Senin, 31 Agustus 2015

MUTIARA SUFI


Berikut beberapa hikmah mutiara sufi, yang insya Allah bermanfaat.
Burung & Ikan Hiu
Abu Yazid al-Bisthamy ditanya, “Aku dengar anda berjalan di atas air dan terbang di atas udara.” “Orang beriman lebih memuliakan Allah Azza wa-Jalla ketimbang langit sap tujuh. Apa yang perlu dikagumi dari sekadar berjalan di air dan terbang di udara, seperti posisi burung dan ikan hiu?”

Ujian Tawakkal
Abu Said Abul Khair ra menegaskan,

“Suatu hari aku menuju pelosok desa, rasa lapar benar-benar mencekam. Nafsuku meronta agar memohon kepada Allah Ta’ala, lalu kukatakan, “Itu bukan perilaku orang yang tawakkal.” Lalu nafsuku menuntutku agar bersabar. Namun ketika aku berhasrat untuk kedua kalinya, ada bisikan lembut:
Adakah ia bodoh bahwa Kami lebih dekat? Kami tak pernah menelantarkan siapa yang datang kepada Kami Abu Said ingin memohon sabar Seakan Kami tak melihatnya dan tidak tahu…

Menjual dengan harga hina
Sebagian Syeikh Sufi mengatakan, “Aku pernah melihat seorang pemuda di Masjidil Haram sedang dalam kondisi menderita dan kelaparan, saya sangat kasihan padanya. Aku punya seratus dinar dalam kantong, lalu kudekati dia. “Hai sayang, ini buat kebutuhan-kebutuhanmu…”
Pemuda itu tidak menoleh sama sekali padaku, dan aku terus mendesaknya. Pemuda itu berkata, “Hai Syeikh, dinar ini sesuatu yang tidak bisa aku jual dengan syurga dan seisinya. Syurga itu negeri keagungan, asal sumber keteguhan dan keabadian. Bagaimana aku menjualnya dengan harga yang hina?”

Munajat Ibrahim bin Adham
Dalam sebagian munajatnya Ibrahim bin Adham ra mengatakan:
“Ilahi, Engkau Maha Tahu syurga dan seisinya, rasanya tak melintas padaku walau sesayap nyamuk setelah Engkau beri aku ma’rifat kepadaMu, dan kemesraanku kepadaMu, dan Engkau telah membuatkan mencurah untuk tafakkur atas keagunganMu, serta Engkau telah menyjanjikan padaku untuk memandang WajahMu.”
Memang. Sesungguhnya derajat terendah kaum ‘arifin itu, manakala Allah memasukkannya ke dalam neraka yang diliputi adzab, maka hatinya malah tambah cinta kepadaNya, semakin mesra sukacita padaNya, dan semakin rindu kepadaNya.

Pilih Surga atau Sholat 2 Rekaat?
Ibnu Siirin ra, berkata, “Jika aku harus memilih antara syurga dan sholat dua rekaat, aku memilih sholat dua rekaat. Karena dalam dua rekaat ada ridlonya Allah swt, taqarrub kepadaNya. Sedang dalam syurga yang ada kesenangan nafsu dan kesenangan manusia.”

Ketika dilempar ke tengah api
Ketika Nabi Ibrahim as, dilemparkan ke dalam api, “Mereka mengatakan, bakarlah dia, dan mintalah pertolongan pada Tuhan kalian!” kata mereka.
Nabi Ibrahim as, menjawab, “Cukuplah bagiku Tuhanku dan Dialah sebaik-baik tenmpat berserah diri, sebaik-baik Tuhan dan sebaik-sebaik Penolong.”
Kemudian Allah swt, berfirman, “Wahai api jadilah dirimu dingin sejuk dan menyelamatkan atas Ibrahim.”

Berserah Diri
Diriwayatkan, ketika Allah swt berfirman kepada Nabi Ibrahim as, “Wahai Ibrahim, engkaulah sahabat dekatKu, dan Aku sahabat dekatmu. Maka jangan berpaling dariKu, yang menyebabkan putusnya hubungan kesahabatan antara diriKu dan dirimu, karena orang yang benar-benar mengaku sahabat dekatKu jika dibakar oleh api, hatinya sama sekali tidak bergeser dariKu, karena menghormati kebesaranKu.”
Allah swt juga menyebutkan dalam Al-Qur’an, :

“Ketika Tuhannya berkata kepada Ibrahim, “Islamlah”! Ibrahim menjawab, “Aku Islam kepada Tuhannya Semesta Alam.”

Allah swt mengetahui kepasrahan totalnya (Islam) sampai kemudian ia dilempar dalam api.

Kok masih mencari selain Allah
Abu Said al-Kharraz ra, mengatakan, “Suatu hari aku di tempat wuquf, lalu aku ingin memohon kepada Allah swt sesuatu kebutuhan. Lantas muncul bisikan lembut tanpa suara kepadaku.”Di hadapanmu Allah, kamu masih mencari selain Allah?”
Kisah terjadi ketika ayat Al-Qur’an dibacakan pada Abu Yazid, “Diantara kalian ada yang berharap dunia, dan diantara kalian ada yang berharap akhirat…” Lalu Abu Yazid berkata, “Mana yang berharap kepada Tuhan?”

Derajat Abu Bakar yang tinggi
Amirul Mu’minin Ali bin Abi Thalib kw, berkata kepada Abu Bakr ash-Shiddiq ra, “Wahai Khalifah Rasulullah saw, bagaimana anda meraih posisi derajat ini hingga mendahului kami?”
Abu Bakr Shiddiq ara, menjawab, “Dengan lima perkara:”
Pertama: Aku dapatkan manusia dua kelompok; pemburu dunia dan pemburu akhirat, sedangkan aku pemburu Tuhan.
Kedua: Sejak aku masuk Islam, aku tak pernah kenyang dengan makanan dunia.
Ketiga: Aku tak pernah segar minum minuman dunia.
Keempat: Jika muncul di hadapanku dua pilihan amaliah: amal dunia dan amal akhirat, aku pasti memilih amal akhirat.
Kelima: Aku berguru (bersahabat) pada Nabi saw, dan aku senantiasa bersahabat yang sebaik-baiknya.
“Sungguh mulia bagimu wahai Abu Bakr…” kata Sayyidina Ali, kw

Mesra dengan Allah Swt

Abu Abdullah an-Nasaj ra mengatakan, “sesungguhnya Allah swt memiliki syurga di dunia, siapa pun yang masuk akan aman. Sungguh indah dan sebaik-baik tempat kembali.”
Ditanya, “Syurga apakah itu?”
“Mesra bersama Allah swt.” Jawabnya.
Dalam sebagian kitabnya Allah Ta’ala berfirman, “Wali-wali dan KekasihKu, bernikmat-nikmatlah kalian dengan mengingatKu, dan bersukacitalah denganKu. Akulah senikma-nikmat Tuhan bagimu di dunia dan di akhirat.”
Abu Bakr al-Wasithy ditanya, “Apakah anda ingin makanan?”
“Ya,” jawabnya.
“Makanan apa?”
“Satu suapan dari dzikrullah, dengan kejernihan yaqin, dan di atas sajian ma’rifat, dengan tegukan air husnudzon dari wadah ridlo Allah swt.”
Diriwayatkan Allah swt, berfirman kepada Nabi Ibrahim as, “Tahukan kamu mengapa Aku jadikan dirimu sebagai Al-Khalil (sahabat dekat)?”
“Tidak,” jawab Ibrahim as.
“Karena hatimu tak pernah lupa padaKu, dan dalam situasi apa pun dirimu tak pernah melupakanKu…”
“Jika bukan karena Engkau memerintahkan kami berdzikir kepadaMu, siapakah yang berani mengingatMu? Karena keagungan dan kebesaranMu…..?”
Sungguh mengherankan bagaimana orang yang berdzikir, hatinya masih ada dalam tubuhnya ketika mengingat keagunganMu!

Aku diberi sebelum meminta
Diriwayatkan, bahwa Allah swt, berfirman kepada Nabi Musa as, “Wahai Musa, sesungguhnya aku tidak menerima sholat dan dzikir kecuali pada orang yang tunduk pada keagunganKu, hatinya terus menerus takut padaKu dan usianya dihabiskan untuk mengingatKu.
Wahai Musa!Orang seperti itu, ibarat syurga firdaus di antara syurga, rasanya tak pernah berubah, daunnya tak pernah kering, maka Aku jadikan rasa takutnya sebagai rasa aman baginya, dan kujadikan cahaya ketika dalam kegelapan, dan Aku ijabahi sebelum berdoa, serta Aku beri sebelum meminta kepadaKu.”
Dalam suatu hadits disebutkan, Allah swt, berfirman: “Siapa yang sibuk dzikir padaKu jauh dari meminta padaKu, akan Aku beri sesuatu yang lebih utama dibanding yang Kuberikan mereka yang meminta padaKu.”

Teguran pada Nabi Ya’qub as
Diriwayatkan bahwa Nabi Ya’qub as, ketika munajat, “Oh kasihan sekali Yusuf…” Maka Allah swt menurunkan wahyu, “Sampai kapan kamu ingat Yusuf terus? Apakah Yusuf itu makhlukmu, atau rizkimu, atau yang memberimu kenabian? Maka demi kemuliaanKu, seandainya kamu mengingatKu, dan kamu sibuk mengingatKu dengan menepis ingatan yang lain, sungguh Aku bebaskan derita dalam dirimu seketika!”
Maka, Nabi Ya’qub tahu atas kesalahannya dalam mengingat dan menyebut Yusuf, lalu ia pun membungkam lisannya.


KUNCI KETENANGAN BATIN


 “Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan (kesusahan)” (QS ath-Thalaq [65]:7)

Tidak ada penderitaan dalam hidup ini, kecuali orang yang membuat dirinya sendiri menderita.Tidak ada kesulitan sebesar dan seberat apa pun di dunia ini, kecuali hasil daribuah pikirannya sendiri. Terserah kita, mau dibawa ke mana kehidupan ini. Mau dibawa sulit, niscaya segalanya akan menjadi sulit. Jika kita memilih jalan ini, maka silahkan, persulit saja pikiran ini. Mau dibawa rumit pastilah hidup ini akan senantiasa terasa rumit. Perumitlah terus pikiran kita bila memang jalan ini yang paling disukai. Toh, semua akan tampak hasilnya dan, tidak bisa tidak, hanya kita sendiri yang harus merasakan dan menaggung akibatnya.

Akan tetapi, sekiranya kehidupan yang terasa sempit menghimpit hendak dibuat menjadi lapang, segala yang tampak rumit berbelit hendaknya dibuat menjadi sederhana, dan segala yang kelihatannya buram, kelabu, bahkan pekat gulita, hendaknya dibuat menjadi bening dan terang benderang, maka cobalah rasakan dampaknya.

Ternyata dunia ini tidak lagi tampak mengkerut, sempit menghimpit, dan carut marut. Memandang kehidupan ini terasa seperti berdiri di puncak menara lalu menatap langit biru nan luas membentang bertaburkan bintang gemintang, dengan semburat cahaya rembulan yang lembut menebar, menjadikan segalanya tampak lebih indah, lebih lapang, dan amat mengesankan. Allahu Akbar!

Memang,
“Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikit pun, tetapi manusia itulah yang berbuat zalim terhadap diri mereka sendiri” (QS Yunus [11]:44).

Padahal Dia telah tegas-tegas memberikan jaminan melalui firman-Nya, “Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan (kesusahan)” (QS ath-Thalaq [65]:7).

Kendalikan Suasana Hati

Kuncinya ternyata terletak pada keterampilan kita dalam mengendalikan suasana hati. Bagaimana caranya? Salah satu cara yang paling efektif adalah, manakala berhubungan dengan sesama manusia, jangan sekali-kali kita sibuk mengingat-ingat kata-katanya yang pernah terdengar menyakitkan. Jangan pula kita sibuk membayangkan raut mukanya yang sedang marah dan sinis, yang pernah dilakukannya di hari-hari yang telah lalu.

Begitu hati dan pikiran kita mulai tergelincir ke dalam perasaan seperti itu, cepat-cepatlah kendalikan. Segera, alihkan suasana hati ini dengan cara mengenang segala kebaikan yang pernah dilakukannya terhadap kita, sekecil apa pun. Ingat-ingatlah ketika ia pernah tersenyum kepada kita. Kenaglah jabat tangannya yang begitu tulus atau rangkulannya yang begitu penuh persahabatan. Atau, bukankah tempo hari ia pernah menawarkan untuk mengantarkan kita pulang dengan motornya ketika kita tengah berdiri menunggu bis kota?

Pendek kata, ingat-ingatlah hanya hal-hal yang baik-baiknya saja, yang dulu pernah ia lakukan, seraya memupus sama sekali dari memori pikiran kita segala keburukan yang mungkin pernah ia perbuat.

Allah Azza wa Jalla sungguh Maha Kuasa membolak-balikkan hati hamba-hamba-Nya. Kita akan kaget sendiri ketika mendapati hasilnya. Betapa cepatnya hal ini berubah justru sesudah kita berjuang untuk mengubah segala sesuatu yang buruk menjadi tampak baik.

Bertambah dewasa ternyata tidak cukup hanya dengan bertambahnya umur, ilmu, ataupun pangkat dan kedudukan. Kita bertambah dewasa justru ketika mampu mengenali hati dan mengendalikannya dengan baik. Inilah sesungguhnya kunci bagi terkuaknya ketenangan batin.

Suatu ketika kita dilanda asmara, misalnya. Kalaulah tidak pernah mau bertanya kepada diri sendiri, maka akan habislah kita diterjang oleh gelinjang hawa nafsu. Demikian juga kalau kita sedang diliputi gejolak amarah. Sekiranya tidak pernah mau mengendalikan hati, akan celakalah kita dibuatnya karena akan menjadi orang yang berlaku aniaya terhadap orang lain.

Oleh sebab itu, kita harus benar-benar memiliki waktu dan kesungguhan untuk bisa memperhatikan segala gerak-gerik dan perilaku hati ini. Jangan-jangan kita sudah tergelincir menjadi sombong tanpa kita sadari. Jangan-jangan kita sudah memusnahkan pahala amal-amal yang pernah dilakukan tanpa kita sadari. Jangan-jangan kita sudah termasuk orang yang gemar berlaku zalim terhadap orang lain tanpa kita sadari.
Apabila ini terjadi, maka apalagi kekayaan yang bisa menjadi bekal kepulangan kita ke akhirat nanti? Bukankah segala amal yang kita perbuat itu-adakah ia tergolong amal salih atau amal salah-justru tergantung pada kalbu ini?

Kita pergi berjuang, berperang melawan keangkaramurkaan, berkuah peluh bersimbah darah. Tetapi, sepanjang bertempur hati menjadi riya, ingin dipuji dan disebut pahlawan;tidakkah disadari bahwa amalan seperti ini di sisi Allah kering nilainya, tidak ada harganya sama sekali?

Menjadi mubaligh, berceramah menyampaikan ajaran Islam. Didengar oleh ratusan bahkan ribuan orang. Pergi jauh ke berbagai tempat, menghabiskan sekian banyak waktu dan menguras tenaga serta pikiran. Namun, sama sekali tidak akan ada harganya di sisi Allah kalau hati tidak ikhlas. Sekadar ingin dipuji dan dihormati, sehingga merasa diri paling mulia, atau bahkan lebih fatal lagi, karena motivasi sekadar untuk mendapat imbalan.

Berangkat haji, memakan waktu berpuluh hari dan menempuh jarak beribu kilometer. Tubuh pun terpanggang matahari yang membakar dan berdesak-desakan dengan berjuta-juta manusia. Tetapi, kalau tidak disertai niat karena Allah, sekadar ingin dipuji karena mendapat embel-embel titel haji, maka na’udzubillah, semua ini sama sekali tidak berharga di sisi Allah.

Mengapa pekerjaan yang telah ditebus dengan pengorbanan sedemikian besar malah membuahkan kesia-siaan? Ternyata sebab-musababnnya berpangkal pada kelalaian dan ketidakmampuan mengendalikan suasana hati. Sebab, sekali seseorang beramal disertai riya, ujub, atau sum’ah (sekadar mencari popularitas) , maka tidak bisa tidak, pikirannya hanya akan disibukkan oleh persoalan tentang bagaimana caranya agar
manusia datang memujinya. Begitu pujian itu tidak datang, sertamerta hati pun dilanda sengsara. Bila sudah begini, kapankah lagi dapat diperoleh ketentraman hidup, selain sebaliknya, hari-harinya akan senantiasa digelayuti perasaan resah, gelisah, kecewa, dan sengsara?

Niat yang Ikhlas

Oleh karena itu, sekiranya kita belum mampu melakukan amal-amal yang besar, tidakkah lebih baik memelihara amal-amal yang mungkin tampak kecil dan sepele dengan cara terus-menerus menyempurnakan dan memelihara niat agar senantiasa ikhlas dan benar? Inilah yang justru akan dapat membuahkan ketenangan batin, sehingga insya Allah akan
membuahkan pula suasana kehidupan yang sejuk, lapang, indah dan mengesankan.

Mudah-mudahan dengan kesanggupan kita menyempurnakan dan memelihara keikhlasan niat di hati tatkala mengerjakan amal-amal yang kecil tersebut, suatu saat Allah Azza wa Jalla berkenan mengkaruniakan kesanggupan untuk mampu ikhlas manakala datang masanya kita harus mengerjakan amal-amal yang lebih besar.

Besar atau kecil suatu amalan yang dikerjakan dalam hidup ini, sekiranya didasari hati yang ikhlas seraya diiringi niat dan cara yang benar, niscaya akan melahirkan sikap ihsan. Yakni, kita akan selalu merasakan kehadiran Allah dalam setiap gerak-gerik, sehingga dalam setiap denyut nadi ini, kita akan selalu teringat kepada-Nya.

Inilah suatu kondisi yang akan membuat hati selalu merasakan kesejukan dan ketentraman.

“Alaa bi dzikrillaahii tathma ‘inul qulub” (QS ar-Ra’d[13]: 28),
demikian Allah telah memberikan jaminan. Ingat, hanya dengan mengingat
Allah-lah hati menjadi tentram!

Demi Allah tidak ada pilihan lain. Kita harus senantiasa mewaspadai hati ini. Jangan sampai diam-diam membinasakan diri justru tanpa kita sadari. Sudah pahala yang didapat sedikit, hati pun tak bisa terkendalikan, sehingga semakin rusaklah nilai amal-amal kita dari waktu ke waktu. Na’udzubillaah!

Dengan demikian, selain kita terbiasa mandi untuk membersihkan jasad lahir, kita pun harus memiliki kesibukan untuk “memandikan” hati ini. Selain kita makan untuk mengenyangkan perut, kita pun harus “menyantap” sesuatu yang dapat membuat hati ini terisi. Selain kita berdandan untuk merapikan penampilan, kita pun harus sibuk “bersolek” merapikan hati kita. Dan selain kita rajin becermin untuk memperelok wajah, kita pun jangan lupa untuk rajin-rajin pula “becermin” untuk memperelok hati.

Semua ini tiada lain agar kita memiliki kemampuan untuk senatiasa menyelisik niat maupun perilaku buruk dan busuk yang, disadari ataupun tidak, mungkin pernah kita perbuat. Itu akan lebih menolong daripada kita sibuk mengintip-intip keburukan orang lain, yang berarti hanya menipu diri sendiri belaka dan sama sekali tidak akan mendatangkan ketenangan batin.

Wallahu a’lam! 


HAKIKAT TAUBAT



Hidup tak ubahnya seperti menelusuri jalan setapak yang becek di tepian sungai nan jernih. Kadang orang tak sadar kalau lumpur yang melekat di kaki, tangan, badan, dan mungkin kepala bisa dibersihkan dengan air sungai tersebut. Boleh jadi, kesadaran itu sengaja ditunda hingga tujuan tercapai.

Tak ada manusia yang bersih dari salah dan dosa. Selalu saja ada debu-debu lalai yang melekat. Sedemikian lembutnya, terlekatnya debu kerap berlarut-larut tanpa terasa. Di luar dugaan, debu sudah berubah menjadi kotoran pekat yang menutup hampir seluruh tubuh.

Itulah keadaan yang kerap melekat pada diri manusia. Diamnya seorang manusia saja bisa memunculkan salah dan dosa. Terlebih ketika peran sudah merambah banyak sisi: keluarga, masyarakat, tempat kerja, organisasi, dan pergaulan sesama teman. Setidaknya, akan ada gesekan atau kekeliruan yang mungkin teranggap kecil, tapi berdampak besar.

Belum lagi ketika kekeliruan tidak lagi bersinggungan secara horisontal atau sesama manusia. Melainkan sudah mulai menyentuh pada kebijakan dan keadilan Allah swt. Kekeliruan jenis ini mungkin saja tercetus tanpa sadar, terkesan ringan tanpa dosa; padahal punya dampak besar di sisi Allah swt.

Rasulullah saw. pernah menyampaikan nasihat tersebut melalui Abu Hurairah r.a. Segeralah melalukan amal saleh. Akan terjadi fitnah besar bagaikan gelap malam yang sangat gulita. Ketika itu, seorang beriman di pagi hari, tiba-tiba kafir di sore hari. Beriman di sore hari, tiba-tiba kafir di pagi hari. Mereka menukar agama karena sedikit keuntungan dunia. (HR. Muslim)

Saatnyalah seseorang merenungi diri untuk senantiasa minta ampunan Allah swt. Menyadari bahwa siapa pun yang bernama manusia punya kelemahan, kekhilafan. Dan istighfar atau permohonan ampunan bukan sesuatu yang musiman dan jarang-jarang. Harus terbangun taubat yang sungguh-sungguh.

Secara bahasa, TAUBAT berarti kembali. Kembali kepada kebenaran yang dilegalkan Allah swt. dan diajarkan Rasulullah saw. Taubat merupakan upaya seorang hamba menyesali dan meninggalkan perbuatan dosa yang pernah dilakukan selama ini.

Rasulullah saw. pernah ditanya seorang sahabat, “Apakah penyesalan itu taubat?” Rasulullah saw. menjawab, “Ya.” (HR. Ibnu Majah) Amr bin Ala pernah mengatakan, “Taubat nasuha adalah apabila kamu membenci perbuatan dosa sebagaimana kamu mencintainya.

Taubat dari segala kesalahan tidak membuat seorang manusia terhina di hadapan Tuhannya. Justru, akan menambah kecintaan dan kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya. Karena Allah sangat mencintai orang-orang yang bertaubat dan mensucikan diri. “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222)

Taubat dalam Islam tidak mengenal perantara. Pintu taubat selalu terbuka luas tanpa penghalang dan batas. Allah selalu menbentangkan tangan-Nya bagi hamba-hamba-Nya yang ingin kembali kepada-Nya. Seperti terungkap dalam hadis riwayat Imam Muslim dari Abu musa Al-Asy`ari. “Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya di siang hari untuk menerima taubat orang yang berbuat kesalahan pada malam hari sampai matahari terbit dari barat.”

Karena itu, merugilah orang-orang yang berputus asa dari rahmat Allah dan membiarkan dirinya terus-menerus melampaui batas. Padahal, pintu taubat selalu terbuka. Dan sungguh, Allah akan mengampuni dosa-dosa semuanya karena Dialah yang Maha Pengampun lagi Penyayang.

Orang yang mengulur-ulur saatnya bertaubat tergolong sebagai Al-Musawwif. Orang model ini selalu mengatakan, “Besok saya akan taubat.” Ibnu Abas r.a. meriwayatkan, berkata Nabi saw. “Binasalah orang-orang yang melambat-lambatkan taubat (musawwifuun).” Dalam surat Al-Hujurat ayat 21, Allah swt. berfirman, “Dan barangsiapa yang tidak bertaubat, mereka itulah orang-orang yang zalim.“

Abu Bakar pernah mendengar ucapan Rasulullah saw., “Iblis berkata, aku hancurkan manusia dengan dosa-dosa dan dengan bermacam-macam perbuatan durhaka. Sementara mereka menghancurkan aku dengan Laa ilaaha illaahu dan istighfar. Tatkala aku mengetahui yang demikian itu aku hancurkan mereka dengan hawa nafsu, dan mereka mengira dirinya berpetunjuk.”

Namun, taubat seorang hamba Allah tidak cuma sekadar taubat. Bukan taubat kambuhan yang sangat bergantung pada cuaca hidup. Pagi taubat, sore maksiat. Sore taubat, pagi maksiat. Sedikit rezeki langsung taubat. Banyak rezeki kembali maksiat.

Taubat yang selayaknya dilakukan seorang hamba Allah yang ikhlas adalah dengan taubat yang tidak setengah-setengah. Benar-benar sebagai taubat nasuha, atau taubat yang sungguh-sungguh.

Karena itu, ada syarat buat taubat nasuha. Antara lain, segera meninggalkan dosa dan maksiat, menyesali dengan penuh kesadaran segala dosa dan maksiat yang telah dilakukan, bertekad untuk tidak akan mengulangi dosa.

Selain itu, para ulama menambahkan syarat lain. Selain bersih dari kebiasaan dosa, orang yang bertaubat mesti mengembalikan hak-hak orang yang pernah dizalimi. Ia juga bersegera menunaikan semua kewajiban-kewajibannya terhadap Allah swt. Bahkan, membersihkan segala lemak dan daging yang tumbuh di dalam dirinya dari barang yang haram dengan senantiasa melakukan ibadah dan mujahadah.

Hanya Alahlah yang tahu, apakah benar seseorang telah taubat dengan sungguh-sungguh.Manusia hanya bisa melihat dan merasakan dampak dari orang-orang yang taubat. Benarkah ia sudah meminta maaf, mengembalikan hak-hak orang yang pernah terzalimi, membangun kehidupan baru yang Islami, dan hal-hal baik lain. Atau, taubat hanya hiasan bibir yang terucap tanpa beban.

Hidup memang seperti menelusuri jalan setapak yang berlumpur dan licin. Segeralah mencuci kaki ketika kotoran mulai melekat. Agar risiko jatuh berpeluang kecil. Dan berhati-hatilah, karena tak selamanya jalan mendatar.

ISTIQAMAH



Allah befirman,
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, 'Rabb kami adalah Allah', kemudian mereka istiqamah (meneguhkan pendirian mereka), maka malaikatakan turun kepada mereka (dengan mengatakan), Janganlah kalian merasa takut dan janganlah kalian merasa sedih, dan bergembiralah kalian dengan (memperoleh) surga yang telah dijanji-kan Allah kepada kalian'." (Fushshilat: 30).
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, 'Rabb kami ialah Allah', kemudian mereka tetap istiqamah, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya, sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan." (Al-Ahqaf: 13-14).
Allah befirman,
"Maka tetaplah istiqamah kamu sebagaimana yang diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kalian kerjakan." (Hud: 112).

Allah telah menjelaskan bahwa istiqamah merupakan kebalikan dari sikap yang melampaui batas. Abu Bakar Ash-Shiddiq, orang yang paling lurus dan jujur serta yang paling istiqamah dalam umat ini pernah dita-nya tentang makna istiqamah. Maka dia menjawab, "Artinya, janganlah engkau menyekutukan sesuatu pun dengan Allah." Maksudnya, istiqamah adalah berada dalam tauhid yang murni.

Umar bin Al-Khaththab juga berkata, "Istiqamah artinya engkau teguh hati pada perintah dan larangan dan tidak menyimpang seperti jalannya rubah."

Utsman bin Affan berkata, "Istiqamah artinya amal yang ikhlas karena Allah."

Ali bin Abu Thalib dan Ibnu Abbas berkata, "Istiqamah artinya melaksanakan kewajiban-kewajiban."

Al-Hasan berkata, "Istiqamah pada perintah Allah artinya taat kepada Allah dan menjauhi kedurhakaan kepada-Nya."

Mujahid berkata, "Istiqamah artinya teguh hati pada syahadat bahwa tiada Ilah selain Allah hingga bersua Allah."

Saya pernah mendengar Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyah berkata, "Istiqamah artinya teguh hati untuk mencintai dan beribadah kepada-Nya, tidak menoleh dari-Nya ke kiri atau ke kanan."

Di dalam Shahih Muslim disebutkan dari Sufyan bin Abdullah Radhiyallahu Anhu, dia berkata, "Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku satu perkataan dalam Islam, sehingga aku tidak lagi bertanya lagi kepada seseorang selain engkau." Beliau menjawab, "Katakanlah, 'Aku beriman kepada Allah', kemudian istiqamahlah."

Di dalam Shahih Muslim disebutkan dari Tsauban Radhiyallahu Anhu, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau bersabda,

"Istiqamahlah kalian dan sekali-kali kalian tidak bisa membilangnya. Ketahuilah bahwa sebaik-baik amal kalian adalah shalat, dan tidak ada yang memelihara wudhu' kecuali orang Mukmin."

Di dalam Shahih Muslim juga disebutkan dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau bersabda,

"Ikutilah jalan lurus dan berbuatlah apa yang mendekatinya. Ketahuilah bahwa sekali-kali salah seorang di antara kalian tidak akan selamat karena amalnya". Mereka bertanya, "Tidak pula engkau wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Tidak pula aku, kecuali jika Allah melimpahiku dengan rahmat dan karunia-Nya."

Di dalam hadits ini Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menghimpun semua sendi agama. Beliau memerintahkan istiqamah, jalan lurus dan niat yang benar dalam perkataan dan perbuatan. Sedangkan di dalam hadits Tsauban beliau mengabarkan bahwa mereka tidak mampu melaku-kannya.

Maka beliau mengalihkannya kepada muqarabah, atau mendekati istiqamah menurut kesanggupan mereka, seperti orang yang ingin mencapai suatu tujuan. Kalau pun dia tidak mampu mencapainya, maka minimal dia mendekatinya. Sekalipun begitu beliau mengabarkan bahwa istiqamah dan apa yang mendekati istiqamah ini tidak menjamin keselamatan pada hari kiamat. Maka seseorang tidak boleh mengandal-kan amalnya, tidak membanggakannya dan tidak melihat bahwa keselamatannya tergantung pada amalnya, tapi keselamatannya tergantung dari rahmat dan karunia Allah.

Istiqamah merupakan kalimat yang mengandung banyak makna, meliputi berbagai sisi agama, yaitu berdiri di hadapan Allah secara hakiki dan memenuhi janji. Istiqamah berkaitan dengan perkataan, perbuatan, keadaan dan niat. Istiqamah dalam perkara-perkara ini berarti pelaksanaannya karena Allah, beserta Allah dan berdasarkan perintah Allah.

Sebagian orang arif berkata, "Jadilah orang yang memiliki istiqamah dan janganlah menjadi orang yang mencari kemuliaan, karena jiwamu bergerak untuk mencari kemuliaan, sementara Rabb-mu memintamu untuk istiqamah."

Saya pernah mendengar Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyah berkata, "Kemuliaan yang paling besar adalah mengikuti istiqamah."

Menurut pengarang Manazilus-Sa'irin, istiqamah merupakan ruh, yang karenanya keadaan menjadi hidup dan juga menyuburkan amal manusia secara umum. Istiqamah merupakan penyekat antara dua hal yang ada di bawah dan yang di atas.

Dia menyerupakan istiqamah dari suatu keadaan seperti ruh bagi badan. Sebagaimana badan yang tidak memiliki ruh sama dengan ma-yat, maka keadaan yang tidak memiliki istiqamah tentu akan rusak. Karena kehidupan keadaan hanya dengan istiqamah, maka tambahan dan pertumbuhan amal orang-orang yang zuhud hanya dengan istiqamah. Istiqamah diserupakan dengan penyekat antara dua hal yang berbeda, antara yang di atas dan yang di bawah. Orang yang berada di permukaan yang tinggi tentu bisa melihat yang dekat maupun yang jauh, berbeda dengan orang yang berada di tempat yang permukaannya lebih rendah. Dengan kata lain, bahwa orang yang berjalan kepada Allah, pada mulanya dia berada di permukaan yang lebih rendah, lalu dia berjalan menuju tempat yang lebih tinggi, istiqamah dalam perjalanannya, agar dia benar-benar sampai ke puncaknya. Istiqamahnya merupakan penyekat dan batas antara tempat permulaan perjalanannya dan tempat tujuan-nya.

Menurut pengarang Manazilus-Sa'irin, ada tiga derajat istiqamah, yaitu:
1. Istiqamah dalam usaha untuk melalui jalan tengah, tidak melampaui rancangan ilmu, tidak melanggar batasan ikhlas dan tidak menyalahi manhaj As-Sunnah. Derajat ini meliputi lima perkara:
- Amal dan usaha yang dimungkinkan.
- Jalan tengah, yaitu perilaku antara sisi berlebih-lebihan atau kesewenang- wenangan dan pengabaian atau penyia-nyiaan.
- Berada pada rancangan dan gambaran ilmu, tidak berada pada tuntutan keadaan.
- Kehendak untuk mengesakan sesembahan, yaitu ikhlas.
- Menempatkan amal pada perintah, atau mengikuti As-Sunnah.

Lima perkara inilah yang menyempurnakan istiqamahnya orang-orang yang berada pada derajat ini. Selagi keluar dari salah satu di antaranya, berarti mereka keluar dari istiqamah, entah keluar secara keseluruhan ataukah sebagiannya saja. Biasanya orang-orang salaf menyebutkan dua sendi ini, yaitu jalan tengah dalam amal dan berpegang kepada As-Sunnah. Sesungguhnya syetan itu bisa mencium hati hamba dan juga mengintainya. Jika dia melihat suatu indikasi ke bid'ah di dalamnya dan berpaling dari kesempurnaan ketundukan kepada As-Sunnah, maka ia akan mengeluarkannya agar tidak berpegang kepada As-Sunnah.

Jika syetan melihat hasrat yang kuat terhadap As-Sunnah, maka ia tidak akan mampu mempengaruhinya untuk mengeluarkan nya dari As-Sunnah. Maka ia memerintahkannya untuk terus berusaha, lalu bersikap sewenang-wenang terhadap diri sendiri dan keluar dari jalan tengah, seraya berkata kepadanya, "Ini merupakan kebaik-an dan ketaatan. Semakin semangat dalam berusaha, semakin menyem-purnakan ketaatan itu." Begitulah yang terus dibisikkan syetan hing-ga dia keluar dari jalan tengah dan batasannya. Inilah keadaan golongan Khawarij yang melecehkan orang-orang yang istiqamah, dengan membandingkan shalat, puasa dan bacaan Al-Qur'an di antara mere-ka.

Kedua golongan ini sama-sama keluar dari As-Sunnah ke bid'ah. Yang pertama keluar ke bid'ah pengabaian dan yang kedua keluar ke bid'ah kelewat batas.

2. Istiqamah keadaan, yaitu mempersaksikan hakikat dan bukan keberuntungan, menolak bualan dan bukan ilmu, berada pada cahaya kesadaran dan bukan mewaspadainya.

Dengan kata lain, istiqamah keadaan dilakukan dengan tiga cara ini. Kaitannya dengan kesaksian hakikat, maka hakikat itu ada dua macam:
Hakikat alam dan hakikat agama, yang dipadukan hakikat ketiga, yaitu sumber, pembentuk dan sekaligus tujuan keduanya.
Mayoritas pemerhati masalah perilaku dari muta'akhirin mengartikan hakikat ini adalah hakikat alam. Kesaksiannya merupakan kesaksian kesendirian Allah dalam perbuatan. Sedangkan selain Allah merupakan tempat obyek hukum dan perbuatan-Nya, seperti halnya tempat landai yang menjadi sasaran aliran air. Menurut mereka, kesaksian hakikat ini merupakan tujuan orang-orang yang berjalan kepada Allah. Kesaksian hakikat ini tidak bisa dilakukan dengan keberuntungan, karena keberuntungan merupakan kehendak nafsu. Sementara hakikat tidak akan muncul selagi ada nafsu.

Perkataan, "Menolak bualan dan bukan ilmu", bualan ini berarti mengaitkan keadaan kepada dirimu dan egoismemu. Istiqamah tidak akan menjadi benar kecuali dengan meninggalkan bualan ini, entah benar entah salah. Sebab bualan yang benar bisa memadamkan cahaya ma'rifat. Lalu bagaimana jika bualan itu jelas dusta? Lalu pendorong untuk meninggalkan bualan ini bukan sekedar pengetahuan tentang keburukan bualan dan dampaknya yang bisa menghilangkan istiqamah, sehingga seseorang meninggalkannya hanya sekedar di luarnya saja dan bukan secara hakiki. Dia harus meninggalkannya secara lahir dan hakiki, sebagaimana seseorang yang meninggalkan sesuatu yang berbahaya bagi dirinya secara lahir dan hakiki.

Perkataan, "Berada pada cahaya kesadaran dan bukan mewaspadainya", artinya terus-menerus sadar dan cahayanya tidak boleh padam karena kegelapan kelalaian, dan melihat bahwa dirinya seperti orang yang hendak dirampas, namun mendapat penjagaan dari Allah, dan tidak melihat bahwa hal itu merupakan kewaspadaannya sendiri.

3. Istiqamah dengan tidak melihat istiqamah, tidak lengah untuk mencari istiqamah dan keberadaannya pada kebenaran.

Melihat istiqamah diri sendiri bisa menutupi hakikat kesaksian dan melalaikan apa yang dipersaksikannya. Sedangkan tidak lengah mencari istiqamah artinya tidak lengah mencari kesaksian penegakan kebenaran. Jika seorang hamba mempersaksikan bahwa Allahlah yang menegakkan segala urusan dan istiqamahnya berasal dari Allah, bukan berasal dari dirinya dan juga bukan karena pencariannya, maka dia akan merasa bahwa bukan dirinyalah yang mendatangkan istiqamah itu. Ini merupakan konsekuensi dari kesaksian terhadap asma AllahAl-Qayyum. Artinya keyakinan bahwa hanya Allah sendirilah yang menangani segala urusan dan Dia tidak membutuhkan selain-Nya, tapi semua selain-Nya tentu membutuhkan-Nya


HAKIKAT SYUKUR


Syukur secara lughowi dari kata syakaro – yaskuru yang berarti berterima kasih. Adapun penjelasan lain bahwa syukur adalah ketika kita memberi (membalas) atas pemberian orang lain kepada kita dengan memberikan lebih daripada pemberian orang lain tersebut. Sebagai gambaran sederhana, misalnya unta adalah binatang yang bisa berjalan jauh walaupun diberi minum hanya sedikit saja, diberi sedikit tapi bisa memberi manfaat yang banyak , maka unta itu disebut sebagai syakaratin naqoh (unta yang bersyukur/berterima kasih). Atau juga seperti pohon kurma walaupun pohon itu tumbuh di gurun pasir dan hanya sedikit mendapatkan air, tapi bisa memberikan buah yang banyak, daun dan pohonnya pun berguna bagi keperluan manusia lainnya maka pohon kurma itu disebut juga syakaratis syajarah (pohon yang bersyukur/berterima kasih).
Allah SWT, di dalam Al-Quran mempunyai nama As-Syakur, karena dengan As-Syakur ini, Allah SWT senantiasa memberikan limpahan rahmat dan karunia kepada seorang hamba walaupun hamba-Nya sedikit dalam beribadah ataupun tidak beribadah sama sekali.
Oleh karena itu, syukur merupaka tingkatan paling tinggi dari seorang hamba, bahkan syukur ini bukan hanya berlaku di dunia saja tapi sampai ke dalam syurga, berbeda dengan sabar, sabar berlaku di dunia saat di alam kubur (penantian), di alam mahsyar , saat meniti shirat tapi tidak sampai masuk ke dalam syurga. Karena di dalam syurga sudah tidak akan ada lagi sabar dalam menghadapi mushibah, tidak akan menemukan lagi sabar menghindari maksiat dan sabar dalam taat, yang ada hanya rasa syukurnya seorang hamba telah mendapatkan maghfirah dan karunia Allah SWT di dalam syurga itu. Bahkan syukur merupakan nafas dari para ahli syurga. Sebagaimana yang termaktub dalam Al-Quran: “da’waahum fiiha subhaanaka allohumma watahiyyatun fiiha salaamun wa akhiru da’wahum fiiha anilhamdulillahi rabbil ‘aalamiin” ( do`a mereka di dalam syurga adalah subhaanaka allohumma  dan penghormatan mereka adalah salaamun dan akhir dari do`a mereka adalah alhamdulillahirabbil’alamiin).
Digambarkan pula ketika sayyidah Aisyah r.a mendapati Nabi Saw tengah malam dengan kaki beliau yang bengkak-bengkak dikarenakan lamanya berdiri saat melaksanakan shalat malam, lalu sayyidah Aisyah berkata: “Wahai Rasulullah, mengapakah engkau sampai berpayah-payah dalam melaksanakan ibadah? bukankah engkau adalah seorang yang sudah dapat jaminan Allah SWT bahwa dosamu yang lalu dan yang akan datang telah diampuni?” lalu Nabi SAW menjawab: “oleh karena aku sudah dapat jaminan itu, maka tidak pantaskah aku menjadi hamba yang bersyukur?”
Sahabat, rasa syukur memang sulit dicapai kecuali dengan pertolongan dari Allah SWT. Seperti yang pernah Rasulullah SAW sampaikan kepada sahabat mu’adz bahwa: rasa syukur itu harus dipinta di dalam do`a terutama disetiap akhir shalat fardlu dengan do`a: “Allohumma a’innii ‘alaa dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadaatika.” ( Yaa Alloh, berikanlah pertolongan-Mu kepadaku dalam dzikirku pada-Mu (menjadi ahli dzikir.red) dan atas rasa syukurku pada-Mu dan baguskanlah ibadahku pada-Mu.)

Ibnu Qayyim rahimakumullah menyatakan bahwa setidaknya harus ada 4 pilar supaya seorang hamba mencapai sifat syukur :
1. Sadar bahwa nikmat itu semuanya mutlaq dari Allah SWT,
Sahabat, pernahkah kita menghitung nikmat? Nah, itulah kita (manusia) yang jangankan untuk mensyukuri nikmat, menyadari akan adanya nikmat apalagi menghitungnya sepertinya sangat jarang kita lakukan.
Contoh sederhananya ketika kita makan, apakah kita benar-benar sadar akan nikmat dari makanan sepiring nasi? Lalu pernahkah kita mentafakuri (memikirkan) bagaimana caranya Alloh SWT menyampaikan nikmat sepiring nasi itu kepada kita? Subhanallah, apabila sejenak saja kita berfikir akan nikmat ini insya Allah kita akan tersungkur dan menyatakan syukur kita kepada Allah SWT. Misalnya dari tiap butir nasi yang kita makan, kita tidak tahu siapa yang menyemai benihnya, siapa yang menanamnya, siapa yang memanennya, siapa yang mengolah padi jadi beras, siapa yang membawanya. Jadi, dari sebutir nasi yang sampai pada kita, tersusun rangkaian nikmat-nikmat Allah yang memudahkan kita untuk menikmatinya. Belum lagi nikmat tangan kita untuk menyuapkan nasi ke mulut, nikmat mulut, gigi, lidah, tenggorokan, usus, lambung sampai pada nikmat mengeluarkan kotorannya itu semua harusnya menjadikan diri kita lebih bisa merasakan dan menyadari akan nikmat Allah SWT ini. Kesadaran akan nikmat Allah yang begitu banyak, begitu besar tercurah kepada kita dimulai dari helaan nafas, kedip mata, degup jantung aliran darah dan lain sebagainya, akan menumbuhkan rasa berutang budi dan bergantung hanya pada Allah SWT Sang pemberi nikmat.
2. Memuji kepada Sang Pemberi nikmat. Memuji kepada Allah SWT Sang pemberi nikmat ini merupakan pilar berikutnya, sebagai ungkapan hati yang bersyukur. Karena memang hakikat dari semua pujian itu sebenarnya bermuara kepada Allah SWT.

Para ulama menyebutkan bahwa pujian itu ada 4 :
1.Pujian kholiq pada kholiq (Allah pada dirinya sendiri) seperti halnya Allah menyatakan pujian ini dalam Al-Quran misalkan dengan ayat “Alhamdulillahirabbil’alamin” (segala  puji bagi Allah Rabb semesta alam)
2.Pujian kholiq kepada makhluk-Nya, termaktub dalam QS. Al-Qalam [68]: 4 “Wainnaka la’alaa khuluqin ‘azhiim” (Dan sesungguhnya engkau {Muhammad} benar-benar berbudi pekerti yang luhur.)
3. Pujian makhluk pada Kholiqnya (Allah), sebagai mana yang diungkapkan kita apabila mendapatkan limpahan karunia dengan mengucapkan terima kasih pada Allah atau dengan mengucapkan hamdalah dengan tulus.
4. Pujian makhluk kepada makhluk, apabila kita memuji seseorang baik dari postur tubuh atau prestasinya, namun sebenarnya kita itu sedang memuji akan karya Allah SWT. Jadi hakikatnya pujian itu semuanya kembali pada Allah SWT.
3.Menggunakan nikmat untuk taat kepada Pemberi nikmat
Sahabat, disaat kita mencurahkan hati, pikiran, tenaga, harta, waktu dan segala fasilitas yang kita miliki untuk taat pada Allah, itulah yang disebut bersyukur.
4. Mencintai Sang Pemberi nikmat. Sahabat,  disaat kita berbuat baik terhadap kedua orang tua kita, yang terbersit dalam hati bahwa kebaikan yang kita sampaikan pada mereka ini merupakan bukti cinta kita terhadap mereka. Karena dari semenjak kita dikandung ibu, masa kanak-kanak sampai dewasa setiap harinya tidak terlepas dari kebaikan mereka.
Nah seharusnya rasa cinta seperti ini lebih besar kita sampaikan kepada Allah SWT, karena orang tua berbuat baik pada kita juga itu sebenarnya Allah yang menggerakkannya. Apapun yang orang tua berikan pada kita itu juga nikmat Allah yang disampaikan melalui mereka.


Jumat, 28 Agustus 2015

MEMBUKA TABIR CAHAYA ILAHI

MEMBUKA TABIR CAHAYA ILAHI
Allah SWT berfirman, “Dan siapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta pula dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).” (QS. Al-Isrâ’ [17]: 72). Adapun yang dimaksudkan dengan buta di dunia adalah buta hati, sebagaimana firman Allah SWT, “Maka sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” (QS. Al-Hajj [22]: 46)
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan, “Penyebab kebutaan kalbu adalah karena adanya hijab-hijab yang gelap (al-hujub azh-zhulmaniyah), lalai dan lupa karena jauhnya diri dari menepati janji pada Allah saat di Alam Arwah. Adapun sebabnya lalai adalah kebodohan seseorang terhadap masalah hakikat Ilahiah.
Kebodohan ini timbul karena kalbu dikuasai oleh sifat-sifat tercela, seperti sombong, dendam, dengki, kikir, ‘ujub, ghibah (mengumpat), namimah (mengadu domba), bohong dan sifat-sifat tercela lainnya. Sifat-sifat inilah yang mengakibatkan manusia jatuh ke derajat yang paling rendah.
Adapun cara menghilangkan sifat-sifat yang tercela tersebut adalah dengan membersihkan cermin kalbu dengan alat pembersih tauhid, ilmu dan amal; serta berjuang dengan sekuat tenaga, baik lahir maupun batin. Semua itu akan menghasilkan hidupnya kalbu dengan cahaya tauhid dan sifat-sifatnya.
Jika seorang manusia telah berhasil menghidupkan kalbunya, maka ia akan ingat pada Negeri Asalnya (Alam Lahut). Setelah ingat ia akan rindu pulang dan ingin sampai ke negerinya yang hakiki. Maka, ia akan sampai dengan pertolongan Allah.
Selanjutnya, setelah penghalang kegelapan (tabir) tadi hilang, maka yang tersisa adalah penghalang-penghalang atau tabir cahaya (al-hujub an-nuraniah). Dan, pada saat itu ia sudah bashirah, ia yang mampu melihat dengan penglihatan ruh dan menerima cahaya dari cahaya Asma Ash-Shifat (nama-nama sifat). Secara bertahap, penghalang-penghalang cahaya itu akan sirna dengan sendirinya dan dia akan diterangi dengan cahaya Dzat.”
--Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Sirrul Asrar, terjmh KH Zezen ZA Bazul Asyhab, wakil talqin Tarikat Qadiriyah Naqsyabandiyah (TQN) Suryalaya.

Sabtu, 22 Agustus 2015

MENGENAL KESADARAN JIWA DEGAN AL QUR'AN


Syekh Abdul Qadir Al-Jailani pada penutup Surah Al-Baqarah dalam Tafsir Al-Jailani mengatakan:
“Wahai pengikut Muhammad yang selalu bertawajuh menuju tauhid Dzat Allah, semoga Allah melapangkan dadamu dan memudahkan urusanmu. Sesuai kemampuanmu, engkau harus mengambil sesuatu untuk dirimu dari Surah (Al-Baqarah dalam Al-Qur’an) yang mencakup semua tuntutan agama dan martabah yaqin.
Pertama, engkau harus berusaha menyingkirkan ketergantunganmu dari dunia dan isinya. Engkau harus menolak segala kelezatan dan syahwatnya, lalu bertawajuhlah kepada Allah dengan segenap kalbumu menuju tauhid Tuhanmu. Sembari membuka khazanah kemurahan-Nya dan wujud-Nya yang ada di dalam kalbumu. Engkau harus mampu menundukkan keadaan dan tindakanmu dari segala hal yang tidak berguna bagimu.
Engkau harus lari dari pertemanan dengan siapapun yang dapat membahayakan dan menyesatkanmu! Engkau harus mengejar pencapaian tangga tauhid, tangga tajrid (penyucian zahir-batin menggapai ridha-Nya), dan tangga tafrid (penguatan kesadaran keesaan Tuhan dari segala sesuatu selain-Nya), serta sambil menyingkirkan semua keberbilangan dan belenggu selain al-Haqq.
Engkau harus menghirup embusan kelembutan-Nya dan tiupan kekudusan-Nya, menenangkan diri dengan napas rahmat-Nya, menyingkap berbagai rahasia rububiyah-Nya, dan mengikuti petunjuk-Nya dengan mengikuti Nabi-Nya yang diciptakan dengan citra-Nya, yang diutus kepada semua makhluk-Nya. Nabimu yang telah menuntun makhluk menggunakan kitab-Nya yang diturunkan kepadanya, yang menghimpun semua hikmah, pelajaran, ibarat, simbol-simbol, dan berbagai isyarat yang ada di dalam kitab-kitab terdahulu. Semua yang ada pada Nabimu berasal dari-Nya, untuk menjadi petunjuk bagi orang-orang yang tersesat dalam cakrawala wujudnya sendiri, dan bagi orang-orang yang tenggelam dalam gelombang samudera kebaikan dan kemurahan-Nya.
Wahai murid yang menempuh suluk jalan kebenaran, engkau harus selalu berpegang pada kitab Al-Qur’an yang tidak ada keraguan di dalam petunjuknya ini. Kitab yang tak ada keraguan sedikit pun bagi siapa saja yang beriman kepada diri yang gaib, senantiasa bertawajuh kepada-Nya, dengan selalu menghindarkan hasratmu dari segala hal yang dapat membuatmu lupa kepada Tuhanmu.
Engkau harus selalu bergerak menuju tujuan dan keinginanmu. Dengan segenap jati dirimu, engkau harus mampu menunjukkan semua hakikat, makrifat, hikmah, hukum, kisah-kisah, dan peringatan yang ada di dalam Kitab Al-Qur’an. Karena, tidak ada satu huruf pun dari semua huruf yang ada di dalam Kitab ini, melainkan ia mengandung makna yang jangkauannya hanya diketahui Allah; tanpa ada kebatilan yang menyusup ke dalamnya, baik dari depan maupun dari belakangnya, karena semuanya turun dari Sang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.
Ketika membaca Al-Qur`an, engkau harus menyucikan lahir dan batinmu dari segala bentuk kemanusiaanmu, sehingga engkau akan menghilang dari dirimu sendiri dan seluruh jati diri dan keberadaanmu akan fana, sehingga Tuhanmu dapat langsung berbicara kepadamu lewat ucapan dan firman-Nya.
Ketika hâl semacam ini telah melingkupi dirimu, dan ia telah menjadi akhlak-perilakumu, maka engkau pasti akan mendapatkan anugerah dari bacaanmu itu.
Ketika engkau membaca Al-Qur`an, janganlah engkau lalai dari inti isyarat yang disampaikannya dan berusahalah kau teliti setiap riwayat dan kandungannya.
Jika engkau berhasil membersihkan dirimu dari segala bentuk penghalang, dan engkau berhasil menjernihkan jiwamu dari segala penghalang, niscaya engkau akan mendapatkan bimbingan dari Al-Qur`an sesuai dengan apa yang telah Allah tetapkan bagi-Mu dalam ilmu-Nya. Karena Dia Mahakuasa atas segala yang Dia kehendaki, sehingga engkau berhak dan layak atas ijabah dari-Nya.”
--Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Tafsir Al-Jailani, terj. Tim Markaz Al-Jailani.

Nasehat Hasan Basri:
1. Aku tahu rizqiku tidak akan diambil orang lain, karena itu hatiku selalu tenang.
2. Aku tahu amalku tidak akan dikerjakan orang lain, karena itulah aku sibuk beramal shaleh. 
3. Aku tahu ALLAH Ta'ala selalu memerhatikanku, karena itulah aku malu jika ALLAH melihatku sedang dalam maksiat. 
4. Dan aku tahu kematian itu sudah menungguku, karena itulah aku selalu menambah bekal untuk hari pertemuanku dengan ALLAH........
Sahabat2ku...
Jangan tertipu 
dengan usia MUDA 
karena syarat Mati 
TIDAK harus TUA.
Jangan terpedaya dengan 
tubuh yang SEHAT 
karena syarat Mati 
TIDAK mesti SAKIT
Jangan terperdaya dengan 
Harta Kekayaaan
sebab 
Si kaya pun tidak pernah 
menyiapkan kain kafan 
buat dirinya 
meski cuma selembar.
Mari Terus berbuat BAIK,
berniat untuk BAIK,
berkata yang BAIK-BAIK, 
Memberi nasihat yang BAIK
Meskipun TIDAK banyak orang 
yang mengenalimu dan 
Tidak suka dgn Nasihatmu

Cukup lah اللهِ yang 
mengenalimu lebih dari 
pada orang lain.

Rabu, 19 Agustus 2015

KEISTIMEWAAN SHALAT TAHAJUD

 إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلًا
"Sesungguhnya bangun tengah malam lebih tepat untuk khusyu', dan bacaan kala itu sungguh sangat berkesan mendalam" (QS Al Muzammil : 6). Inilah diantara Keistimewaan Sholat Tahajjud, mohon dibaca pelan pelan :
·       Syariat Allah
·       Meraih cinta rahmat Allah
·       Sunnah utama Rasulullah
·       Meraih syafaat Rasulullah 
·       Dicintai, dikagumi, didoakan dan diaminkan doanya oleh para Malaikat

Allah beri "maqooman mahumuudan" kedudukan mulia disisiNya
Allah jamin hidup penegaknya dalam kemuliaan dihadapan mahlukNya
Sholat yang paling ni'mat mengesankan Hidup damai, tenang dan sangat bahagia "Haibah" Berwibawa, kharismatik Dicintai  mu'minun, disegani manusia dan ditakuti musuh, manusia dan jin . "Qoulan tsaqiilan" bicaranya didengar, dan nasehatnya membangkitkan semangat ibadah dan amal sholeh. Kunci sukses ikhtiar, berdagang dan semua aktivitas  "Wujuuhun nuuri" wajah yg bercahaya, nyaman menyenangkan ditatap "Thiiban nafsi" nafsunya hanya semangat taat dan berakhlak mulia  "Manhaatun anil itsmi" Allah cabut keinginannya pada ma'siyat "Daf ulbalaai" penolak bala bencana. Sehat segar kuat cerdas, obat jasmani ruhani dan obat anti pikun. Pembuka jalan rizki, kemudahan urusan dan kebahagiaan rumah tangga 
Berbuah belas kasih, dermawan dan rendah hati
Kemudahan saat sakaratul maut Husnul khotimah  "Rowdoh min riyaadhil jinaan" kuburannya menjadi Taman Syurga 
"Miftaahul Jannati" meraih kunci Syurga.

كَانُوا قَلِيلًا مِّنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ .  وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ  .

"Hamba hamba Allah yang beriman itu sedikit sekali rehatnya di waktu malan. Dan selalu memohon ampunan Allah di waktu pagi sebelum fajar" (QS.Adz Dzariyat: 17-18). 
"Semoga ALLAH membimbing Arifin, kalian & keluarga kita menjadi hamba-hamba-NYA peni'mat tahajjud hingga akhir hayat... Aaamiin". Foto almarhum abah 72 tahun 10 bulan lalu, wafat jam 02 00 malam tepat karena kebiasaan abah sholat tahajjud jam 02 00, setelah mengucapkan Kalimat Tauhid, almarhum menutup mata dan mulut beliau sendiri, Allahumma yarhamhu wagfirlahu...aamiin.


DIRIKAN SHALAT TAHAJUD, PANGGILLAH DIA!

Syekh Ibnu Atha’illah As-Sakandari mengungkapkan:
“Ingatlah selalu nama-nama-Nya, 
Terangilah hati dengan cahaya dan sinar-Nya 
Suguhkan gelas kepada jiwa 
Ia senang akan “arak” yang diminumnya 
Nama yang denganya alam ini mendapat sinarnya 
Di bumi, di angkasa dan di langitnya 
Akal manusia bingung di hadapan sifat-sifat-Nya 
Hati makhluk bercahaya karena cahaya-Nya 
Apabila pada hati tampak keagungan-Nya 
Ia merasakan rahasia sinar dan cemerlangnya 
Hati kaum bertakwa tentram dengan dekat kepada-Nya 
Ia demikian tinggi pada ketinggian dan kemuliaan-Nya 
Nama-Nya, bagi kaum arif, teringat senantiasa 
Anugerah dari Yang Maha Dikenal bagian dari karunia-Nya.”

-----Ibnu Athaillah dalam Al-Qash al-Mujarrad li Ma’rifat al-Ism al-Mufrad---

Selasa, 18 Agustus 2015

TERJEMAH KITAB FATHU ROBBANIY

JANGAN BERPALING DARI ALLAH

Pengajian Syeikh Abdul Qadir al-Jilany
Berpaling dari Allah Azza wa Jalla ketika ketentuan TakdirNya turun, berarti pertanda matinya Agama, matinya Tauhid, matinya Tawakkal dan matinya ke-Ikhlasan. Sedangkan qalbu orang-orang mukmin tidak tahu, kenapa dan bagaimana sampai tidak tahu. Bahkan mengatakan, “Ya” (atas tindakan menyimpang itu, pen).

Nafsu itu, secara keseluruhan selalu kontra dan antagonis. Siapa yang ingin membaharui jiwanya, hendaknya ia memerangi nafsunya sehingga aman dari kejahatannya. Karena nafsu itu semuanya adalah buruk dalam keburukan. Bilamana anda telah memerangi, dan anda bisa tenang, maka seluruh jiwa anda akan meraih kebaikan dalam kebaikan. Sehingga anda selaras dalam seluruh kepatruhan kepada Allah dan meninggalkan seluruh kemaksiatan. Disinilah dikatakan dalam al-Qur’an:

“Wahai jiwa yang tenteram kembalilah kepada Tuhanmu dengan jiwa yang ridlo dan diridloi oleh Tuhan.”

Jiwa meraih keteguhan, dank arena itu telah sirna keburukannya. Jiwa tidak lagi bergantung pada makhluk mana pun. Benarlah jika hal ini dikaitkan dengan Nabiyullah Ibrahim as, dimana beliau telah keluar dari nafsunya dan abadi dengan tanpa hawa nafsu, sementara qalbunya tenteram, disaat itu berbagai ragam makhluk mendatanginya, menawarkan diri mereka masing-masing untuk membantunya. Lalu Ibrahim as, menegaskan, “Aku tidak ingin pertolongan kalian, karena KemahatahuanNya atas kondisiku sungguh telah cukup bagiku untuk permintaanku.” Maka ketika kepasrahan dan tawakkalnya benar, lalu, dikatakan pada api, “Jadilah dirimu dingin dan menyelamatkan pada Ibrahim.” Sebagai pertolongan dari Allah ta’ala Azza wa-Jalla bagi mereka yang sabar di dunia tanpa terhingga di dunia. Sedangkan kenikmatan di akhirat pun tanpa terhitung pula. Allah Ta’ala berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang yang sabar akan ditunaikan pahalanya tanpa terhingga.”

Segala hal tidak akan pernah tersembunyi di Mata Allah, karena itulah hendaknya kalian bersabar bersama Allah sesaat saja, anda akan melihat hasilnya berupa kelembutan dan kenikmatan bertahun-tahun. Dan keberanian adalah sabar sesaat itu sendiri.

Allah bersama orang-orang yang sabar. Dengan pertolongan dan kebaikanNya, maka bersabarlah bersama Allah. Ingatlah selalu padaNya, dan jangan melupakanNya. Jangan sampai sampai anda baru sadar ketika maut sudah tiba, karena sadar pada saat setelah maut adalah tindakan sia-sia. Sadarlah sebelum anda menemuiNya. Sadarlah sebelum anda disadarkan oleh kejutan yang membuat anda menyesal, diwaktu sebuah penyesalan tidak ada artinya lagi. Perbaikilah hatimu, sebab jika hatimu baik seluruh dirimu dan perilakumu akan baik pula. Karena itu Nabi SAW bersabda, “Dalam diri manusia ada segumpal darah, manakala ia baik, akan baik seluruh tubuhnya, dan bila rusak, rusaklah perilaku jasadnya. Ingatlah, (Tidak lain) adalah Qalbu.”

Memperbaiki (mensalehkan) qalbu itu dengan ketaqwaan dan tawakkal pada Allah Ta’ala, mentauhidkanNya, dan ikhlas dalam beramal. Sebaliknya jika hal itu tidak dilakukan justru akan merusak qalbu. Qalbu ibarat burung yang terbang dalam sangkar, seperti mutiara dalam bejana, dan seperti harta dalam perbendaharaan. Ibarat ini memakai metafor burung bukan dengan sangkar, dengan mutiara, bukan dengan bejana, dengan harta, bukan dengan perbendaharaan.

 Ya Allah, sibukkanlah tubuhku dalam kepatuhan padaMu, sibukkanlah hatiku dengan ma’rifatMu, dan sibukkanlah sepanjang hayatku dalam malam-malam dan siang. Kumpulkanlah kami dengan orang-orang dahulu yang shaleh, limpahilah kami rizki sebagaimana Engkau limpahi mereka, dan semoga Engkau terhadap kami, seperti Engkau terhadap mereka. Amin.

Wahai kaum sufi! Jadilah kalian hanya untuk Allah, sebagaimana kaum shaleh kepadaNya. Sehingga kalian meraih apa yang telah mereka raih. Bila kalian ingin agar Allah Ta’ala semata bagi kalian, maka sibukkanlah dengan ketaatan dan kesabaran bersamaNya, ridlo atas tindalakanNya, baik bagi diri kalian maupun orang lain. Kaum Sufi senantiasa senantiasa zuhud di dunia, dan mereka meraih bagian mereka dari dunia dengan tangan ketaqwaan dan kewara’an, kemudian meraih akhirat. Mereka beramal dengan amaliyah yang menjaga jiwa mereka dan mereka patuh kepada Tuhannya. Mereka menyadarkan jiwa mereka sendiri baru kemudian menyadarkan jiwa orang lain.

Anakku, nasihatilah dirimu baru nasihati orang lain. Anda harus lebih dulu memperhatikan diri anda, dan jangan keburu memperbaiki orang lain, karena masih banyak bongkahan jiwamu yang masih harus diperbaiki. Celaka, jika anda merasa lebih tahu orang lain, sedangkan anda buta, bagaimana anda menuntun orang lain? Orang yang menuntun orang lain pastilah orang yang melihat hatinya. Bahwa sesungguhnya yang bisa membersihkan jiwa mereka adalah orang yang telah menyelami lautan yang jernih dan terpuji. Orang yang bisa menunjukkan jalan menuju Allah Ta’ala adalah orang yang ma’rifat kepada Allah. Sedangkan orang yang bodoh terhadap Allah, bagaimana mereka bisa menunjukkan kepadaNya?

Tak ada kalam bagi anda dalam melaksanakan perintah Allah, anda mencintaiNya dan beramal kepadaNya, bukan untuk yang lainNya. Anda harus takut padaNya bukan selainNya. Dan semua itu adanya dalam hati, bukan dalam retorika ucapan. Semua itu tersembunyi, tidak dalam publikasi.

Manakala Tauhid adalah pintu rumah, dan syirik berada di dalam rumah, itulah munafiq yang sesungguhnya. Sungguh sial anda, ucapan anda penuh dengan retorikan ketaqwaan, sednagkan hati anda penuh dengan kecurangan. Ucapan anda berterimakasih kepadaNya, sedangkan hati anda menentangNya. Allah Ta’ala berfirman:
“Dan mereka tidak diperintah kecuali untuk beribadah kepada Allah dengan penuh keikhlasan, demi keopatuhan pada agama.”
Tinggalkanlah sekutu anda dengan makhluk, dan manunggalkanlah diri anda dengan Allah Ta’ala. Karena Dialah Pencipta segalanya, semuanya. Dan di TanganNya-lah segala ini berada. Wahai para petualang dunia yang memburu selain DiriNya, apakah anda tidak berfikir, adakah sesuatu yang diluar gengaman perbendaharaan Allah ta’ala? “Dan tak ada sesuatu pun kecuali bagi kami perbendaharaanNya.”

Wahai muridku, jika anda ingin selamat dalam genggaman takdir, hendaknya anda bersandar pada kesabaran, mengikat pada keselarasan aturan Ilahi, ibadah sembari menunggu jalan keluar. Jika demikian anda telah meraih kebenaran dari Sang Kuasa Takdir, melaui Fadlal dan anugerahNya, lebih dari kebajikan yang anda buru dan anda harapkan.

Wahai kaum Sufi. Selaraskanlah diri kalian dengan ketentuan takdir. Dan terimalah dari Abdul Qadir yang terus berjuang dalam berselaras dengan Qadar. Keselarasanku dengan ketentuan Takdir telah melangkahkan diriku kepada Sang Kuasa.

Muridku, kemarilah. Tunduklah kepada Allah Ta’ala, terhadap takdir dan tindakanNya, dan seluruh tubuh kita harus berpijak pada keselarasan takdir, lalu kita meniti jalan dengan kendaraan takdir itu. Karena takdir itu adalah utusan dari Sang Raja, dan kita memuliakannya karena siapa yang mengutusnya. Jika kita bebruat demikian, kita senantiasa bersanding kepada Al-Qadir (Sang Kuasa Takdir).

Anda dipersilakan meminum dari lautan ilmunya, memakan dari sajian keutamaannya, bergembira bersama dengan kemesraan Ilahiyahnya dan berselubung dalam kasih sayangnya. Mereka (para wali itu) adalah tokoh-tokoh Ilahi dari berbagai golongan dan kelompok.

Wahai para murid, hendaknya engkau bertaqwa, berpijak pada aturan syariah, kontra terhadap kepentingan nafsu, hawa nafsu, syetan dan pecundang-pecundang keburukan. Orang mukmin senantiasa perang melawan semua itu, bahkan tegak kepalanya, tidak menyarungkan senjatanya, tidak melepaskan pedal di atas kuda-kudanya. Mereka tidur karena lelap (bukan menikmati tidur), dan mereka makan dari laparnya ucapan mereka. Bahwa mereka berkata, karena kehendak Ilahi untuk berbuat demikian, dan kata-kata mereka menggerakkan dunia, sebagaimana tubuh-tubuh kita berkata esok di hari kiamat, bicara kepada Allah, seakan-akan mereka berkata seperti benda-benda padat ini semua berkata. Manakala Allah menghendaki mereka, Allah menyiapkan mereka untuk tabligh kepada sesama dengan peringatan dan kabar gembira dengan hujah-hujah yang meyakinkan. Maka demikianlah Allah menggerakkan lisan para Nabi dan Rasul, lalu ketika Allah Ta’ala mewafatkan, maka para pewarisnya dari para Ulama yang mengamalkan ilmunya, mewarisi kata-kata itu demi kebajikan makhluk, sekaligus sebagai pewarisnya.

“Para Ulama adalah pewaris para Nabi”.

Wahai kaum Sufi, bersyukurlah kamu kepada Allah Ta’ala atas nikmat-nikmatNya, lihatlah betapa nikmat itu melimpah dari Allah Ta’ala. “Apa yang datang padamu dari nikmat itu sungguh dari Allah.”

Manakah syukur anda itu, wahai orang-orang yang berselingkuh dari nikmatNya? Wahai orang yang memandang nikmatNya tetapi menganggap datang dari selain DiriNya? Terkadang kalian melihat nikmat itu dari Allah, terkadang bukan dari Allah, dan anda menunggu sesuatu yang bukan dari Allah? Terkadang pula anda meminta pertolongan lewat nikmat itu, demi kepentingan hawa kemaksiatan anda?

Wahai muridku, anda sangat membutuhkn kewara’an dalam khalwat anda, yang bisa mencerabutnya dari kemaksiatan anda dan dosa-dosa anda. Anda membutuhkan muroqobah yang mengingatkan anda akan Pandangan Allah Ta’ala kepada anda. Anda sangat membutuhkan semua itu dalam khalwat-khalwat anda, lalu kebutuhan untuk memerangi hawa nafsu anda dan syetan-syetan. Karena runtuhnya kebesaran manusia oleh kesalahannya. Runtuhnya ahli zuhud dengan syahwat- kesenangannya. Runtuhnya para wali Abdal karena pikiran dan bisikan imajinatif dalam khalwatnya. Runtuhnya para Shiddiqin dalam kejapan-kejapan hati (pada selainNya).

Mereka disibukkan memelihara hati mereka, karena mereka tidur di pintu Allah. Mereka tegak berdiri di panggung dakwah, mengajak makhluk untuk ma’rifat kepada Allah Ta’ala. Mereka terus menerus memanggil hati sembari mengumandangkan, “Wahai masyarakat qalbu, wahai para ruh, wahai manusia, wahai Jin, wahai penempuh jalan Ilahi, kemarilah-kemarilah….menuju Pintu Sang Raja. Bergegaslah kepadaNya dengan telapak kaki hatimu, dengan pijakan ketaqwaan dan tauhidmu, dengan ma’rifat dan wara’mu yang luhur, dengan zuhud di dunia dan di akhirat, zuhud dari segala hal selain Allah. Itulah kesibukan sufi, cita-citanya adalah menata kebajiakn makhluk, hasratnya membubung langit dan bumi, dari Arasy sampai bintang Tata surya.

Wahai muridku, tinggalkan nafsumu dan hawanya. Jadilah kalian ini sebagai tanah yang diinjak oleh para Sufi, menjadi debu-debu yang menempel di tangan mereka. Allah berfirman, “Allah mengeluarkan kehidupan dari kematian, dan mengeluarkan kematian dari kehidupan.” Allah mengeluarkan Ibrahim as, dari kedua orangtuanya yang mati dalam kekafiran. Orang mukmin itu hidup, dan orang kafir itu mati. Orang bertauhid itu hidup. Orang musyrik itu mati. Karena itu Allah berfirman dalam hadits Qudsi, “Yang pertama kali mati dari mahlukku adalah Iblis”. Karena Iblis yang pertama maksiat kepadaKu, lalu ia mati dengan maksiat itu.

Inilah akhir zaman. Pasar kemunafikan telah muncul, mall kedustaan telah bertebaran, karena itu janganlah anda bersanding duduk dengan para munafiqin, pendusta, dan Dajjalin. Sungguh celaka anda jika jiwa anda diselubungi kemunafikan, kedustaan, kekafiran, kelacutan dan kemusyrikan. Bagaimana anda bisa bersanding dengan itu semua?

Karena itu jauhilah dan jangan berselaras dengan kendali apalagi bergabung. Penjarakan semua kebusukan itu, sesuai dengan wataknya. Tekanlah semua itu dengan perjuangan jiwa. Sedangkan hawa nafsu, hendaklah kalian setir, jangan sampai engkau lepas. Sedikit engkau lepas engkau akan dikendalikannya.

Anda juga jangan memanjakan seleramu, karena selera alami itu seperti anak kecil yang belum memiliki kepandaian. Bagaimana anda belajar pada anak kecil yang kurang ilmu dan anda menerimanya?

Sementara syetan adalah musuhmu dan musuh bapakmu Nabi Adam as. Bagaimana anda bisa tenteram dengan syetan, anda menerimanya, sedangkan antara diri anda dengan syetan ada dendam mendarah daging, dan permusuhan primordial. Karena itu anda tidak bisa main dengan syetan, sebab syetan telah membunuh ayah bundamu. Jika anda tenteram bersama syetan anda akan dibunuh, sebagaimana syetan membunuh keduanya. Karena itu jadikan Taqwa sebagai pedangmu, Tauhidullah Azza wa Jalla, Muraqabah, Khalwat, Shidq, mohon pertolongan Allah, semua sebagai bala tentaramu. Itulah senjata, dan itulah pasukan dimana kamu harus mengusirnya, menyerangnya, memporakporandakan pasukan syetan itu. Bagaimana anda tidak mengusirnya, sedangkan Allah bersama anda?

Jadikan kehidupan dunia dan akhirat dalam satu wadah, lalu bersimpuhlah kepada Tuhanmu dengan ketelanjangan hatimu, tanpa dunia dan tanpa akhirat. Janganlah anda terima di ruang hatimu apa pun selain Allah, jangan pula kamu mengikat hatimu dengan kemakhlukan. Putuskan semua sebab akibat, dan lepaskan semuanya. Jika anda sudah bisa mandiri di sana, maka dunia ini anda jadikan untuk nafsumu, akhirat untuk hatimu, Allah untuk Sirrmu (hakikat rahasia dirimu).

Wahai sahabat. Jangan sampai anda bersama nafsu anda, bersama kesenangan nafsunya, jangan bersama dunia, juga jangan bersama akhirat. Jangan. Janganlah bersama semua, melainkan hanya bersama Allah Azza wa Jalla. Anda jika demikian, benar-benar sampai pada Kemahabendaharaan Ilahi yang abadi, dan pada saat yang sama, hidayah datang dari Allah, dimana tak ada lagi kegelapan setelah itu semua.

Taubatlah anda dari dosa anda, bergegaslah menuju Tuhan anda. Jika kamu taubat, taubatlah dengan lahir dan batin anda. Karena taubat itu adalah jantung kedaulatan.

Lepaskan baju-baju maksiatmu dengan taubat yang murni dan rasa malu kepada Allah secara hakiki. Bukan dengan kesemuan dan kepura-puraan.

Itulah amaliyah qalbu setelah penyucian badan dengan amaliyah syariat. Lahiriyah punya amaliyah, batiniyah juga punya amaliyah. Qalbu, manakala telah keluar dari dari aturan sebab akibat (duniawi) dan lepas dari ikatan dengan makhluk, maka Qalbu akan mengarungi lautan tawakkal, lautan ma’rifat kepada Allah, dam lautan IlmuNya bersamaNya. Qalbu akan meningggalkan sebab akibat duniawi, dan menuju Sang Pencipta sebab akibat. “Dialah yang menciptakan diriku dan memberi hidayah padaku.”

Allah menunjukkan dari satu benua ke benua lain. Dari satu tempat ke tempat lain, sampai berhenti di benua kemandirian yang istiqomah.

Manakala disebut Tuhannya, langsung memancarlah ekspressinya, dan terbukalah tirai-tirai, karena qalbu penempuh hanya menuju kepada Allah Ta’ala, menembus jarak dan meninggalkan semuanya di belakangnya.

Apabila dalam perjalannan ada ketakutan dan kekawatiran akan kehancuran, tiba-tiba muncul imannya, lalu membuatnya jadi berani, lalu reduplah api ketakutan dan kekawatiran. Lalu bergantu dengan cahaya kegembiraan, kebahagiaan dan kesenangan melalui taqarrubnya.

Wahai muridku. Jikalau telah tiba penyakit, maka hadirlah dengan kesabaran, tenanglah, sampai obatnya tiba. Jika obatnya ada di tangan anda, terimalah dengan tangan kesyukuran. Jika anda bisa demikian, anda hidup dalam kehidupan masa depan. Ketakutan itu datangnya dari api yang memotong nurani kaum beriman, membuat raut muka menguning, membuat hati jadi gelisah. Jika terjadi demikian dari kaum beriman, Allah menumpahkan air Kasih sayangNya dan kelembutanNya, lalu Allah membukakan pintu akhirat, sampai mereka melihat tempat tenteramnya.

Manakala mereka tenteram dan tenang, serta riang jiwanya sejenak, Allah membukakan pintu keagunganNya. Kemudian Allah menghadapkan hati dan sirr mereka pada Kebesaran itu, yang membuat mereka sangat ketakutan dibanding yang pertama, tiba-tiba Allah membukakan pintu KemahaindahanNya, lantas mereka tenang, tenteram dan bangkit mendaki derajat-derajat keluhuran, satu demi satu.

Wahai sahabatku. Jangan sampai cita rasamu hanyalah memenuhi hasrat makan dan minum, pakaian dan perkawinan, kesenangan dan apa yang anda kumpulkan. Sebab semua itu hanayalah citarasa nafsu dan watak. Lalu manakah citarasa qalbu dan sirrmu? Citarasanya adalah menuju Allah Tala.

Citarasamu adalah citarasa yang lebih penting dari sekadarnya, yaitu Allah, Tuhanmu dan apa yang ada di sisiNya. Dunia ini hanya sebagai pengganti belaka, yang sesungguhnya adalah kahirat. Makhluk semua adalah kesemuan, yang hakiki adalah Khaliq. Ketika anda meninggalkan kepentingan dunia, maka anda akan meraih gantinya, kenikmatan akhirat. Ukurlah usia anda di dunia ini, untuk sebuah persiapan besar menyongsong akhirat, karena anda akan menerima datangnya Malaikat maut.

Dunia adalah tempat dapur para Sufi. Akhirat adalah pestanya. Jika datang kecemburuan Allah, maka segeralah beralih, menuju maqam akhirat, lalu tidak lagi butuh dunia dan tidak lagi butuh akhirat.

Wahai para pendusta! Anda mencintai Allah ketika mendapatkan nikmat, tetapi ketika mendapatkan bencana, anda telah lari dari Allah, seakan-akan anda putus cinta dengan allah. Seorang hamba diukur dengan ujian, manakala anda tetap teguh bersama Allah dalam musibah bencana, berarti anda memang mencintai Allah. Jika anda berubah, sungguh anda ini dusta.
  
Seorang laki-laki datang kepada rasulullah SAW, lalu berkata, “Wahai Rasulullah, sungguh aku mencintaimu.” Rasulullah saw, menjawab, “Siapkan dirimu dengan kefakiran sebagai pakaianmu.”

Laki-laki lain datang kepada Nabi SAW, “Aku mencintai Allah Azza wa-Jalla.” Nabi saw, menjawab, “Ambillah bencana sebagai pakaian.”

Mencintai Allah dan mencintai Rasulullah saw, senantiasa disertai dengan kefakiran kepada Allah dan ujian. Karena itu sebagian orang saleh berkata, “Setiap bencana disertai pertanda agar tidak mudah klaim pengakuan. Sebab jika tidak demikian, semua orang bisa mengklaim mencintai Allah Ta’ala. Lalu bencana dan kefakiran sebagai pengokoh atas cinta ini.”
  
FAQIR
  Beliau mengatakan: 
Kontramu dengan Allah swt, akan mengusirmu dan menghilangkan dirimu dari Allah. Kembalilah dirimu dari sikap kontramu sebelum engkau dihantam, dihinakan dan dinistakan oleh ular-ular bencana dan kalajengking cobaan. Betapa pedihnya rasa cobaan, apalagi jika engkau terpedaya. Karena itu anda jangan bergembira dengan apa karena apa yang ada di tangan anda pasti sirna. Allah Ta’ala berfirman:
“Sehingga ketika mereka bergembira atas apa yang mereka dapatkan, tiba-tiba Kami mengambil mereka seketika…” (Al-Qur’an)
Meraih anugerah keuntungan dari Allah Ta’ala harus ditempuh dengan kesabaran. Karena itu Allah menguatkan berkali-kali tentang sabar itu. Kefakiran (rasa butuh kepada Allah) dan kesabaran tidak akan pernah bertemu kecuali bagi kewajiban orang beriman.
Sedangkan para pecinta yang senantiasa mendapat cobaan, lalu mereka menjadi sabar, terlimpahi ilham untuk berbuat kebaikan beriringan dengan cobaan dan ujiannya, senantiasa bersabar atas sesuatu yang yang baru terjadi dari Allah Ta’ala.
Kalau bukan karena kesabaran, anda semua tidak akan pernah bertemu denganku. Aku telah membuat jebakan untuk memburu burung, dari satu malam ke malam berikutnya, yang membuatku terus terjaga dan membuatku sunyi dari orang ketika di siang hari dengan mata yang terpejam. Seorang lelaki yang terikat oleh jaring-jaring jebakan, dan itu pun dilakukan demi kemaslahatan anda semua, sementara anda semua tidak mengerti.
Kalau bukan demi berselaras dengan Allah ta’ala, bagaimana mungkin orang berakal mau bergaul dengan penduduk negeri yang telah dibutakan hatinya oleh riya’, kemunafikan dan kezaliman, bercampurbaurnya syubhat dan keharaman? Betapa banyak nikmat-nikmat Allah telah dikufuri, sementara terjadi kolusi luarbiasa untuk menciptakan kefasikan dan penyimpangan. Betapa banyak orang lumpuh di rumahnya sendiri, orang zindiq dalam kedai minumnya, orang jujur di atas kursinya. Kalau bukan karena sebuah aturan, niscaya aku bicara tentang hal-hal yang ada di rumah-rumah kalian. Namun bagiku ada fondasi yang harus kubangun. Aku punya anak-anak yang butuh pendidikan. Seandainya tersingkap sebagian apa yang ada dalam diriku, itu bisa menjadi penyebab berpisahnya diriku dengan diri kalian semua, lalu terlempar dalam jejak-jejak yang menghancurkan.
Karena itu tutuplah pintu-pintu kemakhlukan (dari hatimu) dan bukalah pintu-pintu antara dirimu dengan Allah. Akuilah dosa-dosamu, mohonlah maaf kepadaNya atas keteledoranmu selama ini. Yakinlah, bahwa sesungguhnya tidak ada yang bisa membahayakan, memberikan manfaat, yang memberikan anugerah, tidak ada yang bisa mencegah, kecuali Allah Ta’ala semata. Dengan demikian, kebutaan mata hatimu akan sirna, lalu mata hati terbuka bergerak, hingga membuka mata kepalamu.
Wahai anak-anakku…. Persoalan sesungguhnya bukan memakai pakaian kumal atau pun makanan kasar. Persoalan sesungguhnya adalah kezuhudan dalam hatimu. Awal mula yang dipakai oleh shiddiqun adalah pakaian wol dalam hatinya, lalu terefleksi kesederhanaan itu dalam lahiriyahnya. Ia memakai pakaian itu dalam rahasia batinnya, lalu dalam hatinya, kemudian untuk menutup nafsunya, lalu fisiknya. Ketika secara keseluruhan dirinya menggunakan pakaian sederhana, maka tibalah tangan-tangan lembut dan kinasih serta tangan anugerah, sampai akhirnya berubah drastis dalam tragedi ini. Ia copot baju hitamnya dan diganti dengan baju kegembiraan pesta, ia ganti penderitaan dengan kenikmatan, ia ganti dendam dengan keceriaan, ia rubah ketakutan dengan rasa aman, ia rubah rasa jauh menuju rasa dekat, rasa fakir menuju rasa cukup.
Wahai anak-anakku, raihlah bagian dengan tangan zuhud, bukan dengan tangan ambisi pribadi. Orang yang makan dengan menangis, berbeda dengan orang yang makan dengan tertawa. Makanlah bagian itu, dan hatimu bersama Allah Ta’ala. Anda akan selamat dari keburukannya. Jika engkau makan dari resep dokter atau ahli kesehatan tentu itu lebih baik daripada anda makan sendiri, tanpa anda tahu asal usulnya makanan itu, sehingga, menyebabkan hatimu keras jauh dari amanah, sementara anda benar-benar kehilangan rahmat. Hilang pula amanah syariah di sisimu, karena kalian telah meninggalkan dan mengkhianatinya. Sungguh celaka, jika amanah kalian sia-siakan.
Jagalah mahkotamu itu bersama Tuhanmu Azza wa Jalla. Waspadalah atas ancamanNya, karena siksaNya begitu dahsyat. Siksa itu bisa merebut rasa amanmu, rasa sehat afiatmu, foya-foya dan sukacitamu. Taatlah kepadaNya, karena Dia adalah Tuhan langit dan bumi. Jagalah nikmatNya dengan syukur. Terimalah perintah dan laranganNya dengan patuh dan taat. Terimalah kesukaran dariNya dengan kesabaranmu, dan terimalah dengan syukurmu atas kemudahanNya.
Karena demikian adalah perilaku pendahulumu, dari para Nabi, para Rasul dan orang-orang yang saleh, yang senantiasa bersyukur atas nikmat dan bersabar atas cobaan. Tegaslah terhadap kemaksiatan. Terimalah ketaaatan. Jagalah aturanNya, dan ketika datang kemudahan bersyukurlah. Sebaliknya jika yang datang kesukaran bertobatlah dari dosa-dosamu, lalu debatlah, lawanlah hawa nafsumu. Karena Allah tak pernah menzalimi
Maka dari itu ingatlah maut dan resiko sesudah maut. Ingatlah Tuhan Yang maha agung dan Luhur, hisab dan pengawasanNya padamu.Bangunlah, sampai kapan kamu semua tidur terlelap, sampai kapan kamu terlempar dalam kebodohan dan keluar masuk dalam kebatilan? Bergelimang dengan nafsu, hawa, dan kebiasan-kebiasaan. Kenapa? Kenapa tidak mendidiknya demi ibadah kepada Allah dan mengikuti aturan hukumNya. Padahal ibadah itu meninggalkan kebiasan-kebiasaan nafsu, kenapa tidak mendidik dirimu dengan adab Qur’an dan sunnah?
Anak-anak muridku…..Jangan bergaul dengan banyak orang disertai kebutaan hati, ketololan disertai kealpaan dan kelelapan. Bergaulah dengan mereka, dengan matahati, ilmu dan keterjagaan jiwa. Jika anda temukan hal yang terpuji dari mereka, ikutilah, dan jika ada yang menyeretmu pada keburukan, jauhilah dan tolak. Engkau berada dalam alpa total, alpa dari Allah Azza wa Jall. Makanya, anda harus bangkit, disiplin dengan masjid, memperbanyhak sholawat kepada Nabi SAW.
Nabi saw, bersabda:
“Seandainya neraka turun dari langit, tak ada yang selamat kecuali ahli masjid.”
Jika kalian semua menunaikan sholat, totalkan sholatmu hanya kepada Allah Ta’ala, dan karena itu Rasulullah saw, bersabda, “Yang paling dekat bagi hamba pada Tuhannya, apabila hamba sedang bersujud.”
Duh.. celaka kalian. Kenapa kalian sering membuat ulah dan mencari-cari keringanan? Orang yang mencari-cari takwil demi seleranya sesungguhnya terpedaya. Padahal jika kita merengkuh ‘azimah (pr insip), dan kita bergantung pada Ijma’, sementara amal kita ikhlas, maka kita pun akan bersih bersama Allah Ta’ala. Lalu bagaimana bisa terjadi jika anda malah merekayasa azimah, mencari jalan kemudahan nafsu, lalu para pemegang teguh azimah sirna?
Inilah zaman rukhsoh, bukan zaman ‘azimah. Inilah zaman riya’ dan kemunafikan, dimana harta didapat dengan cara tidak benar. Betapa banyak orang yang sholat, puasa, zakat, haji, dan berbuat baik untuk makhluk, bukan untuk Khaliq. Dan mayoritas yang memenuhi alam semesta ini adalah demi kepentingan sesama makhluk, bukan demi Khaliq. Kalian semua telah mati jiwa, menghidupkan nafsu dan hawa nafsu untuk dunia.
Padahal hidupnya hati ketika keluar dari kepentingan makhluk dan teguh bersama Allah Azza wa Jalla.
Hidupnya hati dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah azza wa Jalla. Hidupnya hati dengan sabar atas Qodlo, Qodar dan ujianNya.
Wahai anak muridku…Serahkan dirimu kepadaNya dalam soal kepastianNya. Bangunlah bersamaNya dalam soal itu. Perkara itu butuh fondasi, lalu butuh bangunan, dan dawamkan setiap waktu, siang dan malammu. Karena itu, waspadalah. Tafakkurlah dalam masalah hatimu.
Jika engkau melihat kebajikan, bersyukurlah. Jika engkau melihat keburukan bertobatlah. Dengan tafakkur ini agamamu akan hidup dan matilah syetanmu. Karena itu dikatakan, tafakkur sejam lebih baik dibanding bangun sepanjang malam.

Wahai ummat Muhammad, bersyukurlah kepada Allah Ta’ala yang telah menerima amalmu yang sedikit dengan menyandarkan kepada amal pendahulumu. Sebab kalian semua adalah yang terakhir di dunia, tetapi yang pertama di hari kiamat. Jika kalian benar, maka tak ada yang lebih benar menandingi kalian. Kalian semua adalah para pemuka dan pemimpin, sedangkan umat lain adalah rakyat. Tetapi jika sepanjang anda masih duduk di rumah nafsumu dan watakmu, sulit untuk menjadi benar. Jika sepanjang anda bangkit bersama makhluk dan terpaku terhadap apa yang ada di tangan mereka, dengan menarik mereka melalui riya’ dan kemunafikan anda, sungguh tetap tidak benar bagi anda. Sepanjang anda masih ambisi dunia, sepanjang hati anda masih bersiteguh pada selain Allah, tidak ada yang dibenarkan. Ya Allah berilah kami rizki, untuk senantiasa di sisiMu.

JANGAN BERHAYAL KAYA

Beliau mengatakan:

Wahai para fakir, janganlah kalian mengkhayal kaya, siapa tahu kekayaanmu bisa menyebabkan kehancuranmu. Wahai orang yang sakit janganlah mengkhayal akan kesembuhan, siapa tahu kesembuhanmu justru menjadi penyebab kerusakanmu. Jadilah kalian orang yang cerdas. Jagalah buahmu agar terpuji perkaramu. Terimalah kadar yang diberikan Allah dan janganlah berharap lebih. Sebab segala yang yang diberikan Allah Azza wa-jalla melalui permintaanmu bisa menjadi kotoran dan amarah. Kecuali jika sang hamba diperintahkan melalui hatinya agar meminta kepadaNya. Manakala hamba diperintahkan memohon ia akan mendapatkan berkah dan kotorannya dibuang.
Celaka anda, jika anda mengucapkan sebagai seorang Muslim, padahal hati anda tidak. Anda nyatakan diri sebagai muslim, tapi perbuatan anda tidak. Anda dalam khalwat anda menyatakan Muslim, toh kenyataan khalwat anda tidak.
Hendaknya permohonan anda lebih pada permohonan agar diberi ampunan, kesehatan, dan kemaafan Allah selamanya, baik dalam beragama, di dunia maupun di akhirat. Terimalah ini saja, anda sudah cukup.
Janganlah anda menginginkan di luar pilihan Allah swt, juga jangan anda terkena oleh keterpaksaan karena bisa membinasakan anda. Jangan pula memaksa Allah Ta’ala dan makhlukNya melalui sebab akibat dirimu, dengan kekuatanmu dan hartamu, karena itu bisa memukul balik diri anda. Sebab semua itu bisa diambil oleh Allah, dan jika Dia mengambilnya akan terasa menyakitkan diri anda.
Celaka anda, jika anda mengucapkan sebagai seorang Muslim, padahal hati anda tidak. Anda nyatakan diri sebagai muslim, tapi perbuatan anda tidak. Anda dalam khalwat anda menyatakan Muslim, toh kenyataan khalwat anda tidak.
Ketahuilah, ketika anda sholat, puasa, dan melakukan semua perbuatan anda yang baik, manakala tidak mengembalikan semua itu kepada Wajah Allah Ta’ala, sesungguhnya anda telah munafik dan jauh dari Allah Azza wa Jalla.
Sekarang ini, bertobatlah kepada Allah Azza wa-Jalla dari seluruh perbuatan dan ucapan anda dan tujuan-tujuan anda yang hina.
Kaum Sufi, sama sekali tidak menciptakan amalnya. Mereka adalah kaum yang bahagia, senantiasa yakin kepada Allah, menyatu, mukhlis dan bersabar atas cobaan-cobaan Allah Ta’ala. Senantiasa bersykur atas nikmat-nikmatNya
dan kemurahanNya. Mereka berdzikir dengan lisannya, kemudian dengan qalbunya, lalu dengan Sirrnya. Manakala datang berbagai hidangan dari makhluk, mereka hanya tersenyum wajahnya. Karena raja-raja dunia sudah termakzulkan di mata mereka. Semua orang di muka bumi adalah mayat-mayat, orang-orang lumpuh dan orang-orang sakit. Para fakir syurga senantiasa bersandar padanya, seakan-akan mereka adalah pelindung. Neraka bersandar kepada mereka, lalu neraka termatikan apinya. Tidak bumi, tidak langit, langit dan bumi bukan tempatnya. Arah penjurunya hanya satu arah. Mereka dengan penghuni dunia, lalu mereka dengan penghuni akhirat, lalu mereka bersama dengan Tuhannya dunia dan akhirat.
Mereka bertemu Allah dan mencintaiNya. Mereka berjalan bersama Allah dengan jiwanya hingga wushul kepadaNya, sampai mereka meraih kasih sayangnya sebelum mereka bergegas jalan kepadaNya. Terbukalah pintu antara diri mereka dengan Allah. Allah mengingat mereka sepanjang mereka mengingatNya. Hingga dzikir mereka menghapus kesalahan-kesalahan mereka. Mereka telah sirna dari yang lain, dan maujud bersama Allah Ta’ala. Dengarkan Allah Ta’ala berfirman:
“Ingatlah kepadaKu, Aku ingat kepadamu, dan bersyukurlah kepadaKu dan jangan ingkar padaKu.”
Lazimkan berdzikir kepadaNya dengan harapan hanya mengingatNya, karena Allah berfirman:
“Aku bermajlis dengan orang yang berdzikir kepadaKu.”
Hindarilah bermajlis dengan makhluk (walau pun anda di sana, red.), dan bersimpuhlah untuk dzikir kepadaNya, agar engkau bermajlis dengan Allah.

Wahai kaum Sufi, janganlah kalian sok gila, dan kalian menjadi gila. Ilmu ini tidak akan memberi manfaat kepadamu tanpa kamu mengamalkannya. Mereka sangat membutuhkan agar bisa mengamalkannya, dengan ketegasan yang hitam di atas yang putih, yaitu aturan Allah (lahir dan batin) yang anda mengamalkannya hari demi hari, tahun demi tahun sampai akhirnya berbuah.
Anak-anaku… Ilmumu memanggil-manggilmu… ”Akulah yang akan berargumen padamu manakala tidak engkau amalkan. Dan aku akan menjadi argumenmu jika engkau mengamalkanku…”

Rasulullah saw, bersabda, “Ilmu membisikkan pada amal, manakala ia menjawab. Jika tidak menjawab, ia akan segera pergi…”

Hilanglah barokah ilmu dan tinggal bencananya. Pergilah syafaat ilmu bagimu dari Tuhannya. Bahkan masuknya ilmu terputus dalam kebutuhanmu. Ia pergi, karena tinggal kulitnya ilmu saja. Sebab isi ilmu adalah amal.

Anda semua mengikuti Rasul saw, menjadi tidak sah, manakala anda tidak mengamalkan apa yang telah disabdakannya. Jika anda mengamalkan atas apa yang diperintahkan kepada anda, maka hati dan rahasia batin anda menghadap kepada Tuhannya. Ilmumu mengundangmu, tapi anda tidak mendengarkannya, karena kamu sudah tak punya hati lagi. Karena itu dengarkanlah panggilannya dengan telinga hati dan sirrmu. Terimalah ucapannya dan dengarkanlah engkau akan dapat manfaatnya. Ilmu dengan amal akan mendekatkan dirimu pada Yang Maha Ilmu yang menurunkan ilmuNya.

Jika engkau mengamalkan aturan ini, yang merupakan Ilmu awal, akan mengikuti pula Kenyataan Ilmu yang kedua, yang membuat terpancarnya dua sumber yang mengaliri hatimu berupa aturan dan ilmu lahir dan batin. Disinilah kalian harus membersihkan semua itu, dengan Zakat kepada sesama. Zakatnya ilmu adalah menyebarkan dan dakwah menuju kepada Allah Ta’ala.
Anak-anakku, shabar itu ada balasannya. Alloh berfirman:
“Sesunggunya orang-orang yang bersabar diberi balasan pahala tanpa terhingga.”

Karena itu makanlah dari hasil jerih payahmu, jangan makan dari hutangmu. Bekerjalah dan makanlah dari kerja itu, karena kerja orang beriman itu adalah tahapan bagi kaum shiddiqin, dan tak ada bagian dari kerja mereka kecuali diperuntukkan menolong kaum masakin dan fuqoro yang mengharapkannya. Itu berarti kalian menyampaikan rahmat kepada sesama, demi meraih Ridlo Allah Ta’ala dan cintaNya kepada mereka. Dengarkan apa yang diucapkan oleh Nabi SAW:

“Manusia itu adalah keluarga Allah Azza Wa-Jalla, dan manusia yang paling dicintai Allah adalah yang paling berguna bagi keluarganya.”

Para Wali-wali Allah itu senantiasa tidak memiliki kecenderungan hatinya kepada makhluk. Mereka seperti pekak, tuli dan buta. Manakala hatinya dekat dengan Allah Azza wa-Jalla mereka tidak mendengar siapa pun kecuali mendengar Allah, tidak melihat hatinya, kecuali melihat Allah. Ia berada dalam nuansa kedekatan dan terhapuskan oleh Kharisma Ilahi, dan terlimpahi cinta yang dahsyat kepada Sang Kekasih. Mereka berada diantara Jalal dan Jamal-Nya, tidak menengok ke kanan maupun ke kiri. Mereka hanya melihat ke depan, tanpa ke belakang. Manusia, Jin, Malaikat ingin membantunya, dan begitu juga semua makhluk, membantu dengan aturan dan ilmu. Mereka para Kekasih Allah itu mengkonsumsi Fadlalnya Allah dan meminum KemesraanNya. Dari konsumsi Fadlal itu mereka makan, dan dari minuman Kemesraan itu mereka menegaknya. Mereka mendengarkan ucapan-ucapan makhluk. Mereka di satu lembah dan makhluk itu di lembah lain. Mereka menyerukan makhluk itu atas perintah Allah Azza wa-Jalla, dan mencegah kemungkaran atas larangan Allah Ta’ala, sebagai ganti dari Nabi SAW. Merekalah pewaris yang hakiki. Karena mereka disibukkan mengembalikan makhuk ke Pintu Allah. Mereka berada dalam HujjahNya.

Mereka menempatkan segalanya pada porsi masing-masing dengan memberikan limpahan fadlal dari Allah. Mereka tidak mengambil hak-hak makhluk itu, bahkan juga tidak untuk menuruti kebutuhan dirinya dan alamiyah nya. Mereka hanya mencintai demi Allah, dan marah pun demi Allah. Semuanya hanya untuk Allah, bukan untuk lainNya.



Siapa pun yang bisa memenuhi ini, maka ia benar-benar telah sempurna pergaulannya, dan ia berhasil selamat dan bahagia. Lalu semua makhluk mencintai mereka, baik manusia, bumi langit, Jin dan Malaikat.

(Wahai para penempuh yang menyertaiku, dan wahai yang menimba kondisi ruhaniku, sesungguhnya dalam kondisiku tidak ada makhluk, tidak ada dunia, dan tidak ada akhirat)

Wahai orang munafik! Wahai pemberhala sesama makhluk! Wahai orang yang menyembah dunia, yang senantiasa lupa dengan Allah Ta’ala. Anda ingin mengandalkan apa yang ada di tangan anda? Sungguh anda tidak akan dapat kemuliaan dan kehebatan.

Serahkanlah dirimu dan bertaubatlah. Belajar dan amalkanlah ilmumu dengan ikhlas. Jika tidak, anda tidak akan dapat hidayah.

Sungguh antara aku dan kalian tidak ada permusuhan, hanya aku ingin menyampaikan yang benar, saya tidak ingin membelokkan anda dari agama Allah Ta’ala. Karena anda terdidik dari ucapan keras para masyayikh, ucapan asing dan aneh para Sufi. Jika ada ucapanku yang muncul, ambillah itu dari Allah Azza wa-Jalla, karena Allah-lah yang hakikatnya mengucapkanNya untukku. Jika kalian masuk kepadaku, masuklah dengan telanjang dari hawa nafsu anda. Sebab jika anda punya matahati sesungguhnya aku pun tampak telanjang. Tetapi karena bencana penyakit kefahaman menimpa anda.

Wahai para penempuh yang menyertaiku, dan wahai yang menimba kondisi ruhaniku, sesungguhnya dalam kondisiku tidak ada makhluk, tidak ada dunia, dan tidak ada akhirat. Namun siapa yang bertobat di hadapanku, menjadi muridku dan husnudzon padaku, mengamalkan apa yang aku ucapkan ini, Insya Allah Azza wa Jalla akan mendidik kalian.

Para Nabi itu dididik oleh Allah Azza wa-Jalla dengan KalamNya, sedangkan para Auliya dididik dengan IlhamNya dalam Qalbu. Karena mereka adalah para pewaris wasiat Nabi dan khalifah-khalifah serta generasinya. Allah berkata, dan berkata kepada Musa As, Allah yang bicara kepada Musa, bukan makhluk yang bicara. Yang bicara adalah Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib. Allah bicara dengan KalamNya yang difahami Musa As, hingga difahami akalnya tanpa perantara. Allah berbicara kepada Nabi kita Muhammad saw, tanpa perantara. Inilah Al-Qur’an, penghubung Allah al-Matin. Al-Qur’an berada diantara diri kalian dan Tuhan kalian, Maha Agung dan Maha luhur Dia. Jibril menurunkannya dari langit, dari Sisi Allah Azza wa Jalla, kemudian diturunkan kepada Nabi Muhammad saw sebagaimana Nabi katakan dan kisahkan. Tidak boleh mengingkari itu atau menentangnya. Ya Allah berilah petunjuk semuanya, dan taubatkanlah semuanya, rahmatilah semuanya.
  
Riwayat dari Amirul Mukminin al-Mu’tashim Billah, ra, ia mengatakan ketika menjelang wafatnya. “Demi Allah aku bertobat kepada Allah Azza wajalla, karena tindakanku pada Ahmad bin Hambal, hanya karena aku tidak ingin taklid sedikit pun pada perkaranya, sedangkan orang lain bertakdlid untuk itu.”

Wahai orang-orang yang sangat kasihan(Miskin). Tinggalkanlah bicara hal-hal yang tidak berguna bagi anda. Tinggalkan Ta’ashub (fanatik) mazhab. Sibukkanlah dirimu dengan hal-hal yang berguna bagi dunia dan akhiratmu. Anda akan melihat kabarmu dalam waktu dekat. Anda pun akan ingat akan ucapanku. Anda akan melihatnya ketika berada di depan penikam, sedangkan di kepalamu tak ada pelindung. Sungguh luka akan menyertaimu.


 NASIHAT SEORANG MU’MIN KEPADA SAUDARANYA

Pengajian Syeikh Abdul Qodir al-Jilany

Beliau berkata:

Qalbu orang-orang beriman senantiasa bersih, suci dan melupakan makhluk, terus menerus mengingat Allah Azza wa-Jalla, melupakan dunia, mengingat akhirat, melupakan apa yang ada padamu, dan mengingat apa yang ada di sisi Allah Ta’ala.

Kalian bisa terhijab oleh mereka dan seluruh apa yang ada pada para makhluk itu, disebabkan kesibukanmu dengan dunia dan melalaikan akhirat. Kalian meninggalkan rasa malu di hadapan Allah Azza wa-Jalla, sehingga kalian tersungkur di sana. Karena itu terimalah nasehat kawan anda yang mukmin dan anda jangan kontra. Karena dia yang tahu apa yang ada pada dirimu, hal-hal yang anda tidak tahu tentang dirimu. Karena itu Rasulullah SAW bersabda:

“Orang mukmin adalah cermin bagi sesama mukmin.”

Mukmin yang benar dalam nasehatnya bagi sesama mukmin, akan menampakkan kejelasan apa yang tersembunyi pada saudaranya, yang bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Ia mengenalkan mana yang menjadi kebaikan dan mana yang berdampak keburukan. Maha Suci Allah yang telah memberikan anugerah di hatiku untuk menasehati makhluk dan hal demikian telah dijadikan sebagai hasrat besarku.

Saya menasehati dan saya sama sekali tidak menginginkan imbalan. Sebab akhiratku telah menjadi bagian sukses bagi diriku di sisi Tuhanku Azza wa-Jalla. Aku tidak mencari dunia, karena aku bukan budak dunia, juga bukan hamba akhirat, bahkan bukan hamba selain Allah azza wa-Jalla.

Aku tidak menyembah kecuali hanya kepada Sang Pencipta, Yang Esa, Yang Maha Esa nan Qadim. Kepuasanku ada pada kebahagian kalian, dan kedukaanku jika kalian hancur celaka. Jika aku melihat murid yang benar dan benar-benar telah meraih kemenangan melalui diriku, aku merasakan kepuasan dan kelegaan, bahkan kegembiraan, karena bagaimana hal itu terjadi melalui diriku?



Anak-anak muridku….

Hasratku adalah anda, bukan diriku. Jika anda bisa berubah, itu demi anda, bukan demi diriku. Aku hanya menggambarkan pelajaran, dan sesungguhnya yang membuat aku senang, semata karena ini semua hanya untuk dirimu.

Wahai para kaum Sufi

Tinggalkan takabur di hadapan Allah Azza wa-Jalla dan takabur di hadapan sesama makhluk. Lihatlah kadar diri-diri anda, dan rendah hatilah dirimu.

Awalmu hanya setets air hina, dan akhirmu hanyalah bangkai yang terbuang. Karena itu kamu semua jangan tergolong orang yang tamak dan dikendalikan hawa nafsu. Hawa nafsu yang mendorong anda untuk memasuki pintu-pintu penguasa untuk mencari sesuatu dari mereka, untuk mendapatkan bagian atau pemberian mereka, padahal bagian yang diberikan itu begitu hinadina.

Kanjeng Nabi SAW, bersabda:

“Siksa paling dahsyat dari Allah Azza wajalla pada hambaNya, adalah ambisinya si hamba untuk meraih apa yang tidak dibagikan padanya.”

Betapa celakanya, wahai orang bodoh terhadap takdir dan bagian dari Allah. Apakah kalian menyangka bahwa generasi dunia ini mampu memberikan bagian pada kalian, hal-hal yang bukan bagianmu? Tetapi anda perlu ingat, bahwa waswas (godaan) syetan yang terus menggoda kealam dan hati anda, sampai anda tidak lagi menjadi hamba Allah Azza wa-Jalla, dan menjadi hamba diri anda sendiri, menjadi budak nafsu dan syetan anda. Menjadi budak naluri, harta dan uang anda. Hati-hatilah mana tempat kemenangan dan kebahagiaan sampai anda mampu menempuh jalan ubudiyah anda.

Diantara para Ulama sufi mengatakan, “Siapa yang tidak mengenal tempat kebahagiaan hakiki, pasti tidak pernah bahagia.” Anda mengetahua tempatnya, tetapi anda hanya mengenal melalui kedua mata kepala anda, bukan dengan matahati dan rahasia batin anda. Iman anda hanya melintas belaka, sampai anda hanya melihat tidak dengan penglihatan hakiki.

Allah Azza wa-Jalla berfirman:

“Sesungguhnya bukan mata yang buta, tetapi yang buta adalah matahati yang ada di dalam dada.”

Si tamak yang memburu dunia dari tangan makhluk telah menjual agama dengan debu, menjual apa yang abadi dengan yang fana, lalu dia tak mendapatkan kedua-duanya. Sepanjang iman anda kurang, anda merasa kurang dengan dunia dan kehidupan anda hanya untuk merebut sesama, sampai agama anda tergadaikan dan anda merasa bisa makan dari mereka.

Namun sepanjang iman anda sempurna, anda akan senantiasa mampu bertawakkal jiwa anda kepada Allah azza wa-Jalla dan keluar dari sebab akibat duniawi, memutuskan hati pada budak dunia menuju kepada Allah Ta’ala, lalu hati anda pergi menjauh dari seluruh makhluk.

Disinilah hatimu bisa keluar dari negerimu, keluar dari keluargamu, keluar dari took dan popularitasmu.

Lalu anda menyerahkan semua itu pada mereka, seakan-akan Malakat Maut hendak menjemput anda, anda seperti sedang disambar oleh kamatian, seakan-akan bumi hendak menelan anda, dan gelombang takdir telah meraih anda memasukkan ke dalam lautan ilmu dan menenggelamkan anda di sana. Siapa yang mampu di tahap ini, segala penderitaan dunia tidak berpengaruh baginya, sebab dunia hanya pada lahirnya, bukan masuk dalam batinnya. Bahkan dunia untuk yang lain bukan untuk hatinya.

Wahai para kaum….

Jika anda semua mampu melakukan apa yang saya sebutkan itu, mampu mengeluarkan sebab akibat dunia dan ketergantungan padanya dari hatimu, anda akan meraih kemenangan dari segala segi. Jika anda tidak mampu meraih semua itu, paling tidak sebagian ajaran itu anda dapatkan.

Nabi kita SAW bersabda:

“Kosongkan dirimu dari problema duniawi semampu (semaksimalmu).”

Anak-anak muridku…

Jika kamu sekalian mampu mengosongkan hatimu dari dunia, lakukanlah. Jika tidak, maka cepatlah larikan hatimu menuju kepada Allah Azza-wa-Jalla. Gantungkan hatimu pada Rahmat Allah Ta’ala, sampai problema dunia keluar dari hatimu, karena Allah azza wa-Jalla Maha Kuasa atas segalanya dan Maha mengetahui. Pada KuasaNyalah segalanya tergenggam. Kokohlah di pintuNya, mohonlah agar hatimu disucikan dari selain DiriNya, lalu dipenuhi iman dan ma’rifat padaNya, mengenalNya dan cukup denganNya, jauh bergantung pada makhlukNya. Mohonlah agar dianugerahi Yaqin, dan kemesraan qalbu bersamaNya, kesibukan fisik untuk taat padaNya. Mohonlah semuanya dariNya bukan dari selain Dia. Jangan sampai anda menyerahkan pada sesama makhluk, tetapi serahkan padaNya, bukan lainNya. Engkau bermuamalah denganNya dan bagiNya, bukan bagi yang lain.

Anak muridku….

Kefahaman teoritis dan ucapan, tetapi tidak disertai amal qalbu, membuat anda tidak bisa melangkah kepada Allah Ta’ala, walau pun selangkah. Perjalanan adalah perjalanan Qalbu. Kedekatan adalah kedekatan rahasia qalbu. Amal sesungguhnya adalah amal hakiki disertai disiplin pada aturan syar’y dalam gerak fisik badan kita, dan Tawadlu (rendah hati) kepada Allah azza wa-Jalla dan kepada para hambaNya.

Siapa yang mengukur dirinya dengan hasrat diri sendiri, maka tidak akan dapatkan ukuran benar. Siapa yang memamerkan amalnya pada makhluk, bukanlah disebut amal. Amal sesungguhnya justru tersembunyi, kecuali hal-hal yang fardlu, yang harus ditampakkan. Dan anda telah sembrono dalam melangkahkan jejak asas jiwa anda. Tentu tidak ada manfaatnya manfaatnya anda membangun sesuatu di atasnya, karena bangunan akan roboh.

Fondasi amal adalah Tauhid dan Ikhlas. Siapa yang tidak berpijak pada Tauhid dan Ikhlas, tidak akan meraih amal. Kokohkan asas fondasi amal anda dengan Tauhid dan Ikhlas, lalu bangunlah amal itu dengan Daya Allah Azza wa-Jalla, bukan dengan kekuatan dan dayamu. Tangan Tauhid adalah penegak, bukan tangan syirik dan kemunafikan. Orang yang bertauhid adalah yang mampu meninggikan derajat amalnya, bukan pada orang munafik.

Ya Allah jauhkan diri kami dari kemunafikan dalam seluruh tingkah kami. Dan berikan kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat, dan lindungi kami dari azab neraka.

SABAR

Pengajian Syeikh Abdul Qodir al-Jilany

Beliau berkata:

Ya Allah limpahilah rahmat bagi Kanjeng Nabi Muhammad Saw dan keluarganya.

“Berikanlah kami kesabaran dan berikanlah keteguhan langkah kami.” Limpahilah anugerahMu yang banyak, limpahilah rizki syukur atas anugerahMu…”

 Wahai para kaum….

Bersabarlah kalian semua, sesungguhnya seluruh isi dunia ini hakikatnya adalah bencana dan musibah. Sedikit sekali yang bukan musibah. Setiap rasa nikmat melainkan diiringi oleh derita. Dan setiap kesenangan, melainkan ada kesedihan. Tak ada keleluasaan yang muncul melainkan disana ada kesempitan. Berikanlah dunia dan kehidupanmu, raihlah bagianmu dari dunia dengan aturan syar’y. Karena aturan Ilahi itu merupakan terapi bagi penyakit dari duniamu.

 Anak muridku….

Berjalanlan di alur syariat jika anda menghendaki. Dan raihlan melalui tangan “Amr Ilahi” manakala anda tergolong kaum sufi. Dan melalui tangan Kinerja Allah Ta’ala anda meraihnya, manakala anda tergolong orang yang patuh, orang yang sudah sampai kepadaNya. Dengan langkah kepadamu, dan Perintah yang memerintahmu serta mencegahmu, sedangkan KinerjaNya menggerakkan apa yang ada dalam dirimu.

Manusia itu terbagi tiga kelompok. Kelompok awam, kelompok khowash dan kelompok khowashul khowash (sangat khusus).


Manusia awam adalah muslim yang taqwa, yang memegang teguh aturan syariah dalam ibadahnya, dan mereka ini masuk dalam kategori firman Allah swt:

“Apa yang datang dari Rasul ambillah, dan apa yang dilarang bagimu, hindarilah.”

Jika hal ini bisa sempurna lahir maupun batin, hati hamba akan cemerlang, lalu hatinya merasa cukup karena berpegang pada syara’, lalu ia meraih Ilham dari Allah Ta’ala, karena IlhamNya ada dalam segalanya,

sebagaimana firmanNya:

“Maka Allah mengilhaminya, baik sikap menyimpangnya dan ketaqwaannya.”

Hamba ini begitu bertaqwa hatinya dan terus memandang Ilham Ilahi. Tandanya ia meraih dzahirnya perintah, bahwa dalam kehidupan ini ada yang merajai dimana kekuasaan ada di TanganNya.

Lalu cahaya hatinya memancar karena itu, setelah menjalankan ibadah syariatnya dengan kekuatan imannya dan tauhidnya, setelah hatinya keluar dari dunia dan jagad makhluk ini dengan segala keruwetan dan busa-busanya. Lalu datanglah subuh hari, datanglah cahaya iman, cahaya taqarrub dari Tuhannya Azza wa-Jalla. Cahaya amal dan cahaya kesabaran, cahaya kasih dan ketentraman. Semua ini buah dari ibadah menurut aturan syariah, dan berkah dibalik semua itu.

Sedangkan para Abdal (Wali Abdal) adalah kaum Khowashul khowash justru yang memberikan fatwa syara’, lantas mereka ini memandang perintah Ilahi, Kinerja, Gerak dan IlhamNya. Selain itu semua berarti kehancuran dalam kehancuran, sakit dalam kesakitan, haram dalam keharaman. Kepusingan dalam pokok agama, rumit dalam hati dan runyam dalam jasadnya.

Wahai kaum Sufi.
Apa yang diberlakukan oleh Allah Ta’ala bagi dirimu, sesungguhnya agar kamu memandang bagaimana kamu memberlakukannya? Apakah kamu bisa kokoh atau sebaliknya malah lari? Apakah kamu jujur atau mendustai? Sebab siapa yang tidak selaras dengan kepastianNya, tidak meraih kasih sayang dan tidak meraih keselarasan. Siapa yang tidak rela pada ketentuanNya, maka tidak akan meraih ridloNya. Siapa yang tidak memberi tidak diberi.



Wahai si bodoh, kamu ingin berubah dan berganti sesuai dengan seleramu. Kamu jadi tuhan kedua dengan menginginkan agar Allah Azza wa-Jalla berselaras dengan dirimu. Kamu harus membalik pandanganmu, agar kamu benar. Kalau bukan karena takdir-takdir itu, kamu tidak akan tahu mana klaim-klaim kebohongan, dan ketika tertarik, maka jelaslah disana, mutiara-mutiara. Ingkarilah nafsumu yang senantiasa kontra kepada Allah Azza wa-Jalla. Kalau kamu bisa kontra pada nafsumu, kamu pasti bisa kontra pada selain dirimu. Atas kekuatan imanmu, kamu bisa menghapuskan seluruh kemungkaran jiwamu. Tapi karena kelemahan imanmu pula, kamu hanya duduk di rumah dan enggan menghilangkan kemungkaran hatimu.

Langkah-langkah iman itu adalah kekuatan yang bisa jadi bekal untuk mengapai syetan-syetan manusia dan jin, yang bisa membuat kokoh ketika kamu menghilangkan cobaan dan bencana. Pijakan-pijakan iman yang ada, jika tidak memiliki langkah kuat, jangan disebut iman. Singkirkan semuanya, dan Cintailah Khalik secara total. Bila Dia menghendaki, Allah akan memberikan limpahan cintaNya padamu hal-hal yang kau benci, tetapi engkau tetap terjaga di sana. Karena Dialah Yang Membuat Cinta, bukan dirimu, sebagaimana sabda Nabi SAW.:

“Ada tiga hal dari duniamu yang membuat aku mencinta: Wewangian, wanita, dan kesejukan jiwa dijadikan padaku dalam sholat.”

Beliau dilimpahi cinta itu setelah menyingkir, meninggalkan, zuhud dan berpaling. Karena itu kosongkan hatimu dari selain, sehingga jika muncul kecintaan semata karena kehendakNya.


JANGAN HANYA HANYA LAHIRNYA YANG DI PERBAIKI

Pengajian Syeikh Abdul Qodir al-Jilany

Beliau berkata: Bajunya nampak elok dan bersih hatinya kotor, berzuhudlah dalam kebolehan dan malas bekerja untuk makan guna mengisi agama, dan tidak mengenal wara (memelihara ddiri dari perkara haram dan subhat) terhadap makanan yang jelas haram. Bagi orang umum permasalahan itu tidak jelas tetapi bagi al khawash (abdal) sama sekali tidak – tetap jelas --- . Setiap zuhud dan kebaktiannya hanya dari lahirnya saja. Lahiriahnya memerintah, tetapi batiniahnya menentang.

Celaka kamu tunduk kepada Allah hanya dengan hati bukan meliputi acuan. Segala hal ini bergantung pada hati dan dimensi ketiga (sirr). Telanjangkan dirimu terhadap apa pun yang jiwamu bertempat di sana, hingga punya mu dicabut Allah tiada terasa sakit. Kosongkan dirimu hingga Dia bersamamu. Tinggalkan baju kelemahan dalam hak Allah. Lepaskanlah baju keberhentianmu bersama makhluk dan persekutuanmu bersama mereka, lepaskan baju syahwat, baju dungu, baju ujub dan baju nifaq, juga baju cintamu menerima makhluk dan penerimaan mereka atasmu, dan pemberian mereka untukmu, lepaskan pakaian dunia dan pakaian-pakaian akhirat. Tanggalkan pengitarmu, kekuatan dan kemarahanmu, campakkan dirimu di hadapan Al-Haq tanpa daya kekuatan dan tanpa mengenal henti dalam pertautan sebab (causalita), tanpa menyekutukan makhluk. Bila engkau laksanakan ini engkau akan melihat kelembutan Dia datang mengitarimu. Rahmat-Nya terkumpul untukmu, nikmat dan pemberian-Nya menutupimu. Tujulah Dia, putuskan dunia dengan telanjang. Jalanlah kepada-Nya dengan terputus dan terpusat dari selain Dia. Tujulah Dia dalam pencarianmu; yaitu pencarian yang bisa menyatukan dirimu dan mempagutkan jiwamu dengan kekuatan lahir dan batin. Sehingga kalaupun keberadaan ini terkunci untukmu dan yang berat dibebankan atasmu engkau tidak merasa berat, bahkan di sana ia menjagamu dari kelenyapan makhluk melalui tauhid yang engkau genggam, mengosongkan dunia dengan tangan zuhud dan mengosongkan segala selain Allah dengan genggaman cinta, sungguh sempurnalah; baik dan selamat, dan beruntung mendapat kebaikan dunia dan akhirat. Jagalah dirimu dari perbudakan nafsu, hawa dan setan-setan penunggumu sebelum mati. Jagalah kematianmu secara tertentu sebelum datang kematian sesungguhnya.

Wahai manusia sambutlah seruku ini, karena aku berdoa kepada Allah untukmmu agar dirimu tersampai ke pintu-Nya serta menaati perintah-Nya. Aku tidak mendoa-kanmu agar dirimu sampai ke pintu-Nya serta mentaati perintah-Nya. Aku tidak mendoakanmu untuk diriku pribadi. Orang munafik itu tidak mau berdoa kepada Allah untuk manusia umum, tetapi ia berdoa untuk diri sendiri, pencari untung dan penerima untung. Wahai orang dungu, mengapa engkau enggan mendengar suara ini dan bermalas-malasan dalam Biara bersama nfsumu. Pertama kali yang engkau butuhkan adalah persahabatan dengan orang-orang alim, membunuh nafsu dan segala sesuatu selain Allah, baru memungkinkan kamu memasuki tempat mereka. Maksudku adalah; orang berilmu, setelah itu menyendiri bersama mereka dan bertempat dalam kediaman sendiri bersama Al-Haq. Kalau demikian sudah jelas sempurna atasmu niscaya engkau akan merobah menjadi pengobat manusia lain, menjadi penjembat memperoleh petunjuk atas konsesi Allah. Lisanmu terpelihara tapi hatimu maksiat. Lisanmu penuh memuji Allah tapi hatimu lari dari-Nya. Lahirmu Muslim tapi hatimu kafir. Rupanya hatimu seperti gamping yang runtuh dari rumah mandi. Bila hal ini terjadi terus menerus padamu, berarti setan berrhasil membangun pos-pos dalam hatimu dan menjadi pemukimannya yang paling strategis.

Orang beriman tentu menjunjung penghidupan batininya untuk menghidupkan lahiriah. Mereka laksana pekerja rumah yang memberi harta kepada setiap orang yang memasukinya, padahal pintunya runtuh. Setelah penghidupannya sempurna lalu mereka memperbaiki pintunya. Demikian Bidayah Allah dan Ridha-Nya, baru mereka berpaling menuju makhluk (manusia) dengan izin-Nya. Bidayah akan menghasilkan akhirat lalu akan mendapatkan bagian dari dunia.

UJIAN BAGI ORANG BERIMAN

Pengajian Syeikh Abdul Qodir al-Jilany

Beliau berkata:

Dari Nabi saw.
“Sesungguhnya Allah tidak menyiksa kekasihnya tetapi hanyalah mencobainya.”
Orang beriman tetap bertahan dari cobaan Allah, kecuali malah menghantarkan dirinya ke puncak kebaikan, baik di dunia atau di akhirat. Di antara cobaan itu adalah menerima bala’ dan sabar dalam menghadapinya tanpa mengadu kepada orang lain atau meminta bantuan kepada mereka – selain Allah – bahkan saat itu ia lebih giat sibuk bersama Dia.
Wahai orang yang disibukkan urusan dunia, sambutlah suara ini dalam tempat ini. Engkau bicara dengan mulutmu tanpa engkau ikuti dengan hati. Engkau berpaling dari Allah, juga firman-firman-Nya, dari Nabi-Nya dan para pengikut mereka, juga terhadap kebenaran orang-orang yang menjadi penerus mereka (‘ulama). Kamu pencabut kepastian dan ketentuan. Sungguh engkau terima pemberian makhluk – lebih kau utamakan – daripada pemberian Al-Haq. Rupanya tiada kalam dari Allah yang kau dengar, tidak juga dari suara-suara hamba yang shalih yang bisa membawamu taubat, ikhlas bertaubat dan konsisten di sana. Terimalah ketentuan atau kepastian yang tersurat atas dirimu. Jagalah apa yang membawa kemulyaan dan merendahkan dalam fakir dan kaya, dalam sehat dan sakit, dan tehadap apa pun yang engkau sukai atau bahkan yang engkau benci.
Wahai manusia ikutilah ini, sehingga praktis engkau menjadi pengikutnya, layanilah sehingga praktis engkau menjadi pelayannya, ikutilah yang lebih utama dan layanilah Dia sehingga ia menyertai dan melayanimu.
Wahai hamba jika kamu sedia melayani kau pun dilayani, jika kamu berhenti Dia pun berhenti. Layanilah Al-Haq, jangan sibuk lalu meninggalkan-Nya karena melayani para pemimpin yang tidak membawa mudharat atau manfaat. Mana saja mereka memberimu? Apakah mereka mampu memberimu apa yang tidak dibagi untukmu, atau mentukan  pembagian sesuatu yang tidak dibagikan oleh Allah. Tidak ada yang perlu diistimewakan untuk mereka. Pabila engkau berkata bahwa, peberian mereka itu mendahului, maka kafirlah kamu. Bukankah engkau tahu sesungguhnya tiada pemberi, tiada penolak, tiada pencelaka, taida yang qadim, tiada yang akhir kecuali Allah. Jika engkau berkata sesungguhnya aku tahu hal itu; maka ku katakan padamu : “Bagaimana engkau tahu? Dan mendahulukan selain Dia?”
Celaka, mengapa engkau rusak akhiratmu denga duniamu, bagaimana engkau rusak ketaatanmu kepada-Nya dengan mengganti tunduk pada nafsu, setan dan makhluk? Bagaimana engkau rusak taqwa dengan pengaduanmu kepada selain Dia? Tahukah engkau bahwa Allah pemelihara orang taqwa dan menjadi penolong mereka, pembenteng mereka dan sumber pengetahuan mereka, dan penyelamat mereka dari kebenciannya? Penglihatan hati mereka dan pelimpah rizki untuk mereka tanpa batas? Dia berkata ( dalam Hadits Qudsi?) :
“Wahai anak Adam malulah kepada-Ku seperti engkau malu kepada tetanggamu yang shalih.”
Sabda Nabi saw. :
“Apabila pintu seorang hamba terkunci, dan turun tirainya, dan tidak jelas dalam memandang makhluk, dalam kesunyian bermaksiat kepada Allah; atas ddirinya Allah berkata : “Wahai anak Adam, engkau jadikan Untuk-Ku pandangan yang mudah bagimu?.”

TIDAK ADA BEBAN

Pengajian Syeikh Abdul Qodir al-Jilany

Beliau berkata:
Sabda Nabi saw. :
“Aku dan golongan umatku yang taqwa memperoleh kelepasan dari beban.”
Taqwa tidak menjadi beban bagi penghambaan Allah, karena taqwa itu jelmaan dari tabiat kemanusiaannya. Ia menyembah Allah dengan lahir dan batininya tanpa ada rasa pembebanan untuk diri. Sedang untuk orang munafik dalam setiap situasinya – apa pun – menjadi beban, apalagi untuk menyembah Allah. Pembebanannya terrletak di bagian lahir jiwa dan menempatkan di bagian batiniahnya. Ia tidak mampu memasuki jalan yang dimasuki orang bertaqwa. Setiap tempat jadi panorama, setiap amal milik manusia dan perang dicipta juga milik manusia.
Wahai oang munafik bertaubatlah dari nifaqmu dan kembalilah dari pelarian munafiq. Bagaimana, engkau ditinggalkan-Nya, setan menertawakanmu. Jika kamu puasa, shalat, semua itu engkau lakukan demi makhluk bukan untuk Allah. Demikian pula jika engkau bersedekah mengeluarkan zakat dan haji. Perbuatan itu hanya kerja keras lagi memayahkan. Dalam waktu dekat engkau akan dicampakkan ke neraka Hawiyah bila engkau tidak segera bertaubat dan mengadukan diri atas kesalahanmu. Jagalah dirimu untuk mengikuti sunnah – bukan bid’ah – jagalah madzab kuno yang benar.
Celaka, engkau hafal Al-Qur’an tetapi tidak beramal darinya. Engkau pelihara sunnah Rasul tapi tidk beramal darinya. Maka, manakah pekerjaanmu yang berdasar sunnah? Engkau suruh manusia berbaik sedang kamu tidak melaksanakan baik. Engkau tahan mereka (dari berbuat buruk) tapi engkau tidak menahan dirimu dari perbuatan itu. Firman Allah :
“Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang kamu tidak kerjakan.” (Qs. LXI :3).
Mengapa engkau berkata tetapi tidak menepati, engkau tidak malu. Bagaimana engkau mengaku iman tapi tidak beriman? Iman adalah manifestasi dari kelurusan (tahan) uji. Ia  sabar membawa beban berat, ia pemberani (pelawan) ia pembunuh, iman adalah suatu hal termulia di atas segala dunia. Iman dimulyakan karena Allah semata dan bahwa nafsu diperhina karena setan. Barang siapaa meninggal pintu Al Haq tentu menuju pintu manusia. Barang siapa sia-siakan jalan Al Haq dan penaungan-Nya tentu duduk di jalan makhluk dan berlindung di sana. Barangsiapa dikehendaki oleh Allah kebaikannya, tentu pintu-pintu yang tembus makhluk ditutup baginya. Pemberi mereka diputus untuknya. Sehingga semua itu tidak berguna bagi dirinya.
Celaka, engkau riang dalam tempatmu di pagi hari, di musim dingin. Dalam waktu dekat akan datang musim panas dan menyedot air yang kamu simpan sampai kering, lingkunganmu mati karena musim panas itu pemutus (penghisap) air, sedang musim dingin menambah air melimpah. Jadi dirimu bersama Allah niscaya kamu beruntung, mulia, jadi pemimpin dalam menegakkan hukum.
Wahai sahay, hendaknya engkau menjaga perilaku, pakaian yang tidak pantas dan larilah dari kahluk dalam setiap tujuanmu. Bila engkau mampu ciptakan hubungan di bumi kelak untuk tempat akhirmu, lakukanlah! Adanya demikian semata untuk melatihmu sampai terpenuhi iman dan kekuatan pijak keyakinanmu, dan membuka mata hati lalu mengangkat kediamanmu dan terbang di angkasa menuju kekuasaan Allah; mengilingi dunia dari timur sampai barat, meliputi daratan, lautan tanah datar, gunung, dus mengelilingi langit dan bumi, sedang kamu bersama penjaga yang tesia. Ketika itu, lisanmu mekepas ucapan. Tanggalkan pakaianmu yang tidak kuat – dan sekarang – hadapilah manusia, keluarlah dari persembunyianmu, akrena, hakekatnya kamu sudah menjadi dokter bagi mereka tanpa menimbulkan rasa pedih dalam hati. Bahkan kamu tidak lagi mempedulikan sikap angkuh mereka, kebanyakan tabiat mereka, penghadapan mereka, pembelakangan mereka, pujian mereka dan cela mereka. Kamu juga tidak peduli lagi akan kejatuhanmu, karena kamu telah bersama Al-Haq.


Anak-anak muridku, fahamilah Pencipta kaunia ini dan bersopanlah di hadapan-Nya. Selagi hatimu jauh dari dia tentu kamu tetap berlaku tidak sopan di hadapan-Nya. Tapi bila kamu memperdekat diri baiklah adabmu. Ini laksana dua sahaya yang dipekak sebelum dikendarai raja, pabila telah dikendarai kendaraan mereka sama datang beserta perilaku meeka yang sopan, karena mereka dekat dengannya. Setiap individu dari mereka lari menuju Zawiyah (pondok tempat khalwat kaum zuhud) yang ditentukan. Penghadapan manusia itu menunjukkan penglihatan yang terbalik dari Al-Haq. Jika demikian maka tidak ada kata untung bagimu, sampai kamu tanggalkan tuhan-tuhan ciptaanmu, memutuskan causalita, meninggalkan penglihatan manusia dalam bentuk manfaat dan mudlarat.
Sesungguhnya kamu itu sehat-sehatnya orang sakit, terkaya daripada orang miskin, hidupnya orang mati, sampai kapan perlakuan ini kau tunjukkan di hadapan Allah Al-Haq, dan sampai kapan engkau berpaling dari Dia Sampai kapan penghidupanmu atas dunia dan pembinasaanmu atas akhirat? Sesungguhnya setiap individu darimu itu berhati satu, mengapa bisa mencintai dunia dan akhirat dalam satu waktu. Bagamana di sana terdapat dzikir sang pencipta dan yang dicipta dalam satu waktu, dan bagaimana hal itu bisa dihasilkan dalam satu situasi, satu kondisi dan satu hati? Yang demikian hanyalah dusta. Jauh sebelum ini Nabi saw. bersabda :
“Orang dusta itu suka menyisihkan iman.”
.Setiap bejana bisa menampung sesuatu. Perbuatanmu itu menunjukkan i’tikadmu, lahiriahmu menunjukkan batiniah. Sedang batiniahmu amat jelas bagi Allah dan orang-orang tertentu dari hamba-Nya. Jika mereka menerimakan sesuatu kepadamu maka beradablah di hadapan-Nya, dan taubatlah akan dosa-dosamu sebelum berjumpa dengan Dia. Kecilkan dirimu di hadapan Dia, rendahkan untuk-Nya. Pabila kamu berendah diri kepada orang-orang shalih berarti kamu telah berendah diri di hadapan Allah. Berendah dirilah karena orang berendah diri derajatnya ditinggikan Allah. Sebaik-baik perilaku di hadapanmu adalah yang engkau lakukan di hadapan orang yang lebih tua darimu. Nabi saw. bersabda :
“Barakah itu sebagian besar terdapat dalam orang-orang yang lebih tua darimu.”
Dikatakan : takwa itu melaksanakan perintah, mebghentikan cegah dan menetapkan Kitab dan Sunnah. Jika tidak, kamu termasuk orang tua yang tidak menetapkan pemulyaannya dan tidak mendoakan selamat atasnya, kalau begitu halnya ia tidak mengandung barakah. Orang tua yang taqwa, orang shalih yang wara’, kaum cendekiawan dengan ilmu dan orang-orang yang suci dengan amal, orang tua yang berhati jernih lagi berpaling dari selain Allah, oang tua yang berhati ma’rifat dengan Allah lagi alim, dekat dari-Nya; kala telah banyak pengetahuan hati dekatlah ia dari Al-Haq. Tetapi setiap hati yang cinta dunia maka ia tertutup dari Allah, dan setiap hati yang cinta akhirat maka ia dekat Allah.
Penutup kecintaan duniawimu mengurangi kecinntaan akhirat. Dan penetapan cintamu atas akhirat mengurangi kecintaanmu terhadap Allah. Ketahuilah, kemampuanmu jangan sampai jadi sebab penggoncangan jiwamu – yang tidak dikehendaki Allah--- Itu sebabnya di antara kaum Ulama adan yang berkata : “Barangsiapa tidak mengerti ketetapannya, maka diketahuinya ketentuannya itu jadi ketetapannya.” Jangan engkau berdiam di tempat yang menjadi tempatnya. Bila engkau masuk rumah jangan duduk di tempat yang kamu tidak disuruh oleh tuan rumah untuk mendudukinya.
Anak-anak muridku, sungguh kamu sia-siakan hidup berdasar ilmu dan menjaganya tanpa pengalaman. Itu mana mungkin bermanfaat bagimu. Nabi bersabda :
“Allah berkata di hari kiamat kepada para Nabi; Ulama : Kamu semua adalah para pengembala makhluk (umat) lalu apa yang kamu perbuat dalam penggembalaanmu. Dan Allah berkata kepada para pemimpin, orang-orang kaya : Kamu semua adalah pembawa kunci gudang-Ku, apakah kamu sudah bersambung dengan orang fakir, memelihara anak-anak yatim, menafkahkan darinya menurut kewajiban yang Kutentukan atasmu.”
Wahai manusia berpetuahlah menurut petuah yang datang dari Rasul saw. dan jadikan ia standar ucapanmu. Alangkah kesat hatimu! Celaka engkau wahai orang munafik, engkau harapkan aku agar keluar dari negeri ini. Seandainya engkau buat oleh permainan masalah untuk mengganti ketentuan ini, mengoyak-koyak organ tubuhku dan merobah bicara ini; sungguh aku lebih takut siksa Allah di hari mendatang.
Celaka! Engkau tertawakan aku, sedang aku berada di pintu Allah untuk menyeru manusia menuju-Nya, ku tunggu jawabmu. Wahai orang munafik niscaya engkau akan melihat siksa Allah dan siksa-Nya di dunia dan akhirat. Firman-Nya :
“Setiap waktu Dia dalam kesibukan.” (Qs. LV:29).
Bahkan setiap detik, waktu untukmu dan waktu untuk selainmu.
Anak-anak muridku, bila engkau ingin berlapan dada dan memperharum hati, maka engkau jangan denganrkan ucapan makhluk termasuk rayuan mereka.
Makhluk pertama itu bermasyarakat, dan yang kumaksud ini adalah makhluk (manusia) yang suka menyendiri, ya, kesendirian dari anak kendati hanya tunggal – keturunan Adam – lalu ia merobah arti yang pertama dan menggantinya. Penciptaan mereka dari air hinanya. Hatinya menyempit karena melihat polah manusia, maka berusaha mencari pintu rahasia milik mereka. Sehingga terjadilah untuk dirinya dunia akhirat, surga neraka. Jika ditelusuri seluruh makhluk dan keberadaan segala ini bermula dari satu. Kemudian semua keberadaan itu diserahkan kepada mereka bersama rahasia-rahasianya. Lalu di antara mereka ada yang tenggelam dan tidak tampak lagi. Di sana juga ada ketentuan seperti ketampaan itu, yang, jika diumpamakan kemampuannya akan sesuatu yang dikehendaki terajdi padanya. Tongkat Musa a.s. menelan bermacam tambang dan benda-benda lain, kendati dalam tongkat itu tidak berubah. Aku menghendaki agar Allah mengajarimu tentang hal itu; selain hikmah. Karena yang diperagakan oleh tukang-tukang sihir di hari pertunjukan tersebut merupakan ketinggian hikmah dan kecerdikan. Sedang yang nampak dalam tongkat Musa as. Adalah kehendak Dia, yang baisa disebut Mukjizat. Karena itu pemimpin tukang sihir berkata kepada salah seorang temannya : “Lihatlah Musa!” yakni keadaan dia.
Anak-anak muridku, kapan kamu tegak dari hikmah ke Qudrat, kapan kamu sambung amalmu dengan himah kehendak Allah, kapan kamu sambung kesimpulan amalmu di pintu yang memperdekat dirimu dari Tuhan, kapan kamu lihat cahaya ma’rifat menghadap hati awam dan khowash; jangan lari dari Allah karena takut cahaya-Nya.
Sesungguhnya coba Dia yang ditimpakan atasmu akan mempersejuk dirimu. Apakah engkau akan surut ke causalita dan meninggalkan pintu-Nya atau tidak? Apakah engkau kan kembali ke lahir atau batin? Kembali ke penemuanmu atau yang tidak engkau temui? Kembali ke suatu yang tampak atau yag tidak tampak? Wahai Allah janganlah Engkau memberi cobaan pada kami (melebihi kemampuan), Wahai Allah limpahkanlah rizki pada kami agar memperdekat dengan-Mu tanpa bala’. Wahai Allah perdekatlah dan lunakkanlah hati kami, wahai Allah dekatlah jangan jauh, tiada kuasa bagi kami untuk menjauh dari-Mu, tiada juga atas kerasnya coba. Rizkikan untuk kami agar dekat kepada-Mu, serta tiada api cobaan. Atau jika ada, atau tidak bisa tidak harus terjadi bersama api coba, maka jadikan untuk kami di sana pembalut kulit dari kehangusan api yang menyengat, Jadikan untuk kami api, seperti api Ibrahim kekasih-Mu, tumbuhkan di sekitar kami rerumputan seperti Engkau tumbuhkan di sekitarnya, dan kayakan kami dari segala sesuatu seperti Engkau memperkayakannya, jinakan kami, hadapkan kami seperti Engkau menghadapkannya dan peliharalah kami seperti Engkau memelihara Ibrahim, kekasihmu.
Ibrahim a.s. telah meraih pertalian (rafiq) sebelum berjalan (tariq), berumah sebelum bertetangga, berjinak sebelum takut, keras sebelum sakit, sabar sebelum dicoba, ridlo sebelum datang kepastian. Belajarlah dari bapakmu, Ibrahim as. Bertuntunlah dengannya baik kata atau perbuatannya.
Anak-anak muridku, usahakan bersama Allah selalu dan berdiam kala datang kehendak atau perbuatan-Nya. Sehingga engkau lihat kelembutan dari-Nya tanpa hingga. Dengarkan kamu, nama Jalunus Al Hakim? Bagaimana kebisuan dan kediamannya dalam menerima uji coba, sampai ia berhasil mengantongi setiap ilmu yang datang dari-Nya. Hikmah Allah tiada kan datang di hatimu oleh igauan dan kegoncanganmu terhadap Dia, apalagi engkau lari dari-Nya.
Wahai Allah, limpahkanlah untuk hamba pertalian ini, lepaskan dari ketergoncangan.
“Dan berikan untuk kami kebaikan hidup di dunia dan kebaikan hidup di akhirat, dan selamatkan kami dari siksa neraka.”
 MA’RIFATULLOH

Pengajian Syeikh Abdul Qodir al-Jilany


Beliau berkata:
Wahai Kaum sufi, kenalilah Allah, engkau jangan mendungu dari-Nya, taatilah jangan menentang-Nya, tepatilah jangan menelisihi-Nya, relakan atas ketentuan Dia jangan kau cabut, kenalilah Al-Haq melalui citaan-Nya. Dia adalah Dzat Pencipta, pelimpah rizki, pemula, penutup, lahir dan batin. Dia Maha Qadim.” Dzat Maha Kekal nan Abadi dan Dzat ayng bertindak menurut kehendak-Nya :
“Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanya.” (Qs.XXI:23).
Takutlah Dia jangan takut yang lain, berharaplah padanya jangan berharap kepada yang lain, berputarlah bersama kekuasaan-Nya, hikmah-Nya sampai menunudukkan kemauanmu. Beradablah bersama hitam di atas putih (Al-Qur’an) sampai datang apa yang mengitarimu dan Dia. Jadilah kamu pemelihara dari kehangusan syari’at yang ditunjukkan oleh-Nya. Arti tanpa gambar. Tiada yang bisa sampai ke ketentuan itu kecuali orang-orang shalih. Kami tidak butuh keluar lingkungan syari’at. Tiada orang yang tahu masalah ini kecali orang yang masuk di sana. Adapun yang mengenai permasalah Dia – Yang Esa – tidak perlu engkau ketahui. Jadilah kamu dalam segala usiamu berpeluk erat bersama Rasulullah saw. dengan menggenggam segala perintah serta mengikutimya, sampai engkau mampu menyeru penguasa kepadanya. Jika engkau bersedia ketika itu engkau mendapat konsesi Rasulullah saw. Masuk dan tetaplah di sana. Mereka disebut Abdal (pengganti) karena mereka tidak punya rasa kehendak yang bersama kehendak Allah. Dan jangan engkau pilih sesuatu bersama pilihan-Nya. Hukum ini hanya berjalan pada lahirmu. Untuk mengetahui amal lahirmu lalu memisah-misah amal khusus mereka. Kala derajat mereka dan persinggahan mereka bersih maka dalam diri mereka semakin bertambah perintah dan cegah. Tetapi yang ada adalah perintah-perintah syari’at yang harus dikerjakan di sana dan disandarkan padanya. Sedang mereka dalam lingkungan terpisah. Mereka tak henti-hentinya dalam keterasingan bersama Al-Haq. Hanya mereka datang dalam waktu ditentukan perintah dan larangan. Di sana mereka menjaga hukum-hukum syari’at itu sehingga tetap konstan selamanya dan tidak akan tanggal. Sebab meninggalkan bentuk ibadah wajib itu zindiq dan maksiat – berarti dosa besar – Jadi ketentuan ibdah-ibadah wajib itu tidak boleh tertinggal atas seseorang dalam situasi apapun.
Anak-anak muridku, benarlah, berdasar hukum dan yang terkandung di dalamnya, engkau jangan sampai keluar meninggalkan ketentuan-ketentuannya dan jangan engkau lupakan janji. Perangilah nafsu, setan-setan penguasa dirimu, juga tabiat dan dunia. Engkau jangan putus asa dari pertolongan Allah karena – hal itu pasti datang padamu – bersama keteguhan hatimu. Allah berfirman :
“Allah sesungguhnya beserta orang-orang yang sabar.”
Juga berfirman :
“Maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang.” (Qs.V:56).
Lagi Firman-Nya :
“Dan orang-orang yang berjihad (untuk mencari keridhaan) Kami benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (Qs. XXIX :69).
Tahanlah lisan dari pengaduan kepada manusia (makhluk), jadilah juru bicara Allah dan seluruh makhluk untuk menyeru mereka agar patuh dan membendung maksiat. Tahanlah mereka dari sesat, bid’ah dan mengikuti nafsu atau berjalin dengan nafsu. Seru mereka agar mengikuti Kitb Allah dan Sunnah Rasul-Nya.
Wahai manusia, muliakan Kitab Allah dan bertatakrama menurut pengajaran-Nya. Sesungguhnya ia menjadi penjembatan antaramu dan Allah. Jangan engkau katakan bahwa ia makhluk. Karena Allah berfirman : “Ini adalah Kitab-Ku.” Apa engkau berkata tiak? Barangsiapa menolak Allah, menjadikan Al-Qur’an makhluk, maka ia telah kafir kepada Allah, bahkan Al-Qur’an terlepas darinya. Itulah Al-Qur’an yang harus dibaca, inilah yang pantas di dengar, yang pantas kamu perhatikan dan inilah yang termaktub dalam Mushaf Kalam-Nya.
Imam Syafi’i dan Ahmad berkata :
“Kalam itu makhluk dan tulisannya yang ada di sana itu tidak makhluk.”
Hati adalah makhluk dan penjaga yang ada di sana bukan makhluk.
Wahai manusia ambillah nasihat dari Al-Qur’an dengan mengamalkannya; bukan dengan memperdebatkannya. Itikad itu kata yang terus dilaksanakan sedang amal itu menurut pelaksanaannya yang berjumlah (jumlah pelasanaannya). Jagalah iman di sana, bersedekahlah dengan hatimu, beramalah dengan semua organ tubuhmu, sibukkan dirimu dengan apapun yang membawa manfaat dan jangan jauhi akal dunia yang kurang.
Wahai manusia, berita kata itu tidak mesti dapat bebas dari hukum akal, nas tidak bisa tinggalkan qiyas. Engkau jangan tinggalkan saksi dan bersikeras menurut berita asal kata penuduh. Harta orang itu tidak bisa dirampas dengan cara pengakuan; tanpa ada penjelasan saksi. Karena itu Nabi bersabda :
“Seandainya orang itu bisa diambil pengakuannya niscaya suatu kaum mengakui berkait (bersaudara) dengan darah kaum yang lain beserta harta mereka, tapi kesaksian itu dari pihak penuduh, dan sumpah atas orang yang ingkar.”
Lisan yang alim tiada berguna jika hati dungu. Nabi saw. bersabda :
“Yang paling aku khawatirkan atas umat-Ku adalah orang-orang munaifk, yang berpengetahuan tinggi.”
Wahai Ulama, para dungu yang datang dan yang jauh; malulah kepada Allah, lihatlah hatimu sendiri. Jadilah dirimu di bawah perjalanan kehendak-Nya dan latihlah ia dengan membiasakan syukur atas nikmat-Nya, dan tautkan kilatan cahaya dalam gulita dengan kepatuhan. Bila hal ini nyata terjad padamu, tentu pemulyaan Allah datang untukmu bersama dunia akhirat.
Anak-anak muridku perangi keberadan ini sampai tak tertinggal satu pun yang kau cinta. Jika keberadaanmu sempurna dari masalah tersebut, ia jangan kau tinggalkan dalam dirimu. Siapa mampu menguasai ini tentu ia mengenal Dia. Inilah satu jenis dari manusia yang tidak menerima kata damai dari makhluk. Wahai munafik uji coba terdapat di pucuk-pucuk hatimu. Manusia kala melihat melalui hati mereka – selain Allah – mendapati keselamatan mereka dalam kedamaian di sna dan duduk di hadapannya, membuta di belakangnya, lisan mereka terputus dari pemalingan.
Peredaran siang malam, bulan dan tahun terjadi atas mereka, sedang mereka tetap berada dalam suatu kondisi yang tidak berubah bersama Allah. Mereka itulah kaum berakal di antara ciptaan Allah yang ada. Seandainya engkau melihat mereka tentu berkata : “Betapa bahagia mereka di hati kiamat.” Hati mereka selalu terisi duka cita remuk redam di hadapan Allah, juga tak henti-hentinya terisi rasa takut dan bising. Kala terbuka untuk menerima kebesaran dan keagungan-Nya niscaya di hati mereka semakin bertambah takut. Hati mereka terputus dan ertalian mereka tercerai. Pa bila hal itu terjadi atas mereka; itulah keterbukaan pintu rakhmat, kebagusan kelembutan dan harapan bagi mereka. Maka apapun yang ada pada diri mereka jadi tenteram.
Tiada yang paling aku cintai kala aku melihat kecuali masa pencaharianku untuk akhirat dan pencaharianku pada Allah. Sedang pencari dunia, makhluk, nafsu dan syahwat; cih, aku tak sudi berrbuat untuknya!
Anak kecil pada awalnya suka berkirab bermain debu dan benda najis lain. Mereka cenderung menuju kerusakan diri dengan mencuri-curi dari pengawasan orang tuanya. Bila berjalan suka beradu. Tapi kala ia terdidik dari semua itu, ia tinggalkan satu demi satu. Kerusakan itu berkelanjut berubah jadi perlakuan yang sopan di hadapan orang tuanya dan pembimbingnya.
Siapa dikehendaki oleh Allah kebaikan terjadi padanya niscaya ia berta’adub meninggalkan apa saja yang mengitari. Tapi siapa dikehendaki oleh Allah keburukan terjadi padanya tentu ia hidup bergumul di sekelilingnya lalu binasalah dunia dan akhiratnya. Allah pencipta penyakit dan obat, durhaka itu penyakit dan taat itu pengobat, aniaya itu penyakit dan adil itu pengobat, salah itu penyakit benar itu pengobat, menentang Allah itu penyakit dan taubat atas dosa itu pengobat. Obatnya hanya terbilang sempurna pabila makhluk engkau ceraikan dari hatimu kemudian menjalin dengan Allah.
Tiada kelepasan bagi hatimu sedang di sana ada makhluk bukan Allah. Seandainya engkau bersujud pada-Nya selama seribu tahun di atas bara, tapi hati engkau hadapkan selain untuk-Nya, sama sekali perbuatan itu tidak bermanfaat. Tiada hal itu berpengaruh untuk Dia kendati ibadah engkau persembahkan. Engkau tiada kan dapat untung sampai engkau lenyapkan segala keberadaan ini dari hati. Cih, mana berguna bagimu penampakkan zuhud disertai penujuan sesuatu dalam hati.
Engkau tahu bahw Allah mengetahui segala rahasia dalam cakrawala ini? Mengapa engkau tidak malu mulutmu berucap tawakal sedang hatimu tidak menuju Dia.
Anak-anak muridku, engkau jangan perdaya sifat Hilm (sabar) Allah, karena Dia amat keras marahnya. Engkau jangan perdaya ulama agar tidak acuh dengan Allah, karena setiap ilmunya itu berbeda dengan mereka. Mereka itu eksponen ulama yang mendapat hikmah dari Allah, Menyuruh manusia dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku dan tidak melarang atau mencegah sesuatu dan tidak menahan diri dari Allah.
Wahai Allah, berilah kami taubat juga untuk mereka. Anugerahkan pada kami untuk Nabi-Mu Muhammad saw. serta nenek moyang kami Ibrahim as. Wahai Allah janganlah engkau kuasakan di antara kami atas yang lain, manfaatkanlah antara kami, dan masukkan kami dalam rahmat-Mu, Aamiin.

JANGAN MENCARI SELAIN ALLAH

Pengajian Syeikh Abdul Qodir al-Jilany

Beliau berkata:
Wahai anak-anakku, tidak benar kehendakmu pada Allah tanpa engkau barengi tujuan untuk-Nya semata. Karena setiap orang yang mengaku berkehendak menuju Dia ternyata malah melampaui batas bahkan ia mencari selain Dia; berakibat sia-sialah pengakuannya. Di sana penuju dunia amat banyak dan penuju akhirat di sana amat sedikit. Tapi penuju Al-Haq, yaitu manusia-manusia yang membenarkan kehendak Dia lebih sedikit jika dibandingkan yang sedikit itu. Dalam kesedikitan dan kekurangan mereka laksana korek api merah. Mereka adalah bagian individu yang penuh keganjilan. Sehingga di antara sekian banyak ini hanya dijumpai satu.
Wahai pendusta engkau bermesra dengan kehadiran setan, fikiran dunia, syahwat. Penampakan setan yagberbentuk manusia adalah mereka yang menjalin persahabatan dengan nilai buruk dan teman yang suka membual. Ini tidak mungkin tercapai hanya dengan igau, dan kedirian akan pengakuan bicaramu dalam hal ini adalah suatu kegilaan yang tidak berguna. Jagalah ketenangan dan ketidak tegran di hadapn Allah, juga tinggalkan tatakrama yang buruk. Tidak bisa tidak bila hal ini sebagai ucapan yang meliputi permasalahan tersebut maka ucapanmu di sana ada pada persipangan jalan terburuk kepada Dia, dan tabaruk dengan menyebut ahlinya. Jadi pengakuanmu bersama Dia itu tidak kosong dalam hati. Setiap yang nampak belum tentu sejalan dengan yang batin, mungkin hanya penghayal. Engkau ernah dengar sabda Nabi saw. :
“Tiada puasa bagi orang yang dibayangi oleh makan daging manusia.” Dan Rasulullah juga menjelaskan bahwa “puasa itu bukanlah karena meninggalkan makan, minum dan buka, lalu cukup; bahkan (lebih jauh) sampai disandarkan pada bentuk peninggalan laku dosa. Takutlah akan ghibah karena hal itu merongrong yang baik laksana api menyantap kayu bakar.”
Juga takutlah pandangan yang disertai syahwat, karena hal itu menanamkan maksiat dalam hati, akibatnya engkau tidak terpuji di dunia dan akhirat. Takutlah sumpah palsu karena perbuatan itu laksana rumah tanpa kamar; maka menghilangkan brakah agamamu.
Celaka, engkau nafkahkan hartamu dengan sumpah dusta dan engkau binasakan agamammu. Seandainya engkau punya akal tentu engkau tahu bila hal ini termasuk pandangan lemah. Allah berfirman : “Tidaklah dalam negeri ini seperti bentuk kehidupan ini, dan juga tidak menurut perumpamaan perseorangan.” Bertatakramalah, wahai orang yang mendapat rahmat Allah; di hadapan Dia. Siapa yang tidak berdidik dengan pendidikan syari’at, niscaya akan dididik denga api neraka kiamat nanti.
Ada orang bertanya : “Siapa orang yang termasuk dalam lima tingkah, atau di antara yang terkena hukum batal puasa dan wudlunya? Jawab : “Puasa dan wudlunya tidak batal, tapi seruan ini datang sebagai petuah, penakutan dan pengkhawatiran.”
Anak-anak muridku, kehampaan mungkind atang padamu di pagi nanti, ya, kehampaan di muka bumi, atau mungkin kehampaan itu tiba pada waktu yang lain. Enyahlah lalai, alangkah kesat hatimu! Apakah engkau telah berbuat?
Aku berkata padamu, orang lain juga berkata padamu tetapi engkau tetap pada posisi semula. Bukankah Al-Qur’an sudah disampaikan, tidakkah hadits-hadits Rasul saw. telah sampai padamu dan perilaku para sahabat utama juga diterangkan padamu. Kendati engkau tidak mengambil arti penting dari mereka, tidk mendekat bahkan perbuatanmu titap tidak bergeming dari kondisi semula. Siapa datang dengan lahan – di sana – namun tidak mengambil petuah yang terkandung maka ia berada dalam jajaran orang yang buruk.
Wahai penglabuh dunia tidak lama penyesalan akan tampak di hari penampakkan dan kerugian. Hitunglah dirimu sebelum datang hari akhirat yang memperdayakan dirimu dengan hukum Allah dan Mulia-Nya. Sadarlah engkau berada dalam lingkaran kondisi yang buruk karena laku maksiat, goncangan dan suka mendholimi manusia. Maksiat cenderung ke arah kafir, seperti penyakit cenderung menuju kematian. Jagalah taubat sebelum mati, ya, sebelum datang Malakul maut; si pelaksana untuk mencabut ruh.
Wahai manusia tabahkan dirimu. Bagaimana sikapmu jika Al-Haq Azza wa Jalla mencobamu dengan pengujian-Nya – sampai engkau mau bertaubat – sedang engkau tidak berangan-angan untuk melepas maksiat? Di jaman ini tiada cobaan atas seseorang keculai dalam batas keterasingan.
Dusta itu laku yang pedih bukan nikmat – jadi tersiksa akibat dosa – dan ia tidak menambah derajat yang tinggi di hadapan Tuhannya. Mereka sabar saat bersama Dia karena mereka ingin sekali peroleh rela-Nya. Bila hal ini sempurna mereka yakin bahwa kerusakan akan menimpa.
Wahai Allah, janganlah Engkau binasakan kami. Kami mohon agar selalu dekat dengan Engkau, melihat Engkau di akhirat dan dunia. Di dunia melalui hati dan di akhirat dengan mata kepala kami.
Wahai manusia, engkau jangan putus asa dari petunjuk Allah dan bisa lepas dari duka, karena Dia amat dekat, janganlah engkau putus asa karena segala karsa hanya ada pada Allah :
“”Engkau tidak mengetahui, boleh jadi Allah mengadakan sesudah itu kejadian yang baru.” (Qs. LXV:1).
Janganlah engkau lari dari bala’, karena kebersamaan bala’ dengan sabar itu sebagai fondasi setiap kebaikan, fondasi kenabian, kerasulan, kewalian dan kearifan, juga kecintaan itu ada pada bala’. Jika engkau tidak sabar atas bala’ berarti engkau tidak punya fondasi. Lihatlah engkau rummah mandi yang tetap tegar di dataran tinggi? Sesungguhnya orang yang lari dari bala’ dan afat atas keberadaanmu itu tidak butuh kamu dalam kewalian. Ma’rifat dan dekat Allah. Sabarlah berupayalah sehingga ia seiring bersama hatimu, rahasiamu dan ruhmu pada pintu yang lebih dekat pada Allah. Sabarlah berupaya sehingga ia seiring bersama hatimu, rahasiamu dan ruhmu pada pintu yang lebih dekat pada Allah. Ulama, para wali, para badal adalah sederetan manusia yang mewarisi nabi. Para nabi itu punya rahasia teramat tinggi, begitu pula mereka yang mendekat.
Orang mukmin tidak perlu takut selain kepada Allah atau tidak mengharap selain Dia. Sungguh dalam hatinya diberi kekuatan dan rahasia. Bagaimana hati orang beriman tidak punya keteguhan tehadap Allah sedang mereka menuju Dia semata? Mereka tidak henti-hentinya mendekat Dia kendati hatinya berada di bumi. Firman Allah :
“Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami termasuk orang-orang pilihan lagi orang yang bai-baik.” (Qs. XXVIII:47).
Anak-anak muridku, tidak bisa tidak engkau pasti merasai kemanisan, kepahitan, kebaikan, kerusakan, kekotoran dan kejernihan. Jika ingin bersih secara total, maka lepaskan hatimu dari makhluk, jalinlah perhubungan dengan Allah, lepaskan dunia, tinggalkan keluargamu dan serahkan mereka kepada Tuhan. Lalu keluarkan isi hatimu sampai telanjang dari segala ini, dekati pintu akhirat dan masuklah, jika engkau belum menjumpai Tuhan-mu – di sana – maka keluarlah sambil berlari kencang untuk memperdekat dengan-Nya. Bila engkau menjumpai-Nya niscaya akan menemukan setiap kejernihan di sisi-Nya. Bagi pecinta Allah tiada sesuatu dilakukan kecuali untuk Dia. Surga itu sarana untuk mencari derajat an sebagai sarana untuk menjual dunia. Karena itu, Allah berfirman :
“Di sana ada semua apa yang diingini jiwa dan yang sedap dipandang mata.” (Qs.XLIII:7).
Apa yang diingat hati, apa yang diingat rahasia, apa yang diingat makna, surga bagi orang yang berpuasa yang berzuhud dari syahwat dan kenikmatan. Juallah puasamu dengan puasa, kebun dengan kebun, kediaman dengan kediaman. Tidakkah engkau ingin beramal tanpa bicara. Orang arif beramal karena Allah semata, mendapat dua sandaran yang menumbuknya sedang ia tak bicara. Bumi berjalan mengitarinya, berobah dan berganti tetap dalam penjagaan. Manusia yang tidak berpenglihatan selain Allah, tidak mendengar selain dari Dia, bagi mereka disediakan surga tanpa ucapan. Mereka di batas undang-undang, tapi selain mereka, tidak memahami sejauh itu. Bila Allah menghendaki, ketersebaran mereka, maka menciptakan surga untuk lisan.
Anak-anak muridku engkau dengar : Berfahamlah kemudian mengaing” fahamkan dengan pemahaman lahiri lalu asingkan menuju kefahaman batini. Beramalah dengan amalan lahir, sehingga mendekatkan mu pada ilmu yang tidak engkau pelajari. Inilah ilmu lahir menjadi penerang lahir dan ilmu batin menjadi penerang batin. Ia sebagai penerang antaramu dan Tuhan. Kala engkau beramal menurut ilmu yang kau punya tentu membuatmu dekat jalanmu kepada Al-Haq, memperlebar pintu antaramu dan mempertinggi pintu sebelah yang menentukanmu.
Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.”

MENDAHULUKAN AKHIRAT ATAS DUNIA


Pengajian Syeikh Abdul Qodir al-Jilany
 Beliau berkata:
Anak-anak muridku, dahulukan akhirat atas dunia tentu engkau akan memperoleh laba dari kduanya. Bila dunia engkau dahulukan atas akhirat, niscaya engkau rugi secara menyeluruh, bahkan siksa menantimu.
Mengapa engkau sibuk berurusan dengan sesuatu yang tidak diperintahkan melakukannya. Bila engkau tidak berambisi atas dunia niscaya Allah mengekalkan pertolongan-Nya, dan melimpahkan taufiq saat pencabutan kembali dunia itu. Jika engkau mengambil sesuatu dari dunia, sama artinya engkau sia-siakan barakah yang ada di sana. Orang mukmin itu, siaga beramal untuk dunia dan akhiratnya. Beramal untuk dunia menyampaikannya menurut kehendak yang dibutuhkan di sana. Terimalah dunia seperti bekal penumpang, kamu jangan sampai menariknya menurut sukamu. Orang dungu itu, setiap cita-citanya tertuju dunia, sedang oran arif setiap cita-citanya adalah untuk akhirat lalu menuju Tuhan. Bila engkau tarik kesenangan dunia sampai membumbung mencapai taraf nafsu atau syahwat, maka perhatikan sebentar siapa penguasa pencerai berai. Karena hal itu, tidak menguntungkamu, maka laanlah nafsumu dan ajarlah dia di sisi Al-Haq. Siddik (orang yang benar) itu mengetahui ikatan di antara sesama mereka. Setiap individu di antara mereka mencium bau menerima dan kebenaran akhir.
Wahai pemaling dari Allah dan orang-orang dari hamba-Nya, justru menghadap makhluk dan berserikat bersama mereka, sampai kapan engkau menghadap mereka? Cih, mereka bermanfaat bagimu. Di tangan mereka tidak mengandung nista atau manfaat juga tidak ada pemberi atau pencegah. Tiada pembeda antara mereka dan seluruh manusia jika dikaitkan dengan nista dan manfaat. Penguasa hanya satu, pelimpah nista hanya satu, penyampai manfaat ada satu, penggerak dan pendiam Cuma satu, pemberi dan pencegah juga satu. Dia Mahapencipta dan Pelimpah Rizki – adalah Allah Azza wa Jalla – Dia qadim lagi Azali untuk selamanya. Dia ada sebelum makhluk, sebelum nenekmoyangmu atau orang-orang kaya di antaramu. Dia Mahapencipta langit dan bumi dan segala keberadaan di dalamnya :
“Tiada sesuatu pun serupa dengan Dia, dan Dia Mahamendengar lagi Mahamelihat.” (Qs. XLII:11).
Amboi sebalnya engkau, wahai hamba Allah. Apa engkau belum tahu proses penciptaanmu sebenarnya? Bagiku, jika di hari kiamat ada sesuatu dari Allah, tentu aku bawa segala bebanmu dari awal sampai akhir ceritamu. Wahai pembaca (Al-Qur’an) bacalah untuk Allah yang satu tanpa melibatkan penghuni langit atau bumi.
Setiap orang beramal dengan amaliahnya maka terjadilah jalan tembus antara dia dan Allah; sebagai jalur hati untuk mencapai ke sana. Sedang engkau, wahai ilmuwan selalu ribut dengan kata “menurut” (katanya) dan segala upayamu yang berupa harta. Padahal hal itu jika sampai ke tanganmu hanya berupa ilustrasi tanpa arti. Bila Allah menghendaki seorang hamba lebih baik ilmunya, untuknya suatu pengamal dan ikhlas. Ia dikabulkan sebagaimana pengabulan terhadap doa Musa a.s. Maka Dia berfirman kepada Musa a.s. :
“Dan Aku telah memilih engkau untuk diri-Ku.” (Qs.XX:41)
Anak-anak muridku, jangan engkau putus asaatas rakhmat Allah dan kekal bersama maksiat yang menyebabkan dosa besar, sucickan busana agamamu dari najis dengan air taubat, tetap bersama Dia dan ikhlas di samping-Nya. Takutilah tepat itu yang menempatkan dirimu, karena bagaimana pun dirimu berpaling sorot mata binatang buas tetap mengitarimu, penyakit terus menguntitmu – semua itu datang dari Dia – karena itu kembalilah kepada allah sepenuh hati. Engkau jangan makan dari hasil burukmu atau yang keu peroleh dengan syahwat  atau nafsu. Engkau jangan makan kecuali disertai dua saksi adil yaitu Al-Qur’an dan Hadits. Kemudian carilah penyaksi lain saat dua penyaksi itu telah menyatu dalam hati. Pabila dikumandangkan suara Kitab dan Sunnah, maka hatimu menanti bagian perempat; itu adalah perbuatan Allah. Engkau jangan seperti lentera malam yang memijari sekelilingnya sedang ia tidak tahu apa yang sedang terjadi pada dirinya. Inilah sesuatuu yag tidak bisa diperoleh dengan tahili, tamanni, takalluf, dan tasni. Ia sesuatu beban dalam hati dan seddaqah perbuatanmu; yakni melakukan sesuatu pekerjaan yang bermotif kerana Allah semata.
Anak-anak muridku, sehat itu tergantung peninggalan mencari yang jernih. Kaya menurut peninggalan mencari kaya, dan pengobat menurut peninggalan mencari pengobat. Semua obat terletak dalam penyerahan diri di hadapan Allah, memutus causalita dan pengosongan diri dari tuhan-tuhan selain Tuhan Al-Haq. Terapi yang manjur terletak dalam pengesaan Allah menurut hati, bukan lisan. Tauhid dan zuhud keduanya tidak ada dalam tubuh atau lisan. Tauhid terletak dalam hati, zuhud di hati, ma’rifat di hati, takwa di hati, pengetahuan tentang Allah di hati, cinta Allah dalam hati dan dekat dengan-Nya juga dalam hati.
Jadilah orang berakal, jangan main gila-gilaan, jangan berbuat macam-macam; dusta; riya dan munafiq. Setiap citamu engkau kurungi makhluk. Bila engkau tahu kala dirimu melangkah beserta hati menuju makhluk itu cukup memperjauh diri dari Allah. Engkau mengaku pencari Al-Haq, ternyata engkau pencari makhluk. Dirimu diperumpamakan orang berkata : Aku hendak pulang ke Makkah dengan tujuan ke Parsi, lalu engkau berangkat dari Makkah.
Engkau mengaku bahwa hatimu telah bebas dari makhluk yang mengikat, sedang engkau takut dan masih mengharap mereka. Lahirimu benci tapi batinmu senang mereka. Lahirimu bertemu Allah dan hatimu menjalin makhluk. Inilah perkata yang tidak cukup hanya dengan pengakuan lisan. Inilah tingkah yang di dalamnya tidak terdapat makhluk, dunia, akhirat dan selain Allah. Dia Maha Satu tidak menerima kecuali satu. Dia satu tidak menerima sekutu, karena Dia sesungguhnya bertolak dengan ketentuanmu, dan terimalah ketentuan yang diterapkan untukmu.
Semua makhluk lemah, ketentuan-Nya berlaku atas diri mereka. Kuasa Allah juga merata atasmu dan mereka. Goresan kalam dari ilmu-Nya – tentang sesuatu – tetap berlaku untukmu dan mereka. Pengesa Allah yang lagi salih menjadi pertanda kebenaran Allah pada makhluk. Di antara mereka ada yang suka telanjang dunia dari sudut lahiri maupun batini. Dan di antara mereka ada pula yang telanjang dunia hanya dari sudut batini saja. Allah tidak menampakkan dalam batini mereka sesuatu pun. Itulah hati orang-orang sufi. Siapa mampu melakukan ketentuan ini, sunggih ia dipenguasakan dari makhluk. Dia pemberani menentang yang batil. As-Syaja (beranai tanpa rasa takut kepada siapapun kecuali Allah), adalah orang yang menyucickan hati selain Allah, kemudian tegar bertempat di pintu-Nya dengan pedang tauhid yang diliputi syari’at. Saat itu tiada satupun makhluk mampu menerobosnya untuk membangun hati dengan kegoncangannya. Syara’ mengajari lahiri, tauhid dan ma’rifat sama-sama mengajari batini. Alangkah jauh beda antara kata mereka dan kata kami; tentang sesuatu yang  kembali. Engkau ucapkan ini haram, justru engkau pencetak dosa besar, dan halal sedang engkau tidak melakukan. Ternyata dirimu dalam kefusian yang amat. Nabi saw. bersabda :
“Celaka bagi orang-orang bodoh sekali dan bagi orang-orang pintar sekali.”
Suatu kecelakaan bagi orang bodoh, mengapa tidak mau berdidik, dan tujuh kali kecelakaan orang berilmu. Ia berilmu tetapi tidak beramal, maka lenyaplah barakah ilmunya dan lepaslah tanda baginya. Berilmu lalu beramal dan mengasing dalam tempat pengasinganmu –dari makhluk – kemudian memperbaiki cinta Allah. Bilamana pengasingan dan cintamu bersih niscaya hal itu semakin memperdekatkanmu kepada Dia dan mengosongkan yang lain. Jika di kehendaki perbuatan tersebut mampu mampu memasyhurkan atau memperharum namamu di hadapan makhluk, bahkan semakin menambah pembagianmu.
Dengar dan camkanlah, wahai pendungu Allah beserta para wali-Nya. Wahai para pentaat Allah dan para wali-Nya, kebenaran mutlak hanya Al-Haq Azza wa Jalla, sedang batil terletak  padamu. Wahai makhluk. Allah terletak di hati, rahasia dan al ma’ani. Sedang batil terletak pada nafsu hawa, tabiat tradisi, dunia dan apa saja selain Dia. Demikian hati, jaga sampai meperdekat pada Allah; yang Mahaqadim, azali lagi Abadi. Engkau jangan sarati dirimu melebihi bebanmu, wahai munafik. Yang ada di sisimu tidak lebih baik daripada ini. Engkau pengamba makan, pakaian, kendaraan atau penguasaanmu. Hati orang benar (siddiqin) itu pergi dari makhluk menuju Al-Haq. Ulama” yang beramal dengan ilmunya itu mengganti para salaf. Mereka adalah pewaris Nabi dan pembenteng orang-orang yang berada di belakangnya. Mereka pemuka di hadapan mereka, memerintah untuk kebangkitan agama dalam pusat syari’at dan membentengi kehancurannya. Di hari kiamat mereka terkumpul bersama para Nabi, maka mereka dilimpahi pahala dari Allah. Tuhan membuat misal orang pandai (berilmu) yang tidak disertai amal laksana himar.
Difirmankan : ................Laksana himar yang memikul kitab-kitab.” Al-asfar adalah kitab-kitab. Bergunakah himar memikul setumpuk kitab? Ia tidak menghasilkan apapun kecuali lelah. Siapa bertambah ilmu seharusnsya bertambah takut serta patuh kepada Tuhan.
Wahai pengaku berilmu. Mana tangismu karena takut Allah? Dimana takut dan khatirmu? Mana kesadaranmu terhadap dosa-dosamu? Mana pertalianmu untuk menerangi kegelapan untuk berpatuh kepada Allah, mana pengajar nafsu dan pemberantasanmu padanya di hadapan Allah? Citamu hanya busana hidup, makan, kawin, kedai, kumpul bersama orang-orang ramai, dan menjalin mesra bersma mereka. Cukuplah cintamu seperti ini, kalaupun engkau dapat bagian tentu bermacam sesuatu itu mendatangimu menurut ketentuan waktunya, sedang hatimu santai dalam penantian dan loba yang berat tegar bersama Allah.
Wahai cahya, kesunyianmu rusak, tidak suci dari najis dan tidak bersih. Cih, engkau beramal dengan hati tapi di dalamnya tak ada tauhid serta ikhlas yang bersih.
Wahai penidur, engkau jangan tidur untuk mereka, wahai pemaling, engkau jangan berpaling dari mereka, wahai pelupa engkau jangan lupa, wahai para peninggal engkau jangan tinggalkan itu, wahai pendungu kepada Allah dan Rasul-Nya, orang-orang dahulu dan sekarang, engkau laksana tonggak kayu yang panjang, ia tidak membuat kebaikan sesuatu pun.

JANGAN MUNAFIQ


Pengajian Syeikh Abdul Qodir al-Jilany
 Beliau berkata:
Wahai orang-orang munafik semoga Allah membebasakan di bumi ini darimu. Alangkah tebal sifat nifaqmu. Dalam waktu dekat engkau akan dijadikan santapan sindat melalui mulut dan tubuhmu – sampai tercecer – di baigan lain bumi mengoyak dirimu sampau menyatu; benar-benar kembali nekgu menjadi tanah.
Tiada keuntungan bagi orang yang tidak baik sangka kepada Allah, orang-orang shalih dan orang-orang yang mengikuti mereka. Allah telah menyerahkan keberadaan ini semua untuk mereka, mereka peroleh hujan yang menumbuhkan tanaman bumi. Setiap makhluk jadi pengikut mereka, bahkan setiap individu, juga perjenis yang ada di bumi ini, seperti gunung tidak menggoncangkannya atau menggerak-gerakkan sebagai bencana yang menguji. Mereka tidak terguncang dari kedudukan tauhid atau ridho kepada Tuhan Yang Agung. Mereka mencari jiwa dari sisi lain, bertaubat kepada Allah serta takut pada-Nya. Sadarilah akan dosa-dosa mu, dantaramu dan Dia, berendah di hadapan-Nya, berlaku sopan di hadapan-Nya seperti orang-orang terdahulu.
Engkau jangan hina ucapan-ucapan ahli hukum dan Ulama, karena bicara mereka bisa menjadi terapi (obat) sedang rancangan kalimatnya sebagai buah. Terimalah Ulama yang bertakwa, jika engkau menemani mereka tentu engkau dapat berkah. Dan engkau jangan pergauli Ulama yang tidak beramal dengan ilmunya, karena jika engkau pergauli mereka tentu bencana menimpamu.
Bila engkau berteman orang yang lebih tinggi ilmunya dari padamu sesungguhnya ia membawa berkat untukmu, tapi jika engkau bergaul dengan orang yang lebih tua, padahal ia tidak bertakwa atau berilmu tentu pergaulanmu membawa bencana atasmu. Beramalllah untuk Allah semata, jangan untuk yang lain. Tinggallah untuk-Nya jangan tinggal untuk yang lain. Tinggallah untuk-Nya jangan tinggal untuk yang lain. Dan beramal yang ditujukan selain dia adalah termasuk kafir, dan tinggal selain untuk-Nya adalah riya. Siapa yang tidak memahami hal ini, sedang ia beramal melalui jalan lain dari ketentuan ini, maka ia berada dalam kebengongan. Dalam waktu dekat kematian pasti mendatangi untuk memutus bengongmu.
Anak-anak muridku, jika engkau menjumpai jurang pemisah antara kaya dan miskin, ketika pemberian mereka untukmu itu pertanda engkau tidak beruntung. Muliakanlah si fakir dengan penuh sabar,ambillah berkah mereka (hikmah dari mereka) ketika berjumpa atau sedang duduk bersama mereka. Nabi saw. bersabda :
“Si  fakir penyabar menjadi teman dekat Dzat Maha Pengasih di hari kiamat.”
Hari ini mereka jadi teman dekat-Nya melalui hati dan besok dengan jisim mereka. Mereka dalah orang yang berhati zuhud, berpaling dari perhiasannya, memilih kefakiran daripada kaya, bahkan ia sabar atas kefaikiran. Jika hal ini telah empurna atas mereka, akhirat menjadi tujuan mereka secara penuh.
Anak-anak muridku, engkau beramal untuk Allah tentu Dia menyuburkan tanamanmu mengalirkan sungaimu, mempersubur daun, ranting-ranting serta membuahkan pohon yang engkau punya. Berperintahlah dengan ma’ruf cegah yang munkar dan tolonglah Agama Allah, tradisikan kebenaran-kebenaran di dalam Agama Allah dan bersedkah suatu kebaikan untuknya; Niscaya sedekahmu terkekalkan, baik secara sembunyi atau terang, secara rahasia atau dalam kesempitan, dalam kemiskinan atau dalam kemewahan. Carilah kebutuhanmu dari Allah bukan dari makhluk-Nya. Kalaupun terpaksa dari makhluk, maka tenangkan hatimu bersama Allah, karena Dia pengilham untuk mencari keberadaan itu, dari satu arah ke arah lain. Bila engkau tertolak atau diberi perkara itu semata dari Dia, bukan dari mereka. Berkayalah atas setiap apa pun dari keutamaan Allah, kedekatan dengan-Nya serta ilmu-Nya. Bila ini sempurna, mereka menjadi kiblat makhluk dan tolok pandang mereka tertuju pada dirinya. Mereka mengambil dengan hati serta memperdekat dengannya. Darinya sumber penyerahan yang terlepas dan ridlo dari mereka.
Dari sebagian Ulama berkata : Di antara hamba Allah yang paling sempurna adalah orang yang meyakini penghambaannya untuk-Nya semata. Jadi penghambaannya itu bukan berdasar mencari dunia atau akhirat.” Mereka hanya mencari Dia semata, tidak yang lain. Wahai Allah tunjukkan segala makhluk ini pada pintumu selamanya, Pohonku dan perkara-perkara ini kutujukan pada-Mu. Sesungguhnya Allah memperlakukan terhadap hamba menurut kehendak-Nya. Bila hati bersih tentu terlimpahi rakhmat dan kasih-Nya tetap atas makhluk.
Lagi dari sebagian Ulama berkata : barang siapa banyak berbuat baik dan meninggalkan dosa, termasuk orang-orang yang benar. Orang yang benar itu bisa meninggalkan dosa besar atau kecil, lalu memperhalus sikap wara.nya, yaitu meninggalkan keinginan-keinginan – baik yang diperbolehkan – atau berupa syahwat sebaliknya mencari perkara halal yang mutlak. Orang yang benar (shiddiq) tidak henti-hentinya mengagungkan Asma Allah siang dan malam. Ia membakar pengembalian manusia yang berlaku, maka tradisi itu pun pasti terbakar. Ia diberi rizki tanpa batas. Juga ia pun tahu bahwa sabar salah satu bentuk pengobat hati dan menjadi sebab kejernihan dan kedekatan dengan Tuhan. Kebaikan mendatanginya setelah olah batin ini. Karena olah batin itu hakekatnya menjadi jelas bagi orang beriman dengan orang munafik, antara peng-esa Allah dengan pemusyrik, antara pembenar dan pendusta, antara pecinta dan pembenci, dan antara pengikut dengan pembid’ah.
Dengarlah kata Ulama ini : Jadilah engkau di dunia seperti orang yang membalut lukanya, sabar atas pahitnya obat, serta penuh harap atas kelenyapan dosa.” Setiap coba dan sakit pasti berkait dengan makhluk. Juga penglihatan mereka pada sengsara, manfaat, pemberian, dan penolak. Setiap obat dan lenyapnya coba itu terletak pada ketidak adaan makhluk dari hatimu dan tanggapanmu kala ketentuan Allah jatuh padamu.
Bila yang demikian nyata keluar dari hatimu sebaliknya terisi penuh dengan pada Nabi, Rasul, Syuhada, Shalihin dan para Malaikat Al-Muqarrabin – dan kala telah lenyap sikap itu, engkau menjadi besar, mulia, pemuka, pemberani, pemimpin dan apa yang diperintah agar kembali padamu, maka ia segera kembali, terperintah apa yang diperintah termulia dari apa yang mulia. Dengarlah bicara ini, yakini serta junjung secara benar.
Wahai orang yang sibuk dengan kehidupan; aku adalah orang terkaya metapencaharian, keuntungan ada padaku, kehidupan akhir juga ada padaku, aku pemberi setiap sesuatu yang menjadi hak-Nya. Jika diperoleh sesuatu dari akhirat sebagaimana yang ada padaku tentu tidak hanya sampai pada diriku seorang, karena orang mulia itu tidak suka makan sendiri. Setiap orang yang memperoleh kemuliaan dari Allah maka tidak ada kata bakhil baginya.
Wahai Allah berilah rizqi untuk kami seperti yang telah Engkau rizqikan pada kaum lain.

Dan berilah kami kehidupan yang baik di dunia dan kehidupan yang baik di akhirat, dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.
 MA’RIFATULLOH

Pengajian Syeikh Abdul Qodir al-Jilany


Beliau berkata:
Wahai Kaum sufi, kenalilah Allah, engkau jangan mendungu dari-Nya, taatilah jangan menentang-Nya, tepatilah jangan menelisihi-Nya, relakan atas ketentuan Dia jangan kau cabut, kenalilah Al-Haq melalui citaan-Nya. Dia adalah Dzat Pencipta, pelimpah rizki, pemula, penutup, lahir dan batin. Dia Maha Qadim.” Dzat Maha Kekal nan Abadi dan Dzat ayng bertindak menurut kehendak-Nya :
“Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanya.” (Qs.XXI:23).
Takutlah Dia jangan takut yang lain, berharaplah padanya jangan berharap kepada yang lain, berputarlah bersama kekuasaan-Nya, hikmah-Nya sampai menunudukkan kemauanmu. Beradablah bersama hitam di atas putih (Al-Qur’an) sampai datang apa yang mengitarimu dan Dia. Jadilah kamu pemelihara dari kehangusan syari’at yang ditunjukkan oleh-Nya. Arti tanpa gambar. Tiada yang bisa sampai ke ketentuan itu kecuali orang-orang shalih. Kami tidak butuh keluar lingkungan syari’at. Tiada orang yang tahu masalah ini kecali orang yang masuk di sana. Adapun yang mengenai permasalah Dia – Yang Esa – tidak perlu engkau ketahui. Jadilah kamu dalam segala usiamu berpeluk erat bersama Rasulullah saw. dengan menggenggam segala perintah serta mengikutimya, sampai engkau mampu menyeru penguasa kepadanya. Jika engkau bersedia ketika itu engkau mendapat konsesi Rasulullah saw. Masuk dan tetaplah di sana. Mereka disebut Abdal (pengganti) karena mereka tidak punya rasa kehendak yang bersama kehendak Allah. Dan jangan engkau pilih sesuatu bersama pilihan-Nya. Hukum ini hanya berjalan pada lahirmu. Untuk mengetahui amal lahirmu lalu memisah-misah amal khusus mereka. Kala derajat mereka dan persinggahan mereka bersih maka dalam diri mereka semakin bertambah perintah dan cegah. Tetapi yang ada adalah perintah-perintah syari’at yang harus dikerjakan di sana dan disandarkan padanya. Sedang mereka dalam lingkungan terpisah. Mereka tak henti-hentinya dalam keterasingan bersama Al-Haq. Hanya mereka datang dalam waktu ditentukan perintah dan larangan. Di sana mereka menjaga hukum-hukum syari’at itu sehingga tetap konstan selamanya dan tidak akan tanggal. Sebab meninggalkan bentuk ibadah wajib itu zindiq dan maksiat – berarti dosa besar – Jadi ketentuan ibdah-ibadah wajib itu tidak boleh tertinggal atas seseorang dalam situasi apapun.
Anak-anak muridku, benarlah, berdasar hukum dan yang terkandung di dalamnya, engkau jangan sampai keluar meninggalkan ketentuan-ketentuannya dan jangan engkau lupakan janji. Perangilah nafsu, setan-setan penguasa dirimu, juga tabiat dan dunia. Engkau jangan putus asa dari pertolongan Allah karena – hal itu pasti datang padamu – bersama keteguhan hatimu. Allah berfirman :
“Allah sesungguhnya beserta orang-orang yang sabar.”
Juga berfirman :
“Maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang.” (Qs.V:56).
Lagi Firman-Nya :
“Dan orang-orang yang berjihad (untuk mencari keridhaan) Kami benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (Qs. XXIX :69).
Tahanlah lisan dari pengaduan kepada manusia (makhluk), jadilah juru bicara Allah dan seluruh makhluk untuk menyeru mereka agar patuh dan membendung maksiat. Tahanlah mereka dari sesat, bid’ah dan mengikuti nafsu atau berjalin dengan nafsu. Seru mereka agar mengikuti Kitb Allah dan Sunnah Rasul-Nya.
Wahai manusia, muliakan Kitab Allah dan bertatakrama menurut pengajaran-Nya. Sesungguhnya ia menjadi penjembatan antaramu dan Allah. Jangan engkau katakan bahwa ia makhluk. Karena Allah berfirman : “Ini adalah Kitab-Ku.” Apa engkau berkata tiak? Barangsiapa menolak Allah, menjadikan Al-Qur’an makhluk, maka ia telah kafir kepada Allah, bahkan Al-Qur’an terlepas darinya. Itulah Al-Qur’an yang harus dibaca, inilah yang pantas di dengar, yang pantas kamu perhatikan dan inilah yang termaktub dalam Mushaf Kalam-Nya.
Imam Syafi’i dan Ahmad berkata :
“Kalam itu makhluk dan tulisannya yang ada di sana itu tidak makhluk.”
Hati adalah makhluk dan penjaga yang ada di sana bukan makhluk.
Wahai manusia ambillah nasihat dari Al-Qur’an dengan mengamalkannya; bukan dengan memperdebatkannya. Itikad itu kata yang terus dilaksanakan sedang amal itu menurut pelaksanaannya yang berjumlah (jumlah pelasanaannya). Jagalah iman di sana, bersedekahlah dengan hatimu, beramalah dengan semua organ tubuhmu, sibukkan dirimu dengan apapun yang membawa manfaat dan jangan jauhi akal dunia yang kurang.
Wahai manusia, berita kata itu tidak mesti dapat bebas dari hukum akal, nas tidak bisa tinggalkan qiyas. Engkau jangan tinggalkan saksi dan bersikeras menurut berita asal kata penuduh. Harta orang itu tidak bisa dirampas dengan cara pengakuan; tanpa ada penjelasan saksi. Karena itu Nabi bersabda :
“Seandainya orang itu bisa diambil pengakuannya niscaya suatu kaum mengakui berkait (bersaudara) dengan darah kaum yang lain beserta harta mereka, tapi kesaksian itu dari pihak penuduh, dan sumpah atas orang yang ingkar.”
Lisan yang alim tiada berguna jika hati dungu. Nabi saw. bersabda :
“Yang paling aku khawatirkan atas umat-Ku adalah orang-orang munaifk, yang berpengetahuan tinggi.”
Wahai Ulama, para dungu yang datang dan yang jauh; malulah kepada Allah, lihatlah hatimu sendiri. Jadilah dirimu di bawah perjalanan kehendak-Nya dan latihlah ia dengan membiasakan syukur atas nikmat-Nya, dan tautkan kilatan cahaya dalam gulita dengan kepatuhan. Bila hal ini nyata terjad padamu, tentu pemulyaan Allah datang untukmu bersama dunia akhirat.
Anak-anak muridku perangi keberadan ini sampai tak tertinggal satu pun yang kau cinta. Jika keberadaanmu sempurna dari masalah tersebut, ia jangan kau tinggalkan dalam dirimu. Siapa mampu menguasai ini tentu ia mengenal Dia. Inilah satu jenis dari manusia yang tidak menerima kata damai dari makhluk. Wahai munafik uji coba terdapat di pucuk-pucuk hatimu. Manusia kala melihat melalui hati mereka – selain Allah – mendapati keselamatan mereka dalam kedamaian di sna dan duduk di hadapannya, membuta di belakangnya, lisan mereka terputus dari pemalingan.
Peredaran siang malam, bulan dan tahun terjadi atas mereka, sedang mereka tetap berada dalam suatu kondisi yang tidak berubah bersama Allah. Mereka itulah kaum berakal di antara ciptaan Allah yang ada. Seandainya engkau melihat mereka tentu berkata : “Betapa bahagia mereka di hati kiamat.” Hati mereka selalu terisi duka cita remuk redam di hadapan Allah, juga tak henti-hentinya terisi rasa takut dan bising. Kala terbuka untuk menerima kebesaran dan keagungan-Nya niscaya di hati mereka semakin bertambah takut. Hati mereka terputus dan ertalian mereka tercerai. Pa bila hal itu terjadi atas mereka; itulah keterbukaan pintu rakhmat, kebagusan kelembutan dan harapan bagi mereka. Maka apapun yang ada pada diri mereka jadi tenteram.
Tiada yang paling aku cintai kala aku melihat kecuali masa pencaharianku untuk akhirat dan pencaharianku pada Allah. Sedang pencari dunia, makhluk, nafsu dan syahwat; cih, aku tak sudi berrbuat untuknya!
Anak kecil pada awalnya suka berkirab bermain debu dan benda najis lain. Mereka cenderung menuju kerusakan diri dengan mencuri-curi dari pengawasan orang tuanya. Bila berjalan suka beradu. Tapi kala ia terdidik dari semua itu, ia tinggalkan satu demi satu. Kerusakan itu berkelanjut berubah jadi perlakuan yang sopan di hadapan orang tuanya dan pembimbingnya.
Siapa dikehendaki oleh Allah kebaikan terjadi padanya niscaya ia berta’adub meninggalkan apa saja yang mengitari. Tapi siapa dikehendaki oleh Allah keburukan terjadi padanya tentu ia hidup bergumul di sekelilingnya lalu binasalah dunia dan akhiratnya. Allah pencipta penyakit dan obat, durhaka itu penyakit dan taat itu pengobat, aniaya itu penyakit dan adil itu pengobat, salah itu penyakit benar itu pengobat, menentang Allah itu penyakit dan taubat atas dosa itu pengobat. Obatnya hanya terbilang sempurna pabila makhluk engkau ceraikan dari hatimu kemudian menjalin dengan Allah.
Tiada kelepasan bagi hatimu sedang di sana ada makhluk bukan Allah. Seandainya engkau bersujud pada-Nya selama seribu tahun di atas bara, tapi hati engkau hadapkan selain untuk-Nya, sama sekali perbuatan itu tidak bermanfaat. Tiada hal itu berpengaruh untuk Dia kendati ibadah engkau persembahkan. Engkau tiada kan dapat untung sampai engkau lenyapkan segala keberadaan ini dari hati. Cih, mana berguna bagimu penampakkan zuhud disertai penujuan sesuatu dalam hati.
Engkau tahu bahw Allah mengetahui segala rahasia dalam cakrawala ini? Mengapa engkau tidak malu mulutmu berucap tawakal sedang hatimu tidak menuju Dia.
Anak-anak muridku, engkau jangan perdaya sifat Hilm (sabar) Allah, karena Dia amat keras marahnya. Engkau jangan perdaya ulama agar tidak acuh dengan Allah, karena setiap ilmunya itu berbeda dengan mereka. Mereka itu eksponen ulama yang mendapat hikmah dari Allah, Menyuruh manusia dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku dan tidak melarang atau mencegah sesuatu dan tidak menahan diri dari Allah.
Wahai Allah, berilah kami taubat juga untuk mereka. Anugerahkan pada kami untuk Nabi-Mu Muhammad saw. serta nenek moyang kami Ibrahim as. Wahai Allah janganlah engkau kuasakan di antara kami atas yang lain, manfaatkanlah antara kami, dan masukkan kami dalam rahmat-Mu, Aamiin.

JANGAN MENCARI SELAIN ALLAH

Pengajian Syeikh Abdul Qodir al-Jilany

Beliau berkata:
Wahai anak-anakku, tidak benar kehendakmu pada Allah tanpa engkau barengi tujuan untuk-Nya semata. Karena setiap orang yang mengaku berkehendak menuju Dia ternyata malah melampaui batas bahkan ia mencari selain Dia; berakibat sia-sialah pengakuannya. Di sana penuju dunia amat banyak dan penuju akhirat di sana amat sedikit. Tapi penuju Al-Haq, yaitu manusia-manusia yang membenarkan kehendak Dia lebih sedikit jika dibandingkan yang sedikit itu. Dalam kesedikitan dan kekurangan mereka laksana korek api merah. Mereka adalah bagian individu yang penuh keganjilan. Sehingga di antara sekian banyak ini hanya dijumpai satu.
Wahai pendusta engkau bermesra dengan kehadiran setan, fikiran dunia, syahwat. Penampakan setan yagberbentuk manusia adalah mereka yang menjalin persahabatan dengan nilai buruk dan teman yang suka membual. Ini tidak mungkin tercapai hanya dengan igau, dan kedirian akan pengakuan bicaramu dalam hal ini adalah suatu kegilaan yang tidak berguna. Jagalah ketenangan dan ketidak tegran di hadapn Allah, juga tinggalkan tatakrama yang buruk. Tidak bisa tidak bila hal ini sebagai ucapan yang meliputi permasalahan tersebut maka ucapanmu di sana ada pada persipangan jalan terburuk kepada Dia, dan tabaruk dengan menyebut ahlinya. Jadi pengakuanmu bersama Dia itu tidak kosong dalam hati. Setiap yang nampak belum tentu sejalan dengan yang batin, mungkin hanya penghayal. Engkau ernah dengar sabda Nabi saw. :
“Tiada puasa bagi orang yang dibayangi oleh makan daging manusia.” Dan Rasulullah juga menjelaskan bahwa “puasa itu bukanlah karena meninggalkan makan, minum dan buka, lalu cukup; bahkan (lebih jauh) sampai disandarkan pada bentuk peninggalan laku dosa. Takutlah akan ghibah karena hal itu merongrong yang baik laksana api menyantap kayu bakar.”
Juga takutlah pandangan yang disertai syahwat, karena hal itu menanamkan maksiat dalam hati, akibatnya engkau tidak terpuji di dunia dan akhirat. Takutlah sumpah palsu karena perbuatan itu laksana rumah tanpa kamar; maka menghilangkan brakah agamamu.
Celaka, engkau nafkahkan hartamu dengan sumpah dusta dan engkau binasakan agamammu. Seandainya engkau punya akal tentu engkau tahu bila hal ini termasuk pandangan lemah. Allah berfirman : “Tidaklah dalam negeri ini seperti bentuk kehidupan ini, dan juga tidak menurut perumpamaan perseorangan.” Bertatakramalah, wahai orang yang mendapat rahmat Allah; di hadapan Dia. Siapa yang tidak berdidik dengan pendidikan syari’at, niscaya akan dididik denga api neraka kiamat nanti.
Ada orang bertanya : “Siapa orang yang termasuk dalam lima tingkah, atau di antara yang terkena hukum batal puasa dan wudlunya? Jawab : “Puasa dan wudlunya tidak batal, tapi seruan ini datang sebagai petuah, penakutan dan pengkhawatiran.”
Anak-anak muridku, kehampaan mungkind atang padamu di pagi nanti, ya, kehampaan di muka bumi, atau mungkin kehampaan itu tiba pada waktu yang lain. Enyahlah lalai, alangkah kesat hatimu! Apakah engkau telah berbuat?
Aku berkata padamu, orang lain juga berkata padamu tetapi engkau tetap pada posisi semula. Bukankah Al-Qur’an sudah disampaikan, tidakkah hadits-hadits Rasul saw. telah sampai padamu dan perilaku para sahabat utama juga diterangkan padamu. Kendati engkau tidak mengambil arti penting dari mereka, tidk mendekat bahkan perbuatanmu titap tidak bergeming dari kondisi semula. Siapa datang dengan lahan – di sana – namun tidak mengambil petuah yang terkandung maka ia berada dalam jajaran orang yang buruk.
Wahai penglabuh dunia tidak lama penyesalan akan tampak di hari penampakkan dan kerugian. Hitunglah dirimu sebelum datang hari akhirat yang memperdayakan dirimu dengan hukum Allah dan Mulia-Nya. Sadarlah engkau berada dalam lingkaran kondisi yang buruk karena laku maksiat, goncangan dan suka mendholimi manusia. Maksiat cenderung ke arah kafir, seperti penyakit cenderung menuju kematian. Jagalah taubat sebelum mati, ya, sebelum datang Malakul maut; si pelaksana untuk mencabut ruh.
Wahai manusia tabahkan dirimu. Bagaimana sikapmu jika Al-Haq Azza wa Jalla mencobamu dengan pengujian-Nya – sampai engkau mau bertaubat – sedang engkau tidak berangan-angan untuk melepas maksiat? Di jaman ini tiada cobaan atas seseorang keculai dalam batas keterasingan.
Dusta itu laku yang pedih bukan nikmat – jadi tersiksa akibat dosa – dan ia tidak menambah derajat yang tinggi di hadapan Tuhannya. Mereka sabar saat bersama Dia karena mereka ingin sekali peroleh rela-Nya. Bila hal ini sempurna mereka yakin bahwa kerusakan akan menimpa.
Wahai Allah, janganlah Engkau binasakan kami. Kami mohon agar selalu dekat dengan Engkau, melihat Engkau di akhirat dan dunia. Di dunia melalui hati dan di akhirat dengan mata kepala kami.
Wahai manusia, engkau jangan putus asa dari petunjuk Allah dan bisa lepas dari duka, karena Dia amat dekat, janganlah engkau putus asa karena segala karsa hanya ada pada Allah :
“”Engkau tidak mengetahui, boleh jadi Allah mengadakan sesudah itu kejadian yang baru.” (Qs. LXV:1).
Janganlah engkau lari dari bala’, karena kebersamaan bala’ dengan sabar itu sebagai fondasi setiap kebaikan, fondasi kenabian, kerasulan, kewalian dan kearifan, juga kecintaan itu ada pada bala’. Jika engkau tidak sabar atas bala’ berarti engkau tidak punya fondasi. Lihatlah engkau rummah mandi yang tetap tegar di dataran tinggi? Sesungguhnya orang yang lari dari bala’ dan afat atas keberadaanmu itu tidak butuh kamu dalam kewalian. Ma’rifat dan dekat Allah. Sabarlah berupayalah sehingga ia seiring bersama hatimu, rahasiamu dan ruhmu pada pintu yang lebih dekat pada Allah. Sabarlah berupaya sehingga ia seiring bersama hatimu, rahasiamu dan ruhmu pada pintu yang lebih dekat pada Allah. Ulama, para wali, para badal adalah sederetan manusia yang mewarisi nabi. Para nabi itu punya rahasia teramat tinggi, begitu pula mereka yang mendekat.
Orang mukmin tidak perlu takut selain kepada Allah atau tidak mengharap selain Dia. Sungguh dalam hatinya diberi kekuatan dan rahasia. Bagaimana hati orang beriman tidak punya keteguhan tehadap Allah sedang mereka menuju Dia semata? Mereka tidak henti-hentinya mendekat Dia kendati hatinya berada di bumi. Firman Allah :
“Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami termasuk orang-orang pilihan lagi orang yang bai-baik.” (Qs. XXVIII:47).
Anak-anak muridku, tidak bisa tidak engkau pasti merasai kemanisan, kepahitan, kebaikan, kerusakan, kekotoran dan kejernihan. Jika ingin bersih secara total, maka lepaskan hatimu dari makhluk, jalinlah perhubungan dengan Allah, lepaskan dunia, tinggalkan keluargamu dan serahkan mereka kepada Tuhan. Lalu keluarkan isi hatimu sampai telanjang dari segala ini, dekati pintu akhirat dan masuklah, jika engkau belum menjumpai Tuhan-mu – di sana – maka keluarlah sambil berlari kencang untuk memperdekat dengan-Nya. Bila engkau menjumpai-Nya niscaya akan menemukan setiap kejernihan di sisi-Nya. Bagi pecinta Allah tiada sesuatu dilakukan kecuali untuk Dia. Surga itu sarana untuk mencari derajat an sebagai sarana untuk menjual dunia. Karena itu, Allah berfirman :
“Di sana ada semua apa yang diingini jiwa dan yang sedap dipandang mata.” (Qs.XLIII:7).
Apa yang diingat hati, apa yang diingat rahasia, apa yang diingat makna, surga bagi orang yang berpuasa yang berzuhud dari syahwat dan kenikmatan. Juallah puasamu dengan puasa, kebun dengan kebun, kediaman dengan kediaman. Tidakkah engkau ingin beramal tanpa bicara. Orang arif beramal karena Allah semata, mendapat dua sandaran yang menumbuknya sedang ia tak bicara. Bumi berjalan mengitarinya, berobah dan berganti tetap dalam penjagaan. Manusia yang tidak berpenglihatan selain Allah, tidak mendengar selain dari Dia, bagi mereka disediakan surga tanpa ucapan. Mereka di batas undang-undang, tapi selain mereka, tidak memahami sejauh itu. Bila Allah menghendaki, ketersebaran mereka, maka menciptakan surga untuk lisan.
Anak-anak muridku engkau dengar : Berfahamlah kemudian mengaing” fahamkan dengan pemahaman lahiri lalu asingkan menuju kefahaman batini. Beramalah dengan amalan lahir, sehingga mendekatkan mu pada ilmu yang tidak engkau pelajari. Inilah ilmu lahir menjadi penerang lahir dan ilmu batin menjadi penerang batin. Ia sebagai penerang antaramu dan Tuhan. Kala engkau beramal menurut ilmu yang kau punya tentu membuatmu dekat jalanmu kepada Al-Haq, memperlebar pintu antaramu dan mempertinggi pintu sebelah yang menentukanmu.
Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.”

MENDAHULUKAN AKHIRAT ATAS DUNIA


Pengajian Syeikh Abdul Qodir al-Jilany
 Beliau berkata:
Anak-anak muridku, dahulukan akhirat atas dunia tentu engkau akan memperoleh laba dari kduanya. Bila dunia engkau dahulukan atas akhirat, niscaya engkau rugi secara menyeluruh, bahkan siksa menantimu.
Mengapa engkau sibuk berurusan dengan sesuatu yang tidak diperintahkan melakukannya. Bila engkau tidak berambisi atas dunia niscaya Allah mengekalkan pertolongan-Nya, dan melimpahkan taufiq saat pencabutan kembali dunia itu. Jika engkau mengambil sesuatu dari dunia, sama artinya engkau sia-siakan barakah yang ada di sana. Orang mukmin itu, siaga beramal untuk dunia dan akhiratnya. Beramal untuk dunia menyampaikannya menurut kehendak yang dibutuhkan di sana. Terimalah dunia seperti bekal penumpang, kamu jangan sampai menariknya menurut sukamu. Orang dungu itu, setiap cita-citanya tertuju dunia, sedang oran arif setiap cita-citanya adalah untuk akhirat lalu menuju Tuhan. Bila engkau tarik kesenangan dunia sampai membumbung mencapai taraf nafsu atau syahwat, maka perhatikan sebentar siapa penguasa pencerai berai. Karena hal itu, tidak menguntungkamu, maka laanlah nafsumu dan ajarlah dia di sisi Al-Haq. Siddik (orang yang benar) itu mengetahui ikatan di antara sesama mereka. Setiap individu di antara mereka mencium bau menerima dan kebenaran akhir.
Wahai pemaling dari Allah dan orang-orang dari hamba-Nya, justru menghadap makhluk dan berserikat bersama mereka, sampai kapan engkau menghadap mereka? Cih, mereka bermanfaat bagimu. Di tangan mereka tidak mengandung nista atau manfaat juga tidak ada pemberi atau pencegah. Tiada pembeda antara mereka dan seluruh manusia jika dikaitkan dengan nista dan manfaat. Penguasa hanya satu, pelimpah nista hanya satu, penyampai manfaat ada satu, penggerak dan pendiam Cuma satu, pemberi dan pencegah juga satu. Dia Mahapencipta dan Pelimpah Rizki – adalah Allah Azza wa Jalla – Dia qadim lagi Azali untuk selamanya. Dia ada sebelum makhluk, sebelum nenekmoyangmu atau orang-orang kaya di antaramu. Dia Mahapencipta langit dan bumi dan segala keberadaan di dalamnya :
“Tiada sesuatu pun serupa dengan Dia, dan Dia Mahamendengar lagi Mahamelihat.” (Qs. XLII:11).
Amboi sebalnya engkau, wahai hamba Allah. Apa engkau belum tahu proses penciptaanmu sebenarnya? Bagiku, jika di hari kiamat ada sesuatu dari Allah, tentu aku bawa segala bebanmu dari awal sampai akhir ceritamu. Wahai pembaca (Al-Qur’an) bacalah untuk Allah yang satu tanpa melibatkan penghuni langit atau bumi.
Setiap orang beramal dengan amaliahnya maka terjadilah jalan tembus antara dia dan Allah; sebagai jalur hati untuk mencapai ke sana. Sedang engkau, wahai ilmuwan selalu ribut dengan kata “menurut” (katanya) dan segala upayamu yang berupa harta. Padahal hal itu jika sampai ke tanganmu hanya berupa ilustrasi tanpa arti. Bila Allah menghendaki seorang hamba lebih baik ilmunya, untuknya suatu pengamal dan ikhlas. Ia dikabulkan sebagaimana pengabulan terhadap doa Musa a.s. Maka Dia berfirman kepada Musa a.s. :
“Dan Aku telah memilih engkau untuk diri-Ku.” (Qs.XX:41)
Anak-anak muridku, jangan engkau putus asaatas rakhmat Allah dan kekal bersama maksiat yang menyebabkan dosa besar, sucickan busana agamamu dari najis dengan air taubat, tetap bersama Dia dan ikhlas di samping-Nya. Takutilah tepat itu yang menempatkan dirimu, karena bagaimana pun dirimu berpaling sorot mata binatang buas tetap mengitarimu, penyakit terus menguntitmu – semua itu datang dari Dia – karena itu kembalilah kepada allah sepenuh hati. Engkau jangan makan dari hasil burukmu atau yang keu peroleh dengan syahwat  atau nafsu. Engkau jangan makan kecuali disertai dua saksi adil yaitu Al-Qur’an dan Hadits. Kemudian carilah penyaksi lain saat dua penyaksi itu telah menyatu dalam hati. Pabila dikumandangkan suara Kitab dan Sunnah, maka hatimu menanti bagian perempat; itu adalah perbuatan Allah. Engkau jangan seperti lentera malam yang memijari sekelilingnya sedang ia tidak tahu apa yang sedang terjadi pada dirinya. Inilah sesuatuu yag tidak bisa diperoleh dengan tahili, tamanni, takalluf, dan tasni. Ia sesuatu beban dalam hati dan seddaqah perbuatanmu; yakni melakukan sesuatu pekerjaan yang bermotif kerana Allah semata.
Anak-anak muridku, sehat itu tergantung peninggalan mencari yang jernih. Kaya menurut peninggalan mencari kaya, dan pengobat menurut peninggalan mencari pengobat. Semua obat terletak dalam penyerahan diri di hadapan Allah, memutus causalita dan pengosongan diri dari tuhan-tuhan selain Tuhan Al-Haq. Terapi yang manjur terletak dalam pengesaan Allah menurut hati, bukan lisan. Tauhid dan zuhud keduanya tidak ada dalam tubuh atau lisan. Tauhid terletak dalam hati, zuhud di hati, ma’rifat di hati, takwa di hati, pengetahuan tentang Allah di hati, cinta Allah dalam hati dan dekat dengan-Nya juga dalam hati.
Jadilah orang berakal, jangan main gila-gilaan, jangan berbuat macam-macam; dusta; riya dan munafiq. Setiap citamu engkau kurungi makhluk. Bila engkau tahu kala dirimu melangkah beserta hati menuju makhluk itu cukup memperjauh diri dari Allah. Engkau mengaku pencari Al-Haq, ternyata engkau pencari makhluk. Dirimu diperumpamakan orang berkata : Aku hendak pulang ke Makkah dengan tujuan ke Parsi, lalu engkau berangkat dari Makkah.
Engkau mengaku bahwa hatimu telah bebas dari makhluk yang mengikat, sedang engkau takut dan masih mengharap mereka. Lahirimu benci tapi batinmu senang mereka. Lahirimu bertemu Allah dan hatimu menjalin makhluk. Inilah perkata yang tidak cukup hanya dengan pengakuan lisan. Inilah tingkah yang di dalamnya tidak terdapat makhluk, dunia, akhirat dan selain Allah. Dia Maha Satu tidak menerima kecuali satu. Dia satu tidak menerima sekutu, karena Dia sesungguhnya bertolak dengan ketentuanmu, dan terimalah ketentuan yang diterapkan untukmu.
Semua makhluk lemah, ketentuan-Nya berlaku atas diri mereka. Kuasa Allah juga merata atasmu dan mereka. Goresan kalam dari ilmu-Nya – tentang sesuatu – tetap berlaku untukmu dan mereka. Pengesa Allah yang lagi salih menjadi pertanda kebenaran Allah pada makhluk. Di antara mereka ada yang suka telanjang dunia dari sudut lahiri maupun batini. Dan di antara mereka ada pula yang telanjang dunia hanya dari sudut batini saja. Allah tidak menampakkan dalam batini mereka sesuatu pun. Itulah hati orang-orang sufi. Siapa mampu melakukan ketentuan ini, sunggih ia dipenguasakan dari makhluk. Dia pemberani menentang yang batil. As-Syaja (beranai tanpa rasa takut kepada siapapun kecuali Allah), adalah orang yang menyucickan hati selain Allah, kemudian tegar bertempat di pintu-Nya dengan pedang tauhid yang diliputi syari’at. Saat itu tiada satupun makhluk mampu menerobosnya untuk membangun hati dengan kegoncangannya. Syara’ mengajari lahiri, tauhid dan ma’rifat sama-sama mengajari batini. Alangkah jauh beda antara kata mereka dan kata kami; tentang sesuatu yang  kembali. Engkau ucapkan ini haram, justru engkau pencetak dosa besar, dan halal sedang engkau tidak melakukan. Ternyata dirimu dalam kefusian yang amat. Nabi saw. bersabda :
“Celaka bagi orang-orang bodoh sekali dan bagi orang-orang pintar sekali.”
Suatu kecelakaan bagi orang bodoh, mengapa tidak mau berdidik, dan tujuh kali kecelakaan orang berilmu. Ia berilmu tetapi tidak beramal, maka lenyaplah barakah ilmunya dan lepaslah tanda baginya. Berilmu lalu beramal dan mengasing dalam tempat pengasinganmu –dari makhluk – kemudian memperbaiki cinta Allah. Bilamana pengasingan dan cintamu bersih niscaya hal itu semakin memperdekatkanmu kepada Dia dan mengosongkan yang lain. Jika di kehendaki perbuatan tersebut mampu mampu memasyhurkan atau memperharum namamu di hadapan makhluk, bahkan semakin menambah pembagianmu.
Dengar dan camkanlah, wahai pendungu Allah beserta para wali-Nya. Wahai para pentaat Allah dan para wali-Nya, kebenaran mutlak hanya Al-Haq Azza wa Jalla, sedang batil terletak  padamu. Wahai makhluk. Allah terletak di hati, rahasia dan al ma’ani. Sedang batil terletak pada nafsu hawa, tabiat tradisi, dunia dan apa saja selain Dia. Demikian hati, jaga sampai meperdekat pada Allah; yang Mahaqadim, azali lagi Abadi. Engkau jangan sarati dirimu melebihi bebanmu, wahai munafik. Yang ada di sisimu tidak lebih baik daripada ini. Engkau pengamba makan, pakaian, kendaraan atau penguasaanmu. Hati orang benar (siddiqin) itu pergi dari makhluk menuju Al-Haq. Ulama” yang beramal dengan ilmunya itu mengganti para salaf. Mereka adalah pewaris Nabi dan pembenteng orang-orang yang berada di belakangnya. Mereka pemuka di hadapan mereka, memerintah untuk kebangkitan agama dalam pusat syari’at dan membentengi kehancurannya. Di hari kiamat mereka terkumpul bersama para Nabi, maka mereka dilimpahi pahala dari Allah. Tuhan membuat misal orang pandai (berilmu) yang tidak disertai amal laksana himar.
Difirmankan : ................Laksana himar yang memikul kitab-kitab.” Al-asfar adalah kitab-kitab. Bergunakah himar memikul setumpuk kitab? Ia tidak menghasilkan apapun kecuali lelah. Siapa bertambah ilmu seharusnsya bertambah takut serta patuh kepada Tuhan.
Wahai pengaku berilmu. Mana tangismu karena takut Allah? Dimana takut dan khatirmu? Mana kesadaranmu terhadap dosa-dosamu? Mana pertalianmu untuk menerangi kegelapan untuk berpatuh kepada Allah, mana pengajar nafsu dan pemberantasanmu padanya di hadapan Allah? Citamu hanya busana hidup, makan, kawin, kedai, kumpul bersama orang-orang ramai, dan menjalin mesra bersma mereka. Cukuplah cintamu seperti ini, kalaupun engkau dapat bagian tentu bermacam sesuatu itu mendatangimu menurut ketentuan waktunya, sedang hatimu santai dalam penantian dan loba yang berat tegar bersama Allah.
Wahai cahya, kesunyianmu rusak, tidak suci dari najis dan tidak bersih. Cih, engkau beramal dengan hati tapi di dalamnya tak ada tauhid serta ikhlas yang bersih.
Wahai penidur, engkau jangan tidur untuk mereka, wahai pemaling, engkau jangan berpaling dari mereka, wahai pelupa engkau jangan lupa, wahai para peninggal engkau jangan tinggalkan itu, wahai pendungu kepada Allah dan Rasul-Nya, orang-orang dahulu dan sekarang, engkau laksana tonggak kayu yang panjang, ia tidak membuat kebaikan sesuatu pun.

JANGAN MUNAFIQ


Pengajian Syeikh Abdul Qodir al-Jilany
 Beliau berkata:
Wahai orang-orang munafik semoga Allah membebasakan di bumi ini darimu. Alangkah tebal sifat nifaqmu. Dalam waktu dekat engkau akan dijadikan santapan sindat melalui mulut dan tubuhmu – sampai tercecer – di baigan lain bumi mengoyak dirimu sampau menyatu; benar-benar kembali nekgu menjadi tanah.
Tiada keuntungan bagi orang yang tidak baik sangka kepada Allah, orang-orang shalih dan orang-orang yang mengikuti mereka. Allah telah menyerahkan keberadaan ini semua untuk mereka, mereka peroleh hujan yang menumbuhkan tanaman bumi. Setiap makhluk jadi pengikut mereka, bahkan setiap individu, juga perjenis yang ada di bumi ini, seperti gunung tidak menggoncangkannya atau menggerak-gerakkan sebagai bencana yang menguji. Mereka tidak terguncang dari kedudukan tauhid atau ridho kepada Tuhan Yang Agung. Mereka mencari jiwa dari sisi lain, bertaubat kepada Allah serta takut pada-Nya. Sadarilah akan dosa-dosa mu, dantaramu dan Dia, berendah di hadapan-Nya, berlaku sopan di hadapan-Nya seperti orang-orang terdahulu.
Engkau jangan hina ucapan-ucapan ahli hukum dan Ulama, karena bicara mereka bisa menjadi terapi (obat) sedang rancangan kalimatnya sebagai buah. Terimalah Ulama yang bertakwa, jika engkau menemani mereka tentu engkau dapat berkah. Dan engkau jangan pergauli Ulama yang tidak beramal dengan ilmunya, karena jika engkau pergauli mereka tentu bencana menimpamu.
Bila engkau berteman orang yang lebih tinggi ilmunya dari padamu sesungguhnya ia membawa berkat untukmu, tapi jika engkau bergaul dengan orang yang lebih tua, padahal ia tidak bertakwa atau berilmu tentu pergaulanmu membawa bencana atasmu. Beramalllah untuk Allah semata, jangan untuk yang lain. Tinggallah untuk-Nya jangan tinggal untuk yang lain. Tinggallah untuk-Nya jangan tinggal untuk yang lain. Dan beramal yang ditujukan selain dia adalah termasuk kafir, dan tinggal selain untuk-Nya adalah riya. Siapa yang tidak memahami hal ini, sedang ia beramal melalui jalan lain dari ketentuan ini, maka ia berada dalam kebengongan. Dalam waktu dekat kematian pasti mendatangi untuk memutus bengongmu.
Anak-anak muridku, jika engkau menjumpai jurang pemisah antara kaya dan miskin, ketika pemberian mereka untukmu itu pertanda engkau tidak beruntung. Muliakanlah si fakir dengan penuh sabar,ambillah berkah mereka (hikmah dari mereka) ketika berjumpa atau sedang duduk bersama mereka. Nabi saw. bersabda :
“Si  fakir penyabar menjadi teman dekat Dzat Maha Pengasih di hari kiamat.”
Hari ini mereka jadi teman dekat-Nya melalui hati dan besok dengan jisim mereka. Mereka dalah orang yang berhati zuhud, berpaling dari perhiasannya, memilih kefakiran daripada kaya, bahkan ia sabar atas kefaikiran. Jika hal ini telah empurna atas mereka, akhirat menjadi tujuan mereka secara penuh.
Anak-anak muridku, engkau beramal untuk Allah tentu Dia menyuburkan tanamanmu mengalirkan sungaimu, mempersubur daun, ranting-ranting serta membuahkan pohon yang engkau punya. Berperintahlah dengan ma’ruf cegah yang munkar dan tolonglah Agama Allah, tradisikan kebenaran-kebenaran di dalam Agama Allah dan bersedkah suatu kebaikan untuknya; Niscaya sedekahmu terkekalkan, baik secara sembunyi atau terang, secara rahasia atau dalam kesempitan, dalam kemiskinan atau dalam kemewahan. Carilah kebutuhanmu dari Allah bukan dari makhluk-Nya. Kalaupun terpaksa dari makhluk, maka tenangkan hatimu bersama Allah, karena Dia pengilham untuk mencari keberadaan itu, dari satu arah ke arah lain. Bila engkau tertolak atau diberi perkara itu semata dari Dia, bukan dari mereka. Berkayalah atas setiap apa pun dari keutamaan Allah, kedekatan dengan-Nya serta ilmu-Nya. Bila ini sempurna, mereka menjadi kiblat makhluk dan tolok pandang mereka tertuju pada dirinya. Mereka mengambil dengan hati serta memperdekat dengannya. Darinya sumber penyerahan yang terlepas dan ridlo dari mereka.
Dari sebagian Ulama berkata : Di antara hamba Allah yang paling sempurna adalah orang yang meyakini penghambaannya untuk-Nya semata. Jadi penghambaannya itu bukan berdasar mencari dunia atau akhirat.” Mereka hanya mencari Dia semata, tidak yang lain. Wahai Allah tunjukkan segala makhluk ini pada pintumu selamanya, Pohonku dan perkara-perkara ini kutujukan pada-Mu. Sesungguhnya Allah memperlakukan terhadap hamba menurut kehendak-Nya. Bila hati bersih tentu terlimpahi rakhmat dan kasih-Nya tetap atas makhluk.
Lagi dari sebagian Ulama berkata : barang siapa banyak berbuat baik dan meninggalkan dosa, termasuk orang-orang yang benar. Orang yang benar itu bisa meninggalkan dosa besar atau kecil, lalu memperhalus sikap wara.nya, yaitu meninggalkan keinginan-keinginan – baik yang diperbolehkan – atau berupa syahwat sebaliknya mencari perkara halal yang mutlak. Orang yang benar (shiddiq) tidak henti-hentinya mengagungkan Asma Allah siang dan malam. Ia membakar pengembalian manusia yang berlaku, maka tradisi itu pun pasti terbakar. Ia diberi rizki tanpa batas. Juga ia pun tahu bahwa sabar salah satu bentuk pengobat hati dan menjadi sebab kejernihan dan kedekatan dengan Tuhan. Kebaikan mendatanginya setelah olah batin ini. Karena olah batin itu hakekatnya menjadi jelas bagi orang beriman dengan orang munafik, antara peng-esa Allah dengan pemusyrik, antara pembenar dan pendusta, antara pecinta dan pembenci, dan antara pengikut dengan pembid’ah.
Dengarlah kata Ulama ini : Jadilah engkau di dunia seperti orang yang membalut lukanya, sabar atas pahitnya obat, serta penuh harap atas kelenyapan dosa.” Setiap coba dan sakit pasti berkait dengan makhluk. Juga penglihatan mereka pada sengsara, manfaat, pemberian, dan penolak. Setiap obat dan lenyapnya coba itu terletak pada ketidak adaan makhluk dari hatimu dan tanggapanmu kala ketentuan Allah jatuh padamu.
Bila yang demikian nyata keluar dari hatimu sebaliknya terisi penuh dengan pada Nabi, Rasul, Syuhada, Shalihin dan para Malaikat Al-Muqarrabin – dan kala telah lenyap sikap itu, engkau menjadi besar, mulia, pemuka, pemberani, pemimpin dan apa yang diperintah agar kembali padamu, maka ia segera kembali, terperintah apa yang diperintah termulia dari apa yang mulia. Dengarlah bicara ini, yakini serta junjung secara benar.
Wahai orang yang sibuk dengan kehidupan; aku adalah orang terkaya metapencaharian, keuntungan ada padaku, kehidupan akhir juga ada padaku, aku pemberi setiap sesuatu yang menjadi hak-Nya. Jika diperoleh sesuatu dari akhirat sebagaimana yang ada padaku tentu tidak hanya sampai pada diriku seorang, karena orang mulia itu tidak suka makan sendiri. Setiap orang yang memperoleh kemuliaan dari Allah maka tidak ada kata bakhil baginya.
Wahai Allah berilah rizqi untuk kami seperti yang telah Engkau rizqikan pada kaum lain.

Dan berilah kami kehidupan yang baik di dunia dan kehidupan yang baik di akhirat, dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.




Beramal dengan Al-Qur’an

Pengajian Syeikh Abdul Qodir al-Jilany

 Beliau berkata:
Hasan al-Basri pernah berkata : Rendahkan dunia karena dunia, demi Allah, tidak baik ia kecuali setelah dihinakan.”
Anak-anak muridku beramal dengan Al-Qur’an itu memperhentikanmu dari persemayaman-Nya, dan beramal dengan sunnah itu memperhentikanmu di persemayaman Rasulullah Muhammad saw. Engkau jangan henti-hentinya mengamalkan Al-Qur’an, setiap hari dan cita. Ia sebagai pengharum dan sumber peresapan kaum tasawuf. Karena rahasia mereka dan penghiasnya pada Al-Qur’an. Ia juga sebagai pembuka pintu pendekat. Ia pendampar, ia penyambung di antara hati rahasia dan antara Tuhannya. Kala engkau melangkah menujunya niscaya keceriaanmu bertambah.
Orang bodoh itu menanti kepastian lalu mencabutnya, sedang orang berilmu mengiringinya dan rela atas kepastiannya. Wahai orang miskin, engkau jangan menanti kepastian dan bersedih karenanya, sebab itu bisa membinasakanmu. Orang yang berbalut tekad adalah orang yang menerima kehendak Allah dan mengeluarkan hati (membebaskan hati) dari makhluk, lalu menuju Tuhan. Perjumpaanmu sepenuh hati, sirr dan hati keclmu, bila engkau bertahan tentu engkau mengikuti Allah, Easul-Nya dan orang-orang shalih. Jika engkau mampu membantu orang-orang shalih lakukanlah, karena mereka labeih baik darimu; di dunia atau di akhirat.
Seandainya engkau dapat menguasai dunia seluruhnya, sedang hatimu tetap tidak seperti hati mereka, tentu engkau tidak memiliki mutiara. Setiap orang yang berhati baik kepada Allah dan ia dikitari dunia dan akhirat, tentu bila menghukum orang awam dan khowas (orang-orang pintar) dengan ketentun hukum Allah.
Mana mungkin engkau bertali dengan mereka. Kamu, setiap citamu tidak lain hanya tertuju makanan, minuman, pakaian, kawin dan segala isian dunia, bahkan engkau juga rakus padanya. Bekerja yang seata-mata didasari perkara dunia bisa membawa kebatilan dalam perkara akhirat. Nabi saw. menjelaskan :
“Seungguhnya Allah mempunyai dua orang malaikat yang saban hari pagi dan sore selalu mengumandangkan panggilan : wahai bani Adam bersiap-siaplah untuk mati, bangkitlah untuk binasa dan berkumpullah untuk bermusuhan.”
Orang beriman tentu berniat baik dalam segala tindakannya. Ia tidak beramal di dunia ini tetapi justru membangun dunia untuk akhirat. Ia meramaikan masjid-masjid, madrasah-madrasah, pondok-pondok dan menuntun jalan kaum muslimin. Jika membangun tanpa tujuan ini, maka untuk keluarga, orang miskin, orang fakir dan tidak lebih dari itu. Ia mengerjakan ini hingga terbangun megah, baginya akhirat sebagai penggantinya. Jadi ia tidak membangun semua itu karena mengikuti tradisi berlaku, hawa dan nafsu. Jika anak Adam telah bersih seperti ini niscaya ia bisa menerapkan diri selalu bersama Allah dan hidup bersama Dia. Hatinya tetap berpagut dengan para Nabi dan Rasul. Terimalah apa saja yang datang darinya, baik dalam bentuk kata atau perbuatan, iman dan yakin. Maka tidak bisa tidak dunia dan akhirat berpagut dengan mereka.
Orang yang berdzikir – Allah – memulia hidup dengan peralihan dari satu kehidupan menuju kehidupan lain, tiada kata mati baginya kecuali sesaat. Bila dzikir telah bertempat dalam hati, dzikir yang demikian itu bisa langgeng (daam) kendati ia tidak berdzikir melalui lisan. Selagi hamba mempunyai dzikir yang daam (langgeng) maka kekal pula kesunyian bersama Dia, dan keridaannya bersama perbuatan-Nya. Bila tidak serasi dengan Al-Haq, dalam pengembalian diri di musim panas, kecuali musim panas itu tidak memanasi kita. Dan jika tidak serasi dengannya dalam musim dingin kecuali kita tersejuki oleh musim dingin. Keserasian keduanya itu mendatangkan siksa. Nah, demikian lukisan keserasian antara bala’ dan afat yang mendatangkan kesedihan, kesempitan, dan kesulitan, hati bosan, keluh kesah saat datangnya. Alangkah mengagumkan ketentuan atas manusia, dan alangkah indah keadaan mereka. Setiap apa yang datag pada mereka – dari Allah – menjadi penyembuh. Mereka di penglihatan orang banyak seperti Ashabul Kahfi di dalam gua mereka, sebagaimana dikatakan dalam porsi kebenaran mereka.
“(Sedang mereka dalam keadaan tidur) Kami balikkan mereka ke sebelah kanan dan sebelah kiri ......... (Qs.XVIII :18).
Mereka itu orang yang lebih berakal, mereka sama memikirkan apa pun yang datang dari Tuhan – dalam segala keadaannya – demikian cita mereka.
Celaka, engkau berbuat mengikuti perbuatan ahli neraka mengharap surga. Atas perbuatan ini sesungguhnya engkau  telah rakus yang tidak pada tempatnya. Engkau jangan terperdeaya oleh ketelanjangan dunia yang engkau sangka terjadi atasmu. Dalam waktu dekat hal itu niscaya akan ercabut darimu. Allah akan menelanjangi kehidupanmu hingga engkau tunduk.
Apa engkau kira dunia untukmu dan engkau beramal di sana menurut kemauanmu. Sama halnya afiat pun akan tertelanjangi darimu, kaya, aman, mulia dan segala yang ada padamu yang berupa nkmat juga tertelanjangi. Engkau jangan lari dari ketelanjangan itu, kendati selangkah. Karena bagaimanapun juga engkau mencarinya dan meminta darinya. Dus, segala sesuatu berupa nikmat yang kamu miliki hanyalah dari Allah. Maka mintalah pertolongan melalui perbuatan itu atas dasar taat.
Ada Ulama berkata : “bersegeralah menuju Allah melalui makhluk dan jangan berseimbang dengan mereka untuk Allah.” Tercerailah orang yang menceraikan-Nya dan terbesarilah orang yang berbesar.
Belajarlah untuk perimbangan dengan Allah melalui hamba-Nya yang shalih yang sama berimbang (muwafaq) bersama Dia.

Jangan Mempermasalahkan Rizki

Beliau berkata:
Engkau jangan bercita terhadap makhluk dengan dzikirmu, karena pencariannya kepadamu lebih berat daripada pencarianmu kepada-Nya. Bila engkau berhasil peroleh rizki hari ini, maka tinggalkan cita dengan pendapatan rizki di esok hari; seperti engkau tinggalkan hari kemarin dan pagi mendatang; tidak engkau ketahui, apakah ia membawa hasil bagimu atau tidak merepotkan dirimu dalam keseharianmu. Seandainya engkau mengenal Allah tentu engkau tidak terepotkan oleh pencarian rizki. Karena orang yang mengenal Allah segala lisannya berpagut dengan Dia.
Orang arif tak henti-hentinya menjaga lisan di hadapan Allah, sampai mengembalikan kedudukannya pada kebaikan makhluk. Kala menyampaikan kepada mereka terangkatlah mahkota dari lisannya hingga jadi fasih. Nabi Musa a.s. ketika masih jadi pengembala domba lisannya gagap, gopoh, tidak terang, tapi setelah Allah menghendaki kebaikan lalu dikuasakan cita kepadanya. Dalam Firman dikatakan :
“”Dan bukalah buhul (kelu) dari lidahku, sehingga mereka memahami bicaraku.” (Qs.XX:27:28).
Musa berkata : Ketika aku berada di tempat penggembalaan domba, aku tidak menghiraukan hal ini. Dan sekarang telah datang  kesibukan atasku bersama manusia untuk bicara kepada mereka. Yang aku maksud adalah mahkota emas yang meluncur dari lisanku, maka berangkatlah akidah dari lisannya. Saat itu Musa mampu bicara sembilan bahasa dengan fasih lagi bisa dipahami – menurut ukuran apa yang dibicarakan – selain itu Musa masih punya bahasa asli yang dibawa sejak kecil (bahasa cdal). Yaitu, kala ia masih kecil hendak bicara di hadapan Fir’aun dan Aisyiah, lalu Allah menyuapkan bara ke dalam mulutnya.
Anak-anak muridku, kuliht engkau amat sedikit berma’rifat kepada Allah, Easul-Nya dan sedikit mengenal para Wali-Nya, para pengganti Nabi, pra khalifah – perihal tingkah lakunya (hukuq). Engkau sunyi dari kebenaran. Engkau laksana sangkar tanpa burung, laksana rumah setelah roboh, laksana pohon yang kering dan berguguran daunnya. Hai manusia itu bisa hidup jika disertai Islam, kemudian diperkuat dengan hakikat, yaitu kepatuhan secara total – serahkan segala punyamu kepada Allah, terapkan kepatuhan dalam jiwamu, yang lain keluarkan darimu dan hatimu dan dari semua makhluk, lalu berhenti di hadapan Dia penuh telanjang (dari makhluk). Pabila Allah menghendaki tentu Dia memberi busana untukmu dan menghadapkan kepada makhluk melaksanakan perintah-Nya, seraya mendapat kerelaan Rasulullah saw. Kemudian tetapilah sambil menanti perintah yang dikehendaki-Nya – yaitu menetapi hukum-hukum yang berlaku. Setiap orang yang bertajrid selain untuk Allah dan berhenti di hadapan-Nya sepenuh hati dan rahasia, maka sungguh ia tuangkan dari lisan suatu kata sebagaimana yang dikatakan Musa a.s. :
“Dan aku lebih dahulu kepada Engkau, wahai Tuhanku! Supaya Engkaurihda.” (Qs. XX:84).
Singkri dunia, akhirat dan semua makhluk, pemutus persahabatan dan kosongkan keberadaan tuhan-tuhan; aku datang kepadamu segera, agar aku dapat kerelaan dan maghfirah.
Wahai orang debil, apa yang engkau punya untuk ini? Engkau hamba nafsu dunia dan keinginanmu, engkau hamba makhluk pemusyrik mereka, kamu engkau lihat mereka pemegang dlar dan naf. Di lain pihak terhadap sorga engkau berharap bisa memasukinya. Sedang neraka engkau takut memasukinya. Di mana engkau, dirimu terliputi kegundahan hati dan sedikit memperhatikan sesuatu.
Wahai sahay engkau jangan gelisah atas ketaatanmu apalagi sampai menaruh rasa kagum padanya. Pintalah Allah demi keterimaannya, takutlah jika sampai engkau tergeser pada yang lain. Mana sesuatu yang menjamin keamananmu yang dikatakan agar mentaatimu; jadilah maksiat, untuk kejernihan jadilah keruh. Siapa mengenal Allah tentu ia tidak akan berhenti bersama sesuatu dan tidak gelisah terhadap sesuatu. Tidakkah engkau bisa damai (aman) sampai dunia keluar darimu lalu mencari keselamatan agama serta memelihara apa yang ada di antaranya dan Allah.
Wahai manusia jagalah amal serta kebersihannya dengan hati ikhlas yang sempurna adalah menandaskan sesuatu semata untuk Allah. Adapun Ma’rifat (mengenal) Allah itu landasan pokok. Aku tidak melihat mayoritas manusia kecuali pendusta dalam bicara dan perbuatan, baik secara terang atau tersembunyi. Mengapa engkau tidak punya ketetapan kata serta perbuatan, juga perbuatan ikhlas tanpa tauchid. Segala sesuatu yang bermanfaat bagimu – yang engkau lakukan – dapat menerimamu dan diridloi Allah. Dalam waktu dekat engkau dapat membuka pinjamanmu di hadapan timbangan dan api yang membara. Dikaakan “inilah yang putih, inilah yang hitam, ini yang palsu” semua itu akan dibongkar secara teratur, di hari kiamat. Untuk semua amalmu dikatakan – yang telah dinafkahkan : “Setiap amal selain untuk Allah batal (sia-sia).
Beramallah, bercintalah, bertemanlah dan bercarilah kepada orang.
“Tiada sesuatu pun serupa dengan Dia, dan Dia Mahamendengar dan Mahamelihat.” (Qs. XLII : 11).
Jauhlah keadaan ini lalu konsis. Jauhkan semua ini dari-Nya selagi sesuatu itu tidak bisa dikompromikan dengan Dia, dan berkonsislah kepada Dia dengan sesuatu yang bisa dikompromikan dengan-Nya. Yaitu sesuatu yang diridloi dan diridloi oleh Rasul-Nya saw. Bila engkau laksanakan ini tentu lenyap rasa penyerupa atau keingkaran terhadap Tuhan; lepas dari hatimu.
Jalinlah persahabatan bersama Allah, Rasul-Nya, orang-orang shalih penuh rasa hormat. Bila engkau kehendaki keberuntungan, maka seseorang pun jangan mengharapkan kecuali dengan sopan, jika tidak demikian, maka engkau jangan datangi keutamaan yang telah engkau buang, dan tinggalkan keutamaan saat ini dan yang engkau baa ke mari. Jarang semua itu ada pada seseorang pemulya lagi beradab baik, yang datang dari akal serta kefahamanmu. Pemasuk itu tentu mengetahui apa yang dimasuki. Tukang roti tentu memahami rasa rotinya, desainer tentu memahami desainnya. Dunia sungguh membutakan hatimu, lalu apa yang bisa kamu lihat melalui hati. Takutilah dunia, ia hanya menjadi tempatmu sesaat yang menatihmu dan pada akhirnya akan menggorokmu. Karena itu takutlah.
Wahai pelayan, tiada untuk bagimu kendati engkau senang.  Dan engkau, wahai pemohon cinta Allah, engkau tiada ‘kan peroleh maksud itu jika engkau masih menaruh cinta Akhirat atau cinta sesuatu selain Dia. Orang yang mengenal Allah Allah itu cintanya tidak tertambat masalah ini, tidak pula terikat sesuatu selain Allah. Bila cinta telah sempurna karena Allah semata, dan nyata dunia yang diberikan untuknya situ selalu mencukupi dan ia telah sampai ke akhirat, maka segala yang tertinggal di belakangnya akan terlihat olehnya di pintu Allah. Ia mendahuluinya sampai ke sana, karena hal itu ia tinggalkannya karena Allah. Tidak berbeda para Wali-nya diberi sesuatu menurut pembagian yang berlaku untuk mereka. Tetapi tentang kelepasan hal itu, tuah hati pada batini dan tuah nafsu terletak pada lahiri. Sesungguhnya keuntungan hati tidak bisa di dapat keculai setelah ada pembatas nafsu. Bila engkau sanggup mencegah tentu pintu keberuntungan terbuka untukmu. Sehingga bila hati berkarya keberuntungan segera datang dari Allah. Maka rakhmat datang pada jiwa. Untuk hamba seperti ini dikatakan : Engkau jangan bunuh jiwamu, ia akan mendatanginya saat terjadi keberuntungan, maka ia pun memperoleh itu sedang ia tetap tenteram.
Tinggalkan orang yang membencimu di dunia, dan carilah orang yang menjauh darinya. Warna tentu bisa memenuhi selera warna itu sendiri. Keduanya saling berinteraksi. Manusia menyinta kepada orang yang mencintai sampai ia menemukan cinta itu berada di sampingnya. Orang-orang mencintai Allah, tentu dicintai-Nya, karena ia menaruh cintanya untuk Dia. Maka Dia mencentai mereka, menguasakan mereka dan menguatkan mereka di atas cinta orang lain. Mereka bertolong atas dasar seruan yang benar (Dakwah Al-Haq). Mereka menyeru untuk beriman, bertauhid dan berikhlas dalam beramal. Mereka memungut dengan tangan sendiri serta menyesuaikan diri di jalan Allah. Barang siapa melayani Dia tentu dilayani, siapa berbuat baik tentu disenangi, dan barang siapa memberi tentu diberi. Tapi jika engkau niat beramal untuk neraka tentu api akan menyambut kehadiranmu esok hari.
Amal yang engkau usahakan, menjadi milikmu sendiri. Engkau beramal menurut amalan ahli neraka, sedang engkau mengharap surga dari Allah. Bagaimana engkau bertamani (Mengaharpharap datangnya sesuatu yang tidak akan bisa diperoleh) Surga padahal engkau tidak melandasi amalanmu menurut ketentuan penduduk surga. Alangkah banyak manusia beramal dengan hati tanpa disertai organ tubuh. Cukuplah’ amal tanpa diserta tekanan hati manabisa disebut amal. Orang ikhlas itu beramal dengan dilandasi hati sebelum organ tubuh. Orang beriman itulah sebenarnya hakekat otang hidup, adapun orang munafiq itu hakekatnya orang mati. Orang beriman beramal semata karena Allah. Sedang orang munafiq beramal hanya karena manusia di samping untuk mencari puji dan hadiah. Orang beriman beramal meliputi lahiri dan batininya. Baik ketika sunyi atau dalam keramaian. Sedang orang munafiq sudah merasa cukup bila beramal dalam keramaian. Karenanya tiada keseuaian untuknya dari Allah. Ia juga tidak beriman kepada Allah, Rasul dan Kitab-Nya, ia tidak ambil peduli mahsyar atau hisab. Islamnya tentu hanya berupa Islam akuan atau karena harta, tentu ia tidak beriman akhirat. Tiada yang pantas bagi mereka selain siksa neraka.
Wahai Allah kami mohon perlindungan darimu dari segala masalah ini, kami mohon agar bisa melaksanakan ikhlas di dunia dan bersih di akhirat. Aamiin.
Anak-anak muridku, perihara-lah ikhlas dalam beramal. Luruskan padangan dan perhatikan amalmu; jika engkau mencari pengganti makhluk. Beramal-lah karena Allah – jangan karena nikmatnya. Jadilah seperti orang yang mencari ridha-Nya semata. Carilah ridha-Nya sampai Dia memberimu. Apa bila Dia memberimu berarti surga dunia dan akhirat engkau dapat. Di dunia bisa dekat dengan-Nya, di akhirat bisa melihat-Nya dan memperoleh balasan sebagaimana Dia janjikan.
Anak-anak muridku, serahkan jiwa hartamu pada kuasa dan kehendak Dia, serahkan jualan kepada pembeli; niscaya hari esok engkau diberi penghargaan.
Anak-anak muridku, serahkan jiwamu kepada Dia, katakan, bahwa segala isi jiwa, harta sorga hanya untuk-Mu dan segala selain-Mu untuk-Mu semata, kami tiada berkehendak sesuatu selain-Mu. Tetangga sebelum rumah dan teman sebelum berjalanan. Wahai orang yang berkehendak surga, kejelekan dan keburukannya, hari ini, bukan besok, hari ini lebih banyak parit untukmu dan air yang mengalir di sana, bukan esok.
Anak-anak muridku, kiamat itu mampu menggoncangkan hati dan pandangan. Yaitu suatu hari di mana di dalamnya diturunkan ketegaran diri, setiap orang berdiri di atas pijakan iman dan ketegarannya, konsttansi diri hanya bisa terjadi menurut ukuran iman. Di hari itu :
“ ............. pada hari oarng-orang bersalah menggigit tangannya.” (Qs. XXV :27).
Ya, para aniaya dan perusak sama menggigit tangannya. Bagaimana jadi perusak – bukan pembangun?
Anak-anak muridku, engkau jangan risau dengan amal, karena amal itu terletak pada akhir kehidupan. Periharalah, biasakan untuk tetap memohon kepada Allah agar memperindah akhir kehidupan dan mencabut nyawamu saat melaksanakan amal yang dicintai-Nya. Engkau jangan berkawan dengan nafsu, hawa, tabiat dan jangan membelakangi Tuhan, karena hal itu termasuk maksiat, jika engkau menentang Tuhan tentu engkau akan terhinakan dan tidak tertolong.
Wahai Allah tolonglah kami dengan usaha tunduk kepada-u dan jangan hinakan kami dengan laku maksiat kepada-Mu.
Berilah kami kebaikan hidup di dunia dan kebaikan hidup di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.

Jihad Terhadap Hawa Nafsu Dan Syaetan

Beliau berkata:
Allah telah memberikan untukmu berupa dua jihad/perlawananan; lahiri dan batini.
Adapun batini usaha untuk memerangi nafsu, hawa, tabiat, setan, bertaubat dari maksiat; tetap memuliakan-Nya dan meninggalkan syahwat yang diharamkan.
Sedang yang berbentuk lahiri yaitu : usaha untuk memerangi orang kafir yang menentang Allah dan Rasul-Nya, menahan kekuatan senjata mereka; baik berbentuk pedang, panah dan tombak untuk membunuh mereka, karena jika engkau biarkan mereka pasti akan membunuhmu.
Dari dua bentuk jihad tersebut, jihad batini ternyata menempati posisi yang lebihberat daripada yang berbentuk lahiri. Karena hakekatnya ia sebagai penahan nafsu keharama, perobahannya dan menetapi perintah-perintah syara’ serat mencegah larangan-Nya. Maka barang siapa menetapi perintah Allah dalam kedua jihad itu niscaya ia peroleh keutamaan dunia dan akhirat. Luka yang ada pada tubuh orang yang mati syahid itu laksana bercantuk darah dalam tanganmu, itu tidak sakit, dan mati dalam kebenaran jihad untuk dirinya itu menjadi penebus dosa laksana di dahaga meneguk air dingin.
Wahai manusia, imanilah Al-Qur’an, beramal-lah menurut ketentuannya, ikhlaslah dalam beramal. Engkau jangan mempertonjolkan amal, jangan munafik atas amalmu, jangan cari puji dan makhluk atau pengganti dari mereka. Karena itu, sedikit amat orang yang ikhlas, dan berapa banyak orang munafiq. Alangkah malas engkau tuntuk kepada Allah, tetapi konstan tunduk di bawah musuh-Nya dan musuhmu “setan terlaknat”. Orang itu suka berharap agar tidak lepas dari beban yang diberikan oleh Allah. Sungguh perlu engkau mengerti bahwa, sabar atas beban, qodlo dan qodar itu amat lebih baik dibanding isi dunia dan akhirat yang diserahkan kepadamu untuk bertasawuf. Sesaat bersabar, sesaat bersyukur, sesaat dekat sesaat jauh, sesaat kaya sesaat fakir, sesaat sehat sesaat sakit, setiap amniah mereka itu menjaga mereka bersama Allah. Demikian suatu hal terpenting bagi mereka.
Anak-anak muridku,  jadilah orang benar, tentu engkau baik, jadilah pembenar dalam hukum tentu engkau baik dalam keilmuan. Jadilah kebenaran dalam sirr (rahasia) tentu engkau benar dalam kenyataan. Setiap selamat yang ada dalam ketundukan kepda Allah, yaitu sebagai perwujudan dari pelaksanaan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya dan sabar atas keputusan-Nya. Barang siapa menuruti Allah niscaya Dia mengabulkan pintanya, dan siapa tunduk kepada Allah, niscaya orang akan tunduk kepadanya.
Wahai manusia kemarilah karena aku membawa nasihat bagimu. Aku pemihak diriku dan kamu meliputi segala apa pun yang diriku ada di sana. Aku berpihak Dia. Apakah engkau hendak bebas dari kehendak Allah sebagaimana yang berrlaku padaku dan kamu. Janganlah menuntut aku, karena aku butuh kamu seperti engkau buruh diriku. Nabi saw. bersabda :
“Tidak terbilang sempurna iman seseorang beriman sehingga ia memenuhi kehendak saudaranya muslim seperti ia memenuhi kehendaknya sendiri.”
Nah, demikian realisasi kata pemimpin kita dan pembersar kita, pendahulu para Nabi dan Rassul serta orang-orang benar sejak Adam sampai kiamat. Sungguh ternafikan kesempurnaan iman bagi orang yang tidak memenuhi pangilan saudaranya muslim seperti ia memenuhi kehendak sendiri. Jika engkau cintai dirimu sendiri tentu engkau pilihkan sebaik-baik makanan, sebagus-bagus pakaian, seindah-indah kediaman, secantik-cantik paras dan sebanyak-banyak harta untukmu sendiri. Tetapi cintamu  kepada saudaramu yang muslim kebalikan semua itu. Maka betapa engkau mendustai akan pengakuan beriman sempurna. Wahai orang yang jarang berkhayal, ini menjadi bagian tetangga muslim, dan engkau sendiri termasuk keluarga muslim. Engkau punya harta, maka wajib zakat untuknya, bukankah saban hari engkau peroleh untung yang berlimpah. Juga engkau punya kemampuan yang bertambah melebihi jatah kemampuan yang engkau butuhkan. Tapi mengapa engkau tidak memberikan untuk mereka. Padahal mereka rela memikul kefakiran. Namun bilaman nafsumu, hawa, setan pengendali dirimu tetap membelenggu jangan harap engkau bisa lolos dangan mudah demi mendahulukan perbuatan bajik. Rupanya engkau pemuja dirimu sendiri, harta, makhluk sekitarmu dan sesuatu yang engkau miliki. Siapa berbesar cinta dunia atau lebih kuat sifat loba dunia, tetapi lupa mati dan perjumpaan dengan Allah, tidak butuh memisahkan antara halal dan haram, sungguh ia disamakan dengan orang-orang kafir; sebagaimana ucapan mereka :
“Kehidupan ini tiada lain hanyalah kehidupan dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa.” (Qs. XLV :24).
Tampaknya engkau seperti bagian mereka, bedanya engkau mengaku Islam dn darahmu terjamin oleh dua kalimat syahadat, dan mensejajarkan diri bersama kamu muslimin dalam shalat dan puasa, sebagaimana tradisi kebajikan mereka.
Engkau tampakkan dirimu kepada manusia seakan bertaqwa sedang hatimu cenderung jahat. Hal itu sama sekali tidak berguna bagimu.
Wahai manusia, mana saja sesuatu yang bermanfaat bagimu; lapar dan dahaga di siag hari, tapi di malamnya engkau buka dengan makanan haram. Tampak engkau puasa di siang hari, tapi bermaksiat di malamnya. Wahai pemakan haram, engkau tahan dirimu minum di siang hari tapi engkau sama buka dengan darah kaum muslimin. Tak jarang di antaramu berpuasa tetapi berlaku fasiq di malam hari. Nabi bersabda :
“Tidak akan terhinakan umatku atas sesuatu yang mereka agungkan di bulan puasa.”
Pengagungannya adalah dengan laku taqwa di bulan itu, dan puasanya semata karena Allah, serta giat memelihara hukum-hukum syariat-Nya.
Anak-anak muridku puasalah, bila tiba saat berbuka berikan sesuatu yang engkau gunakan berbuka kepada orang fakir. Engkau jangan makan sendiri. Siapa makan sendirian tidak mau mendermakan yang sebagian kepada yang membutuhkan berarti ia takut jika fakir.
Wahai manusia engkau berkenyang diri sedang tetanggamu lapar. Engkau mengaku mukmin, tapi imanmu tidak bersih. Engkau banyak kuasai beraneka makanan sampai engkau dan keluargamu jadi terpandang. Namun ketika ada pengemis berdiri di depan pintumu engkau usir secara kasar. Dalam waktu dekat engkau akan ketahui beritamu, dan tak lama lagi engka akan berlaku seperti itu, kemudian engkau juga ditolak seperti engkau menolak pengemis itu.
Engkau jangan berdiri seperti itu, mengmbil apa yang ada di hadapanmu dan membiarkannya terkumpul di antara dua keadaan. Tawadlu’ itu seharusnya engkau jadikan tempat berpijak, dan memberi itu seharusnya asli dari hartamu. Nabi kita mUhammad saw. itu selalu memberi peminta dengan tangannya sendiri, memerah sendiri susu kambingnya dan menjahir bajunya sendiri. Barang siapa mengaku pengikut setia beliau, sedang engkau jauh berbeda dengannya; baik kata atau tindakan. Demikian ucapan untukmu jika engkau datang sambil membawa syariat Islam – jika tidak jangan mengaku “aku orang Islam”. Peliharalah ketentuan-ketentuan dan hak-hak Islam; yaitu penyerahan diri totalitas di hadapan Allah.
Jalinan belas kasih antar sesama manusia sehingga engkau dikasihani para penduduk langit. Dikatakan selagi engkau masih berdiri bersama  nafsu tidak akan sampai ke maqam ini. Selagi engkau masih menjalin bahagian darinya berarti engkau masih berada dalam batasan-nya; yaitu menjaga kehendak dan mencegah keberuntungannya, dengan cara menjalin kebenaran menurut kelestariannya, dan menjalin hubungan dengannya agar tidak terjadi kerusakan. Adapun haknya adalah sesuatu yang harus terealisir, berupa makanan, pakain, minuman dan tempat tinggal, kelezatan dan syahwat. Maka cabutlah haknya sebagaimana ditentukan syara’. Setiap pembagian yang menjurus pada kemampuan untuk menggali ilmu Allah; maka pemberian yang demikian itu tidak haram. Duduklah pada pintu syara’, biasakan melayaninya niscaya engaku beruntung. Engkau dengarAllah swt telah berfirman:
“Apa yang datang dari Rasul, maka ambillah dan apa yang dilarang darinya, hindarilah.” (Al-Hasyr : 7)
Terimalah dengan riang dan ringan, dan benamkan dirimu padanya. Jika banyak yang anda dapat dari kepastianNya, sebagaimana ilmuNya, maka disanalah anda berada. Jika anda menerima dengan gampang, anda tidak akan hancur, bahkan tak akan pernah luput dari anugerah pemberianNya.
Hasan al Bashri berkata, “Cukuplah bagi orang beriman, sekadar makanan ringan, cukuplah kurma jelek dan seteguk air.”
Orang beriman itu makan untuk kekuatan tubuh, orang munafik makan untuk menikmati makanan. Orang beriman mengkonsumi makanan karena ia butuh kekuatan melintasi jalan menuju tempat, dimana tempat itu justru seluruh kebutuhannya tercukupi, karenanya ia makan hanya sekadar kuat saja. Sedang orang munafik memang tidak punya tempat, tidak punya tujuan hidup.

 Betapa banyak hari-hari dan bulanmu teledor. Usiamu kalian potong tanpa manfaat. Aku melihat kalian tidak teledor dengan duniamu, sementara kalian teledor dengan agamamu. Berbaliklah, kalian akan berpijak pada kebenaran.

Dunia tidak akan abadi bagi siapa pun, begitu pula bagimu. Apakah kalian masih punya harapan hidup bersama Allah Azza wa-Jalla?

Oh betapa minimnya pikiranmu. Betapa banyak orang menumpuk dunianya, membangun dunianya, sementara di satu sisi ia merobohkan bangunan akhiratnya, dengan mengumpulkan dunia dan membuang agamanya. Benar-benar dramatik terjadi antara dirinya dan Allah Azza wa-Jalla, ia malah mendendam kepada Tuhannya dan lebih ridlo kepada makhlukNya. Kalau dia tahu bakal mati dalam waktu dekat, hadir di hadapanNya, ia pun juga dihisab atas seluruh perbuatannya, maka tidak ada yang banyak dari jumlah amalnya.
Dari Luqmanul Hakim ra, berkata pada putranya, “Wahai anakku, sebagaimana engkau sakit, kalian tidak tahu bagaimana tiba-tibanya penyakit. Demikian pula kalian mati dan kalian tidak tahu bagaimana anda nanti mati.”Aku peringatkan pada kalian dan aku hindarkan kalian. Tapi kalian tidak pernah perhatikan, tidak pernah menghindari. Kalian malah lenyap dari kebaikan sibuk dengan dunia. Sebentar lagi anda tua, dan dunia tidak ada gunanya, bahkan semua yang anda kumpulkan jadi bebanmu.Anak-anak sekalian, semestinya kalian menanggung tugas dan memutuskan kejahatan. Kalimat kejahatan akan bercabang, jika kalian bicara, lalu saling bersahut, datang pula kalimat sepadannya, lalu hadir keburukan diantara kalian. Hanya sedikit makhluk yang mengajak ke pintu Allah Azza wa-Jalla, dan mereka ini sebagai bukti dan argument kebenaran atas mereka. Jika khalayak tidak menerima, maka kaum mukmin akan meraihnya sebagai nikmat, tapi derita bagi kaum munafik, mereka ini adalah musuh-musuh Allah Azza wa-Jalla.
Ya Allah semoga Engkau berikan kebajikan bersama Tauhid, dan sirnakan kami dari makhluk dan selain DiriMu secara total.
Wahai orang yang bertauhid, wahai orang yang masih musyrik, sesungguhnya di tangan para makhluk itu tak berarti apa-apa. Sebuah kemuliaan di mata penguasa, para raja, orang-orang kaya, semua itu hakikatnya di tangan Allah SWT. Hati mereka berada di TanganNya, terserah Dia membolak balikkannya.
”Tak ada sesuatu pun yang menyamaiNya, dan Dia Maha Mendengar dan Melihat.” (Asy-Syuuro : 11)
Jangan manjakan dirimu, ia bisa memakan jiwamu, seperti orang yang mendidik anjing dan memanjakannya, suatu ketika lengah anjing itu akan memangsanya pula. Jangan kau andalkan senjata nafsumu dan jangan pula mengasah ketajamannya, karena akan mengenai dirimu di wadah kehancuran ketika nafsu mengkhianatimu. Potonglah isi nafsu dan jangan melewati syahwatnya.

Ya Allah tolonglah kami atas nafsu-nafsu kami.

Wahai Tuhan kami, berilah kami kehidupan yang baik di dunia dan kehididupan yang baik di akhirat, dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.

Takut kepada Alloh

Pengajian Syeikh Abdul Qodir al-Jilany
Selasa sore 18 Dzulqoidah tahun 545 Hijriyah di Madrasah,

Beliau berkata:
Demi Al-Haq, seandainya dia tidak ciptakan surga dan neraka tentu aku tetap mengharap dan takut Dia.
Tunduklah kepada-Nya untuk mencari ridla-Nya. Jagalah sesuatu yang diberikan dan yang menyebabkan sika. Taat kepada Allah adalah melaksanakan segala perintah dan menghentikan apa yang dilarang serta bersabar atas keputusan-Nya. Taubatlah, menagislah dan hadapan-Nya, rendahkan dirimu dengan derai air mata sepenuh hati. Tangis dirimu penuh cinta dunia dan akhirat, jadikan cinta-Nya sesuatu hal terpenting bagimu – itu harus engkau terapkan atas dirimu – karena ia membawa manfaat bagimu.
Wahai manusia dirimu mengaku Tuhan, berita apa yang engkau terima sampai engkau berbesar diri kepada Allah. Selain itu engkau juga berkehendak selain yang dikehendaki, bahkan engkau cinta musuh-musuh-Nya; setan terkutuk” Jika putusan Dia telah tiba engkau bertolak tidak sabar, bahkan engkau lari dan mencabut apa yang menjadi kehendak-Nya; berupa penyerahan diri secara total. Sungguh demikian ini tidak membawa manfaat bagimu.
Anak-anak muridku, tradisikan takut dan beragam sampai engkau sanggup menjumpai Tuhanmu. Meneguhkan pijakan hati di hadapan-Nya. Bubuhkan tanda keserahan dalam tanganmu, karena hal itu lebih seyogya bagi penyerahan dirimu. Bila engkau merasa terlindungi maka teguhkan kepada-Nya. Karena bila sesuatu telah dianugrahkan itu tidak akan terulang kembali di sana. Allah, bila memilih seorang hamba jadi baik niscaya ia perdekat dengan-Nya. Ketika ia sedang terselimuti rasa takut sesutu disampaikan untuknya – sesuatu yang tidak bisa lenyap, bahkan hati, rahasianya jadi tenteram. Maka jadilah hal itu ada di antaranya dan Dia.
Celaka, wahai si bodoh, engkau berpaling dari Allah dan mengosongkan diri di balik hatimu, tetapi sibuk melayani sesama makhluk. Orang yang giat melayani Tuhan hatinya dengan Dia. Ia mencoba untuk mengenalnya, maka ia pun mengenalnya, juga ia mengetahui siapa-siapa yang mengenal Dia. Jika orang mengenal Tuhan, berhasil menumbangkan nafsu, tabiat, setan dan suci dan bersih dari dunia, maka baginya dibukakan pintu pendekat dengan-Nya; untuk mencari kesibukan amalanyang dikerjakan untuk Dia semata. Baginya dikatakan, kembalilah di belakangmu, dibukakan untuk membantu makhluk dan tunjukan mereka kepada kami. Bantulah para pencari Kami dan murid yang menuju kepada kami. Tautkan antara cahaya dengan gulita sampai lekat dengan jiwa. Karena ia merusakmu. Kebanyakan manusia cenderung mendahulukan isteri-isteri atau anak-anaknya daripada mendahulukan ridla Allah. Sesungguhnya  aku melihat gerak menuju kedamaian; setiap tujuanmu, isterimu dan anakmu dan apa pun yang datang dari Tuhan itu hanya fatamorgana.
Orang sempurna dalam kemanusiaannya adalah mereka yang berusaha beramal tidak untuk apa pun kecuali Allah. Sungguh telah buta mata hatimu, dan keruh kejernihan rahasiamu. Rupanya engkau tertutup dari Tuhan, sehingga apa yang engkau miliki hanya klise. Karena sebagian Arifin berkata : “celaka amat bagi orang-orang tertutup, yaitu orang yang tidak beramal, karena sesungguhnya mereka telah tertutup.
Sadarilah dalam usia mudamu di hadapan cermin yang retak, sedang engkau masih makan makanan haram tanpa engkau sadari, yang demikian karerna kebusukan yang menyelimutimu serta pengolahan nafsu sahwat dan ketinggian sifat lobamu teramat kuat. Tidak lama lagi tradisi burukmu terntu terputus, hancurlah! Sayang, setiap coba untukmu hanya menjauhkan dirimu dari Tuhan, justru memperdekatmu kepada yang lain. Firman Allah :
Sesungguhnya hal yang demikian itu menjadi pengajaran bagi siapa yang mempunyai hati, atau mempergunakan pendengarannya dengan hati-hati.” (Qs. L:37).
Perputaran pikir itu menuju hati dan perputaran hati itu menuju rahasia dan perputaran sirr (rahasia) itu menuju fana.” Dan perputaran fana’ menuju wujud.
Adam a.s. dn para Nabi bagi mereka tetap mempunyai  syahwat atau kesenangan, hanya amereka mampu mengimbangi nafsu dan mencari ridla Allah. Adam a.s pernah alap terhadap satu syahwat yaitu kala masih berdomisili di surga, lalu ia diturunkan ke satu tempat, kemudian ia bertaubat dan tidak mengulangi perbuatan itu lagi. Kendati syahwat Adam a.s. itu terpuji, karena ia mencari agar tidak jauh dari Allah. Dan para Nabi-Nya tidak pernah berhenti menyaingi nafsu tabi’at dan syahwat, sampai mereka bisa menyamai Malaikat menurut sudut keberadaannya. Disebabkan banyaknya bermujahadah dan penderitaan jiwa. Para Nabi Rasul dan para wali adalah tipe orang yang sabar, demikian halnya dirimu karena itu bersabarlah.
Wahai hamba Allah bersabarlah atas hantaman nafsu, karena dalam waktu dekat engkau akan mampu membalas hantaman itu bahkan membinasakan dan merampas kebendaan mereka serta mengambil alih mahkota kekuasaan dan menutup politiknya.
Anak-anak muridku berjihadlah, sesungguhnya kamu tak menganiaya seorang pun jika niatmu suci. Setiap orang tidak punya hak kecuali setelah mendapat perintah syara’, jika perintah itu ada maka jihadmu termasuk ibadah. Orang berakal, orang terpuji dan orang benar telah ditiupkan dalam bentuk mereka dan diberlakukan kiamat atas jiwa mereka, dinaikan dari dunia dengan cita mereka lalu melintasi sirat dengan kebenaran mereka. Mereka berjalan dengan hati sampai terminal di surga. Mereka berhenti di tepi jalan sambil berkata : kita jangan makan, kita jangan minum – seorang pun – karena orang mulia itu tidak makan sendirian, maka surut kembalilah mereka menuju dunia; yaitu untuk mengajak manusia agar bertaat kepada Allah dan memberi kabar tentang apa yang ada di sana, maka perkara-perkara itu pun dipermudah untuk mereka; berupa kekuatan iman dan kesanggupan takwa. Segala apa yang diberikan  oleh Allah tampak jelas dihatinya; yakni berita tentang kiamat; ia juga melihat surga neraka dan apa saja yang berada di dalamnya. Ia melihat mereka beraneka macam bentuk ciptaan dan Malaikat yang sama bertawakal. IA meliaht bayangan sesuatu laksana melihat dunia beserta bayangannya. Ia melihat ciptaan seperti kuburan yang berjalan; apabila melalui kubur tampak jelaslah peristiwa apa yang ada di dalamnya, baik nikmat atau siksa; ia melihat kiamat dan apa saja yang terjadi di hari itu. Ia meliaht rakhmat Allah dan siksa-Nya, ia melihat para Malaikat berjajar berdiri, para Nabi dan Rasul, para badal para wara’ berada dalam urutan mereka, ia melihat penduduk surga saling berkunjung dan penduduk neraka saling bermusuhan. Siapa baik pandangannya nisacaya mampu menembus hati manusia – dengan pandangan mata kepalanya, sedang mata hatinya mampu menembus perbuatan Allah atas manusia; ia melihat pergolakan dan ketenangan atas mereka. Nah, inilah yang disebut pandangan mulia yang hanya bisa dilakukan oleh para wali Allah. Orang semacam ini bisa memnadang manuisa tampak sifat lahirinya dari pandangan mata kepala, dan tampak sifat batininya dari sudut pandang mata hati, sedang untuk memandang Tuhan dengan mata sirr-nya. Siapa melayani, maka dilayani, bila kedatangan kehendak Allah ia menerima, ia tetap mengembannya kendati membawanya ke darat atau samudera, ke pantai atau ke puncak, tidak perduli makannya pahit atau manis, terminalnya pada kemuliaan atau kebinasaan, kaya atau fakir, sehat atau sakit, ia tetap berjalan bersama kehendak Allah, sehingga apabila mengetahi kehendak itu sesungguhnya ia telah turun atau di kendaraan; lalu berkendaraanlah ia, melayani dan tawadlu’ – yang demikian karena dekatnya kepada Allah serta pemujaannya atas-Nya.
 Semua  itu semata terjadi karena persaingan dengan nafsu hawa tabiat setan dan teman buruk dapat dimenangkan dengan gemilang.
Wahai Allah limpahkan rizqi untuk kami sejalan menurut ketentuan-Mu dalam segala keberadaan ini.

Bicara Tanpa Disertai Perbuatan

Pengajian Syeikh Abdul Qodir al-Jilany
Jum’at pagi 21 Dzulqoidah 545 Hijriyah di Madrasah, Beliau berkata:
((((
Wahai penghuni negeri ini, sungguh amat banyak sikap munafik terjadi, justru amat sedikit orang ikhlas, amat banyak orang bicara tanpa disertai perbuatan, tanpa amal; sedikit pun itu tak berimbang; bahkan  hal ini laksana hujah tanpa penyanggah. Bicara tanpa amal seperti rumah tanpa pintu, laksana tabungan tanpa pengeluaran dan seperti pengakuan pribadi tanpa bukti. Gambar tanpa ruh hanyalah patung yang tak punya tangan kaki dan kekuatan. Besarnya amalmu semisal raga tanpa nyawa, sedang nyawa itu gambaran ikhlas tauhid dan ketegaran menekuni Kitab Allah di samping sunnah Rasul-Nya. Janganlah kau lupakan perintah dan larangan, patuhilah kepastian Allah.
Cobaan dan rintangan yang datang kepada suatu kaum itu seperti bila datang kepadamu; di antara mereka ada yang sabar juga ada yang menjauh dan mengeluh. Di antara syarat cinta kepada Allah itu terletak pada ketiadaan iradah (kehendak) dalam jiwa dan tidak terepotkan oleh dunia, akhirat atau makhluk lain. Mahabbah kepada Allah bukan suatu hal yang mudah; ia baru terlaksana sampai seseorang mampu meninggalkan manusia kedanti tetap masih jauh dari-Nya; dan berapa pula orang yang tidak berbuat seperti itu tetapi dekat dengan-Nya. Janganlah suka menghina orang Islam karena ia exsistensi sirr (rahasia-rahasia) Allah – yang menyebabkan keputihan jiwa mereka. Rendahkan dirimu jangan berbesar diri di hadapan hamba-hamba Allah; kenanglah sifat pelupamu, rupanya dirimu dalam kelupaan yang sangat; seakan kamu telah merasa cukup dan mampu melintsi shirat lalu melihat tempatmu di surga. Betapa besar penipuan ini; setiap orang telah berlaku maksiat kepada Allah dengan pelbagai kemaksiatan; ia tidak perduli hal itu, tidak pula mau bertobat; ia menduga bahwa hal itu sebagai teman sejak semula; demikianlah yang tertulis dalam bukumu dengan mencantumkan waktu dan peristiwanya, pencukupan datau penyiksaan tergantung sedikit banyak perbuatan itu.
Bangunlah wahai pelupa; jagalah wahai penidur; pelaingkan kepada Allah; siapa amat kuat maksiatnya tapi tidak bertaubat atau menyesal sungguh ia datang dengan tujuan kafir.
Camkanlah : Rizki menurut ketentuan pembagiannya, jika sudah terbagi ia tidak bertambah atau menyusut, tidak bisa dipercepat atau diperlambat. Rupanya engkau masih ragu jaminan Allah; betapa engkau loba mencari sesuatu yang tidak didbagikan; kebodohanmu hanya mencegahmu agar datang kepada Ulama, sedang penyaksianmu suatu kebaikan yang hanya menakutkan dirimu jika sampai mengurangi keuntunganmu,
Renungkan, siapakah yang memberi makan dirimu kala masih berada dalam perut ibumu? Setelah lahir, anehnya engkau bergantung atas diri sendri dan orang lain, uangmu, pedaganganmu, serikatmu dan pemimpin negerimu. Setiap orang yang bergantung kepada mereka maka kau pertuhankan; setiap orang yang kau takuti atau kau harap maka kau pertuhankan; setiap orang yang kau lihat berkait dengan dlar (sengsara) dan Naf’ (manfaat) dan kau tidak lihat bahwa Allah berlku atas dirimu maka kau ertuhankan; sedikit amat kau ketahui rahasiamu. Tunggu, niscaya Allah akan mencabut pendengaran, penglihatan, keperkasaan, hartamu dan seluruh ciptaan yang mengeraskan hati mereka atasmu dan mengokohkan kuasa mereka atasmu, memperhinakan dirimu di masa tuamu, mengunci pintu di hadapanmu dari satu pintu yang tembus ke pintu lain tanpa memberi sesuatu makanan sedikit pun padamu; jika engkau menyerunya niscaya tak akan di dengar. Semua ini sebab syirikmu kepada-Nya dan penggantunganmu bukan kepada-Nya, pencarian nikmat selain kepada-Nya dan permintaan tolong melalui jalur maksiat.
Nah, demikian yang terlihat berbagai jenis itu terjadi, sedang hal itu menjadi tidak yang wajar bagi pelau maksiat. Tetapi di antara mereka tetap terdapat sosok manusia bila melihat perrkara disusul taubat; maka untuknya Allah memandang dengan rakhmat, amalannya dengan kemuliaan dan kelembutan.
Wahai makhluk Allah bertaubatlah, wahai ulama; wahai fuqoha, wahai ahli zihud, wahai ahli ibadah, tiada di antaramu kecuali orang yang butuh daku sebagai jalur pertaubatan orangtua-orangtuamu. Bila pada usia permulaan dirimu merasa berat terbukalah bagiku pada akhirnya – menjelang matimu; bila engkau ragu atas pendapatan harta seseorang maka tunggulah keluarganya. Bila terdapat nafkah yang dikeluarkan kepada sanak keluarga, kaum fakir serta kebaikan lain maka bisa diketahui harta tersebut bersumber dari yang halal.))))))0



Anak-anak muridku setiap sesuatu yang kau lihat dari arah kebikan, sedang kau mencintainya, maka hal itu sebagai cinta yang kecil, karena kau masih berjinak dengannya. Cinta sejati adalah cinta yang tak menggoyahkan cinta Allah; karena ia dilihat melalui mata hati, itulah cinta kaum shiddiqun ahli ruhani; cinta mereka bukan sekedar iman, bahkan disertai yakin; kalau mata terbuka dari tabir penutup mata hati, maka mereka pun mampu menembus apa yang ada dalam ghaib atau melihat sesuatu yang tidak mungkin mampu disingkap orang lain.
Wahai Allah limpahkan kepada kami cinta-Mu bersama ampunan dan afiat; kamu akan tinggal di dunia sampai batas waktu yang ditentukan Allah, tidak seorang pun mampu menolak jika sudah dilimpahkan untukmu. Saat izi datang kepada orang yang menguasainya itu menyebabkan ketaqwaan atas sesama manusia dan runtuh akal mereka sedang engkau tersenyum bersamanya, engkau tawakan orang yang mencari sesuatu yang tidak dibagikan Allah, dan sebagian lagi ada orang yang mencari bahagianya tanpa mendapat izin dari Allah.


Wahai manusia teramat pagi engkau menerima nikmat Allah ketika berada dalam perut ibumu, setelah di lahirkan kamu diberi kesehatan, kekuatan, keperkasaan dan memberi rizki berupa taat kepada-Nya menjadi Muslim pengikut Nabi Muhammad saw. Jika engkau merasa nikmat datang darinya lenyaplah kecintaan terhadap makhluk dari hati; berubah menjadi arif kepada Allah, mencitai-Nya, melihat dengan mata hati kepada-Nya; dari jalur ini engkau bisa melihat ihsan dan isa’ah (baik dan buruk) bersumber menurut penjelasan-Nya, tidak tetap pandangan orang-orang yang berbaik kepada-Nya dan keburukan yang datang dari manusia. Bila tampak ikhsan dari mereka ia melihat bahwa hal itu terjadi karena ketentuan Allah, dan jika isa’ah tampak dari mereka, maka ia lihat hal itu terjadi karena penerapan Allah dalam pandangannya berpindah dari ciptaan kepada Sang Maha Pencipta, bersama dengan peristiwa itu ia dilimpahi syara’ hak Allah – dan tidak menertawakan hukum-hukum-Nya.
Hati orang-orang arif tidak bergeming berloncat-loncat dari satu tingkah ke tingkah lain, praktis, sehingga kezuhudannya terhadap ciptaan semakin bertambah kuat, lalu meninggalkan mereka berpaling dari mereka sebaliknya amat suka Allah sembari memperkuat ketaqwaan kepada-Nya. Segala sesuatu yang terambil dari makhluk sama lenyap lalu sumber pengambilannya itu tetap dari Allah. Akal yang berserikat semakin terpateri antar dirinya dengan ciptaan bahkan ditambah akal lain yaitu akal pelimpahan Allah.
Wahai pemburu makhluk, wahai pemusyrik mereka; takutlah jika mati datang menimpamu sedang dalam jiwamu terdapat sesuatu; Allah tidak akan membuka pintu-Nya untuk rukhmu dan Allah tidak akan melihatnya, karena ia berbuat durhaka setiap kali menggantungkan kemusyrikan kepada-Nya.
Peliharalah kesunyian (khalwat) dari cengkeraman nafsu, dari makhluk, kemudian khalwat dari dunia, lalu kahlwat dari akhirat, kemudian khalwat dari selain Allah. Bila engkau berkehendak kahlwat bersama Allah, maka kosongkan dirimu dari segala perwujudan dan per-anganan-mu.

Celaka kamu, Engkau duduk dalam tempat sujudmu sedang hatimu melayang-layang menyinggahi makhluk sambil menanti kedatangan mereka dan pemberriannya. Sia-sialah masa ibadahmu, sama artinya kau jadikan untuk dirimu gambar tanpa arti.
Janganlah dirimu mengikuti sesuatu yang tidak mengikutkan Allah; jika tidak ada ikatan dari Allah dan tidak sebagai ketentuan-Nya atasmu bukanlah dari ciptaan. Bila engkau ingin sesuatu bergegaslah ke sana, jika kau tak punya batin yang bersih atau hati yang sunyi, selain kepada Allah maka pengasingan diri itu tak membawa manfaat.

 Usir rasa cinta dunia dari hati

Beliau berkata:
Ada seorang bertanya : Bagimana aku harus mengusir rasa kecintan dunia dari hatiku? Beliau (Abdul qadir) menjawab : perhatikanlah kegoncangannaya beserta tuhan-tuhannya, dan bangunan-bangunannya, bagaimana engkau berhilah kepada mereka, bertuhan mereka dan surut ke belakangnya, lalu memperlambat mereka dari satu derajat ke lain derajat hingga kedudukanmu terpandang di mata manusia dan berlenggang di muka mereka memperlihatkan harta kekayaannya serta keajaiban-ajaibannya; maka suatu ketika mereka bergelanyut bergembira atas kedudukannya yang tinggi; kehidupan mereka baik dan pelayanan untuk mereka sempurna; pabila mereka tercabut terpateri tebenam dan terlempar dari belenggu ketinggian derajat  di atas-atas tempat fital mereka, maka menyebabkan keterputusan mereka kegoncangannya dan kehancurannya, sedang ia berhenti sambil menertawakan dirimu dan iblis berada di sisinya tertawa juga bersamanya.
Nah, demikian lukisan tindak tanduk sebahagian besar para pemimpin dan orang kaya sejak masa Adam sampai hari kiamat? Dengan demikian ia terangkat lalu dijatuhkan, didahulukan lalu dikessampingkan, diperkaya kemudian dipermiskin, didekatkan lalu dijegal. Keganjilan merak adalah terletak pada manusia yang menyerahkan dirinya mengalahkan, dan tidak mampu mengalahkannya, menolong dan menerima keburukannya, yang menerima keburukan di samping takut akan tipu dayanya.
Peminta, jika kamu menatap sesuatu dengan mata hatimu sampai batas keburukan dunia tentu kau mampu mengeluarkan dunia dari hati, tetapi  jika keu tetap dunia hanya mengunakan mata kepala tentu tertipu oleh warn warni yang menghias keburukannya, sudah barang tentu kau tidak akan pernah mampu mengusir dunia dari hati dan berzuhud di dunia, padahal dia membunuhmu seperti pra pembunuh; perangi nafsu sampai tenteram benar, jika kau merasa tenteram niscaya kau akan mampu melihat aib dunia bahkan mampu menerapkan zuhud di sana. Ketenteramannya adalah kau mampu menerima bisikan hati, berkait dengan sirr; sedangkan ketenteraman kedua-duanya terletak menurut perintahnya menahan dunia di samping berkenaan atas pelimpahan nya dan sabar atas penolakannya (dunia akhirat). Jika ketenteraman telah tercipta baru kau bisa bersandar pada hati dan ketenangannya,
Aku lih(pembenaran) takzib (pembual) di hadapan para ulama dan berdialog bersama mereka; janganlah saling kontra dengan mereka karena mereka adalah para penguasa dunia dan akhirat, mereka penguasa yang dekat dengan Allah, maka mereka pun mampu menguasai segala keberadaan ini selain Dia.
Allah sungguh memberi kecukupan hati mereka memenuhi dengan kedekatan, berjinak di samping terpenuhi juga dengan nur dan kemuliaan-Nya; mereka tidak diuji melalui orang yang berdunia atau orang yang memakannya. Mereka tidak melihat kemuliaan tetapi melihat akibat atau akhir peristiwanya. Mereka jadikan Allah sebagai  tolok rujuk mata sirr mereka; mereka tidak bersembah karena takut binasa tidak pula karena harapan agar bisa menguasai keberadaan mereka kepadanya atau untuk melanggengkan persahabatannya dan bertahluk pada sesuatu yang tidak mereka ketahui; Dia adalah maha pelaksana atas hal yang dikehendaki; orang munafik bila bicara suka membual, jika berjanji tidak ditepai dan jika dipercaya berhianat; siapa terlepas dari sifat ini maka sungguh terlepas dari sifat munafik.
Nah,  ini sifat pembeda antara mukmin dan munafik, genggamlah pembeda dan cermin ini, tataplah permukaan hatimu kemudian lihat apakah dirimu mukmin atau munafik; pentauhid atau pemusyrik, setiap dunia berisi fitnah dan pengridu kecuali dunia yang terambil dengan niat baik semata untuk tujuan akhirat; bila dirimu telah berniat dalam pengembaraan di dunia, maka jadilah akhirat sebagai nikmat yang kosong dari syukur ke hadirat Allah; genggamlah nikmat Allah terdorong oleh rasa syukur kepada-Nya; syukur kepada Allah adalah proyeksi syukur kepada-Nya.
 Syukur kepaa Allah, ada dua bagian :
Pertama : Istianah dengan nikmat atas dasar taat dan muwassa’at kepada kaum fakir.
Kedua : i’tiraf kepada sang pemberi nikmat dan syukur atas turunnya, pemegangannya adalah Allah.
Sebagaian ulama berkata : “setiap sesuatu yang membuat kerepotan dari Allah bisa membawa keuntungan bagimu, dan kalaupun dirimu terepotkan oleh kenangan kepada Dia, maka bagimu mendapat keuntungan pula. Shlat, puasa, haji dan segala perbuatan baik maka setiap perbuatan itu membawa keuntungan. Bagaimana kamu berkata : Allah Maha Besar sedang kamu dusat, betapa banyak tuhan berendam dalam hatimu – selain Allah – termasuk setiap apa yang kau gantungi keu pertuhankan, setiap yang kau harapi kau pertuhankan; hatimu tidak sejalan dengan lisan, lakumu tak sesuai dengan ucapan; betapa tidak memalukan kau berucap Laa Ilaah Illallah, tapi berribu tuhan masih tersimpan di hati; taubatlah kepada Allah – lekas – meliputi jiwa dan dari apa pun yanng tersimpan dalam jiwamu.
Wahai oang yang berilmu sungguh qana’ahmu terletak dalam nama bukan disertai amal, mana mungkin bisa membawa manfaat bila kau berkata “aku orang alim” sedang kau tetap dusta; bagaimana kau rela terlantarkan jiwa sendiri sedang kau suruh hal baik lainnya yang tidak kau laksanakan. Kelakuanmu seperti yang difirmankan Allah :
“Mengapa kamu mengucapkan (sesuatu) yang tidak kamu perbuat? (Qs. LXI :2)
Celaka kau erintah manusia agar berlaku benar sedang dirimu sendiri dista; kau perintahkan mereka agar bertauhid tapi kau bersyirik; engkau perintah mereka supaya ikhlas tapi kau sendiri suka beriya dan munafik; kau perintah manusia agar tinggalkan maksiat, tapi kau justru memupuknya; sungguh telah sirna sifat malu dari matamu; kendati kau katakan iman, ternyata kau tak punya rasa malu. Bukankah Nabi bersabda :
“Malu adalah sebagian dari iman.”
Tiada iman bagimu, tiada yakin dan amant bagimu, kau sembunyikan ilmu maka amalmu pun lenyap bahkan kau ditulis oleh Allah sebagai penghianat! Aku tak tahu tentang terapi mujarab untukmu kecuali takwa dan menetapi taubat; siapa bersih imannya selamatlah setiap urusannya, kaitannya jangan sampai berlaku syirik dengan ciptaan, causalita atau bergantung kuat dengannya, jika nyata demikian niscaya segala tindakan akan selamat dari bencana berlanjut mengoper iman pada yaqin. Iman kepada Allah, Rasul-Nya dan membenarkan keduanya menjadi landasan dasar permasalahan ini; Islam kemudian iman lalu bertindak menurut standar Kitab Allah dan syari’at Rasul-Nya, kemudian menetapkan ikhlas dalam beramal seiring bersama tauhid qalbi ini adalah satu konsep untuk mencapai iman sempurna; orang beriman yang kosong dari konsep tersebut, dari amaliahnya atau dari setiap apa pun kecuali Allah maka pelaksanaan amaliahnya itu terlepas dari dunia; tidaklah henti-hentinya ia lakukan jihad melawan nafsu beserta segala keberadaan ini – yang datang dari mereka – di sisi Tuhan Al Haq sampai mendapat petunjuk ke jalan-Nya. Dia berfirman :
“Dan orang-orang yang berjihad dalam (urusan) Kami niscaya akan Kami tunjukan mereka pada jalan Kami.” (Qs. XXIX :69).
Jadilah kamu orang-orang zuhud dalam hal apa pun, relakan ketentuan Dia yang mengolah dirimu dalam Kuasa Qadae-Nya, jika kau ikuti dia niscaya teralih pada kekuasaan-Nya; amat beruntung orang yang tidak bergeming dari qadar Allah, dan menunggu ketentuan apa yang akan terjadi, beramal dengan ketentuan Allah, berkemajuan bersama ketentuan Allah dan tidak kafir atas nikmat yang ditentukan Allah; adapun tanda-tanda nikmat yang ditentukan adalah kedekatan dengan-Nya dan bekerja bersama-Nya; jika hati seseorang telah terrpagut dengan Tuhan niscaya ia merasa berkaya (tidak membutuhkan) makhluk lain; bahkan ia diperdekat, diberi penguasaan oleh Allah. Dia berfirman :
“Sesungguhnya engkau mulai hari ini mempunyai kedudukan tinggi dan kpercayaan di sisi kami.” (Qs.XII:54).
Penghibahan kuasa dalam kerajaannya seperti yang dilakukan penguasa Mesir kepada Yusuf a.s.; praktis urusan kerajaan berada di tanagnnya, sehingga hal itu mengangkat Yusuf sebagai orang terpercaya dan penguasa lumbung negara.
Nah, demikian gambaran hati jika sudah bersih, tampaklah perangai terpuji dan hatinya suci pula dari selain Allah. Adapun jalur untuk mencapai tujuan ini melalui ilmu dan amal, karena hanya menggunakan ilmu lahiri saja tidak mungkin bisa merubah kebatilan, bahkan bisa juga membawa kemalasan tunduk kepada Allah – yang menyebabkan dirimu diuji dengan siksa. Nabi saw. bersabda :
“Jika seorang meringkas dalam hal amanat niscaya Allah mengujinya dengan dukacita.”
Firman Allah : “Allah tidak akan menyiksa kamu jika kamu bersyukur dan berriman.” (Qs. IV:147).
Celaka, samapai kapan engkau mempersibuk diri dan oleh keluargamu smpai lupa menyembah Allah. Ada Ulama berkata : Jika kamu mengajar anakmu maka sertakan niat dan sibukkan ia bersama Allah. Artinya jika kamu tahu bahwa niat itu bisa membuat kebaikan sesuatu dan berharga tinggi; ajarilah anakmu ilmu cipta dan akhiri dengan ilmu yag menjurus ibadah kepada Allah, karena keluarga dan anak itu tidak membawa pengaruh apa pun bagimu dari ketentuan Dia; tradisikan dirimu, keluarga serta anakmu untuk berqana’ah dan usaikan agar mereka terbawa oleh ta’at kepada Allah.
Engkau jangan mencari kaya melalui agama Allah, riya’ dengan agama-Nya dan berrmunafiq atas nama agama Dia – sebagaimana perlakuan orang-orang munafiq; riya, munafiq, dan maksiat menjadi sebab fakir, hina dan jauh dari pintu Allah; orang munafiq lagi riya’ itu bisa saja mencari dunia dengan kedok agama, bersikap seperti orang shalih, padahal ia tak punya kepandaian tentang hal itu; ia bicara seperti orang shalih, berbusana seperti mereka tapi ia tadak beramal seperti amalan mereka; ia mengaku anak turun mereka padahal nasabnya bukan dari mereka.
Wahai para dusta, berlaku bernarlah, wahai penjauh dari Tuhan kembalilah, tujulah pintu Allah dengan sepenuh hati; rujuklah dengan-Nya, takutlah kepada-Nya dalam keadaan iman ambillah dunia menurut syara’; dan untuk tingakt walayah ambillah melalui kuasa Allah beserta penyaksian ata skeduanya yakni penyaksian Kitab dan Sunnah.
Wahai sahay, betapa tangismu memalukan atas dirimu, karenanya engkau mengharamkan kebenaran dan taufiq, alangkah memalukan, hari ini kau tunduk kepada Allah esok hari telah maksiat kembali; hari ini kau ikhlas hari esok telah bersyirik, Nabi Muhammad saw. bersabda :
“Barangsiapa hari-harinya sama berarti ia tertipu, dan barangsiapa hari kemarinnya lebih baik daripada harinya (hari ini) berarti ia tertutup dari rahmat”
Anak-anak muridku, bermujahadahlah, mohonlah pertolongan dari Tuhan, kau kan terombang-ambing dalam gelombang ssamudera mengangkat lalu melemparmu ke pantai; doa harus kau tinggikan untuk mencari keterkabulan; mujahadah darimu dan taufiq dari-Nya; luruskan pencarianmu niscaya kau lihat pintu memperdekat dirimu dengan-Nya; kau harap rahmat-Nya mengalir untukmu kelembutan, kemuliaan dan cinta-Nya tersebar padamu; demikianlah tujuan yang dikehendaki manusia normal.
Wahai penghamba nafsu, hawa dan setan, di sisiku tiada sesuatu pun kecuali kebenaran mutlak, hati dalam hati, jernih dalam jernih, pemutus dan penyambung, yaitu pemutus selain Allah dan penyambung dengan-Nya, aku tidak akan mengharap kegilaanmu; wahai orang munafiq, wahai para pendusta; tidak; sekali-kali aku tidak malu dihadapanmu mengatakan itu; bagaimana aku malu sedang kau tidak pernah malu kepada Tuhan dan merendah diri dari padangan-Nya; penyebab utama setiap perbuatan kafir dan munafik adalah sikap pembual yang tidak diikuti taubat atau tidak segera kembali kepada Allah berlandas taubat secara total serta takut kepada-Nya.
Ada Ulama’ berkata bahwa : Benar itu pedang Allah di bumi-Nya, tiada sesuatu diletakkan di atasnya kecuali terpotong. Kemarilah karena aku membawa nasihat untukmu, aku ingin meluruskan dirimu; kendati bagimu aku mati tapi sebenarnya aku tetap hidup bersama Allah; siapa membenarkan daku dalam pergaulan tentu memperoleh manfaat dan beruntung; siapa mendustakan dan membohongi persahabatan denganku ditolak dan tersiksa di dunia akhirat.
Kata Malik bin Dinar kepada muridnya : Jika kamu ingin mengenal Allah, maka relakan pengolahan dan taqdir-Nya, dan kamu jangan menghidupkan nafsu, hawa, tabiat dan kehendak untuk menserikatkan-Nya.
Wahai manusia dalam masa dekat kau akan mati; ratapilah jiwamu sebelum diratapi orang; sungguh kamu menyimpan dosa-dosa membayang di atas siksa yang menghinakan; hatimu terlalu menderita karena cinta dunia atau loba padanya. Tinggalkan pencarian yang menganiayamu; terimalah apa pun yang mempercukup ddiriu; akal tidak mungkin pernah gembira dengan sesuatu yang didapat; halalnya dihisab dan haramnya disiksa; tapi sebagian besar manusia telah lupa siksa dan hisab.
Wahai sahay, jika dunia datanng di hadapanmu sedang hatimu melihatnya tidak tenteram lepaskan ia’ tapi jangan kau ratapi penuh keberatan hati; ikutilah kendali hati sehingga hatimu tetap menempatkan pengajaran bijak yang mengamalkan hukum-hukum Allah lalu mengajarmu dan menasehatimu. Wahai penjual sesuatu tanpa sesuatu dan membeli seuatu tanpa sesuatu, sungguh kamu pembeli dunia dengan akhirat dan menjual akhirat dengan dunia ternyata kamu dalam puncak kefusian (bingung) kebinasaan dan ketololan yang amat; tampak makanmu laksana binatang bila sedang makan, tanpa memilah-milah, tanpa perhitungan dan tanpa tanya, tanpa niat, tanpa perkara, tanpa kerja, orang beriman sesungguhnya hanya makan sesuatu yang diperbolehkan syara’; bagi para wali makannya diperintah dan dilarang; mereka berbuar begitu dari sudut hati; adapun Badal tidak mengambil kepentingan dengan sesuatu sebliknya ia berbuat sesuatu itu dalam ketiadaannya bersama Allah. Dari sini bisa difahami jika wali itu tetap tegar bersama ketentuan-ketentuan yang berrlaku, sedang badal masih diselimuti oleh rasa ikhtiar, tetapi setiap perbuatan itu selalu disertai landasan hukum syara’ lalu menarik dalam samudera qudrah, gelombangnya sesekali meninggi di lain waktu tenang, sesekali pasang ke pantai di lain waktu surut ke tengah-tengah gelombang; jadi ia seperti Ashabul Kahfi, sebagaimana disinyalir Allah :
“Dan kami balikan mereka ke sebelah kanan dan ke sebelah kiri.” (Qs.XVIII:18).
Tidak ada akal bagi mereka angn-angan dan perasaan; mereka berada dalam tempat kelembutan dan kedekatan yang memejamkan mata, baik lahiri atau batini. Nah, inilah gambaran orang terdekat memejamkan mata hatinya kepada selain Allah, maka ia tidak melihat apa pun kecuali Tuhan, tidak bisa mendengar kecuali melalui-Nya; wahai Allah fana’kanlah kami kecuali untuk-Mu dan temukanlah kami dengan-Mu.
Dan berikanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia dan kehidupan yang baik di akhirat, dan perihalah kami dari siksa neraka.
Menjernihkan hati

Beliau berkata:
Sabda Rasulullah saw. :
“Sesungguhnya hati ini berkarat dan sesungguhnya penjernihannya adalah membaca Al-Qur’an, ingat mati dan menghadiri majlis untuk berdzikir.”
Hati berkarat!; jika kamu mendapati pemiliknya – sebaaimana yang dilukiskan Nabi saw – dan jika tidak maka beralih pada kegelapan, yaitu menggelapkan orang tersebut dari cahaya kebenaran; mempergelap bagi pecinta dunia serta penghimpunnya yang tidak disertai sifat wara’; karena siapa hatinya ditempati rasa cinta dunia lenyaplah sifat wara’nya; yang tinggal hanyalah antara gabungan halal dan haram; ini berakibat membawa kelenyapan rasa malu dari Tuhan dan enggan bermuroqobah dengan-Nya.
Wahai manuisa terimalah apa yng disampaikan Nabimu; lenyapkan karat di hatimu dengan obatnya sebagaimana telah disinyalir kepadamu seandainya seorang di antaramu sakit dan dokter menunjukkan obat-obatnya tentu tidak akan tercapai ketentraman hidup sampai engkau melaksanakan perintah itu; Jagalah Tuhanmu dalam kesepianmu; penatkan matamu sampai seakan kamu melihat Dia; jika kamu tidak mampu berbuat itu – untuk melaihat-Nya – sesungguhnya Dia melihatmu; Siapa ingat Allah dalam hatinya, maka ia disebut orang yang ingat dan siapa tidak mengingat Dia dengan hatinya, bukanlah ia disebut orang yang ingat.
Lisan itu perantara hati dan anggota tubuh lain, secara permanen terbuka untuk mendengar petuah-petuah, maka jika petuah-petuah lenyap dari hati butalah ia; hakikat taubat adalah menjunjung perintah Allah dalam segala situasi. Atas dasar ini berkata seorang Ulama : Kebaikan itu semuanya terletak pada dua kalimat. Pertama; menjungjung ketentuan-ketentuan Allah; Kedua : Syafaqah (kasihan) kepada sesama makhluk. Maka setiap orang yang tidak menjunjung ketentuan-ketentuan Allah dan belas kasih kepada sesama makhluk Allah berarti ia jauh dari Allah.
Allah mewahyukan kepada Musa a.s; berkasih sayanglah sehingga Aku mengasihimu, karena sesungghnya Aku Maha Penyayang, siapa berkasih sayang, niscaya terlimpahi rakhmat dan Aku memasukannya ke syurga-Ku.
Alangkah beruntung orang-orang yang berkasih sayang, sia-sialah usiamu hanya terhabiskan dalam makanan, dalam minuman, dalam menghias diri dan berkumpul; siapa ingin beruntung hendaklah ia memperlunak nafsu dari perkara haram, syubhat, syahwat serta ketentuan Allah yang diwajibkan, meliputi larangan dan menerima keputusan-Nya. Manusia itu harus bersabar bersama Allah dan tidak sabar beserta dunia; ssabarlah agar kamu bersama-Nya; carilah agar kamu dekat dengan-Nya; keluarlah dari markas nafsu, hawa dan tabiat, dan berkawanlah bersama syara’; tujulah Tuhan; terimalah afat, musibah, dukacita, lapar, dahaga, telanjang dan rendah, semua itu janganlah kau hindari dan jangan surut memuja-Nya atau berubah dari tujuan semula.
Wahai manusia, beramallah untuk persiapan jumpa dengan Allah, malullah sebelum berjumpa, pertama orang harus beriman kepada Allah lalu makhluk-Nya kecuali dalm hal apa yang memperjalin dirimu dengan agama dan merongrong hukum syara’; karena hal itu tidak boleh terjadi bermalu-malu apalagi malu dalam agama Allah – menegakkan hukum-Nya dan menurut ketentuan-ketentuan-Nya.
Siapa mengikuti Rasulullah saw. – secara bersih – maka dikenakan busana besi dan ketopong sambil menyandang pedang yang dialasi dengan tatakrama dan akhlaknya, dikosongkan dari sifat-sifat yang tidak layak baginya, diperkuat rasa gembira kendati ia datang menusia, syukur kepada Allah kalau ia jadikan pengganti dalam umatnya sebagai tanda penyeru merek menuju pintu Allah; keberadaannya sebagai da’i atau dalil sebagai penyambung orang-orang yang telah dicabut Allah, dalam arti sebagai khalifah untuk mereka; ia adalah salah seorang dari setiap juta manusia untuk melayani keterputusan nafsu seseorang; mereka mendekat kepada ciptaan dan menekan mereka agar bersabar atas setiap cobaan; mereka selalu tersenyum di hdapan orang-orang munafiq, orang fasik dan tertipu daya kepada mereka meliputi segala siasat yang ada hingga menarik mereka – meliputi apa saja yang mereka berada di dalamnya – lalu membawa mereka ke pintu Allah. Ataas dasar ini ada ulama berkata : “Tiada orang tersenyum di hadapan orang fasiq, kecuali orang-orang arif. Mereka tersenyum di hadapannya dan memperlihatkan perkara apa yang dikethuinya, sedang mereka mengetahui akan kehancuran kediaman agamanya, kepekatan permukaan hati, banyak dengki dan kekeruhannya; orang fasiq dan orang munafiq sama-sama berasumsi mereka menjadi rahasia yang tidak diketahui olehnya. Tidak, bahkan bagi mereka tidak punya kemuliaan sama sekali, apa pun yang dirahasiakan mereka (orang fasiq dan munafiq) pastilah dapat diketahui melalui kerling, pandangan, ucapan dan gerak-geriknya, baik yang lahir atau yang batin tanpa diragukan lagi.
Wahai orang sesat, Allah Maha Besar di atasmu; wahai orang berhati mati; wahai pemusyrik sebab; wahai penghamba patung dengan seluruh daya kekuatannya; lumbung kekayaan dan penguasa negaranya; sungguh mereka tertutup dari Allah; setiap orang yang berpendapat dlar dn naf datang dari selain Allah bukanlah termsuk penghamba Dia, sebaliknya menjadi penghamba yang diyakini itu; maka pada hari ini ia ditemepatkan dalam neraka yang teramat buruk dan bseok ia ditempatkan dalam neraka jahanam; tiada orang mampu lepas dari neraka Allah kecuali orang-orang bertaqwa, orang-orang yang bertauhid, orang yang ikhlas dan orang yang bertaubat.
Bertaubatlah sepenuh hatimu kemudian boleh melalui mulutmu; taubat itu memutar-mutar penguasa naffsu, hawa dan pengendali diri (setan) serta sahabat yang buruk; kala kamu bertaubat terputarlah pendengaranmu, penglihatan, lisan, hati dan seluruh organ tubuh, jika demikian, maka jernihlah makanan, minuman dan kekeruhan yang haram, syubhat dan berwara’ dalam setiap mata pencaharian, perdagangan, syirkah dan menetapkan setiap himahmu tertuju kepada Allah semata; semua ini berpengaruh menggeser setiap tradisi jiwa lalu meninggalkan tempatnya untuk beribadah, menggeser maksiat dan tempatnya untuk bertaat lalu membenarkan dalam bentuk sebenarnya beserta kejernihan syara’ dan penyaksiannya; karena setiap hakikat yang tidak disaksikan syara’ berarti zindiq; kala dirimu telah bertauhid dengan penguat ini tentu fana’ seger datang kepadamu dari lingkaran akhlak tercela menurut padangan semua makhluk; maka ketika itu sifat lahirmu terpelihara dan batinmu berpagut dengan Tuhan secara rutin; jika hal ini sempurna atasmu kendati dunia datang dipangkuanmu dan seluruh makhluk mengikutimu—baik mereka yang da di depan atau di belakang  -- tidaklah menimbulkan keruntuhanmu, bahkan tidak mampu lagi merubah posisimu dari pintu Tuhan; karena dirimu telah konstan di samping-Nya, menghadap Dia dan sibuk melayani kehendak-Nya seraya menatap Keagungan Kesempurnaan-Nya; kala dirimu menatap Keagungan-Nya tercurahlah semua itu, jika kamu tatap kesempurnaan-Nya menyatulah dirimu, kamu merasa takut ketika melihat Keagungan-Nya, dan kamu mengharap saat melihat Kesempurnaan-Nya; alangkah beruntung orang yang merasakan nikmatnya makanan ini.
Wahai Allah suapilah kami dari makanan yang memperdekat Engkau dan minumilah kami dari minuman kejinakan-Mu.
Dan, berikanlah kepada kami kebaikan hidup di dunia dan kebaikan hidup di akhirat dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.
Janganlah menyukutan Allah baik dalam angan-angan
Beliau berkata:
Janganlah menyukutan Allah baik dalam berangan-angan pengertian dengan nafsu, hawa dan tabiatmu, takutlah Dia pasang dalam jiwa.
Ada Ulama berkata : “Iktuilah Allah berkait dengan ciptaan dan jangan ikuti mereka untuk-Nya; patahkan orang yang mematahkan, sombongi orang yang sombong diri, belajarlah untuk menyesuaikan dengan Allah melalui orang yang shalih yang dilimpahkan taufik, ilmu itu dijadikan agar diamalkan tidak hanya untuk dipelihara secara tersendiri; belajarlah dan beramallah lalu kenali orang lain; jika kamu berilmu kemudian rela beramal, maka ilmu itu terucap darimu jika kamu diam bicaralah dengan lisan yang dihiasi amal – perbanyak – daripada yang kamu bicarakan dengan lisan ilmu. Karena itu ada Ulama berkata : “Ilmu yang tidak bermanfaat, maka tidak bermanfaat pula tuturnya. Orang beramal dengan ilmu akan mendapat manfaat dengan ilmu tersebut, baik untuk diri sendiri atau orang lain; karena itu Allah menjadikan tutur kataku menurut kehendak-Nya atas dasar kemampuan situasi yang melingkupi diriku; jika tidak, niscaya antara daku dan kamu terjadi permusuhan; tujuanku padamu percuma sedang tiaa sesuatu bagiku dan tiada bagiku sesuatu; kalaupun ada sesuatu untukku tentu kamu menolaknya; tiada apa pun di antara aku dan kamu selain nasihat yang kuterima dari Allah untukmu, bukan untukku, terimalah ketentuan Allah, jika tidak tentu mematahkan dirimu; berjalanlah bersamanya menurut dasar usaha, jika tidak niscaya memberangusmu; jadilah orang yang bertabaruk di hadapan-Nya sampai kamu mendapat rakhmat dan menyatu di belakang-Nya.
Wahai manusia, atas kemampuan himahmu yang harus kau berikan – jauhilah selain Allah sepenuh hati, hingga memperekatmu dengan-Nya; padamkan nafsumu dan dari makhluk; sungguh hijab telah terangkat antaramu dan Tuhan-mu. Ditanyakan : bagaimana cara memadamkan? Jawabnya : padamkan jiwamu yang mengikuti nafsu, hawa, tabiat, makhluk dan seebabsebab yang berlingkar atas mereka, tinggalkan syirik dan tinggalkan mencari keberadaan ini selaina Allah.
Jadilah seluruh amalmu karena Allah semata jangan untuk mencari nikmat-Nya – dengan ketentuan dan perbuatan-Nya; sebab kau lakukan ini berarti kehendakmu telah mati sebaliknya bercinta Dia.
Wahai orang jahil (tidak mengenal) Allah dan para khawash-Nya, kamu tidak merasakan makanan ghoyah mereka, karena hal itu racun pembunuh; peliharalah jiwa ragamu jangan sampai berpaling kepada mereka dengan membawa keburukan; karena mereka terperdaya oleh mereka; wahai orang munafiq sungguh di hatimu tumbuh bintik-bintik nifaq menjalar sampai menguasai lahir dan batin-mu; amalkan tauhid, ikhlas dalam segala aktivitas niscaya keraguan yang mengitarimu lenyap; alangkah banyak huku syara’ yang kau bakar lalu mengoyak busana ketaqwaanmu yang kuat, melobangi busana tauhid, memadamkan cahaya iman dan membenci Tuhanmu dalam segala situasi dan kondisi. Jika seseorang di antaramu mendapat untung dan melaksanakan taat, bisa dimengerti ia terlingkupi busana ujub, ingin dilihat orang atau mencari pujian dari mereka.
Siapa di antaramu ingin bersembah diri kepada Allah hendaklah beruzlah dari ciptaan, karena pandangan mereka terhadap amal bisa membatalkan rencana itu. Nabi saw. bersabda :
”Peliharalah uzlah, sesungguhnya uzlah itu termasuk ibadah, dan sesungguhnya perbuatan itu (uzlah) merupakan laku orang-orang shalih sebelum kamu.”
Peliharalah iman, yakni, fana’ dan exsistensi Allah – bukan dirimu atau yang lain – beserta menjaga hukum-hukum-Nya dengan mendapat kerelaan Rasulullah saw. kerelaan orang yang memahami, orang yang mendengar dan membaca; tidak ada kemuliaan bagi orang  berkata selain ini; inilah yang tersurat dalam mushaf di lauh makhfudz sebagaimana dikalamkan Allah yang yang tampak dalam kekuasaan-Nya dan yang tampak di hadapan kita. Jagalah Allah jangan sampai terputus dari-Nya dan bergantung kepada-Nya; karena hanya Dia-lah pelimpah kecukupan dunia akhirat; jagalah penjaga hidup dan mati dan pelihara dirimu dalam berbagai kondisi; peliharalah kehidupan ini agar tetap putih, layani Dia sampai kau dilayani; genggamlah sekuat hati sewajarnyalah di hadapan Tuhan sambil beramal tentu sayap hatimu merekah lalu terbang menuju Allah.
Wahai kaum sufi  -- terapkan tasauf dalam sirr, dalam hati, kemudain dalam jiwa dan untuk tubuhmu; bidayah zuhud dari sana membentuk dirimu – bukan dari lahir ke batin; apabila sirr telah jernih maka kejernihan itu berputar menuju hati; jiwa, anggota tubuh, makanan, minuman dan keseluruhan tingkah laku; untuk pertama kali sesuatu menyelimutimu dalam rumah adalah bila telah sempurna bangunannya lalu kterkeluarkan ke bangunan pintu;sudah menjadi hukum tiada lahir tanpa batin; tiada cipta tanpa pencipta; tiada pintu tanpa rumah; tiada kunci pada yang hancur; ada panggilan : wahai dunia dan akhirat; wahai cipta tanpa pencipta.  Terhadap segala apa –pun  yang dirimu berada di dalamnya tidak membawa manfaat untukmu di hari kiamat, bahkan bisa membawa sengsara atasmu. Inilah kehidupan yang seiring denganmu dan yang melingkupi keberadaan ini; di sana tempat hidupmu untuk beriya’, bermunafiq dan bermaksiat, dus segala sesuatu yang tidak laku di pasar akhirat.
Luruskan Islam bagi kau perolehnya; Islam itu Musytaq dari Istaslama, Jika takdir kamu serahkan kepada Allah serahkan pula jiwamu luruskan kepada-Nya, lupakan apa yang mengitari dan ketakutanmu termasuk dunia, nafkahkan untuk mencapai tunduk kepada Allah; amalkan dengan taat, serahkan dunia dan lupakan ia, karena setiap perbuatanmu cenderung terhenti, setiap amal yang tidak dibarengi ikhlas, maka ia seperti kulit tanpa akal, laksana jasad tanpa ruh, laksana gambar tanpa arti, nah demikian ilustrasi amaliah orang munafiq.
Anak-anak muridku, seluruh makhluk ini kedudukannya hanya sebagai alat, tidak lebih dari itu; Allah-lah Sang Pencipta yang mengaturnya; siapa memahami ini akan memeproleh perekat dengan alat dan mengetahui dzat pengatur di sana. Berhenti bersama ciptaan amat di benci dan berhenti bersama Allah tercinta juga sebagai kebaikan dan nikmat tersendiri; rupanya kamu orang yang terputus dari kebesaran orng pendahulumu; sebenarnya kamu berqana’ah tapi kamu tidak mengangkat guru yang bisa menjelaskan dan menuntun adatmu. Wahai orang terputus dari kebenaran; wahai orang yang dipermainkan setan, manusia dan jin, wahai penyembah nafsu, hawa dan tabiat.
Celaka kamu membisu tak sudi mohon pertolongan Allah; kembalilah kepada-Nya dengan langkah yang bisa dirasa dan penuh kekuatan, sehingga kamu , memperoleh apa yang ada di tangan musuhmu dan selamat dari benturan gelombang samudera kehancuran; berpikirlah tentang akibat ini; apakah kamu termasuk mereka yang ada di dalam; sungguh teramat mudah kau meninggalkan Dia; rupanya kamu tertutup batang kelalaian; keluarlah dari bayangannya niscaya kamu melihat sinar mentari dan jalan lurus membentang; pohon kelupaan terpelihara oleh air kebodohan..dan batang jaga dan ma’rifat tepelihara oleh air fikir; adapun pohon taubat terjaga oleh air sesal; dan pohon cinta terjaga oleh air persesuaian.
Anak-anak muridku, sungguh keberadaanmu terletak di antara kendala sedang saat itu dirimu masih kanak-kanak atau masih muda; sampai kini; ketika telah beranjak mencapai usia ke 40 tahun atau lebih saat itu kamu suka bermain-main seperti anak kecil; takutlah pembauran sifat bodoh dan kholwat (pacaran) sebaliknya bergaulah dengan guru-guru yang bertakwa; jauhilah anak-anak muda yang bodoh; berdirilah lurus dengan ulama; siapa datang keapdamu jadilah ia seperti dokter mereka; jadilah kamu untuk manusia seperti saudara sekandung, perbanyaklah takut kepada Allah, karena mentaati-Nya itu termsuk dzikir. Sabda Nabi saw. :
“Barangsiapa taat kepada Allah berarti telah mengenang-Nya kendati sedikit shalatnya, puasanya dan bacaannya pada Al-Qur’an, dan barang siapa bermaksiat kepada Allah berarti telah melupakan-Nya, kendati shalat banyak shalatnya, puasanya dan bacaannya pada Al-Qur’an.”
Orang beriman itu harus selalu taat kepada Allah, bersesuaian dengan-Nya, sbar dan berhenti kala mendapat untung; menyandarkan ucapannya, makanan, pakaian, dan segala apa pun yag terpercik dari-Nya. Tapi orang munafiq itu tidak ambil peduli ketentuan-ketentuan ini – dalam segala kondisi mereka :
Anak-anak muridku bila kamu cinta Allah atau mencintai yang lain itu jangan kamu satukan (padukan) dalam satu hati :
Firman Allah :
“Allah tidak menjadikan seseorang  mempunyai dua hati dalam dadanya.” (Qs. XXXIII:4).
Dunia akhirat tidak bisa dipadukan; pencipta dan ciptaan tidak bisa disatuka; tinggalkan sesuatu apa pun yang fana’ sehingga memeproleh sesuatu yang tidak fana’; rendahkan diri dan hartamu hingga memperoleh surga. Firman Allah :
“Sesungguhnya Allah telah membeli diri dan harta orang-orang yang beriman dengan memberikan surga untuk mereka.” (Qs.IX:111).
Rendahkan hatimu berzuhud terhadap apa saja selain Allah sampai kau peroleh kedekatan Allah dan persambungan di dunia dan akhirat.
Wahai pecinta Allah, perbaguslah dirimu bersama ketentuan-Nya sekiranya baik dan sucikan hatimu yang menjadi pusat perekat dengan Allah; bersimpuhlah di pintu-Nya dengan pedang tauhid, ikhlas, shodiq dan janganlah kau buka untuk seseorang pun selian Dia; janganlah kau persibuk pos-pos hatimu selain untuk-Nya :
“Tidak akan sampai daging dan darahnya kepada Allah hanya yang sampai kepada Allah ialah taqwa darimu.” (Qs. XXII:37).
Wahai bani Adam, apa pun yang ada di dunia dan akhirat adalah ciptaan, maka ke mana arah syukurmu dan ke mana arah takwamu, ke mana arah isyarahmu dan pelayananmu; janganlah melemah dan janganlah beramal dengan amalan yang tidak disertai ruh, karena amal yang disertai ruh itu bisa menimbulkan ikhlas.
Zuhud dalam dunia
Beliau berkata:
Bahwa Isa a.s.; bila mencium bau wewangian segera menyumbat hidung; kala itu ia berkata : inilah dunia. Demikian hujjah untukmu. Wahai pengaku berzuhud – dengan kata dan perbuatan – sungguh kamu telah mengenakan busana zuhud tapi batinmu terpenuhi luapan rasa cinta dan sesal atas dunia; seandainya engkau mampu lukar busana ini, menyucikan dari rasa cinta yang tumbuh dalam hati, sungguh amat cinta bagimu dan lebih dari sifat munafiq. Zuhud yang benar adalah kembali kepada Allah meliputi bagian-bagiannya dan pendapatan-pendapatannya lalu menerapkan kenangan Allah pada lahiri, sedang di hati tetap terpenuhi zuhud tanpa tercampur yang lain. Karena itu Nabi kita Muhammad saw. lebih dikata zuhud daripada Nabi Isa a.s. bahkan daripada Nabi yang ada. Juga beliau berkata : “Yang aku cintai di duniamu ada tiga macam : bau wewangian, wanita dan perhatianku dalam shalat.”
Hal itu lebih aku sukai bersama-sama zuhud, karena hal itu termasuk bagian yang telah mendahuluinya; itu diketahui Tuhan; dan ia bisa diperoleh dengan cara menetapi perintah-perintah bertaqwa; setiap orang yang memperoleh bagian tersebut maka ia dalam kondisi taat kendati dunia melimpah kepadanya.
Wahai ahli zuhud yang berpijak kebodohan, dengarlah; berhentilah dan jangan berdusta; pelajari ini sampai kamu tidak menolak ketentuan Allah – karena jahilmu; setiap kejahilan ilmu itu ditandai dengan memperkaya pendapat, menerima pendapat sendiri, hawa nafsu setan penguasa diri; tidak aneh jika ia menjadi penghmba iblis atau pengikut setianya, bahkan menjadikan iblis sebagai guru tunggal; wahai orang jahil; wahai munafiq, alangkah gulita hatimu; betapa kau ering mengumbar mulut; bertaubatlah dari segala apa yang menyebabkan dirimu dosa; tinggalkan pencercaan Allah dan para wali kecintaan-Nya; kamu jangan membelakangi mereka demi memperoleh bagian dunia, karena mereka memperoleh kusa itu atas perintah Allah bukan karena menuruti nafsu; bagi mereka yang ada hanya rasa cinta kepada Allah; merindukannya dan zuhud atas hal apa pun selain Dia, dan bertolak belakang dengan keberadaan ini baik secara lahir atau batin; tapi mereka mempunyai bagian-bagian terdahulu dari-Nya; yaitu ilmu; ini tidak bisa tidak sebagai bagian perolehan mereka; cobaan terberat atasnya hanya terjadi di dunia dan ketetapannya di sana.
Wahai sahay, alihkan dirimu tak perlu mendengarkan ucapan manusia selagi ia bersama nafsu dan hawa; padamkan ucapan itu karena Allah; jika Allah menghendaki sesuatu urusan niscaya Dia menarikmu kepada-Nya; jika dikehendaki untuk memporak-porandakan dirimu, merusak atau meneguhkanmu itu hanya terjadi karena-Nya; Dia Maha Penampak – bukan kamu; serahkan jiwa ucapan dan segala kondisimu pada kemauan-Nya; persibiklah hari-harimu dengan beramal untuk-Nya, Jadikan amal tanpa banyak komentar; ikhlas tanpa riya’ tahid tanpa syirik, masyhur tanpa sebutan, khalwat tanpa memperlihatkan diri; batin tanpa lahir dan penuhi batin ini dengan berbagai niat; kau bicara kepada Allah dan berjalan ke sana bersama ucapanmu : “Hanyalah Engkau yang kami sembah, dan kepada Engkau jualah kami memohon pertolongan.” (Qs.I:5).
Inilah  Kitab yang datang di hadapanmu; wahai orang yang mengenalku; wahai orang yag menyaksikan aku, bicaralah Dia dalam shalatmu atau dalam keadaan lain dengan niat ini dan sifat ini, karena itu Nabi saw. bersabda :
“Sembahlah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu.”
Anak-anak muridku, jernihkan hatimu melalui makanan halal, bukankah kau sudah kenal Tuhanmu; jernihkan suapan demi suapanmu bersama hati niscaya kamu jadi jernih (sufi); tasawuf itu mustaq dari kata shofa; wahai pemakai tasawuf, tasawuf yang benar itu dilakukan melalui penjernihan hati terhadap selain Al-Haq; atas dasar ini sesuatu tidak akan datang, yakni tasawuf hanya dengan cara mengubah tembusan batin atau memulas muka atau melalui segala pengikat dan pengumbaran suara, tidak pula dengan memaparkan cerita-cerita orang shalih, menggerak-gerakan jari memutar tasbih atau talil, tetapi ia datang dengan kebenaran mencari Tuhan; berzuhudlah dengan mengusir makhluk dari hati dan asingkan selain untuk Al-Haq Azza wa Jalla.
Ada Ulama berkata : suatu malam aku berkata, wahai Tuhanku janganlah Engkau manahan aku atas sesuatu yang bermanfaat bagiku dan tidak mudharat bagi-Mu, kata itu ku ulang-ulang terus sampai aku tertidur. Kala aku bermimpi seakan ada orang berkata ditujukan kepadaku; “dan juga engkau janganlah menahan amal yang membawa manfaat bagimu dan engkau cegah amal yang membawa madlarat bagimu; luruskan nasabmu (meluruskan apa yang datang) dari nabimu, siapa meluruskan keikutannya kepada Nabi saw. maka berarti telah lurus nasabnya; kendati kau berucap : aku termasuk umatnya, tapi ucapan itu tanpa disertai itba’ tidak berguna; ketika dirimu beritba’ baik ucapan dan tingkah laku menunjukkan kau bersamanya dalam persahabatan di akhirat.
Kau dengan firman Allah :
“Apa yang diberikan oleh Rasul kepadamu, hendaklah kamu terima, dan apa yang dilarangnya hendaklah kamu hentikan.” (Qs. LIX:78).
Laksanakanlah perintah Rasul dan hentikanlah yang dilarangnya; sesungguhnya tugas ini telah kau baca dari Tuhanmu, yaitu kala di dunia kau baca dengan hati dan di akhirat kau baca dengan jiwa dan jasadmu.
Wahai ahli zuhud, alangkah bagusnya zuhudmu; kamu berzuhud dengan menahan nafsu dan hawa; ikutilah dan pergaulilah guru-guru yang mengenal Allah (Arif billah), yang alim, beramal, bisa menerima manusia dengan lisan nasihat dan pandai melenyapkan tamak.
Anak-anak muridku kembalilah kepada Tuhan Besarmu (Allah) sepenuh hati sebelum kau duduk di belakangnya; sungguh kau telah berqana’ah dari ihwal orang-orang shalih dengan ucapan dan pengharapan baginya – seperti orang menggenggam air ketika tangannya dibuka ia tidak melihat sesuatu ada di dalamnya.
Celaka, kau suka tamanni (mengharap yang tidak mungkin bisa dicapai); Tamanni adalah jurang ketololan. Sabda Nabi saw. :
“Peliharalah dirimu dari tamanni, karena tamanni adalah jurang ketololan.”
Kamu beramal tapi mengikuti amalan orang yang suka berbuat buruk, sedang kau mengharap untuk memperoleh derajat seperti punya orang-orang yang berlaku baik; siapa yang harapannya mengalahkan takutnya berarti zindiq, dan siapa yang takutnya menglahakan harapan berati putus harapan; yang paling selamat adalah jika bisa berlaku adil dalam menerapkan keduanya, Sabda Nabi saw, :
“Seandainya antara rasa takut dan harapan orang beriman ditimbang, niscaya sebanding.”
Ada ulama berkata : Aku bermimpi melihat Sufyan As Tsauri – setelah beliau mati – kataku : apa yang diperbuat Tuhan kepadamu? Ia berkata : meletakkan sebelah kakiku di atas shirat (jembatan) dan yang sebelah lagi di surga. Semoga selamat sejahtera melimpah atasnya. Sungguh sebenarnyalah ia seorang fakih, ahli zuhud dan wara’, tetapi ia mempelajari ilmu itu dan mampu mengamalkan; kemudian diberikan haknya kepadanya dengan amal dan memberikan amal sebagai haknya disertai ikhlas; ia juga mendapat ridha dari Allah dalam berkehendak kepada-Nya; setiap orang yang tidak mengikuti Nabi saw, sedang ia menggenggam syari’atnya di tangan sebelah dan menggenggam Kitab yang diturunkan kepadanya di tanagn yang lain dan tidak sampai di jalan Allah berarti ia orang yang rusak lagi binasa; sesat yang sangat; keduanya itu menjadi dalil untuk menjuju Al-Haq; Al Qur’an sebagai dalil menuju Allah dan sunnah sebagai dalil untuk menuju Rasul-Nya.
Dan berilah kami kehidupan yang baik di dunia dan kehidupan yang baik di akhirat, dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.
Jangan mengadu pada makhluk
Beliau berkata:
Sabda Nabi saw. :
“Di antara simpanan Arasy adalah penyembunyian bencana.”
Wahai pengadu kepada manusia atas bencana yang menimpa; pengaduan mana bisa bermanfaat bagimu; pengaduan kepada ciptaan tidak akan bermanfaat atau membawa bencana (dlar); jika kamu berpegang teguh kepada mereka tapi menyekutukan Allah hanya memperjauh, sedang marah-Nya telimpah untukmu, tentu Dia amat tertutup bagimu; wahai si tolol, mengapa suka mengaku berilmu; di antara sekian banyak ketololan yaitu mencari dunia tanpa dasar Tuhan; kau mencari ikhlas dari tindakan-tindakan bencana tetapi mengadu kepada ciptaan.
Celaka, jika ini terjadi pada anjing pelacak – suatu perbedaan jauh – karena ia berlatih menjaga buruan dan meninggalkan makanan buruannya; demikian juga burung dengan tabiatnya ia meninggalkan makanan – makanan binatang buruan yang khusus diperuntukkannya; ilmu dan kefahamanmu sampai kamu tidak menyantap agama atau memperkoyaknya dan aku tak berniat membawa amanat Alalh – yang diletakkan pada dasar-dasar agama orang beriman untuk memelihara daging dan darahnya; janganlah kau pergauli mereka sebelum mengajarimu kepada-Nya; jika kamu telah dipelajari dan faham akan kandungannya baru dirimu merasa tenang ketika bergaul dengan-Nya; ke mana saja engkau menghadap tak terpisah dari-Nya meliputi segala  keberadaan jika dirimu telah tenteram jadilah penyabar, berilmu, mudah ridlo ketentuan apa yang datang, janganlah kamu pisahkan antara tepung gandum dan tepung beras yang kau ambil untuk dibagi-bagikan; karena tidak makan itu lebih aku sukai dariapda makan di atas keberuntunganmu itu melebihi perbuatan baik, taat dan itsar; tabiatnya itu beralih menjadi kemurahan yang mulia, berzuhud di dunia, cinta akhirat; bila kau berzuhud pada akhirat dan mencari Tuhan, maka carilah agar seiring bersma hatimu menuju pintu-Nya; ketik itu datang padamu sambil berkata : wahai orang yang tidak makan, makalah; wahai orang yang tidak minum; minumlah; orang sakit yang berakal itu tidak akan pernah makan kecuali menurut resep dokter atau perintahnya, itu pun disertai adab penuh kesopanan dan meninggalkan tardisi buruknya ketika dokter itu datang atau pergi, wahai pelahap makanan buruk; wahai pencicil sungguh makanan dicipta untukmu; siapa lagi yang mampu makan hal itu kecuali hanya kamu; pakaian, kediaman, kendaraan dan pernikahan sungguh tercipta untukmu; siapa lagi mampu memperoleh hal itu dan mengenakannya selain kamu. Cih, ini hanya untuk orang tolol.
Sebenarnya kamu itu tidak punya  kepastian, akal- iman dan pembenaran janji Allah, tentu Allah tidak akan menerima pertalian yag disertai kebencian; Allah hanya menerima pertalian yang disertai adab, ketentuan lahir dan persesuaian yang abadi; setiap orang yang menerima ketentuan Allah abadilah pertaliannya bersama Allag; orang arif Billah lagi berilmu tentang Allah, selamanya bersama Dia tidak bersama yang lain, sejalur dengan Allah tidak yang lain; hidup bersama-Nya mati juga bersama-Nya.
Anak-anak muridku, jika kamu bicara, bicaralah dengan niat bersih; jika kamu diam, diamlah dengan niat yang suci, setiap orang yang mendahulukan niat – sebelum pelaksanaan amal – maka tiada amal baginya; kamu jika bicara atau diam menunjukkan ketiak itu dirimu berada dalam lingkaran dosa, karena kau tidak punya niat suci, diam dan bicaramu itu tanpa sunnah, yaitu ketika terjadi perubahan situasi serta penyempitan rizki (pendapatan) maka kamu sama meubah niat demi memperoleh sesuap nasi itu; ketika terjadi perceraiberaian harta ternyata kau mengingkari nikmat yang disebabkan adanya pergeseran, maka kembalilah nikmat itu, karena kau suka sombong, suka menjatuhkan hukum atasnya; lakukan dan jangan kau laksanakan; kenapa kau lakukan? Itu lebih baik jika terjadi demikian; karena permasalahan ini lebih jauh (kompleks) meliputi waktu dan penjauhan diri.
Siapa dirimu, wahai Bani Adam, kau hanya sosok ciptaan yang tercipta dari tetesan air hina; rendahkan dirimu di hadapan Tuhan, hinakan untuk-Nya; bila kau tidak punya rasa taqwa, maka tiada kemuliaan bagimu di sisi-Nya; peliharalah dirimu di hadapan orang-orang shalih, dunia seluruhnya adalah hukum sedang akhirat seluruhnya adalah ketentuan.
Wahai manusia, peliharalah takutmu, bertakwalah kepada Al-Haq; tiada sessuatu terbaik bagimu kecuali meniti jalan itu, jadilah orang berakal, bukalah matahatimu; pabila Ulama mengunjungi rumahmu janganlah kamu mendahului bicara, sebaliknya bicaramu harus berisi jawaban-jawaban, dan jangan bertanya perihal sesuatu yang tidak diketahuinya.
Menerapkan tauhid itu wajib, mencaari ilmu, menetapkan ikhlas dalam beramal, mengangkat, mengganti uantuk melaksanakan sesuatu kerja itu juga wajib, menjauhlah dari kaum fasiq dan munafik, benarkan orang-orang shalih; orang-orang benar; pabila kamu merasa berat dalam menghadapi masalah, sedangkan kamu tidak bisa memisahkan antara yang shalih dan munafiq, maka bangunlah di malam hari untuk melakukan shalat dua raka’at, lalu ucapkan doa : Wahai Tuhan, tunjukan aku orang-orang shalih, tunjukan aku orang-orang yang menuntunaku dan berilah aku makanan dari makanan yang Engkau pilih, celakilah mataku dengan nur pendekatan dengan-Mu, dan beritailah aku dengan sesuatu yang nampak di mata, bukan taklid.”  Wahai manusia makanlah dari makanan keutamaan Allah dan minumlah dari minuman kejinakan dengan-Mu; bermusyawarahlah di pintu yang mendekatkannya; janganlah cukup menerima kebaikan bahkan bermujahadahlah, bersabarlah dan pergilah dari mereka sampai berita mereka jadi nyata; ketika mereka sampai bertaut kepada Tuhan niscaya mereka dilatih sopan, tatakerama, hikmah dan beraneka ragam disiplin ilmu; mereka ditampakkan kerajaan-Nya dan mereka dikenalkan bahwa di langit atau di bumi tiada penguasa lain selain Dia; tiada penggerak, tiada penenang kecuali Dia, tiada penentu atau peutus kecuali Dia; mereka diperlihatkan apa pun yang  ada di sisi-Nya, maka mereka meliaht Dia melalui mata hati dan sirri mereka, praktis dunia atau keberadaan apa saja tidak tertinggal bagi mereka dan mereka pun tidak menggunakan semua itu untuk berhias.
Wahai Allah perlihatkan kami sebagaimana Engkau perlihatkan kepada mereka, beikan ma’af dan afiat kepada kami.
Dan berikan kepada kami kehidupan yang baik di dunia dan kehidupan yang baik di akhirat dan selamatkanlah kami dsri siksa neraka.
Wahai manusia, bertaubatlah dari penjauhan takwa; takwa itu pengobat (terapi) dan penjauhannya itu penyakit; bertaubatlah, karena taubat itu pengobat; sedang disa itu penyakit; sabda Nabi saw :
“Maukah kamu aku beritahu tentang sesuatu pengobat dan penyakit? Mereka menjawab : Ya, kami bersedia wahai Rasulullah. Sabda Rasulullah : penyakitmu adalah dosa dan pengobatmu adalah taubat.”
Taubat itu landasan iman, penekunannya terletak dalam berdzikir dan taat kepada Allah, jika ditekuni niscaya oleh dzikir itu menjadi terapi jiwa; bertaubatlah dengan lisan iman, niscaya membawa keberuntungan; jadikanlah iman sebagai pedangmu ketika datang bencana (ujian) Tuhan.
Segala puji bagi Allah, Tuhan pengausa seluruh alam.
Jangan jadi pendusta
Beliau berkata:
Jadilah orang berakal, jangan jadi pendusta; engkau berkata aku takut Allah, ternyata kamu takut yang lain; kamu jangan takut, baik jin, manusia atau Malaikat; juga jangan takut pada satu pun hewan yang bisa bicara atau hewan benaran; kamu jangan takut siksa dunia atau siksa akhirat; tapi takutlah hanya kepada Allah, Orang berakal itu tidak pernah takut cercaan orang – jika benar ia di sisi Allah --- ia menuli dari ocehan siapa pun selain Allah; seluruh makhluk menurutnya lemah dan butuh; demikianlah realitas Ulama yang bisa mengambil kemanfaatan ilmunya; Ulama dengan syara’ serta para pemikir Islam lain adalah dokter-dokter agama yang gagah perkasa mempertahankan existensi Islam dan syara’ dari kehancurannya. Wahai orang yang berantakan agamanya; menghadaplah mereka sehingga tertahan dari keberantakan agamamu.
Wahai Allah, sesungguhnya kami mohon agar dekat dengan-Mu tanpa tercampuri bala’; cukuplah kami dari keburukan yang teramat atau dari tipudaya orang-orang durhaka; peliharalah kami menurut kehendak-Mu sebagaimana aku kehendaki; kami mohon ampunan dan afiat dalam beragama di dunia sampai akhirat dan kami mohon taufik untuk pelaksanaan amal shalih dan ikhlas dalam segala amal. Aamiin.
Suatu hari seorang lelaki datang kepada Abu Yazid all-Bistami, ketika itu ia tetap melihat ke kanan dan ke kiri. Kata Abu Yazid : apa yang terjadi paamu? Lelaki itu berkata : mencari tempat yag bersih untuk shalat. Kata Abu Yazid : sucikan hatimu, baru kamu bisa shalat di mana kamu kehendaki. Berkaitan dengan peristiwa ini, sesungguhnya tiada seorang pun mengetahui riya’ kecuali orang ikhlas; di sana mereka ikhlas bersama-Nya; ia sebagai akhir tujuan setiap perjalanan hidup manusia – yang tidak bisa tidak mereka harus melalui jalur itu; riya’, ujub dan munafiq merupakan sekian banyak di antara panah-panah setan yang hendak dilemparkan ke buluh hati manusia.
Terimalah apa yang datang dari Ulama, belajarlah dari mereka untuk mencapai jalur yang tembus berpagut dengan Allah; karena jalur itu benar-benar dilalui mereka; tanyakan mereka tentang sifat, nafsu dan hawa; sesungguhnya merek sudah mengenal berbagai afat (ujian Allah), memahami seluk beluk khianat juga kegilaan menusia akibat ritasi masa; janganlah kamu terperdaya oleh hembusan setan; jangan sampai hancur karena terkena panah nafsu, karena semua itu pasti terrlempar kepadamu melalui panahnya dan temanmu yang busuk; mohonlah pertolongan Tuhan dari semua musuh itu.
Sesungguhnya cobaan itu banyak tapi penagkalnya hanya satu; penyakit juga banyak tapi penyembuhnya Cuma satu; wahai pesaskit jiwa, serahkan jiwamu kepada dokter; kamu tak perlu dukacita atas sesuatu yang dikehendaki padamu, karena Dia lebih penyantun kepadamu daripada dirimu sendiri; peliharalah dirimu di hadapan-Nya, kamu jangan membelakangi-Nya, kaerna kamu bisa melihat segala kebaikan dunia dan akhirat hanya melalui Dia.
Manusia dalam ketenangan, kesepadanan dan ketercengangan secara luas, pabila hal ini telah tejadi padamu dan mengekal di dalamnya, mereka dibicarai seperti kesaksian di hari kiamat; mereka tidak berbicara kecuali jika diajak bicara; mereka tidak mengambil kecuali jima diberi; mereka tidak suka cita kecuali jika disukacitakan; praktis hati mereka benar-benar menyerupai hati para Amalikat, yang konotasinya :
“Mereka tiak maksiat pada sesuatu perintah Allah dan mereka sama bertindak apa yang diperintahkan kepada mereka.” (Qs.LXVI : 6).
Mereka berlaku benar, bersungguh-sungguh dalam bertindak menyerupai Malaikat, bahkan mereka diberi tambahan berupa manzilah-manzilah; mereka dibekali dengan ma’rifat Allah dan berilmu tentang Dia; sedang para Malaikatt menjadi pembantu dan pengikut mereka untuk menyerap kegunaan mereka, karena berbagai hikmah telah dituangkan dalam hati mereka, hati mereka terpelihara dari berbagai afat yang sekiranya datang menyusup ke setiap organ tubuh, setiap sendi dan jiwa; maka jika kamu ingin berpagut dengan manzilah-manzilah mereka hendaklah kamu jaga kebenaran Islam; setelah itu, tinggalkan laku dosa; baik dosa lahir atau batin; kemudian ber wara’ – ini jalur terapi  -- lalu terapka zuhud di dunia, baik bagi yang diperbolehkan atau yang dihalalkan, berkaya diri dengan fadilah Allah, berzuhud dalam kefadilahan-Nya dan berkaya dengan pendekatan-Nya; apa bila rasa perkaya diri telah nyata secara bersih, niscaya keutamaan-Nya (fadilah) dituangkan kepadamu, dan pintu-pintu pembagian-Nya terbuka untukmu meliputi pintu kelembutan, rakhmat dan munnah-Nya, dari sana tercabutlah dunia darimu lalu dihamparkan menuju proses akhir.
Nah, demikian di antara kejadian yang terjadi pada para wali, orang-orang benar, sehingga dengan timbangan takwa mereka tidak terforsir oleh satu pun urusan dunia; sedang bagi manusia secara umum teka memperdulikan bersimbah dunia; sebab mereka memang amat menyukai dunia dibanding Allah; paling tidak pencarian dunia mereka terjembatkan kepada-Nya; artinya seandainya dunia itu diberikan kepada mereka niscaya terepotkan oleh dunia itu – melayani dan bermesra bersamamnya; demikian pandangan secara uum bagi manusia. Demikian pula keganjilan mereka keganjilan itu terletak pada ketidak adanya mengikuti undang-undang nabi saw.; adapun di antara sekian banyak orang yang dipalingkan dari dunia serta tidak terepotkan untuk melayaninya adalah termasuk orang yang tidak terbelalak kala melihat bagian-bagiannya; bahkan yang demikian disetai zuhud tanpa mengambil peduli; sehingga kalau pun pintu-pintu kekayaan dunia di buka untuknya, ia tentu menolak, bahkan ia berkata – “Wahai Tuhan, hidupkan aku secara miskin, matikan aku secara miskin dan kumpulkan aku bersama orang-orang miskin.”
Zuhud adalah sebagai bagian dari munnah yang baik; jika tidak bagaimana seseorang mampu berzuhud dari bagian dunianya; orang berman itu sebenarnya terlepas beban loba, tidak memburukkan dan tidak juga mempercepat; zuhud itu harus diniati sepenuh hati; juga harus mampu memalingkan rasa suka hati dari dunia sebaliknya mengisi kesibukan pada perintah apa pun dari Allah.
Wahai sahay, tahanlah syahwat, setiap rasa yang melemahkan dan suapilah dengan makanan bersi yang tidak mengandung kotor; sesuatu yang suci itu menunjukkan halal dan haram itu najis; berangkatlah sejak dini dengan makanan halal sehingga kamu tidak patut dibenci; bermurah hati jangan bertingkah buru; wahai Allah kenalkan kami dengan-Mu sehingga kami benar-benar mengenal-Mu. Aamiin.
Cinta kepada Allah
 Beliau berkata:
Mensitir sabda Nabi Muhammad saw. “bahwa seseorang datang kepada Nabi, katanya : sesungguhnya aku mencintai Agama Allah. Sabda Nabi saw. : peganglah bala’ sebagai jilbab dan genggamlah fakir sebagai jilbab.”
Karena kamu ingin brsifat seperti sifatku, maka kamu harus menerapkan sifat pribadiku dalam jiwamu; artinya demikian; sebab di antara syarat mehabbah itu harus disertai persesuaian; Abu Bakar As Shiddiq adalah sosok orang yang amat mencintai Rasulullah, maka beliau pun mendarmabaktikan jiwa dan seluruh hartanya – untuk keperluan agama – dan bersifat mengikuti sifat-sifat Rasulullah; sejalan dengan kepribadian itu, beliau juga menerapkan kefakiran dalam jiwanya sampai beliau benar-benar sunyi dari persediaan harta; beliau bersesuaian dengan Rasulullah, lahir atau batin, dari yang berbentuk sirri atau yang tampak. Tetapi dirimu, wahai pendusta suka mengaku orang shalih, padahal kamu sembunyi dari mereka baik bersama uang atau perhiasan, dan kamu ingin dekat mereka atau berkawan dengan mereka; mana bisa!!!..
Jadilah orang berakal, pengakuanmu itu hanya cinta dusta; cinta itu tidak mungkin tersembunyi untuk orang yang dicinta bahkan cinta itu membekas pada sesuatu; adapun yang biasa terjadi pada pribadi Nabi saw. adalah fakir – itu tidak bisa dipisahkan; karena itu beliau pernah bersabda : “fakir itu lebih mempercepat jalinan denganku bagi orang yang mencintai aku daripada mengalirnya air menuju hulu.”
Kata Aisyah r.a. “tidak henti-hentinya dunia bagi kami mengeruhkan keluarga selagi Rasulullah masih di samping kami, ketika Rasulullah wafat dunia dituangkan kepada kami secara besar-besaran.” Maka disyaratkan cinta kepada Rasulullah harus kefakiran, dan mencinta Allah harus menerima ujian-Nya.
Ada Ulama berkata : setiap cobaan bergandeng kasih. Mungkinkah kau disebut cinta Allah sedang kecintaan itu kau sertai dusta, munafiq dan riya’ atas nama-Nya; cabutlah pengakuan dan kedustaanmu; kamu tak perlu memasukan pikiranmu jika datangmu untuk menyatakan benar, jika tidak tak perlu ikuti kami. Kau jangan sia-sia berpindah karena kau tidak diterima; bahkan membisu saja diketawakan; janganlah kau mengambil alat penghibur dengan ular dan singa, karena keduanya itu bisa membahayakan jiwa; bila kau punya mantera penakluk ular, boleh kau mempermainkannya; jika kau punya tenaga boleh kau bermain dengan singa; sungguh jalan Allah itu butuh sekali kebenaran, juga sangat membutuhkan nur ma’rifat; bersama mentari ma’rifat yang terbit dalam hati orang-orang benar selamanya tidak pernah suram – siang atau malam.
Wahai sahay, jadilah orang berakal; jangan dekati pencipta model zaman kini, karena hakekatnya mereka adalah serigala yang berbusana; ambillah pengacara berfikir; perhatikan gambar di sana; mohonlah kepada Allah agar memberi petunjuk kepadamu; sesungguhnya aku terima berita manusia dan dari Tuhan, maka yang aku temui keburukan terletak pada manusia, kebaikan pada Tuhan.
Wahai Allah selamatkan kami dari keburukan mereka, limpahkan rizki untukmu di dunia dan akhirat; sesungguhnya aku tidak memerlukanmu, hanya aku butuh kamu untukmu; untuk memperlilit talimu; aku tidak mengambil sesuatu pun darimu kecuali untukmu sendiri, bukan untukku; bagiku yang gmencukupkan aku bukan dari sesuatu yang ku ambil darimu; aku tidak punya apa pun kecuali kerja bertawakal kepada Allah; aku tidak akan menanti sesuatu yang tidak datang untukku; bukan seperti penantianmu; karena yang demikian adalah gambaran orang-orang munafik yang suka riya’, suka menggantungkan diri kepada sesamanya bukan kepada Allah.
Kutekankan kepada seluruh bumi; jadilah orang berakal; jika kamu ingin beruntung usahakan agar menjadi seperti pandai besi untuk melandasiku, hingga seluruh nafsu, hawa, tabiat, setan dan musuh semuanya terpecah!
jangan menyanjung orang kaya karena kekayaannya
Beliau berkata: dengan mensitir Hadis Nabi saw :
“Barangsiapa menjunjung (menyanjung) orang kaya karena terdorong ingin memperoleh apa yang ada padanya, maka hilanglah sepertiga agamanya.”
Dengarlah, wahai orang munafiq, demikian akibat perendahan diri di hadapan orang kaya, maka bagaimana hasil shalat, puasa dan haji orang yang berbuat seperti ini, bahkan mereka menerima cerca mereka. Wahai pemusyrik Allah, tidakkah kau terima berita Dia dan rasul-Nya; Islamlah, taubatlah dan ikhlaslah dalam bertaubat hingga imanmu kembali dan keyakinanmu terjunjung, tauhidmu tumbuh maka cabang-cabangnya pun naik ke arasy.
Anak-anak muridku, bila kau pelihara iman, kau tumbuhkan (persubur) batangnya tentu diperkaya Allah untuk dirimu sendiri dari segala ciptaan Allah menghias jiwa, hati dan sirrimu lalu menempatkanmu pada pintu-Nya, memperkaya pikirmu dengan ingat dekat dan berjinak bersama-Nya; ketika itu kamu tidak peduli lagi terhadap orang gyang bersimbah dunia atau tersibukkan olehnya; juga tidak memperdulikan orang-orang yang haus menguasai dunia.
Wahai orang yang mengaku berilmu, sedang ia giat mencari dunia tanpa perduli dengan atau jatuh untuk mereka, sungguh kamu disesatkan Allah karena ilmu itu; lenyaplah keberkahan ilmumu; lenyap akalmu tinggal kulut saja. Dan kamu, wahai pengaku ahli ibadah, sedang hatimu giat menyembah ciptaan, takut mereka dan mengharap mereka; secara lahiri kamu memang penyembah Allah, tapi batinmu menyembah ciptaan; setiap apa yang kau cari atau yang kau tuju semata dari mereka termasuk kepingan-kepingan mutiara, uang dan dunia; kau mengharap pujian mereka tapi takut cela dan pemalingan mereka, rupanya kau takut jika subsidi dari mereka tertutup, karena itu mereka selalu kau harapkan; bahkan kau tak malu-malu bicara lembut di hadapan mereka.
Celaka kamu; menurut pengamatanku kau termasuk pemusyrik, munafik bahkan zindik. Sungguh celaka; kau lakukan shalat, mulutmu mengucapkan  Takbir (Allahu Akbar), tapi ucapan itu kau dustai sendiri;sebenarnya kedudukan ciptaan di hatimu itu lebih besar daripada Allah; bertaubatlah kepada Allah; kau jangan beramal baik kecuali untuk-Nya; jangan peruntukkan dunia atau akhirat; jadilah seperti orang yang berhasrat kepada-Nya semata; berikan hak Ketuhanan-Nya – harus kau sembah – janganlah beramal untuk mencari pujian; karena diberi atau dicegah; sadarlah rizkimu itu tidak bertambah juga tidak berkurang; sesuatu yang telah diputus untukmu – kebaikan atau keburukan – pasti datang; persempitlah lobamu dan perpendek punyamu; jadikanlah mati sebagai rujukan penglihatanmu; niscaya beruntung jika bersedia menerapkan syarat dalam segala aktivitas.
Wahai manusia, bukankah syara’ sudah ditetapkan untukmu, dan kau tetapkan pada sikap lahiri dan batini, lalu kau jual nafsu, hawa dan kau perdayakan kebesaran Allah, suatu saat sikssa dan belenggu jiwa tentu tersembul darimu; segala sifatmu niscaya diperlihatkan semua lalu mencengkeram dan menyerangmu, berakhir dengan kematian yang pedih, di sana (kubur); dirimu  dipersempit dan disiksa oleh-Nya sampai kiamat sambil menunggu keputusan Mahkamah Agung; di sana kau diperhitungkan meliputi segala aktivitas hidup; kamu diminta untuk mempertanggungjawabkan  berbagai masalah besar atau kecil; jika demikian gambarmu, maka tak jauh berbeda dengan patung yang tak bernyawa, kulit kering mengisut tidak berarti yang sama artinya tidak berkekuatan lagi; di saat itu tiada balasan terbaik untukmu kecuali neraka; karena ibadahmu di dunia tidak ikhlas, maka tiada balasan baik kecuali luapan api neraka.
Kembalilah kepada Allah dengan pembaruan Islam taubat yang baik serta ikhlas di dunia sebelum mati menjemputmu; sebab, jika satu perkara itu sudah tertutup pintunya berati kau tidak bisa bertaubat lagi; kembalilah kepaa-Nya dengan kelurusan hati sehingga pintu keutamaan tidak tertutup untukmu.
Celaka, mengapa kau tidak malu kepada Tuhan, sedang kau jadikan kepinga-kepingan uang sebagai Tuhan, hari-harimu sebagai tujuan akhir dan kau lupakan Tuhanmu secara umum. Dalam waktu dekat niscaya kau melihat hasil perbuatanmu.
Serahkan kedai-kedai, hartamu untuk membantu keluarga, untuk kasab mereka berdasar syara’ sedang hatimu tetap tawakal kepada Allah, carilah rizkimu dan rizki mereka dari Allah, bukan dari harta atau kedaimu dan perputaran rizkimu dan rizki mereka.
Jadikanlah fadilah dan kejiwaan bersama-Nya, niscaya kau terkayakan dari keluargamu dan Dia memperkaya mereka dengan sesuatu yang dikehendaki; dikatakan pada hatimu ini untuk dirimu dan ini untuk keluargamu; tapi bagaimana kamu bisa memperoleh perkara ini sedang selama perjalanan hidupmu bercabang-cabang, tertutup lagi menjauh dari-Nya; janganlah kau berkenyang diri dengan dunia dan isinya; tutuplah pintu hatimu rapat-rapat; putuskanlah segala keberadaan yang hendak memasukinya; lalu terapkan di dalamnya kenangan untuk Allah; taubatlah sebenar-benarnnya; menyesallah atas laku dan adabmu yang buruk sepenuh penyesalan; orang beriman yang yakin dengan perselisihan dunia dan akhirat tidaklah menjadi bakhil.
Nabi Isa a.s.; berkata kepada iblis : “Siapakah di antara sekian banyak manusia yang kau sukai?” Jawab Iblis : “Orang beriman yang bakhil.” Kata Nabi Isa a.s.; : “Siapa pula di antara mereka yang kau benci?” Jawab iblis : “Orang fasiq yang mulia.” Kata Nabi Isa a.s. kepada iblis : “Mengapa demikian?” Jawab Iblis : “Karena aku amat mengharap orang beriman yang bakhil akan menerapkan bakhilnya dalam laku maksiat; dan aku takut si fasiq yang mulia jika sampai terhapus sifat buruknya oleh sifat mulianya.
Wahai di mana orang-orang bertaubat yang menekuni taubatnya; mana orang yang malu dan takut kepada Tuhan dalam segala aktivitasnya; wahai, di manakah orang yang membersihkan diri dari perkara haram – baik waktu sunyi atau terangnya; di manakah orang yang mendahulukan sikap malu hati dan memutarnya? Sabda Nabi saw. : “Sesungguhnya kedua mata tentu diperhias, sedang penghiasnya adalah melihat hal-hal yang haram.”  Berapa kali kau perzinakan matamu dengan memandang perkara haram – seperti wanita dan lainnya. Padahal Allah telah berrfirman :
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman supaya mereka menahan sebagian penglihatan mereka.” (Qs. XXIV : 30).
Anak-anak muridku, selagi dalam hatimu terbersit rasa cinta dunia, kamu tak bisa melihat sesuatu pun ikhwal orang-orang shalih; selagi kau dusta dan bersirkah kepada manusia tidak mungkin mata hatimu terbuka; tiada kata yang mengantarmu hingga berzuhud dari ciptaan; jadilah mujtahid; persibuk dirimu dengan ddisiplin taubat; kembalikan segala kebutuhanmu kepada-Nya; sesungguhnya Dia itu lebih utama daripada yang lain; peliharalah hukum-hukum syara’-Nya; biasakan bertaqwa kepada-Nya dan tinggalkan dunia serta akhirat; karena kedua masalah yang ada itu akan terus mendatangimu sampai tak ada masalah yang ada itu ahdap sesuatu selain Dia itu bisa menjernihkan hati dari berbagai keruhnya; Jika kamu tidak segera menunjukkan hati kepada-Nya, maka sesungguhnya kamu seperti hewan – tak berakal.
Wahai, rizkimu tidak dimakannya selain kamu sendiri; tempatmu di surga dan neraka – tidak di tempatnya selain kamu; tapi sungguh kamu dikendalikan pelupa dan didikte hawa; setiap kali hikmah kau pasang dalam bentuk makanan, minuman, kawin, tidur dan tesalurnya sasaran ekonomi, tujuan cenderung kepada orang-orang kafir dan munafik, setelah kau peroleh kepuasan barang halal atau haram, masih diragukan apakah dalam hatimu terbersit rasa agama atau tidak.
Wahai para miskin, tangisilah jiwamu; jika anakmu mati di hari kiamat akan bangkit untukmu, tetapi kalau agamamu padam tak ambil pdeuli dan kau tidak menangisinya; maka para Malaikatlah yang mewakilimu sama memangisi dirimu karena menyesal melihat kerendahan semangat agamamu. Kamu ternyata tak berakal; seandainya akau berakal tentu akan menangisi kelenyapan agama bersama sumber-sumber kekayaan, sedang kau tidak kena coba; inilah akal dan kemalu-maluan; keduanya itulah sumber kekayaan yang benar; ilmu tidak berguna dan akal tidak bermanfaat untuknya; hidup tidak berfaedah; rumah tak terhuni; harta benda tak diketahui dan makanan tak termakan bila kau tak mengetahui sesuatu yang ada pada diri sendiri sungguh aku mengetahui; aku bersama pengacara syara’, yang dengannya menjadi hakim lahiri, dan pengacara ilmu Allah yang ia sebagai ilmu batin; bangunlah dari ketertiduran pelupa; basuhlah wajahmu dengan air pembangun, lalu lihatlah, apakah kamu Muslim atau kafir, beriman atau munafik, bertauhid atau pemusyrik, periya’ atau pemukhlis, penyama atau pembeda, ridla atau benci; Allah tidak akan ambil peduli dirimu atas kerelaan atau kebencian itu; karena kduanya itu sendiri berada di antara dlar dan naf’ (sengsara atau manfaat) sama-sama kembali untuk dirimu sendiri. Mahasuci Dzat yang Mulia; yang Halim; yang Utama; segala keberadaan bagaimana pun juga berada di bawah kelembutan-Nya; seandainya Dia tidak berlembut kepada kita, niscaya kita terlantar binasa.
Anak-anak muridku, kau berharap kepada Allah melalui ibadah, tetapi kau iringai syahwat, riya’ dan munafiq, bahan kamu benci mencari kemuliaan-Nya; engkau perumpil orang-orang shalih beserta kerusakanmu; apa yang kau andalkan, padahal dzikir mereka punya; pengajak untuk mengikuti pengetahuan mereka juga merreka punya; wahai pelari dari Tuhan; wahai manusia sesat; wahai penjauh dari lingkungan orang shalih! Celaka kamu, mana sesuatu yang keua perhatikan; mana sesuatu yang mampu merangsangmu untuk berakal; pada siapa kau mengadu; pada siapa kau minta tolong; bersama siapa kau hanyut; kala kau tertimpa derita dengan siapa kau berteguh hati?; ceritakan padaku, karena aku sudah tahu kedustaan dan munafiqmu; kau dan manusia lainnya bagiku laksana kepinding; jika di antaramu terdapat orang-orang yang benar, aku tetap mengetahui dan aku juga yang sanggup menjadi pelayannya; kalaupun ia hendak membawaku ke pasar, lalu menjual kau atau menjadikan daku sebagai tanggungan hutang, silahkan; Jika ia hendak mengambil busanaku atau apa saja yang aku miliki, atau ia hendak memerintah aku hingga aku jadi peminta, silahkan; tapi nyatanya kamu tak punya kebenaran tahid atau iman yang menunjang tujuan itu; mana kau punya amal; kau tak berbeda seperti kayu bakar yang tidak pantas kecuali untuk dijadikan santapan api.
Manusia itu sama, sukan menjadikan tujuan pertama utuk dunia; bebaskanlah hatimu dari apa pun dan tempatkan di sana satu masalah yang tidak berbentuk seperti keberadaan ini; bersihkanlah ibadah dari riya; nifaq dan sum’ah; luruskanlah ibadah hanya untuk Tuhan semata; tapi ternyata kau masih suka menyembah ciptaan, pembawa riya’, hawa nafsu dan pujian; tiada di antaramu yang benar mampu beribadah kecuali yang dikehendaki Allah; tapi sebagian besar di antara mereka suka menyembah dunia, dan takut jika sampai lenyap; inilah penyembah surga yang mengharap memperoleh kenikmatannya dan tidak mengharap Penciptanya; dan inilah penyembah neraka yang takut darinya tapi tidak takut Penciptanya : siapakah sebenarnya manusia; apakah sebenarnya surga itu; apakah sebenarnya neraka dan apa pula sebenarnya selain-Nya itu?
Firman Allah :
“Dan mereka hanya diperintahkan supaya menyembah Allah dengan tulus ikhlas beragama untuk Allah semata-mata.” (Qs.VIIIC :5)
Orang-orang arif lagi beriman tentu sama menghamba Allah bukan yang lain; berikanlah hak penuhanan dan penyembahan sebagaimana mestinya; sembahlah dia dengan mengikuti segala perintah-Nya, cintailah tapi tidak menurut arti lain dan tinggalkan apapun selain Dia; rupanya kau berupa patung-patung tak bernyawa; kau seperti bangunan-bangunan sedang orang lain isinya; kamu tampak sedang mereka sirr; orang shalih adalah para pejuang Nabi; penguat tangan kanan atau kirinya; muka atau belakang, sisa makanan para Nabi itu hanya terlimpah untuk mereka; mereka beramal menurut ilmu mereka, maka praktis mereka sebagai pewarisnya.
Sabda Nabi saw. :
“Ulama adalah pewaris nabi-nabi.”
Kala mereka beramal berdasar ilmu mereka, maka menjadi pengganti Nabi-Nabi, sekaligus mewarisi kenabian mereka.
Janganlah kau datang hanya untuk membawa sepucuk ilmu lalu merasa cukup; yang demikian tak berbeda seperti dakwah yang tidak disertai niat, tentu tidak bermanfaat; halnya ilmu tidak bermanfaat tanpa disertai amal. Nabi Muhammad saw. bersabda :
“Ilmu itu hanya terpanggil dengan amal, kalau sesuai ia bersambut, kalau tidak ia berpisah.”
Artinya berpindah barakahnya sedang pemelajarannya tetap; kulitnya tetap tapi akalnya lenyap.
Wahai para penjual amal dengan ilmu, di antaramu terdapat orang yang pandai berpantun disertai ibarat-ibarat dan kebenaran-kebenaran meliputi Balaghohnya, namun ia tidak beramal bahkan tak punya rasa ikhlas; seandainya kau mau melatih hati; niscaya terlatih pula organ tubuhmu, karena hati itu sentral organ tubuh yang ada; karena itu jika kau melatihnya tentu kerucuknya terlatih pula.
Ilmu itu diumpamakan kulit dan amal sebagai kerangka; hanyalah kulit itu bisa terpelihara jika kerangkanya juga terpelihara; hanyalah melalui penjagaan kerangka jika mengharap pelumas keluar darinya; maka bila tidak ada kerangka dalam kulit itu apa yang akan kau perbuat untuknya; jika kerangka itu tidak berminyak lalu apa yang akan kau perbuat untuknya; ilmu telah lenyap, karena bila amal tidak ada, maka ilmu pun pergi dengan sendirinya; mana mungkin bermanfaat bagimu atau pemeliharaan itu sedang pelajaranmu tidak kau sertai amal; wahai orang berilmu, jika ku ingin baik di dunia dan akhirat amalkanlah ilmumu, ajarilah manusia; wahai orang kaya, jika kau ingin baik di dunia dan akhirat, peringanlah beban orang-orang fakir. Nabi saw. bersabda :
“Manusia itu adalah keluarga Alah dan manusia yang paling dicintai Allah Adalah mereka yang mau menafkahkan (hartanya) untuk keperluan keluarga.”
Bahwa Ibrahim a.s.; bila mengetahui orang kafir yang sedikit sabarnya, beliau segera berkata : “ Wahai Allah, lapangkanlah pada diri kami di dunia dan zuhud kami di dalamnya, janganlah Engkau mencabutnya, maka hancurkanlah kebatilannya.
Wahai Allah, lembutkanlah untuk kaji dalam ketentuan dan ketetapan-Mu.
Mengenal Allah atas nikmat-Nya
Wahai, amat beruntung orang yang mengenal Allah – atas kenikmatan-Nya dan menyandarkan segala permasalahannya kepada-Nya, menelanjangi jiwanya sebab-sebab, dan kekuatannya; orang berakal adalah orang yang tidak memperhitungkan amalnya untuk Allah, tidak mencari pahala atas segala perbuatan baiknya.
Celaka kau, kau sembah Allah tanpa dasar ilmu, berzuhud tanpa ilmu, mengabil dunia tanpa ilmu, itulah penutup di atas penutup, kau tidak memilah yang baik dari yang buruk, kau tidak bedakan antara apa yang wajib dan apa yang tidak wajib bagimmu; kau tidak mengenal teman dan musuhmu; setiap hal ini hanya terjadi karena kedunguanmu atas hukum-hukum Allah dan peninggalanmu untuk melayani para guru; yaitu guru amal dan guru ilmu yang bisa menunjukkan kamu pada jalan Allah; sehrusnya ucapan itu untuk yang pertama, sedang amal yang kedua, dan dengan mengamalkannya kamu bisa sampai kepada Allah; tiada sesuatu penyambung kecuali disetai ilmu zuhud di dunia dan berpaling dengan hati memutar jiwa; orang berzuhud itu rela melepas dunia dari cengkeramannya, adapun zuhud yang benar itu mengusir rasa dunia dari hati; berzuhudlah didunia dengan mengikuti hati mereka maka jadilah zuhud itu setingkat dengan mereka, pergaulilah lahir dan batin mereka; karena api tabiat mereka telah padam, hawa mereka terkoyak, nafsu mereka terkendali dan keburukannya jadi baik.
Anak-anak muridku, bila zuhudmu di dunia telah sempurna, maka zuhudlah dalam ikhtiar dan ciptaan; kamu tak perlu takut atau mengharap mereka; segala sesuatu yang memerintah nafsu jangan kau terima, kecuali setelah datang perintah Allah; Adapun yang biasa terjadi padamu dari sudut hati; itu melalui ilham atau tidur sambil sinis menjauh dari semua ciptaan; kendati organ tubuh tenteram tidak ada ibarat yang membuat madlarat bagimu ibarat (pengajaran) itu hanya terjadi disertai ketenangan hati; ia adalah perrkara besar yang tidak menenteramkan dirimu sampai nafsu; tabiat, hawa dan apapun selain Allah padam bagimu; ketika itu kau baru hidup berdektan dengan-Nya; mati lalu bangkit; lalu saat dikehendaki kamu dibangkitkan kepada-Nya; pengembalian menjadi makhluk – ketika itu – tidak diketahui; sejauh mana perrbaikan mereka dan pengembalian mereka menuju pintu-Nya; engkau datang dari dunia dan akhirat bermil-mil semata untuk memperoleh bagian keduanya – dunia akhirat; kau diberi kekuatan lagi karena kekerasan manusia, lalu kamu dikembalikan kepada mereka – dari sesat – mereka dan menetapkan perintah kewajiban-Nya; jika hal itu tidak dikehendaki, maka pendekatan Dia bagimu dan kebebasan dari lain-Nya; tiada amanat untuk ciptaan setelah mencapai Al-Haq – Dzat pengda keberradaan ini – Dia Maha ada sebelum dunia ini; pengada segala sesuatu yang konstan setelah keberadaan ini; ketahuilah, dosa-dosamu itu laksana hujan; maka siapkan taubat untuk setiap tetesannya.
Celaka, kau pembenci : kau pemuja nafsu “libido” kau penggemar hawa, kau penghormat semua itu; lihatlah isi pelajaran kubur; bicarailah penghuni-penghuninya dengan lisan iman, niscaya mereka menyampaikan berita tentang situasi yang melingkupinya.
Wahai manusia, perbaguslah persahabatanmu bersama Allah, takutlah kepada-Nya; beramallah dengan hukum-hukum-Nya; karena Dia membebanimu berupa amalan-amalan hukum itu; beramallah dengan hukum ini; datangi hak-Nya; jika kau beramal menggunakan hukum itu, berarti telah menunaikan amal dengan usahamu; bahkan kamu termasuk mendorong orang lain untuk mengamalkan; berdampak ilmu yang kau punya itu pun membawa kegunaan (manfaat) atas ilmu yang belum pernah kau pelajari (mungkin yg dimaksud ilmu laduni),; karena, ketika itu keberadaanmu bersama ilmu-Nya dan bersama manusia dengan hukum-hukum-Nya; jika demikian, kamu tercatat orang pertama yang mengetahui bersumber ilmu-Nya menuju ke pencarian ke dua. Bila kenyataan penjejakan dalam hal pertama berhasil, suatu ketika yang kedua pun terdapat berupa orang yang kau jumpai; Tapi, bagaimana engkau bisa bertemu Ustadz – jika lakumu tetap begitu – surutlah ke belakang (berorientasi) dan terapkanlah akal, pendapat ilmu, baru amal dilanjutkan ikhlas. Sabda Nabi saw. “Bertaqqarublah... baru beruzlah.”
Orang beriman itu, orang yang belajar sesuatu yang diwajibkan atas dirinya, kemudian mengisolir dari manusia bersunyi-sunyi diri untuk beribadah kepada Allah; ia mengenal ciptaan cukup sebagian di antara mereka, dan mengenal Tuhan lalu mencitai, mencari dan melayani-Nya; ia juga tahu bahwa dlar, naf’, baik atau buruk, bukan di tangan mereka; bahkan hal itu justru berlaku untuk mereka datang dari Allah; maka bisa dilihat bahwa orang yang termasuk golongan mereka itu lebih baik daripada yang lekat dunia untuk kembali kepada-Nya dengan meninggal furu’nya; diketahui pula bahwa furu’ itu cukup banyak, sedang sumbernya hanya satu; karena itu genggamlah Dia.
Lihatlah kaca berfikir, maka bisa kau lihat bahwa berhenti pada satu pintu itu lebih baik daripada berhenti pada pintu-pintu yang beraneka ragam; Karena itu berhentilah pada Dia; genggamlah Dia; orang berriman yang yakin ikhlas lagi berakal sebenarnya telah diberi kejernihan berakal, oleh sebab itu ia menjauh dari keramaian manusia, dan mengambil mereka dari samping.