Selasa, 18 Agustus 2015

TERJEMAH KITAB AL-HIKAM

ALHIKAM
ibnu 'Atho'illah asSyakandary ra.
MUQODDIMAH
Segala puji bagi Allah, Tuhan yang mengisi [memenuhi] hati para wali-Nya dengan kasih sayang-Nya dan mengistimewakan jiwa mereka dengan memperhatikan kebesaran-Nya dan mempersiapkan Rahasia mereka untuk menerima ma'rifat-Nya, maka hati nurani mereka merasa bergembira dalam kebun ma'rifat-Nya dan roh mereka terasa nikmat di alam malakut-Nya, sedang Rahasia mereka berenang di lautan jabarut, maka keluar dari alam pikiran mereka berbagai permata ilmu dan dari lidah mereka mutiara hikmah. Maha suci Allah yang memilih mereka untuk mendekat pada-Nya dan mengutamakan mereka dengan kasih sayang-Nya. Maka terbagi antara mereka salik dan majdzub dan menyintai dengan yang dicintai, mereka tenggelam dalam cinta Dzat-Nya dan timbul kembali karena memperhatikan sifat-Nya. Kemudian shalawat dan salam atas Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam sumber dari semua ilmu dan cahaya, bibit dari semua ma'rifat dan sir [rahasia]. Dan semoga Allah ridha pada keluarga dan sahabatnya yang tetap taat mengikuti jejaknya. Amiiin.
Adapun dalam segala masa, maka ilmu tasawuf yang dahulunya atau hakikatnya ilmu tauhid untuk mengenal Allah, maka termasuk semulia-mulia ilmu terbesar dan tertinggi, sebab ia sebagai intisari dari pada syari'at, bahkan menjadi sendi yang utama dalam agama Islam, sebab Allah telah berfirman: "Wa maa khalaq tul jinna wal insan illa liya'buduun". [Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka menyembah Aku]. Karena pengertian ilmu Tauhid telah berubah namanya menjadi ilmu kalam, ilmu filsafat yang sama sekali, seakan-akan tidak ada hubungannya dengan akhlak dan amal usaha, maka timbul nama ilmu tauhid yang dijernihkan kembali dari sumber yang semula di ajarkan dan dilakukan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan sahabatnya. Sebab dari ilmu inilah akan dapat memancar nur [cahaya] hakikat, sehingga dapat menilai semua soal hidup dan penghidupan ini dengan bimbingan dan pentunjuk Allah dan pelaksanaan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Sedang kitab yang disusun oleh Abul Fadhel Ahmad bin Muhammad bin Isa bin al-Husain bin Athaillah al-Iskandary. Salah satu kitab yang sangat baik menjadi pedoman dalam ajaran tauhidnya, sehingga tampak benar bahwa ia berupa ilmu ladunni dan rahasia quddus.
 Adapun definisi ilmu tasawuf [tauhid], Junaid al-Baghdadi berkata: "Mengenal Allah, sehingga antaramu dengan Allah tidak ada perantara [hubungan dengan Allah tanpa perantara]. - Menerapkan dalam kehidupan semua akhlak yang terpuji menurut apa yang telah di sunnahkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan meninggalkan akhlak yang tercela. - Mengendalikan hawa nafsu sesuai kehendak Allah. - Merasa tidak memiliki apapun dan juga tidak dimiliki oleh siapapun kecuali Allah. Adapun caranya: Mengenal Asmaa Allah dengan penuh keyakinan, sehingga menyadari sifat-sifat dan af'al Allah di dunia ini.  Maka Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam yang telah mengajarkan dari tuntunan wahyu dan melaksanakannya lahir-batin sehingga diikuti oleh para sahabat-sahabatnya radhiallahu 'anhu.
Adapun mamfaatnya: Mendidik hati sehingga mengenal Dzat Allah, sehingga berbuah kelapangan dada, kesucian hati dan berbudi pekerti yang luhur menghadapi semua makhluk.
Abul Hasan asy-Syadzily radhiallahu 'anhu berkata: Pengembaraan kami terdiri diatas lima: 1. Taqwa kepada Allah lahir dan batin dalam kesendirian dan di depan publik. 2. Mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam semua kata dan perbuatan. 3. Mengabaikan semua makhluk dalam kesukaan ataupun dalam kebencian mereka. [tidak menghiraukan apakah mereka suka atau benci]. 4. Rela [ridha] menurut hukum [takdir] Allah, baik yang ringan maupun yang berat. 5. Kembali kepada Allah dalam suka dan duka. Maka untuk melaksanakan taqwa harus berlaku wara' [menjauh dari makruh, subhat dan haram] dan tetap istiqamah dalam mentaati semua perintah dan tetap tabah tidak berubah. Dan untuk melaksanakan sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, harus berhati-hati dan menerapkan budi pekerti yang baik. Dan mengabaikan makhluk dengan sabar dan tawakkal [berserah diri kepada Allah subhanahu wataala]. Rela [ridha] pada Allah atas segala takdir-Nya dan merasa cukup dan tidak tamak terhadap sesuatu. Mengembalikan segala-galanya hanya kepada Allah dalam suka dan duka dengan bersyukur dalam suka dan berlindung kepada-Nya dalam duka. Dan semua ini pada intinya ada 5 hal: 1. Semangat yang tinggi. 2. Berhati-hati pada yang haram dan menjaga kehormatan. 3. Taat dan memahami diri sebagai seorang hamba. 4. Melaksanakan kewajiban. 5. Menghargai nikmat. Maka barangsiapa yang bersemangat tinggi, pasti naik tingkat derajatnya. Dan barangsiapa yang meninggalkan larangan yang diharamkan Allah, maka Allah akan menjaga kehormatannya. Dan barangsiapa yang benar dalam taatnya, pasti mencapai tujuan kebesaran-Nya dan kemulian-Nya. Dan barangsiapa yang melaksanakan kewajibannya dengan baik, maka bahagia hidupnya. Dan barangsiapa yang menghargai nikmat, berarti mensyukuri dan selalu akan menerima tambahan nikmat yang lebih besar.
 Abul Hasan asy-Syadzily radhiallahu 'anhu berkata: Aku dipesan oleh guruku [Abdul Salam bin Masyisy radhiallahu 'anhu] : "Janganlah kamu melangkahkan kaki kecuali untuk sesuatu yang dapat mencapai keridhaan Allah, dan jangan duduk di majlis kecuali yang aman dari murka Allah. Dan jangan bersahabat kecuali kepada orang yang dapat membantu berbuat taat kepada Allah. Dan jangan memilih sahabat karib kecuali orang yang menambah keyakinanmu terhadap Allah, yang demikian ini sudah jarang untuk didapat.
Sayid Ahmad al-Badawi radhiallahu 'anhu berkata: "Perjalanan kami berdasarkan kitab Allah dan sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: 1. Benar dan jujur. 2. Bersih hati. 3. Menepati janji. 4. Bertanggung jawab dalam tugas dan derita. 5. Menjaga kewajiban." Seorang muridnya yang bernama Abdul Ali bertanya: Apakah syarat yang harus diperbuat oleh orang yang ingin menjadi wali Allah? Jawabnya: Seorang yang benar-benar dalam syariat ada 12 tanda-tandanya: 1. Benar-benar mengenal Allah [yakni mengerti benar tauhid dan penuh keyakinan kepada Allah]. 2. Menjaga benar-benar perintah Allah. 3. Berpegang teguh pada sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. 4. Selalu berwudhu [bila berhadas segera berwudhu kembali]. 5. Rela menerima ketentuan [takdir] Allah dalam suka maupun duka. 6. Yakin terhadap semua janji Allah. 7. Putus harapan dari semua apa yang di tangan mkhluk. 8. Tabah, sabar menanggung berbagai derita dan gangguan orang. 9. Rajin mentaati perintah Allah. 10. Kasih sayang terhadap semua makhluk Allah. 11. Tawadhu, merendah diri terhadap yang tua dan muda. 12. Menyadari selalu bahwa syaitan itu musuh yang utama. Sedang kendaraan syaitan itu dalam hawa nafsumu dan selalu berbisik untuk mempengaruhimu. Firman Allah: "Innasysyaithana laku aduwwun fattakhi dzuhu aduwwa." [Sesungguhnya syaitan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh. QS. Fathir 6]. Kemudian Ahmad Badawi melanjutkan nasehatnya; Wahai Abdul Ali: Berhati-hatilah kepada cinta dunia, sebab itu bibit segala dosa dan dapat merusak amal saleh. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: "Hubbud dunia ra'su kulli khathi'ah" [Cinta pada dunia itu sumber segala kejahatan]. Sedang Allah subhanahu wataala berfirman: ''Inna Allaha ma'alladzinat taqau walladzina hum muhsinun" [Sesungguhnya Allah berserta orang-orang yang bertakwa, dan orang-orang yang berbuat kebaikan. QS. an-Nahl 128]. Orang boleh mempunyai kekayaan di dunia ini, tetapi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang jangan cinta dunia, seperti Nabi Sulaiman 'alaihi salam dan para sahabat yang kaya, kita harus menundukkan dunia, dunia tidak boleh di letakkan dalam hati. Wahai Abdul Ali! Kasihanilah anak yatim dan berikan pakaian pada orang yang tidak berpakaian, dan beri makan pada orang yang lapar, dan hormatilah tamu dan orang dalam perantauan, semoga semoga dengan begitu kamu diterima oleh Allah. Dan perbanyaklah dzikir, jangan sampai termasuk golongan orang yang lalai disisi Allah. Dan ketahuilah bahwa satu rakaat di waktu malam lebih baik dari seribu rakaat di waktu siang, dan jangan mengejek/merendahkan orang yang tertimpa musibah. Dan jangan berkata ghibah atau namimah [membicaraka aib seseorang atau mengadu domba seseorang dengna yang lain]. Dan jangan membalas mengganggu orang yang telah mengganggumu. Dan maafkan orang yang menganiayamu. Dan berilah pada orang yang kikir padamu. Dan berlaku baik pada orang yang jahat padamu. Dan sebaik-baik moral [budi pekerti] seseorang ialah yang sempurna imannya. Dan barangsiapa tidak berilmu, maka tidak berharga di dunia dan akhirat. Dan barangsiapa yang tidak sabar, tidak berguna ilmunya. Barangsiapa yang tidak dermawan, tidak mendapat keuntungan dari kekayaannya. Barangsiapa tidak sayang kepada sesama manusia, tidak mendapat hak syafaat disisi Allah. Barangsiapa yang tidak bertakwa, tidak berharga disisi Allah. Dan barangsiapa yang tidak memiliki sifat-sifat ini, tidak mendapat tempat di surga. Berzikirlah kepada Allah dengan hati yang khusyu' dan waspadalah terhadap sesuatu yang melalaikan, sebab lalai itu menyebabkan hati beku. Dan serahkan dirimu pada Allah, dan relakan hatimu menerima musibah, ujian sebagaimana kegembiraanmu ketika menerima nikmat dan tundukkan hawa nafsu dengan meninggalkan syahwat.

1."BERSANDARLAH PADA ALLOH JANGAN PADA AMAL”

٭ مِنْ علاماتِ الا ِعْتِمادِ عَلىَ العَملِ نـُقـَصَانُ الرَّجاءِعِنْدَ وُجُوْدِ الزَّلل  ِ٭

1.“Sebagian dari tanda bahwa seorang itu bergantung pada kekuatan amal dan usahanya, yaitu berkurangnya pengharapan atas rahmat dan karunia Allah ketika terjadi padanya suatu kesalahan dan dosa.

 Orang yang melakukan amal ibadah itu pasti punya pengharapan kepada Alloh, meminta kepada Alloh supaya hasil pengharapannya, akan tetapi jangan sampai orang beramal itu bergantung pada amalnya, karena hakikatnya yang menggerakkan amal ibadah itu Alloh,. sehingga apabila terjadi kesalahan, seperti, terlanjur melakukan maksiat, atau meninggalkan ibadah rutinnya, ia merasa putus asa dan berkurang pengharapannya kepada Alloh.  sehingga apabila berkurang pengharapan kepada rohmat Alloh, maka amalnyapuan akan berkurang dan akhirnya berhenti beramal.
seharusnya dalam beramal itu semua dikehendaki dan dijalankan oleh Alloh. sedangkan dirikita hanya sebagai media berlakunya Qudrat Alloh.
Kalimat: Laa ilaha illalloh. Tidak ada Tuhan, berarti tidak ada tempat bersandar, berlindung, berharap kecuali Alloh, tidak ada yang menghidupkan dan mematikan, tidak ada yang memberi dan menolak melainkan Alloh.
Pada dasarnya syari’at menyuruh kita berusaha dan beramal. Sedang hakikat syari’at melarang kita menyandarkan diri pada amal dan usaha itu, supaya tetap bersandar pada karunia dan rahmat Alloh subhanahu wata’ala.
Apabila kita dilarang menyekutukan Alloh dengan berhala, batu, kayu, pohon, kuburan, binatang dan manusia, maka janganlah menyekutukan Allah dengan kekuatan diri sendiri, seakan-akan merasa sudah cukup kuat dapat berdiri sendiri tanpa pertolongan Allah, tanpa rahmat, taufik, hidayat dan karunia Allah subhanahu wata’ala.

2.“TAJRID dan KASAB”

٭ إرادَتـُكَ التَجْرِيْدَ معَ اِقامةِاللهِ اِيّاكَ فى الاَسْبَابِ مِنَ الشَهْوةِ الخفِيَّةِ، وَإرادَتـُكَ الاَسْبَابِ معَ اِقامةِاللهِ اِيّاكَ فى التَجْرِيْدَ اِنْحطاط ٌ عن الهِمَّةِ العَليَّةِ ٭

2.“Keinginanmu untuk tajrid [hanya beribadat saja tanpa berusaha untuk dunia], padahal Allah masih menempatkan engkau pada golongan orang-orang yang harus berusaha [kasab], maka keinginanmu itu termasuk nafsu syahwat yang samar [halus]. Sebaliknya keinginanmu untuk berusaha [kasab], padahal Allah telah menempatkan dirimu pada golongan orang yang harus beribadat tanpa kasab [berusaha], maka keinginan yang demikian berarti menurun dari semangat yang tinggi”.
Sebagai seorang yang beriman, haruslah berusaha menyempurnakan imannya dengan berfikir tentang ayat-ayat Alloh, dan beribadah dan harus tahu bahwa tujuan hidup itu hanya untuk beribadah(menghamba) kepada Alloh,sesuai tuntunan Al-qur’an.
Tetapi setelah ada semangat dalam ibadah, kadang ada yang berpendapat bahwa salah satu yang merepoti/mengganggu dalam ibadah yaitu bekerja(kasab). Lalu berkeinginan lepas dari kasab/usaha dan hanya ingin melulu beribadah.
Keinginan yang seperti ini termasuk keinginan nafsu yang tersembunyi/samar.
Sebab kewajiban seorang hamba, menyerah kepada apa yang dipilihkan oleh majikannya. Apa lagi kalau majikan itu adalah Alloh yang maha mengetahui tentang apa yang terbaik bagi hambanya.
Dan tanda-tanda bahwa Alloh menempatkan dirimu dalam golongan orang yang harus berusaha [kasab], apabila terasa ringan bagimu, sehingga tidak menyebabkan lalai menjalankan suatu kewajiban dalam agamamu, juga menyebabkan engkau tidak tamak [rakus] terhadap milik orang lain.
Dan tanda bahwa Allah mendudukkan dirimu dalam golongan hamba yang tidak berusaha [Tajrid]. Apabila Tuhan memudahkan bagimu kebutuhan hidup dari jalan yang tidak tersangka, kemudian jiwamu tetap tenang ketika terjadi kekurangan, karena tetap ingat dan bersandar kepada Tuhan, dan tidak berubah dalam menunaikan kewajiban-kewajiban.
  Syeikh Ibnu ‘Atoillah berkata : “Aku datang kepada guruku Syeikh Abu Abbas al- mursy. Aku  merasa, bahwa untuk sampai kepada Allah dan masuk dalam barisan para wali dengan sibuk pada ilmu lahiriah dan bergaul dengan sesama manusia (kasab) agak jauh dan tidak mungkin. tiba-tiba sebelum aku sempat bertanya, guru bercerita: Ada seorang ahli dibidang ilmu lahiriah, ketika ia dapat merasakan sedikit dalam perjalanan ini, ia datang kepadaku sambil berkata: Aku akan meninggalkan kebiasaanku untuk mengikuti perjalananmu. Aku menjawab: Bukan itu yang kamu harus lakukan, tetapi tetaplah dalam kedudukanmu, sedang apa yang akan diberikan Allah kepadamu pasti sampai kepadamu.

3.“KEKUATAN TAQDIR”

٭ سَوَابِقُ الهِماَمِ لاَ تَحْرِقُ اَسْوَرَالاَقْدَارِ ٭

3. "Kerasnya himmah /semangat perjuangan, tidak dapat menembus tirai takdir”

kekeramatan atau kejadian-kejadian yang luar biasa dari seorang wali itu, tidak dapat menembus keluar dari takdir, maka segala apa yang terjadi semata-mata hanya dengan takdir Alloh."

Hikmah ini menjadi ta’lil atau sebab dari hikmah sebelumnya (Iroodatuka tajriid) seakan akan Mushonnif berkata: Hai murid, keinginan/himmahmu pada sesuatu, itu tidak ada gunanya, karena himmah yang keras/kuat itu tidak bisa menjadikan apa-apa seperti yang kau inginkan, apabila tidak ada dan bersamaan dengan taqdir dari Alloh. Jadi hikmah ini (Sawa-biqul himam) mengandung arti menentramkan hati murid dari keinginannya yang sangat.
SAWAA-BIQUL HIMAM (keinginan yang kuat): apabila keluar dari orang-orang sholih/walinya Alloh itu disebut: Karomah. Apabila keluar dari orang fasiq disebut istidroj/ penghinaan dari Alloh.
Firman Allah subhanahu wata’ala: “Dan tidaklah kamu berkehendak, kecuali apa yang dikehendaki Alloh Tuhan yang mengatur alam semesta.” [At-Takwir 29]. “Dan tidaklah kamu menghendaki kecuali apa yang dikehendaki oleh Alloh, sungguh Alloh maha mengetahui, maha bijaksana.” [QS. Al-Insaan 30].


4. “Jangan ikut Mengatur”
٭ اَرِحْ نَفْسَكَ منَ التـَدْ بـِيْرِفماَ قامَ بهِ غيرُكَ عَنْكَ لا تقـُمْ بهِ لنـَفـْسك ٭

4."Istirahat/enakkan dirimu/pikiranmu dari kesibukan mengatur dirimu, dari apa-apa yang telah diatur/dijamin oleh selain kamu(yaitu Alloh), tidak perlu engkau ikut sibuk memikirkannya."


Yang di maksud TADBIIR (mengatur diri sendiri)dalam hikmah ini yaitu Tadbir yang tidak di barengi dengan Tafwiidh (menyerahkan kepada Alloh). Apabila Tadbir itu dibarengi dengan Tafwidh itu diperbolehkan, bahkan Rosululloh bersabda: At-tadbiiru nishful ma-‘isyah.(mengatur apa yang menjadi keperluan itu sebagian dari hasilnya mencari ma’isah/penghidupan).
Hadits ini mengandung anjuran untuk membuat peraturan didalam mencari fadholnya Alloh. pengertian Tadbir disini ialah menentukan dan memastikan hasil. karena itu semua menjadi aturan Alloh.
al-hasil, Tadbir yang dilarang yaitu ikut mengatur dan menentukan/memastikan hasilnya.
Sebagai seorang hamba wajib dan harus mengenal kewajiban, sedang jaminan upah ada di tangan majikan, maka tidak usah risau pikiran dan perasaan untuk mengatur, karena kuatir kalau apa yang telah dijamin itu tidak sampai kepadamu atau terlambat, sebab ragu terhadap jaminan Allah tanda lemahnya iman.

5.“TANDA MATA HATI YG BUTA”
٭ اِجْتِهادُكَ فيمَا ضُمنَ لكَ وتقـْصِيرُكَ فيماَ طُلبَ منكَ دَلِيلٌ على انطِماسِ البَصِيْرَةِ منكَ ٭

5. "Kesungguhanmu untuk mencapai apa-apa yang telah dijamin pasti akan sampai kepadamu, di samping kelalaianmu terhadap kewajiban-kewajiban yang di amanatkan kepadamu, membuktikan butanya mata hatimu."

Siapa saja yang disibukkan mencari apa yang sudah dijamin Alloh seperti rizki, dan meninggalkan apa yang menjadi perintah Alloh, itulah tanda orang yang buta hatinya.
Firman Alloh: "Dan berapa banyak makhluk bergerak yang bernyawa yang tidak [dapat] membawa [mengurus] rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu. Dia Maha mendengar, Maha mengetahui."[QS. al-Ankabuut 60].
Firman Alloh: "Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan shalat dan sabar dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat [yang baik di akhirat] adalah bagi orang yang bertakwa." [QS. Thaha 132].
Kerjakan apa yang menjadi kewajibanmu terhadap Kami, dan Kami melengkapi bagimu bagian Kamu.
Di sini ada dua perkara : 1. Yang dijamin oleh Alloh, maka jangan menuduh atau berburuk sangka kepada Alloh subhanahu wa ta'ala.
  2.Yang dituntut [menjadi kewajiban bagimu] kepada Allah, maka jangan abaikan.
Dalam sebuah hadits Qudsy yang kurang lebih artinya: "Hambaku, taatilah semua perintah-Ku, dan jangan memberi tahu kepada-Ku apa yang baik bagimu, [jangan mengajari kepada-Ku apa yang menjadi kebutuhanmu].
  Syeih Ibrahim al-Khawwas berkata: "Jangan memaksa diri untuk mencapai apa yang telah dijamin dan jangan menyia-nyiakan [mengabaikan] apa yang diamanatkan kepadamu." Oleh sebab itu, barangsiapa yang berusaha untuk mencapai apa yang sudah dijamin dan mengabaikan apa yang menjadi tugas dan kewajiban kepadanya, maka buta mata hatinya dan sangat bodoh.

6.“Ridho dengan pilihan Alloh”

٭ لاَيَكُنْ تأخُرَ أمَدِ العَطَاءِ معَ الاِلحاحِ فى الدُعاءِموجِباً لِياءسِكَ
فهُوَ ضَمن لكَ الاِجاَبة َ فيماَ يختَاَرُهُ لكَ لا فيمَا تَختاَرُلِنفْسِكَ وَفى الوَقتِ الَّذى يُرِيدُ لافى الوقتِ الذى تـُريدُ

6."Janganlah keterlambatan/tertundanya waktu pemberian Tuhan kepadamu, padahal engkau bersungguh-sungguh dalam berdo’a menyebabkan putus harapan, sebab Alloh telah menjamin dan menerima semua do’a dalam apa yang ia kehendaki untukmu, bukan menurut kehendakmu, dan pada waktu yang ditentukan Alloh, bukan pada waktu yang engkau tentukan."

Alloh telah berjanji akan mengabulkan do’a.  sesuai dengan firman-Nya,“Mintalah kamu semua kepada-Ku, Aku akan mengijabah do’amu semua”. dan Alloh berfirman, "Tuhanmulah yang menjadikan segala yang dikehendaki-Nya dan memilihnya sendiri, tidak ada hak bagi mereka untuk memilih."
Sebaiknya seorang hamba yang tidak mengetahui apa yang akan terjadi mengakui kebodohan dirinya, sehingga tidak memilih sesuatu yang tampak baginya sepintas baik, padahal ia tidak mengetahui bagaimana akibatnya. Karena itu bila Tuhan yang maha mengetahui, maha bijaksana memilihkan untuknya sesuatu, hendaknya rela dan menerima pilihan Tuhan yang Maha pengasih, Maha mengetahui dan Maha bijaksana. Walaupun pada lahirnya pahit dan menyakitkan rasanya, namun itulah yang terbaik baginya, karena itu bila berdoa, kemudian belum juga terkabulkan keinginannya, janganlah terburu-buru putus asa.
 Firman Allah: "Dan mungkin jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan mungkin jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." [QS. al-Baqarah 216].
Syeikh  Abul Hasan asy-Syadzily radhiallahu 'anhu ketika mengartikan ayat ini:''Sungguh telah diterima do’amu berdua [Musa dan Harun alaihissalam] yaitu tentang kebinasaan Fir'aun dan tentaranya, maka hendaklah kamu berdua tetap istiqamah [sabar dalam melanjutkan perjuangan dan terus berdo’a], dan jangan mengikuti jejak orang-orang yang tidak mengerti [kekuasaan dan kebijaksanaan Allah]." [QS. Yunus 89].
Maka terlaksananya kebinasaan Fir'aun yang berarti setelah diterima do’a Nabi Musa dan Harun alaihissalam selama/sesudah 40 tahun lamanya.
 Rasululloh shallallohu 'alaihi wasallam bersabda: "Pasti akan dikabulkan do’amu selama tidak terburu-buru serta mengatakan, aku telah berdo’a dan tidak diterima."
Anas rodhiallohu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada orang berdoa, melainkan pasti diterima oleh Allah doanya, atau dihindarkan dari padanya bahaya, atau diampuni sebagian dosanya, selama ia tidak berdoa untuk sesuatu yang berdosa atau untuk memutus silaturrahim.

  Syeih Abu Abbas al-Mursi ketika ia sakit, datang seseorang membesuknya dan berkata: Semoga Alloh menyembuhkanmu [Afakallohu]. Abu Abbas terdiam dan tidak menjawab.
Kemudian orang itu berkata lagi: Alloh yu'aafika.
Maka Abu Abbas menjawab: Apakah kamu mengira aku tidak memohon kesehatan kepada Alloh? Sungguh aku telah memohon kesehatan dan penderitaanku ini termasuk kesehatan,
ketahuilah Rasululloh shallallohu 'alaihi wasallam memohon kesehatan dan ia berkata: "Selalu bekas makanan khaibar itu terasa olehku, dan kini masa putusnya urat jantungku.''
 Abu Bakar as-Siddiq memohon kesehatan dan meninggal terkena racun.
 Umar bin Khottob memohon kesehatan dan meninggal dalam keadaan terbunuh.
Usman bin Affan memohon kesehatan dan juga meninggal dalam keadaan terbunuh.
 Ali bin Abi Tholib memohon kesehatan dan juga meninggal dalam keadaan terbunuh.
Maka bila engkau memohon kesehatan kepada Alloh, mohonlah menurut apa yang telah ditentukan oleh Alloh untukmu, maka sebaik-baik seorang hamba ialah yang menyerahkan segala sesuatunya menurut kehendak Tuhannya, dan meyakini bahwa apa yang diberikan Tuhan kepadanya, itulah yang terbaik walaupun tidak sejalan dengan nafsu syahwatnya. Dan syarat utama untuk diterimanya doa ialah keadaan terpaksa/kesulitan. Allah subhanahu wata'ala berfirman: "Bukankah Dia [Alloh] yang memperkenankan [do’a] orang yang dalam kesulitan apabila dia berdo’a kepada-Nya..." [QS. an-Naml 62].
 Keadaan terpaksa atau kesulitan itu, apabila merasa tidak ada sesuatu yang di harapkan selain semata-mata karunia Allah subhanahu wata'ala, tidak ada yang dapat membantu lagi baik dari luar berupa orang dan benda atau dari dalam diri sendiri.

7. “Jangan meragukan janji Alloh”

٭ لا يُشكـِّكنَّك فى الوَعدِ عدمُ وقوعِ المَوْعُودِ وانْ تَعَيَّنَ زمَنـُهُ لـءـلاَّيَكونَ ذٰ لكَ قَدحاً فى بصيرَتكَ واِخـْماَداًلِنورِ سَرِيرَتِكَ ٭

7."Jangan sampai kamu merasa ragu, terhadap janji Alloh, karena tidak terlaksananya apa yang telah dijanjikan itu, walaupun telah tertentu waktunya, supaya tidak menyalahi pandangan mata hatimu, atau memadamkan cahaya hatimu."

Manusia sebagai hamba tidak mengetahui kapankah Alloh akan menurunkan karunia dan rahmat-Nya, sehingga manusia jika melihat tanda-tanda ia menduga, mungkin telah tiba saatnya, padahal bagi Alloh belum memenuhi semua syarat yang dikehendaki-Nya, maka bila tidak terjadi apa yang telah diduganya, hendaknya tidak ada keraguan terhadap kebenaran janji Alloh subhanahu wata'ala.
 Sebagaimana yang terjadi dalam Sulhul [perdamaian] Hudaibiyah, ketika Rasululloh shallalloahu 'alaihi wasallam, menceritakan mimpinya kepada sahabatnya, sehingga mereka mengira bahwa pada tahun itu mereka akan dapat masuk ke kota Makkah dan melaksanakan ibadah umroh dengan aman dan sejahtera [mimpi Rasululloh saw. yang tersebut dalam surah al-Fath].
 Alloh berfirman: "Sungguh Alloh akan membuktikan kepada Rosul-Nya tentang kebenaran mimpinya bahwa kamu pasti memasuki Masjidil Haram, jika Alloh menghendaki dalam keadaan aman, dengan menggundul rambut kepala dan memendekkannya, sedang kamu merasa takut. Maka Alloh mengetahui apa yang tidak kamu ketahui, dan selain itu Dia telah memberikan kemenangan yang dekat." [QS. al-Fath 27].
Sehingga ketika gagal tujuan umroh karena di tolak oleh bangsa Quraisy dan terjadi penanda tanganan perjanjian Sulhul [perdamaian] Hudaibiyah, yang oleh Umar dan sahabat-sahabat lainnya dianggap sangat mengecewakan,
maka ketika Umar ra. mengajukan beberapa pertanyaan, dijawab oleh Nabi saw: Aku hamba Alloh dan utusan-Nya dan Alloh tidak akan mengabaikan aku.
Firman Alloh: "(Dalam menghadapi ujian dari Alloh) Sehingga Rosul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, Kapankah datang pertolongan Alloh? Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Alloh itu dekat." [QS. al-Baqoroh 214].

8. “Ketika Alloh membuka pintu perkenalan”

٭ اِذاَ فَتحَ لك وُجْهَة ً من التـَّعَرُّفِ فلا تُباَلِ معها ان قَلَّ عَمَلُكَ فَاِنَّهُ مافتحَهاَ لك الا وهو يرِيد انيتعرَفَ اليكَ
الم تَعلم انَّ التـَّعَرُفَ هوَمورِدهُ عليكَ والاَعمالُ انتَ مُهدِ يها اليهِ واَينَ ماتـُهد يهِ الَيهِ واَينَ ما تُهدِ يهِ اليْهِ مِمَّا هوَ مورِدهُ اليكَ ٭
8.”Apabila Tuhan membukakan bagimu suatu jalan untuk ma’rifat [mengenal pada-Nya], maka jangan menghiraukan soal amalmu yang masih sedikit, sebab Tuhan tidak membukakan bagimu, melainkan Ia akan memperkenalkan diri kepadamu. Tidakkah engkau tahu bahwa ma’rifat itu semata-mata pemberian karunia Alloh kepadamu, sedang amal perbuatanmu hanyalah hadiahmu kepad-Nya dengan pemberian karunia Alloh kepadamu.”

Ma’rifat [mengenal] kepada Allah, itu adalah puncak keberuntungan seorang hamba, maka apabila Tuhan telah membukakan bagimu suatu jalan untuk mengenal kepada-Nya, maka tidak perlu pedulikan berapa banyak amal perbuatanmu, walaupun masih sedikit amal kebaikanmu. Sebab ma’rifat itu suatu karunia dan pemberian langsung dari Allah, maka sekali-kali tidak tergantung kepada banyak atau sedikitnya amal kebaikan.
Abu Huroiroh ra. berkata: Rasululloh saw. bersabdaAlloh azza wajalla berfirman: “Apabila Aku menguji hamba-Ku yang beriman, kemudian ia tidak mengeluh kepada orang lain, maka Aku lepaskan ia dari ikatan-Ku dan Aku gantikan baginya daging dan darah yang lebih baik dari semula, dan ia boleh memperbarui amal, sebab yang lalu telah diampuni semua.”
   Diriwayatkan: Bahwa Alloh telah menurunkan wahyu kepada salah seorang Nabi diantara beberapa Nabi-Nya.” Aku telah menurunkan ujian kepada salah seorang hamba-Ku, maka ia berdoa dan tetap Aku tunda permintaannya, akhirnya ia mengeluh, maka Aku berkata kepadanya: Hamba-Ku bagaimana Aku akan melepaskan dari padamu rahmat yang justru ujian itu mengandung rahmat-Ku.” Karena dengan segala kelakuan kebaikanmu engkau tidak dapat sampai ke tingkat yang akan Aku berikan kepadamu, maka dengan ujian itulah engkau dapat mencapai tingkat dan kedudukan di sisi Alloh.

9. “Ahwal akan menentukan a’maal”

٭ تنوَّعت اجْناَسُ الاَعمالِ لتنوُّعِ وارِداَتِ الاحْوالِ ٭

9.”Beraneka macam jenis amal perbuatan, karena bermacam-macam pula pemberian karunia Allah yang diberikan kepada hamba-Nya.(Hal).”

Dalam pandangan tasawuf, Hal diartikan sebagai pengalaman rohani dalam proses mencapai hakikat dan makrifat. Hal merupakan zauk atau rasa yang berkaitan dengan hakikat ketuhanan yang melahirkan makrifatullah (pengenalan tentang Alloh). tanpa Hal tidak ada hakikat dan tidak diperoleh makrifat. Ahli ilmu membina makrifat melalui dalil ilmiah tetapi ahli tasawuf  bermakrifat melalui pengalaman tentang hakikat.
 Sebelum memperoleh pengalaman hakikat, ahli kerohanian terlebih dahulu memperoleh kasyaf yaitu terbuka keghoiban kepadanya. Ada orang mencari kasyaf yang dapat melihat makhluk ghaib seperti  jin. Dalam proses mencapai hakikat ketuhanan kasyaf yang demikian tidak penting. Kasyaf yang penting adalah yang dapat mengenali tipu daya syaitan yang bersembunyi dalam berbagai bentuk dan suasana dunia ini.
 Rasululloh saw. sendiri sebagai ahli kasyaf yang paling unggul hanya melihat Jibrail a.s dalam rupanya yang asli dua kali saja, walaupun pada setiap kali Jibrail a.s menemui Rasululloh saw. dengan rupa yang berbeda-beda, Rasululloh tetap mengenalinya sebagai Jibrail a.s.
 Bila seseorang ahli kerohanian memperoleh kasyaf maka dia telah bersedia untuk menerima kedatangan Hal atau zauk yaitu pengalaman kerohanian tentang hakikat ketuhanan. Hal tidak mungkin diperoleh dengan beramal dan menuntut ilmu. Sebelum ini pernah dinyatakan bahawa tidak ada jalan untuk masuk ke dalam gerbang makrifat. Seseorang hanya mampu beramal dan menuntut ilmu untuk sampai pintu gerbangnya. Apabila sampai di situ seseorang hanya menanti karunia Alloh, semata-mata karunia Alloh yang membawa makrifat kepada hamba-hamba-Nya. karunia Alloh yang mengandung makrifat itu dinamakan Hal.
 Ada orang yang memperoleh Hal sekali saja dan dikuasai oleh Hal dalam waktu yang tertentu saja dan ada juga yang  terus-menerus di dalam Hal. Hal yang terus-menerus atau berkekalan dinamakan wishol yaitu penyerapan Hal secara terus-menerus, kekal atau baqo’. Orang yang mencapai wishol akan terus hidup dengan cara Hal yang terjadi. Hal-hal (ahwal) dan wishol bisa dibagi menjadi lima macam:
1 : Abid: 
Abid adalah orang yang dikuasai oleh Hal atau zauk yang membuat dia merasakan dengan sangat bahawa dirinya hanyalah seorang hamba yang tidak memiliki apa-apa dan tidak mempunyai daya dan upaya untuk melakukan sesuatu. Kekuatan, usaha, bakat-bakat dan apa saja yang ada dengannya adalah  daya dan upaya yang dari Alloh. Semuanya itu adalah karunia Allohsemata-mata. Alloh sebagai Pemilik yang sebenarnya, apabila Dia memberi, maka Dia berhak mengambil kembali pada masa yang Dia kehendaki. Seorang abid benar-benar bersandar kepada Allah s.w.t sekiranya dia melepaskan sandaran itu dia akan jatuh, kerana dia benar-benar melihat dirinya kehilangan apa yang datangnya dari Allah s.w.t.
2 : Asyikin:
Asyikin ialah orang yang memandang sifat Keindahan Allah s.w.t. Rupa, bentuk, warna dan ukuran tidak menjadi soal kepadanya kerana apa saja yang dilihatnya menjadi cermin yang dia melihat Keindahan serta Keelokan Allah s.w.t di dalamnya. Amal atau kelakuan asyikin ialah gemar merenungi alam dan memuji Keindahan Allah s.w.t pada apa yang disaksikannya. Dia boleh duduk menikmati keindahan alam beberapa jam tanpa merasa jemu. Kilauan ombak dan titikan hujan memukau pandangan hatinya. Semua yang kelihatan adalah warna Keindahan dan Keelokan Allah s.w.t. Orang yang menjadi asyikin tidak memperdulikan lagi adab dan peraturan masyarakat. Kesedarannya bukan lagi pada alam ini. Dia mempunyai alamnya sendiri yang di dalamnya hanyalah Keindahan Alloh s.w.t.
3 : Muttakholiq: 
 Muttakholiq adalah orang yang mencapai yang Haq dan bertukar sifatnya. Hatinya dikuasai oleh suasana  Qurbi Faroidh atau Qurbi Nawafil. Dalam Qurbi Faroidh, muttakholiq merasakan dirinya adalah alat dan Allah s.w.t menjadi Pengguna alat. Dia melihat perbuatan atau kelakuan dirinya terjadi tanpa dia merancang dan campur tangan, bahkan dia tidak mampu mengubah apa yang akan terjadi pada kelakuan dan perbuatannya. Dia menjadi orang yang berpisah daripada dirinya sendiri. Dia melihat dirinya melakukan sesuatu  perbuatan seperti dia melihat orang lain yang melakukannya, yang dia tidak berdaya mengawal atau mempengaruhinya. Hal Qurbi Faraidh adalah dia melihat bahawa Allah s.w.t melakukan apa yang Dia kehendaki. Perbuatan dia sendiri adalah gerakan Allah s.w.t, dan diamnya juga adalah gerakan Allah s.w.t. Orang ini tidak mempunyai kehendak sendiri, tidak ada ikhtiar dan tadbir. Apa yang mengenai dirinya, seperti perkataan dan perbuatan, berlaku secara spontan. Kelakuan atau amal Qurbi Faroidh ialah bercampur-campur di antara logika dengan tidak logika, mengikut adat dengan merombak adat, kelakuan alim dengan jahil. Dalam banyak perkara penjelasan yang boleh diberikannya ialah, “Tidak tahu! Allah s.w.t berbuat apa yang Dia kehendaki”.
 Dalam suasana Qurbi Nawafil pula muttakholiq melihat dengan mata hatinya sifat-sifat Allah s.w.t dan dia menjadi pelaku atau pengguna sifat-sifat tersebut, yaitu dia menjadi khalifah dirinya sendiri. Hal Qurbi Nawafil ialah berbuat dengan izin Allah s.w.t kerana Allah s.w.t memberikan kepadanya untuk berbuat sesuatu. Contoh Qurbi Nawafil adalah kelakuan Nabi Isa a.s yang membentuk rupa burung dari tanah liat lalu menyuruh burung itu terbang dengan izin Allah s.w.t, juga kelakuan beliau a.s menyeru orang mati supaya bangkit dari kuburnya. Nabi Isa a.s melihat sifat-sifat Allah s.w.t yang diizinkan menjadi kemampuan beliau, sebab itu beliau tidak ragu-ragu untuk menggunakan kemampuan tersebut menjadikan burung dan menghidupkan orang mati dengan izin Allah s.w.t.
4 : Muwahhid: 
 Muwahhid fana’ dalam dzat, dzatnya lenyap dan DZat Mutlak yang menguasainya. bagi muwahhid ialah dirinya tidak ada, yang ada hanya Alloh s.w.t. Orang ini telah putus hubungannya dengan kesedaran basyariah dan sekalian maujud. Kelakuan atau amalnya tidak lagi seperti manusia biasa karena dia telah terlepas dari sifat-sifat kemanusiaan dan kemakhlukan. Misalkan dia bernama Abdullah, dan jika ditanya kepadanya di manakah Abdullah, maka dia akan menjawab Abdullah tidak ada, yang ada hanyalah Allah! Dia benar-benar telah lenyap dari ke‘Abdullah-an’ dan benar-benar dikuasai oleh ke‘Allah-an’. Ketika dia dikuasai oleh hal dia terlepas daripada beban hukum syarak. Dia telah fana dari ‘aku’ dirinya dan dikuasai oleh kewujudan ‘Aku Hakiki’. Walau bagaimana pun sikap dan kelakuannya dia tetap dalam ridho Allah s.w.t. Apabila dia tidak dikuasai oleh hal, kesedarannya kembali dan dia menjadi ahli syariat yang taat. Perlu diketahui bahawa hal tidak boleh dibuat-buat dan orang yang dikuasai oleh hal tidak berupaya menahannya.
 Orang-orang sufi bersepakat mengatakan bahawa siapa yang mengatakan, “Ana al-Haq!” sedangkan dia masih sadar tentang dirinya maka orang tersebut adalah sesat dan kufur!
5 :  Mutahaqqiq: 
 Mutahaqqiq ialah orang yang setelah fana dalam dzat turun kembali kepada kesedaran sifat, seperti yang terjadi kepada nabi-nabi dan wali-wali demi melaksanakan amanat sebagai khalifah Alloh di muka bumi dan kehidupan dunia yang wajib diurusi.
 Dalam kesadaran dzat seseorang tidak keluar  dari khalwatnya dengan Alloh s.w.t dan tidak peduli tentang keruntuhan rumah tangga dan kehancuran dunia seluruhnya. Sebab itu orang yang demikian tidak boleh dijadikan pemimpin. Dia mesti turun kepada kesedaran sifat barulah dia boleh memimpin orang lain. Orang yang telah mengalami kefanaan dalam zat kemudian disadarkan dalam sifat adalah benar-benar pemimpin yang dilantik oleh Alloh s.w.t menjadi Khalifah-Nya untuk memakmurkan makhluk Alloh s.w.t dan memimpin umat manusia menuju jalan yang diridhoi Alloh s.w.t. Orang inilah yang menjadi ahli makrifat yang sejati, ahli hakikat yang sejati, ahli thorikoh   yang sejati dan ahli syariat yang sejati, berkumpul padanya dalam satu kesatuan yang menjadikannya Insan Robbani. Insan Robbani peringkat tertinggi ialah para nabi-nabi dan Alloh karuniakan kepada mereka maksum, sementara yang tidak menjadi nabi dilantik sebagai wali-Nya yang diberi perlindungan dan pemeliharaan

10. “Ruhnya Amal yaitu Ikhlas”
٭ الاَعمالُ صوَرٌ قاءمة ٌ وَارواحُها وجودُ سِرِّ الاخلاصِ فيها ٭

10."Amal perbuatan itu sebagai kerangka yang tegak, sedang roh [jiwanya], ialah terdapatnya rahasia ikhlas dalam amal perbuatan itu."

Amal ialah,  geraknya badan lahir atau hati. amal itu digambarkan sebagai tubuh/jasad. sedangkan ikhlas itu sebagai ruhnya. yakni., badan tanpa ruh berarti mati. amal lahir atau amal hati itu bisa hidup hanya dengan adanya ikhlas. Alloh berfirma, “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan (ikhlas)kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus” albayyinah 5. “Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan (ikhlas)kepada-Nya.” Az-zumar 2.
Imam Hasan Al-Bashari, barkata, “Aku pernah bertanya kepada shahabat Hudzaifah r.a. tentang ikhlas, beliau menjawab: Aku pernah bertanya kepada Rasululloh SAW ikhlas itu apa, beliau menjawab: Aku pernah menanyakan ttg ikhlas itu kpd malaikat Jibril a.s dan beliau menjawab: Aku pernah bertanya ttg hal itu kepada Alloh Rabbul 'Izzaah, dan IA menjawab: "IKHLAS ialah RAHASIA di antara rahasia-rahasiaKU yg Kutitipkan di hati hambaKU yg Aku cintai."
Ikhlas itu berbeda/bertingkat sesuai dengan perbedaan orang yang beramal.
Keikhlasan orang yang bersungguh-sungguh dalam ibadah, dan amal perbuatan itu telah bersih dari pada riya' yang nampak ataupun yang tersembunyi, sedang tujuan amal perbuatan mereka selalu hanya pahala yang dijanjikan oleh Allah kepada hamba-Nya ,dan supaya diselamatkan dari neraka-Nya.
Keikhlasan orang-orang yang cinta kepada Alloh, yang beramal hanya karena mengagungkan Alloh,karena hanya Alloh dzat yang wajib di Agungkan, tidak karena pahala atau selamat dari siksa neraka. Sayyidah Robi’ah al-‘Adawiyyah bermunajat pada Alloh: Ya Alloh, saya beribadah kepadamu bukan karena takut nerakamu, dan juga tidak karena cinta dengan surgamu. Perkataan ini masih mengnggap dirinya yang beribadah(mengaku bisa beribadah).

Keikhlasan orang –orang yang sudah Ma’rifat kepada Alloh. Mereka selalu melihat kepada Alloh, gerak dan diamnya badan dan hatinya itu semua atas kehendak Alloh, mereka tidak merasa kalau bisa beramal,kecuali diberi pertolongan oleh Alloh, tidak sebab daya kekuatan dirinya sendiri.
11. “Hati-hati dengan keterkenalan”

٭ اِدْفن وُجُودَك فى ارضِ الخُمول. فما نبتَ مِمَّالم يُدفن لايتِمُّ نِتاجهُ ٭

11."Tanamlah dirimu dalam tanah kerendahan, sebab tiap sesuatu yang tumbuh namun tidak ditanam, maka tidak sempurna hasil buahnya."

Tidak ada sesuatu yang lebih berbahaya bagi seorang yang beramal, dari pada menginginkan kedudukan dan terkenal pergaulannya di tengah-tengah masyarakat. Dan ini termasuk keinginan hawa nafsu yang utama.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang merendahkan diri, maka Alloh akan memuliakannya dan barang siapa yang sombong, Alloh akan menghinanya.
 Ibrahim bin Adham radhiallohu 'anhu berkata: "Tidak benar tujuan kepada Alloh, siapa yang ingin terkenal."
Ayyub as-Asakhtiyani radhiallohu 'anhu berkata: "Demi Alloh tidak ada seorang hamba yang sungguh-sungguh ikhlas pada Alloh, melainkan ia merasa senang, gembira jika ia tidak mengetahui kedudukan dirinya."
Mu'adz bin Jabal berkata: Rasululloh shallallohu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya sedikit riya' itu sudah termasuk syirik. Dan barangsiapa yang memusuhi wali Alloh, maka telah memusuhi Alloh. Dan sesungguhnya Alloh mencintai orang-orang yang bertaqwa yang tersembunyi [tidak terkenal], yang bila tidak ada, tidak dicari dan bila hadir tidak dipanggil dan tidak dikenal. Hati mereka bagai pelita hidayat, mereka terhindar dari segala kegelapan dan kesukaran."
Abu Hurairoh rodhiallahu 'anhu berkata: Ketika kami di majlis Rasululloh shallallohu 'alaihi wasallam, tiba-tiba Rasululloh  bersabda: Besok pagi akan ada seorang ahli surga yang sholat bersama kamu. Abu Hurairoh berkata: Aku berharap semoga akulah orang yang ditunjuk oleh Rasululloh shallallohu 'alaihi wasallam itu. Maka pagi-pagi aku shalat di belakang Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam dan tetap tinggal di majlis setelah orang-orang pada pulang. Tiba-tiba ada seorang budak hitam berkain compang-camping datang berjabat tangan pada Rasululloh shallallohu 'alaihi wasallam sambil berkata: Wahai Nabi Alloh! Do’akan semoga aku mati syahid. Maka Rasululloh shollallohu 'alaihi wasallam berdoa, sedang kami mencium bau kasturi dari badannya. Kemudian aku bertanya: Apakah orang itu wahai Rasululloh? Jawab Nabi: Ya benar. Ia seorang budak dari bani fulan. Abu Hurairoh berkata: Mengapa engkau tidak membeli dan memerdekakannya wahai Nabi Alloh? Jawab Nabi: Bagaimana aku akan dapat berbuat demikian, sedangkan Alloh akan menjadikannya seorang raja di surga. Wahai Abu Hurairoh! Sesungguhnya di surga itu ada raja dan orang-orang terkemuka, dan ini salah seorang raja dan terkemuka. Wahai Abu Hurairoh! Sesungguhnya Alloh mengasihi, mencintai makhluknya yang suci hati, yang samar, yang bersih, yang terurai rambut, yang kempes perut kecuali dari hasil yang halal, yang bila akan masuk kepada raja tidak diizinkan, bila meminang wanita bangsawan tidak akan diterima, bila tidak ada tidak dicari, bila hadir tidak dihiraukan, bila sakit tidak dijenguk, bahkan ia meninggal tidak dihadiri jenazahnya.
 Para sahabat bertanya: Tunjukkan kepada kami wahai Rasululloh salah seorang dari mereka? Jawab Nabi: Uwais al-Qoranyseorang berkulit coklat, lebar kedua bahunya, tingginya agak sedang dan selalu menundukkan kepalanya sambil membaca al-Qur'an, tidak terkenal di bumi tetapi terkenal di langit, andaikan ia bersungguh-sungguh memohon sesuatu kepada Allah pasti diberinya. Di bawah bahu kirinya berbekas. Wahai Umar dan Ali! Jika kamu bertemu padanya, maka mintalah kepadanya supaya memohonkan ampun untukmu.
12. “ ‘UZLAH”

٭ مانفعَ القَلبَ شَيءٌ مثلُ عُزْلةٍ يَدْخُلُ بها ميدان فِكرةٍ ٭

12."Tidak ada sesuatu yang sangat berguna bagi hati [jiwa], sebagaimana menyendiri untuk masuk ke medan tafakur."

Seorang murid/salik kalau benar-benar ingin wushul kepada Alloh, pastilah ia berusaha bagaimana supaya hatinya tidak lupa pada Alloh, bisa selalu mendekatkan diri kepada Alloh. Dalam usaha ini tidak ada yang lebih bermanfaat kecuali uzlah (menyendiri dari pergaulan umum), dan dalam kondisi uzlah murid mau Tafakkur(berfikir tentang makhluknya Alloh, kekuasaan Alloh, keagungan Alloh, keadilan Alloh dan belas kasih nya Alloh) yang bisa menjadikan Hati timbul rasa takdhim kepada Alloh. Menambah keyaqinan dan ketaqwaan kepada Alloh.
Adapun bahayanya murid yang tidak uzlah itu banyak sekali,
Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam bersabda: "Perumpamaan seorang sahabat yang tidak baik, bagaikan pandai besi yang membakar besi, jika kamu tidak terkena oleh percikan apinya, maka kamu terkena bau busuknya."
  Alloh Ta'ala mewahyukan kepada Nabi Musa alaihissalam: "Wahai putra Imran! Waspadalah selalu dan pilihlah untuk dirimu seorang sahabat [teman], dan sahabatmu yang tidak membantumu untuk membuat taat kepada-Ku, maka ia adalah musuhmu."
Dan juga Alloh mewahyukan kepada Nabi Dawud alaihissalam: "Wahai Dawud! Mengapakah engkau menyendiri? Jawab Dawud: Aku menjauhkan diri dari makhluk untuk mendekat kepada-Mu. Maka Alloh berfirman: Wahai Dawud! Waspadalah selalu, dan pilihlah untukmu sahabat, dan tiap sahabat yang tidak membantu untuk taat kepada-Ku, maka itu adalah musuhmu, dan akan menyebabkan membeku hatimu serta jauh dari-Ku."
  Nabi Isa alaihissalam bersabda: "Jangan berteman dengan orang-orang yang mati, niscaya hatimu akan mati. Ketika ditanya: Siapakah orang-orang yang mati itu? Nabi Isa memjawab: Mereka yang rakus kepada dunia.

 Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam bersabda: "Yang paling aku khawatirkan pada umatku, ialah lemahnya iman dan keyakinan."
  Nabi Isa alaihissalam bersabda: "Berbahagialah orang yang perkataanya dzikir, diamnya tafakur dan pandangannya tertunduk. Sesungguhnya orang yang sempurna akal ialah yang selalu mengoreksi dirinya, dan selalu menyiapkan bekal untuk menghadapi hari setelah mati."
  Sahl at-Tustary radhiallahu 'anhu berkata: "Kebaikan itu terhimpun dalam empat macam, dan dengan itu tercapai derajat wali [di samping melakukan semua kewajiban-kewajiban agama], yaitu: 1. Lapar. 2. Diam. 3. Menyendiri 4. Bangun tengah malam [sholat tahajjud].
13. “Resiko Hati yang keruh”

٭ كيف يُشْرقُ قلبٌ صُوَرُالاَكوَانِ مُنطبِعَة ٌ فى مِرْاَته ؟ ام كيفَ يرحلُ الى الله وهو مُكبَّلٌ بِشهواتِهِ ؟ ام كيفَ يَطمعُ ان يَدْخُلَ حَضرَةَ اللهِ وهو لم يتطهَّرْ من جنابةِ غفلاتهِ ؟ ام كيفَ يرجُواَنْ يَفهَمَ د قاءـقَ الاسراَرِ وهُوَ لمْ يَتـُبْ من هفَوَاتِهِ؟ ٭

13."Bagaimana akan dapat bercahaya hati seseorang yang gambar dunia ini terlukis dalam cermin hatinya. Bagaimana berangkat  menuju kepada Allah, padahal ia masih terbelenggu oleh nafsu syahwat. Bagaimana akan dapat masuk menjumpai Allah, padahal ia belum bersih dari kelalaian. Bagaimana ia berharap akan mengerti rahasia yang halus dan tersembunyi, padahal ia belum taubat dari kekeliruannya."


Dalam hikmah ke 13 ini menjadi kelanjutan hikmah sebelumnya (12) yang menerangkan tentang pentingnya Uzlah, sedang hikmah 13 memperingatkan Uzlah jasad (tubuh) saja tidak akan ada artinya jika hatinya tidak ikut ber-Uzlah, hatinya masih bebas dan dipenuhi empat perkara :
1.   Gambaran, ingatan, keinginan terhadap benda(dunia), seperti harta, wanita,pangkat jabatan dll.
2.   Syahwat,keinginan yang melupakan Alloh.
3.   Kelalaian dari dzikir kepada Alloh.
4.   Dosa-dosa yang tidah di basuh dengan Taubat.
Jadi seorang murid yang ingin wushul kepada Alloh harus membersihkan dari empat perkara tersebut.
      Karena Berkumpulnya dua hal yang berlawanan pada saat besamaan dalam satu tempat dan waktu itu mustahil [tidak mungkin], sebagaimana berkumpulnya antara diam dan gerak, antara cahaya terang dan gelap. Demikian pula cahaya iman berlawanan dengan gelap yang disebabkan karena selalu masih berharap kepada sesuatu selain Alloh. Demikian pula mengembara menuju kepada Alloh harus bebas dari belenggu hawa nafsu supaya dapat sampai kepada Alloh azza wajalla. Alloh berfirman: "Bertakwalah kepada Alloh dan Alloh akan mengajarkan kepadamu segala kebutuhanmu."
Rosulullah shollallohu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa mengamalkan apa yang telah diketahui, maka Allah akan mewariskan kepadanya pengetahuan yang belum diketahui."
  Imam Ahmad bin Hambal rodhiallohu 'anhu bertemu dengan Ahmad bin Abi Hawari dan berkata: Ceritakanlah kepada kami apa-apa yang pernah engkau dapat dari gurumu Abu Sulaiman. Jawab Ahmad bin Abi Hawari: Bacalah Subhanallah tapi tanpa rasa kekaguman. Setelah dibaca oleh Ahmad bin Hambal: "Subhanallah". Maka Ibnu Hawari berkata: Aku telah mendengar Abu Sulaiman berkata: Apabila hati [jiwa] manusia benar-benar berjanji akan meninggalkan semua dosa, niscaya akan terbang ke alam malakut, kemudian kembali membawa berbagai ilmu yang penuh hikmah tanpa memerlukan lagi guru. Ahmad bin Hambal setelah mendengar keterangan itu langsung ia berdiri dan duduk ditempatnya berulang-ulang sampai tiga kali, lalu berkata: Belum pernah aku mendengar keterangan serupa ini sejak aku masuk Islam. Ia sungguh merasa puas dan sangat gembira menerima keterangan itu,
lalu ia membaca hadits: "Man amila bima alima warrotsahullohu ilma maa lam ya'lam." Barangsiapa yang mengamalkan apa yang telah diketahui, maka Alloh akan mewariskan kepadanya pengetahuan yang belum diketahui
14. “Alam terang karena Nur Ilahi”

٭ الكَونُ كلُّهُ ظُلمة ٌ واِنّمَا اَناَرَهُ ظُهُورُالحَقِّ فيه فمن رأى الكَوْنَ ولم يَشْهَدْهُ فيهِ اوعِندهُ اوقَبْله اوبَعْدهُ فقد اَعوزَهُ وجودُ الانوَرِ وحُجِبتْ عَنه شموس المعارفِ بِسُحُبِ الاثارِ ٭

14."Alam itu semuanya dalam kegelapan, sedangkan yang meneranginya, hanya karena dhohirnya Al-haq [Alloh] padanya, maka barangsiapa yang melihat alam, lantas tidak melihat Alloh di dalamnya, atau didekatnya, atau sebelumnya, atau sesudahnya, maka sungguh ia telah disilaukan oleh nur [cahaya], dan tertutup baginya surya [nur-cahaya] ma'rifat oleh tebalnya benda-benda alam ini."

 Alam semesta yang mulanya tidak ada dan memang gelap, sedang yang menampakkannya sehingga berupa kenyataan, hanya kekuasaan Alloh padanya, karena itu barangsiapa yang melihat sesuatu benda alam ini, lantas tidak terlihat olehnya kebesaran dan kekuasaan Alloh yang ada pada benda itu, sebelum atau sesudahnya, berarti ia telah disilaukan oleh cahaya. Bagaikan ia melihat cahaya yang terang benderang, lalu ia mengira tidak ada bola yang menimbulkan cahaya itu. Maka semua seisi alam ini bagaikan cahaya, sedang yang hakiki [sebenarnya] terlihat itu semata-mata kekuasaan dzat Alloh subhanahu wata'ala.

Arti melihat Alloh didalam AL-KAUN (alam) yaitu:segala sesuatu yang ada ini berjalan menurut hukum Alloh, jadi hatinya hamba ketika melihat alam, langsung dia tahu Alloh yang membuat. ALLOHU KHOOLIQU KULLI SYAI’(Alloh-lah yang menciptakan segala sesuatu). Tidak melihat sebab-musababnya.

Melihat Alloh didekat AL-KAUN (alam) yaitu: sadar kalau Alloh-lah yang mengurusi dan mengatur semuanya sesuai dengan kehendakNya, dengan kesadaran yang seperti ini hati akan terdorong untuk selalu muroqobah dengan rasa syukur dan selalu berusaha melaksanakan kewajiban dari Alloh, dan akhirnya akan hilang kesenangan-kesenangan nafsu.
Melihat Alloh sebelum AL-KAUN (alam)sebelum sesuatu diwujudkan yaitu: melihat kita melakukan sesuatu yang di inginkan itu tidak akan terjadi tanpa dikehendaki oleh Alloh. Dengan kesadaran seperti ini hati bisa bertawakkal(menyerahkan semua pada Alloh atas apa yang di inginkan.karena yaqin semua yang wujud itu pasti Alloh yang mewujudkan.
Melihat Alloh sesudah AL-KAUN (alam) yaitu:sebab melihat Alloh hamba tidak merasa kalau dia melakukan sesuatu/amal, karena sadar bahwa Alloh-lah yang menjadikan amal itu.
15-24. “BUKTI KEKUASAAN ALLOH”

٭ مِمَّايَدُلُّكَ على وجُودِ قهرِهِ سُبْحانهُ ان حجبكَ عَنهُ بما ليسَ بموجُودٍ معهُ ٭



 15."Di antara bukti-bukti yang menunjukkan adanya kekuasaan Alloh yang luar biasa, ialah dapat menghijab engkau dari pada melihat kepada-Nya dengan hijab tanpa wujud di sisi Alloh."



Sepakat para orang-orang arif, bahwa segala sesuatu selain Alloh tidak ada artinya, tidak dapat disamakan adanya sebagaimana adanya Allah, sebab adanya alam terserah kepada karunia Alloh, bagaikan adanya bayangan yang tergantung selalu kepada benda yang membayanginya. Maka barangsiapa yang melihat bayangan dan tidak melihat kepada yang membayanginya, maka di sinilah terhijabnya. Alloh berfirman: "segala sesuatu rusak binasa kecuali dzat Alloh." Rosulullah shollallohu 'alaihi wasallam membenarkan ucapan seorang penyair yang berkata: ''Camkanlah!Bahwa segala sesuatu selain Alloh itu palsu belaka. Dan tiap nikmat kesenangan dunia, pasti akan binasa.]



٭ كيفَ يتصوَّرُ ان يحجبهُ شيىءٌ وهوالذى اظهركلَّ شيىءٍ ٭

16."Bagaimana dapat dibayangkan bahwa Allah dapat dihijab [dibatasi tirai] oleh sesuatu padahal Alloh yang menampakkan [mendhohirkan] segala sesuatu."

٭ كيفَ يتصوَّرُ ان يحجبهُ شيىءٌ وهوالذى ظَهربِكلّ شيىءٍ ٭

17."Bagaimana mungkin akan dihijab oleh sesuatu, padahal Dia [Alloh] yang tampak [dhohir] pada segala sesuatu."

٭ كيفَ يتصوَّرُ ان يحجبهُ شيىءٌ وهوالذى ظهرفى كلّ شيىءٍ ٭

18."Bagaimana akan mungkin dihijab oleh sesuatu, padahal Dia [Alloh] yang terlihat dalam tiap sesuatu."


٭ كيفَ يتصوَّرُ ان يحجبهُ شيىءٌ وهوالذى ظهرلِكلّ شيىءٍ ٭
٭ كيفَ يتصوَّرُ ان يحجبهُ شيىءٌ وهو الظاهرقبل وجودِ كلّ شيىءٍ ٭

19."Bagaimana akan dapat ditutupi oleh sesuatu, padahal Dia [Alloh] yang tampak pada tiap sesuatu. Bagaimana mungkin akan dihijab oleh sesuatu, padahal Dia [Alloh] yang ada dhohir sebelum adanya sesuatu."

٭ كيفَ يتصوَّرُ ان يحجبهُ شيىءٌ وهو اَظَْهرمن كلّ شيىءٍ ٭

20."Bagaimana akan mungkin dihijab oleh sesuatu, padahal Dia [Alloh] lebih jelas dari segala sesuatu."

٭ كيفَ يتصوَّرُ ان يحجبهُ شيىءٌ وهوالواحد الذى ليسَ معهُ شيىءٍ ٭
21."Bagaimana mungkin akan dihijab oleh sesuatu, padahal Dia [Alloh] yang tunggal yang tidak ada di samping-Nya sesuatu apapun."



٭ كيفَ يتصوَّرُ ان يحجبهُ شيىءٌ وهواقربُ ا ِليكَ من كلّ شيىءٍ ٭

22."Bagaimana akan dihijab oleh sesuatu, padahal Dia [Alloh] lebih dekat kepadamu dari segala sesuatu."


٭ كيفَ يتصوَّرُ ان يحجبهُ شيىءٌ ولولاه ماكان وجودُ كلّ شيىءٍ ٭

23."Bagaimana mungkin akan dihijab oleh sesuatu, padahal seandainya tidak ada Alloh, niscaya tidak akan ada segala sesuatu."

Alloh itu dzat yang mendhohirkan segala sesuatu, bagaimana mungkin sesuatu itu bisa menutupi/menghijab-Nya.
Alloh itu dzat yang nyata pada segala sesuatu, bagaimana bisa Dia tertutupi,
Alloh itu dzat yang maha Esa, tidak ada sesuatu yang bersama-Nya, bagaimana mungkin Dia dihijab oleh sesuatu yang tidak wujud disamping-Nya.



Demikian tampak jelas sifat-sifat Alloh pada tiap-tiap sesuatu di alam ini, yang semua isi alam ini sebagai bukti kebesaran, kekuasaan, keindahan, kebijaksanaan dan kesempurnaan dzat Alloh yang tidak menyerupai sesuatu apapun dari makhluknya. Sehingga bila masih ada manusia yang tidak mengenal Alloh [tidak melihat Alloh], maka benar-benar ia telah silau oleh cahaya yang sangat terang, dan telah terhijab dari nur ma'rifat oleh awan tebal yang berupa alam sekitarnya.


٭ يا عجبا كيفَ يظهرُالوجودُفى العدمِ ، ام كيفَ يَثبُتُ الحادثُ معَ من لهُ وَصفُ القِدَمِ ٭

24."Sungguh sangat ajaib, bagaimana tampak wujud dalam ketiadaan, atau bagaimana dapat bertahan sesuatu yang hancur itu, di samping dzat yang bersifat qidam."
25. “TANDA-TANDA KEBODOHAN”

٭ ماتركَ من الجهلِ شيْـءـاًمن ارادَ ان يُحدِثَ فى الوَقتِ غيرَمااظهرهُ اللهُ فيهِ ٭

25."Tiada meninggalkan sedikitpun dari kebodohan, barangsiapa yang berusaha akan mengadakan sesuatu dalam suatu masa, selain dari apa yang dijadikan oleh Alloh di dalam masa itu."

Sungguh amat bodoh seorang yang mengadakan sesuatu yang tidak dikehendaki oleh Alloh. Pada Hikmah lain ada keterangan: Tiada suatu saat pun yang berjalan melainkan di situ pasti ada takdir Alloh yang dilaksanakan.
 Alloh berfirman: "Tiap hari Dia [Alloh] menentukan urusan." Menciptakan, menghidupkan, mematikan, memuliakan, menghinakan dan lain-lain. Maka sebaiknya seorang hamba menyerah dengan ikhlas kepada hukum ketentuan Alloh pada tiap saat, sebab ia harus percaya kepada rahmat dan kebijaksanaan kekuasaan Alloh
26. “JANGAN MENUNDA AMAL”

٭ اِحالتكَ الاَعمالِ علىٰ وجودِ الفراغِ من رعوناتِ النـَّفـْسِ ٭


26."Menunda amal perbuatan [kebaikan] karena menanti kesempatan lebih baik, suatu tanda kebodohan yang mempengaruhi jiwa.

  Seorang murid apabila terlalu disibukkan dengan urusan dunianya, yang bisa menghalangi amal yang menyebabkan dekat dengan Alloh, sehingga dia menangguhkan amal menunggu kesempatan yang tidak sibuk itu dinamakan kumprung/kebodohan.
 Kebodohan itu disebabkan oleh: 1. Karena ia mengutamakan duniawi. Padahal Alloh subhanahu wata’ala berfirman: ‘’Tetapi kamu mengutamakan kehidupan dunia, padahal akhirat itu lebih baik dan kekal selamanya.’’
 2. Penundaan amal itu kepada masa yang ia sendiri tidak mengetahui apakah ia akan mendapatkan kesempatan itu atau kemungkinan ia akan dijemput oleh maut yang setiap saat selalu menantinya.
 3. Kemungkinan azam, niat dan hasrat itu menjadi lemah dan berubah. Seorang penyair berkata: ‘’Janganlah menunda sampai besok, apa yang dapat engkau kerjakan hari ini. Waktu sangat berharga, maka jangan engkau habiskan kecuali untuk sesuatu yang berharga.
27. “JANGAN MINTA DIPINDAH DARI SATU MAQOM KE MAQOM LAIN”
         
٭ لاتَطلُبْ منهُ ان يُخرِجكَ من حالةٍ ليَسْتعملكَ فيماَ سِواها فلوارَادكَ لاسْتَعْملك من غير اِخرَاجٍ ٭


27."Jangan engkau meminta kepada Alloh supaya dipindahkan dari suatu masalah kepada masalah yang lain, sebab sekiranya Alloh menghendakinya tentu telah memindahkanmu, tanpa merubah keadaan yang terdahulu."

Dalam suatu hikayat: Ada seorang yang salik, dia bekerja mencari nafkah dan beribadat dengan tekun, lalu ia berkata dalam hatinya: Andaikata aku bisa mendapatkan untuk tiap hari, dua potong roti, niscaya aku tidak susah bekerja dan melulu beribadat. Tiba-tiba ia tanpa ada masalah tiba-tiba ia ditangkap dan dipenjara, dan tiap hari ia menerima dua potong roti, kemudian setelah beberapa lama ia merasa menderita dalam penjara, ia berpikir: Bagaimana sampai terjadi demikian ini? Tiba-tiba ia mendengar suara yang berkata: Engkau minta dua potong roti, dan tidak minta keselamatan, maka Kami [Alloh] menerima dan memberi apa yang engkau minta. Setelah itu ia memohon ampun dan membaca istighfar, maka seketika itu pula pintu penjara terbuka dan ia dibebaskan dari penjara. Sebab Alloh menjadikan manusia dengan segala kebutuhannya, sehingga tidak perlu manusia merasa khawatir, ragu dan jemu terhadap sesuatu pemberian Alloh, walaupun berbentuk penderitaan pada lahirnya, sebab hakikatnya nikmat besar bagi siapa yang mengetahui hakikatnya, sebab tidak ada sesuatu yang tidak muncul dari rahmat, karunia dan hikmah Alloh subhanahu wata'ala.
28. “SALIK, JANGAN BERHENTI KARENA GODAAN”

٭ مااَرادتْ هِمّـَة ُ سالكٍ ان تقِفَ عِندَما كُشِفَ لهاَ الاَّونادَتـْهُ هَوَاتِفُ الحقيقَةِ الَّذى تطْلُبُهُ امامكَ وَلاَ تبَرَّجَتْ ظَواهِرُالمكوّناتِ الاَّ ونادتكَ حقاَءـقهاَ انَّما نحنُ فِتنةٌ فلا تـكفـُرْ ٭


28."Tiada kehendak dan semangat orang salik [yang mengembara menuju kepada Alloh] untuk berhenti ketika terbuka baginya sebagian yang ghoib, melainkan segera diperingatkan oleh suara hakikat. Bukan itu tujuan, dan teruslah mengembara berjalan menuju ke depan. Demikian pula tiada tampak baginya keindahan alam, melainkan diperingatkan oleh hakikatnya: Bahwa kami semata-mata sebagai ujian, maka janganlah tertipu hingga menjadi kafir."


Arti SALIK yaitu: menempuh jalan. Yang di maksud Salik disini usaha caranya bisa Wushul kepada Alloh.
Yang di maksud WUSHUL disini yaitu : sampai pada tingkatan merasa selalu berada disisi Alloh, di dekat Alloh, dalam segala kesempatan dan waktu.
Abu Hasan at-Tustary berkata: "Di dalam pengembaraan menuju kepada Allah jangan menoleh kepada yang lain, dan selalu ber-dzikir kepada Allah, sebagai benteng pertahananmu. Sebab segala sesuatu selain Allah, akan menghambat pengembaraanmu."
 Syeih Abu Hasan [Ali] asy-Syadzily rodhiallohu anhu berkata: "Jika engkau ingin mendapat apa yang telah dicapai oleh waliyulloh, maka hendaknya engkau mengabaikan semua manusia, kecuali orang-orang yang menunjukkan kepadamu jalan menuju Alloh, dengan isyarat [teori] yang tepat atau perbuatan yang tidak bertentangan dengan Kitabulloh dan Sunnaturrosul, dan abaikan dunia tetapi jangan mengabaikan sebagian untuk mendapat bagian yang lain, sebaliknya hendaknya engkau menjadi hamba Alloh yang diperintah mengabaikan musuh-Nya. Apabila engkau telah dapat melakukan dua sifat itu, yakni: Mengabaikan manusia dan dunia, maka tetaplah tunduk kepada hukum ajaran Alloh dengan Istiqomah dan selalu tunduk serta Istighfar." Pengertian keterangan ini: Agar engkau benar-benar merasakan sebagai hamba Alloh dalam semua yang engkau kerjakan atau engkau tinggalkan, dan menjaga hati dan perasaan, jangan sampai merasa seolah-olah di dalam alam ini ada kekuasaan selain Alloh, yakni bersungguh-sungguh dalam menanggapi dan memahami: "Tiada daya dan kekuatan sama sekali, kecuali dengan bantuan dan pertolongan Alloh." Maka apabila masih merasa ada kekuatan diri sendiri berarti belum sempurna mengaku diri hamba Alloh. Sebaliknya bila telah benar-benar mantap perasaan La haula wala Quwwata illa billah itu, dan tetap demikian beberapa lama, niscaya Alloh membukakan untuknya pintu rahasia-rahasia yang tidak pernah di dengar dari manusia seisi alam.
29. “JANGAN MENUDUH ALLOH”

٭ طلبُكَ منهُ اِتـِّهامٌ لهُ وطلَبُكَ لهُ غيْبَة ٌمنكَ عنـْهُ  وطلبكَ لغيرِهِ لقِلَّةِ حياءـكَ منهُ وطلَبُكَ من غيرهِ لِوُجُودِ بُعْدِكَ عَنْهُ ٭

29."Permintaanmu dari Alloh mengandung  pengertian menuduh Alloh, khawatir tidak memberimu. Dan engkau memohon kepada Alloh supaya mendekatkan dirimu kepada-Nya, berarti engkau masih merasa jauh dari pada-Nya”.

  Dan engkau memohon kepada Alloh untuk mencapai kedudukan dunia dan akhirat, membuktikan tiada malunya engkau kepada-Nya, dan permohonanmu kepada sesuatu selain dari Alloh menunjukkan engkau jauh dari pada-Nya. Permohonan seorang hamba kepada Alloh terbagi dalam empat macam, dan kemudian kesemuanya itu tidak tepat bila diteliti dengan seksama dan mendalam. Permintaan kepada Alloh mempunyai pengertian menuduh, sebab sekiranya ia percaya bahwa Alloh akan memberi tanpa minta, ia tidak akan minta, disebabkan karena khawatir tidak diberi apa yang dibutuhkannya menurut pendapatnya, atau menyangka Alloh melupakannya, dan lebih jahat lagi bila ia merasa berhak, tetapi oleh Alloh belum juga diberi. Dan permintaanmu untuk taqarrub, menunjukkan bahwa engkau merasa ghaib dari pada-Nya. Sedang permintaanmu sesuatu dari kepentingan-kepentingan duniawi membuktikan tiada malunya engkau dari pada-Nya, sebab sekiranya engkau malu dari Alloh tentu tidak merasa ada kepentingan bagimu selain mendekat kepada-Nya. Sedang bila engkau minta dari sesuatu selain Alloh, membuktikan jauhmu dari pada-Nya, sebab sekiranya engkau mengetahui bahwa Alloh dekat kepadamu, tentu engkau tidak akan meminta selain kepada-Nya. Kecuali permintaan yang semata-mata untuk menurut perintah Alloh, karena hanya inilah yang benar.
 30. “SEMUA ATAS TAQDIR ALLOH”

٭ مامنْ نفسٍ تـُبْدِيه الاَ ولهُ قدرٌ فيكَ يُمضيهِ  ٭

30."Tiada suatu nafas terlepas dari padamu, melainkan di situ pula ada takdir Alloh yang berlaku atas dirimu."

Sebab tiap nafas hidup manusia pasti terjadi suatu taat atau maksiat, nikmat atau musibah [ujian]. Berarti nafas yang keluar sebagai wadah bagi sesuatu kejadian, karena itu jangan sampai nafas itu terpakai untuk maksiat dan perbuatan terkutuk oleh Alloh subhanahu wata'ala.

31. “JANGAN MENUNGGU KESEMPATAN”

٭ لاتترَقـَّبْ فُرُوغ َالاغيارِ فَاِنَّ ذٰلكَ يَقطَعكَ عن وجودِ المراقبةِ لهُ فيماَ هُوَ مقِيمُكَ فيهِ ٭


31."Jangan menantikan habisnya penghalang-penghalang untuk lebih mendekat kepada Alloh, sebab yang demikian itu akan memutuskan engkau dari kewajiban menunaikan hak terhadap apa yang Alloh telah mendudukkan engkau di dalamnya. [Sebab yang demikian itu memutuskan kewaspadaanmu terhadap kewajibanmu]." 

  Yang dituntut bagi salik, yaitu selalu melakukan amal ibadah, dan selalu mengawasi taqdirnya Alloh pada amal yang kau kerjakan, jangan terpengaruh dengan apa-apa yang menjadikan kau ragu dan penghalang-penghalangnya ibadah.
Abdulloh bin Umar rodhiyallohu 'anhu berkata: "Jika engkau berada di waktu senja, maka jangan menunggu tibanya pagi, demikian pula jika engkau berada di waktu pagi, jangan menunggu sore hari. Pergunakanlah kesempatan di waktu muda, sehat, kuat dan kaya untuk menghadapi masa tua, sakit, lemah dan miskin."

Sahl bin Abdullah at-Tustary berkata: "Jika tiba waktu malam maka jangan mengharap tibanya siang hari, sehingga engkau menunaikan hak Alloh, waktu malam itu. Dan menjaga benar-benar hawa nafsumu, demikian pula bila engkau berada pada pagi hari." Allah berfirman: "Kami [Alloh] akan menguji kamu dengan kejahatan dan kebaikan, sebagai ujian dan kepada Kami kamu akan dikembalikan." [QS. al-Anbiyaa 35]. Kadangkala ujian itu berupa, sehat, sakit, kesulitan, kelapangan, kekayaan dan kemiskinan. Ujian keyakinan terhadap Alloh subhanahu wata'ala, sampai di mana ia mensyukuri nikmat dan bagaimana ia bersabar menghadapi musibah
32. “SIFATNYA DUNIA”

٭ لاَتسْتغـْرِبْ وقـُوعَ الاَكداَرِ مادُمتَ فى هٰذِهِ الدَّار فإنـَّهَا ماأبْرزَتْ الاَّماهُوَ مُسْتَحِقّ ُوصْفِها وواجِبُ نَعْتِهَا ٭

32."Jangan heran atas terjadinya kesulitan-kesulitan selama engkau masih di dunia ini, sebab ia tidak melahirkan kecuali yang layak dan murni sifatnya."

  Abdulloh bin Mas'ud rodhiyallohu 'anhu berkata: "Dunia ini adalah penderitaan dan duka cita, maka apabila terdapat kesenangan di dalamnya, berarti itu hanyalah sebuah keberuntungan."
 Syeikh  Jafar As-shoddiq rodhiyallohu 'anhu berkata:
 من طلب مالم يُخلق اتعبَ نفسه ولم يُرزق. قيل له : وما ذاك؟ قال: الراحة فى الدنياَ
 "Barangsiapa meminta sesuatu yang tidak dijadikan oleh Alloh, berarti ia melelahkan dirinya dan tidak akan diberi. Ketika ditanya: Apakah itu? Jawabnya: Kesenangan di dunia."
 Syeikh  Junaid al-Baghdadi rodhiyallohu anhu berkata: "Aku tidak merasa terhina apa yang menimpa diriku, sebab aku telah berpendirian, bahwa dunia ini tempat penderitaan dan ujian dan alam ini dikelilingi oleh bencana, maka sudah selayaknya ia menyambutku dengan segala kesulitan dan penderitaan, maka apabila ia menyambut aku dengan kesenangan, maka itu adalah suatu karunia dan kelebihan.
 " Rosululloh shollallohu 'alaihi wassalam berkata kepada Abdulloh bin Abbas: Jika engkau dapat beramal karena Alloh dengan ikhlas dan keyakinan, maka laksanakanlah dan jika tidak dapat, maka sabarlah. Maka sesungguhnya sabar menghadapi kesulitan itu suatu keuntungan yang besar."
  Umar bin Khottob radhiyallohu 'anhu berkata kepada orang yang dinasehatinya: "Jika engkau sabar, maka hukum [ketentuan - takdir] Alloh tetap berjalan dan engkau mendapat pahala, dan apabila engkau tidak sabar tetap berlaku ketentuan Alloh sedang engkau berdosa." Maka apapun yang menimpa dirimu tetaplah berserah diri kepada Alloh dengan penuh kesabaran, sebab ketentuan Alloh pasti akan terjadi padamu. 
33. “BERSANDARLAH KEPADA ALLOH”
٭ ماتوَقـَّفَ مطلبٌ انتَ طَالبُهُ بِرَبِّكَ ولاتَيَسَّرَ مطلَبٌ انتَ طالبهُ بِنفسِكَ ٭
33."Tidak akan terhenti suatu permintaan yang semata-mata engkau sandarkan kepada karunia [kekuasaan] Tuhanmu, dan tidak mudah tercapai permintaan yang engkau sandarkan kepada kekuatan dan daya upaya serta kepandaian dirimu sendiri."
 Siapa yang menyampaikan semua hajat-hajatnya kepada Alloh, pasrah dan bergantung hanya pada Alloh, maka Alloh akan mendekatkan yang jauh, memudahkan yang sulit dan memberi keberhasilan pada hajatnya.
Dan barang siapa mengandalkan kepandean, kekuatannya sendiri, maka Alloh akan menyerahkan hajatnya itu pada mereka sendiri.dan Alloh akan menghinakan mereka dan semua hajatnya tidak akan berhasil.
34-35. “PERMULAAN MENENTUKAN AHIRNYA”
٭ مِن علاماتِ النـَّجْحِ فى النهاَياتِ الرُجُوعُ الى اللهِ فى البِدَايات ٭
34."Suatu tanda akan lulusnya seseorang pada akhir perjuangannya, jika selalu tawakkal, menyerahkan kepada Alloh sejak awal perjuangannya."

  Siapa saja yang memperbaiki suluknya pada permulaan dengan kembali kepada Alloh, pasrah, dan minta pertolaongan hanya kepada Alloh supaya diberi bisa wushul kepada-Nya, dan tidak mengandalkan amalnyanya yang berpenyakit, maka pada ahirnya akan mendapat kelulusan bisa wushul kepada Alloh, dan diberi keselamatan  tidak putus di tengah jalan.

Seorang arif berkata: Barangsiapa menyangka bahwa ia akan dapat sampai kepada Allah dengan perantaraan sesuatu selain dari pada Allah, pasti akan putus karenanya. Dan barangsiapa dalam ibadahnya bersandar pada kekuatan dirinya, tidak diserahkan kepada Allah, hanya sampai di situ saja, dan tidak mencapai bagian-bagian yang hanya dapat dicapai dengan tawakkal dan menyandarkan diri kepada Alloh.

٭ مَنْ اَشـْرَقت بدايَتـُهُ اشرَقَتْ نِهاَيَتـُهُ ٭

35."Barangsiapa yang bersinar terang dengan taat dimasa permulaannya [salik], pasti akan bersinar terang pula di masa akhirnya dengan cahaya [nur] ma'rifat."

Barangsiapa yang kuat tawakkalnya dimasa permulaan [bidayah], maka akan bersinar terang terus hingga masa sampainya ke hadirat Tuhannya.
36. “ANGGOTA LAHIR SEBAGAI CERMIN ANGGOTA BATIN”

٭ماَاسْـتـُودِعَ فىِ غيْبِ السَّراءـرِ ظهرَ فِى شَهادَةِ الظوَاهِرِ ٭

36. “Apa yang tersembunyi dalam rahasia ghoib, yaitu berupa Nur ma’rifat dan nur ilahi, pasti akan ada pengaruhnya di anggota lahir”.

Apabila dalam hati hamba sudah ada Nur ma’rifat dari Alloh,pengaruhnya Nur tersebut akan jelas tampak pada anggota lahir, karena keadaan lahir itu bisa menjadi cermin keadaan batin.
Abu Hafs berkata: Bagusnya adab kesopanan lahir, membuktikan adanya adab yang didalam batin.
  Rosululloh saw. Ketika melihat seorang yang memain-mainkan tangannya ketika sholat, maka Rosululloh saw. Bersabda : Lau-khosya’a qolbuhu lakhosya-‘at jawarikhuhu. (andaikan khusyu’ hati orang itu, niscaya khusyu' semua anggota badannya.”

Abu Tholib al-makky barkata: Alloh telah menunjukkan tanda bukti orang kafir, yaitu bila disebut nama Alloh mereka mengejek dan enggan tidak mau menerimanya.
 Alloh berfirman :” Apabila disebut nama Alloh saja (sendiri), cemas dan muak hati orang-orang yang tidak percaya kepada akhirat, sebaliknya bila disebut nama-nama selain Alloh mereka gembira, dan menerima dan puas”.Az-zumar.45.
Alloh menerangkan dalam ayat ini tentang sikap orang-orang kafir, berbeda dengan sikap orang mukmin, jiwanya merasa puas jika dikatakan, ini semua dari Alloh. Dan ini semua perbedaan antara iman tauhid dengan syirik.
37. “Perbedaan pandang orang sudah wushul dengan salik”
٭ شتان بين من يستد لُّ به او يستد لُّ عليهِ . المستدلُّ بهِ عرف الحق َّ لاَهله فاَثبت الاَمرَ من وجود اَهله . والاِ ستدلالُ عليهِ من عدمِ الوُصولِ اِليهِ. وَالاَّ فَمتىَ غابَ حتي يُستدلَّ عليهِ ومتىَ بعدَ حتى تكونَ الاَثارَُ هِيَ الَّتيِ توصِلُ اِليهِ.٭
37."Jauh berbeda orang yang berpendapat (membuat dalil); adanya Alloh menunjukkan adanya alam, dengan orang yang berpendapat (membuat dalil); bahwa adanya alam inilah yang menunjukkan adanya Alloh. Orang yang berpendapat adanya Alloh menunjukkan adanya alam, yaitu orang yang mengenal hak dan meletakkan pada tempatnya, sehingga menetapkan adanya sesuatu dari asal mulanya. Sedang orang yang berpendapat adanya alam menunjukkan adanya Alloh, karena ia tidak sampai kepada Alloh. Maka kapnkah Alloh itu ghaib sehingga memerlukan dalil untuk mengetahuinya. Dan kapankah Alloh itu jauh sehingga adanya alam ini dapat menyampaikan kepadanya."


Orang yang wushul ila-lloh itu ada dua cara :
1.    Muriiduun / Salikuun yaitu: orang yang mengharapkan bisa wushul kepada Alloh.
2.    Murooduun / Majdzubuun yaitu: orang dikehendaki oleh Alloh atau ditarik oleh Alloh sehingga bisa wushul kepada Alloh.
Golongan pertama (Muriiduun / Salikuun) dalam suluknya masih terhalang dari Alloh, karena mata hatinya masih masih melihat selain Alloh, Alloh masih ghoib dalam mata hatinya, sehingga dia menggunakan makhluk (selain Alloh) untuk dalil adanya (wujudnya) Alloh. Lisannya berdzikir, diya yaqin kalau yangmenggerakkan lisannya berdzikir itu alloh, tapi dia masih memperhatikan lisan dan dzikirnya, belum memperhatikan Alloh yang menggerakkan lisannya.
Golongan kedua (Murooduun / Majdzubuun) dia langsung ditarik oleh Alloh dan dihadapi Alloh, sehingga hilanglah semua makhlk selain Alloh dalam mata hatinya, semua tidak ada wujudnya, yang wujud hanya Alloh. Tapi ketika dia turun kebawah lagi(sadar dengan kehidupan dunia) dia tahu semua makhluk itu wujud karena wujudnya Alloh.

٭ ليُنفق ذوسَعَةٍ من سعَتهِ الوَاصِلوْنَ اِليهِ ومن قدِرَ عليهِ رِزْقهُ السَّا ءِرُونَ اِليْهِ ٭

38."Hendaknya membelanjakan tiap orang kaya menurut kekayaannya, ialah mereka yang telah sampai kepada Alloh. Dan orang yang terbatas rezekinya, yaitu orang sedang berjalan menuju kepada Alloh."

Orang yang telah sampai kepada Alloh, karena mereka telah terlepas dari kurungan melihat kepada sesuatu selain Allah, ke alam tauhid, maka luaslah pandangan mereka, maka mereka berbuat di alam mereka lebih lapang, sebaliknya orang yang masih merangkak-rangkak di dalam ilmu dan faham yang terbatas, mereka inipun mengeluarkan sekedarnya.
39. NURUT-TAWAJJUH (IBADAH)
٭ اِهْتـَدى الرَّاحِلُوْنَ بِأَنْوَارِ التـَّوَجُّهِ والواصِلوْنَ لهُمْ اَنوارُ الموَجَّهةِ ، فاَلاَوَّلُونَ لِلاََنْوَارِ وَهٰــءـولاَءِ الاَنوَارُ لهُمْ لاَنَّهُمْ للهِ لاَ لِشيءٍ دونَهُ  قُلِ اللهُ ثـُمَّ ذ َرْهُمْ فى حَوْضِهِمْ يَلْعَبُوْنَ٭
39."Orang-orang salik [yang mengembara menuju kepada Alloh] telah mendapat hidayat dengan nur [cahaya] ibadah yang merupakan amalan untuk taqarrub [mendekat] kepada Alloh, sedang orang-orang yang telah sampai, mereka tertarik oleh nur yang langsung dari Tuhan bukan sebagai hasil ibadah, tetapi semata-mata karunia dan rahmat Alloh. Maka orang-orang salik menuju ke alam nur, sedangkan yang telah sampai berkecimpung di dalam nur, sebab orang yang telah sampai itu telah bersih dari segala sesuatu selain Alloh. Alloh berfirman: "Katakanlah: Alloh, kemudian biarkan yang lain-lain di dalam kesibukan mereka bermain-main."

  Hakikat tauhid itu bila telah tidak melihat pengaruh-pengaruh sesuatu selain Alloh, dan inilah yang bernama haqqul-yaqin, dan melihat, merasa adanya pengaruh dari suatu selain Alloh itu hanya permainan bekaka, dan itu bersifat penipuan atau munafik. Katakanlah: Alloh, yakni jangan menganggap ada sesuatu selain Alloh yang dapat engkau harap, engkau takuti dan berkuasa, sebab semua harapan kepada sesuatu selain Alloh adalah syirik, baik yang nampak ataupun yang samar-samar, besar ataupun kecil dalam pengertian syirik hampir tiada berbeda.

٭ تَشَوُّفكَ اِلىَ ما بطَنَ فيْكَ مِنَ العُيُوبِ خَيرٌ منْ تَشَوُّفِكَ الى ماحُجِبَ عَنْكَ منَ الغُيُوبِ ٭
40."Usahamu untuk mengetahui cela diri yang masih ada di dalam dirimu, itu lebih baik dari usahamu untuk terbukanya bagimu tirai ghaib”.

Seorang salik haruslah berusaha selalu melihat cela dan aib yang ada pada diri sendiri, jangan sampai mempunyai tujuan supaya mengetahui perkara yang ghoib yang menjadi kemauan hawa nafsu, seperti ingin mengetahui rahasia di hati orang lain, rahasia taqdir dan lain-lain. Karena itu bisa mencela kehambaanmu kepada Alloh.
 Orang arif berkata: “Jadilah hamba Alloh yang selalu ingin mencapai Istiqamah, dan jangan menjadi hamba yang menuntut karomah. Istiqomah adalah menunaikan kewajiban, sedang karomah adalah menuntut kedudukan. Karomah dan kedudukan yang diberikan Allah kepada seorang wali itu, sebagai hasil dari Istiqamah.”
 Istiqomah berarti tetap dalam Ubudiyah, tidak berubah keyakinan dan kepercayaannya kepada Alloh, ketuhanan Alloh, kekuasaan Alloh dan kebijaksanaan Alloh, baik dalam keadaan sehat ataupun sakit, senang ataupun susah, suka ataupun duka, kaya ataupun miskin.
٭ الحقُّ ليسَ بِمحجُوبٍ وَاِنـَّماَ المحجُوبُ انتَ عنِ النظَرِ اليهِ اذ ْ لَوْ حجَبَهُ شَيءٌ لسَتَرَهُ ولوكاَنَ لهُ ساتِرٌ لكانَ لِوُجُدِهِ حاصِرٌ وكلُّ حاصِرٍ لشىءٍ فَهُوَ لهُ قاَهِرٌ وَهُوَالقاَهِرُ فوَقَ عبادِهِ ٭

41."Al-Haq, ialah Alloh subhanahu wata'ala, tiada terhijab [terbatas tirai] oleh sesuatu apapun, sebab tidak mungkin adanya sesuatu yang dapat menghijab Alloh. Sebaliknya manusialah yang terhijab sehingga tidak dapat melihat adanya Alloh. Sebab sekiranya ada sesuatu yang menghijab Alloh, berarti sesuatu itu dapat menutupi Alloh, dan andaikata ada tutup bagi Alloh, berarti wujud Alloh dapat terkurung/dibatasi, dan sesuatu yang mengurung/membatasi itu, dapat menguasai yang dikurung/dibatasi, padahal “Alloh yang berkuasa atas segala makhluk-Nya."

Pada hakikatnya Alloh itu tidak bisa dihijab, yakni hijab itu menjadi sifatnya Alloh itu tidak. akan tetapi yang menghijab sehingga kamu tidak bisa melihat Alloh itu adalah sifat-sifat nafsumu sendiri. karena sekiranya ada sesuatu yang bisa menghijab Alloh, pastilah perkara tersebut lebih besar dan lebih berkuasa bisa mengalahkan Alloh. karena sesuatu yang bisa menghijab/menghalangi itu bisa menutupi dari melihat sesuatu yang dibelakangnya. dan itu tidak sah buat Alloh. karena Alloh berfirman, “Alloh itu dzat yang bisa memaksakan apa yang dikehendaki mengalahkan semua hamba-Nya”.

KELUARLAH DARI SIFAT BASYARIYYAH

٭ اُخْرُجْ من اَوْصافِ بَشاَرِيَّتِكَ عنكلِ وَصْفٍ مُنَا قِضٍ لِعُبُودِيَّتِكَ لِتَكُونَ لِنِدَاءِ الحَقِّ مُجِيبًا ومنْ حَضـْرَتِهِ قـَريْباً ٭

42."Keluarlah dari sifat-sifat kemanusianmu [sifat buruk dan rendah], semua sifat yang menyalahi kehambaan-mu, supaya mudah bagimu untuk menyambut panggilan Alloh dan mendekat kepada-Nya."

  Sifat-sifat manusia terbagi jadi dua yaitu :  Lahir dan Bathin.
Sifat lahir ialah yang berhubungan dan dilakukan dengan anggota jasmani, dan sifat bathin ialah berlaku dalam hati [rohani]. Sedang yang berhubungan dengan anggota lahiriyah juga terbagi dua: Yang sesuai dengan perintah syari'ah dan yang menyalahi perintah syari'ah yang berupa maksiat. Demikian pula yang berhubungan dengan hati juga terbagi dua: Yang sesuai dengan hakikat [kebenaran] bernama iman dan ilmu, dan yang berlawanan dengan hakikat [kebenaran] berupa nifaq dan kebodohan.
 Sifat-sifat yang buruk [rendah] ialah: Hasad, iri hati, dengki, sombong, mengadu domba, merampok [korupsi], gila jabatan, ingin dikenal, cinta dunia, tamak, rakus, riya dan lain-lain.
 Dan dari sifat-sifat buruk ini akan menimbulkan sifat permusuhan, kebencian, merendahkan diri terhadap orang kaya, menghina orang miskin, pandai menjilat, sempit dada, hilang kepercayaan terhadap jaminan Allah, kejam, tidak malu dan lain-lain.
 Apabila seseorang telah dapat menguasai dan membersihkan diri dari sifat-sifat yang rendah, yang bertentangan dengan kehambaan itu, maka pasti ia akan sanggup menerima dan menyambut tuntunan Tuhan, baik yang langsung dalam ayat-ayat al-Qur'an dan yang berupa tuntunan dan contoh yang diberikan oleh Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam. Dan dengan demikian berarti ia telah mendekat kehadirat Alloh subhanahu wata'ala.
 Sifat Ubudiyah [kehambaan] ialah mentaati semua perintah dan menjauhi semua larangan, mengerjakan perintah dan meninggalkan larangan tanpa membantah dan merasa keberatan.
Ingatlah sesungguhnya Hakikatnya suluk yaitu,berusaha untuk membersihkan hati dari akhlaq yang tercela, lalu dihiasi dengan akhlaq yang baik dan terpuji, dan ini semua tidak akan berhasil kecuali mendapat pertolongan dari Alloh.
Sehingga bisa mengetahui sifat-sifat jelek yang ada pada dirinya, dan selaluu menaruh curiga pada nafsunya. Berprasangka buruk pada nafsunya,sehingga Syeih Ibnu ‘Ato’illah dawuh pada hikmah selanjutnya.

Ridho dengan Nafsu adalah pangkal kemaksiatan
٭ أَصْلُ كلُّ مَعصِيَّةٍوَغَفلةٍ وَشَهْوَةٍ الرِّضاَ عَنِ النفْسِ، واصْلُ كُلِّ طَاعةٍ وَيَقَظَةٍ وَعفَةٍ عَدَمُ الرِّضاَ مِنْكَ عَنْهاَ ٭
43."Pokok /sumber dari semua maksiat, kelalaian dan syahwat itu, karena ingin memuaskan (ridho dengan)hawa nafsu. Sedangkan pokok/sumber segala ketaatan, kesadaran dan moral [budi pekerti], ialah karena adanya pengendalian terhadap hawa nafsu."

Sebagaimana firman Alloh subhanahu wata'ala:
"Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyanyang.  QS. Yusuf 53.”
Ridho dengan nafsu itu menjadi sumber semua kemaksiatan dan lupa kepada Alloh dikarenakan menjadi sebabnya tertutupnya cela dan cacatnya nafsu, sehingga celanya nafsu akan dianggap baik. dan orang yang ridho dengan nafsunya akan menganggap baik kelakuannya, orang yang menganggap baik kelakuannya tentu akan lupa kepada Alloh, dan sebab lupa itu manusia tidak mau meneliti kelakuannya dan meneliti aib dan cela dirinya, sehingga macam-macamnya kesenangan nafsu menguasai hatinya, dan ahirnya dia terjerumus pada kemaksiatan.
Abu Hafash berkata: "Barangsiapa yang tidak menuduh hawa nafsunya sepanjang waktu dan tidak menentangnya dalam segala hal, dan tidak menarik ke jalan kebaikan, maka sungguh ia telah tertipu. Dan barangsiapa melihat padanya dengan sebuah kebaikan, berarti ia telah dibinasakannya."
 Al-Junaid al-Baghdadi berkata: "Jangan mempercayai hawa nafsumu, walaupun telah lama taat kepadamu, untuk beribadah kepada Tuhan-mu."
 Al-Bushiry dalam Burdahnya berkata: "Lawan selalu hawa nafsumu dan syaitan serta jangan menuruti keduanya, walaupun keduanya itu memberi nasehat kepadamu untuk berbuat kebaikan, tetap engkau harus curiga dan waspada."
  Sedangkan curiga terhadap nafsu(tidak ridho dengan nafsu)itu menjadi sumber ketaatan dan ingat kepada Alloh, itu dikarenakan orang yang tidak ridho dengan nafsunya ia tidak menganggap baik kelakuannya, sehingga ia selalu waspada dan selalu meneliti semua kelakuannya, sehingga nafsunya tidak bisa bebas menguasai orang tersebut. dan orang yang waspada terhadap gerak gerik nafsu akan selalu menjauhi apa yang dilarang oleh Alloh. dan itulah yang dinamakan taat kepada Alloh.

٭ولاَنْ تصْحبَ جاهِلاً لاَيَرْضىَ عَن نَفسِهِ خيرٌ لكَ مِن اَن تصْحَبَ عَالِماً يَرْضىَ عَنْ نَفسِهِ  فَاَيُّ عِلمٍ لعاَلِمٍ يَرْضىَ عن نفسهِ  وَايُّ جَهْلٍ لِجاَهِلٍ لا يَرضىَ عن نفسهِ ٭

44. "Dan sekiranya engkau bersahabat dengan orang bodoh yang tidak menurutkan hawa nafsunya, itu lebih baik dari pada bersahabat dengan orang berilmu [orang alim] yang selalu menurutkan hawa nafsunya. Maka ilmu apakah yang dapat diberikan bagi seorang alim yang selalu menurutkan hawa nafsunya itu, sebaliknya kebodohan apakah yang dapat disebutkan bagi seorang yang sudah dapat menahan hawa nafsunya."

  Orang yang tidak ridho dengan nafsunya akan selalu menganggap dirinya belum baik dan akhlaknya masih jelek.orang seperti ini baik untuk dijadikan sahabat, karena sangat banyak manfaatnya bagimu, kebodohannya tidak akan membahayakan dirimu.
Bagaimana akan dinamakan bodoh, seorang yang telah dapat menahan dan mengekang hawa nafsunya, sehingga membuktikan bahwa semua amal perbuatannya hanya semata-mata untuk keridhoan Alloh dan bersih dari dorongan hawa nafsu. Sebaliknya apakah arti suatu ilmu yang tidak dapat menahan atau mengendalikan hawa nafsu dari sifat kebinatangan dan kejahatannya.
Dalam sebuah hadits ada keterangan: "Seorang akan mengikuti pendirian sahabat karibnya, karena itu hendaknya seseorang itu memperhatikan, siapakah yang harus diambil sebagai sahabat."
Seorang penyair berkata: "Barang siapa bergaul dengan orang-orang yang baik, akan hidup mulia. Dan yang bergaul dengan orang-orang yang rendah akhlaqnya pasti tidak mulia.
BASHIROH (Mata Hati)

٭ شُعَاعُ الْبَصِيرَةِ يُشـْهِدُكَ قـُرْبَهُ مِنْكَ وَعَيْنُ الْبَصِيرَةِ يُشـْهِدُكَ عَدَمكَ لِوُجُودهِ وَحَق ُّ الْبَصِيرَةِ يُشـْهِدُكَ وُجُودَهُ لاَ عدَمكَ وَلاَ وُجُودَكَ ٭

45. "Sinar mata hati itu dapat memperlihatkan dekatnya Allah kepadamu. Dan matahati itu sendiri dapat memperlihatkan kepadamu ketiadaanmu karena wujud [adanya] Allah dan hakikat matahati itulah yang menunjukkan kepadamu, hanya adanya Allah, bukan ketiadaanmu ['adam] dan bukan pula wujudmu."

  Salik dalam perjalanannya menuju Alloh akan ada Nur dari Alloh tiga macam :
  1.Syu'aa 'ul-bashirah yaitu cahaya akal.
  2.Ainul-bashirah yaitu cahaya ilmu. Dan
  3. haqqul-bashirah yaitu cahaya Ilahi.
dan semua nur tersebut akan menimbulkan macam-macam buah dan faidah yang penting.
Maka orang-orang yang menggunakan akal mereka, masih merasa adanya dirinya dan dekatnya kepada Tuhan [yakni, Alloh selalu meliputi dan mengurung mereka]. Sedang orang-orang yang menggunakan nurul ilmi merasa dirinya tidak ada jika dibanding dengan adanya Alloh. Sedang ahli hakikat hanya melihat kepada Alloh dan tidak melihat apapun di samping-Nya. Bukannya mereka tidak melihat adanya alam sekitarnya, tetapi karena alam sekitarnya itu tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhajat kepada Alloh, maka adanya alam ini tidak menarik perhatian mereka, karena itu mereka menganggap bagaikan tidak ada.
Sebagian ulama ahli Thoriqoh berkata, “seorang hamba tidak akan mencapai hakikatnya tawadhu’ kecuali sudah bersinarnya hati dengan nur musyahadah. dan ketika hati sudah bersinar maka nafsunya akan lebur dan bisa menetapi kebenaran dan akhlak yang baik.
MAQAM FANA’
٭ كاَنَ اللهُ وَلاَشىءَ مَعَهُ وَهُوَ الاَنَ علىَ ماَكاَنَ عليهِ ٭

46. "(sebelum adanya makhluk)Telah ada Alloh, dan tiada suatu di samping-Nya, dan Ia kini sebagaimana ada-Nya semula."

    Keadaan seperti ini adalah keadaan orang yang sudah berada di maqam fana', dia tiada melihat sesuatu kecuali Alloh. Bagaikan seorang di dalam gedungnya, kemudian ia mengisi rumah dengan perabot dan boneka atau patung, lalu ditanya: 'Siapakah yang ada di dalam gedung itu?' Jawabnya: 'Hanya dia seorang', yakni semua boneka dan patung itu tidak dapat disebut sebagai temannya. Demikian pun orang ahli hakikat tidak melihat adanya sesuatu yang dapat disebut selain Alloh 'Azza wa Jalla. 

AL-KARIM TUMPUAN SEGALA HAJAT
٭ لاَ تتَعدَّ نيَّةُ هِمَّتَكَ اِلىَ غيرِهِ فاَلْكَريْمُ لاَتتخـَطـَّاهُ الاَماَلُ ٭

47. "Jangan melampaui/melanggar niat dan tujuanmu [hasrat dan harapanmu] kepada lain-Nya. Maka Tuhan yang maha pemurah itu tidak dapat di lampaui oleh sesuatu harapan (angan-angan)hamba.''

  Sebaiknya bagi orang yang mengharapkan berhasil hajatnya, jangan meminta kapada selain Alloh (makhluk), karena itu bertentangan dengan sifat ‘ubudiyyah. Itu kalau permintaan itu disandarkan/bergantung pada makhluk, dan lupa pada Alloh ketika berdo’a. apabila permintaan pada makhluk (manusia) menjadi perantara untuk meminta kepada Alloh, dan selalu memandang Alloh-lah dzat yang memberi. Permintaan seperti ini masih diperbolehkan.
Perasaan yang luhur enggan membuka kebutuhan [hajat] -nya kepada orang yang tidak dermawan, dan tidak ada yang dermawan pada hakikat yang sebenarnya kecuali Alloh Ta'ala.
Syeikh  Junaid al-Baghdadi berkata: ''Dermawan [Al-Karim] itu ialah yang memberi kebutuhan seseorang sebelum diminta.''
Ada pula berpendapat: ''Dermawan [Al-Karim] ialah yang tidak pernah mengecewakan harapan orang yang berharap.''
Dermawan [Al-Karim] yaitu apabila berkuasa mema'afkan, dan bila berjanji menepati, dan bila memberi lebih memuaskan dari harapan, dan tidak memperdulikan tentang berapa banyak pemberiaannya, dan kepada siapa yang ia berikannya.

Al-karim adalah salah satu dari Asma’ul husna. Asma’ ini memberi pengertian yang istimewa tentang Alloh.
Al-karim berarti:
1.    Alloh Maha pemurah.
2.   Alloh memberi tanpa diminta.
3.   Alloh memberi sebelum diminta.
4.   Alloh memberi apabila diminta.
5.   Alloh memberi bukan karena permintaan tetapi cukup sekedar harapan, cita-cita dan angan-angan hamba-hamba-Nya. Alloh tidak mengecewakan harapan hambanya.
6.   Alloh memberi lebih baik daripada apa yang diminta dan diharapkan oleh para hamba-Nya.
7.   Alloh Yang Maha Pemurah tidak dikira berapa banyak yang diberikan-Nya dan kepada siapa Dia memberi.
8.   Paling penting, demi kebaikan hamba-Nya sendiri, Alloh memberi dengan bijaksana, dengan cara yang paling baik, masa yang paling sesuai dan paling bermanafaat kepada si hamba yang menerimanya.
Sekiranya para hamba mengenali Al-Karim niscaya permintaan, harapan dan angan-angannya tidak tertuju kepada yang lain melainkan kepada-Nya.

JANGAN MENGADU KEPADA SELAINALLOH

٭ لاَ تـَرْفَعَنَّ اِلىَ غيرِهِ حاَجَةً هُوَ مُورِدُهاَ عَليْكَ فكَيْفَ يَرْفَعُ غيرَهُ ماكانَ هُوَ لهُ واضِعاً مَنْ لاَيَسْتَطِيعُ ان يَرْفَعَ حاَجةً عن نَفْسِهِ فَكيْفَ يَسْتَطِيعُ اَنْ يَكونَ لهاَ عَن غيرِهِ راَفِعاً ٭

48. "Jangan mengadu dan meminta sesuatu kebutuhan/hajat selain kepada Alloh, sebab Ia sendiri yang memberi dan menurunkan kebutuhan itu kepadamu. Maka bagaimanakah sesuatu selain Alloh akan dapat menyingkirkan sesuatu yang diletakkan oleh Alloh. Barangsiapa yang tidak dapat menyingkirkan bencana yang menimpa dirinya sendiri, maka bagaimanakah ia akan dapat menyingkirkan bencana yang ada pada orang lain."

  Adanya sesuatu bencana [musibah] itu menyebabkan engkau berhajat [butuh] kepada bantuan [pertolongan], maka dalam tiap kebutuhan [hajat] jangan mengharap selain kepada Alloh, sebab segala sesuatu selain Alloh itu juga berhajat seperti engkau. Sebab barangsiapa yang menyandarkan [menggantungkan nasib] pada sesuatu selain Alloh, berarti ia tertipu oleh sesuatu bayangan fatamorgana, sebab tidak ada yang tetap selain Alloh yang selalu tetap karunia dan nikmat serta rahmat-nya kepadamu.
 Syeikh Atho' al-Khurasani berkata: " Saya bertemu dengan Wahb bin Munabbih di suatu jalan, maka saya berkata, 'Ceritakanlah kepadaku suatu hadits yang dapat saya ingat, tetapi persingkatlah'.
 Maka berkata Wahb, “Alloh telah mewahyukan kepada Nabi Dawud 'alaihissalam: Wahai Dawud, demi kemuliaan dan kebesaran-Ku, tidak ada seorang hamba-Ku yang minta tolong kepada-Ku, tidak pada selainnya, dan Aku ketahui yang demikian dari niatnya, kemudian orang itu akan ditipu oleh penduduk langit yang tujuh dan bumi yang tujuh, melainkan pasti Aku akan menghindarkannya dari semua itu, sebaliknya demi kemuliaan dan kebesaran-Ku, tidak ada seorang yang berlindung kepada seorang makhluk-Ku, tidak kepada-Ku dan Aku ketahui yang demikian dari niatnya, melainkan Aku putuskan rahmat yang dari langit, dan Aku longsorkan bumi di bawahnya, dan tidak Aku pedulikan dalam lembah dan jurang yang mana ia binasa."

  Syeih Muhammad bin Husain bin Hamdan berkata: "Ketika saya di majlis Yazid bin Harun, saya bertanya kepada seorang yang duduk disampingku, 'Siapakah namamu?' Jawabnya. 'Said'. Saya bertanya, 'Siapakah gelarmu?' Jawabnya, 'Abu Usman'. Lalu saya bertanya tentang keadaannya. Jawabnya, 'Kini telah habis belanjaku. Lalu saya tanya, 'Dan siapakah yang engkau harapkan untuk kebutuhanmu itu?' Jawabnya. 'Yazid bin Harun. Maka saya berkata kepadanya, 'Jika demikian, maka ia tidak menyampaikan hajatmu, dan tidak akan membantu meringankan kebutuhanmu'.
 Dia bertanya, 'Dari mana engkau mengetahui hal itu?' Jawabku, 'Saya telah membaca dalam sebuah kitab: Bahwasanya Alloh telah berfiman: Demi kemuliaan-Ku dan kebesaran-Ku, dan kemurahan-Ku dan ketinggian kedudukan-Ku, di atas Arsy. Aku akan mematahkan harapan orang yang mengharap kepada selain-Ku dengan kekecewaan, dan akan Aku singkirkan ia dari dekat-Ku, dan Aku putuskan dari hubungan-Ku. Mengapa ia berharap selain Aku dalam kesukaran, padahal kesukaran itu di tangan-Ku, dan Aku dapat menyingkirkannya, dan mengharap kepada selain Aku serta mengetuk pintu lain padahal kunci pintu-pintu itu tertutup, hanya pintu-Ku yang terbuka bagi siapa yang berdoa kepada-Ku. Siapakah yang pernah mengharapkan Aku untuk menghalaukan kesukarannya lalu Aku kecewakan? Siapakah yang pernah mengharapkan Aku karena besar dosanya, lalu Aku putuskan harapannya? Atau siapakah yang pernah mengetuk pintu-Ku, lalu Aku tidak bukakan? Aku telah mengadakan hubungan yang langsung antara-Ku dengan angan-angan dan harapan semua makhluk-Ku, maka mengapakah engkau bersandar kepada selain-Ku. Dan Aku telah menyediakan semua harapan hamba-Ku, tepapi tidak puas dengan perlindungan-Ku, dan Aku telah memenuhi langit-Ku dengan makhluk yang tidak jemu bertasbih kepada-Ku dari para Malaikat, dan Aku perintahkan mereka supaya tidak menutup pintu antara-Ku dengan para hamba-Ku, tetapi mereka tidak percaya kepada firman-Ku. Tidakkah engkau mengetahui bahwa barangsiapa yang ditimpa oleh bencana yang Aku turunkan, tidak ada dapat menyingkirkan selain Aku, maka mengapakah Aku melihat ia dengan segala angan-angan dan harapannya selalu berpaling dari pada-Ku, mengapakah ia tertipu oleh selain-Ku. Aku telah memberi kepadanya dengan kemurahan-Ku apa-apa yang tidak ia minta, kemudian Aku yang mencabut dari padanya lalu ia tidak minta kepada-Ku untuk mengembalikannya, dan ia minta kepada selain-Ku. Apakah Aku yang memberi sebelum di minta, kemudian jika dimintai lalu tidak memberi kepada peminta?
 Apakah Aku bakhil [kikir], sehingga dianggap bakhil oleh hamba-Ku. Tidakkah dunia dan akhirat itu semua milik-Ku? Tidakkah semua rahmat dan karunia itu di tangan-Ku? Tidakkah dermawan dan kemurahan itu sifat-Ku? Tidakkah hanya Aku tempat semua harapan? Maka siapakah yang dapat memutuskan dari pada-Ku. Dan apa pula yang diharapkan oleh orang-orang yang mengharap, andaikata Aku berkata kepada semua penduduk langit dan bumi: Mintalah kepada-Ku, kemudian Aku memberi kepada masing-masing orang pikiran apa yang terpikir pada semuanya, lalu Aku beri semua itu tidak akan mengurangi kekayaan-Ku walau pun sekecil debu? Maka bagaimana akan berkurang kekayaan yang lengkap, sedang Aku yang mengawasinya?
Alangkah sial [celaka] orang yang putus dari rahmat-Ku, alangkah kecewa orang yang maksiat kepada-Ku dan tidak memperhatikan Aku, dan tetap melakukan yang haram dan tiada malu kepada-Ku'. Maka orang itu berkata: 'Ulangilah keteranganmu itu, lalu ia menulisnya'.
Kemudian ia berkata: “Demi Alloh, setelah ini saya tidak usah menulis suatu keterangan yang lain'.”
HUSNUD-DHON TERHADAP ALLOH

٭ اِن لَمْ تُحْسِنْ ظَنـَّكَ بِهِ لاَجْلِ حُسنِ وَصْفِهِ فَحَسِّنْ ظَنـَّكَ بهِ لِوُجوُدِ مُعَامَلتِهِ مَعَكَ فَهَلْ عَوَّدَكَ الاَّ حَسَناً اَسدىَ اِليكَ الاَّ مَنَناً ٭

49. "Jika engkau tidak bisa berbaik sangka [husnud-dhon] terhadap Alloh Ta'ala karena sifat-sifat Alloh yang baik itu, berbaik sangkalah kepada Alloh karena karunia pemberian-Nya kepadamu. Tidakkah selalu ia memberi nikmat dan karunia-Nya kepadamu?"


Manusia dalam hal husnud-dhon kepada Alloh itu ada dua golongan.
1.    Golongan khos-shoh , yaitu orang yang berhusnud-dhon kepada Alloh karena melihat sifat-sifat Alloh yang bagus dan tinggi.
2.   ‘Ammah, yaitu orang yang berhusnud-dhon kepada Alloh karena macam-macamnya nikmat Alloh dan anugerah dari Alloh yang tidak bisa terhitung.
   Apabila engkau tidak dapat berbaik sangka terhadap Allah, karena Allah itu bersifat: Rabbul Alamiin [Tuhan yang mencipta, melengkapi, memelihara dan menjamin seisi alam, Ar-Rahman, Ar-Rahim: Pemurah, Penyayang]. Maka sudah selayaknya engkau harus berbaik sangka kepada Allah, karena tiada henti-hentinya nikmat dan karunia Allah atas dirimu dan anak keluargamu. Yakni sejak engkau berupa sperma hingga matimu. Dan sebaik-baik khusnud-dhon [baik sangka] terhadap Allah diwaktu menerima nikmat Allah yang berupa ujian [musibah], bagaikan ayah yang menyambut anak yang disayang, demi untuk kebaikan anak itu sendiri.
Allah berfirman: "Dan mungkin kamu tidak menyukai sesuatu padahal itu baik bagimu." [QS. al-Baqarah 216].
 "Maka mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, sedang Allah telah menjadikan padanya kebaikan yang banyak." [QS. An-Nisaa 19].
    Jabir radhiayallahu 'anhu berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda'Barangsiapa yang dapat melakukan khusnud-dhon [baik sangka] kepada Allah, sehingga ia tidak akan mati kecuali tetap dalam khusnudz-dzon terhadap Allah, maka hendaklah ia melakukannya'."Kemudian ia membaca ayat: "Dan itulah persangkaan kamu yang kamu sangkakan terhadap Tuhan kamu, yang telah menjerumuskan kamu, hingga membinasakan kamu." [QS. Fussilat 23].
  Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya berbaik sangka kepada Allah itu, sebaik-sebaik melakukan ibadah kepada Allah."
  Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu bersumpah: "Demi Allah tidak ada orang yang berbaik sangka terhadap Allah, melainkan pasti Allah akan memberikan kepadanya apa yang ia sangka, sebab kebaikan itu semuanya di tangan Allah, maka apabila Allah telah memberi khusnud-dhon, berarti Allah akan memberi apa yang disangkanya itu. Maka Allah yang memberinya khusnud-dhon [baik sangka] berarti akan melaksanakannya."
 Abu Said al-Khudry radhiyallahu 'anhu berkata: "Rasululloh shollallohu 'alaihi wasallam menjenguk orang sakit, maka Rasulullah bertanya kepada orang yang sakit itu, 'Bagaimanakah persangkaanmu terhadap Tuhanmu?' Jawabnya, 'Wahai Rasulullah, aku khusnud-dhon [baik sangka]'. Maka bersabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,'Sangkalah sesukamu kepada Allah, maka Allah selalu akan memberi apa yang disangkakan oleh orang mukmin'."
ANEH DAN AJAIB
الْعَجَبُ كُلُّ العًَجَبِ مِمّاَ لاَ انْفِكاَكَ لهُ عَنْهُ وَيَطلُبُ ما لاَ بَقاَءَ لهُ مَعَهُ فاِنـّهَاَ لاَ تَعْمَى الاَبْصَارُ وَلٰكِنْ تَعمىَ الْقُلوْبُ الَّتىِ فِى الصُّدُورِ ٭

 50. "Keanehan yang sangat mengherankan [ajaib] terhadap orang yang lari dari Alloh  yang sangat dibutuhkan, dan tidak dapat lepas dari padanya.  dan berusaha mencari apa yang tidak akan kekal padanya. Sesungguhnya bukan mata kepala yang buta, tetapi yang buta ialah mata hati yang di dalam dada."

Hikmah 45, menceritakan tentang tingkatan makrifat yang dicapai melalui penyaksian mata hati. Makrifat melalui mata hati diperoleh dengan cara bertauhid. Hikmah 46, menggambarkan tentang tauhid yang tertinggi. Tingkatan yang tertinggi itu tidak mudah dicapai. Jalan untuk mencapainya adalah dengan menghapuskan semua jenis syirik, yang lahir dan yang batin/samar. Hikmah 47 hingga 49 menceritakan tentang syirik yang samar, yaitu hati bukan bergantung kepada Allah  saja tetapi pada makhluk yang sama, ia juga berharap kepada makhluk, lantaran kurang keyakinannya kepada Alloh , atau kerana menyangka makhluk bisa melakukan sesuatu yang memberi bekas kepada perjalanan takdir Ilahi. Syirik yang demikian dirumuskan oleh Hikmah 50 ini dengan mengatakan bahawa itu semua terjadi akibat buta mata hati. Sekiranya mata hati dapat melihat tentu dilihatnya bahwa dalam keadaan apa saja dia tidak terlepas dari qudrat dan Iradat Alloh s.w.t. Dia tidak akan dapat melepaskan dirinya dari Alloh s.w.t. Alloh  mempunyai segala sifat-sifat iftiqar yang menyebabkan semua makhluk-Nya tidak ada jalan melainkan bergantung kepada-Nya.
Seorang yang melarikan diri dari panggilan Tuhan untuk beribadah semata-mata karena ingin memuaskan hawa nafsu dan syahwatnya, suatu fakta butanya mata hatinya, sebab ia telah mengutamakan bayangan dari pada hakikat, mengutamakan yang sementara dan meninggalkan keabadian, mengutamakan yang dapat binasa dari pada yang tetap kekal untuk selama-lamanya.

Hikmah ke 51-52
PINDAHLAH DARI ALAM (MAKHLUK) KEPADA PENCIPTA ALAM

٭ لاَتـَرْحَلْ منْ كوْنٍ الىَ كَونٍ فَتَكُونَ كَحِماَر سلرَّحىٰ يَسِيْرُ وَالمكانُ الَّذِىْ ارْتَحَلَ اليهِ هُوَالَّذي ارْتـَحلَ مِنهُ ولٰكِنْ ارْحَلْ من الاَكوَانِ الى المُكَوِّنِ. وَاِنَّ الىٰ رَبِّكَ المُنْتَهٰى ٭

 51. "Jangan berpindah dari satu alam (makhluk) ke alam (makhluk) yang lain, berarti sama dengan himar [keledai] yang berputar di sekitar penggilingan, ia berjalan menuju ke tempat tujuan, tiba-tiba itu pula tempat yang ia mula-mula berjalan dari padanya, tetapi hendaklah engkau pergi dari semua alam menuju kepada pencipta alam; Sesungguhnya kepada Tuhanmu puncak segala tujuan."

   Keadaan orang yang tidak dapat melepaskan dirinya dari syirik adalah umpama seekor keledai yang terikat dan berputar menggerakkan batu penggiling. Walaupun jauh jarak yang dijalaninya namun, dia sentiasa kembali ke tempat yang sama. Jika ia mau bebas perlulah ia melepaskan ikatannya dan keluar dari bulatan yang sempit.
 Orang yang mau membebaskan dirinya dari syirik secara keseluruhan, hendaklah membebaskan perhatian hatinya dari semua perkara kecuali Allah.
Keluar dari bulatan alam dan masuk kepada Wujud Mutlak.
   Jangan berpindah dari syirik yang terang ke alam syirik yang samar. Amal kebaikan yang di nodai oleh riya', sum'ah [mengharap pujian orang], tidak dianggap oleh syari'ah [tidak di terima oleh Alloh]. Dan apabila telah bersih dari semua itu, kemudian beramal karena terdorong oleh menginginkan kedudukan atau kekayaan atau karamah dunia atau akhirat, semua itu masih termasuk alam hawa nafsu, dan belum mencapai tujuan ikhlas yang bersih dari segala tujuan selain hanya kepada Allah, yakni tanpa pamrih. Karena itu selama berpindah dari alam ke alam tidak berbeda, bagaikan keledai yang berputar di sekitar penggilingan, tetapi seharusnya sekali berangkat dari alam ini, langsung menuju kepada pencipta alam.
Karena itu Nabi Isa 'alaihihissalam pernah berkata kepada sahabat hawariyyin: "Semua yang ada padamu dari berbagai nikmat kesenangan itu langsung dari karunia Alloh kepadamu, maka manakah kiranya yang lebih besar harganya [nilainya]? Apakah pemberiannya ataukah yang memberi?."
 ''Wa Inna ila Rabbikal-muntaha'' Sesungguhnya kepada Tuhanmu itulah puncak segala tujuan. Sebab barangsiapa yang telah mendapatkan Alloh, berarti telah mencapai segala sesuatu, baik urusan dunia mau pun urusan akhirat.

٭ وَانْظـُرْ الٰى قَولهِ صلَي اللهُ عليهِ وَسَلَّمَ : فمَنْ كاَنَتْ هِجْرَتُهُ الىَ اللهِ وَرَسُوله فَهِجْرَتهُ الى اللهِ وَرَسُولهِ. ومن كاَنَتْ هِجْرَتُهُ الىَ دُنْياَ يُصِيبُهاَ اَوِامْرَأَةٍ يَتزَوَّجُهاَ فَهِجرَتهُ الٰي ما هاَجَرَ اِليهِ. فاَفْهَم قولَهُ عَلَيهِ الصَّلاةُ والسَّلامُ وَتأمَّلْ هٰذاَ الاَمرَاِنْ كُنْتَ ذاَفهْمٍ ٭

52. "Dan perhatikan sabda Nabi shollallohu 'alaihi wasallam: 'Maka barangsiapa yang berhijrah menuju kepada Alloh dan Rosul-Nya [menurut perintah Alloh dan Rosul-Nya], maka hijrahnya akan diterima oleh Alloh dan Rosul-Nya. Dan barangsiapa yang berhijrah karena kekayaan dunia, dia akan mendapatkannya, atau karena perempuan akan dinikahi, maka hijrahnya terhenti pada apa yang ia hijrah kepadanya. Camkanlah sabda Nabi shollallohu 'alaihi wasallam ini dan perhatikanlah persoalan ini jika engkau mempunyai kecerdasan faham."


   Hikmah ini adalah lanjutan dari Kalam Hikmah yang lalu. Keluar dari satu hal kepada hal yang lain adalah hijrah juga namanya.
Dan yang utama dalam hadits ini ialah sabda Nabi shollallohu 'alaihi wasallam, bahwa hijrah yang tidak dengan niat ikhlas kepada Alloh akan terhenti pada tujuan yang sangat rendah dan tidak berarti, dan tidak akan mencapai keridhaan Alloh. Seseorang minta nasehat kepada Abu Yazid al-Busthami, maka berkata Abu Yazid, 'Jika Alloh menawarkan kepadamu akan diberi kekayaan dari Arsy sampai ke bumi, maka katakanlah, Bukan itu ya Alloh, tetapi hanya Engkau ya Alloh tujuanku'. Abu Sulaiman ad-Darani berkata: "Andaikan aku di suruh memilih antara masuk surga Jannatul-Firdaus dengan shalat dua rakaat, niscaya saya pilih shalat dua rakaat. Sebab di dalam surga, saya dengan bagianku, dan dalam shalat aku dengan Tuhanku." Asy-Syibli rodhiallohu 'anhu berkata: "Berhati-hatilah dari ujian Alloh, walaupun dalam perintah, “Kulu wasyarabu” [makan dan minumlah]. Sebab dalam pemberian nikmat itu ada ujian untuk diketahui, siapakah yang silau dan lupa kepada-Nya setelah menerima nikmat, dan siapa yang tetap pada-Nya sebelum dan sesudah menerima nikmat". Seorang penyair berkata: "Dia shalat dan puasa karena sesuatu yang diharapkan, sehingga setelah tercapai urusannya, dia tidak shalat dan puasa."
Hikmah ke 53-54
MEMILIH SAHABAT
٭ لاَتصْحَبْ من لاَيُنْهِضُكَ حالهُ ولاَ يَدُلُّكَ علَى اللهِ مقاَلهُ ٭

 53. "Jangan bersahabat dengan seseorang yang tidak membangkitkan semangat taat kepada Alloh, prilakunya dan tidak memimpin engkau kejalan Alloh apa yang dikatakannya."

Dalam hadits: "Seseorang akan mengikuti pendirian [kelakuan] temannya, maka lihatlah saudaramu dengan siapakah harus didekati sebagai teman."
 Sufyan Astsaury berkata: "Barangsiapa yang bergaul dengan orang banyak harus mengikuti mereka, dan barangsiapa mengikuti mereka, harus menjilat pada mereka, dan barangsiapa yang menjilat kepada mereka, maka ia binasa seperti mereka."

Sahl bin Abdullah berkata: "Berhati-hatilah [jangan] bersahabat dengan tiga macam manusia, 1. Pejabat pemerintah yang dzalim [kejam]. 2. Ahli quraa' yang pejilat. 3. Sufi gadungan [yang bodoh tentang hakikat tasawuf].

  Ali bin Abi Thalib karramullah wajhah berkata: "Sejahat-jahat teman yang memaksa engkau bermuka-muka [menjilat] dan memaksa engkau minta maaf, atau selalu mencari alasan."

٭ رُبَّمَا كُنْتَ مُسِيـْءـاً فأراكَ الاِحْساَنَ مِنْكَ صُحْبَتَكَ كمن هُوَ اَسْوَءُ حالاًمِنْكَ ٭

54. "Terkadang engkau berbuat kekeliruan [dosa], maka ditampakkan kepadamu sebagai kebaikan, oleh karena persahabatanmu kepada orang yang jauh lebih rendah akhlaknya [Iman] dari padamu."


 Bersahabat dengan yang lebih rendah budi pekerti [iman] -nya itu, sangat berbahaya, sebab persahabatan itu pengaruh mempengaruhi, percaya mempercayai, sehingga dengan demikian sulit sekali untuk dapat melihat atau mengoreksi kesalahan sahabat yang kita sayangi bahkan kesetiaan sahabat akan membela kita dalam kekeliruan, kesalahan dan dosa, yang dengan itu kamu pasti akan binasa karenanya. Sedang seseorang tidak dapat mengoreksi diri sendiri, kecuali dengan kacamata orang lain, tetapi jika justru kacamata orang lain itu pula mengelabui kita, maka bahayalah yang pasti menimpa kepada kita.
Hikmah ke 55.
ZAHID DAN ROGHIB

 ماَقـَلَّ عَملٌ بَرَزَ من قلْبٍ زاَهِدٍ ولاكَثـُرَ عملٌ بَرَزَ من قلبٍ رَاغِبٍ ٭

55. "Tidak dapat dianggap kecil/sedikit amal perbuatan yang dilakukan dengan hati yang zuhud ,dan tidak dapat dianggap banyak amal yang dilakukan oleh seseorang yang cinta dunia."

Kita telah diajarkan keluar dari alam kepada Pencipta alam, berhijrah kepada Alloh dan Rosul-Nya. Kita diajar supaya memilih sahabat yang dapat membangkitkan semangat untuk berjuang pada jalan Alloh  dan berbuat taat kepada-Nya. Hikmah 55 ini memberi gambaran apakah hijrah rohani itu akan berhasil atau gagal. Alat untuk menilainya ialah dunia. Bagaimana kedudukan dunia di dalam hati akan mempengaruhi perjalanan kerohanian.
Ukuran amal itu menurut hati orang yang beramal, apabila amal itu dilakukan orang yang zuhud(hatinya tidak tergantung pada dunia), walaupun kelihatan sedikit akan tetapi hakikatnya banyak. Karena zahid itu amalnya bisa selamat dari penyakit yang menjadikan amalnya tertolak, seperti riya’ mencari kepentingan dunia, tidak karena Alloh, dll. Sebaliknya amal orang yang roghib (cinta/rakus dunia) amalnya tidak selamat dari penyakit-penyakit yang tersebut.
  Ali bin Abi Thalib karromalloh wajhah berkata: "Tumpahkan semua hasrat keinginanmu itu kepada usaha untuk diterimanya amal perbuatanmu, sebab tidak dapat dianggap kecil/sedikit amal perbuatan yang diterima oleh Alloh." Allah berfirman: "Innamaa yataqobbalu -llohu minal-muttaqiina"[Sesungguhnya Alloh hanya menerima amal perbuatan dari orang yang bertakwa], ikhlas baginya, dan tepat menurut ajaran-Nya.
 Abdulloh bin Mas'ud rodhiyallohu 'anhu berkata: "Dua rokaat yang dilakukan oleh seorang alim yang mengerti dan ikhlas [tidak tamak/rakus kepada dunia], lebih baik dari ibadah orang-orang ahli ibadah sepanjang masa tapi masih cinta dunia."
Abu Sulaiman ad-Darony bertanya kepada Ma'ruf al-Karkhi: "Mengapakah orang-orang itu kuat taat sampai sedemikian rupa banyaknya? Jawabnya, 'Karena mereka telah membersihkan hati mereka dari pada cinta dunia, andaikata masih ada sedikit cinta dunia, tidak akan diterima dari mereka amal perbuatan itu'."
Seorang sholeh mengeluh kepada Abu Abdillah al-Qurosyi, bahwa ia telah berbuat berbagai amal kebaikan, tetapi belum bisa merasakan kelezatan amal kebaikan itu dalam hatinya. Jawab Abu Abdullah al-Qurosy, ''Karena engkau masih memelihara puteri iblis, yaitu kesenangan dunia, dan lazimnya seorang ayah itu selalu berziarah kepada puterinya.''
Hikmah ke 56
KEDUDUKAN AMAL, AHWAL DAN MAQOM INZAL

٭ حُسْنُ الاَعماَلِ نَتَاءِجُ حُسْنِ الاَحوالِ وَحُسنُ الاَحوَالِ منَ التـَّحَققِ فىِ  مقاَماَتِ الاِنْزالِ ٭

 56. "Baiknya amal perbuatan itu, sebagai hasil dari baiknya Ahwal, dan baiknya Ahwal itu sebagai hasil dari kesungguhan istiqamah pada maqom inzaal( apa yang diperintah oleh Allah."

   Hikmah yang lalu mengaitkan nilai amal dengan zuhud hati terhadap dunia. Hati yang menerima cahaya Nur Ilahi akan mendapat pengalaman kerohanian yang dinamakan ahwal (hal-hal). Ahwal yang menetap pada hati dinamakan maqom.
    Maqom Inzal yaitu: pengetahuan/ilmu yang berhubungan dengan ketuhanan Alloh, yang oleh Alloh diberikan kepada hati hambanya, supaya hamba tidak mengaku-aku, tidak karena surga atau takut neraka.
Jadi baiknya Amal itu muncul dari baiknya Ahwal, baiknya Ahwal itu muncul dari maqom inzal/ ilmu yang diberikan oleh Alloh.
 Amal yang baik itu hanya yang diterima oleh Tuhan, dan itu pasti karena baik dalam segi keikhlasan kepada Alloh, dan tidak mungkin ikhlas kecuali jika ia mengerti benar-benar kedudukan dirinya terhadap Tuhannya.
 Al-Ghozali berkata: "Tiap tingkat dalam kepercayaan/keyakinan itu mempunyai ilmu, dan Hal [perasaan] dan amal perbuatan;
 Ilmu-yaqin [keyakinan yang didapat dari pengertian teori pelajaran]. Ainul-yaqin [keyakinan yang didapat dari fakta-fakta lahir setelah terungkap/terbuka]. Haqqul-yaqin [keyakinan yang benar-benar langsung dari Alloh, dan tidak dapat diragukan sedikitpun, yaitu keyakinan yang hakiki.
 Hikmah 57

JANGAN MENINGGALKAN DZIKIR

٭ لاَتتـْرُكِ الذِكْرَ لِعَدَمِ حُضوُرِكَ مَعَ اللهِ فيهِ لاَنَّ غفلَتَكَ عن وُجُودِ ذِكرِهِ أَشَدُّ من غَفلَتِكَ فى وُجوُدِ ذِكرِهِ فعَساَهُ أَنْ يَرْفَعَكَ من ذِكرٍ مع وجودِغَفلَةٍ إلى ذِكرٍ معَ وُجودِ يَقظةٍ ، ومن ذكرٍ معَ وُجودِ يَقظةٍ إلى ذِكرٍ معَ وُجودِ حُضوُرٍ، ومن ذكرٍ معَ وُجودِ حُضوُرٍ إلى ذِكرٍ معَ وُجودِ غـَيْبَةٍ عمَّا سِوىَ المَذكـُورِ وَماَ ذٰلكَ على اللهِ بِعَزِيزِ .٭

57. "Jangan meninggalkan dzikir, karena engkau belum bisa selalu ingat kepada Alloh di waktu berdzikir, sebab kelalaianmu terhadap Alloh ketika tidak berdzikir itu lebih berbahaya dari pada kelalaianmu terhadap Alloh ketika kamu berdzikir." Semoga Alloh menaikkan derajatmu dari dzikir dengan kelalaian, kepada dzikir yang disertai ingat terhadap Alloh, kemudian naik pula dari dzikir dengan kesadaran ingat, kepada dzikir yang disertai rasa hadir, dan dari dzikir yang disertai rasa hadir kepada dzikir hingga lupa terhadap segala sesuatu selain Alloh. Dan yang demikian itu bagi Alloh tidak berat [tidak sulit].

   Empat keadaan yang berkaitan dengan dzikir:
1: Berdzikir dalam keadaan hati tidak ingat kepada Alloh.
2: Berdzikir dalam keadaan hati yang ingat kepada Alloh.
3: Berdzikir dengan disertai rasa kehadiran Alloh di dalam hati.
4: Berdzikir dalam keadaan fana' dari makhluk, lenyap segala sesuatu dari hati, hanya Alloh saja yang ada.
Seorang salik tidak boleh meninggalkan Dzikir, disebabkan karena hatinya belum bisa ingat/menghadap kepada Alloh. akan tetapi ia harus tetap selalu berdzikir walaupun hatinya masih belum bisa khudhur.
Karena orang yang meninggalkan dzikir itu jauh dengan Alloh hati dan lisannya. berbeda dengan orang yang mau berdzikir, meskipun hatinya masih jauh dengan Alloh karena belum bisa mengingat Alloh waktu berdzikir, tapi lisannya dekat dengan Alloh.
 karena tidaklah sulit bagi Alloh untuk mengubah suasana hati hamba-Nya yang berdzikir dari suasana yang kurang baik kepada yang lebih baik hingga mencapai yang terbaik. Menaikkan satu tingkat [derajat] kelain tingkat [derajat], dzikir adalah satu-satunya jalan yang terdekat menuju kepada Alloh, bahkan sangat mudah dan ringan.
 Abu Qasim al-Qusyairy berkata: "Dzikir itu simbol wilayah [kewalian], dan pelita penerangan untuk sampai, dan tanda sehatnya permulaannya, dan menunjukkan jernihnya akhir puncaknya, dan tiada suatu amal yang menyamai dzikir, sebab segala amal perbuatan itu ditujukan untuk berdzikir, maka dzikir itu bagaikan jiwa dari segala amal. Sedang kelebihan dzikir dan keutamaannya tidak dapat dibatasi".
 Allah berfirman: "Berdzikirlah [ingatlah] kamu kepada-ku, niscaya Aku berdzikir [ingat] kepadamu." [QS. Al-Baqorah 152].
 Dalam hadits Qudsi, Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam bersabda, Alloh 'Azza wa Jalla berfirman: "Aku selalu mengikuti sangkaan hamba-Ku kepada-Ku dan Aku selalu bersamanya ketika ia berdzikir kepada-Ku. Jika ia berdzikir [mengingat] dalam dirinya. Aku pun berdzikir padanya dalam dzat-Ku dan jika ia berdzikir pada-Ku di keramaian, maka Aku pun berdzikir padanya dalam keramaian yang lebih baik dari pada kelompoknya, dan jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya sehasta, dan jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa, dan jika ia datang kepada-Ku berjalan, Aku akan datang kepadanya berjalan cepat."     
     Abdullah bin Abbas rodhiyallohu 'anhu berkata: "Tidak ada suatu kewajiban yang diwajibkan oleh Alloh pada hamba-Nya melainkan ada batas-batasnya, kemudian bagi orang-orang yang berudzur dimaafkan jika ia tidak dapat melakukannya, kecuali dzikir, maka tidak ada batas dan tidak ada udzur yang dapat diterima untuk tidak berdzikir, kecuali jika berubah akal [gila].
 Alloh berfirman: "... Bagi orang-orang yang mempunyai pikiran [sempurna akal]. Yang selalu berdzikir [mengingat] Alloh sambil berdiri, duduk dan berbaring." [QS. Ali-Imran 190-191].
 Firman Allah: "Wahai orang-orang yang beriman, Berdzikirlah [ingatlah] kamu kepada Alloh dengan dzikir sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang."
   Yakni pagi, siang, sore, malam, di darat, di laut, di udara, dalam perjalanan [musafir] berdiam diri pada semua tempat dan waktu, bagi yang kaya, miskin, sehat, sakit, terang-terangan atau sembunyi dengan lisan atau hati dan pada tiap keadaan.
Hikmah 58
TANDA HATI YANG MATI

٭ مِنْ علاَماَتِ مَوْتِ القلبِ عَدَمُ الحُزنِ على ماَ فاَتكَ منَ المُواَفَقاَتِ وَتركُ النَّدَمِ علىَ ما فَعلتهُ من الزَّلاَّتِ٭

58. "Sebagian dari pada tanda matinya hati, yaitu jika tidak merasa sedih [susah]karena tertinggalnya suatu amal [perbuatan] kebaikan [kewajiban], juga tidak menyesal jika terjadi berbuat pelanggaran dosa."

   Pada Hikmah sebelumnya diterangkan supaya jangan meninggalkan Dzikir walaupun hati belum bisa hadhir ketika berdzikir. Begitu juga dengan ibadah dan amal kebaikan. Janganlah meninggalkan ibadah lantaran hati tidak khusyuk ketika beribadah dan jangan meninggalkan amal kebaikan lantaran hati belum ikhlas dalam melakukannya. Khusyuk dan ikhlas adalah sifat hati yang sempurna. dzikir, ibadah dan amal kebaikan adalah cara-cara untuk membentuk hati agar menjadi sempurna. Hati yang belum mencapai tahap kesempurnaan dikatakan hati itu berpenyakit. Jika penyakit itu dibiarkan, tidak diambil langkah mengobatinya, pada satu masa, hati itu mungkin akan mati. Matinya hati berbeda dengan mati tubuh badan. Orang yang mati tubuh badan ditanam di dalam tanah. Orang yang mati hatinya, tubuh badannya masih sehat dan dia masih berjalan ke sana kemari dimuka bumi ini.

Manusia menjadi istimewa kerana memiliki hati rohani. Hati mempunyai nilai yang mulia yang tidak dimiliki oleh akal fikiran. Semua anggota dan akal fikiran menuju kepada alam benda sementara hati rohani menuju kepada Pencipta alam benda. Hati mempunyai persediaan untuk beriman kepada Tuhan. Hati yang menghubungkan manusia dengan Pencipta. Hubungan dengan Pencipta memisahkan manusia dari daerah kehewanan dan mengangkat darjat mereka menjadi makhluk yang mulia. Hati yang cerdas, sehat dan dalam keasliannya yang murni, berhubung erat dengan Tuhannya. Hati itu membimbing akal fikiran agar akal fikiran dapat berfikir tentang Tuhan dan makhluk Tuhan. Hati itu membimbing juga kepada anggota tubuh badan agar mereka tunduk kepada perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya. Hati yang bisa mengalahkan akal fikiran dan anggota tubuh badannya serta mengarahkan mereka berbuat taat kepada Alloh adalah hati yang sehat.
Dalam suatu hadits Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam bersabda:"Barangsiapa yang merasa senang oleh amal kebaikannya, dan merasa sedih/menyesal atas perbuatan dosanya, maka ia seorang mukmin."
 Abdullah bin Mas'ud rodhiyallohu 'anhu berkata: ''Ketika kami dalam majelis Rosululloh saw, tiba-tiba datang seseorang yang turun dari kudanya dan mendekati Nabi shollallohu 'alaihi wasallam sambil berkata,  'Wahai Rosululloh, saya telah melelahkan kudaku selama sembilan hari, maka saya jalankan terus menerus selama enam hari, tidak tidur diwaktu malam dan puasa pada siang hari, hingga lelah benar kuda ini, demi hanya untuk menanyakan kepadamu dua masalah yang telah merisaukan hatiku hingga tidak dapat tidur'. Nabi shollallohu 'alaihi wasallam bertanya, 'Siapakah engkau?' Jawab orang itu, 'Zaidul-Khoir' Berkata Nabi shollallohu 'alaihi wasallam, 'Wahai Zaidul-Khoir, bertanyalah kemungkinan sesuatu yang sulit, yang belum pernah ditanyainya'. Berkata Zaidul-Khoir, 'Saya akan bertanya kepadamu tanda-tanda orang yang disukai dan yang dimurkai?' Jawab Nabi shollallohu 'alaihi wasallam, 'Untung, untung, bagaimanakah keadaanmu saat ini wahai Zaid?' Jawab Zaid, 'Saya saat ini, suka kepada amal kebaikan dan orang-orang melakukan amal kebaikan, bahkan suka akan tersebarnya amal kebaikan itu, dan bila aku ketinggalan merasa menyesal dan rindu pada kebaikan itu, dan bila aku berbuat amal sedikit atau banyak, tetap saya yakin pahalanya'. Jawab Nabi shollallohu 'alaihi wasallam, 'Ya itulah dia, andaikan Alloh tidak suka kepadamu, tentu engkau disiapkan untuk melakukan yang lain dari pada itu, dan tidak peduli di jurang yang mana engkau akan binasa'. Berkata Zaid, 'Cukup wahai Rasululloh, lalu ia kembali ke atas kudanya, kemudian ia berangkat pulang'.''
Hikmah 59-60
DOSA DAN HUSNUD-DHON


٭ لاَ يُعظَمُ الذنبُ عِندَكَ عظمَةً تَصُدُّكَ عَنْ حُسنِ الظنِّ بِاللهِ ، فَاِنَّ مَنْ عَرَفَ رَبَّهُ اِسْتَسغَرَ فىِ جَنْبِ كرَمِحِ ذ َنْبُهُ  ٭
59. "Jangan sampai terasa bagimu besarnya suatu dosa itu, hingga dapat merintangi engkau dari khusnudz-dzon [baik sangka] terhadap Alloh Ta'ala, sebab barangsiapa yang benar-benar mengenal Alloh Ta'ala, maka akan menganggap kecil dosanya itu di samping ketulusan kemurahan Alloh."

Merasa besarnya suatu dosa itu baik, jika menimbulkan rasa akan bertaubat dan niat untuk tidak mengulanginya untuk selama-selamanya. Tetapi jika merasa besarnya dosa itu akan menyebabkan putus dari rahmat Alloh, merasa seakan-akan rahmat dan ampunan Alloh tidak akan didapatnya, maka perasaan itu lebih berbahaya baginya dari dosa yang telah dilakukannya, sebab putus asa dari rahmat Alloh itu dosa besar dan itu perasaan orang-orang kafir.
 Abdulloh bin Mas'ud rodhiyallohu 'anhu berkata: "Seorang mukmin melihat dosanya bagaikan gunung yang akan menimpanya, sedang orang munafiq melihat dosanya bagaikan lalat yang hinggap diujung hidungnya, maka diusirlah ia dengan tangannya.
  Nabi shollallohu 'alaihi wasallam telah bersabda: "Demi Alloh yang jiwaku ada di tangan-Nya, andaikan kamu tidak berbuat dosa, niscaya Alloh akan mematikan kamu, dan mendatangkan suatu kaum yang berbuat dosa lalu istighfar [minta ampun] dan diampunkan bagi mereka itu."
 Nabi shollallohu 'alaihi wasallam bersabda: "Andaikan perbuatan dosa itu tidak lebih baik bagi seorang mukmin dari pada ujub [mau diagung-agungkan karena amal kebaikannya], maka Alloh tidak akan membiarkan seorang mukmin berbuat dosa untuk selamanya."
 Sebab ujub itu menjauhkan seorang hamba dari Alloh, sedang dosa itu menarik hamba mendekat kepada Alloh. Dan ujub, merasa besar diri, sedang dosa merasa kecil dan rendah diri di sisi Alloh.

٭ لاصغيرة اذاقابلك عدله ولاكبيرة اذاواجهك فضله٭

60. "Tidak ada dosa kecil jika Alloh menghadapi engkau dengan keadilan-Nya, dan tidak berarti dosa besar jika Alloh menghadapimu dengan karunia-Nya."

Yang dinamakan Adil yaitu: pelaksanaan hukum Alloh didalam kerajan-Nya yang tidak ada yang menentangnya. Apabila sifat adilnya Alloh itu dilaksanakan pada orang yang di benci Alloh, maka batal semua kebaikannya, dan dosa kecilnya akan menjadi dosa besar.
Yang dinamakan Fadhol yaitu: pemberian Alloh kepada hambanya yang tidak ada balasannya. Apabila sifat Fadholnya Alloh diberikan pada hambanya yang dicintai-Nya, dosa dan kesalahan yang besar akan di anggap kecil oleh Alloh.
   Nabi shollallohu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada dosa besar jika disertai dengan istighfar [minta ampun], dan tidak dapat dianggap dosa kecil jika dikerjakan terus menerus."
 Yahya bin Muadz rodhiyallohu 'anhu dalam berdoa ia berkata: "Tuhanku, jika Engkau kasihan kepadaku, Engkau ampunkanlah semua dosaku, tetapi jika Engkau murka kepadaku, tidaklah Engkau terima amal kebaikanku.''
Syeih as-Syadzili ra. berkata dalam do’anya: Ya robbi,semoga amal jelekku engkau jadikan seperti amal jeleknya orang yang engkau cintai, dan amal kebaikanku jangan engkau jadikan seperti kebaikannya orang yang engkau benci.
Hikmah 61

AMAL YANG BERNILAI DISISI ALLOH

٭ لاَ عمَلَ اَرْجٰى للِْقبُولِ من عملٍ يَغيْبُ عَنكَ شُهُودُهُ وَيُحتَقَرُّ عَنْكَ وُجوُدُهُ ٭

61. ''Tidak ada amal kebaikan yang dapat diharapkan diterima oleh Alloh, melebihi dari amal yang terlupa olehmu adanya dan kecil dalam pandanganmu kejadiannya."

 Amal kebaikan yang pasti diterima oleh Alloh, yaitu jika merasa bahwa amal itu semata-mata terjadi karena taufik dan hidayah dari Alloh, kemudian ia tidak membanggakan diri dengan amal itu, dan tidak merasa seakan-akan sudah cukup baik dengan adanya amal itu. Karena amal itu telah ditujukan kepada keridhoan Alloh, maka tidak usah diingat-ingat lagi. Sebab barangsiapa yang merasa sudah beramal, sesungguhnya jarang sekali yang tidak merasa ujub/arogan dengan amalnya itu. Dan itu suatu bahaya bagi amal itu.
Hikmah ke 62-64.
WARID


٭ اِنَّماَ اَوْرَدَ عليكََ الوَارِدِ لِتَكُونَ بِهِ عليهِ واَرِداً ٭

62. "Sesungguhnya Tuhan memberikan kepadamu warid [yaitu ilmu pengertian atau perasaan dalam hati, sehingga mengenal dan merasa benar-benar akan kebesaran karunia Alloh], hanya semata-mata supaya engkau mendekat dan masuk kehadirat Alloh."

WARID itu kadang diartikan dengan pemberian Alloh pada hambanya berupa ilmu ladunni dan pemahaman tentang ketuhanan-Alloh, yang menjadikan terang hatinya. Kadang diartikan bertajallinya Alloh pada hati hamba, meskipun si hamba tidak bisa merasakan karena terlalu tebalnya sifat kemanusiaannya. dan juga bisa disamakan dengan Ahwal. Jadi warid dengan Hal itu sama artinya. Seperti yang dimaksudkan  muallif:

٭ اَورَدَ عليْكَ الوَارِدَ لِيَتَسَلَّمَكَ مِنْ يَدِ الاَغْياَرِ وَلِيُحَرِّرَكَ مِنْ رَقَ الاَثاَرِ ٭

63. "Alloh memberikan warid itu semata-mata untuk menyelamatkan engkau dari cengkeraman benda-benda, dan membebaskan dari perbudakan segala sesuatu selain Alloh subhanahu wata'ala."

Aghyar dan atsar yaitu: kepentingan duniawi dan kesenangan hawa nafsu.keduanya bagaikan orang yang ghosob(mengambil) dirimu karena kamu senang dan bergantung pada keduanya. lalu Alloh mendatangkan warid kepadamu untuk menyelamatkan kamu dari tangan orang yang ghosob dan membebaskan kamu dari orang yang memperbudak kamu(aghyar dan atsar). sehingga makhluk tidak punya bagian dan persekutuan dalam dirimu. sehingga kamu pantas menghadap kehadirat Ilahi.

٭ اَورَدَ عليْكَ الوَارِدَ لِيُخْرِجَكَ مِنْ سِجْنِ وُجُودِكَ اِلٰى فَضاَءِ شُهُودِكَ٭

64. "Alloh memberikan kepadamu warid [karunia-Nya] supaya engkau keluar/terlepas dari kurungan bentuk kejadian dan sifat-sifatmu, ke alam luar yang berupa ma'rifat, mengenal kebesaran kekuasaan dan karunia Tuhanmu."


Dalam tiga pelajaran berkenaan dengan warid [karunia Tuhan] yang pertama diberikan kepadamu, supaya engkau ringan melakukan taat beribadah dan mendekat kehadirat Alloh Azza wa Jalla, tetapi kemungkinan kurang ikhlas, maka diturunkan warid yang kedua untuk melepaskan dari tujuan kepada sesuatu selain Alloh, sedang warid yang ketiga untuk melepaskan dirimu dari sifat-sifat dan wujud yang sempit kepada alam yang luas, melihat kebesaran Tuhan yang tidak terbatas sehingga lupa kepada diri dan hanya ingat kepada Alloh semata-mata.
Syeih Abul-qosim an-Nashrobady berkata: penjaramu yaitu dirimu sendiri (hawa nafsumu), kalau kamu bisa keluar dari dirimu, maka kamu akan enak selamanya.
Hikmah65-67
 NUR, BASHIROH DAN HATI



٭ الاَنْواَرُ مطَايَا القُلوُبِ والاَسرَارِ ٭
65. "Nur [cahaya] iman dan nur keyakinan itu sebagai kendaraan yang mengantarkan hati manusia dan asror (rahasia) ke hadirat Alloh."

  Nur Ilahyyah yang diberikan Alloh kepada hambanya  itu biasanya hasil sebab dzikir dan latihan-latihan. Nur itu yang menjadi kendaraan hati dan sir yang menyampaikan pada tujuannya yaitu masuk dan taqorrub kehadirat Alloh swt. Nur ini juga disebut Nur warid.




٭ النّوُرُ جُندُ القـُلوب، كَماَ أَنَّ الظُّلمَةَ جُندُ النَّفْسٍ ، فَاِذاَ أرَادَ اللهُ أَنْ يَنصُرَعَبْدَهُ، أمَدَّهُ بِجُنوُدِ الاَنْواَرِ وَقطَعَ عَنْهُ عَدَدَ الظُلمِ والاَغيَارِ ٭


66. "Nur [cahaya] tauhid itu sebagai pasukan [tentara] yang membantu hati, sebagaimana gelapnya syirik itu sebagai pasukan [tentara] yang membantu hawa nafsu. Maka apabila Alloh menolong hamba-Nya, maka dibantunya dengan pasukan [tentara] nur Ilahi dan dihentikan bantuan kegelapan dan kepalsuan."

Nur [cahaya] terang yang berupa tauhid, iman dan keyakinan itu sebagai pasukan [tentara] pembela dan pembantu hati, sebaliknya kegelapan syirik dan keraguan itu sebagai pasukan [tentara] pembantu hawa nafsu. Sesungguhnya Nurut-tauhid dan gelapnya syirik keduanya akan selalu berperang,  Apabila Alloh menolong hambanya maka Alloh akan melenyapkan kegelapan syirik dan mengganti dengan nur tauhid.seperti contoh,ketika hatimu ingin mengerjakan kebaikan sedangkan nafsumu mengajak pada perkara sebaliknya, maka keduanya akan berperang untuk saling mengalahkan. ketika seperti itu bagi hamba tidak ada jalan lain kecuali meminta pertolongan dan berserah diri kepada Alloh. Dan disinilah terlihat jelas pengertian:
"Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Alloh, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya."
"Dan barangsiapa yang disesatkan oleh Alloh, maka tidak ada yang dapat menunjukinya."
"Barangsiapa yang diberi petunjuk [hidayat] oleh Alloh, maka ialah yang mendapat petunjuk [hidayat], dan barangsiapa yang disesatkan oleh Alloh, maka tidak akan engkau mendapatkan pelindung atau pemimpin untuknya."


٭ النُّورُ لهُ الكشفُ والبَصِيرَة ُلهُ الحكمُ والقـَلبُ لهُ الاِقباَلُ والاَدْبارُ ٭

67. "Nur yang diberikan Alloh didalam hati itu bisa membuka arti sesuatu yang samar/rahasia. dan Bashiroh [mata hati] bisa menentukan hukum sesuatu sesuai apa yang dilihatnya, sedangkan  hati yang melaksanakan atau meninggalkan sesuatu sesuai apa yang telah dilihat  oleh bashiroh”


Nur Ilahi itu bisa membuka perkara yang samar dan rahasia seperti baiknya taat dan hinanya maksiat, rahasianya qodar dan lain-lain. dan bashiroh itu juga mempunyai hukum yakni bisa melihat seperti hal tersebut.  lalu kedua kasyaf itu terkadang kurang sempurna, sehingga hamba yang dikaruniai kasyaf tersebut tidak boleh mengerjakan dan menceritakan hal-hal tersebut sebelum meminta fatwa pada hatinya.
Hikmah 68-69

 INGATLAH, KETAATAN ITU ANUGERAH DARI ALLOH

٭ لاَ تـُفـْرِ حُكَ الطَّاعَةُ، لاَنَّهاَ بَرَزَتْ منكَ، وَافرَحْ بِهاَ لاَنَّهاَ بَرَزَتْ مِنَ اللهِ ِليكَ. قـُلْ بِفَضلِ اللهِ وَبِرَحْمَتِهِ فبذٰ لكَ فَليَفْرَحُوا هُوَ خيرٌ مِمَّا يجمَعُونَ
68. "Jangan merasa gembira atas perbuatan taat, karena engkau merasa telah dapat melaksanakannya, tetapi bergembiralah atas perbuatan taat itu, karena ia sebagai karunia, taufik dan hidayat dari Alloh subhanahu wata'ala kepadamu, 'Katakanlah, Dengan merasa mendapatkan karunia dan rahmat Alloh, maka dengan itu hendaknya mereka bergembira. Itulah yang lebih baik dari apa yang dapat mereka kumpulkan'. [QS. Yunus 58]."

Gembira atas perbuatan taat itu jika karena merasa mendapat kehormatan karunia dan rahmat Alloh sehingga dapat melakukan taat, maka itu lebih baik. Sebaliknya jika gembira karena merasa diri sudah kuat dan sanggup melaksanakan taat, maka ini menimbulkan ujub, sombong dan kebanggaan, padahal yang demikian itulah yang akan membinasakan amal taat. Alloh 'Azza wa Jalla telah memperingatkan hambanya yang sombong dan ujub [mengagungkan diri] dengan firmannya dalam hadits Qudsi, Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam bersabda: "Alloh 'Azza wa Jalla berfirman,'Kesombongan adalah selendang-Ku dan keagungan adalah sarung-Ku. Barangsiapa yang mengambil salah satu dari kedua hal tersebut dari-Ku, maka Aku akan melemparkannya ke dalam neraka'."

٭ قطَعَ السَّاءـرينَ لهُ، والواَصِلينَ مِنْ رُوءْيَةِ أعْمالهِمْ ، وَشُهُودِ أحْوالهِمْ. أمَّاالسّاءـرُونَ فَلاَِ َنَّهُمْ لَمْ يَتحَقــَّقوا الصِّدْقَ مَعَ اللهِ فِيهاَ. أمَّ الواَصِلوُنَ فَلاَِ َنَّهُمْ غيبهُمْ بِشُهُودِهِ عَنْهاَ ٭
69. "Alloh telah memutuskan orang-orang yang berjalan menuju kepada-Nya, dan yang telah sampai kepada-Nya, dari pada melihat/mengagumi amal [ibadah] dan keadaan diri mereka. Adapun orang yang masih sedang berjalan, karena mereka dalam amal perbuatan ibadah itu belum dapat melaksanakan dengan ikhlas menurut apa yang diperintahkan. Adapun orang-orang yang telah sampai, maka karena mereka telah sibuk melihat kepada Alloh, sehingga lupa pada amal perbuatan sendiri."

Sehingga apabila ada amal perbuatan diri sendiri, maka itu hanya karunia, taufik dan rahmat Alloh subhanahu wata'ala semata-mata. Tanda bahwa Alloh telah memberi taufik dan hidayah pada seorang hamba, apabila disibukkan hamba itu dengan amal perbuatan taat, tetapi diputuskan dari pada ujub dan arogan dengan amal perbuatan itu, karena merasa belum tepat mengerjakannya, atau karena merasa bahwa perbuatan itu semata-mata karunia Alloh, sedang ia sendiri merasa tiada berdaya untuk melaksanakan andaikan tiada karunia dan rahmat Alloh Ta'ala.
Hikmah 70-72


 TAMAK AKAN MELAHIRKAN KEHINAAN

٭ ماَ سَبَقتْ اَغْصاَنَ ذ ُلِّ ِاِلاَّ على بِذْرِ طَمَعٍ ٭

70. "Tidak akan berkembang biak berbagai cabang kehinaan itu, kecuali di atas bibit tamak [kerakusan]."
  Sifat tamak bagian dari besarnya aib yang mencela sifat kehambaan,
Sifat tamak [rakus] itu adalah bibit dari segala macam kehinaan dan kerendahan.
 Sifat tamak [rakus] itu adalah sumberdari segala penyakit hati,karena tamak itu hanya bergantung pada manusia,minta tolong pada manusia, bersandar pada manusia, mengabdi pada manusia, yang demikian itu temasuk kehinaan, sebab ragu-ragu dengan taqdirnya Alloh.
  Abu Bakar al-Warroq al-Hakim berkata: "Andaikata sifat tamak itu dapat ditanya, 'Siapakah ayahmu?' Pasti jawabnya, 'Ragu terhadap takdir Alloh'. Dan bila ditanya, 'Apakah pekerjaanmu?' Jawabnya, 'Merendahkan diri'. Dan bila ditanya, 'Apakah tujuanmu?' Jawabnya, 'Tidak dapat apa-apa."

Suatu hikayat mengatakan: "Ketika Ali bin Abi Tholib Karomalloh wajhah, baru masuk ke masjid Jami' di Basrah, didapatinya banyak orang yang memberi ceramah didalamnya. Maka ia menguji mereka dengan beberapa pertanyaan dan yang ternyata tidak dapat menjawab dengan tepat,  maka mereka di usir dan tidak diizinkan memberi ceramah di masjid itu, dan ketika sampai ke majelis Hasan al-Basri, ia bertanya, 'Wahai para pemuda! Aku akan bertanya kepadamu sesuatu hal, jika engkau dapat menjawab, aku izinkan engkau terus mengajar di sini, tetapi jika engkau tidak dapat menjawab, aku usir engkau sebagaimana teman-temanmu yang lain, telah aku usir itu'.
Jawab Hasan al-Basri, 'Tanyakan sekehendakmu'.
Sayyidina Ali bertanya, 'Apakah yang mengokohkan agama?'
Jawab Hasan, 'Waro' [menjaga diri sendiri untuk menjauhi segala yang bersifat syubhat dan haram].
Lalu Sayyidina Ali bertanya lagi, 'Apakah yang dapat merusak agama?'
Jawab Hasan, 'Tamak [rakus]'.
Imam Ali berkata kepadanya, 'Engkau boleh tetap mengajar di sini, orang seperti engkaulah yang dapat memberi ceramah kepada publik'."

Seorang guru berkata: "Dahulu ketika dalam permulaan bidayahku di Iskandariyah, pada suatu hari ketika aku akan membeli suatu keperluan dari seorang yang mengenal aku, timbul dalam perasaan hatiku; mungkin ia tidak akan menerima uangku ini, tiba-tiba terdengar suara yang berbunyi, 'Keselamatan dalam agama hanya dalam memutuskan harapan dari sesama makhluk'." Waro' dalam agama itu menunjukkan adanya keyakinan dan sempurnanya bersandar diri kepada Alloh. Waro' yaitu jika sudah merasa tiada hubungan antara dia dengan makhluk, baik dalam pemberian, penerimaan atau penolakan, dan semua itu hanya terlihat langsung dari Alloh Ta'ala.
Sahl bin Abdullah berkata: "Di dalam iman tidak ada pandangan sebab perantara, karena itu hanya dalam Islam sebelum mencapai iman."
Semua hamba pasti akan makan rezeki-Nya, hanya berbeda-beda, ada yang makan dengan kehinaan, yaitu peminta-minta. Ada yang makan rezeki-Nya dengan bekerja keras, yaitu para buruh, ada yang makan rezeki-Nya dengan cara menunggu, yaitu para pedagang yang menunggu sampai adanya membeli barang-barangnya. Adapun yang makan rezeki-Nya dengan rasa mulia, yaitu orang sufi yang merasa tidak ada perantara dengan Tuhan.


٭ماَ قاَدَكَ شىءٌ مثـل الوَهْمِ ٭

71. "Tiada sesuatu yang dapat menuntun/memimpin engkau (pada kehinaan)seperti angan-angan [bayangan yang kosong]."


Wahm: Ialah tiap-tiap angan-angan terhadap sesuatu selain dari Alloh, yang berarti angan-angan yang tidak mungkin terjadi.  Dan biasanya nafsu itu lebih tunduk pada wahm/ angan-angan, dari pada pada akalnya. Sebagai contoh: manusia itu biasanya lari apabila melihat ular, karena dia berangan-angan ular itu akan menggigit dirinya. Apabila dia(nafsunya) tunduk pada akalnya, tentu dia tidak lari. Karena apa-apa yang sudah ditentukan Alloh pasti wujud, dan sebaliknya.
Ingatlah tidak ada orang yang bisa selamat dari sifat tamak,kecuali orang yang khusus yaitu orang-orang yang ahli Qona’ah dan berserah diri pada Alloh, yang hatinya sama sekali tidak bergantung pada makhluk(manusia).


٭ أنْتَ حُرُّمِمَّا اَنتَ عَنْهُ أيِسٌ وَعَبْد ٌ لمَا اَنتَ لهُ طاَمعُ ٭
72. "Engkau bebas merdeka dari segala sesuatu yang tidak engkau butuhkan, dan engkau tetap menjadi hamba kepada apa yang engkau inginkan."

  Hikmah ini menunjukkan hinanya tamak, dan baiknya Qona’ah.
Andaikan tidak ada keinginan-keinginan yang palsu dan sifat tamak, pasti orang akan bebas merdeka tidak akan diperbudak oleh sesuatu yang tidak berharga.
العبد حرّماقنع ٭ والحرُّعبد ٌماطمع
Budak itu merdeka/bebas selagi dia menerima pembagian dari Alloh(Qona’ah) *orang merdeka itu menjadi budak selagi dia tamak.
Qona’ah yaitu: tenangnya hati karena tidak adanya sesuatu yang sudah biasa ada. Dan qona’ah itu awal dari pada sifat zuhud.
Suatu hikayat:
Burung elang [rajawali] yang terbang tinggi di angkasa raya, sulit orang akan dapat menangkapnya, tetapi ia melihat sepotong daging yang tergantung pada perangkap, maka ia turun dari angkasa oleh karena sifat tamaknya [rakusnya], maka terjebaklah ia dari perangkap itu sehingga ia menjadi permainan anak-anak kecil.

Fateh al-Maushily ketika ditanya tentang ibarat orang yang menurutkan nafsu syahwat dan sifat tamaknya [rakusnya], sedang tidak jauh dari tempat itu ada dua anak sedang makan roti, yang satu hanya makan roti, sedang yang kedua makan roti dengan keju, lalu yang makan roti ingin yang keju, maka ia berkata kepada temannya:
“Berilah kepadaku keju.” Jawab temannya: “Jika engkau suka jadi anjingku, aku beri keju”.
Jawab anak yang meminta: ‘Baiklah’.
Maka diikatlah lehernya dengan tali sebagai anjing dan dituntun.
Berkata Fateh kepada orang yang bertanya: “Andaikata anak itu tidak tamak [rakus] pada keju, niscaya ia tidak menjadi anjing”.

suatu kejadian, ada seorang murid didatangi oleh gurunya, maka ia ingin menjamu gurunya, maka ia keluarkan roti tanpa lauk pauk, dan tergerak dalam hati si murid sekiranya ada lauk pauknya tentu lebih sempurna. Dan setelah selesai sang guru makan apa yang dihidangkan itu, berdirilah sang guru dan mengajak si murid keluar tiba-tiba ia dibawa ke penjara untuk ditunjukkan berbagai macam orang yang dihukum, baik yang dirajam atau dipotong tangannya dan lain-lain, lalu berkatalah sang guru kepada muridnya:
Semua orang-orang yang engkau lihat itu, yaitu orang yang tidak sabar makan roti saja tanpa lauk pauk.

Ada seorang yang baru dikeluarkan dari penjara, yang masih terikat kakinya dengan rantai ia meminta-minta sepotong roti kepada seseorang, maka berkatalah orang tempatnya meminta:
Andaikata sejak dulu engkau mau menerima sepotong roti, maka tidak akan terikat kakimu itu.
 AKHIRAT ADALAH TEMPAT PEMBALASAN

٭اِنّماَ جَعلَ الدَّرالاَخِرَة َ محلا ًّ لِجَزَاءِ عِباَدِهِ المُوءْمنينَ لاَِنَّ هٰذ هِ الدَّرَ لاَ تَسَعُ ماَ يُرِيدُ انْ يُعْطيَهُم وَلاَنَّهُ اَجلَّ اَقداَرَهُمْ عنْ اَنْ يُجاَزيَهُِم في داَرِِ لاَبَقاَءَ لهاَ ٭

81. "Sesungguhnya Alloh menjadikan akhirat untuk tempat pembalasan bagi hamba yang mukmin, sebab dunia ini tidak cukup untuk tempat apa yang akan diberikan kepada mereka, juga karena Alloh sayang akan memberikan balasan pahala mereka di tempat yang tidak kekal."

Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya tempat pecut kuda di dalam surga lebih berharga [baik] dari pada dunia dan semua isinya."

Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam bersabda dan Alloh Ta'ala berfirman:"Aku telah menyediakan untuk hamba-Ku yang sholeh, apa-apa yang belum pernah dilihat oleh mata, atau didengar oleh telinga atau tergerak dalam hati manusia."

٭مَنْ وجَدَ ثمَرَة َعملِهِ عاَجِلا ً فَهُو دَليلٌ علٰى وُجودِ القبولِ اٰجِلا ً ٭

82. "Barangsiapa yang dapat merasakan buah dari amal ibadahnya di dunia ini, maka itu dapat dijadikan tanda diterimanya amal itu oleh Alloh diakhirat."

Manis dan lezatnya amal itu sebagai tanda diterimanya amal tersebut oleh Alloh yang diwujudkan didunia. itu sebagai bukti adanya pembalasan diakhirat. Apabila hamba sudah merasakan manisnya amal, maka jangan sampai berhentiatau condong dengan amal tersebut. dan juga jangan sampai beramal demi mendapatkan manis dan lezatnya amal karena itu kepentingan nafsu. dan karena maksud yang seperti itu bisa merusak keikhlasan ibadah. Jadi rasa manis dan enaknya ibadah itu hanya menjadi ukuran untuk membenarkan amal dan membenarkan tingkahnya hati.
Syeikh Atabah al-Ghulam berkata:
''Aku melatih diri sholat malam dua puluh tahun, setelah itu baru aku merasakan nikmat bangun malam.''

Syeikh Tsabit al-Bunany rodhiyallohu 'anhu berkata: ''Aku melatih membaca Al-Qur'an selama dua puluh tahun setelah itu baru aku merasakan nikmat membaca Al-Qur'an.''

Syeikh  Abu Thurob berkata:
''Jika seseorang bersungguh-sungguh dalam niatnya beramal, maka dapat merasakan nikmat amal itu sebelum mengerjakannya, dan apabila ikhlas dalam melakukannya, maka dia akan merasakan manisnya, itulah amal yang diterima dengan karunia Alloh.''

Al-Hasan berkata:
''Carilah manisnya amal itu pada tiga hal:
1. Bila kamu telah mendapatkannya, bergembiralah dan teruskan mencapai tujuanmu.
2. Apabila kamu belum mendapatkannya, ketahuilah bahwa pintu masih tertutup.
3. Ketika membaca Qur'an, berdzikir dan ketika bersujud.''

Ada pula yang mengatakan:
''Dan ketika bersedekah dan ketika bangun malam.''
Sejak kapankah engkau merasakan telah mengenal Alloh? yaitu ketika aku setiap akan berbuat pelanggaran terhadap syariat-Nya dan aku merasa malu kepada-Nya.
83. KEDUDUKAN HAMBA DI SISI ALLOH

٭اِذاَ اَردتَ اَنْ تَعْرِفَ قدرَكَ عِندهُ فاَنْظُرْ ماَذاَ يُقِيمكَ فيهِ٭

83. ''Jika engkau ingin mengetahui kedudukanmu di sisi Alloh, maka perhatikan di dalam bagian apa Alloh menempatkan engkau.''

Hikmah ini bisa diartikan dua kedudukan.
1.    Awam(umum) yaitu: apabila engkau termasuk golongan orang yang beruntung dan diterima, Alloh akan menjalankan kamu pada apa-apa yang selalu menjadikan Alloh Ridho spt selalu taat dan ibadah.dan apabila kamu termasuk ahli celaka , maka Alloh akan menjalankan kamu pada perkara yang menjadikan murkanya Alloh.
2.    Khosh yaitu: jika kamu ingin mengetahui kedudukan kamu disisi Alloh, maka lihatlah kedudukan Alloh dihatimu.
Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam bersabda:
''Barangsiapa yang ingin mengetahui kedudukannya di sisi Alloh, maka hendaknya memperhatikan bagaimana kedudukan Alloh dalam hatinya. Maka sesungguhnya Alloh mendudukkan hamba-Nya, sebagaimana hamba itu mendudukkan Alloh dalam hatinya.''

Syeikh Fudhail bin Iyadh rodhiyallohu 'anhu berkata:
''Sesungguhnya seorang hamba dapat melakukan taat ibadah kepada Tuhan itu menurut kedudukannya di sisi Tuhan, atau perasaan imannya terhadap Tuhan, atau kedudukan Tuhan di dalam hatinya.''

Wahb bin Munabbih berkata:
''Aku telah memabaca dalam kitab-kitab Alloh yang dahulu Alloh berfirman:
''Wahai anak Adam, taatilah perintah-Ku dan jangan engkau beritahukan kepada-Ku apa kebutuhan yang baik bagimu. [Yakni engkau jangan mengajari kepada-Ku apa yang baik bagimu].'' Sesungguhnya Aku [Alloh] telah mengetahui kepentingan hamba-Ku, Aku memuliakan siapa yang taat pada perintah-Ku, dan menghina siapa yang meninggalkan perintah-Ku, Aku tidak menghiraukan kepentingan hamba-Ku, sehingga hamba-Ku memperhatikan hak-Ku [yakni kewajibannya terhadap Aku].
84. NIKMAT LAHIR DAN BATIN

٭متىٰ رَزَقكَ الطَّاعةَ والغِنىٰ بهِ عَنها فاَعْلم اَنَّهُ قد اَسْبَغ َ عليكَ نِعمَهُ ظاَهِرة ًوباطِنَة ً ٭

84. "Ketika Alloh memberi rezeki kepadamu berupa perasaan puas melakukan taat [ibadah] pada lahirmu, dan merasa cukup dengan Alloh dalam hatimu, sehingga benar-benar tidak ada sandaran bagimu kecuali Alloh. Maka ketahuilah bahwa Alloh telah melimpahkan kepadamu nikmat lahir bathin".

   Dua macam rezeki yang dinyatakan oleh Hikmah 84 ini adalah Islam dan Iman. Hamba Alloh yang memperoleh keduaa rezeki tersebut menjadi insan yang beriman dan beramal sholih. Tidak ada amal sholih tanpa iman dan tidak ada kenyataan iman tanpa amal sholih. Ayat-ayat al-Quran sering menggabungkan iman dan amal sholih menjadi satu, tidak dipisahkan.
 Orang yang mengaku beriman tetapi tidak beramal menurut apa yang diimaninya adalah dianggap sebagai orang yang berbohong, sementara orang yang melakukan amal sholih sedangkan hatinya tidak beriman adalah munafik. Kesempurnaan seorang insan terletak pada gabungan kedua-duanya, yaitu iman dan amal sholih.
  Seorang hamba dituntut dua macam, yaitu menurut perintah Alloh dan meninggalkan larangan pada lahirnya, dan hanya bersandar serta berharap kepada Alloh pada bathinnya. Karena itu siapa yang di beri rezeki oleh Allohdemikian, berarti telah menerima karunia nikmat Alloh yang sempurna lahir dan bathin, dan menyampaikan pada cita-citanya didunia dan di akhirat.
85. SEBAIK-BAIK PERMINTAAN

٭خيرُماَ تطلُبُهُ منهُ ماهُوَ طالبُهُ منكَ ٭

85. "Sebaik-baik yang harus engkau minta dari Alloh, ialah bisa mengerjakan apa-apa yang Alloh perintahkan kepadamu".

Ingatlah! Pada setiap waktu dan setiap keadaan pasti disitu ada tuntutan/kewajiban dari Alloh,maka sebaik-baik yang harus engkau minta kepada Alloh supaya tetap iman, patuh, taat pada semua perintah dan larangan, istiqomah dalam pengabdian diri kehadirat Alloh. Itulah sebaik-baik yang harus engkau minta, baik untuk dunia maupun untuk akhirat, sebab hanya itulah bahagia yang tiada bandingnya.
Karena itu sebaik-baik doa ialah:
"Ya Alloh aku mohon kepada-Mu, ridho-Mu, dan surga, dan aku berlindung kepada-Mu dari murka-Mu dan api neraka".
  
86. TANDA ORANG YANG TERTIPU

٭الحزنُ علٰى فِقداَنِ الطَّاعةِ مع عدمِ النُّهوْضِ اليها من علامات الاِغتِرارِ ٭

86. "Merasa susah karena tidak dapat melakukan suatu amal ibadah yang disertai oleh rasa malas untuk melakukannya, itu suatu tanda bahwa ia terpedaya [tertipu] oleh syaitan".

  Jika ketinggalan suatu amal kebaikan merasa sedih, tetapi bila mendapat kesempatan tidak segera melakukannya, maka itu suatu tanda telah dipermainkan oleh nafsu dan syaitan. susah yang seperti ini adalah susah yang bohong, dan nangis yang seperti ini juga nangis yang bohong.  Sebagai mana dikatakan sebagian ulama’ “Banyak mata yang menangis akan tetapi hatinya masih keras. karena orang tersebut tidak aman dari tipuan Alloh yang samar.Alloh tidak memberikan pada orang tersebut apa yang manfaat pada dirinya tapi malah memberi sesuatu yang membohongi dirinya, yaitu susah dan menangis yang bohong. Adapun susah yang sesungguhnya yaitu, susah yang mendorong dirinya untuk melakukan taat yang disertai nangis yang benar. dan itu termasuk dari maqomnya salik.

Bersabda Nabi shollallohu 'alaihi wasallam:
"Sesungguh Alloh menyukai pada tiap hati yang selalu berduka cita".

Syeikh Abu Ali ad-Daqqo’ berkata:
"Seorang yang menyesal dapat menempuh jalan menuju kepada Alloh dalam waktu satu bulan, apa yang tidak dapat ditempuh oleh orang yang tidak menyesal dalam beberapa tahun. Karena itu termasuk dalam sifat utama bagi Rosululloah shollallohu 'alaihi wasallam. Mutawashilul-ahzan, daa'imul fikir. Rosululloah shollallohu 'alaihi wasallam, selalu merasa berduka cita dan selalu berfikir [merenung]".

Sayyidah Robiah al-Adawiyah mendengar seseorang berkata:
''Alangkah sedihnya". Maka Rabiah berkata:
''Katakanlah, Alangkah sedikitnya rasa sedihku, sebab bila engkau benar-benar merasa sedih, tidak berkesempatan lagi untuk bersuka cita".

87.TANDA-TANDA ORANG ‘ARIF

٭ماَالعاَرِفُ مَن اذاَ اَشارَ وجدَ الحَق َّ اقرَبَ اليهِ مِنْ اِشارَتِهِ ، بلِ العارفُ مَن لاَ اِشارَة َ لهُ لِفَناءـهِ في وُجُوده وانطِواَءـهِ في شهوُدهِ ٭

87. "Tidak disebut orang arif  itu, orang yang bila ia memberi isyaroh sesuatu ia merasa bahwa Alloh lebih dekat dari isyaroh-Nya, tetapi orang arif itu ialah yang merasa tidak mempunyai isyaroh, karena merasa lenyap diri dalam wujudAlloh, dan diliputi oleh pandangan [syuhud] kepada Alloh".

      Hikmah yang lalu menerangkan keadaan orang awam yang dihijab oleh cahaya dunia dan syaitan sehingga mereka tidak jadi untuk berbuat taat kepadaAlloh . Hikmah 87 ini pula menerangkan keadaan orang yang berjalan pada jalan Alloh dan sudah mengalami hakikat-hakikat,tetapi cahaya hakikat masih menjadi hijab antara dirinya dengan Alloh, Pengalaman tentang hakikat menurut istilah tasawuf disebut isyaroh tauhid. Isyarat-isyarat tersebut apabila diterima oleh hati maka hati akan mendapat pengertian tentang Alloh. Isyarat-isyarat demikian membuatnya merasa dekat dengan Alloh . Orang yang merasa dekat dengan Alloh, tetapi masih melihat kepada isyarat-isyarat tersebut masih belum mencapai makam arifbillah. Orang arifbillah sudah melepas isyarat-isyarat dan sampai kepada Alloh yang tidak boleh diisyaratkan lagi. Maqom ini dinamakan fana-fillah atau lebur kewujudan diri dalam Wujud Mutlak dan penglihatan mata hati tertumpu kepada Alloh semata-mata, yaitu dalam keadaan:
Tiada sesuatu sebanding dengan-Nya.
Tidak ada nama yang mampu menceritakan tentang Dzat-Nya. Tidak ada sifat yang mampu menggambarka n tentang Dzat -Nya. Tidak ada isyarat yang mampu memperkenalkan Dzat -Nya. Itulah Alloh  yang tidak ada sesuatu apa pun menyerupai-Nya. Maha Suci Alloh dari apa yang disifatkan.
Yakni, siapa yang masih mempunyai pandangan kepada sesuatu selain Alloh, maka belum sempurna sebagai seorang [yang mengenal kepada Alloh]. Tetapi seorang arif yang sesungguhnya, ialah yang merasakan kepalsuan sesuatu selain Alloh, sehingga pandangannya tiada lain kecuali kepada Alloh.
Seorang ‘arif ditanya tentang apakah fana’ itu? Beliau menjawab, “Fana’ ialah Muncul/terlihatnya sifat keagungan dan kemegahan Alloh pada hamba-Nya, sehingga hamba tersebut jadi lupa akan dunia, lupa akhirat, lupa derajat, lupa makom, hal,dzikir. lupa akalnya, lupa dirinya sendiri, lupa fana’nya sebab tenggelam dalam takdhim kepada Alloh ta’ala.”

ROJA’ (HARAPAN) DAN TAMANNI (KHAYALAN)

٭الرَّجاءُ ماَ قاَرَنهُ عملٌ وِالاَّ فهُوَ اُمْنِيَّةٌ ٭

88. "Pengharapan (Roja’) yang sesungguhnya ialah yang disertai amal perbuatan kalau tidak demikian, maka itu hanya angan-angan [khayalan] belaka".

Yang dinamakan roja’ yaitu pengharapan yang dibarengi dengan amal. apabila tidak dibarengi amal tapi malah malas beramal dan masih berani melakukan maksiat dan dosa pengharapan itu disebut umniyyah atau lamunan. dan dia tertipu deng belas kasih Alloh.
Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam bersabda:
"Seorang yang sempurna akal ialah yang mengoreksi dirinya dan bersiap-siap untuk memghadapi maut, sedang orang bodoh ialah yang selalu menurutkan hawa nafsu dan mengharap berbagai macam harapan".

Syeikh Ma'ruf al-Karkhi berkata:
"Mengharap surga tanpa amal perbuatan itu dosa, dan mengharap syafa'at tanpa sebab berarti tertipu, dan mengharap rahmat dari siapa yang tidak engkau taati perintahnya berarti bodoh".

Al-Hasan rodhiyallohu 'anhu berkata:
"Sesungguhnya ada beberapa orang oleh angan-angan keinginan pengampunan, sehingga mereka keluar dari dunia [mati], sedang belum ada bagi mereka kebaikan sama sekali. Sebab mereka berkata: Kami baik sangka terhadap Alloh. Padahal berdusta dalam pengakuan itu, sebab andaikan mereka baik sangka terhadap Alloh, tentu baik pula perbuatannya. Al-Hasan lalu membacakan ayat Qur'an:
وَذٰ لِكمُ ْ ظَنُّكمُ ُالَّذىِ ظَنـَنـْتُمْ بِرَبِّكُم اَرْداكمُ ْ فَاَصبَحْتـُمْ من الخاَسِرِينَ
“Itulah persangkaanmu terhadap Tuhan telah membinasakan kamu, maka kamu termasuk orang-orang yang rugi".

Al-Hasan berkata: Wahai hamba Alloh berhati-hatilah kamu dari angan-angan [khayalan] yang palsu, sebab itu sebagai jurang kebinasaan, kamu akan lalai karenanya. Demi Alloh, tidak pernah Alloh memberi pada seorang hamba kebaikan semata-mata karena angan-angan belaka, baik untuk dunia maupun untuk akhirat.
PERMINTAAN orang ARIF BILLAH

٭مَطْلَبُ العارفينَ مِنَ اللهِ تعالى الصِدق ُ في العُبُوديةِ والقِيامُ بحُقوُقِ الرُّبُوبيَّةِ ٭

89. "Permintaan orang yang sudah makrifat kepada Alloh, hanya semoga dapat bersungguh-sungguh dalam menghamba dan tetap dalam menunaikan hak-hak kewajiban terhadap Tuhan".

93-94. RAHASIA PEMBERIAN dan PENOLAKAN ALLOH


٭ رُبَّماَ اَعْطاكَ فمَنَعكَ وَرُبَّماَ منَعَكَ فأَعْطاكَ ٭

93." Terkadang Alloh memberimu kekayaan/kesenangan dunia, tetapi Alloh menahan tidak memberimu perkara yang hakikatnya baik padamu(taufiq dan hidayah-Nya). dan terkadang Alloh menahan (tidak memberi) kamu dari kesenangan dunia tetapi pada hakikatnya memberikan kepadamu taufiq dan hidayah-Nya".

  Jadi apabila Alloh tidak memberi apa yang menjadi syahwat keinginanmu dan apa yang enak menurut perasaan nafsumu, hakikatnya itu adalah pemberian yang agung dari Alloh, dan kamu dilepaskan dari apa yang menjadi kepentingan nafsumu.
 Sebaliknya walaupun kelihatannya itu sebagai pemberian dari Alloh (dikabulkannya do’amu) pada hakikatnya itu sebagai penolakan dari Alloh.

Syeikh Muhyiddin Ibnu 'Aroby berkata: “jika ditahan (tidak diberi) permintaanmu maka hakikatnya engkau telah diberi,dan jika permintaanmu segera diberikan maka hakikatnya, telah ditolak dari sesuatu yang lebih besar. karena itu utamakan tidak dapat dari pada dapat, dan sebaiknya hamba tidak memilih sendiri, tapi menyerahkan sepenuhnya kepad Alloh yang menjadikannya. dan yang mencukupi segalakebutuhannya”.


٭ مَتٰى فتَحَ لكَ باَبَ الفـَهْمِ فِى المَنْعِ عاَدَ المَنْعُ هُوَ عَيْنُ العطاَءِ ٭

94. "Apabila Alloh telah membukakan pengertian (faham) tentang penolakan-Nya, maka berubahlah penolakan itu hakikatnya menjadi pemberian".

   Sesuatu yang sangat menghalangi perjalanan kerohanian seorang murid adalah keinginan diri sendiri. Dia berkeinginan sesuatu yang menurutnya akan membawa kebaikan kepada dirinya. keinginan atau hajat keperluannya itu mungkin tentang dunia, akhirat atau hubungan dengan Alloh swt. Jika hajatnya tercapai dia merasa menerima karunia dari Alloh. Jika hajatnya tidak tidak dikabulkan dia akan merasa itu sebagai penolakanAlloh. dan merasa jauh dari Alloh. Orang yang berada pada peringkat ini selalu mengaitkan makbul permintaan atau do'a, dengan kemuliaan di sisi Alloh. Jika Allohmengabulkan permintaannya dia merasa itu adalah tanda dia dekat dengan-Nya. Jika permintaannya ditolak dia merasa itu tanda dia jauh. Anggapan begini sebenarnya tidak tepat. Tidak semua penerimaan do'a itu menunjukkan dekat dan tidak semua penolakan itu menunjukkan jauh.
Apabila Alloh telah memperlihatkan kepadamu hikmah kebijaksanaan-Nya dalam apa yang di jauhkan-Nya dari kamu, maka itu berarti suatu karunia Tuhan kepada mu. sehingga terasa olehmu keselamatanmu dunia dan akhiratmu.
95. LAHIR DAN BATINNYA ALAM(DUNIA)

٭ اَلاَكـْواَنُ ظاَهِرُهاَ غِرَّ ةٌ وَباَطِنُهاَ عِبْرَةٌ فاَالنَّفْسُ تَنْظُرُ اِلىَ ظاَهِرِ غِرَّتِهاَ والقَلبُ يَنْظُرُ اِلٰى باَطِنِ عِبْرَتِهاَ ٭

95. "Alam semesta ini lahirnya berupa tipuan, dan batinnya sebagai peringatan, maka hawa nafsu melihat lahir tipuannya, sedangkan mata hati memperlihatkan peringatan/akibatnya".
  
    Dunia ini bila dilihat dari lahirnya akan terlihat sangat indah, menyenangkan dan menggiurkan, sehingga banyak orang yang mencintai dunia, terbujuk oleh dunia sehingga melupakan Alloh sang pencipta dan penguasa dunia.

Alloh berfirman: “Maka janganlah kamu tertipu oleh kehidupan dunia”.

Firman Alloh: WAMAL-HAYATAD-DUN-YA ILLAA MATAA-UL GHRUUR.(tiadalah kehidupan dunia ini melainkan kesenangan yang menipu.)
 Apabila dunia dilihat dari sisi batinnya (hakikatnya), akan menjadikan pelajaran bagi kita untuk mengenal Alloh, dunia yang kita lihat akan membuat hati melihat manifestasi ketuhanan didalamnya, dan dunia tempat berjalannya Qudrat dan Irodat Alloh.
96. “CARILAH KEMULIAAN YANG ABADI”

٭ اذا اَرَدتَ اَنْ يَكُونَ لكَ عِزًّ لاَ يَفْنىَ فَلاَ تَسْتَعِزَّنَّ بِعِزٍّ يُفـْنىٰ ٭

96. " jika engkau ingin mendapatkan kemuliaan yang tidak punah/rusak, maka jangan membanggakan kemuliaan yang bisa rusak".

  Manusia mencari kemuliaan melalui berbagai macam cara. Mereka mencarinya melalui harta, pangkat dan kekuasaan. Ada yang mencarinya melalui ilmu dan amal. Semua kemuliaan yang diperoleh dengan cara demikian bersifat sementara.Semua kemuliaan tersebut adalah fatamorgana.
  Kemuliaan yang abadi/tidak rusak hanya kemuliaanAlloh, maka bergantunglah dengan Alloh,sebab Alloh kekal abadi dan tidak rusak. adapun jika bergantung kepada kekayaan, kebangsaan, kedudukan,maka semua itu palsu dan akan rusak tidak kekal. maka barang siapa bergantung pada suatu sebab yang tidak kekal, maka akan rusak bersama dengan rusaknya sebab/alat itu.
Alloh berfirman:" Apakah merka mengharapkan pada apa yang mereka sanjung itu suatu kemuliaan, ketahuilah sesungguhnya kemuliaan itu semuanya milik dan hakAlloh ta'ala".
   Ada hikayat: seorang datang kepada raja Harun al-rasyid, untuk memberi nasihat, tiba-tiba Harun al-rasyid marah kepadanya, lalu memerintahkan kepada pengawalnya supaya mengikat orang itu bersama dengan keledainya yang nakal, supaya dia mati di tendang keledai. setelah perintah dilaksanakan tiba-tiba keledai itu jadi lunak kepada orang yang akan dihukum. kemudian Harun memerintahkan supaya orang tersebut di masukkan kedalam rumah dan pintunya supaya ditutup dengan semen, supaya dia mati didalamnya, tiba-tiba orang yang dihukum itu telah berada di luar(kebun)sedang pintu rumah masih tertutup dengan semen. maka orang itu dipanggil oleh Harun al-rasyid dan ditanya: Siapa yang mengeluarkan kamu dari rumah(penjara)? jawabnya: yang memasukkan saya kekebun,. Harun bertanya lagi: dan siapa yang memasukkan engkau kedalam kebun? jawabnya: yang mengeluarkan aku dari rumah.
kemudaian Harun al-rasyid sadar dan memerintahkan pengawalnya untuk membawa orang itu diatas kendaraan dan keliling kota,sambil memberitahukan pada masyarakat: ketahuilah bahwa raja Harun al-rasyid menghinakan orang yang telah di mulyakan Alloh, maka tidak bisa...
Seorang datang kepada seorang 'Arif  sambil menangis, maka ditanya oleh sang 'Arif: Mengapa engkau menangis? jawabnya: karenaguruku telah mati. orang 'Arif berkata: mengapa engkau berguru pada orang yang bisa mati.
97.“AT-THOYYU”
(melipat/menyingkat jarak/waktu)

٭ اَلطَّيُّ الحقِقيُّ اَنْ تطوٰى مساَفة ُ الدُّنْياَ عَنْكَ حَتَّى ترَىالاٰخِرَةَ اَقْرَبَ اِليكَ منكَ ٭
97. "Menyingkat/melipat jarak yang hakiki ialah jika engkau bisa menyingkat jarak dunia ini, sehingga engkau dapat melihat akhirat itu lebih dekat kepadamu dari pada dirimu sendiri".


 Hikmah ke 97 ini menerangkan tentang at-thoyyu al-haqiqy, yang diberikan kepada para kekasih Alloh, dengan thoyyu al-haqiqy Alloh memulyakan para wali-wali-Nya. Bukan melipat jaraknya perjalanan di bumi (Indonesia- makkah bisa ditempuh hanya satu langkah atau kedipan mata,
Dan juga bukan menghabiskan masa siang malam dengan sholat dan puasa semata-mata. Karena itu semua bisa bercampur dengan sifat riya’ ujub dll.
  At-Toyyul haqiqyy itu diberikan pada orang-orang yang telah bersinar Nurul yaqin dalam hatinya, sehingga dia melihat dunia akan hilang dari pandangannya, dan melhat akhirat ada dekat didepannya. Orang yang seperti ini tidak mungkin akan mencintai dunia, karena dia tahu rusaknya dunia.
Dalam keterangan lain Ibnu 'Athoillah berkata:  Andaikata Nur keyakinan itu telah terbit terang di hati mu, pasti engkau dapat melihat akhirat lebih dekat kepadamu daripada engkau akan pergi kesana, dan pasti dapat melihat segala keindahan dunia ini diliputi suramnya kerusakan dan kehancuran yang akan menimpa kepadanya.
98. “HAKIKAT
PEMBERIAN DARI MAKHLUK”

٭ العَطَاء مِنَ الخَلقِ حِرْماَنٌ والمنْعُ من اللهِ اِحْسانٌ ٭
98. "Pemberian dari makhluk itu suatu kerugian(penghalang), dan
penolakan dari Alloh itu suatu pemberian kebaikan dan karunia".


Hikmah ini merupakan ucapan ahli tauhid yang sebenarnya. Orang yang
benar-benar bertauhid menganggap bahawa sekiranya mereka menerima pemberian
makhluk sedangkan hatinya tidak melihat bahawa pemberian itu sebenarnya dari
Alloh, maka dia menerima pemberian itu suatu kerugian.
Sedangkan penolakan Alloh atas permintaanmu itu hakikatnya suatu
pemberian dan anugerah dari Alloh, karena Alloh menempatkan kamu dipintu
Rahmat-Nya dan menyelamatkan kamu dari terhalang dengan-Nya.
     Ali bin Abi Tholib berkata: Jangan merasa
adanya yang memberinikmat kepadamu selain Alloh, Dan anggaplah segala nikmat
yang kamu terima dari selain Alloh sebagai kerugian. (yakni: diantara engkau
dengan Alloh tidak ada perantara, maka semua nikmat yang kamu terima
semata-mata dari Alloh, dan bila terjadi engkau merasa menerima nikmat dari
sesama manusia, maka itu sebagai kerugian bagimu.)
Seorang Hakim berkata: Menanggung
budi kebaikan dari manusia itu lebih berat dari pada sabar karena
kekurangan(ketiadaan).

Pemberian dari Makhluk itu, pada umumnya menyebabkan terhijab dari
Alloh, sehingga tidak ingat pada alloh. dan merasa berhutang budi kepada sesama
manusia, dan inilah letak kerugian moril. sebaliknya penolakan dari Alloh yang menyebabkan kita ingat Alloh itu, berarti suatu karunia nikmat yang
besar dari Alloh.
99-101. “AMAL DAN BALASAN DARI ALLOH”

٭ جَلَّ رَبُّناَ اَنْ يُعاَملهُ العَبْدُ نَقْداً فَيُجاَزِيهُ  نَسِيْـءَـةً ٭
 99. "Maha agung Tuhan, jika seorang hamba beramal kontan (segera) dan di balas kemudian hari".

Pembalasan amal itu tidak khusus di akhirat saja, tapi kadang sebagian ada yang di wujudkan didunia,supaya mendorong semangatnya amal, dan sebagai tanda diterimanya amal.

٭ كَفىَ من جَزَاءهِ اِيَّاكَ علىَ الطاَّعةِ اَنْ رَضِيكَ لها اَهْلاً ٭

100."Cukuplah menjadi balasan Alloh atas ketaatanmu jika Alloh ridho menjadikan engkau ahli taat beribadah."

   Apabila tidak ada Ridho Alloh, pasti sifat manusia itu malas melakukan taat dan tidak memperhatikan ibadahnya.
Jadi apabila Alloh memberi kemudahan bisa melaksanakan ibadah, hakikatnya itu suatu pembalasan dan anugerah yang sangat besar yang ada di dunia.
Ingatlah! Kita itu mahluk yang hina, tidak berhak dan pantas mengabdi/hidmah kepada Raja diRaja (ALLOH), jadi kalau Alloh mendekatkan kita bisa mengabdi kepada-Nya, dan Alloh ridho kepada kita menjadi ahli hidmah, itu suatu nikmat yang sangat besar.
Taufiq dan hidayah dari Alloh yang diberikan kepada seorang hamba itu sebagai karunia yang sebesar-besarnya bagi seorang hamba, sebab dengan hidayah dan taufiq itulah seorang hamba dapat menerima nikmat dan bahagia dunia akhirat.


٭كفىَ العاَمِلِينَ جَزَاءً ماَهوَ فاَتِحُهُ على قلوبِهِمْ فِي طاَعَتِهِ وَماَ هُوَ مُورِدُهُ عليهِمْ من وُجُودِ موءَانَسَتِهِ ٭

101. “Cukuplah sebagai balasan dari Alloh pada orang-orang yang beramal,apa yang telah dibukakan Alloh dalam hati mereka dari kebiasaan melakukan taat dan apa yang di berikan Alloh pada mereka berupa kesenangan berdzikir kepuasan berkholwat,menyendiri dengan Alloh”.

Tidak ada nikmat didunia ini yang menyamai/menyerupai nikmat surga, kecuali nikmat yang dirasakan oleh ahli dzikir,dalam perasaan hati


102. “BERIBADAH JANGAN MENGHARAP SESUATU SELAIN ALLOH”


٭ مَنْ عَبَدَهُ لِشىءٍ يَرْجُوهُ مِنْهُ اَوْلِيَدْفَعَ بِطاَعَتِهِ وُرودُ العُقُوبَتِ عَنْهُ فَماَ قَاَمَ بِحَقِّ اَوْصَافِهِ ٭
102. ”Barang siapa menyembah Alloh karena mengharap sesuatu, atau untuk menolak siksa atas dirinya, maka dia belum menunaikan kewajiban terhadap sifat-sifat Alloh”.

  Sebagai hamba Alloh kita wajib menghamba dan beribadah hanya kepadaNya, yang kita tuju juga hanya Alloh, bukan karena pahala surgaNya, atau atau siksa nerakaNya. ILAAHI ANTA MAQSHUUDII-WA-RIDHOOKA MATHLUUBII.
Alloh telah menurunkan wahyu pada Nabi Dawud as.: Sesungguhnya orang yang sangat aku kasihi ialah orang yang beribadah bukan karena upah pembeerianKu, tetapi semata-mata karena Aku yang berhak untuk disembah.
Dalam kitab zabur disebutkan: Dan siapakah yang lebih kejam dari orang yang menyembahku karena surge atau neraka, apakah seandainya Aku tidak membuat surge atau neraka, Aku tidak berhak untuk disembah..
 Nabi saw.bersabda: Janganlah berlaku sebagai seorang hamba yang busuk jika takut, lalu bekerja/beribadah. Dan jangan berbuat sebagai buruh
Yang busuk jika tidak di bayar tidak bekerja.
Sebab sebenarnya pemberian Alloh kepada hamba itu sudah lebih dari yang diharapkan yaitu hidupnya, nafasnya,panca indranyadan kesehatannya dan lain-lainnya.
Abu Hazim berkata: Saya malu menyembah Alloh karena pahala, seperti buruh yang busuk jika tidak di bayar tidak bekerja, atau menyembah karena takut siksa, seperti budak yang curang jika tidak takut siksa, tidak bekerja, tetapi saya menyembah Alloh karena cinta kepadaNya.
 Sufyan As-tsaury minta nasehat kepada Robi’ah Al-adawiyyah, maka Robi’ah berkata: Engkau seorang yang baik, andaikan engkau tidak cinta kepada dunia.
103-104.
“MEMAHAMI RAHASIA PEMBERIAN DAN PENOLAKAN ALLOH”

٭ مَتىَ اَعْطاَكَ اَشْهَدَكَ بِرَّهُ وَمتىَ مَنَعَكَ اَشْهَدَكَ قَهْرَهُ فَحُوَ فىِ كُلِّ ذٰلكَ مُتَعَرِّفٌ اِليكَ وَمُقَبِّلٌ لِوُجوُدِ لُطْفِهِ عليْكَ ٭

103. “Apabila Alloh memberi karunia kepadamu, maka Ia akan menunjukkan kepadamu karunia belas kasihNya, dan apabila Alloh menolak pemberianNya atasmu, maka Ia akan menunjukkan kepadamu kekuasaanNya, maka Ia dalam semua itu memperkenalkan diri kepadamu, dan mehadapkan kepadamu dengan kehalusan pemberian pemeliharaanNya kepadamu”.
 .
Kuwajiban bagi tiap hamba harus mengenal Tuhannya, dengan segala sifat-sifat kebesaranNya. Maka siapa yang tidak mau mengenal dengan sifat Mu’thi Wahhab (pemberi) maka ia harus mau mengenal dengan sifat
Mani’(menolak) Muntaqim(membalas) Qohhar(memaksa). Tetapi apabila telah mengenal hikmah Rahmat Alloh, maka terasa bahwa semua itu semata-mata karunia dari Alloh kepada hambaNya.
   Sufyan as-tsaury bertemu dengan Abu Habib Al-badry, dan member salam, Abu Habib bertanya: Engkaukah Sufyan astsaury yang terkenal itu? Jawabnya: benar, semoga Alloh memberkahi apa yang dikatakan orang-orang itu. Lalu Abu Habib berkata: Hai Sufyan, tidak ada suatu kebaikan melainkan berasal dari Tuhan. Jawab Sufyan, Benar. Ditanya lagi: mengapa kamu tidak suka bertemu pada siapa yang tidak ada kebaikan Kecuali padaNya. Hai Sufyan: Penolakan Alloh kepadamu itu berarti pemberian karuniaNya padamu, sebab ia tidak menolak karena bakhil atau tidak ada, hanya dia menolak permintaanmu karena kasihnya kepadamu. Hai Sufyan, Sesungguhnya aku masih suka duduk dengan engkau tetapi bersamamu itu ada kesibukan, kemudian Abu habib menuju kekambingnya dan membiarkan Sufyan Astsaury.

٭ اِنَّمَا يوُءَلِّمكَ المَنْعُ لِعَدَمِ فَهْمِكَ عَنِ اللهِ فيهِ ٭

104. “Sesungguhnya sebab terasa pedihnya penolakan Alloh kepadamu itu, karena engkau tidak mengerti hikmah rahmat Alloh dalam penolakan (tidak memberikan keinginan/harapanmu)itu”.

Sebagian dari tanda memahami penolakan (tidak mengabulkan do’a) dari Alloh yaitu:
1. Kita bisa memahami Bahwasannya Alloh menghendaki kita menghadap kepadaNya, selalu bergantung kepadaNya, dan tanda dikasihi Alloh, karena apabila Alloh mencintai hambanya maka hamba itu akan di jaga dari kesenangan dunia.
2. Kita bisa memahami Bahwasannya Alloh akan menapakkan kita kejalan orang-orang yang dekat dengan Alloh. Seperti kata Syeih al-Fudhail dalam munajatnya : Ya Tuhanku, Engkau memberi lapar padaku dan keluargaku, dan Engkau tidak memberi pakean pada ku dan keluargaku, yang itu semua biasanya diperuntukkan orang-orang pilihan, lalu kenapa aku bisa mendapatkan kedudukan yang seperti itu?.
3. Kita bisa memahami Bahwasannya dunia itu rusak, hina dan akan musnah, dan kita merasa senang dengan simpana untuk kita besok di akhirat.
   Dengan memahami itu semua akan membuka hati kita. Dan apabila hati kita telah terbuka maka kita bisa memahami bahwa penolakan dari Alloh itu lebih menyenangkan. Jadi Alloh tidak memberi itulah Hakikatnya pemberian Alloh.
  Tiada sempurna Iman dan keyakinan seseorang kepada Alloh sebelum ia memiliki dua sifat:
1.    Percaya penuh kepada Alloh, yakni bersandar dan berharap hanya kepada Alloh.
2.  Bersyukur kepada Alloh karena dihindarkan dari padanya apa yang di ujikan pada orang lain yaitu berupa kekayaan dunia.
Juga tidak sempurna iman keyakinan hamba sebelum ia mengerti bahwa pemberian Alloh sesuatu yang manfaat. Dan penolakan Alloh itu karena madhorot/bahaya.
105-106.
“JANGAN MENYOMBONGKAN AMALMU”

٭ رُبَّماَ فَتَحَ لكَ باَبَ الطَّاعةِ وَماَ فَتَحَ لكَ بَابَ القَبُولِ. وَرُبَّمَا قَضىَ عليكَ بالذ َّنْبِ فَكانَ سَبَباً فِي الوُصوُلِ ٭

105.”Terkadang Alloh membukakan untukmu pintu taat, tetapi belum dibukakan pintu kabul (penerimaan), Sebagaimana adakalanya ditaqdirkan engkau berbuat dosa, tetapi menjadi sebab Wusul (sampaimu) kepada Alloh”.

   Taat itu terkadang bibarengi dengan penyakit hati yang bisa menghilangkan ikhlas,seperti ujub(bangga dengan amalnya dll. Sedangkan dosa itu terkadang diikuti dengan merasa hina dirinya dan menganggap baik orang yang tidak melakukannya, dan menjadikan dia meminta ampun kepada Alloh sehingga menjadi sebab Alloh mengampuni dosanya, dan bisa wushul kepada Alloh.
Abu hurairoh ra. berkata: Bersabda Nabi saw. “Demi Alloh yang jiwaku ada di tanganNya, andaikan kamu tidak berbuat dosa, niscaya Alloh akan menyingkikan (mematikan)kamu, dan diganti dengan orang-orang yang berbuat dosa lalu minta ampun kepada Alloh, lalu di ampuni oleh Alloh.

٭ مَعْصِيَة ٌ اَورَثـْتَ ذُلاًّ واَفـْتِقَاراً خَيرٌ من طاَعةٍ اَوْرَثـْتَ عِزًّ واسْتِكباَراً ٭

106.”Maksiat (dosa) yang menjadikan rendah diri dan membutuhkan rahmat dari Alloh,itu lebih baik dari perbuatan taat yang membangkitkan rasa sombong, ujub dan merendahkan orang lain”.

   Merasa hina,rendah diri itu bagian dari sifatnya seorang hamba kepada Alloh. Syeikh Abu Madyan berkata: inkitsarun lil-‘aashi khoirun min wushuulil-muthii’I Perasaan rendah diri yang telah berbuat dosa, itu lebih baik dari kesombongan seorang yang taat.
 Ada kalanya seorang hamba berbuat kebaikan yang menimbulkan rasa ujub,sombong, sehingga menggugurkan amal yang di kerjakan sebelumnya. Dan ada kalanya seorang berbuat dosa yang menyedihkan hatinya, sehingga timbul rasa takut kepada Alloh, yang menyebabkan keselamatan pada dirinya.
As-sya’by meriwayatkan dari Al kholil bin Ayyud, bahwasanya seorang ‘abiid (ahli ibadah) Bani israil,ketika ia berjalan ia selalu dinaungi oleh awan, tiba-tiba ada seorang pelacur bani israil tergerak hatinya, ingin mendekat kepada si ‘Abid. Maka ketika pelacur itu mendekat pada si ‘abid, tiba-tiba si abid itu mengusirnya dengan berkata: pergi kau dari sini. Maka Alloh menurunkan wahyu kepada Nabi, bahwa Aku(Alloh) telah mengampuni dosa pelacur itu dan membatalkan amal aabid itu. Maka berpindahlah awan dari atas kepala aabid ke atas kepala pelacur itu.
Al-harits Al-muhasiby berkata: Alloh menghendaki supaya anggauta lahir ini sesuai dengan batinnya(hati), maka apabila sombong congkak seorang alim/aabid, sedangkan pelacur itu tawadhu’ merendahkan diri, maka ketika itu pelacur itu lebih taat kepada Alloh dari si aabid dan alim.
Ada pula kisah: seorang aabid bani israil sedang sujud, tiba-tiba kepalanya diinjak oleh orang,maka aabid itu berkata: angkat kakimu, Demi Alloh aku tidak akan mengmpunkan engkau. Maka alloh menjawab: Hai orang yang bersumpah atas namaKu, bahkan engkau tidak diampunkan karena kesombonganmu. Al Harits berkata: Dia bersumpah karena merasa diri besar disisi Alloh, maka kesombongan, ujub itulah yang tidak di ampuni Alloh.
107-108.
“NIKMAT IiJAD(diciptakan) dan
NIKMAT IMDAD(kelanjutan)”

٭ نِعْمَتاَنِ ماَ خَرَجَ موْجُودٌ عَنْهاَ ولاَ بُدَّ لِكُلِّ مُكـَوِّنٍ مِنْهُما نِعْمةُ الاِيْجادِ وَنِعْمة ُالاِمْداَدِ ٭
107.”Ada dua nikmat yang tidak ada satu mahlukpun yang terlepas dari keduanya, yaitu nikmat ciptaan(diwujudkan) dan nikmat kelanjutan.

Karena tiap makhluk asalnya tidak ada, maka nikmat yang diterima pertama kali adalah nikmat iijad/diciptakanAlloh yang menjadikannya ada.kemudian dilanjutkan dengan nikmat Imdad/kelanjutan hidup, yakni melengkapi kebutuhan hidup, sebab bila tidak dilengkapi kebutuhan hidup maka tidak akan dapat bertahan hidup.

٭ اَنْعَمَ عليكَ اوَّلاً بِالاِيجَادِ واثاَنياً بِتَوالى الاِمدادِ ٭

108. “Pada mulanya Alloh memberi nikmat kepadamu berupa iijad/diwujudkan, kemudian nikmat yang kedua: melengkapi kebutuhan-kebutuhan wujudmu yang terus-menerus(bantuan/pertolongan Alloh)”.

Alloh berfirman: wa-asbagho ‘alaikum ni’mahuu-dhohirotan-wa-baathinah.(Alloh menuangkan kepadamu nikmat lahir batinyang terang dan samar, dan yang tidak terasa.)

Dan firman Alloh: “Tetapi Alloh yang mencintakan kamu kepada iman,dan Alloh menghias iman itu dalam hatimu, dan Alloh yang membencikan kamu kepada kufur(kekafiran)dan pelanggaran dan maksiat dosa. Merekalah orang yang dapat petunjuk, itu semua karunia dari Alloh dan nikmat, dan Alloh maha mengetahui lagi bijaksana. Al-hujurat 8”.

Dzun-Nun Al-Mishri berkata: Siapa yang dalam tauhid itu merasa seolah-olah sebagai hasil kecerdasannya sendiri, maka tauhid itu, tidak dapat menyemenyelamatkannya dari api neraka, sehingga merasa bahwa tauhidnya itupun karunia dari Alloh ta’ala.
   Seseorang apabila telah merasa asal kejadiaannya dari Alloh dan kelanjutannya  pun dari Alloh, merasa bahwa sifat fakirnya itu memang asli pada kejadiannya, dan ia tidak dapat melepaskan diri dari Tuhan yang di hajatkannya pada tiap detik dalam wujudnya
109-110.
 “SIFAT ASLI  MANUSIA dan
WAKTU TERBAIK UNTUK HAMBA”

٭ فاَقَتُكَ لكَ ذاتِيَةٌ وَوُروُدُ الاَسباَبِ مُذَكِراَتٌ لكَ بماَ خَفىَ عليكَ منهَا وَالفاقَةُ الذ ّاَتِيَةٌ لاَتَرْفَعُهاَ العَوَارِضُ ٭

109. “ Kefakiran/kebutuhanmu itu adalah sifat asli dalam dzat kejadianmu, sedang sebab-sebab/kejadian yang menghinggapi dirimu itu untuk mengingatkan kamu apa yang tersembunyi bagimu dari sifat aslimu, sedangkan kebutuhan/sifat asli itu tidk bisa dihilangkan dengan sesuatu yang sementara”.

 Hikmah ini menjadi kelanjutan dari hikmah sebelumnya, yang menerangkan nikmat  pemberian dari Alloh.
 Jadi jelas sudah, bahwa wujud/kejadianmu itu pemberian/ciptaan Tuhan, demikian pula hajat kebutuhan tiap detik untuk kelanjutan hidup, itupun pemberian Tuhan,maka jelas bahwa kebutuhan/kefakiran itu asli dalam kejadianmu.
Jadi apabila kamu lupa dengan kefakiran kamu, seolah-olah kamu tidak berhajat karena sudah hidup, dalam kondisi sehat, punya harta maka itu suatu hal yang hinggap sementara ketika engkau lupa asal kejadianmu, maka Alloh memberi padamu peringatan berupa penyakit, kekurangan harta dll, untuk mengingatkan kamu asal kejadianmu (fakir). Sehingga kamu mau kembali lagi menjadi seorang hamba.
Sebagian ulama’ mengatakan : mengapa firaun mengatakan “ANA ROBBUKUMUL-A’LAA”( akulah tuhan yang maha tinggi.), itu dikarenakan firaun itu kaya dan selalu sehat tidak pernah sakit. Firaun dalam waktu 400 tahun itu tidak pernah sakit sekalipun, seumpama dia pernah sekali saja sakit kepala atau panas badannya, tentu dia tiadak akan mengku menjadi Tuhan.


110. “WAKTU TERBAIK UNTUK HAMBA”

٭  خَيْرُ اَوقاَتِكَ وَقْتٌ تَشْهَدُ فيهِ وُجُودُ فاَقَتِكَ وَتُرَدُّ فيِهِ اِلٰى وُجُودِ ذِلَّتِكَ ٭

110.” Sebaik-baik waktu dalam hidupmu, ialah saat-saat dimana engkau merasa dan mengkui kefakiran / kebutuhanmu, dan kembali pada adanya kerendahan dirimu”.

     Sebaik-baik waktu dalam masa hidupmu, ialah saat ingat kepada Alloh dan putus hubungan dengan segala suatu selainNya. Yaitu disaat merasakan benar-benar kebutuhanmu kepada Alloh, sedang segala sesuatu yang lainnya tidak dapat menolong meringankan kebutuhanmu. Dan tidak ada pengharapan selain padaAlloh. Maka pada saat itu murnilah pengertian tauhidmu kepada Alloh.
 Diceritakan: Syeih ‘Ato’ as-sulamy itu selama tuju hari tidak merasakan makanan sama sekali dan dia tidak bisa berbuat apa-apa, tapi dalam kondisi seperti itu hati beliau tambah senang, dan berkata(berdo’a): Ya Tuhanku, jika Engkau tidak memberi makanan kepadaku tiga hari lagi tentu aku akan sholat seribu rokaat.
  Syeih Fathul-Mushily pada satu malam pulang kerumahnya, dan dirumahnya tidak ada makanan, tidak ada lampu, tidak ada kayu bakar. Lalu dia memuji kepada Alloh dengan munajatnya: Ya Tuhanku, sebab apa aku Engkau tempatkan pada tempatnya para kekasihMu? .
111. “AL-UNSU
(ketenangan jiwa)”

٭ مَتٰى اَوحَشكَ من خَلقِهِ فاَعْلم اَنَّهُ يُرِيدُ ان يَفتحَ لك باَبَ الاُنْسِ بِهِ ٭

111.” Apabila Alloh telah menjemukan kamu dari mahluk,maka ketahuilah bahwa alloh akan membukakan untukmu pintu ketenangan dan senang kepada Alloh”.
  
  Pada hikmah-hikmah sebelumnya menjelaskan tentang karunia pemberian Alloh kepada kita, sehingga kita tahu tentang kefakiran dan kehinaan kita.
Pada hikmah ini Syeikh Ibnu ‘Ato’illah mejelaskan tanda orang-orang yang sudah bergantung kepada Alloh akan diberi UNSU(ketenangan hati). Yaitu Ketika Alloh telah membuka pintu ketenangan menghadap Alloh,maka kamu benar-benar menjadi hamba Alloh, dan kamu akan merasa jemu dengan selainNya(mahluk), karena merasa mahluk tidak bermanfaat, bahkan adakalanya mudhorrot baguimu. Diceritakan: Syeih Abu Yazid al-busthomy, ketika ia diperlihatkan oleh Alloh alam Malakut dan mahluk-mahluk yang ada di langit, kemudian di Tanya: adakah sesuatu yang menyenangkan engkau? Jawabnya: Tidak. Maka dikatakan kepadanya: Engkau hamba Alloh yang sesungguhnya.
112-113.
“RAHASIA BERDO’A”

٭ مَتٰى اَطـْلَقَ لِساَنَكَ بِاالطَلَبِ فَاعلمْ اَنَّهُ يُرِيدُ ان يُعْطِيكَ ٭

112.” Apabila Alloh telah melepaskan lidahmu untuk meminta, maka ketahuilah bahwa alloh akan memberi kepadamu”.

   Yakni ketika alloh melepaskan lidahmu dari diam(tidak meminta) yang timbul karena kamu merasa kaya dan tidak butuh dan tidak melihat kefakiranmu, sehingga kamu mau meminta/berdo’a dengan lisanmu kepada Alloh, itu disebabkan kamu sadar dengan kefakiranmu, pasti Alloh akan memberi kepadamu. Karena Alloh telah berjanji akan mengijabah do’a orang-orang yang sangat berhajat.
Abdulloh binUmar berkata: Rosululloh saw.bersabda : Siapa yang telah mendapatkan izin berdo’a, berarti telah dibukakan baginya pintu rahmat, dan tiada dimintai sesuatu yang lebih disukai oleh Alloh dari pada dimintai ampunan dan selamat dunia akhirat.
 Dalam Hadits lain: Rosululloh saw. bersabda: Siapa yang telah diberi kesempatan berdo’a, maka tidak akan diharamkan dari ijabah(diterimanya do’a)

 Anas bin Malik berkata: Rosululloh saw. Bersabda: Apabila Alloh kasih sayang kepada seorang hamba, maka diturunkan kepadanya bala’, maka bila ia berdo’a, Malaikat berkata: suara yang sudah terkenal, Jibril berkata; Tuhanku, hambaMu fulan, sampaikan hajatnya. Alloh menjawab: Biarkan saja hambaku, Aku suka mendengar suaranya, maka apabila hamba berkata: Ya Robbi, Alloh menjawab: Labbaika hambaKu, tiada engkau berdo’a kecuali Aku sambut, dan tiada engkau meminta melainkan pasti Aku berikan,ada kalanya aku segerakan pemberianku untukmu, atau aku simpan untukmu yang lebih baik bagimu. Atau  Aku tolak dari padamu bala’ yang lebih besar dari itu.

٭ العاَرِفُ لاَ يَزوُلُ اِضْطرَارُهُ ولاَ يَكُوْنُ معَ غَيْرِالله قرَارةٌ ٭

113.” Seorang aarif tidak akan hilang rasa hajat kebutuhannya kepada Alloh, dan tidak pernah merasa tenang, atau bersandar kepada  sesuatu selain Alloh”.

 Seorang Arif mempunyai hati yang sangat halus dan adab sopan santun yang sangat tinggi terhadap AllOh. Dia mengenali karunia dan kekuasaan Alloh, pada nikmat penciptaan(ijaad) dan nikmat kelanjutan kewujudan (imdaad)yang diciptakan Alloh. Dia meyakini bahawa tiada satu detik pun makhluk bisa terlepas dari ketergantungan kepada Alloh.
  Seorang ‘Aarif selalu merasa berhajat kepada Alloh, sebab memang tidak ada Sesutu yang bisa memuaskan kepadanya selain Alloh,. Juga karena sadar benar-benar terhadap kekuasaan Alloh disamping kelemahan dan kebutuhan diri sendiri kepada Alloh.
114.
“HATI DITERANGI DENGAN NUR SIFAT-NYA”

٭ اَناَرَالظواَهِر بِاَنواَرِ اَثاَرِهِ وَاَناَرَالسَّرَاءرَ اَوْصافِهِ لاَجْلِ ذٰلكَ اَفَلَتْ اَنْوَارُالظَّواهِرِ وَلمْ تأفـُلْ اَنْوَارُالقلوبِ واَالسرَاءرِ ،ولذَٰلكَ قِيلَ : انَّ شَّمسَ النَّهاَرِ تـَغْرُبُ بِليلٍ وَشَمْسَ القلوبِ ليسَتْ تغيْبُ ٭

114.”Alloh telah menerangi alam (lahir) ini dengan cahaya makhluk(atsar)Nya, dan menerangi Hati (sir) dengan Nur sifatNya. Maka karena itu cahaya alam itu bisa terbenam, dan tidak dapat terbenam/hilang cahayanya hati dan sir. kata syair: “Sesungguhnya mataharinya siang itu terbenam waktu malam,” “tetapi mataharinya hati tidak pernah terbenam”.

  Alloh menerangi alam dengan Nur/cahaya bulan,bintang dan matahari yang semua itu makhluk yang rusak dan berubah, tetapi Alloh menerangi Hati (sir) dengan Nur, ilmu dan ma’rifat yang langsung dari sifat-sifat Alloh, maka karenanya tidak dapat suram dan terbenam.
Syair ini mengingatkan pada kita tentang pentingnya memperhatikan sesuatu yang abadi dari pada yang bisa rusakdan sirna.
   Sahl bin Abdulloh ketika ditanya tentang makanan (qut) jawabnya:Huwa-alhayyul-ladzii laa-yamuut.(Ia yang hidup dan tiada mati). Penanya berkata: Saya tidak bertanya tentang makanan itu , tapi makanan yang menguatkan, jawabnya: Ilmu, ketika ditanya: Makanan sehari-hari yang lazim? Jawabnya: Dzikir, ditanya: makanan jasmani? Jawabnya : apa urusanmu dengan jasmani, biarkan /serahkan pada yang membuat pada mulanya dia akan mengurusi selanjutnya, jika ada kerusakan kembalikan pada yang membuat, tidakkah itu sudah lazim, buatan sesuatu jika rusak kembalikan pada yang membuat untuk di perbaiki.
115-116.
“SIKAP MENGHADAPI BALA’ & UJIAN”

٭ لِيُخَفِّفْ اَلَمَ البَلاَءِ عليكَ عِلمُكَ بِاَنَّهُ سُبْحانهُ هُوَ المُبْلى لكَ. فالذِىواجْهَتكَ منهُ الاقدارُ هُوَالذيْ عَوَّدَكَ حُسنُالاِخِتِياَرِ ٭

115. “ Seharusnya bala’ yang menimpa padamu terasa ringan, karena engkau mengetahui bahwa Alloh yang menguji(memberi bala’) padamu.maka Tuhan yang menimpakan kepadamu takdirNya itu, Dia pula yang telah biasa memberi sebaik-­­­­­­­­­­baik apa yang dipilihkanNya untukmu.(Dialah yang membiasakan kau merasakan sebaik-baik pilihanNya/pemberianNya)”.

  Ketahuilah, bahwa Dzat yang memeberi nikmat kepadamu punya kebiasaan senang memberi sesuatu yang terbaik untukmu, maka dilain waktu bila memberi sesuatu yang dirasakan tidak baik, tentu kamu bisa yakin bahwa itu juga terbaik untukmu.
 Abu ali ad-daqqoq berkata: Suatu tanda seorang itu mendapat Taufiq karunia Alloh, ialah terpeliharanya iman (Tauhid) diwaktu menghadapi bala’,ujian bencana. Wa-‘asaa -an-takrohuu syai-an-wahuwa khoirul-lakum (Mungkin kamu tidak suka pada sesuatu, pdahal itu baik untukmu).
Abu tholib al-Makki berkata: Manusia itu tidak suka miskin, hina dan penyakit, padahal itu semua baik baginya untuk bekal di akhirat, sebaliknya ia suka kaya, sehat dan terkenal padahal itu semua bahaya disisi Alloh, dan jelek akibatnya.
 Al-junaidy berkata: Ketika saya tidur ditempat As-Sary as-saqothy, tiba-tiba saya di bangunkan, lalu dia berkata: Ya junaid, saya telah bermimpi seolah-olah berhadapan dengan Alloh, lalu alloh berkata kepadaku: Hai Sarri, ketika Aku membuat makhluk maka semua mengaku cinta kepadaku, kemudian aku membuat dunia, maka lari dari padaku Sembilan puluh persen(90%) dan tinggal sepuluh persen(10%), kemudian aku membuat surga, maka lari dari padaku sembilan puluh persen dari sisanya itu, kemudian Aku membuat neraka, maka lari dari padaku Sembilan puluh persen dari sisanya itu, kemudian aku membuat bala’, maka lari dari padaku sembilan puluh persen dari sisa-sisanya itu.
Maka aku berkata pada sisa yang tinggal itu: Dunia kamu tidak mau, surga kamu tidak suka, neraka kamu tidak takut, bala’ musibah juga kamu tidak lari, maka apakah keinginanmu? Jawabnya: Engkau telah mengetahui keinginan kami. Aku berkata; Aku akan menurunkan kepadamu bala’ yang tidak akan sanggup menanggungnya walaupun bukit yang besar. Sabarkah kamu? Jawab mereka: Apabila Engkau yang menguji, maka terserahlah kepadamu (berbuatlah sekehendakmu), maka mereka itulah hambaku yang sebenarnya.

٭ مَنْ ظَنَّ اِنفِكَاَكُ لُطْفِهِ عن قَدَرِهِ فَذاَكَ لِقُصُورِنَظْرِهِ ٭

116.” Barang siapa yang mengira terlepas kasih sayang Alloh sebab turunnya bala’ ujian yang ditakdirkan Alloh, maka yang demikian itu disebabkan karena piciknya(dangkalnya)pandangan imannya”.

Rosululloh saw. Bersabda: “Jangan menuduh tidak baik terhadap segala apa yang telah ditakdirkan Alloh untukmu”.
Rosululloh saw. Bersabda: jika  Alloh belas kasih pada seorang hamba, maka diuji dengan bala’, jika sabar maka dipilihNya, jika telah ridho maka diistimewakan”.
Abu Hurairoh ra. berkata: Rosululloh saw. Bersabda: ”Siapa yang dikehendaki Alloh untuknya kebaikan, maka diujinya dengan musibah bala”.


Abu Hurairoh dan Abu Said ra. keduanya berkata: Bersabda Rosululloh saw.: “Tiada sesuatu yang mengenai seorang mukmin berupa penderitaan, kelelahanatau risau hati/fikiran melainkan kesemua itu akan menjadi penebus dosanya”. HR. Bukhori-Muslim.
Ibnu Mas’ud ra. berkata: Rosululloh saw. Bersabda:” Tiada seorang muslim yang terkena musibah bala’ gangguan atau penyakit, danyang lebih ringan dari itu melainkan Alloh menggugurkan dosanya, bagaikan gugurnya daun pohon”.
    Kita jangan menjadi orang yang dangkal/piciknya pandangan,sehingga tidak dapat melihat adanya nikmat rahmat karunia dari Alloh dalam takdir musibah bala’ itu hanya karena lemahnya iman keyakinan, dan tidak adanya Husnudh-dhon terhadap Alloh ta’ala yang maha bijaksana dan rahmat.
Sebab kalau kita mau berhusnudhon kepada Alloh banyak sekali karunia Alloh yang diberikan bersamaan dengan bala’/ujian itu diantaranya:
 Sebab bala’ kita oleh Alloh ditempatkan dipintu rohmatNya.
 Sebab bala’ nafsuu kita jadi lemah, hilang kekuatannya, hilang sifst-sifstnys nafsu yang menjatuhkan kita kepintu maksiat dan mencintai dunia.
 Sebab bala’ hati mudah untuk taat spt sabar, ridho, tawakkal, zuhud dan ingin bertemu dengan Alloh.
 Sebab bala’ dosa-dosa hamba akan diampuni oleh Alloh.dll..
Imron bin Husain ra. menderita penyakit buang air selama tiga puluh tahun tidak dapat bergerak dari tempat tidurnya, sehingga dibuatkan lubang dibawah tempat tidur untuk kencing dan buang airnya, suatu hari datang saudaranya Al alaa’ atau Muthorrif bin Assyikhir, lalu menangis melihat penderitaan Imron bin Husain, maka ditanya oleh imron : mengapakah engkau menangis? Jawabnya: karena aku melihat keadaanmu, imron berkata: jangan menangis, karena aku suka pada apa yang di sukai alloh untukku. Kemudian imron berkata; saya akan berkata kepadamu semoga bermanfaat bagimu, tetapi jangan kau buka kepda orang lain sehingga ak mati. Sesungguhnya para malaikat berziarah padaku dan member salam padaku, sehingga aku merasa senang dengan adanya mereka.
Urwah bin Az-Zubair ra. ketika sakit yang oleh dokter diputuskan harus di potong betisnya, maka ketika akan dilaksanakan, oleh dokterakan diberi obat tidur supaya tidak terasa sakitnya dipotong betisnya itu. Urwah berkata: jangan diberi obat tidur, tetapi teruskan potong beris tanpa obat tidur. Dan ketika digergaji betisnya tidak terdengar keluhan kecuali ucapan Hasby (cukup bagiku yakni rohmat Alloh).
Dan setelah selesai operasinya, ia menyuruh pembantunya supaya mencuci dan membungkus potongan betisnya itu dan menguburnya dikuburan kaum muslimin, lalu ia berkata: Alloh telah mengetahui bahwa kaki itu tidak pernah saya gunakan berjalan kepada maksiat, lalu ia berkata: Ya Alloh, jika Engkau ambil, masih banyak sisanya, jika engkau memberi bala’,masih banyak selamatnya..
117.
“KHAWATIR DENGAN HAWA NAFSU”

٭ لاَ يُخاَفُ عليكَ اَنْ تَلْتَبِسَ الطُرُقُ عليكَ وَاِنَّماَ يُخَافُ عليكَ مِنْ غَلبَةِ الهَوَى عليكَ ٭
117. “Tidak dikuatirkan padamu salah jalan, tetapi yang dikuatirkan atasmu yaitu menangnya hawa nafsu mengalahkan akal dan imanmu”.

  Apabila kamu dalam perjalanan suluk mengalami berbagai hal spt: berbuat taat,atau maksiat,mendapat nikmat atau bala’, itu semua jalan menuju Alloh yang sudah jelas, sudah cukup tuntunan dalam Alqur’an dan Hadits nabi. Jika berbuat taat hendaknya merasa itu sebagai karunia dari Alloh, jika berbuat dosa lekas bertaubat, jika menerima nikmat harus bersyukur, jika mendapat ujian bala’ harus bersabar. Tetapi yang di khawatirkan padamu yaitu merajalelanya hawa nafsu, sehingga mengalahkan akal dan iman.
     118.
“ALLOH MENUTUPI RAHASIA KEWALIAN”

٭ سُبْحاَنَ من سَتَرَ سِرَّالخُصُوصيَّةِ بِظُهُورِ البَشَرِيَّةِ وَظَهرَ بِعَظَمةِ الرُّبُوْبِيَّةِ فِى اِظهاَرِالعُبُودِيَّةِ ٭

118. “Maha suci Alloh yang telah menutupi rahasia-rahasia keistimewaan seorang wali dengan tampaknya sifat-sifat yang umum bagi menusia, dan telah jelas terlihat keagungan ke-Tuhanan Alloh dengan menunjukkan kepada manusia sifat-sifat kehambaan dan kerendahan mahluknya”.

  Rahasia-rahasia kebesaran ilmu ma’rifat yang diberikan oleh Alloh pada para walinya ditutupi oleh Alloh dengan tampaknya sifat dan kebiasaan yang umum bagi semua manusia,seperti bekerja, bertani,berdagang dll, tetapi dalam hatinya penuh dengan ilmu dan makrifat. sebaliknya Alloh memperlihatkan dengan sangat jelas kebesaran ke-TuhananNya dengan menunjukkan sifat-sifat ‘Ubudiyyah,kelemahan dan kefakiran hamba kepadaNya.
 Syeih Abil-Hasan as-Syadzily ra. berkata: AL-‘UBUDIYYATU JAUHAROTUN ADH-HAROTHAR-RUBUBIYYAH. ( Ubudiyyah / penghambaan  itu berlian yang diperlihatkan ke-Tuhanan Alloh.)
119.
JANGAN MENUNTUT TUHANMU

٭ لاَ تُطَالب رَبَّكَ بِتأَخرِ مطلَبكَ وَلٰكِن طِالب نَفْسَكَ بِتأَخِيرِ اَدَبِكَ ٭

119. “Jangan menuntut Tuhan karena ditundanya permintan yang telah engkau minta kepada Alloh. Tetapi hendaknya engkau koreksi dirimu,tuntut dirimu yang belumbisa bertatakrama(supaya tidak terlambat melaksanakan kewajiban-kewajibanmu terhadap Alloh)”.

Jika belum tercapai hajat permintaanmu, jangan engkau su’udh-dhon kepada Alloh, dan menuntut kepada Alloh untuk segera mengabulkan permintaanmu, sebab Alloh tidak dapat dituntut terhadap apa saja yang dikehendaki.
 Akan tetapi hendaknya permintaanmu itu semata-mata untuk menunjukan sifat kehambaanmu kepada Alloh, dan hajat kebutuhanmu kepada Alloh. sebab terhadap kebutuhanmu Alloh tidak usah diingatkan, bahkan Alloh telah melengkapi segala kebutuhanmu sebelum kau mengerti apa hajat kebutuhanmu yang sebenarnya. Maka sebaiknya kau menyerah bulat-bulat kepada Alloh tanpa memaksa, tanpa usul apa-apa kepada Alloh.
Dan lagi apabila kamu meyakini Alloh tidak akan mengabulkan do’amu itu berarti kamu tidak punya adab, karena Alloh telah berjanji akan mengabulkan semua do’a hambaNya. Tetapi cara mengabulkannya tidak harus mewujudkan seperti keinginanmu, semua terserah Alloh, yang semua itu terbaik bagimu.
120-121.
“NIKMAT KARUNIA TERBESAR DARI ALLOH”.

٭ مَتىَ جَعَلكَ فِى الظَّاهِرِ مُمتـَثِلاً لاَمْرِهِ وَرَزقكَ فِى البَاطِنِ الاِسْتِسْلاَمِ لِقَهْرِهِ فَقَد اَعْظَمَ المِنَّةَ عَلَيْكَ ٭

120. “Apabila Alloh telah menjadikan engkau pada lahirnya taat menurut perintahNya dan dalam hatimu menyerah/tawakkal kepadaNya, maka berarti Alloh memberi kepadamu nikmat karunia yang sebesar-besarnya.”

Jika Alloh telah memberi taufiq hidayah kepada hamba untuk melakukan segala perintahNya, dan didalam hati/batinnya diberi kekuatan bisa menyerah/tawakkal pada sifat qohrinya Alloh(selalu ridho atas apa yang terjadi atas dirinya), itu berarti Alloh telah memberi karunia nikmat yang sangat besar.karena Alloh telah mengumpulkan ‘Ubudiyyah (penghambaan)lahir dan ‘Ubudiyyah batin.
Sebab tugas manusia hanya untuk beribadah kepada Alloh lahir batin, dengan ikhlas, tentang semua kebutuhan dan hajatnya telah dicukupi oleh Alloh, maka jangan menuruti hawa nafsu yang tidak ada puasnya.

٭ لَيْسَ كُلُّ مَنْ ثَبَتَ تَخْصِيْصُهُ كـَمُلَ تَخـْـلِيْصُهُ ٭

121.” Tidak semua orang yang telah tampak jelas ke-kramatannya itu berarti telah sempurna pembersihannya(dari penyakit-penyakit hati dan hawa nafsu).”

Kramat(perkara yang luar biasa/tidak masuk akal)yang diberikan Alloh kepada para hambaNya, yang tujuannya untuk menambah keyakinan dan keimanan hamba,dan untuk memperkenalkan bukti kekuasaan Alloh itu tidak tergantung pada sebab dan kebiasaan,bahkan kebiasaan itu bisa menjadi sebab terhijabnya menusia dari Qudratnya Alloh. dan juga bisa menjadi fitnah, bagaikan awan yang menutupi sinar matahari keesaan Alloh.Maka dari itu menurut ajaran thoriqoh, siapa yang terterikat/silau pada keramat maka dia terhina.
Seorang sahabat Sahl bin Abdulloh berkata: adakalanya jika saya wudhu’ tiba-tiba air yang mengalir ditanganku menjadi lantakan emas dan perak. Jawab Sahl: Apakah engkau tidak mengerti bahwa anak kecil jika menangis dihibur dengan boneka/mainan supaya diam.
Abu Nasher As-saroj berkata: saya bertanya kepada Al-hasan bin Salim: apakah arti ke-keramatan, sedang mereka telah dimuliakan oleh Alloh sehingga sanggup mengabaikan dunia dan meninggalkannya dengan suka rela, tetapi bagaimana lalu kemuliaan(keramat) batu berubah menjadi emas, apakah artinya itu? Jawabnya: bukannya Alloh memberikan karena kotornya,  tetapi diberi untuk menjadikan hujjah megalahkan bisikan hawa nafsu, yang selalu goncang kuatir tidak dapat rizki, sehingga  oleh Alloh diperlihatkan yang demikian, sehingga dapat berkata: Bahwa Alloh yang dapat merubah batu menjadi emas, dapat mendatangkan rizki dan memberi dari jalan yang tidak disangka.
Ishaq bin Ahmad berkata pada Sahl:  Nafsuku ini selalu merasa kuatir tidak dapat makan. Maka sahl berkata: Engkau ambil batu itu dan minta kepada Alloh supaya dijadikan makanan untuk kau makan.
Ishaq bertanya: jika berbuat demikian, maka siapa tauladan dalam berbuat demikian? Jawab sahl: Bertauladanlah pada Nabi Ibrohim as.ketika berkata : Hai Tuhan tunjukkan perlihatkan kepadaku bagaimana caranya Engkau menghidupkan sesuatu yang telah mati, supaya tentram hatiku, sebenarnya aku telah percaya tetapi nafsuku ini tidak puas, kecuali jika telah melihat dengan mata kepala.
Seoran wali Ibrahim al-khowwas pada sutu hari berrkenalan dengan orang yahudi didalam kapal, keduanya membicarakan tentang agama, lalu yahudi tadi berkata: kalau agamamu ini benar, berjalanlah diatas laut bersamaku.
Lalu siyahudi turun dari kapal dan berjalan diatas laut bersama dengan Ibrahim, sesampainya didaratan yahudi berkata : aku ingin berteman danbersamamu, tapi dengan syarat kita tidak boleh masuk masjid dan gereja, mari kita masuk kehutan dan padang, tidak boleh bawa bekal. Dan disanggupi oleh Ibrahim, lalu keduanya berjalan ke padang yang tidak ada tumbuhan dan tidak ada air sama sekali. Sampai tiga hari keduanya tidak makan dan minum, ketika keduanya duduk-duduk tiba-tiba ada anjing datang dengan menggigit roti tiga biji,dan ditaruh didepan yahudi lalu anjingnya pergi,  siyahudi lalu makan roti tadi tanpa mengajak Ibrahim ikut makan, tidak berapa lama ada pemuda yang tampan dan berbau harum datang dengan membawa nampan yang dipenuhi dengan makanan dan minuman yang sangat enak dan lezat, dan ditaruh didepan Ibrahim lalu dia pergi. Lalu Ibrahim mengajak yahudi untuk ikut makan, tapi yahudi tidak mau karena malu, akhirnya Alloh member hidayah kepada siYahudi sehingga masuk Islam dan menjadi murid Ibrahim al-khowwas..


Syeih Abu yazid Al-busthomi berkata: kamu jangan sampai tertipu dengan dengan keadaan yang luar biasa/tidakmasuk akal, yang di alami sseorang, tapi lihatlah bagaimana dia taatnya pada perintah Alloh dan menjauhi laranganNya..
122-123.
“JANGAN MEREMEHKAN WIRID”

٭ لاَيَسْتَحْقِرُ الوِرْدُ الاَّ جَهُولٌ. الوَارِدُ يُوجَدُ في الدَّارِ الاَخِراَةِ. الوِرْدُ يَنْطَوِي بِانْطواَءِ هٰذِهِ الدّاَرِ وَاَولٰى ماَ يُعْتَنىَ بِهِ ماَلاَ يَخْلُفُ وُجُودُهُ، ثُمَّ الوِرْدُ هُوَ طَالِبُهُ مِنْكَ واَالوَارِدُ اَنْتَ تَطْلُبُهُ
122.”Tidak akan meremehkan wirid, kecuali orang yang sangat bodoh, warid (karunia Alloh buah dari wirid) itu akan wujud di akhirat. Wirid itu akan habis/hilang bersama habisnya dunia,. Dan sebik-baik yang harus di perhatikan oleh seseorang yaitu perkara yang apabila hilang tidak ada gantinya(wirid). Wirid itu sebagai perintah Alloh padamu(haknya Alloh yang harus kau penuhi), sedangkan warid itu hajat keperluanmu yang kau minta kepada Alloh, maka apa imbang antara perintah Alloh kepadamu(hak Alloh) dengan pengharapanmu dari Alloh..”.

Wirid adalah segala macam bentuk ibadah lahir batin baik yang wajib maupun yang sunnah, sedangkan Warid: pemberian Tuhan dalam hati hamba yang berupa pemahaman,nur/cahaya,kesenagan/manisnya dalam beribadah,taufiq dan hidayahNya.
Maka sebaiknya seorang hamba menjalankan kewajibannya, karena wirid itu hanya berlaku ketika masih hidup didunia ini saja, sedang waridakan lanjut sampai di akhirat.
Rosullulloh saw. Bersabda: Amal yang paling dusukai Alloh ialah yang istiqomah(terus-menerus) meskipun sedikit.
Hasan al-Basry berkata: siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin ,maka dia rugi dan siapa hari ini lebih buruk dari kemarinnya, maka dia mahrum(tidak dapat rahmat),dan  siapa yang tidak bertambah berarti berkurang, dan siapa yang makin berkurang amalnya, maka mati lebih baik baginya.
Ketika Al-Junaid ditegur orang karena memegang tasbih ditangannya: Tuan dalam kedudukan yang demikian itu masih menggunakan tasbih. Jawab Al-Junaid: alat yang telah menyampaikan kami, maka tidak saya tinggalkan.
Al-Junaid berkata: Orang ’aarif menerima semua amal(wirid) itu sebagai tugas dari Alloh, karena itu mereka kembali menghadap pada Alloh dengan kebiasaan wirid(ibadah) yang ditugaskan Alloh itu.  Dan andikata seribu tahun tidak akan mengurangi sedikitpun amal wiridku, kecuali jika terhalang untuk melakukannya.


٭ وُروُدُ الاِمدادِ بِحَسْبِ الاِستِعْداَدِ وَشُرُوقُ الاَنواَرِ عَلَى حَسَبِ صَفاءِ الاَسْرَارِ ٭
123.” Datangnya bantuan/pertolongan dari Alloh itu menurut kadar persiapannya, dan terbitnya /cahaya ilahi itu menurut/tergantung pada bersih/jernihnya hati”.

Bersihkan hatimu dari segala sesuatu selain Alloh, niscaya Alloh akan mengisi/memenuhi hatinya dengan pengertian-pengertian ma’rifat dan rahasia-rahasia keyakinan. Karena itu tiap-tiap waarid(pemberian karunia dari Alloh) itu tergantung pada wirid, apabila wiridnya banyak maka waaridnya juga banyak, apabila wirid itu timbul dari hati yang bersih, maka datangnya waarid demikian terang jernihnya, demikian pula jika wiridnya tetap terus, maka waaridnya pun demikian tidak berhenti begitu seterusnya.
124.
“SIKAP ORANG YANG LUPA PADA ALLOH”
                                 
٭ الغَافِلُ اِذاَ اَصْبَحَ نَظَرَ فيماَ يَفْعَلُ، والعاَقِلُ يَنْظُرُ ماَذاَ يَفْعَلُ اللهُ بِهِ ٭

124.”orang yang lupa/lalai dalam tauhidnya(bahwa segala sesuatu itu berjalan menurut ketentuan takdir Alloh), jika pagi hari dia selalu berangan-angan apakah yang harus aku kerjakan hari ini (yakni mengatur dirinya sendiri), sedangkan orang yang sempurna akal tauhidnya memikirkan apakah yang akan ditakdirkan Alloh bagi dirinya hari itu”.

    Jadi pandangan orang yang lalai pada Alloh, itu selalu mengatur dan memandang dirinya dan kemampuan atau rencananya,maka dari itu Alloh menyerahkan urusannya itu pada dirinya sendiri.sehingga tidak akan berhasil apa yang direncanakan.
Sedangkan orang yang berakal, itu selalu memandang Alloh selalu mengingat kekuasaan dan kebijaksanaan Alloh, maka Alloh mencukupi apa yng menjadi kebutuhannya, jadi permulaan pemikiran yang bergerak dalam hati itu menjadi timbangan dan ukuran tauhid dan imannya kepada Alloh.
Umar bin Abdul Aziz berkata: kini aku tidak merasa senang kecuali dalam ketentuan- ketentuan takdir Alloh.

Abu Mad-yan berkata: Usahakan dengan sungguh- sungguh bila dapat,supaya hatimu tiap pagi dan sore menyerah bulay-bulat kepada Alloh, semoga Alloh melihat padamu dengan pandangan RohmatNya.niscaya kamu termasuk orang bahagia dunia akhirat.
Siapa yang melihat kepada Alloh, maka tidak akan terlihat dirinya sendiri, dan siapa yang melihat dirinya sendiri maka tidak terlihat Alloh. Karena itu jika engkau menghadapi sesuatu hal, perhatikan hatimu, kemana condongnya, jika langsung pada kekuatanmu sendiri, maka terputus dengan Alloh,. Dan jika langsung pada kekuasaan Alloh, berarti engkaulah yang telah sampai kepada Alloh, sedang alam ini semua dalam genggaman Alloh.
Dan tiap pagi sebaiknya berdo’a: Allohumma-inni-ash-bahtu laa-amliku linafsii dhorrou-walaa-naf-‘aa, walaa mautau-walaa nusyuroo, walaa-as-tathii-‘u an-aakhudza illaa-maa-a’thoitanii, walaa-at-taqii illa maa-waqoitanii. Allohumma innaka-dzul-fadhlil-‘adhiim.

“Ya Alloh kini aku berada diwaktu pagi, tiada menguasai diriku untuk kebaikan atau menolak bahaya, atau mati atau hidup atau bangkit sesudah mati, dan aku tidak data mengambil kecuali yang engkau beri, dan tidak dapat menghindari sesuatu kecuali yang engkau hindarkan. Ya Alloh pimpinlah aku kepada jalan yang engkau ridhoi baik dalam perkataan atu amal perbuatan di dalam taat kepadaMu, sungguh engkau dzat yang maha besar karuniaNya.”

Do’a Syeikh Abul-Hasan asy-syadzily ra. “Allohumma innal-amro ‘indaka wahuwa mahjuubun ‘annii walaa a’lamu amron akhtaa-ruhu linafsii fakun antal-mukhtaarolii, wah-milnii fii-ajmalil umuuri ‘indaka wa-ahmadihaa ‘aa-qibatan fid-diini wad-dun-ya wal aakhiroh, innaka ‘alaa kulli syai’in qodiir”.

“ Ya Alloh sungguh segala sesuatu ada ditanganMu, dan tertutup dari padaku, dan aku tidak mengetahui apa yang harus aku pilih untuk diriku, maka pilihkanlah apa yang baik bagiku, dan bawalah aku dalam hal yang amat baik serta terpuji akibatnya dalam agama,duni dan akhirat, sesungguhnnya engkau berkuasa atas segala Sesuatu.”
125.
“JANGAN TERPENGARUH DENGAN MAKHLUK”

٭ اِنَّماَ يَسْتوحِشُ العِباَدُ وَالزُّهاَدُ مِنْ كُلِّ شيءٍ لِغَيْبَتِهِمْ عَنِ اللهِ فِى كُلِّ شىءٍ فَلَو شَهِدوُهُ فِى كُلِّ شىءٍ لَمْ يَسْتوحِشُوا مِنْ شَىءٍ ٭

125.” Sesungguhnya yang menyebabkan kerisauan/kesusahan hati para ‘Ubbad (orang-orang ahli ibadah) dan Zuhhad (orang-orang ahli zuhud) dari segala sesuatu itu karena mereka masih terhijab/ tidak melihat Alloh dalam apa yang mereka lihat itu, tatapi andaikan mereka melihat Alloh dalam segala sesuatu (mahluk), pasti dia tidak akan risau dari/terhadap segala sesuatu”.

Yang dinamakan ‘Ubbad/ahli ibadah ialah: orang-orang yang bertaqorrub/mendekatkan diri kepada Alloh dengan berbagai macam amal ibadah. Sedangkan Zuhhad/ahli zuhud ialah orang yang bertaqorrub/mendekatkan diri kepada Alloh dengan jalan tawakkal/menyerahkan diri hanya kepada Alloh. Kedua golongan ini selalau ingin menjauh dari masyarakat/sesama makhluk, itu dikarenakan mereka merasa bahwa masarakat/mahluk menjadi perintang mereka dalam mendekatkan diri kepada Alloh, tapi sekiranya mereka lebih mendalam dalam ma’rifat kepada Alloh, tentu mereka tidak dapat terhalang  oleh suatu apapun, sebab Alloh berada dalam segala sesuatu, maka tidak ada sesuatu yang melupakan  dari Alloh, bahkan sebaliknya masarakat/mahluk itu bisa mangingatkan kepada Alloh ta’ala.
26-127.
 LIHATLAH ALAM INI UNTUK MENGENAL ALLOH”

٭ اَمَرَكَ فِى هٰذِهِ الدَّارِ بِالنَّظَرِ فِى مُكَوَّناَتِهِ وَسَيَكـْشِفُ لَكَ فِى تِلْكَ الدَّارِ عَنْ كمَال ذاَتِهِ ٭
126.” Alloh memerintahkan kepadamu semasa hidup di dunia ini memperhatikan alam ciptaanNya(memikirkan mahluk didunia ini sehingga menjadikan ingat pada Alloh). Dan kelak di akhirat Alloh akan mamperlihatkan kepadamu kesempurnaan DzatNya”.

  Alloh telah memerintahkan memperhatikan dan memikirkan mahluknya Alloh, itu disebutkan dalam Alqur’an dalam beberapa ayat, aya yang  jelas seperti firman Alloh: “QULIN-DHRUU-MAA-DZAA-FISSAMAA-WAATI WAL-ARDHI (perhatikanlah apa yang ada dilangit dan bumi)”. 
Ada juga yang secara isyaroh seperti firman Alloh yang artinya: “dan di bumi itu ada bagian-bagian tanah yang berdekatan satu sama lainnya, ada kebun-kebun kurma dan anggur, ada tanaman yang sejenis dan beda jenis, yang kesemuanya itu disirami dengan satu macam air,  sesungguhnya yang demikian itu mengandung tanda-tanda keagungan Alloh, yang manfaat bagi orang-orang yang mau berfikir.” Satu macam air itu (air hujan) tetapi pohon yang disiram beda-beda, daunnya tidak sama,buahnya tidak sama, adakalanya sama tapi rasanya berbeda,itu semua pasti ada yang menetapkan, yaitu Alloh.
Apabila mau memperhatikan alam semesta(makhluk) maka kelak di akhirat Alloh akan membukakan hijab sehingga langsung bisa melihat DzatNya. Firman Alloh: “WUJUUHUY-YAUMA-IDZIN-NAADHIROH, ILAA-ROB-BIHAA NAADHIROH.(beberapa wajah pada hari kiamat itu berseri-seri,(bercahaya), karena ia dapat melihat Tuhannya”.

٭ عَلِمَ مِنكَ اَنَّكَ لاَ تَصْبِرُ عَنْهُ فاَشـْهَدَكَ ماَ بَرَثَ مِنْهُ ٭

127. “Alloh ta’ala telah mengetahui, bahwa engkau tidak sabar jika tidak melihat Alloh, maka Alloh memperlihatkan ap-apa yang asli buatan Alloh”.

Orang yang berfikir tentang makhluk buatan Alloh, dan mengetahui semua atas ketentuan Alloh, tentu tidak sabar ingin mengetahui dzat yang membuat dan menentukan yaitu Alloh. Berhubung itu tidak mungkin maka Alloh memperkenalkan DiriNya lewat makhluk buatan-Nya.
   Kerinduan yang berupa ingin melihat Alloh itu, termasuk karunia yang agung dari Alloh, dan ini termasuk maqom ihsan.
Dawuh mu’allif ini untuk orang-orang yang mencari Alloh, yang dlm pikirannya sudah jauh dari selain Alloh.
Ahli fikir itu ada dua:
1.      Ahli fikir yang punya maksud mencari Alloh/taqorrub kepada Alloh, ini akan menghaasilkan cinta dan rindu bertemu Alloh.
2.    Ahli fikir yang untuk urusan dunia seperti mencari ilmu alam yang tidak ada maksud mencari Alloh, ini tidak akan membuka mata hati.
Maka terhadap orang yang telah sampai kemaqom ihsan ini, Alloh menganjurkan sabar melihat buatan-buatan Alloh terlebih dahulu untuk diperlihatkan Dzat Alloh di akhirat nanti.
128-131.
 “SHOLAT”

٭ لمّا علم الحق منك وجود الملل لَوّن لك الطاعات وعلم مافيك من وجود الشرّه فحجرهاعليك فى بعض الاوقات ليَكون همّك اِقمامة الصلاةِلاوجودالصلاةِفماكلُّ مصَلٍّ مُقِيمٌ ٭

128.”Alloh ta’ala itu mengetahui bahwa engkau mudah bosan/jemu, maka Alloh membuat bermacam-macam cara taat/ibadah, dan Alloh mengetahui bahwa engkau bersifat rakus(terlalu semangat), maka dalam beberapa waktu dilarang melakukan sholat, supaya Himmah(kemauan yang kuat)mu tertuju pada sempurnanya sholat(iqomatus-sholah) bukan sekedar sholat, sebab tidak semua orang yang sholat itu mendirikan sholat(iqomatus-sholah)”.

Alloh berfirman: Wa-aqiimus-sholata(dan kamu semua supaya mendirikan sholat)  firmanNya tidak: SHOLLUU (sholatlah kamu semua)
 Cara mendirikan Sholat (iqomatus-sholah) itu harus dengan menyempurnakan adab/tatakramanya Sholat,  1. Adab lahir seperti: menjaga syarat-syarat,rukun-rukun dan sunnah-sunnahnya sholat. 2. Adab batin seperti: menjaga khusyau’ dalam sholat dengan menghadapkan hati hanya kepada Alloh,sehingga hati tidak mengingat sesuatu melainkan kepada Alloh,dan merasa bahwa sholatnya itu semata-mata karunia dari Alloh.
Sholat dengan menyempurnakan adab/tatakeramanya ini yang akan menimbulkan bekas seperti bertambah baik budi pekerti nya, dan mencegah dari perbuatan keji dan mungkar (INNAS-SHOLAATA-TANHAA ‘ANIL-FAKHSYA-I WAL MUNKAR)

٭ الصلاةطهرة للقلوب من ادناس الذنوب واستفتاح لباب الغيوب٭

129. “Sholat itu sebagai penyucian/pembersih hati dari kotoran dosa, dan untuk pembuka pintu ghoib”.

Rosululloh saw. “Bersabda: sesungguhnya perumpamaan sholat itu bagaikan sungai yang mengalir di depan pintu rumah salah seorang, maka ia mandi di sungai itu tiap hari lima kali, apakah masih ada sisa kotorannya? Jawab shahabat: tidak ada sisa kotoran sedikitpun. Maka Nabi bersabda: demikian pula sholat lima waktu yang menghapuskan dosa”.
Juga sholat sebagai pemuka pintu ghoib, sebab bila hati telah bersih dan selalu berhubungan dengan Tuhannya, pasti lambat laun akan terbuka baginya tirai/pintu ghoib.



٭ الصلاة محل المناجاةومعدن المصافات تتسع فيهاميادين الاسرار وتشرق فيها شوارق الانوار٭

130. “Sholat itu itu sebagai tempat bermunajat kepada Alloh, dan sebagai pembersih hati dari kotoran dosa,  dan di dalam sholat itu sebagai lapangan yang luas berbagai sir(ilmu ma’rifat)dan rahasia-rahasia Tuhan, dan memancar terang padanya cahaya-cahaya ilmu ma’rifat”.

Alloh berfirman: “Aqimis-sholaata li-dzikrii.( Dirikanlah/tegakkanlah sholat itu untuk dzikir ingat kepadaKu”.)
Sesungguhnya seorang hamba bila ia berdiri sholat, maka alloh membukakan untuknya tirai hijab, dan langsung dihadapinya, dan berdiri tegak para malaikat dari atas bahunya hingga langit, mengikuti sholatnya dan mengaminkan do’anya.
Dan seorang yang sholat itu ditaburi rohmat dari langit hingga ubun kepalanya. Dan dipanggil oleh suara: Andaikata orng yang munajat ini mengetahui siapakah yang diajak bicara, maka tidak akan berhenti sholatnya, dan sesungguhnya pintu-pintu langit terbuka untuk orang yang sholat.
Dan sesungguhnya Alloh membanggakan barisan orang-orang yang sholat dihadapan malaikatNya.
Muhammad bin Ali at-tirmidzy berkata: Alloh telah memeanggil orang-orng yang bertauhid supaya sholat lima waktu, karena rahmat kasih kepada mereka, dan menyediakan berbagai macam hidangan, supaya seorang hamba bisa merasakan pada tiap-tiap bacaan dan gerak itu karunia pemberianNya.maka gerakan itu bagaikan makanan dan minuman itu bagaikan minuman. Dan hidangan it disediakan oleh Alloh tiap hari lima kali, supaya tidak ada lagi sisa kotoran ataupun debunya.
Dalam kitab Taurot disebutkan: Hai anak Adam, jangan malas untuk mendirikan sholat dihadapanKu sambil menangis, maka Akulah Alloh yang telah mendekat dari hatimu, dan karena ghoib engkau telah dapat melihat cahayaKu.

٭علم وجود الضعف منك فقلل اعدادها وعلم احتياجك الى فضله فكثرامدادها ٭.

131.”Alloh telah mengetahui kelemahanmu, maka Alloh menyederhanakan bilangannya(asalnya limapuluh waktu menjadi lima waktu) dan Alloh mengetahui bahwa engkau itu sangat berhajat, maka ia memper banyak/melipat gandakan Asror dan pahalanya”.

 Alloh itu mengetahui kalau hamba itu butuh sekali anugerah dari-Nya, maka Alloh memperbanyak asrornya sholat, yakni Alloh memperbanyak anugerah berupa ilmu dan makrifat didalam hatinya.
Dalam kitab ini disebutkan Amdadahaa itu mampunyai dua arti:
1.      Untuk orang yang bermaksud wushul kepada Alloh/salik, itu bermakna Asror(yaitu anugerah ilmu ma’rifat)
2.    Untuk orang yang tidak bermaksud wushul kepada Alloh/salik, itu bermakna tsawab (pahalanya) ya’ni Alloh melipat gandakan pahalanya sholat, sholatmu yang lima waktu tapi diberi pahala lima puluh waktu.
132-135.
“JANGAN MINTA BALASAN ATAS AMALMU”

٭ متى طلبت عواضا على عمل طولبت بوجود الصدق فيه ويكفي المريب وجدان السلامة ٭

132.”Apabila engkau menuntut upah/balasan  atas semua amal perbuatanmu, pasti engkau akan dituntut oleh Alloh atas kesempurnaan amal perbuatanmu. Dan bagi orang yang merasa belum sempurna amalnya, harus merasa cukup puas jika ia selamat dari tuntutan/tidak dituntut atas kekurang sempurnaan amalnya”.

   Hikmah ini menjelaskan kejelekan orang yang beramal karena mengharap balasan/upah dari amalnya. Padahal seharusnya orang itu beramal yang baik, bersih hanya karena menghamba pada Alloh.
Karena hanya Allohlah dzat yang wajib disembah  dan diagungkan, dan menjadi tujuan kita dunia dan akhirat. Hal ini sudah banyak dibahas dalam kitab ini dengan berbagai bahasan yang berbeda.
Khoir An-nassaj berkata:Timbangan amalmu itu sesuai dengan perbuatanmu, karena itu mintalah kemurahan karunianya. Dan itu lebih baik bagimu.
 Al-washity berkata: amal ibadah lebih dekat kepada minta/mengharap ampunan dan maaf, dari pada mengharap pahala dan upah.
 Annash-robadzy berkata: Amal ibadah itu bila diperhatikan kekurangan-kekurangannya, lebih dekat kepada mengaharap maaf dari pada mengharap pahala dan balasan.
Firman Alloh: “QUL-BI-FADH-LILLAAHI-WA-BIROHMATIHII-FA-BIDZAALIKA FAL-YAF-ROCHUU-HUWA KHOIRUM-MIMMAA YAJ-MA’UUN”.(“Katakanlah: Hanya karena karunia dan rohmat Alloh mereka boleh bergembira, sebab itu lebih baik bagi mereka dari segala apa yang dapat mereka kumpulkan sendiri”

٭ لاتطلب عواضا على عمل لست له فاعلا، يكفى من الجزاءلك على العمل ان كان له قابلا ٭

133.”Jangan menuntut upah(ganti) tehadap amal perbuatan yang hakikatnya kamu sendiri tidak ikut berbuat, cukup besar balasan aloh bagimu, jikaAlloh menerima amalmu”.

141-143.
 “WUSHUL ITU SEBAB KARUNIA DARI ALLOH DAN DITUTUPINYA CELA KITA”
٭ ولولا انك لاتصل اليه الابعد فناء مساويك ومحودعاويك لم تصل اليه ابدا ولكن اذااراد ان يوصلك اليه غطى وصفك بوصفه ونعتك بنعته  فوصلك اليه منه اليك لابمامنك اليه ٭

141. “Andaikata engkau mempunyai anggapan tidak akan sampai kepada Alloh(wushul), kecuali setelah habis lenyap semua dosa-dosa dan kotoran hatimu, niscaya kamu tidak akan sampai (wushul) kepada Alloh selamanya. Tetapi jika Alloh menghendaki menarik menyampaikan kamu kepadaNya,Alloh akan menutupi sifatmu dengan sifatNya,dan kekuranganmu dengan karunia kekayaanNya, Alloh menyampaikan kamu kepadaNya dengan apa yang diberikan Alloh kepadamu,bukan karena amal perbuatanmu yang enkau hadapkan kepadaNya”.

Syeikh Abul-Hasan As-syadzily ra. berkata: seorang waliyulloh itu tidak akan sampai kepada Alloh,jika ia masih ada syahwat/kesenangan nafsu, atau masih mengatur dirinya atau masih usaha ikhtayar(memilihkan dirinya).seumpama Alloh membiarkan hambanya dengan pilihannya,pengaturannya atau kesenangan nafsunya sendiri, maka hamba selamanya tidak akan wushul(sampai kepada Alloh) jika Alloh akan menarik dan segera menyampaikan hambanya, maka di tampakkan padanya sifat-sifat Alloh. Sehingga mati  kehendak dan ikhtiyar usaha sendiri, dan segera menyerah pasrah kepada Irodah dan keputusan pemberian Alloh. Maka dengan itu ia sampai kepada Alloh karena tarikan Alloh, bukan karena amal usahanya sendiri, Wushul karena karunia Alloh bukan karena ibadah dan taatnya kepada Alloh.
٭ لولا جميل ستره لم يكن عمل اهلا للقبول ٭

 142.”Andai kata tidak ada baiknya tutup dari Alloh (andaikata Alloh tidak menutupi kekurangan dan kesalahan dalam semua amal hamba) niscaya tidak ada amal yang layak untuk diterima”.

  Sebab syarat untuk diterimanya amal itu adalah ikhlas, tulus kepada Alloh,tetapi manusia diuji dengan sombong diri, merasa sudah cukup amalnya, dan lebih jelek lagi bila ia riya’ dengan amalnya,dan mengharap pujian atas amal perbuatannya. Karena demikian watak tiap hamba, maka sulit untuk diterima amal perbuatannya, kecuali hanya mengharap rohmat karunia Alloh semata.
  Syeih Abu-Abdulloh Al-Quraisyi berkata: Jika Alloh menuntut mereka tentang keikhlasan, maka lenyaplah semua amal perbuatan mereka, maka apabila telah lenyap semua amalnya, bertambahlah hajat kebutuhan mereka, maka dengan itu mereka lalu melepaskan diri dari bergantung kepada segala sesuatu, dan apabila ia telah bebas dari segala sesuatu kembalilah mereka kepada Alloh dalam keadaan bersih dari segala sesuatu.
 Jadi para murid/salik dalam perkara wushul kepada Alloh, itu harus bergantung pada anugerah dan pemberian Alloh. Jangan sampai mengandalkan amal ibadahnya sendiri.

٭ انت الى حلمه اذا اطعته احوج منك الى حلمه اذاعصيته ٭

143. “Engkau lebih membutuhkan kesantunan, maaf dan kesabaran Alloh ketika engkau berbuat taat (ibadah), melebihi dari pada kebutuhanmu ketika engkau berbuat maksiat/dosa”.

   Kemuliaan seorang hamba hanya ketika bersandar diri kepada Tuhannya. Dan hina/jatuhnya seorang hamba bila ia telah melihat dan berbangga dengan dirinya sendiri. Sedang manusia ketika berbuat taat, merasa dirinya sudah baik lalu bangga dengan amal perbuatannya sendiri, sombong dan merendahkan orang lain. Padahal amal perbuatannya jika dikoreksi keikhlasannya tidaklah mungkin akan diterima, bahkan amal itu semua hanyalah amal yang palsu dan tidak ada harganya disisi Alloh.
Alloh telah menurunkan wahyu kepada seorang NabiNya: “Beritahukan kepada hamba-hambaKu yang shiddiqin(sungguh-sungguh dalam beribadah kepadaKu), janganlah kamu tertipu oleh kesombongan dengan amal perbuatanmu itu, karena apabila Aku menegakkan benar-benar keadilanKu pasti Aku akan menyiksa mereka mereka dan bukan suatu kedholiman terhadap mereka. Dan katakana kepada hamba-hambaku yang telah berbuat dosa, : Jangan kamu berputus asa dari rahmatKu, sebab tidak ada suatu dosa yang tidak dapat ku ampunkan.
   Syeih abu-Yazid al-Busthomy berkata: Taubat karena berbuat maksiat itu cukup hanya sekali, sedangkan taubat setelah berbuat taat harus seribu kali, sebab taat yang diliputi oleh ‘ujub, sombong itu berubah menjadi maksiat yang besar, dan orang tidak akan menyadarinya. Sebagaimana jatuhnya iblis dari singgasananya.
144-145.
 “SEBAIK-BAIKNYA SATIR/TUTUP DARI ALLOH”
٭ الستر على قسمين ستر عن المعصية وستر فيها، فالعامّة يطلبون من الله تعالى الستر فيها خشيــة سقوط مرتبتهم عندالخلق،  والخاصة يطلبون من الله السترعنهاخشية سقوطهم من نظرالملك الحقّ ٭

144. “Tutup(dariAlloh)itu ada dua: (1) tutup dari berbuat maksiat/dosa, (2).tutup dalam berbuat maksiat, sedang manusia pada umumnya meminta kepada Alloh supaya di tutupi dalam perbuatan maksiat, karena kuatir jatuh kedudukannya dalam pandangan sesama manusia. Tetapi orang-orang khusus meminta kepada Alloh, supaya ditutupi dari berbuat maksiat/dosa,jangan sampai berbuat maksiat, karena takut jatuh dari pandangan Alloh”.

   Manusia pada umumnya meminta pada Alloh , supaya ditutupi maksiatnya pada waktu mengerjakannya, sehingga mereka meminta pada Alloh supaya di tutupi karena takut kedudukannya di masyarakat/sesama manusia jatuh sebab maksiat itu. Alloh berfirman:
 “Yas-takhfuuna minan-naasi walaa yas-takhfuuna-mina-llohi wahuwa- ma-’ahum.” (mereka sembunyi dari sesame manusia, tetapi tidak sembunyi dari Alloh yang selalu beserta mereka”.)

‘Ady bin Hatim ra. berkata: Rosululloh saw. Bersabda: Kelak pada hari Qiamat ada beberapa orang yang dibawa ke surga, tetapi setelah melihat segala kesenangan yang tersedia dan merasakan hawa enaknya surge, tiba-tiba diperintahkan mengusir mereka dari surge, sebab mereka tidak punya bagian dalam surga itu, maka kembalilah mereka dengan penuh penyesalan, sehingga mereka berkata: Ya Alloh, andaikan Engkau memasukkan kami keneraka sebelum memperlihatkan kepada kami surge dan segala yang disediakan untuk para waliMu, niscaya akan lebih bagi kami. Alloh menjawab: memang Aku sengaja demikian, kamu dulu jika sendiirian berbuat segala dosa-dosa besar, tetapi jika bertemu dengan orang-orang, berlagak khusuk bermuka-muka pada manusia, berlawanan dengan apa yang ada dalam hatimu, kamu takut pada manusia dan tidak takut padaKu, mengagungkan manusia tidak condong padaKu, maka hari ini rasakan siksaKu yang sepedih-pedihnya, dan diharamkan atas kamu segala rahmatKu.
٭ من اكرمك فانمااكرم فيك جميل ستره فالحمد لمن سترك ليس الحمد لمن اكرمك وشكرك ٭
145.”Siapa yang memuliakan/menghormati kamu,sebenarnya hanya menghormati keindahan tutup Alloh kepadamu, maka seharusnya pujian itu pada Alloh yang telah menutupi engkau, bukan pada orang yang memuji dan terima kasih padamu”.

 Sudah menjadi sifat manusia bahwa Tiap orang pasti mempunyai cela/aib dan kebusukan yang andaikan diketahui oleh orang lain, pasti orang lain akan membanci dan tidak suka padanya. Kenyataannya ada orang yang memuji,menghormatinya,adapun yang menyebabkan adanya orang yang memuji dan menghormati padanya, bukan semata-mata karena kebaikannya, tetapai karena Alloh menutupi kebusukan dan cacatnya, maka pujian itu seharusnya kembali padaAlloh yang menutupi kebusukan dan aibnya. Karena itu ia wajib bersyukur dan memuji kepada Alloh yang menutupi aibnya, tidak pada manusia yang memujinya karena tidak tahu kejelekannya.

 dan memuji kepada Alloh yang menutupi aibnya, tidak pada manusia yang memujinya karena tidak tahu kejelekannya.
146.
“SAHABAT SEJATI”
٭ ماصحبك الامن صاحبك وهوبعيبك عليم وليس ذٰلك الامولك الكريم خيرمن تصحب من يطلبك لالشيءيعودمنك اليه ٭

146.”Yang namanya sahabat sejati yaitu orang tetap mau bersahabat(membantu) kamu setelah dia mengetahui benar-benar kejelekan dan aibmu. dan tidak ada yang seperti itu kecuali hanya Tuhanmu yang Maha Mulia.
Dan sebaik-baik sahabatmu ialah yang selalu memperhatikan/membantu kepentinganmu, bukan karena sesuatu kepentingan yang diharap dari pada mu untuk dirinya”.

Sudah menjadi watak manusia akan menjauhi/membenci orang lain ketika jelas-jelas mengetahui kebusukan dan kejelekan orang tersebut, dan tidak mau bersahabat dengannya, kecuali hanya Tuhanmu Alloh swt. Dan juga orang-orang yang bersandar pada sifat-sifat ke-Tuhanan Alloh, yaitu orang-orang yang sudah ma’ritulloh,yang masih mau menolong dan membantu. Sedangkan orang tua itu masih juga ada kepentingan dan pengharapan atas dirimu, sedang didunia ini tidak ada orang yang kasih sayangnya sebagaimana ayah ibumu.
147.
“NURUL-YAQIN (Cahaya Keyaqinan)”
٭ لواشرق لك نوراليقين لرايت الاخرةاقرب اليك من ان ترحل اليها ولرايت محاسن الدنيا قدظهرت كسفةالفناء عليها ٭
147. “Andaikan cahaya keyaqinan itu telah menerangi hatimu, niscaya engkau dapat melihat akhirat itu lebih dekat kepadamu, sebelum engkau melangkahkan kaki kepadanya, dan niscaya engkau akan melihat segala keindahan dunia, telah diliputi kesuraman dan kerusakan yang akan menghinggapinya”.

  Sebab dengan nurul-yaqin, semua hakikat perkara itu kelihatan yang semestinya  dan apa adanya. Apabila hamba sudah bercahaya hatinya dengan Nurul-yaqin dia bisa mengetahui yang benar dan yang salah sedangkan akhirat itu perkara yang hak/benar, tetap wujudnya, sedangkan dunia itu akan rusak.
Rosululloh saw. Bersabda: Sesungguhnya nur/cahaya jika masuk dalam hati, maka terbuka dan lapanglah dada (hati)nya, sahabat bertanya: Ya Rosululloh, apakah yang demikian itu ada tandanya?..
Jawab nabi: Ya ada, yaitu merenggangkan (memisahkan) diri dari dunia tipuan, dan condong kepada akhirat yang kekal, dan bersiap-siap untuk menghadapi mati sebelum datangnya maut.

   Anas ra. berkata: ketika Rosululloh saw. Sedang berjalan dan berjumpa dengan seorang pemuda dari sahabat Anshor, Rosululloh bertanya: Bagaimanakah keadaanmu hai Haritsah pada pagi ini?
 Jawabnya: Saya kini menjadi seorang mukmin yang sungguh-sungguh.
Rosululloh berkata: Hai Haritsah, perhatikan perkataanmu,sebab tiap kata itu harus ada bukti hakikinya.
 Maka Haritsah berkata: Ya Rosululloh jiwaku jemu dari dunia, sehingga saya bangun malam dan puasa siang hari, kini seolah-olah aku berhadapan dengan ‘Arsy. dan seolah-olah aku melihat neraka yang penghuninya sedang menjerit-jerit di dalamnya.
Nabi bersabda: Engkau telah melihat, maka tetapkanlah (jangan barubah),. Seorang hamba, yang telah diberi Nur iman dalam hatinya.
Haritsah berkata: Ya Rosululloh, do’akan aku mati syahid, maka Nabi saw. Berdo’a untuknya. Dan ketika pada suatu hari ada panggilan untuk berjihad, maka dialah orang pertama menyambutnya,dan ahirnya dia yang pertama mati syahid.
  Dan ketika ibunya mendengar berita bahwa anaknya telah mati syahid, ia datang bertanya kepada Nabi saw. : Ya Rosululloh beritahukan kepadaku tentang Haritsah putraku, jika ia disurga aku tidak akan menangis atau menyesal, tapi jika lain dari itu, maka aku akan menangis selama hidupdi dunia!
Jawab Nabi saw. : Haritsah, bukan hanya satu surga tetapi surga didalam surga-surga. Dan Haritsah telah mencapai Firdaus yang tertinggi.
Maka kembalilah ibu Haritsah sambil tertawa dan berkata : untung-untung bagimu hai Haritsah.

  Anas ra. juga berkata: pada suatu hari Mu’adz bin Jabbal masuk ketempat Nabi sambil menangis, maka ditanya oleh Nabi saw. : bagaimanakah keadaanmu pagi ini hai Mu’adz? Jawab Mu’adz : aku pagi ini mukmin benar-benar kepada Alloh.
Nabi bersabda: Tiap kata-kata yang benar harus ada buktihakikatnya. Maka apakah bukti pernyataanmu itu? Jawab Mu’adz: Ya Nabiyalloh, kini jika aku berada diwaktu pagi merasa mungkin tidak sampai sore, dan jika sore ,aku merasa tidak akan sampai pagi.dan tiap melangkahkan kaki merasa mungkin tidak dapat melangkah yang lain, dan terlihat kepadaku seolah-olah manusia semua telah dipanggil untuk menerima suratan amal bersama dengan Nabi-nabi dan berhala-berhalanya yang disembah selain Alloh,dan juga seolah-olah saya melihat siksa ahli neraka dan pahala ahli surga.
Maka Nabi bersabda : Engkau telah mengtahui, maka tetapkanlah.
Rosululloh saw. Ketika member tahu kepada para sahabat hal gugurnya Zaid bin Haritsah dan Ja’far bin Abi Tholib, dan Abdulloh bin Rowahah ra. berkata: Demi Allohmereka tidak akan senang, andaikan mereka masih berada diantara kami, Rosululloh memberitakan demikian dengan air mata yang berlinang-linang.
148-149.
“ALLOH TIDAK TERHIJAB OLEH SEGALA SESUATU”
٭ ماحجبك عن الله وجود موجود معه ولٰـكن حجبك عنه توهّم موجود معه ٭
148. “Tiada sutu benda (makhluk) yang dapat menghijab engkau dari Alloh, tetapi yang menghijab engkau adalah prasangkamu adanya sesuatu yang wujud disamping Alloh”.

   Segala sesuatu yang selain Alloh itu pada hakikatnya tidak maujud/tidak ada,sebab yang wajib wujud/ada itu hanya Alloh, sedang yang lainnya terserah belas kasih Alloh, untuk di adakan atau ditiadakan.

Jadi apabila kamu tidak bisa melihat/mengenal Alloh, itu bukan karena ada perkara/ sesuatu yang di adakan Alloh yang menghalangi/menghijab kamu, akan tetapi yang menghalangi kamu dari Alloh yaitu adanya prasangkamu bahwa ada sesuatu yang wujud selain Alloh.

 Seoang aarif berkata: Adanya semua makhluk ini bagaikan adanya bayangan pohon dalam air, maka ia tidak akan menghalangi jalannya kapal, maka hakikat yang sebenarnya tiada suatu benda apapun yang ada/maujud disamping Alloh yang menghijab engkau dari Alloh. Hanya engkau sendiri yang mengira bayangan itu sebagai sesuatu yang maujud.
Contoh lain,: seseorang yang bermalam disuatu tempat, tiba-tiba pada malam hari dia akan buang air, terdengarlah suara angin yang menderu masuk ke lobang, sehingga persis sama dengan suara harimau, maka ia tidak berani keluar, pada pagi hari ia tidak melihat bekas-bekas harimau maka ia tahu bahwa itu hanya tekanan angin yang masuk kelobang,jadi yang menghalangi dia buang air itu bukan harimau, tapi hanya prasangka adanya harimau.
لولاظهوره في المكونات ماوقع عليها وجود ابصار، لوظهرت صفاته اضمحلّـت مكوّناته ٭

149. “Andaiakn Alloh tidak dhohir pada benda-benda (makhluk) alam ini, tidak mungkin ada penglihatan padaNya,  Andaikan Alloh mendhohirkan sifatNya pada semua makhluk, maka lenyaplah semua makhlukNya”.

 Ya’ni dhohirnya Alloh kepada kita itu dari belakang tabir berupa semua makhluk, ini yang menjadikan dhohirnya semua makhluk, dan menjadi sebab kita bisa melihat wujudnya makhluk, seperti juga dhohirnya sinar mata hari yang ada dikaca cermin.
Seumpama Alloh tidak dhohir dibelakang tabir makhluk artinya Alloh dhohir dengan sifat DzatNya secara langsung, maka semua makhluk akan hancur.
Alloh berfirman: “Falammaa- tajallaa rob-buhuu lil-jabali ja-’alahu dakkau- wa-khorro muusaa sho-‘iqoo” (maka ketika alloh bertajalli (mamperlihatkan DzatNya) kepada bukit/gunung, hancurlah (lenyaplah) bukit itu, sedang Nabi Musa jatuh pingsan”.)
Rosulullh saw. Bersabda: Hijab Alloh itu berupa cahaya, andaikan dibuka pasti akan terbakar segala sesuatu yang menghadapinya.

 Ya’ni sebab Alloh mempunyai sifat Batin maka Alloh mendhohirkan semua makhluk, sebab makhluk itu tidak bisa terlihat kecuali dengan Nur Alloh,
Dan Alloh melipat/ menyembunyikan makhluk sebab Alloh bersifat dhohir,
tidak ada makhluk yang menyekutukan Alloh dalam sifat,dzat dan af’alnya Alloh. Artinya Alloh tidak menjadikan sifat wujud dengan dzatnya/hakiki pada selain Alloh. Semua makhluk itu ‘adam yang hakiki, dan semua makhluk itu tidak wujud kecuali dengan wujudnya Alloh.
151-152.
 “LIHAT DAN PELAJARI ALAM INI”
٭ اباح لك ان تنظر في الممكوّنات وما اذن لك ان تقف مع ذوات المكوّنات قل انظروا ماذافى السماوات؟  فتح لك باب الافهام ولم يقل: انظرواالسماوات لـءلا يدلك على وجودالاجرام ٭

151. “Alloh memperbolehkan kamu melihat alam sekitarmu (makhluk),  tetapi Alloh tidak mengizinkan engkau berhenti pada benda-benda dialam ini (makhluk). Sebagaimana firman Alloh : katakanlah: perhatikanlah apa-apa yang dilangit. Semoga Alloh membuka kefahaman padamu, Alloh tidak brkata : perhatikan langi-langt itu. Supaya tidak menunjukkan padamu adanya benda-benda itu”.

Pada hikmah sebelumnya mushonnif menerangkan tentang wujud/adanya alam (bisa terlihat)itu karena Nur dari Alloh. ALLOOHU-NUURUS-SAMAAWATI WAL-ARDHI (Alloh itulah yang menerangi langit dan bumi).dan pada hikmah ini kita dituntun untuk bisa melihat dan mempelajari alam ini.
 Alloh mengizinkan kita untuk melihat cipatannya supaya kita bisa bisa melihat bahwa semua itu ciptaan Alloh, jangan sampai kita terjebak/berhenti hanya melihat/memperhatikan bendanya, sehingga kita tidak melihat alloh dibalik benda-benda itu.
Dalam ayat ini menggunakan FII dengan makna dhorof, yang berarti: yang harus diperhatikan yaitu apa yang ditempatkan, bukan tempatnya.
Dalam katab Latoo-iful minan, Mushonnif mengatakan: Alloh menciptakan macam-macamnya makhluk bukan supaya kamu melihat makhluk itu, tapi supaya kamu bisa melihat Tuhan yang menciptakan makhluk itu yaitu Alloh.

٭ الاكوان ثابتة بإثباته وممحوّة باحد يّة ذاته ٭

152.”Alam/makhluk ini ada(wujud) sebab di tetapkan oleh Alloh, tetapi alam ini musnah/lenyap sebab sifat Esa dzatnya Alloh”.

Siapa saja yang memandang sifat Esa dzatnya Alloh, pasti tidak akan menemukan sifat tetap dan nyata pada semua makhluk,. Semua makhluk itu bisa mempunyai sifat tetap kalau memandang sifat WAHIDnya Alloh.
sifat AHADIYYAH menurut para Arifin Dzat yang bersih dari sifat tetap/nyata pada semua mahluk. Sedangkan sifat WAHIDIYYAH itu dzatnya Alloh yang nyata ada pada semua makhluk, dan semua makhluk mempunyai sifat tetap (ada) sebab memandang adanya Alloh pada semua makhluk, sehingga para Arifiin mengatakan “AL-AHADIYYATU BAHRUN-BILA MAUJIN WAL WAA-HIDIYYATU BAHRUN MA’A MAUJIN. (Ahadiyyah itu umpama laut tanpa ombak, sedangkan Wahidiyyah itu umpama laut beserta ombaknya). Yakni:  menurut pandangan para Arifin, Alloh itu di ibaratkan laut, maka makhluk diibaratkan  ombak yang di gerakkan oleh laut. Jadi jelasnya semua makhluk itu bukan Alloh.
Ke-Esaan dzat Alloh yang tidak bersekutu itu melenyapkan apa saja (makhluk),yakni tetap Alloh yang tunggal dan segala sesuatu yang selainNya itu hanya bayangan belaka yang di ciptakan / di wujudkan oleh Alloh.
153-157.
“SIKAP KITA KETIKA DIPUJI ORANG”

٭ الناس يمدحونك لمايظنونه فيك فكن انت ذامّالنفسك لماتعلمه منها ٭

153.”Orang-orang yang memuji padamu disebabkan oleh apa yang mereka sangka yang ada padamu, karena itu engkau harus mencela dirimu, karena apa-apa (aib) yang engkau ketahui pada dirimu”.








20 komentar:

  1. Terimakasih Gan.... Sangat bermanfaat.... ditunggu Postingan bagus berikutnya.....

    BalasHapus
  2. nyuwun shared di copy kang

    BalasHapus
  3. izin copy "moga tambah barokah"

    BalasHapus
  4. Assalaamu alaikum wr.wb. Mas...adakah kitab ikhozul himam lengkap dan terjemahannya?

    BalasHapus
  5. Assalaamu alaikum wr.wb. Mas...adakah kitab ikhozul himam lengkap dan terjemahannya?

    BalasHapus
  6. Terimakasih ,semoga Alloh membalas amal kebaikan anda.

    BalasHapus
  7. Izin share Pak Ustad...Moga barokalloh, Amin.

    BalasHapus
  8. Alhamdulillah sangat bermanfaat

    BalasHapus
  9. kitab iqodzul himam sama dengan kitab diri ....terima kasih sangat sangat bagus

    BalasHapus
  10. Mohon izin ngssave/Coffy nya

    BalasHapus
  11. TERIMA KASIH BANG MUDAH2AN ALLAH MEMBERI KARUNIA....AMIIN

    BalasHapus
  12. 😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😘😘😍😍😍😍😍😍😍

    BalasHapus
  13. شكراكثيرا جزاك الله خيرا
    semoga amal ini mnjadi jariah anda manfaat dunia akherat
    aamiin Ya Mujibas saailiin

    BalasHapus
  14. Assalamualaikum Ustad, Terimakasih atas posting nya. Izin menggunakan untuk belajar. Salam

    BalasHapus
  15. Mohon ijin copy. Semoga barokah Matur nuwun. Semoga Allah SWT membalas kebaikan panjenengan dengan balasan yang berlimpah.

    BalasHapus
  16. izin copy ustad.. moga berkah ..
    maaf dari hikmah nomor 72 langsung ke hikmah nomor 81

    BalasHapus