kau perolehnya; Islam itu Musytaq dari Istaslama, Jika takdir kamu serahkan kepada Allah serahkan pula jiwamu luruskan kepada-Nya, lupakan apa yang mengitari dan ketakutanmu termasuk dunia, nafkahkan untuk mencapai tunduk kepada Allah; amalkan dengan taat, serahkan dunia dan lupakan ia, karena setiap perbuatanmu cenderung terhenti, setiap amal yang tidak dibarengi ikhlas, maka ia seperti kulit tanpa akal, laksana jasad tanpa ruh, laksana gambar tanpa arti, nah demikian ilustrasi amaliah orang munafiq.
Anak-anak muridku, seluruh makhluk ini kedudukannya hanya sebagai alat, tidak lebih dari itu; Allah-lah Sang Pencipta yang mengaturnya; siapa memahami ini akan memeproleh perekat dengan alat dan mengetahui dzat pengatur di sana. Berhenti bersama ciptaan amat di benci dan berhenti bersama Allah tercinta juga sebagai kebaikan dan nikmat tersendiri; rupanya kamu orang yang terputus dari kebesaran orng pendahulumu; sebenarnya kamu berqana’ah tapi kamu tidak mengangkat guru yang bisa menjelaskan dan menuntun adatmu. Wahai orang terputus dari kebenaran; wahai orang yang dipermainkan setan, manusia dan jin, wahai penyembah nafsu, hawa dan tabiat.
Celaka kamu membisu tak sudi mohon pertolongan Allah; kembalilah kepada-Nya dengan langkah yang bisa dirasa dan penuh kekuatan, sehingga kamu , memperoleh apa yang ada di tangan musuhmu dan selamat dari benturan gelombang samudera kehancuran; berpikirlah tentang akibat ini; apakah kamu termasuk mereka yang ada di dalam; sungguh teramat mudah kau meninggalkan Dia; rupanya kamu tertutup batang kelalaian; keluarlah dari bayangannya niscaya kamu melihat sinar mentari dan jalan lurus membentang; pohon kelupaan terpelihara oleh air kebodohan..dan batang jaga dan ma’rifat tepelihara oleh air fikir; adapun pohon taubat terjaga oleh air sesal; dan pohon cinta terjaga oleh air persesuaian.
Anak-anak muridku, sungguh keberadaanmu terletak di antara kendala sedang saat itu dirimu masih kanak-kanak atau masih muda; sampai kini; ketika telah beranjak mencapai usia ke 40 tahun atau lebih saat itu kamu suka bermain-main seperti anak kecil; takutlah pembauran sifat bodoh dan kholwat (pacaran) sebaliknya bergaulah dengan guru-guru yang bertakwa; jauhilah anak-anak muda yang bodoh; berdirilah lurus dengan ulama; siapa datang keapdamu jadilah ia seperti dokter mereka; jadilah kamu untuk manusia seperti saudara sekandung, perbanyaklah takut kepada Allah, karena mentaati-Nya itu termsuk dzikir. Sabda Nabi saw. :
“Barangsiapa taat kepada Allah berarti telah mengenang-Nya kendati sedikit shalatnya, puasanya dan bacaannya pada Al-Qur’an, dan barang siapa bermaksiat kepada Allah berarti telah melupakan-Nya, kendati shalat banyak shalatnya, puasanya dan bacaannya pada Al-Qur’an.”
Orang beriman itu harus selalu taat kepada Allah, bersesuaian dengan-Nya, sbar dan berhenti kala mendapat untung; menyandarkan ucapannya, makanan, pakaian, dan segala apa pun yag terpercik dari-Nya. Tapi orang munafiq itu tidak ambil peduli ketentuan-ketentuan ini – dalam segala kondisi mereka :
Anak-anak muridku bila kamu cinta Allah atau mencintai yang lain itu jangan kamu satukan (padukan) dalam satu hati :
Firman Allah :
“Allah tidak menjadikan seseorang  mempunyai dua hati dalam dadanya.” (Qs. XXXIII:4).
Dunia akhirat tidak bisa dipadukan; pencipta dan ciptaan tidak bisa disatuka; tinggalkan sesuatu apa pun yang fana’ sehingga memeproleh sesuatu yang tidak fana’; rendahkan diri dan hartamu hingga memperoleh surga. Firman Allah :
“Sesungguhnya Allah telah membeli diri dan harta orang-orang yang beriman dengan memberikan surga untuk mereka.” (Qs.IX:111).
Rendahkan hatimu berzuhud terhadap apa saja selain Allah sampai kau peroleh kedekatan Allah dan persambungan di dunia dan akhirat.
Wahai pecinta Allah, perbaguslah dirimu bersama ketentuan-Nya sekiranya baik dan sucikan hatimu yang menjadi pusat perekat dengan Allah; bersimpuhlah di pintu-Nya dengan pedang tauhid, ikhlas, shodiq dan janganlah kau buka untuk seseorang pun selian Dia; janganlah kau persibuk pos-pos hatimu selain untuk-Nya :
“Tidak akan sampai daging dan darahnya kepada Allah hanya yang sampai kepada Allah ialah taqwa darimu.” (Qs. XXII:37).

Wahai bani Adam, apa pun yang ada di dunia dan akhirat adalah ciptaan, maka ke mana arah syukurmu dan ke mana arah takwamu, ke mana arah isyarahmu dan pelayananmu; janganlah melemah dan janganlah beramal dengan amalan yang tidak disertai ruh, karena amal yang disertai ruh itu bisa menimbulkan ikhlas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar