Selasa, 18 Agustus 2015

TERJEMAH AN - NASHO IH


NASIHAT KE – 1
Kebahagiaan Hamba Tergantung pada Bobot Ketakwaannya Kepada Allah SWT.
Sahabat ku, mereka yang sering aku sebut sebagai penyandang keutamaan dan ketakwaan telah lama terkubur di bawah lapisan tanah, dan di antara akhlak mereka yang sedikit tersisa di permukaan bumi pun tersembunyi, nyaris tidak dikenal. Kini aku akan menguraikan kepada kalian sebgaina di antara ilmu yang telah dititipkan Allah SWT, kepada aku melalui tulisan ini. Aku mendapati para juru nasihat--- semoga Rhmat serta Ridha Allah atas mereka--- bersepakan bahwa kebahagiaan hamba di dunia dan di akhirat tergantung pada nilai ketakwaannya kepada Allah SWT. Dan ingatlah bahwa bukti utama ketakwaan ialah bersikap Wara” ( ialah sikap yang menghindari perbuatan dosa, dan menahan diri dari subhat dan maksiat), terhadap larangan-larangan Allah SWT, melaksanakan hudud-Nya (Hukum-Nya); dan mensucikan hati dari segala yang tidak disukai-Nya. Lalu aku juga mendapati mereka bersepakat bahwa perusak agama adalah mereka yang lancang terhadap Allah SWT. Dan ketahuilah bahwa ciri kelancangan itu adalah meninggalkan sikap wara” melampaui hudud- Allah SWT, serta getol melakukan maksiat kepada-Nya. Semoga Allah melindungi kita semua dari hal demikian.
Terjemah Kitab “AN-NASHA’IH” NASIHAT-NASIHAT “SANG SUFI” Karya: IMAM ABU ABDILLAH AL-HARITS BIN AS’AD “AL-MUHASIBI”

Sesuatu Yang Tidak Bisa Dicapai Seluruhnya Jangan Sampai Ditinggalkan Seluruhnya

Kawanku, aku merenungkan kodisi kita pada masa sekarang. Lama aku berfikir, lalu aku mendapatkan bahwa masa sekarang adalah masa-masa amat kompleks. Syariat-syariat keimanan telah berganti, pakain-pakaian ke Islaman telah terlepas, ajaran-ajran agama telah berubah, dinding-dinding hukum telah runtuh, serta kebenaran pu telah menjadi hilang sehinga penghuninya terancam binasa, kebatilah merajalela serta pengikutnya hari demi hari kian bertambah. Aku juga menemukan segala bentuk fitnah semakin saling tumpang tindih  sehingga membuat bingung orang yang berakal, hawa nafsu kian dominan, dan musuhpun makin leluasa. Jiwa-jiwa dengan kegandrungannya terhadap seklurisme tersandera oleh nafsu syahwat yang bergelantungan; keinginan rendahnya ia perturutkan, dan dunia lebih ia priorotaskan daripada akhirat. Kemudian, dengan kegemarannya terhadap kedudukan dan kemegahan, ia sangat berambisi. Pemikirannya terhalang oleh riya” sehingga butalah ia akan akhirat.

Nurani dan kondisi pada masa kita memang jauh  berbeda dengan nurani serta keadaan para salaf pendahulu kita. Telah sampai kepada kita bahwa sebagian sahabat berkata : “Seandainya salah seorang pendahulu kita yang salih dibangkitkan kembali dari kuburnya, lalu melihat pembaca-pembaca Al Qur’an, tentu tidak mau berbicara dengan mereka, dan akan berkata kepada semua orang, “mereka itu tidak beriman kepada hari perhitungan”.” Hanya kepada Allah saja aku mengeluhkan keadaan yang menimpa kita, berupa perubahan, pergantian dan pertentangan dengan “akhbar”(1) (akhbar adalah bentuk jamak dari khabar, yaitu berita-berita baik yang bersumber dari Al Qur’an maupun hadist.)
Tentang hal ini, telah sampai kepada kita Sabda Rasulullah saw. Yang mengatakan, ’Akan datang pada umat ini suatu masa ketika orang yang berpegang pada agamanya pada hari itu bagaikan menggenggam bara api”, (2) (Hadis diriwayatkan oleh Ahmad dan Tirmidzi. Juga Sabda Beliau yang berbunyi : “Orang yang tetap berpegang pada Sunnah pada saat terjadi kerusakan moralitas manusia, akan mendapat pahala seratus orang syahid.” (3) Hadis ini dikeluarkan oleh Al Bazzar, sedang Thabrani meriwayatkannya dengan lafal “Khamsina Syahida”. Hingga manakala aku menyadari bahwa bahaya benar-benar telah mengancam batas-batas agama, segala macam bentuk fitnah telah mengepung kita, sedang hawa nafsu di lingkungan kita benar-benar dipuja dan diperturutkan, aku pun sangat mengkhawatirkan bahwa agama akan tercabut secara keseluruhan. Sebab telah sampai kepada kita, hanya Allah yang lebih tahu, bahwa “Akan terjadi seseorang tercabut keimanannya sedang ia tidak menyadarinya”, Dan ada kalanya seseorang keluar dari rumahnya bersama agamanya, namun ketika pulang ia tidak lagi membawa serta agamanya sedikit pun. (4) (Hadis ini dikeluarkan oleh Ibn Abi’Ashim dalam bab tentang Zuhud dengan redaksi sedikit berbeda.

Prihatin terhadap hal demikian, aku berpandangan, sangat urgen bagi kita untuk berpedoan kepada satu di antara dua hal, yaitu : Bla kita tidak termasuk di antara orang-orang yang melaksanakan perintah Allah secara keseluruhan (utuh), tidak seharusnya kita mengabaikan apa-apa yang diperintahkan Allah kepada kita, sehingga kita akan menjadi binasa selama-lamanya. Ingat, mawas dirilah kepada Allah SWT.

Sahabatku, janganlah kalian menarik dirimu dari kebajikan seluruhnya, janganlah pula menganggap ringan perintah Allah seluruhnya, serta janganlah bersikap terang-terangan terhadap Allah dengan perilaku yang bertolak belakang dengan kehendak-Nya. Berpeganglah, meski sedikit saja di antara yang banyak, pada apa yang diwajibkan kepada kalian sekalipun ada alasan untuk meninggalkan sedikit di antara Perintah-Nya, tapi lakukanlah itu untuk menutupi kekurangan. Memang sebagian kejahatan lebih ringan bobotnya daripada yang lain, dan sedikit saja yang dipertahankan jauh lebih baik daripada hilang secara keseluruhan. Karena, telah sampai kepada kita bahwa Rasul saw. Berkata kepada para sahabat-nya : “Akan datang setelah kalian suatu golongan, jika mereka berpegang pada sepersepuluh dari apa yang diberikan kepada kalian, mereka selamat.” (5). Hadis ini gharib, diriwayatkan oleh Tirmidzi.  Ingat dan renungilah apa yang telah au katakan kepada kalian. Di sini aku hanya meringkas yang penting untuk disamppaikan, dan aku takut kepada kebinasaan bila menyia-nyiakannya. Aku berharap ampunan dari Yang Maha Mulia melalui Kemurahan-Nya.

NASIHAT KE - 3
Pangkal Bencana adalah Cinta Dunia

Sahabatku, aku mendapatkan bahwa yang menjadi pangkal setiap yang bertentangan dengan akhirat, dan yang menjadi sasaran empuk dari tipu daya setan untuk merusak umat dan menyia-nyiakan batas-batas hukum agama, aku temukan hal itu terletak pada kecinntaan terhadap dunia, kehormatan, serta kedudukannya. Ia merupakan pangkal bencana dan muara dari setiap kesalahan. Lalu, bermula dari sinilah para hamba mengabaikan hak-hak Allah dan menelantarkan humkum-hukum-Nya, berupa perintah Shalat, puasa, zakat serta seluruh kewajiban lainnya. Akibat cinta pada harta dan kemegahan, mereka berlumur dengan hal-hal yang haram dan dosa, dan merekapun menganggap remeh sebagian besar perintah Allah dan larangan-Nya. Oleh karena itu, mereka berani terang-terangan di hadapan Allah dalam melakukan penyimpangan, berani terus-menerus melakukan perbuatan dosa besar, serta berani berbuat aniaya terhadap diri sendiri, sedang mereka tidak merasakan. Padahal, sesungguhnya Rasulullah saw. Telah memperingatkan mereka akan ftnah dunia. Telah sampai kepada kita bahwa Rasululullah saw. Bersabda : “Akan datang kepada kalian sepeninggalku, sebuah dunia yang bakal menelan iman kamu, sebagaiana api menghanguskan kayu bakar”, Dalam hadis lain Rasulullah saw. Mengatakan : “Senantiasa Tuhan ku berpaling dari dunia, dan dari orang yang diperdaya serta merasa tenang kepadanya, sejak dunia itu diciptakan smpai hari kiamat.” Dan “Celakalah orang-orang yang memperbanyak harta kecuali orang yang berkata dengannya tentang hamba-hamba Allah demikian dan demikian dari arah kiri dan kanannya, tapi mereka itu hanya sedikit.”

Telah sampai kepada kita bahwa Allah SWT. Mewahyukan kepada Musa as. : “Wahai Musa, jangan sekali-kali engkau cenderung kepada cinta dunia, agar engkau tidak datang kepada-Ku dengan membawa dosa-dosa yang sangat menyulitkanmu.”  Juga telah sampai kepada kita bahwa Isa as. Berkata : “ Wahai pengikutku! Kekayaan itu memang kesenangan di dunia, tetapi kecelakaan di akhirat.Benar, bahwa orang-orang kaya merupakan tempat orang-orang mengambil muka di dunia, tetapi mereka akan diinjak-injak dengan kaki mereka di akhirat, dari depan dan dari punggung. Maka dengan kebenaran aku berkata kepada kalian : “Orang-orang kaya itu tidak akan memasuki alam kerajaan langit.”  Salah seorang salaf berkata : “Aku jatuh dari atas gedung lalu tulangku patah, itu lebih aku sukai daripada bergaul dengan orang kaya.”  Ia juga mengatakan, Kekayaan di dunia merupakan kemuliaan, tetapi di akhirat merupakan kehinaan, dan orang kaya akan monyong mulutnya dan akan mengalir air liurnya” Rasul saw. Pernah ditanya oleh seseorang : “Siapa di antara umat Mu yang jahat?Beilau saw. Menjawab : “Orang-orang kaya.”

Celakalah engkau wahai pemuja dunia! Tidakkah pernah sampai kepadamu berita tentang Musa as. Yang melewati seseorang yang sedang menangis dan ketia ia pulang orang itu masih menangis juga, beliau lantas berujar : “Ya Tuha, seorang hamba Mu menangis karena takut kepada Mu,”  Tuhan berkata : “Wahai Putra Imran, andai orang itu meninggalkan otaknya bersama air matanya lalu memohon seraya mengangkat kedua tangannya sampai keduanya berjatuhan niscaya tidak Aku ampuni dia, karena dia mencintai dunia.” Firman AllahSWT. Dalam Surat Hud ayat 15 – 16 yang tafsirnya : “Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang mereka telah kerjakan.” Demikianlah keadaan orang yang mencintai dunia, semoga Allah SWT. Melindungi kita sekalian dari kecintaan kepadanya.

Sahabatku! Ketahuilah, bahwa baik dan rusaknya umat tergantung pada baik dan rusaknya ulamanya. Dan di antara ulama itu ada yang menjadi rahmat bagi umat, sehingga berbahagialah bagi siapa yang mengikuti mereka. Namun di antara mereka ada pula yang menjadi fitnah bagi umat sehingga celakalah orang yang akrab dengan mereka. Seorang yang berilmu, bila ia beramal berdasarkan ridha dari Allah SWT. Lebih mengutamakan akhirat daripada dunia, tentu mereka itulah yang berhak menjadi Khalifah (wakil) pra Rasul as.; menjadi juru nasihat bagi hamba-hamba dan juru penerang ke jalan Allah SWT. Mereka adalah teman-teman para Nabi di atas mimbar cahaya dalam perhiasan dan berpakaian, mereka dimuliakan dan digembirakan, lalu terhadap semua keluarga, baik yang terdekat maupun yang terjauh, mereka berikan syafaat, karena ketika dibangkitkan, semua makhluk masing-msing menjadi sibuk. Maka merekalah yang menjadi rahmat Allah atas umat serta berkah-Nya atas mereka. Mereka menyeru kepada jalan kemenangan sehinga menjadi berbahagialah orang yang menyambut seruan mereka, dan memperoleh kemenangan orang meneladani mereka, dan tentu saja bbagi mereka pula pahala yang sepurna plus pahala orang yang mengikuti ajakan mereka. Terdapat beberapa riwayat yang melukiskan keadaan mereka, salah satu diantaranya ialah ucapan salah seorang tokoh tentang tafisr ayat berikut : Siapakah yang lebih baik perkatannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang salih dan berkata : “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang bererah diri” (Fushshilat : 33), Ia berkata : Ini adalah kekasih Allah, wali-Nya, hasil seleksi-Nya dan pilihan-Nya.Orang ini adalah yang paling dicintai Allah di antara penghuni bumi. Ia menyambut seruan Allah dan mengajak orang untuk menyambut seruan itu. Dan ia beramal salih dalam menyambut seruan itu seraya berkata : “Aku termasuk orang-orang muslim”.

Inilah khalifah Allah, wahai kaum! Dan ulama semacam inilah yang patut kau teladani dan kau ikuti jejaknya, mudah-mudahan engkau endapatkan kebahagiaan serta kemenangan. Hanya saja sebagian yang  lain di antara mereka masih relah terhadap dunia sebagai ganti dari akhirat. Mereka lebih mengutamakan dunia di sisi Allah mereka sangat gemar mengumpulkannya, serta berambisi untuk memperoleh kedudukan padanya. Ulama semacam ini lah yang senang diikuti oleh sebagian besar manusia sehingga banyak sekali di kalangan umat yang mendapat fitnah atas umat.

Mereka meninggalkan nasihat kepada manusia agar mereka tidak dijelek-jelekkan di tengah-tengah masyarakat. Celakalah mereka! Bagaimana mereka akan mendapatkan kebaikan di bawah ancaman dari Allah Azza wa Jalla kepada mereka? Di samping itu mereka telah menjual ilmu dengan harga yang murah. Sungguh, mereka itu merugi, dan alangkah jeleknya apa yang mereka perdagangkan itu, karena selain harus memikul dosa sendiri, ia juga harus menanggung dosa orang-orang yang mengikuti mereka, sehingga semuanya binasa dan menyebabkan binasa. Mereka itulah wakil setan, kaki tangan iblis, semoga Allah tidak memperbanyak orang seperti mereka di kalangan umat manusia. Sesungguhnya Rasulullah saw. Telah memperingatkan tentang fitnah yang ditimbulkan oleh ulama yang lebih mempriorotaskan dunia. Telah sampai kepada kita bahwa beliau saw. Bersabda : “Para fuqaha (ulama) itu pengemban amanat para Rasul selama mereka tidak menceburkan diri ke dalam urusan dunia, dan apabila mereka berbuat demikian, ragukanlah keberagamaan mereka”.

Beliau saw. Juga bersabda : Senantiasa umat ini berada di bawah tangan Allah dan di bawah lindungan-Nya selama para pembaca Al Qur’an tidak manut kepada para pejabatnya, selama orang-orang pilihan tidak memberikan restu kepada orang-orang jahatnya, dan selama orang-orang baik tidak mengisitimewakan orang-orang bejatnya. Tetapi, bila mereka melakukan itu, niscaya Allah akan mengangkat tangan-Nya dan menguasakan atas mereka orang-orang yang kejam yang bakal menindas mereka dengan seburuk-buruk siksaan.”

Beliau bersabda lagi : “Tidak terjadi kiamat sampai orang-orang terpercaya berkhianat dan para pembaca Al Qur’an menjadi fasik, mereka dihantam badai fitnah dan diliputi kegelapan sehingga mereka menjadi bingung seperti bingungnya orang-orang Yahudi di dalam gulita.” Ada yang bertanya kepada Rasulullah saw. : “Wahai Rasul! Manusia manakah yang paling buruk? Beliau saw. Menjawab : “Ya Allah, berilah ampunan, seburuk-buruk umatku ialah ulama yang buruk.” Akan datang kepada manusia suatu masa dimana masjid-masjid ramai tetapi kosong dari petunjuk. Hal demikian terjadi karena ternyata ulama mereka adalah seburuk buruk orang yang dinaungi oleh langit.”  Juga telah sampai pula kepada kita bahwa Allah SWT mewahyukan kepada Daud a. : Janganlah engkau musyawarahkan urusan mu dengan orang alim yang dimabukan oleh cinta kepada dunia, karena ia akan menjatuhkanmu dengan kemabukannya dari jalan kecintaan. Mereka itu adalah perampok-perampok atas hamba-hamba yang menginginkan-Ku.” Seorang ahli ilmua berkata : “Orang yang ditambah oleh Allah ilmunya tapi bertambah pula cintanya kepada dunia, niscaya tidak bertambah dekat jaraknya kepada Allah kecuali kian menjauh.

Sebagian ahli ilmu menyebutkan tentang pergaulan dengan para ulama. Ia berkata : “Jika engkau mau, di dalam pergaulan dengan sebagian mereka terdapat fitnah, yaitu bila di antara mereka terperdaya oleh dunia, menggemarinya dan berambisi untuk mendapatkannya. Di dalam bergaul dengan mereka terdapat fitnah yang bakal menambah kebodohan orang yang bodoh, meningkatkan kebejatan orang yang bejat, serta merusak hari orang yang beriman.” Kemudian ia berkata lagi : Ulama yang buruk itu duduk-duduk di tengah jalan menuju akhirat, dan mereka menghalang-halangi hamba-hamba dari perjalanan menuju Allah SWT. Lalu ahli ilmu itu pun menangis.

Telah sampai kepada kita bahwa Isa as. Berkata : “Ulama yang buruk berpuasa dan melaksanakan shalat, tetapi tidak mengerjakan apa yang dianjurkan kepada mereka. Mereka belajr tetapi tidak mengamalkannya. Amat jelek apa yang mereka putuskan, mereka bertobat hanya melalui kata-kata serta angan-angan, dan mereka berbuat pun dengan hawa nafsu. Kamu tiak membutuhkan mereka untuk membersihkan kotoran dari kulit dan hatimu. Dengan kebenaran aku berkata kepada kamu : “Jangan menjadi seperti ampas yang disaring di mana hikmah mengalir dari mulut-mulut kamu tapi masih tersisa kedengkian di dalam dada kamu.

Wahai pemuja dunia! Bagaimana bisa mendapatkan akhirat orang yang tidak pernah padam api syahwatnya terhadap dunia?  Tidak pernah putus keinginan dirinya? Dengan sebenarnya aku berkata : Hatimu menangis karena perbuatanmu, kalian menaruh dunia di bawah lidah dan meletakkan ilmu di bawah telapak kaki. Dengan sebenarnya aku mengatakan, kalian telah merusak akhirat kalian. Ternyata kebaikan dunia lebih kau sukai daripada kebaikan akhirat, maka siapa yang lebih merugi dari pada kamu jika kamu mengetahui! Celakalah kalian! Sampai kapan kalian tetap menghalangi orang-orang berjalan menuju cahaya, dan sampai kapan kalian berdiam di peukiman orang-orang yang bingung seakan-akan kalian menyerukan kepada penghuni dunia agar membiarkan dunia ini untuk kalian. Celakalah kalian! Apa gunanya untuk sebuah rumah yang gelap jikalau lampu penerang diletakan di atasnya, sedang di dalamnya sepi dan gelap? Maka, demikian pula, tidak berguna cahaya ilmu yang berada di mulut-mulut kalian, sedangkan di dalam diri kalian terasa kosong, gelap dan hampa. Wahai pemuja dunia! Tidak maukah kalian menjadi ulama yang mengamalkan ilmunya, menjadi hamba yang bertakwa, dan menjadi orang merdeka yang dimuliakan. Hampir-hampir dunia mencabut kamu dari akar-akarmu lalu ditutupkan kepada muka-mukamu, kemudian kamu ditelungkupkan dan kesalahan-kesalahan mu ditarik dari ubun-ubun kemudian kamu didorong dari belakang untuk diserahkan kepada Sang Raja di Hari Pembalasan dalam keadaan telanjang dan sendiri-sendiri. Lalu Raja itu memberhentikan kamu dan mendirikan kamu dalam keadaan terbuka aurat. Dan akhirnya kamu diberi balasan atas buruknya seluruh perbuatan kamu.

Sahabatku! Mereka adalah ulama-ulama jahat alias setan-setan dalam rupa manusia; mereka menjadi fitnah bagi masyarakat; mereka sangat menggemari harta benda dunia serta kedudukannya; mereka lebih mengutamakannya daripada akhirat; dan mereka pun merendahkan agama terhadap dunia. Selagi di dunia mereka sudah tercela, sedangkan di akhirat kelek, mereka merugi; atau Tuhan Maha Mulia akan memberikan ampunan melalui Kemurahan-Nya.

Aku melihat orang yang celaka, yang merugi, yang lebih mengutamakan dunia daripada akhirat, bahwa kesenangannya bercampur dengan hal-hal yang menyusahkan dirinya. Mulai dari bermacam-macam bentuk kegelisahan dan kemaksiatan sampai dengan kepada kerusakan dan kebinasaan di akhir perjalanan hidupnya. Kegembiraan yang dulu pernah dimilikinya kembali menjauhinya, tidak lagi tersisa untuk dirinya bagian dari dunianya. Dan ia pun tidak bisa diselamatkan oleh agamanya, bahkan ia memperoleh kerugian ganda di dunia dan akhirat akibat kegandrungannya kepada dunia sedang ia tidak pernah mengetahui apa yang telah ditentukan untuk dirinya, dan itulah bentuk kerugian yang nyata! Alangkah buruknya musibah itu, dan alangkah besarnya bencananya! Karena itulah mawas dirilah kepada Allah.

Sahabatku! Janganlah kamu diperdaya oleh setan dan wakil-wakilnya di antara manusia hanya karena alasan yang lemah di sisi Allah SWT. Sesungguhnya mereka itu rakus terhadap dunia lalu mencari-cari alasan untuk diri mereka.

Mereka menduga bahwa sahabat-sahabat Rasul saw. Juga memiliki harta yang banyak sehingga orang-orang terperdaya itu berlindug di balik kisah mereka tentang para sahabat supaya orang lain mentolerir usaha mereka dalam menumpuk harta. Padahal setan telah menimpakan bala atas mereka, sedang mereka tidak menyadadri!
Celakalah dirimu wahai orang-orang yang telah terkena fitnah! Sesungguhnya dalihmu mengatasnamakan harta Abdurahman bin ‘Auf itu merupakan jebakan setan yang bertutur melalui lidahmu agar dirimu celaka! Sebab, ketika engkau menyangka bahwa sahabat-sahabat pilihan itu menghendaki harta untuk kemewahan, kemuliaan dan perhiasan, sungguh engkau telah berbagi ghibah kepada mereka serta berani mengkaitkan mereka dengan perkara yang besar. Juga ketika engkau mengira bahwa mengumpulkan harta yang halal itu lebih baik dan lebih utama daripada meninggalkannya, sungguh dirimu telah melecehkan Nabi Muhammad saw. Dan para Rasul. Engkau anggap mereka itu sedikit kemauan serta bersikap zuhud terhadap kebaikan yang engkau gandrungi beserta teman-teman mu. Engkau hubungkan mereka dengan kebodohan karena tidak meu mengumpulkan harta seperti yang engkau lakukan.
Demikian pula ketika engkau mengira bahwa mengumpulkan harta yang halal itu lebih baik daripada meninggalkannya, berarti engkau menganggap Rasulullah saw. Tidak memberikan nasihat kepada umatnya karena telah melarang mereka dari mengumpulkan harta, padahal ia tau bahwa hal itu baik untuk mereka. Sungguh engkau telah menipu mereka dengan prasangka itu, pada saat Beliau melarang mereka mengumpulkan harta. Demi Tuhan langit, engkau telah mendustakan Rasulullah saw. Padahal sesungguhnya, bagi umatnya, beliau adalah juru nasihat; beliau prihatin atas nasib mereka.

Baiklah, ketika engkau mengira bahwa mengumpulkan harta halal itu adalah lebih baik dan lebih utama daripada meninggalkannya, sesungguhnya engkau telah menganggap bahwa Allah SWT. Tidak memperhatikan hamba-hamba-Nya, karena telah melarang mereka mengumpulkan harta padahal dia tau bahwa mengumpulkan harta halal itu lebih baik daripada meninggalkannya. Sungguh engkau mengira bahwa Allah SWT. Tidak mengetahui bahwa keutamaan dan kebaikan ini terletak pada mengumpulkan harta karena telah melarang memperbanyaknya. Seakan-akan dirimu lebih mengetahui tempat-tempat kebaikan dan keutaaan darupada Tuhanmu. Maha Suci Tuhan dari kebodohanmu itu!.

Wahai orang yang terfitnah! Sesungguhnya dirimu dijerumuskan oleh setan ketika ia memperindah dalihmu dengan harta sahabat. Celakalah dirimu! Tidak ada gunanya bagimu beralasan dengan harta “Abdurrahman ra. Itu, karena beliau sendiri menginginkan pada hari kiamat agar dia diberi bagian dari dunia sekedar untuk kebutuhan makanan hariannya saja. Rasulullah saw. Berssabda : Tidak seorang pun di antara manusia pada hari kiamat kelak, yang kaya dan miskin, melainkan ia menginginkan supaya diberi bagian dari dunia sekedar untuk makanan harian saja.”  

Telah sampai kepdaku bahwa ketika ‘Abdurrahman meninggal dunia, beberapa sahabat Rasul berkata : “Kami mengkhawatirkan ‘Abdurrhman pada harta yang ditinggalkannya.” Ka’ab berkata : “Subhanallah! Apa yang kalian takutkan terhadap ‘Abduurahman? Dia berusaha dengan cara baik dan menafkahkannya juga dengan baik.” Lalu hal itu terdengar oleh Abu Dzarr, dan ia pun keluar dala keadaan marah untuk menemui Ka’ab. Di tengah jalan ia melewati tulang rahang binatang, maka tulang itu pun diambilnya dan ia melanjutkan usaha mencari Ka’ab.

Ada yang membisiki Ka’ab bahwa ‘Abu Dzarr mencarinya. Maka larilah Ka’ab ke tempat ‘Utsman bin Affan, untuk mencari perlindungan dan menceritakan kepadanya tentang apa yang telah terjadi. Abu Dzarr pun terus mencarinya hingga sampai juga ke rumah Utsman Bin Affan. Tak kala Abu Dzarr masuk ke dalam rumah, berdirilah Ka’ab berlindung di balik Utsman bin Affan karena ketakutan. Lalu Abu Dzarr berkata kepadanya : “Wahai putera yahudi! Engkau kira tidak akan terjadi apa-apa dengan harta yang ditinggalkan “Aburrahman!

Suatu hari Rasulullah saw. Keluar dari Masjid Madinah menuju Uhud dan aku bersamanya, beliau berkata : “Wahai Abu Dzarr.” Aku menjawab : “Labaika ya Rasulullah. Orang yang banyak harta adalah orang yang paling miskin di akhirat kelak kecuali orang yang berkata demikian dan demikian dari arah kanan dan kiri, depan dan belakangnya, tapi mereka itu hanya sedikit.” Kemudian beliau berkata : “Wahai Abudzarr!” Aku menjawab : “Ya, ya Rasulullah.” Beliau melanjutkan : “Tidaklah menyenangkan bagiku andai aku memiliki emas sebessar gunung Uhud, yang aku nafkahkan di jalan Allah, lalu aku mati sedangkan pada saat aku mati itu aku masih menyimpan dua qirath.” Kemudian beliau menyambung lagi : “ Wahai Abu Dzarr! Engkau mau yang lebih banyak sedangkan aku mau yang lebih sedikit.” Rasulullah saw. Menginginkan ini sedangkan dirimu, wahai putera Yahudi, bilang tidak apa dengan harta ‘Abdurrahman. Engkau telah berdusta dan berdusta pula orang yang mengucapkan ucapan seperti ini.” Tidak hilang rasa takut Ka’ab sampai Abu Dzarr pergi.

Telah sampai kepada kami cerita tentang Abdurrahman bin ‘Auf, ketika ia kedatangan rombongan kafilah membawa barang-barang miliknya dari Yaman, sehingga seisi kota Madinah pun menjadi gempar. A’isyah ra. Bertanya : “Apa yang terjadi? Lalu dikatakan kepadanya bahwa rombongan kafilah ‘Abdurrahman telah tiba di Madinah. Spontan ia mengucapkan : “Benarlah Allah dan Rasul-Nya.” Hal ini sampai kepada ‘Abdurrahman, lalu ia pun bergegas mendatangi A’isyah dan bertanya kepadanya. A’isyah menjawab : “ Aku mendengar Rasulullah saw. Bersabda : “Aku melihat surga dan aku melihat orang-orang miskin dari golongan Muhajirin. Orang-orang Muslim pun memasuki dengan bergegas namun aku tidak melihat seorangpun di antara orang-orang kaya yang memasukinya kecuali dengan cara merangkak. Mendengar itu, ‘Abdurrahman lantas berujar : “ Aku menjadikan Allah sebagai saksi bahwa sluruh kafilah ini berikut barang-barangnya untuk jalan Allah, sedangkan seluruh budak-budaknya merdeka, semoga aku memasukinya bersama mereka dengan bergegas.”

Telah sampai kepada kami bahwa  Rasulullah saw. Pernah berkata kepada ‘Abdurrahman bin Auf, “Adapun dirimu adalah orang pertama masuk surga diantara orang-orang kaya dari umat ku, dan hampir saja engkau tidak memasukinya kecuali dengan cara merangkak.

Celakalah dirimu wahai orang yang terperdaya! Apakah alasanmu tentang harta, padahal ‘Abdurrahman bin ‘Auf dengan keutamaannya, ketakwaannya, perbuatan makrufnya, pengeluarannya di jalan Allah, perssahabatannya dengan Rasulullah saw. Dan berita gembiranya bahwa ia akan masuk surga, tetapi ia harus bertahan lebih dahulu di padang mahsyar, di tengah situasi yang sangat mencekam, hanya gara-gara harta yang ia peroleh secara halal demi untuk menjaga kesucian dirinya; untuk erbuatan makrufnya, untuk nafkahnya yang tidak pernah berlebih-lebihan, untuk pengeluarannya di jalan Allah secara sukarela. Hanya karena ini terpaksa ia tidak bisa bergegas menuju surga bersama orang-orang miskin dari golongan Muhajirin. Kelak ia hanya bisa beringsut-ingsut jauh di belakang mereka. Nah, bagaimmana menurut dugaanmu terhadap orang-orang semacam kita yang senantiasa timbul tenggelam di dalam danau fitnah dunia?

Amat mengherankan terhadap dirimu wahai orang yang terperdaya! Sementara anda yang bergumul dalam kubangan syubhat dan haram, yang bersemangat dalam memungut kotoran-kotoran manusia. Yang tidak memperdulikan apa yang didapatkan dala, usaha anda, yang bergelimang dalam kesyubhatan, perhiasan dan kemegahan, yang terperangkap dalam tipu daya dunia, masih saja sempat berdalih dengan ‘Abdurrahman bin ‘Auff dan hartanya, sesungguhnya sahabt juga dulunya berbuat demikian. Seolah-olah anda menganggap orang-orang salaf tersebut beserta tindakannya menjadi syubhat pula! Celakalah dirimu, karena anggapan demikian termasuk analogi iblis juga termasuk di antara fatwa-fatwanya yang ia bisikan kepada pengikut-pengikutnya.

Berikut aku akan membeberkan kepada dirimu tentang keadaanmu yang sebenarnya dan keadaan para salaf dahulu, agar engkau menyadari keburukanmu sekaligus akan mengerti tentang keutamaan para sahabat dengan harta benda mereka, yang diinginkan untuk menjaga kesucian dan dieluarkan pada jalan Allah. Mereka berusaha dengan cara yang halal, memakan yang baik, mengeluarkan secara ekonomis, memprioritaskan keuramaan, tidak pernah menahan hak orang lain darinya, dan tidak bersifat kikir dengannya. Mereka berlaku dermawan dengan sebagian besar harta tersebut, bahkan di antara mereka ada yang mendermakan seluruhnya. Terlebih lagi dalam keadaan sulit, justru lebih mereka utamakan daripada diri mereka sendiri, Nah, apakah demikian pula sikapmu? Demi Allah, sungguh dirimu sangat jauh dari menyerupai mereka.

Sahabat-sahabat pilihan tersebut lebih menyukai hidup dalam kemiskinan. Mereka aman dari rasa takut miskin; dengan Allah dan ketentuan-Nya mereka bersuka cita; terhadap bala ...mereka menerima; dalam kelapangan mereka bersyukur; dalam kesusahan mereka bersabar; dalam senang mereka memuja; kepada Allah mereka tawadhu; terhadap kedudukan dan kemegahan mereka bersikap wara’. Mereka tidak mencari dunia kecuali hanya bagian yang diperbolehkan untuk mereka, dan merekapun merasa puas dengan berkecukupan (sekedar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari)Mereka mengharapkan dunia namun mereka rela menjadikannya sebagai pinjaman. Mereka memutuskan perkaranya sekaligus. Mereka bersabar terhadap hal-hal yang tidak menyenangkan darinya, mereka menelan pahitnya, dan berlaku zuhud terhadap kenikmatan dan kesenangannya. Maka, Demi Allah, apakah demikian sikapmu?

Telah ssampai kepda kami bahwa bila dunia menghampiri mereka, mereka berduka seraya meratap, “Ini merupakan sebuah dosa yang disegerakan pembalasannya.” Namun bila kemiskinan yang mendera mereka, mereka mengucapkan : “Selamat datang simbul orang-orang saleh.”

Juga telah sampai pula kepada kami, bahwa di antara mereka jika memasuki pagi hari dan mendapat makanan di dalam keluarganya, ia lantas menjadi sedih dan murung. Namun jika tidak mendapatkan apa-apa ia malah senang dan gembira. Padahal kebanyakan orang tidak demikian. Bila mereka tidak mendapatkan sesuatu untuk keluarganya, mereka bersedih. Sebaliknya, bila ada justru bergembira, dan engkau tidak demikian. Ia menjawab : “Bila aku memasuki pagi hari sedang di keluargaku tidak memiliki apa-apa, aku gembira karena dengan demikian aku memiliki kesempatan untuk menjadikan Muhammad saw. Sebagai teladan. Tetapi apabila memasuki pagi, aku mendapatkan sesuatu untuk keluarga, aku besedih, karena hari itu aku tidak memperoleh kesempatan untuk menjadikan beliau sebagai teladan.

Berikut ini, telah sampai pula kepada kami, bahwa bilamana berada dalam kemakmuran, mereka merasa prihatin dan meratap, “Apa yang terjadi dengan kami di dunia ini? Dan apa yang dimaui dengannya? Seolah-olah ketika itu mereka berada dalam suasana ketakutan.
Sebaliknya, bila berada dalam keadaan serba kekurangan, mereka malah merasa senang dan berkata, “ Sekarang Tuhan kami telah membuat perjanjian kepada kami.” Kemudian di antara sebagian mereka ada pula yang berkata : “Hari yang menyenangkan hatiku,” Seorang sahabat berkata : “Hari yang menyenangkan untuk ku adalah ketika ada yang bilang bahwa tidak ada apa-apa di rumah, tidak ada dinar, tidak ada dirham, juga tidak ada makanan, sebab bila Allah SWt. Menyukai seorang hamba, ia akan mengujinya, “ Demikian keadaan dan sikap orang-orang terdahulu, padahal sesungguhnya keutamaan mereka jauh dari sekedar yang telah kusebutkan tadi. Maka, Demi Allah, demikiankah keadaanmu? Demi Allah, sungguh sangat jauh kemiripanmu dengan mereka!
Lalu, sekarang aku akan membuka kedokmu wahai orang yang terperdaya! Sungguh keadaanmu sangat bertolak belakang dengan keadaan mereka, orang-orang salaf. Hal demikian terjadi karena engkau sering melampaui batas ketika kaya, berlaku sombong ketika lapang, bersuka ria di kala senang, lupa bersyukur terhadap nikmmat,frustasi di kala susah, benci bila ditimpa bala, dan tidak bisa menerima ketentuan Tuhan. Engkau membenti kefakiran dan menghindar dari kemiskinan, padahal keadann tersebut merupakan kebanggaan orang-orang Muslim, sedangkan dirimu malah menjauhinya.
Engkau sengaja menumpuk harta karena takut miskin. Padahal perbuatan demikian, cerminan dari buruk sangkamu kepada Allah dan kurang yakinmu kepada jaminan-Nya. Kiranya cukuplah sikapmu itu sebagai dosa, terlebih lagi bila engkau menumpuk harta itu untuk kesenangan, kemewahan, keinginan dan kenikmatan dunia. Rasulullah saw. Bersabda : “Seburuk-buruk umatku, mereka yang diberi makan dengan kemewahan, lalu tubuh mereka tumbuh darinya.
Seorang ahli ilmu berkata : “Akan datang pada hari kiamat kelak sekelompok orang yang menuntut kebaikan untuk mereka, lalu dikatakan kepada mereka : “Kamu telah menghabiskan rezkimu dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya .” (QS. Al-Ahqaf :20). Ternyata dirimu berada dalam kelalaian.
Engkau telah dicegah untuk menadapatkan kenikmatan akhirat lantaran kenikmatan dunia, maka alangkah besar  penyesalan dan kecelakaan itu! Benar, barangkali engkau mengumpulkan harta demi kemegahan, kebanggaan dan perhiasan di dunia, padahal telah sampai kepada kami bahwa siapa yang mencari dunia untuk bermegahan dan berbangga dengannya, kelak ia akan berjumpa dengan Allah, dan Allah dalam keadaan marah kepadanya, sedangkan engkau tidak merasa terancam dengna kemarahan Allah yang bakal menimpamu ketika menginginkan  kemegahan dan kemewahan itu.
OK. Barangkali menetap di dunia ini lebih engkau sukai daripada berpindah ke haribaan Allah Azza wa Jalla, dan engkau tidak suka untuk bertemu dengan Allah, padahal Allah lebih tidak suka untuk bertemu dengan mu. Engkau tetap berada dalam kelalaian, bahkan barangkali engkau akan meratapi kehilangan kesempatan mu untuk meraih mata benda di dunia itu \.
Rasulullah saw. Bersabada : “Siapa yang menyesali dunia yang luput darinya, ia mendekati api neraka sejauh seribu tahun perjalanan.” Nah, engkau sangat menyesali sesuatu yang luput darimu  tanpa merasa terancam dengan kedekatanmu kepada siksaan Allah SWT. Benar, barangkali engkau kadang-kadang harus keluar dari agama mu demi untuk memenuhi keinginan duniawimu, lalu engkau bersuka cita terhadap dunia yang menghampirimu dan hatimu pun senang kepadanya.
Dalam  sebuah hadis, Rasulullah saw. Bersabda : Siapa yang menyukai dunia dan itu menyenangkannya, hilanglah rasa takut akan akhirat dari hatinya.” Salah seorang Ulama mengatakan : “Engkau akan diperhitungkan lantaran kesedihanmu, juga akan diperhitungkan lantaran kegembiraan mu terhadap dunia tat kala engkau mampu meraihnya.”
Siapa yang menyukai dunia, dan hal itu menyenangkannya, tercabutlah kekhawatiran terhadap hari akhirat dari hatinya. Egnkau bersukaria terhadap duniamu, sementara kau lepaskan kekhawatiran terhadap Allah. Baik, barangkali kepandaianmu pada dunia lebih berlipat daripada perhatianmu pada urusan akhirat; barangkali musibah yang menimpamu karena maksiat lebih ringan menurutmu daripada musibah berkurangnya dunia. Baik, barangkali kekhawatiran terhadap kehilangan harta barangkali lebih belipat daripada kekhawatiranmu terhadap dosa. Barangkali engkau mengeluarkan untuk orang lain sesuatu yang engkau kumpulkan dari kotoran yang tercemar demi kedudukan dan kemuliaan dunia; Barangkali engkau rela orang-orang lain menerima murka Allah agar berbuat baik kepadamu, menghargai dan memuliakanmu. Celakalah dirimu! Seakan-akan penghinaan Allah terhadapmu pada kari kiamat tidak berarti bagimu dibanding penghinaan manusia terhadapmu di dunia. Barangkali engkau menyembunyikan keburukanmu di mata manusia dan engkau tidak merasa terancam dengan pengetahuan Allah terhadap hal itu, seakan-akan tercemarnya namamu di sisi Allah tidak berarti bagimu daripada tercemarnya namamu di mata manusia; seakan-akan makhluk lebih tinggi nilainya di matamu daripada Khaliq. Maha Suci Allah dari kebodohanmu.
Celakalah dirimu! Masih ada sisa-sisa keburukan lainnya yang belum pernah disandang oleh dirimu dan bagaimana engkau akan berkata di hadapan orang-orang yang berakal. Padahal aib itu ada pada dirimu, dan dirimu berlumur dengan  kotoran namun masih ingin berdalih dengan harta orang-orang yang suci. \
Amatlah jauh kemiripanmu dengan orang-orang salih terdahulu! Demi Allah sesungguhnya telah sampai kepadaku bahwa mereka dalam hal yang di halalkan, lebih zuhud daripada kamu dalam hal yang di haramkan. Sesuatu yang tidak apa-apa menurutmu, merupakan bencana bagi mereka. Kesalahan kecil mereka pandang lebih besar daripada kamu dalam memandang dosa besar. Sebaik-baik dan sehalal-halal harta menurtmu adalah bagaikan yang subhat di antara harta mereka. Engkau prihatin terhadap kejahatan sebagaimana mereka prihatin terhadap kebaikan mereka karena khawatir tidak diterima. Puasamu bagaikan berbukanya mereka, kesungguhanmu dalam beribadah bagaikan masa reses dan waktu tidur mereka, bahkan seluruh kebaikanmu setara dengan satu dari kebaikan mereka.
Salah seorang sahabat berkata : “Keuntungan para shiddiqin (Orang-orang yang benar dan jujur) adalah sesuatu yang luput dari dunia mereka, sedangkan kebutuhan mereka adalah sesuatu yang dijauhkan dari mereka, sedangkan kebutuhan mereka adalah adalah sesuatu yang dijauhkan dari mereka di antara dunia. Maka siapa yang tidak demikian keadaannya, tidaklah ia bersama mereka di dunia, apalagi di akhirat.” Subhanallah! Berapa jauh perbedaan antara dua golongan tersebut! Golongan bersama sahabt pilihan yang  mencari ke dudukan di sisi Allah dan golongan bersama kalian dalam kelompok orang-orang yang rendah. Semoga Allah Yang Maha Mulia memberikan ampunan dengan Karunia-Nya.
Apabila engkau mengira bahwa dirimu meneladani para sahabat dalam menumpuk harta untuk menjaga kesucian dan mengeluarkannya di jalan Allah, coba renungkanlah terlebih dahulu urusanmu itu! Celakalah dirimu, masih bisakah kita Ataukah engkau mengira bahwa engkau berhati-hati dalam mencari yang halal sebagaimana yang mereka lakukan? Padahal telah sampai ke padaku bahwa di antara sahabat ada yang mengatakan, “Kami meninggalkan tujuh puluh pintu dari yang halal karena khawatir akan jatuh kepada salah satu pintu yang haram”. Saudara ku! Adakah kewaspaadaan seperti ini dalam dirimu? Tidak, demi Tuhan Ka’bah, aku tidak mengira ada hal demikian pada dirimmu? Oleh karena itu, yakinah bahwa mengumpulkan harta dengan tujuan untuk berbuat baik adalah jebakan setan yang akan menggiringmu. Lantaran kebaikan itu, kepada usaha syubhat yang berbaur padanya antara yang batil dan yang haram.”
Wahai orang-orang yang terperdaya, tidakkah engkau mengetahi bahwa kekhawatiranmu akan tercebur ke dalam syubhat lebih utama dan lebih mulia nilainya di sisi Allah daripada berusaha dalam syubhat dan mengeluarkannya di jalan Allah dan di jalan kebaikan.
Aku mendengar seorang ahli ilmu berkata :  “Engkau meninggalkan satu dirham karena khawatir bahwa hal itu tidak halal, lebih baik bagimmu daripada engkau bersedekah dengan seribu dinar dari barang yang syubhat, yaitu yang tidak engkau ketahui apakah barang tersebut bagimu halal atau tidak.”
Kemudian, jika engkau mengira bahwa dirimu adalah paling bertakwa dan paling Wara’ untuk terjerumus ke dalam syubhat, dan engkau mengumpulkan harta halal berdasarkan dugaanmu untuk dikeluarkan di jalan Allah, celakalah dirimu bia menduga demikian sehingga merasa tidak akan diajukan untuk perhitungan (hisab). Karena sesungghnya para sahabat pilihan sangat takut terhadap pertanyaan ketika hisab.
Telah sampai kepada kami bahwa di antara mereka ada yang berkata : “Tidaklah menggemberikan ku kalau aku mendapatkan hasil dari usahaku setiap hari sebanyak seribu dinar dari barang yang halal, lalu aku nafkahkan dalam ketaatan kepada Allah dan usaha tersebut tidak menghalangiku melakukan shlata jamaah!.” Orang-orang berkata, kenapa demikian, mudah-mudahan Allah mengaisihimu? Ia menjawab : “Karena au tidak besa lepas dari suaru maqam pada hari kiamat, sehingga Allah SWT. Bertanya : “Hambaku, darimana usahamu ini dan di mana engkau nafkahkan?” Mereka itu orang-orang yang bertakwa yang berada dalam meliu Islami yang utuh, sedangkan barang yang halal tersedia buat mereka, tapi mereka meninggalkan harta karena malu akan di hisab, sebab khawatir bahwa kebaikan harta mereka tidak bisa menutupi keburukannya. Adapun dirimu saat ini berada di tengah-tengah sampah umat, dan barang yang halal di masamu sangat langka, dan engkau memperebutkan kotoran-kotoran, lalu engkau mengira bahwa dirimu mengumpulkan harta yang halal! Celakalah dirimu! Di mana barang yang halal itu sehingga engkau bisa mengumpulkannya?
Walaupun harta yang halal tersedia di hadapanmu, namun apakah engkau tidak takut hatimu akan berubah ketika telah menjadi kaya? Karena, telah sampai kepada kami, bahwa di antara sahabt ada yang mendapatkan harta warisan yang halal, lalu ia meniggalkannya sebab khawatir itu akan merusak hatinya. Maka apakah engkau berkeyakinan bahwa hatimu lebih terpelihara daripada hati para sahabat sehingga engkau tidak menyimpang sedikitpun dari kebenaran dalam urusan dan keadaanmu. Maka jika engkau menduga demikian, sesungguhnya engkau telah berbaik sangka terhadap nafsumu yang selalu menyruh kepada keburukan. Celakah dirimu! Aku di sini hanya sekedar memberi nasihat.
Au berpandangan, alangkah baiknya jika engkau merasa puas dengan berkecukupan dalam kebutuhan se hari-hari dan engkau tidak mengumpulkan harta demi perbuatan baik sehingga engkau tidak perlu diajukan pada hari hisab. Sebab telah sampai kepada kami, bahwa Rasulullah saw. Bersabda :“Siapa yang diseldiki secara mendalam ketika hisab, ia akan disiksa.” Tertulis dalam Kitab Ihya, sebuah hadits yang berbunyi : “Seorang laki-laki dihadapkan pada kiamat, ia yang telah mengumpulkan harta dengan cara yang haram dan mengeluarkannya pada jalan yang haram pula, maka dikatakan , ‘Bahwa ia ke neraka. ‘Kemudian dihadapkan pula seorang laki-laki yang mengumpulkan harta secara halal tapi ia memngeluarkannya pada hal yang haram, maka dikatakan, ‘ Bahwa ia ke neraka, ‘Berikutnya dihadapkan pula seorang laki-laki yang telah berusaha secara halal dan mengeluarkannya pada jalan yang halal, maka dikatakan kepadanya ‘Berhenti dulu! Barangkali lantaran mencari harta itu engkau melalikan sesuatu yang telah Aku wajibkan kepadamu, pada shalat umpamanya, engkau tidak melaksanakannya tepat waktu, atau sedikit engkau anggap remeh pada ruku, sujud dan wudhunya.
Laki-laki itu menjawab : “Tidak, ya Tuhan, aku berusaha dengan baik dari yang halal dan mengeluarkannya secara halal, juga tidak melengahkan sedikit pun di antara apa yang Engkau wajibkan kepadaku. ‘Kemudian dikatakan lagi kepadanya, ‘Barangkali engkau pernah menyoombongkan diri dengan kendaraan atau dengan pakaianmu, atau apapun yang engkau merasa bangga dengannya, ‘Ia menjawab : “Ya Tuhan ku, aku berusaha secara baik dari yang halal dan mengeluarkannya secara halal, tidak melakukan apa yang Engkau wajibkan kepadaku, juga tidak menyombongkan diri atau merasa bangga dengannya, ‘Lalu dikatakan lagi kepadanya, ‘Barangkali engkau pernah menahan hak orang lain yang telah Aku suruh dirimu untuk memberikan kepadanya baik dari kerabatmu, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan orang-orang musafir, ‘Ia menjawab : “Tidak, ya Tuhanku, aku telah berusaha secara baik dari yang halal dan mengeluarkannya secara halal, tidak melalaikan sedikitpun di antara apa yang telah Engkau wajibkan kepadaku, tidak menyombongkan diri dan tidak pula merasa bangga serta tidak menahan hak orang lain yang telah engkau perintahkan kepadaku untuk memberikan kepadanya, ‘Lalu orang-orang tadi di datangkan dan berdebat dengannya. Mereka berkata, ‘YA Tuhanku, Engkau telah memberinya, menjadikannya kaya, menempatkannya di tengah-tengah kami dan menyuruhnya untuk memberi kami. ‘Maka jika orang ini benar-benar memberikan hak mereka, tidak melalaikan kewajibannya, tidak sombong dan berbangga, akan dikatakan kepadanya, Tunggu dulu! Sekarang hadirkan kesyukkuranmu terhadap satu nikmat yang telah aku karuniakan kepasamu, baik dari makanan, minuman, tegukan atau kelezatan. ‘Dan laki-laki itu terus ssaja ditanyai..” Nah, celakalah dirimu, siapa yang berani untuk diajukan dalam sidang pengadilan seperti ini, dihujani pertanyaan bertubi-tubi kecuali orang yang tertipu dan terperdaya sepertimu!.
Celakalah diirmu! Interogasi seperti tadi diajukan kepada seseorang yang selalu konsisten dalam mencari yang halal, yang selalu menunaikan  hak-hak dengan hartanya, dan senantiasa melaksanakan kewajiban sesuai dengan batasan-batasannya, namun dia harus dihisab dengan hisab seperti itu. Lantas bagaimana menurutmu orang-orang seperti kita yang senantiasa timbul tenggelam dalam fitnah dunia; dalam lumpurnya; dalam syubhat dan perhiasannya. Celakalah engkau, karena interogasi semacam inilah maka orang-orang bertakwa enggan berurusan dengan dunia. Mereka merasa cukup dengan pemenuhan kebutuhan sehari-hari, berusaha mengerjakan kebajikan yang lain tanpa perlu susah payah mencari harta.
Maka hendaknya dirimu menjadikan orang-orang pilihan tersebut sebagai teladan. Tetapi jika dirimu merasa enggan untuk melakukan hal demikian dan tetap mengira bahwa engkau sudah berada pada batas optimal dalam wara’ dan takwa, bahwa tidak mencari harta kecualli dari barang yang halal dengan dugaanmu bahwa hal itu untuk menjaga kesucian dan untuk pengeluaran di jalan Allah, engkau yakin bahwa sedikit pun engkau tidak menegeluarkan harta halal kecuali dengan benar, juga hatimu sedikitpun tidak berubah dari hal-hal yang disukai oleh Allah SWT. Dan tidak membenci-Nya, baik secara rahasia maupun terang-terangan, bahkan selalu merasa takut, dan jika memang demikian adanya dirimu, tetapi engkau pasti tidaklah demikian, namun bagaimanapun keadaanyya yang penting engkau harus bersikap rela terhadap berkecukupan dan berusaha menghindari pemilik harta bila mereka ingin melibatkanmu. Lalu berusaha bergabung dengan rombongan pertama, yaitu rombongan Muhammad saw. Tanpa perlu ada kekhawatiran bakal tertahan untuk diperhitungkan. Tentulah mencari selamat atau celaka.
Telah sampai kepada kami bahwa Rasulullah saw. Berssabda : “Para fakir miskin dari golongan Muhajirin lebih dahulu masuk surga daripada orang-orang kaya di antara mereka, selama lima puluh ribu tahun.” Beliau juga mengatakan : “Adapun pemilik harta, mereka bakal menemui kesulitan berupa penahanan, dan akan mengalami haus sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah”. Hadis lain berbunyi : “Orang-orang miskin dari kaum yang beriman memasuki surga sebelum orang-orang kaya, mereka bersenang-senang dan memakan makanan, sedang yang lain masih merangkak dengan lutut mereka, maka Allah SWT. Berkata : “Di sana ada orang-orang yang aku kehendaki sebelum kamu, kalian adalah pemimmpin dan pejabat, maka, tunjukanlah kepada Ku apa saja yang telah kalian perbuat dengan sesuatu yang telah Aku berikan kepada kalian.” Salah seorang ahli imu berkata : “Tidaklah menggembirakanku walau aku memiliki Humran Ni’am (kiasan untuk kenimkmatan yang besar), sedang aku tidak bisa bergabung dengan rombongan pertama bersasma Muhammad saw. Dan kelompoknya.
Wahai kaum yang mengkhawatirkan hisab! Raihlah kesempatan bersama orang-orang yang ringan beban hisab-nya dalam rombongan orang-orang Muslim, serta takutlah bila terlambat dan terpisah dengan rombongan Rasulullah saw. Sebagaimana takutnya orang-orang yang bertakwa.
Diceritakan bahwa seorang sahabat merasa haus lalu ia minta minum, maka didatangkanlah kepadanya segelas air dan madu. Ketika ia mengambil air itu dan meneguknya, ia pun terseduh kemudian menangis dan menangis. Lalu ia berusaha mengusap air mata dari wajahnya dan hendak berbicara, tapi ia kembali menangis. Ketika tangisannya kian menjadi-jadi seorang bertanya kepadanya, apakah tangisan itu lantaran iar tadi? Ia menjawab : “Benar! Tat kala suatu hari aku duduk bersama Rasulullah saw. Dan tidak ada orang lain bersama beliau ketika itu selain diriku, beliau memertahankan dirinya dan berseru :  “Menyingkirlah dariku” Aku bertanya kepadanya : “Demi dirimu, maka siapakah gerangan yang engkau ajak bicara? Beliau menjawab : “Itulah dunia yang tampil di depanku dengan corak dan keindahannya, yang berkata kepadaku : Wahai Muhammad, raihlah aku! Maka aku katakan kepadanya : “Menyingkirlah dariku!” Lalu ia berkata lagi :”Jika engkau selamat dariku, wahai Muhammad, sesungguhnya tidak akan selamat dariku orang-orang sesudahmu.
Wahai kaum, orang-orang pilihan itu tidak menangis kecuali takut bila terputus hubungan dengan Rasulullah saw. Hanya lantaran meminum air yang halal. maka celakalah dirimu yang bergelimang dengan kenikmatan dan syahwat yang sulit untuk dikatakan terbebas dari usaha haram dan syubhat, padahal engkau tidak merasa khawatir akan terputus hubungan dengan Rasul saw. Alangkah bodohnya kebodohan mu itu!
Sungguh malang nian nasibmu, bila engkau tercecer dari rombongan Muhammad saw. Pada hari kiamat. Pasti engkau akan menyaksikan suatu peristiwa dahsyat yang membuat malaikat dan nabi-nabi bergidik melihatnya.
Bila engkau lengah dari mengejar rombongan itu, pasti engkau akkan mengalami masa yang panjang untuk menyusulnya. Bila engkau menghendaki harta yang berlimpah pasti engkau akan mengalami sulitnya hisab. Bia engkau tiidak merasa puas dengan yang sedikit pasti engkau mengalami masa penantian rintihan dan ratapan yang amat panjang. Bila engkau rela dengan keadaan orang-orang yang tertinggal, pasti engkau akan terputus hubungan dengan golongan kanan, dengan Rasul Tuhan Semesta Alam, dan engkau akan sangat terlambat untuk menikmati karunia orang-orang yang diberi kenikmatan,\. Dan bila engkau bersebarangan dengan sikap orang-orang yang bertakwa, pasti engkau akan bersama orang-orang yang tertahan dalam situasi yang mencekam di Hari Pembalasan.
Celakalah dirimu, renungkanlah apa yang engkau dengar! Maka jika engkau mengira bahwa dirimu juga seperti orang-orang salaf pilihan, merasa puas dengan sekedar bisa makan sehari-hari, bersikap zuhud terhadap yang halal, menafkahkan harta benda lebih engkau utamakan daripada diri sendiri, tidak khawatir akan kemiskinan, tidak menumpuk harta untuk hari esok, tidak menyukai harta berlimpah dan dan kekayaan, rela dalam kefakiran, gembira dengan yang sedikit dan kemiskinan, senang dengan kerendahan dan kesederhanaan, benci kedudukan dan ketinggian, engkau merasa kuat dalam urusanmu, dan tidak berubah dari petunjuk, sesungguhnya engkau telah melakukan hisab terhadap dirimu di dunia. Engkau telah menjalankan semua urusanmu sesuai dengan yang telah disetujui oleh keridhaan ALLAH SWT. Engkau tidak akan ditahan untuk diinterogasi dan tidak akan di hisab, dan orang sepertimu termasuk di antara orang-orang yang takwa.
Hanya saja engkau masih berpikiran bahwa engkau mengumpulkan harta yang halal untuk pengeluaran di jalan Allah. Maka, celaka dirimu, wahai orang yang terperdaya! Renungkanlah! Permasalahanmu dan perbaikilah pandanganmu! Tidakkah engau mengetahui bahwa menghindari kesibukan dengan harta serta mengosongkan hati untuk berzikir, mengingat menyebut, berpikir dan merenung tentu lebih selamat untuk agama, lebih memudahkan untuk hisab, lebih meringankan pertanyaan ketika diinterogasi, lebih merasa aman dalam menghadapi dahsyatnya peristiwa kiamat, lebih memperbanyak pahala dan lebih meninggikan nilaimmu di sisi Allah SWT, dalam keadaan berlipat-lipat.
Salah seorang sahabt berkata : “Andaikan seseorang di dalam sakunya memiliki sejulah uang dinar yang diinfakannya, sedang yang lain berzikir kepada Allah SWT. Niscaya yang berzikir itu lebih utama.”
Diceritakan bahwa salah seorang ulama ditanya tentang orang yang mencari harta untuk dikeluarkan dalam kebajikan, ia menjawab : “Meninggalkannya justru lebih baik.” Seorang Tabi’in pilihan ditanya tentang dua orang, salah seorang di antaranya mencari harta yang halal dan ia mendapatkannya, lalu dengannya ia menghubungkan tali silaturrahmi dan diperuntukannya untuk dirinya, sedangkan yang lain menjauh tidak mau mencarinya dan tidak mau menerimanya, maka yang mana di antara mereka yang lebih utama? “Demi Allah, jauh sekali antara keduanya, yang menghindar lebih utama, perbedaannya sama dengan antara timur dan barat,” Jawabnya.
Lebih baik bagimu untuk menyerahkan dunia kepada orang yang mengejarnya. Sedangkan bagimu sekarang adalah menjauhi kesibukan dengan harta supaya lebih menyegarkan untuk tubuhmu, mengurangi kecapaianmu, menyenangkan untuk hidupmu, memuaskan hatimu, mengurangi kegundahan dan kegelisahanmu. Maka atas dasar apa engkau mengumpulkan harta kalau meninggalkannya dapat membuatmu lebih utama daripada orang yang mengejarnya untuk tujuan kebajikan.
Benar, kesibukanmu dengan mengingat Allah lebih utama untuk mu daripada mengeluarkan harta di jalan-Nya, sehingga berkumpulah pada dirimu kesenangan dunia serta keselamatan serta keutamaan di akhirat.
Baiklah, seandainya mengumpulkan harta untuk kebajikan itu lebih utama daripada menjauhinya, pastilah kami didahului oleh Nabi Muhammad saw. Terhadap keutamaan dan kebaikan yang kamu kira terdapat dalam pencarian harta itu. Akan tetapi, Rasulullah saw. Mengetahui betul bahwa ridha Allah SWT. Terletak pada sikap menghindari dunia, maka dari itu jauhilah oleh mu.
Diceritakan dari Rasulullah saw. Bahwa beliau bersabda : “Aku didatangi oleh Jibril as. Yang membawa kunci perbendaharaan bumi. Maka demi dzat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, aku tidak mengulurkan tangan kepadanya.” Dalam hal ini, seorang sahabt berkomentar, andaikata beliau mengeahui bahwa di situ ada kebaikan, pastilah beliau saw. Mengulurkan tangannya.
OK, andaikata dalam pengumpulan harta itu terdapat keutamaan yang besar, pastilah demi keutamaan akhlak engkau harus meneladani Nabi Muhammad saw. Karena dengannyalah Allah memberinya petunjuk, sekaligus kau harus pula menerima pilihan beliau saw. Untuk dirinya, yaitu menghindari dunia. Rasulullah saw. Bersabda : “Apalah bagiku dan bagi dunia, tidaklah aku dan dunia ini melainkan seperti seorang musafir yang menunggangi kendaraannya lalu berteduh di bawah sebatang pohon kemudian ia berangkat lagi meninggalkannya.”
Dalam sebuah doanya beliau saw. Berkata : “Ya Allah hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, matikanlah aku dalam keadaan miskin, dan kumpulkan aku bersama orang-orang miskin, janganlah engkau campurkan aku bersama orang-orang kaya.” Dan dalam doanya yang lain beliau saw. Berkata :”Ya Allah, jadikanlah rezeki keluarga Muhammad sekedar memenuhi kebutuhan.”
Celakalah dirimu! Apakah kalian mengira bahwa Muhammad saw, itu bodoh sehingga memilih alternatif ini untuk dirinya? Tidak!!! Demi dzat yang telah memuliakannya dengan risalah, tidaklah beliau memilih suatu alternatif ini untu dirinya, melainkan pada perkara yang lebih utama dan lebih tinggi nilainya. Maka, ridhailah untuk dirimu sesuatu yang diridhai oleh Nabi Muhammad sw. Jadikanlah Nabimu itu sebagai teladan, dan berjalanlah di bawah panji-panjinya untuk mencapai surga dengan segera.
Saudaraku, renungkanlah apa yang kau dengar sarta yakinlah bahwa kebahagiaan dan kemenangan terdapat dalam tindakan menghindari dunia. Sesungguhnya telah sampai kepada kami bahwa Rasulullah saw. Bersabda : “Sesungguhnya pemuka orang beriman di surga adalah orang yang apabila ia makan siang, ia tidak bisa makan malam, apabila ia mencari utang, ia tidak mendapatkan uang; ia tidak memiliki kelebihan pakaian kecuali yang menutupi tubuhnya, dan ia tidak mampu untu mencari sesuatu yang memperkayanya. Ia memasuki sore dalam keadaan demikian dan memasuki pagi juga dalam keadaan demikian, ia selalu ridha kepada Tuhan-nya. Mereka itulah orang-orang yang telah ddiberi nikmat oleh Allah dan golongan para nabi, shiddiqin, para syuhada, dan orang-orang salih. Maka alangkah baiknya mereka sebagai teman-teman (QS. An-Nisa : 69).
Saudaraku, renungkanlah apa yang engkau dengar dan yakinlah bahwa keburukan itu terkumpul dalam perbuatan memperbanyak harta benda dunia.
Telah sampai kepada kami bahwa Rasulullah saw. Berkata kepada Bilal ra. : “Jika engkau mampu berjumpa dengan Allah dalam keadaan miskin, bukan dalam keadaan kaya maka lakukanlah.” Bilal berkata : “Bagaimana dengan diriku wahai Rasulullah?” Beliau berkata : “Apa yang dirizkikan kepadamu jangan disembunyikan dan apa yang diujikan atasmu jangan ditolak.” Bilal berkata lagi : “Bagaimana dengan diriku terhadap hal demikian ya Rasulullah?” Beliau berkata : “Atau engkau mau ke neraka?”.
Celakalah dirimu! Jika engkau memahami apa yang engkau dengar, maka tiada lagi alasan bagimu untuk mengumpulkan harta lebih dari sekedar kebutuhan sehingga dapat engkau jadikan dalih di hadapan Allah. Sungguh, demi Allah, jadikanlah itu kesibukan! Sampai kapan engkau masih tetap menumpuk-numpuk harta setelah adanya penjelasan ini. Sesungguhnya telah ditolak pengakuanmu bahwa engkau menumpuk harta untuk tujuan berderma dan kebaikan. Pasti engkau lakukan itu karena takut kemiskinan, juga engkau lakukan demi kenikmatan, perhiasan, kemewahan, bermegahan, keududukan, riya, kesombongan, penghargaan, sanjungan dan kemuliaan, lalu engkau mengira bahwa usaha itu demi kebajikan. Sungguh maang nasibmu! Hati-hatilah terhadap Allah SWT. Dan malulah dengan pengakuanmu wahai orang yang terpeerdaya, karena sesungguhnya dirimu terjebak dalam fitnah dengan mencintai dunia. Jadikanlah dirimu mengakui bahwa keutamaan, kebaikan, dan ridha terhadap sekedar kebutuhan sehari-hari adalah dalam menghindari kelebihan. Jadikanlah dirimu ketika mengumpulkan harta itu merasa tertipu lalu mau mengakui kejahatanmu serta takut kepada hisab. Maka hal demikian itu lebih selamat untukmu dan lebih dekat kepada maaf daripada mencari-cari alasan untuk menumpuk-numpuk harta.
Saudaraku! Renungkanllah apa yang engkau dengar, dan perhatikanlah diri sendiri melalui akal sehatmu. Sesungguhnya keberuntungan untuk mu terdapat dalam menghindari dunia, dan Allah tidak memerlukanmu, tetapi dirimulah yang sangat butuh kepada Allah SWT.
Saudaraku! Ketahuilah bahwa pada masa sahabat r.a .. harta yang halal banyak tersedia, namun mereka adalah orang yang paling wara dan paling zuhud terhadap yang diperbolehkan untuk mereka. Sedangkan pada masa kita sekarang, yang halal sudah langka, maka bagaimana dengan kita untuk mendapatkan walau sekedar memenuhi kebutuhan dan menutupi hajat? Adapun perbuatan dari menumpuk-numpuk harta pada zaman kita sekarang, mudah-mudahan Allah SWT. Melindungi kita dari hal yang demikian. Maka, mana ketakwaan kita seperti takwanya para sahabat, seperti wara’, zuhud, dan kewaspadaan mereka? Mana nurani kita seumpama nurani dan kebaikan niat mereka? Kita telah dijangkiti, demi Tuhan Langit, oleh berbagai macam penyakit jiwa serta nafsu rendahnya, padahal dalam waktu dekat akan tiba waktu menghadap. Maka, alangkah bahagianya orang yang ringan bebannya ketika mereka mendahului; alangkah geisahnya orang yang berat bebannya keetika harus tertahan; dan alangkah senangnya orang-orang yang bertakwa pada hari dikumpulkan! Sedangkan duka cita yang panjang bagi orang yang bermewah-mewah dan mencampur adukan. Aku telah meberikan nasihat kepada kalian jika mau menerimanya, tapi sayang yang mau menerima nasihat ini hanya sedikit. Semoga Allah memberikan taufik kepada kita sekalian untuk setiap kebaikan melalui Rahmat-Nya.
NASIHAT KE - 4
Hendaklah Engkau Bersikap qana’ah dan tawadhu’

Sahabatku! Berikut aku akan menyinggung sebuah bab yang cukup efektif untuk menutup pintu fitnah dunia serta tipu dayanya, sekaligus akan mampu membukakan pintu akhirat dan keberkahannnya, dan aku dapatkan hal itu pada sikap qana’ah dan tawadhu’, karena keduanya merupakan lawan dari kemewahan dan kesombongan. Ini karena bila seorang hamba rela terhadap sikap merendahnya di dunia, maka otomatis secara langsug ia telah membuang sifat sombong dari hatinya. Tidak ada lagi ambisi untuk mengejar keududkan dan kehormatan pada dirinya sehingga selamatlah ia dari fitnah dunia beserta huru haranya. Lalu dia cukup bergembira dengan sikap tawadhunya di dunia dan mendapat kemuliaan di sisi Allah swt. Demikian pula keadaanya bila si hamba merasa puas dengan kebersahajaannya, tidak rakus untuk menumpuk harta seperti rakusnya seekor anjing terhadap bangkai, ia merasa lapang dada di dunia, sedikit dosa dalam agamanya; mau menerima rizki yang sedikit; dan Allah pun ridha kepadanya dengan sedikit amalnya. Jadi, dengan sikap qana’ah itu ia menyegarakan ketenangan hati di dunia serta kebahagiaan dengan rahmat Allah di akhira.
Sahabatku! Ingat, hendaklah engkau melakukan mawas diri kepada Allah SWT. Sahabatku, merasa puaslah terhadap rizki yang mencukupi kebutuhan dan memenuhinya; tinggalkanlah mencari kelebihan harta, yaitu pada sesuatu yang sesungguhnya tiada keperluan bagimu. Sebab, telah sampai kepada kami bahwa kelebihan harta di sisi Allah SWT adalah kotoran. Padda hari kiamat kelak akan didatangkan dunia itu lalu dikatakan : “Pisahkanlah dari harta itu bagian yang di tujukan untuk Allah, lalu lemparkanlah semua sisanya ke neraka.”
Juga telah sampai kepada kami : “Dunia itu terkutuk dan terkutuk pula isinya keculai zikir kepada Allah SWT serta semua sarana yang digunakan untuk berzikir kepada Allah.” Rasulullah saw. Bersabda : “Biarkanlah dunia ini untuk pemujanya, karena orang yang mencari dunia di luar kebutuhannnya akan dijemput kematiannya sedang ia tidak merasa.” Seorang sahabat juga mengatakan : “Seburuk-buruk manusia ialah yang mengejar dunia di luar kebutuhannya. Wahai kaum, siapa yang tidak puas dengan sekedar memenuhi kebutuhannya, maka bagaimana bisa ia dijamin termasuk dalam golongan hadis ini?
Telah sampai kepada kami Rasulullah saw. Bersabda : “Seandainya anak manusia memiliki dua lembah dari emas, niscaya ia akan minta satu lembah tambahan, dan tidak ada yang dapat memenuhi perut anak Adam itu kecuali tanah. Semoga Allah swt. Menerima taubat orang yang bertobat.” Salah seorang sahabt berkata, ‘Celakalah bagi setiap penumpuk harta yang selalu membuka mulut seperti orang gila, yang hanya dapat melihat apa yang ada pada orang lain tapi lupa terhadap apa yang ada pada dirinya. Celakalah untuknya ketika mengalami siksa pada saat yang sangat lama, sampai-sampai bila memungkinkan malampun dijadikan siang. Ingatlah, siapa yang tidak merasa puas terhadap sekedar kebutuhannya, maka bagaimana bisa ia dijamin termasuk golongan hadis ini?
Ibnu Mas’ud r.a. beserta beberapa orang jamaah mengeluhkan tentang hak kepada Rasulullah saw, lalu jawab beliau saw : “Bersabar dan bergembiralah kamu, karena saatnya sudah dekat, bahkan seakan-akan telah tiba.”
Dalam hadis yang lain Rasulullah saw. Bersabda : Akan datang sesudahku suatu golongan yang memakan makanan yang lezat-lezat dengan aneka warnanya; menikahi wanita-wanita cantik dengan berbagai macam tipenya; memakai pakaian bagus-bagus dengan berbagai macam modenya; dan mengendarai kendaraan mewah dengan berbagai macam mereknya. Mereka mempunyai perut yang tidak pernah merasa kenyang dengan yang sedikit dan memiliki nafsu bahkan terhadap yang banyak pun tidak pernah merasa puas. Mereka menekuni dunia saat pagi dan sore hari, mereka menjadikannya sebagai tuhan di samping Tuhan mereka, menjadikannya rabb di samping rabb mereka, hanya kepada urusan dunia itu target mereka dan kepada hawa nafsu mereka mengikuti. Maka suatu tekad .... dari Muhammad sw. Bagi yang mengalami zaman itu yang bakal datang setelah pengganti kamu, hendaklah tidak memberi salam kepada mereka, tidak mengunjungi yang sakit di antara mereka, tidak mengiri jenazah mereka, dan tidak perlu hormat kepada pemuka mereka. Siapa yang tetap melakukan itu, sesungguhnya ia ikut ambil bagian dalam menghancurkan Islam. (Hadis ini dieluarkan oelh AL Bazzar, namun salah seorang sanad-nya di dha’if-kan oleh Jumhur). Ingatlah, siapa yang tidak pernah merasa cukup dengan sekedar kebutuhannya, bagaimana ia merasa aman dari orang-orang yang termasuk dalam firman Allah SWT, berikut : “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu! Kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatan itu) dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahu.” (QS. At-Takatsur 1-4). Maka, bagaimmana orang yang tidak pernah puas itu merasa aman dari ancaman Allah SWT ini. Ia pasti bakal binasa. Semoga Allah SWT melindungi kita dari menyenangi kemegahan, memberikan kepada kita semua sikap qana’ah dan tawadhu’. Wahai kaumku, keuntungan itu, demi Allah, terletak dalam keridhaan terhadap kesederhanaan, bukan terhadap kemegahan. Keuntungan itu, demi Allah, terletak pada kerendahan dalam berzikir, bukan dalam kedudukan dan jabatan. Keuntungan itu, Demi Allah, pada kerendahan diri, bukan dalam keangkuhan. Aku telah memberikan nasihat kepada kalian jika kalian mau menerima, tetapi yang menerima itu sedikit. Mudah-mudahan Allah memberi taufik kepada kita semua untuk setiap kebaikan dengan Rahmat-Nya
NASIHAT KE – 5
Carilah Makananmu di Antara Yang Halal

Sahabatku! Apabila Allah SWT. Telah memberikan kepada kalian sifat Qana’ah dan tawadhu’, bersyukurlah kepada-Nya sebanyak-banyaknya, dan tetap mawas dirilah kepada-Nya dalam hal makanan yang dengannya kamu merasa puas itu. Kemudian, selalu berusahalah mencari yang terhalal dan terbaik selama kalian mampu menemukan jalannya. Hal demikian supaya lebih memudahkan untuk hisab kalian, dan supaya menyempurnakan untukmu kebaikan akhirat melalui baiknya usaha tersebut, sebagaimana engkau bersegera dengan sikap qana’ah kepada ketenangan hati di dunia.
Ketahuilah, tidak diragukan lagi, sesungguhnya barang yang halal itu sudah lama menjadi langka, dan kita selalu berada dalam syubhat yang di situ bercampur baur antara yang haram dan yang batil! Terlebih lagi terhadap syubhat yangsamar! Tetapi, hal itu sudah lumrah dan sering kita kerjakan, sehingga kita sadar kapan orang seperti kita mempu menjadi wara’? Atau kapan amal perbuatan kita menjadi jernih, sedangkan diri kita selalu penuh dengan syahwat, dan senantiasa memakai perhiasan yang syubhat?
Telah sampai kepada kami bahwa di antara ahli ilmu ada yang mengatakan : “Pada hari kiamat kelak Allah akan membangkitkan sekelompok orang dari kuburan mereka, yang menyebarkan bau yang lebih menyengat daripada bau bangkai, yaitu mereka yang berfoya-foya dengan kelebihan harta yang didapatkan dari yang syubhat.” Ahli ilmu ini berkomentar, “Demi Allah, di antara mereka adalah aku.”
Saudaraku, seorang alim yang selalu takut semacam ini, masih demikian cara memandang jiwanya dan keprihatinannya terhadap barang-barang syubhat! Maka, bandingkanlah olehmu, bagaimana menurut pandanganmu, orang-orang seperti kita yang timbul tenggelam dalam kubangan dunia, syahwat, syubhat bahkan lebih kotor dari pada itu? Karena itu, ingat! Mawas dirilah kepada Allah dan bersikap wara’-lah dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Sesungguhnya, tegaknya Agama adalah dengan sikap WARA’. Telah sampai kepadaku bahwa ibadah itu ada tujuh puluh bagian, yang paling utama di antaranya ialah berusaha mendapatkan yang halal. Deceritakan bahwa orang mencari makanan dari barang yang halal bagaikan orang berperang di jalan Allah SWT.
Ketahuilah, sesungguhnya banyak beribadah tapi dibarengi dengan makanan yang kotor, tidak ada jaminan bahwa ibadah tersebut tidak menjadi sia-sia. Seorang sahabat mengatakan, ”Apabila baik usaha seseorangdalam mencari nafkah, akan bersihlah perbuatan, kemudian akan dikembalikan lagi sehingga dapat diketahui (hasilnya.” Lalu diceritakan oleh salah seorang tokoh, bahwa setan berkata ““Hanya satu bagian yang aku inginkan dari anak manusia, kemudian setelah itu aku biarkan antara dia dan antara apa yang ia kehendaki dalam berbuat ibadah, yaitu aku jadikan usahanya dari jalan yang tidak halal. Maka jika ia beristri, ia lakukan dengan cara yang haram, jika ia berbuka puasa, ia berbuka di atas yang haram, dan jika ia menunaikan ibadah haji, ini pun ia lakukan atas dasar hal yang haram.”
Oleh karena itu, saudara-saudaraku, berhati-hatilah dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan. Takutlah kepada Allah terhadap hal yang haram agar kamu tidak mendekatinya, dan waspadalah terhadap unsur syubhat. Sesungguhnya di kalangan salaf ash-shalih dahulu, di antara mereka ada yang sampai menginggalkan tujuh puluh pintu halal karena khawatir akan memasuki satu di antara pintu-pintu yang haram. Oleh karena itu, waspadalah terhadap syubhat, baik yang diyakini paling halal, paling ringan, paling sedikit, dan paling aman, Sebab, telah sampai kepada kami bahwa Rasulullah saw. Bersabda : “Yang halal itu nyata dan yang haram pun nyata, sedang di antara keduanya adalah syubhat yang tidak ddisadari oleh sebagian besar orang; apakah termasuk yang halal atau termasuk haram.” Rasulullah saw. Juga bersabda : “Siapa yang berani bermain api dalam syubhat, hampir saja ia jatuh ke dalam lingkaran haram.”
Sahabatku! Berpindah-pindahlah dalam berusaha mencari nafkah dari satu kondisi kepada kondisi yang lain, dari satu profesi kepada profesi yang lain yang lebih menjamin keselamatan; dari satu usaha kepada usaha yang lain yang lebih cocok agar kamu benar-benar mengerjakan ketakwaan dan betul-betul mencari yang halal. Waspadalah dalam usahamu terhadap berbagai jenis riba karena riba itu ada sekitar tujuh puluh bagian, bahkan lebih. Hindarilah perbuatan khianat, keji, curang, bohong, sumpah palsu dan sanjungan. Dan hati-hatilah untuk dirimu, sesungguhnya indikator taqwa terdapat dalam sikap wara’, dan dengan wara’ itulah akan dikenali orang-orang yang bertakwa. Telah sampai kepada kami bahwa Rasulullah saw. Bersabda : “Orang yang menipu seorang Muslim bukan termasuk golongan kami.” (Muslim, Abu Dawud dan at-Tirmidzi).
Sabdanya lagi : “Celaka dan celakalah orang yang menghalalkan hal yang haram dan syubhat dengan syahwat.” Saudara-saudaraku, berhati-hatilah terhadap Allah, karena merasa ridha dengan yang sedikit dan mendapatkan kemenangan yang besar lebih utama daripada harta yang melimpah yang disertai dengan hisab yang sangat teliti dan siksa yang pedih.

NASIHAT KE - 6
Hemat dalam Mengelola Rizki dan Menghindari Berfoya-foya

Ikhwanku, aku berwasiat kepada kalian semua agar berlaku hemat dalam memanfaatkan rizki, karena sikap demikian termasuk kebaikan agama. Dan hindarilah sikap berfoya-foya pada waktu kaya karena sesungguhnya Allah tidak menyukai sikap berlebih-lebihan dalam segala hal. Allah mencela orang-orang yang berlebih-lebihan dan memuji orang yang tidak berlebih-lebihan dan juga tidak pelit.
Salah seorang Tabi’in berkata : Cukuplah sikap seperti ini termasuk berfoya-foya, yaitu seorang yang makan menuruti seleranya, dan berpakaian menuruti seleranya. Seorang tokoh yang lain berkata :Akan datang pada hari kiamat segolongan orang yang sedang mencari-cari kebaikan yang pernah mereka kerjakan, lalu dikatakan kepada mereka : “Kamu telah menghabiskan rizkimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya.” (QS. Al-Ahqof – 20). Maka dari itu jadilah kamu sekalian hemat dalam sikapmu tanpa pelit dan berlebih-lebihan.

NASIHAT KE - 7
Hindarilah Sifat Kikir

Sahabatku! Aku mewanti-wanti kalian, sesungguhnya kekikiran terhadap ALLAH swt. Akan menghalangi kebaikan dunia dan akhirat, dan seorang yang bakhil tidak akan berdekatan dengan Allah di rumah-Nya. Telah sampai kepada kami suatu ucapan, bahwa orang yang bakhil akan jauh dari Allah, jauh dari Rasul-Nya saw. Dan jauh dari surga, namun dekat ke neraka!.
Ingatlah, alangkah besar kejahatan seseorang yang telah diberi karunia oleh Allah dalam bentuk harta yang banyak tetapi ia mengeluarkannya sedikit dan ia terlalu kikir terhadapnya. Semoga Allah melindungi kita dan kalian semua dari sifat kikir.
NASIHAT KE - 8
Hindarilah Bergaul Dengan Orang-orang Jahat

Sahabatku! Aku mengingatkan kalian dalam berbaur dengan semua orang, karena semua pelanggaran dan dosa terdapat dalam pembauran dan pergaulan dengan mereka, sedang mereka tidak menyadari. Hanya saja, yang mempu mendeteksi hal semacam ini terbatas pada orang yang sudah menjadi wara’ dan muhasabah, sedang kita bukanlah termasuk orang  yang dijamin selamat dalam agamanya apabila setan manusia dan setan jin sudah berkumpul.
Kita sama seperti mereka, saling membisik satu sama lain tentang ungkapan yang indah sebagai tipuan. Ingat, kalian boleh bergaul dengan manusia hanya dengan dua tipe; salah satunya ialah yang dapat membantu keadaan dirimu agar tidak hanyut dalam keduniaan. Namun, jika Allah menghimpun pertolongan terhadap agama dan dunia pada diri seseorang, maka peganglah kepadanya dan hindarilah orang lain karena semua orang akan menjadi bencana dalam agamamu kecuali si penolong dalam kebajikan tadi.
Ingatlah! Sesungguhnya keselamatan paling utama adalah menghindari semua orang, karena dapat memberikan pahala yang banyak, bahkan lebih besar daripada apa yang kamu kira.
Disebutkan bahwa ibadah itu ada sepuluh bagian, salah satunya terdapat dalam sikap pendam, sedang sisanya yang sembilan terdapat dalam menjauhi manusia. Aku memberi nasihat kepada kalian jika mau menerima---- tetapi yang mau menerima biasanya sedikit.... bahwa sabar dalam kesendirian memang pedih, namun merupakan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada orang yang Dia kehendaki. Semoga Allah memberikan taufik kepada kita semua untuk setiap kebaikan dengan rahmat-Nya. Berpisahlah dengan manusia dengan hati serta perbuatan, dan sambungkan komunikasi dengan mereka melalui salam dan kewajiban memenuhi hak sesama Muslim.

NASIHAT KE - 9
Rela Kepada Ketentuan Allah

Sahabatku! Apapun yang datang kepadamu yang bersumber dari Allah SWT. Dan Rasul-Nya saw. Bila berupa kemudahan, maka ambilah.  Telah sampai kepada kami bahwa, “Sesungguhnya Allah SWT menyukai kemudahan-Nya dilaksanakan sebagaimana Dia menyukai yang sulit dari-Nya dikerjakan.Gemarilah sesuatu yang dibolehkan untuk mau dari setiap kemudahan yang sedikit. Karena, telah sampai keppada kami bahwa Rasulullah saw. Sangat menyukai kemudahan yang sedikit dari beberapa perkara.
Janganlah kamu berpaling dari afiat dalam segala hal, dan janganlah kamu menantang bahaya karena kita bukanlah termasuk ahlinya. Jika kamu sedikit diuji dengan hal yang tidak kamu sukai dan dengan musibah, saat itu bermujahadahlah terhadap diri kamu untuk bersabar dalam penderitaan, karena hal demikian adalah termasuk perhatian Allah kepada hamba-Nya. Dan janganlah sampai kamu mengeluh serta tidak mau menerima ketentuan-Nya.
Telah sampai kepada kami bahwa Allah SWT berkata : “Siapa yang tidak mau menerima ketentuan-Ku dan tidak bersabar terhadap bala’Ku, maka hendaklah ia mencari Tuhan selain Aku.” Juga firman-Nya : “Siapa rela terhadap ketentuan, keputusan dan takdir Ku, maka untuknya adalah keridhaan apabila ia berjumpa dengan Ku, maka baginya adalah kebencian apabila ia bertemu dengan Ku.”
Kiranya, cukuplah keadaan demikian sebagai suatu bencana yang menimpa diri seorang hamba, saat pandangan Allah SWT. Menjadi buruk kepadanya. Maka janganlah kamu bersedih dengan pendangan Allah seperti itu kepadamu.
Sahabatku! Kesenangan terletak pada musibah di dunia, karena hal itu merupakan simpanan bagi mereka yang mampu bersabar, dan sekaligus menghapuskan kesalahan-kesalahan.
Seorang tokoh berkata : “Orang yang tidak bergembira terhadap musibah yang menimpanya karena peristiwa itu diharapkan dapat menghapuskan kesalahan, malaikat akan berkata : ‘Kami telah berusaha mengobatinya tapi ia tidak juga sembuh.” Celakalah kalian! Siapa yang lebih berhak dengan ketenangan dari musibah dunia daripada orang yang meyakini pilihan Allah untuk dirinya, ia menahannya sedikit dan akan bahagia selamanya. Siapa yang lebih berhak dari ketenangan dari suatu yang tidak di sukainya daripada orang yang diperhatikan oleh Allah, lalu Allah menutupi dengan musibah itu keburukannya, serta memberinya pahala atas hal itu dengan suatu pahala tanpa ada hisab, kemudian Dia menjadikannya bahagia selama-lamanya. Semoga Allah menjadikan kita berbahagia dengan ridha-Nya terhadap kita. Aamiin.. Aamiin ya Rabbal ‘Alaminn.
NASIHAT KE - 10
Tipu Daya Syetan

Saudara-saudaraku! Ketahuilah bahwa setan itu lama bersedih menghadapi ketaatan. Ia memiliki berbagai tipu daya dan ia pun tidak pernah kendur dalam usahanya untuk membatalkan ketaatan itu.Ia membisikan kepada jiwa kegemaran pada pujian, sanjungan, kekaguman, dan kesombongan, juga pada pengakuan akan ketinggian derajat serta mengikuti hawa nafsu. Maka, apabila Allah SWT memberikan karunia kepada kalian dengan kebajikan, berhati-hatilah terhadap setan serta bermawasdirilah kepada Allah dari sikap mengatasnamakan agama demi kehormatan di dunia. Juga berhati-hatilah dari sikap mencari pujian dan sanjungan atas nama agama. Maka sudah pastilah sikap semacam itu akan menjadi penyebab terhapusnya perbuatan-perbuatan hamba!
Apabila engkau diuji dengan pujian dan pengakuan dari orang lain, maka janganlah kamu berbangga dengan hal itu karena ia akan menimbulkan kerusakan bagi agama. Kemudian apabila ada kesenangan meresap ke dalam hati lantaran pujian, janganlah hal itu diteruskan, tetapi tolaklah ia dengan ilmu tentang bahaya sok suci dalam agama. Juga tolaklah ia dengan ketidaksukaan pada pujian, lalu berlindunglah kepada Allah dari buruknya akibat sok suci itu. Sebab, apa yang dapat menjamin, bila kamu termasuk orang yang tidak diperhatikan oleh Allah pada hari kiamat, dan tidak disucikan oleh-Nya sehingga bagi mereka siksaan yang amat pedih?
Telah sampai kepada kami bahwa orang yang paling berat siksaannya pada hari kiamat ialah orang yang kelihatan oleh orang lain bahwa ia memiliki kebaikan padahal tidak. Barangkali orang yang senang terhadap pujian akan termasuk orang yang paling berat siksaanya di hari kiamat sedang ia tidak menyadari. Ber Muraqabah-lah kepada Allah dan ber-mujahadah-lah terhadap dirimu untuk meniadakan kesenangan tatkala engkau dicoba dengan pujian sampai engkau ditepati pada hari kiamat dan ditentukan untuk kamu suatu kepastian di sisi Allah SWT. Yaitu mendapatkan kesenangan selama-lamanya di rumah kemuliaan atau bakal mengalami duka cita yang lama dalam azab yang amat pedih. Semoga Allah melindungi kita semua dengan rahmat-Nya.



NASIHAT KE - 11
Hindarilah Rasa Bangga Dengan Amal Perbuatan

Sahabtku! Takutlah terhadap sikap bangga dengan amal perbuatanmu, yaitu sikap merasa telah berbuat banyak untuk Tuhanmu, karena engkau akan dibenci oleh Allah lantaran bersikap demikian. Ketahuilah bahwa amal perbuatanmu itu tidak sebanding dengan kewajiban bersyukur atas satu nikmat ssaja di antara nikmat-nikmat Allah, bahkan satu nikmat saja dapat menghabiskan seluruh perbuatanmu. Padahal nikmat itu banyak sekali, dan engkau dituntut untuk mensyukurinya. Nah, bagaimana pendapatmu tentang hal ini? Seluruh amal kebajikan merupakan nikmat  dari Allah kepadamu yang selalu diperbarui, karenanya, kapan kamu sempat mensyukurinya? Jika engkau bersyukur, sesungguhnya engkau ditnut untuk mensyukuri terhasdap nikmat yang selalu bertambah itu. Lagi pula, seandainya bukan karena Ilham-Nya kepadamu untuk bersyukur, tentu engkau tidak mau bersyukur dan tidak mengarah ke sana selama-lamanya.
Seandainya engkau mengetahui keagungan Allah, kebessaran dan ketinggian-Nya, yang Dia memang berhak untuk itu, tentu engkau merasa malu untuk menyebut amal perbuatanmu. Jika engkau mengetahui kemurahan Allah SWT. Serta kenikmatan-Nya, tentu engkau akan menganggap tidak berarti perbuatan selurh makhluk dibandingkan satu nikmat saja, serta akan merasa khawatir terhadap nikmat lainnya yang akan dituntut kesyukurannya. Oleh karena itu bagaimana engkau berani menganggap telah berbuat banyak dalam hal amal yang penuh dengan cacat? Dan  bagaimana merasa bangga dengan perbuatan sendiri yang merupakan karunia dari Allah SWT?Bahkan berasal dari-Nya jua seluruh karunia dalam agama, yang sangat banyak untuk dibilang dan dihitung, tiada yang mampu mengetahuinya selain Pemberinya. Wahai orang yang lalai dalam bersyukur, sebaiknya dirimu bersikap malu bila menyebut-nyebut amal perbuatanmu. Wahai orang yang lengah terhadap hak-hak Allah, hendaknya dirimu merasa takut dan khawatir karena telah menyia-nyiakan banyak sekali di antara perkara-perkara dari Tuhanmu SWT!
Sesungguhnya orang yang berakal dan berilmu, ketika menghadapi kelalaian itu ia merasa gelisah dan amat sibuk menolak perasaan bangga dengan amal perbuatannya. Ingat, mohonlah bantuan untuk melenyapkan kebanggan itu dengan merendahkan nilai amal perbuatanmu. Ingatlah! Pertolongan Allah terhadapmu, dan minta tolonglah dengan ilmu terhadap Allah SWT. Juga mintalah bantuan dengan rasa takut akan kehilangan nikmatmu ketika mengabaikan kesyukuran.

NASIHAT KE - 12
Memohon Pertolongan Allah Untuk Melenyapkan Kesombongan Hati

Sahabtku! Aku mewanti-wantimu terhadap kesombongan. Takutlah kepada Allah dari menghina salah seorang di antara umat atau mengingkari kebenaran apabila ada yang mengucapkannya kepadamu, karena AllahSWT. Tidak menyukai hal demikian dan akan menghinakan orang-orang sombong. Dan bagaimana engkau bisa menghina seorang Muslim sedangkan engkau tidak mengetahui kesudahannya dan kesudahanmu sendiri, juga tidak mengetahui rumah yang mana di antara surga dan neraka tempat engkau kembali. Maka jika engkau menasihati dirimu, sesungguhnya dirimu itu lebih berhak untuk mendapatkan penghinaan. Bukankah engkau lebih mengetahui tentang keburukan-keburukan jiwamu dan kekejian jiwamu daripada orang lain? Maka jika engkau mengira bahwa dirimu mampu mengetahui rahasia orang lain seperti halnya rahasiamu, sesungguhnya engkau telah mengaku-aku perkara yang amat besar, karena sesungguhnya engkau tidak mengetahui rahasia orang lain seperti halnya rahasiamu kecuali dengan merendahkan dirimu dan tidak menganggapnya suci.
Sesungguhnya terlarang bagimu untuk menganggap utama dirimu, juga terlarang untuk menganggapnya suci. Sebab, siapa tahu, barangkali engkau pada hari kiamat kelak berada di bawah telapak kaki orang-orang yang telah engkau remehkan di dunia. Renungkanlah apa yang engkau dengar, kemudian mintalah bantuan kepada Allah untuk melenyapkan kesombongan dari hatimu. Semoga Allah melindungi kita dari hal demikian.

NASIHAT KE - 13
Menyelidiki Rahasia Jiwa dan Apa yang Tersembunyi di Dalam Dada

Sahabtku! Selidikilah rahasia-rahasia jiwa dan apa-apa yang tersembunyi di dalam dada, lalu sucikanlah dari rasa dendam, iri hati, dengki, senang atas kesusahan orang lain, buruk sangka, permusuhan dan kebencian. Sesungguhnya telah sampai kepada kami, “Bahwa dendam dan dengki itu menggerogoti kebajikan,” Dan , “Orang yang tidak menyukai dan membenci untuk Kaum Muslimin seperti apa yang disukai dan dibenci untuk dirinya, bukanlah termasuk di antara mereka.” Perhatikan dan selidikilah rahasia-rahasia itu setiap saat, sebab siapa tahu di antara kalian ada yang selalu getol dengan perbuatan maksiat tanpa disadarinya. Lihatlah, apakah ada di hatimu kecintaan kepada dunia, kegembiraan untuk menerimanya, dan bersenang-senang dengan syahwatnya. Adakah seringkali engkau merasakan manisnya pujian dan sanjungan? Apakah engkau lari dari cacian serta sangat berat untuk menerimanya? Adakah engkau tidak menyukai sesuatu yang bertolak belakanng dengan kemauan nafsumu, menerima dengan senang sesuatu yang cocok dengan seleramu? Apakah dirimu berlaku sia-sia dalam meandang makhluk tanpa mengambil pelajaran? Apakah dirimu berlaku sia-sia terhadap banyak omongan atau berdiam diri sambil berfikir tentang hal selain hari dijanjikan? Apakah seringkali engkau memiliki rasa takut akan kemiskinan? Adakah dirimu membenci sesuatu yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Untukmu?
Semua hal demikian itu dan seumpamanya termasuk di antara dosa-dosa hati, sedangkan kalian mengabaikannya. Bahkan aku juga menduga bahwa para pembaca kalian membiasakan hal tersebut, sedang mereka tidak menyadarinya. Ingat, berjuanglah untuk beralih dari moral tercela. Dan janganlah hal itu diremehkan. Sesungguhnya telah sampai kepada kami bahwa . “Siapa yang menganggap remeh suatu dosa, sesungguhnya ia menganggap remeh akan ancaman Allah ‘Azza wa Jalla.”
Saudara-saudaraku! Berhati-hatilah terhadap Allah Yang Maha Mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi, bahwa engkau sering melakukan sesuatu yang tidak disukai oleh-Nya SWT. Kebiasaan bukanlah sesuatu hal yang kecil.
Salah seorang sahabat berkata, “Terus-terusan berbuat dosa adalah kufur dan maksiat, dan apa saja yang sering dilakukan oleh seseorang berarti termasuk dosa besar.” Sesungguhnya pelaku dosa besar yang dibarengi dengan tobat lebih dekat posisinya kepada maaf daripada orang getol dalam melakukan dosa-dosa kecil.
Telah sampai kepada kita bahwa Allah SWT berfiran : “Aku tidak menerima kesalahan orang yang sering melakukan dosa-dosa kecil di dunia dan akhirat, karena tidak ada sesuatu yang lebih besar di sisi-Ku daripada terus menerus melakukan dosa.” Ketahuilah, penyebab besarnya kemarahan Allah SWT, kepada orang yang sering melakukan dosa-dosa kecil adalah karena minimnya rasa kepeduliannya terhadap penumpukan dosa serta anggapan remehnya terhadap kebencian Tuhan Yang Maha Perkasa. Semoga Allah memberikan perlindungan kepada kita. Dan ingat, hindarilah keseringan melakukan dosa kecil karena hal demikian merupakan perkara yang amat besar. Mudah-mudahan kita semua diarahkan oleh-Nya ke jalan orang-orang pilihan.

NASIHAT KE - 14
Hati-hati terhadap Perselisihan di Kalangan Umat

Sahabatku! Seluruh bidang ilmu, ibadah, dan semua yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT adalah baik. Hanya saja aku lebih menganjurkan kalian supaya mengenal semua fardhu yang memberi penekanan pada hati beserta seluruh anggota tubuh, mengenal tentang wara’ dalam berusaha, tentang kondisi lahir dan batin, tentang amal yang dibarengi dengan niat yang baik dan tentang keikhlasan karena Allah dalam berbuat. Janganlah mengabaikan sedikitpun di antara beberapa hal tersebut. Sesungguhnya, telah sampai kepada kami bahwa Allah SWT. Berfirman : “Tidak selamat dari-Ku hamba-Ku kecuali dengan melaksanakan apa-apa yang telah Aku wajibkan kepadanya.” Ingat, bersegeralah dalam menunaikan segala yang fardhu. Tidak disukai oleh Allah SWT. Orang yang mengabaikannya; sebaliknya, akan beruntunglah hamba-hamba yang melaksanakannya.
Aku mengingatkanmu dalam memandang dan membahas tentang perbedaan umat. Bukankah telah sampai kepadamu tentang tragedi yang menimpa mereka karena perselisihan dan perpecahan tersebut, juga tentang peristiwi yang menimpa mereka karena mengikuti kemauan nafsu yang menyesatkan dan karena melanggar larangan, sebagaimana yang pernah ditimbulkan oleh kelompok Qadariyah, Murji’ah, Rafidhah, Jahmiyah dan Hururiyah, mereka saling memerangi, saling memusuhi dan saling membenci. Bahkan mereka saling bersaksi tentang kekafiran dan kesesatan sampai pada tindakan menghalalkan darah kelompok yang tidak sejalan dengan mereka, padahal sebelumnya mereka bersaudara dalam urusan Allah dan saling bersepakat. Tetapi ketika mereka diuji dengan kemampuan untuk membahas dan memperdalam (ilmu pengetahuan dan agama), akhirnya mereka terpecah menjadi beberapa golongan. Masing-masing golongan di antara mereka berargumentasi dengan ayat-ayat Mutasyabihat dan dengan atsar  (Jejak Rasul dan pendapat sahabat) yang sejalan dengan keinginan mereka sehingga mereka tersesat dan menyesatkan banyak orang.
Diceritakan bahwa suatu ketika Rasulullah saw. Memegang jenggot Umar ra. Dan berkata : Wahai Umar! Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un” ‘Umar pun jadi penasaran dan bertanya : “ Demi bapak dan ibuku, wahai Rasulullah, atas apa engkau ucapkan kalimat itu? Rasulullah saw. Menjawab : “ Baru saja Jibril mendatangiku dan berkata ‘Wahai Muhammad, Inna lillahi wa inna ilaihu raji’un, sesungguhnya umatmu sesudahmu akan difitnah dengan hal yang sedikit bukan dengan hal yang banyak. ‘Aku tanyakan : “Wahai Jibril fitnah kesesatan atau fitnah kekafiran? Ia menjawab : “Dua-duanya akan terjadi.’ Aku katakan : Bagaimana mereka tersesat dan bagaimana bisa menjadi kafir, sedangkan aku telah meninggalkan bagi mereka kitab Allah.’ Jibril menyambung : ‘Dengan kitab Allah mereka tersesat, karena masing-masing golongan akan menakwilkannya sesuai dengan keinginan mereka, maka dengan begitulah mereka menjadi sesat.”
Ingat, sadarilah pengawasan Allah, hindarilah mendalami dan menyelidiki tentang hal yang mereka selisihkan, karena perkara ini bagaikan samudra yang dalam, yang di dalamnya telah banyak orang-orang tenggelam. Dari bidang teologi, misalnya telah muncul bberapa aliran sehingga membuat orang yang berakal dan berilmu pun menjadi bingung. Maka bagaimana pula dengan orang seperti kita yang memiliki kekurangan baik akal maupun ilmu pengetahuan? Kalau begitu, berpegan sajalah pada apa-apa yang telah disepakati dan tidak diperdebatkan, terutama dalam Iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat, kepada Kitab, Pra Rasul dengan Hudu-Nya, dengan segla yang fardhu, dengan syariat agama-Nya, dan dengan apa yang telah menjadi kesepakatan para salaf, karena di sanalah terletak tuntunan dan kebenaran.
Telah sampai kepada kita bahwa Rasulullah saw. Bersabda : “Tidak akan bersepakat umatku dalam kesesatan.” Yaitu perkataannya yang berisi kebenaran bahwa umatnya tidak bersepakat dalam kesesatan, merupakan ucapan yang benar adanya tanpa tanpa diragukan, hanya saja setanlah yang menimpakan bencana atas mereka dengan terjadinya perselisiha. Ingat, hindarilah mendalami permasalahan yang  mereka perselisihkan, sesungguhnya untukmu dalam hal yang mereka sepakati di antara batasan-batasan agama sudah merupakan kesibukan yang cukup menyita perhatian, terutama dalam masalah yang belum diketahui ilmunya.
Wahb bin Munabbih berkata : “Dulu di Masjdi al-Haram terdapat sekelompok orang yang berkata tentang Al-Jabr dan al-qadar lalu aku katakan : “Aku telah membaca tujuh puluh dua buku yang diturunkan dari langit, aku juga bergabung dengan orang-orang yang luas ilmu pengetahuannya dan aku mengetahui banyak hal yang belum diketahi oleh orang lain. Maka aku mendapati bahwa orang yang paling banyak berbicara dalam masalah ini ternyata yang paling bodoh di antara mereka tentangnya. Dan juga aku mendapati bahwa orang paling banyak berdiam diri terhadapnya justru yang paling dalam ilmunya dalam masalah ini. Aku mendapati bahwa orang yang memandang masalah ini seperti orang yang memandang sinar matahari, semakin lama ia memandang kepadanya akan semakin bertambah kebingungannya dalam masalah tersebut.”
Ali bin Abi Thalib ra. Berkata : Hindarilah berbantah-bantahan dalam masalah agama, karena pekerjaan itu hanya akan menyibukan hati serta akan menyemaikan bibit-bibit kemunafikan di sana.” Seorang tokoh berwasiat kepada saudara-saudaranya : Bismillahirrahmanirrahim! Ketahuilah bahwa keinginan-keinginan hawa nafu semacam ini telah mewabah di kalangan masyarakat. Dan jalan keluar dari masalah ini hendaklah kamu selalu berpegan teguh pada apa yang mereka sepakati serta hendaklah kamu bersepakat ketika mereka berselisih, karena orang yang baik dan orang yang jahat semuanya bersepakat bahwa Allah adalah hak, Rasulullah saw. Adalah hak, Al Qur’an dan para Rasul adalah hak, Kitab dan Malaikat adalah Hak, kebangkitan surga dan neraka adalah hak, tidak terdapat perselisihan di antara mereka. Bahwa shalat yang lima waktu beserta wudhunya, mandi dari janabah, puasa Bulan Ramadhan, zakat, haji, berbakti kepada orang tua, menunaikan amanah, mencegah kejahatan, serta menyadarkan orang lain, adalah wajib atas setiap Muslim, dan apa yang dikatakan oleh Allah SWT adalah hak : Diharamakan atas kamu (mengawini) ibu-ibu kamu, anak-anak kamu yang perempuan, saudara-saudaramu yang perempuan ... (Qs. An-Nisa’ 23 sampai akhir ayat).
 Bahwa menikahi mereka adalah haram. Juga khanrs (minuman keras), mencuri, bezina, berlaku curang, menipu, khianat, bohong, dan sejenisnya adalah haram. Bahwa dalam masalah ini tidak ada perbedaan antara kelompok yang baik dan yang jahat, demikian pula antara Ahlussunnah dan Ahlu bid’ah, mereka semua bersepakat, tiada perselisihan di antara mereka. Maka siapa yang bersikap seperti ini dan mengamalkan apa yang ada padanya niscaya tidak akan membuatnya binasa apa-apa yang belum ia ketahui di balik semua hal di atas, Insya Allahu ta’ala.
Oleh karena itu, peganglah ini dan jangan melampaui batas! Kemudian, jika ada yang bertanya kepada kalian tentang hal ini, katakan saja bahwa kami beriman kepada Al Qur’an beserta isinya, semuanya berasal dari Tuhan kami, lalu diamlah, jangan diteruskan lagi jawabannya, apalagi bila sampai berbuat lebih jauh.
Tetapi jika engkau beralasan bahwa kami melakukan itu karena kami suka untuk mengetahui yang benar dari yang salah dalam masalah yang mereka perselisihkan, lalu engkaupun menyelam lebih jauh, menyeelediki dan mendalami, niscaya tindakan seperti itu tidak dijamin akan selamat dari fitnah kecuali bila dikehendaki oleh Allah SWT. Maka terimalah nasihat ini, jangan engkau melampaui batas dan jangan terlalu jauh melangkah  dalam masalah tersebut. Karena pada setiap fardhu dalam maslah ini terdapat syariat-syariat, batasan-batasan dan sunnah-sunnah, maka pergunakanlah itu.
Pelajarilah ia supaya dengan itu menjadi sempurna shalatmu, menjadi baik pula dengannya usaha-usahamu, dan engkau pun tidak jatuh kepada riya’. Sibukanlah dirimu untuk mempelajari kewajiban-kewajiban dalam agama mu, serta sibukanlah dirimu dalam mempelajari batasan-batasan agama, dan itulah yang terbaik untukmu. Sebab, apabila engkau telah mendalami ilmu, tentu engkau tidak bisa lepas dari kesalahan orang yang tidak sepaham dengan ilmu yang ada padamu, sehingga engkau melihat permasalahan demi permasalahan tanpa memperdulikan etika, padahal kalian tidak pernah disuruh untuk hal itu.
Adapun jika kalian sengaja melihat kepada perselisihan tersebut tanpa didasari ilmu yang mendalam, tanpa bergaul dengan para ulama serta berdialog dengan mereka, tentu tidak ada jaminan bagimu untuk tidak diuji dengan sesuatu yang segera menyusup ke hati berupa fitnah. Dikatakan, tidak ada kesesatan kecuali dibalikya ada perhiasan. Setelah itu, barangkali engkau akan meninggalkan kebenaran lalu hatimu pun akan enggan untuk menerima kebenaran itu sesudahnya.
Ketahuilah, ciri-ciri orang yang memperhatikan sunnah itu yaitu waspada terhadap langkah yang terlalu jauh ke dalam bid’ah, karena kesadarannya tentang kehalusan kalimat, kerumitannya dan pendalamannya tentang hal ini. Maka tidak usah heran bahwa orang yang paling takut terhadap perdebatan adalah orang yang paling banyak ilmunya, paling tajam pemikirannya, dan paling banyak pemahamannya. Sebaliknya, orang yang berani terjun dalam perdebatan adalah orang yang paling sedikit ilmunya, paling lemah pemikirannya, dan paling rendah pemahamannya.
Oleh karena itu, waspada dan waspadalah, sesungguhnya kalian telah diperingatkan. Telah dikatakan kepada kami, hendaklah kalian berpegang pada agama orang-orang lemah, agama orang-orang badwi dan agama anak-anak (Yakni dalam hal tunduk dan membenarkan). Kemudian terimalah nasihat supaya jangan sampai engkau termasuk orang-orang yang dikatakan dalam ayat berikut : “tetapi kamu tidak menyukai orang-orang yang memberi nasihat. “ (QS. Al A’raf,79).
Ingat! Hati-hatilah kepada Allah, Saudara-saudaraku, terimalah nasihat orang yang prihatin terhadap nasibmu karena setan tidak pernah lalai dalam usahanya menghalangimu dari jalan kebenaran. Ia selalu menjadikanmu suka untuk menggapai kemenangan dalam perselesihan umat, dengan alasan demi mengenal kebenaran berdasarkan praduganya serta demi memilih yang benar, seolah-olah ia sebagai nasihat bagimu. Akan tetapi, sesungguhnya setan itu, melalui hawa nafsu dan fitnah akan membawamu kepada bencana dan melalaikanmu dari mengingat hari kebangkitan.  Duhai, kesibukan hati yang bukan untuk pendekatan bahkan sebaliknya untuk menjauhakn dari Tuhan mu, Ingat, janganlah engkau menolak bencana dengan cara mengikuti hawa nafsu, semoga Allah melindungi kita semua dari hal demikian. Aamiin.

NASIHAT KE - 15
Memelihara  Anggota  Tubuh  dan Hati
Saudaraku! Aku berpesan kepada kalian tentang suatu pekerti, yang merupakan kumpulan seluruh kebaikan, yaitu aku berwasiat tentang pemeliharaan seluruh anggota tubuh serta hati, dan senantiasa kukuh menjaga di segala kondisi. Janganlah memulai sessuatu dengan tindakan, juga dengan perkataan, serta jangan pula menyembunyikannya kecuali melalui pertimbangan dan perencanaan. Jika sesuatu itu terpuji di sisi Allah SWT. Bersegeralah melakukannya; sebaliknya, jika tercela, maka jauhilah. Adapuns esuatu yang masih samar menurutmu, serahkanlah kepada orang yang ahli di bidangnya, dan berhentilah sampai di sini dulu sampai Allah memberikan ilmu dan penjelasannya.
Rasulullah saw. Bersabda : “Manusia yang paling di cintai oleh Allah ialah orang yang tidak mengungkapkan perkataan, perbuatan tangan, kaki, tindakan, tidak juga niat kecuali setelah petimbangan dan perencanaan. Maka, jika di sana terdapat ridha Allah, ia lakukan, dan jika tidak, maka ia tahan.” Ingat! Contohlah orang yang cendekia dan intelek, juga pelaku wara’ dan takwa. Berperilakuklah dengan etika mereka, engkau akan mendapatkan dengannya kemuliaan di hari ditegakkan hisab. Semoga Allah memberi kita taufik untuk setiap kebaikan melalui Rahmya-Nya.

NASIHAT KE - 16
Malapetaka Dalam Mengabaikan Hak-Hak Allah

Saudaraku! Sungguh hal demikian merupakan jalan menuju Allah, maka berpeganglah pada hal-hal yang akan aku lukiskan kepada kalian berikut ini.
Yakinilah ia di dalam hatimu, dasari atasnya amal perbuatanmu dan curahkanlah segala kemampuan untuk melaksanakanya! Sebab, Aku melihat bahwa jiwa yang selalu memerintah telah mengambil keputusan untuk mengabaikan perintah Allah SWT. Maka lakukanlah hati-hatilah terhadap Allah (takut kepada-Nya); Jangan meremehkan-Nya, karena hal itu akan menghapuskan agamamu dan akan menjadi bencana atasmu, sedangkan kamu tidak menyadari. Bukanlah termasuk orang yang sadar orang yang mengabaikan apa yang pernah ia dengar. Terlebih lagi bahwa hak-hak Allah SWT itu jauh lebih banyak dan lebih besar dari semua itu. Maka, jika kamu menampakan kelemahan dalan melaksanakannya, tentu kelemahan itu tidak lebih kurang daripada kesedihan yang mendalam dan lama, karena musibah (bencana) itu pada dasarnya terletak pada pengabaian akan hak-hak Allah.
Tetapi, aku justru mendengar bahwa kesedihan kalian terhadap bencana dunia bahkan lebih besar daripada kesedihan karena ditimpa musibah di dalam agama, inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Kedatangan malapetaka memang saling susul menyusul dan sebagainya lebih dahsyat daripada yang lain, tetapi pasti akan nampak akibatnya pada saatnya esok. Semoga Allah memberikan taufik kepada kita seua untuk setiap kebaikan dengan Rahmat-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar doa, di tangan-Nya terletak seluruh kebaikan dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Wassalam.
Setelah si hamba Allah tersebut selesai dari ucapannya. Semoga Rahmat dan Ridha Allah untuknya, menghadaplah orang-orang yang senang kepadanya, lalu mereka berkata kepadanya : “Wahai saudara yang besar perhatiannya kepada Saudara-saudara yang lain, sungguh Anda tidak jemu memberi nasihat dan tidak lalai dalam memberikan pandangan. Apa-apa yang telah anda sampaikan kepada kami semua benar adanya, tidak bisa dielakan hujah pun cukup akurat dan sinar petunjuk telah jelas, maka wajib atas kami untuk mengamalkannya. Allah-lah Sang Penolong dalam perkara ini, dan Dia-lah Sang Pemberi Taufik. Semoga Allah Yang Maha Pemberi Karunia memberikan kepada Anda seutama-utama balasan orang-orang yang beramal karena-Nya. Kami memperhatikan Anda telah melukiskan kepada kami tentang kelompok orang yang memiliki impian yang benar, akal yang sempurna, akhlak yang mulia, amal perbuatan yang saleh, perkenalan terhadap kenikmatan, kesungguhan dalam bersyukur dan usaha maksimal dalam mencapai derajat kejujuran. Dan Anda telah menjadikan kami suka kepada perbuatan-perbuatan mereka. Anda telah melukiskan kepada kami tentang segolongan orang yang menjalankan kebajikan, sama rata di antara mereka meskipun di Sisi Allah sebagian lebih tinggi daripada yang lain dan sebagian lebih berat timbangannya daripada yang lain.
Lalu Anda juga mensifati golongan lain yang menyandang kebodohan yang besar, kelakuan yang buruk, rahasia-rahasia yang keji serta kufur terhadap nikmat. Maka engkau cegah kami dari mengikuti aliran-aliran mereka. Kemudian Anda melukiskan jiwa-jiwa yang mabuk dengan bunga-bunga dunia dan Anda peringatkan kami supaya tidak menjadi seumpama mereka. Anda telah menjelaskan kepada kami tipuan setan dan Anda takuti kami dengannya. Anda beritakan tentang bisikan jiwa yang sering terlintas dalam diri kami, sungguh kami tela mendapatkan kebenaran tentang gambaran mu akan bencana-bencana atas kami.
Memang kami melihat kerusakan-kerusakan di tengah-tengah kami bercampur aduk dengan ulah kami. Kami juga merasakan ddiri kami sasarannya adalah dominasi hawa nafsu dan kecerdikan musuh yang sejak dini telah menyesatkan kami, selalu memotivasi kami untuk melakukan semua yang tercela, dan ia memperindah hal itu dengan pengelabuan yang amat halus, kemudian ia cegah kami dari segala perbuatan terpuji dan ia campuri dengan tipu daya yang tersembunyi. Maka jika Anda setuju, wahai juru nasihat bagi saudara-saudaranya, agar Anda memberikan batasan untuk kemi ciri-ciri etika agama yang terpuji sehingga dapat kami pergunakan untuk menerapkan akhlak yang mulia di tengah-tengah kami; agar Anda lukiskan kepada kami tentang keadaan orang-orang yang paling bersyukur di antara makhluk, dan juga keadaan orang-oang yang paling kufur, dan keadaan orang-orang penyandang ke wara’-an serta kejujuran.
Namun jangan lupa agar Anda gambarkan kepada kami kejahatan pelaku riya dan ujub. Semoga Allah berkenan melenyapkan kebodohan dari kami, melapangkan dengan mengenali hal-hal tadi di dada-dada kami, melunakan hati kami, sehingga kami berjuang dengan melawan musuh demi membela agama kami, sekaligus mampu berseberangan dengan hawa nafsu kami setelah mengetahuinya. Mudah-mudahan Allah menyembuhkan dengannya sebagian penyakit jiwa kami bersama yang terdahulu dari yang diberlakukan Allah melalui lidah Anda untuk kami.”
Mendengar hal ini berkatalah hamba Allah Rahimahullah : Saudara-saudaraku, kalian memliku hak yang mesti (dipenuhi) tapi, yang wajib bagi kalian lebih banyak lagi daripada sekedar itu. Maka, keinginan kalian dan usaha peningkatan diri kalian dalam mengenal kecintaan Rabb --- melalui permintaan tadi--- sungguh kalian telah menanyakan tentang ilmu yang tersembunyi di dalam dada dan tidak ada yang mengetahuinya kecuali ulama yang mengenal Allah SWT. Sebab, telah sampai kepada kami, bahwa Rasulullah saw. Berssabda : “Apabila mereka pergi dengannya; tidak ada yang tidak mengetahuinya kecuali orang yang terperdaya terhadap Allah, maka janganlah kamu menghina seseorang yang diberi ilmu oleh Allah. Sesungguhnya Allah tidak menghinanya sebab Dia telah memberikan ilmu itu kepadanya.”
Ingat, aku menyampaikan kepada kalian sebagian apa yang telah Allah bukakan untuk kita. Hanya kepada Allah aku memohon petunjuk dan kepadanya aku memohon bimbingan.


NASIHAT KE - 17
Rahasia Perbedaan Para Pelaku Kebajikan dan Antara Keutamaan Mereka serta Beberapa Substansi Tatakrama

Saudara-saudara ku, ketahuilah bahwa pendapat itu banyak sekali dan bidang ilmu pengetahuan itu tidak terbatas, namun sebaik-baik pendapat ialah yag ditujukan untuk keridhaan Allah dan seutama-utama ilmu ialah yang diamalkan kerana Allah SWT. Maka perhatikan apa yang  kammu tanyakan dengan telinga  yang sigap, dengan fikiran yang  sadar serta dengan hati yang penuh perhatian. Semoga Allah memberikan taufik kepada kita untuk itu.
Adapun pertanyaan kalian tentang keadaan orang-orang yang melakukan kebajikan dalam jumlah yang sama, namun, nilai kebajikan sebagian mereka di sisi Allah lebih tinggi daripada yang lain dan timbangan amal perbuatannya lebih berat daripada yang lain, sungguh kalian telah membahas ilmu yang besar dan karakteristik yang sangat beragam. Ketahuilah, perbedaan di antara hamba-hamba itu jauh sekali. Berikut akan kugambarkan sebagian di antara keadaan mereka, seraya berharap karunia dan bimbingan dari Allah SWT. Sebagian di antara mereka bisa menjadi lebih unggul daripada yang lain karena ilmu, kebaikan niat, kejujuran lidah dan kebenaran sikap wara’. Sebab, setiap amal perbuatan ada batasan-batasan, dan bagi pelakunya ada persyaratan-persyaratan yang harus di penuhi.
Seorang hamba, bila ia tidak mengetahui batasan amal perbuatan dan etika dalam beragama, tentu perbuatannya tidak mengarah untuk mencari keridhaan Allah SWT, dan tidak pula untuk memenuhi kebenaran dalam amalnya, juga tidak dalam niatnya. Kemudian pula keadaan bila ia tidak mengenali penyakit-penyakit jiwa dan tipu daya setan, tentu ia tidak berhati-hati dalam perbuatannya, dan juga tidak mengetahui betul cara untuk memelihara diri dari musuh-musuh agamanya, padahal nafsu dan musuhnya selalu memperindah urusan dunia di depan matanya daripada urusan akhirat. Kedua-duanya selalu menjadikan dia tertarik pada hal-hal yang sesuai dengan keinginan rendah jiwanya; kepada hal yang dibuat indah di mata manusia tetapi menyebabkan aib baginya di mata Tuhan SWT, sedangkan hamba tersebut senantiasa tunduk kepada keduanya. Hal demikian terjadi padanya karena pandangannya telah tertutup sehingga tidak mampu lagi mengenali tipu daya ke dua musuhnya itu. Akhirnya ia pun berbuat kebajikan dengan ilmu yang serba minim serta pemikiran yang lemah. Kadang kala ia memang tidak tahu dan kadang tidak mengenal; ada kalanya malah merugikannya dan kadang ia tidak mendapatkan apa-apa.
Tipe orang semacam ini, meskipun banyak melakukan amalan sunnah, namun ia hanya mendapatkan bobot timbangan yang ringan, jauh lebih rendah derajatnya daripada orang-orang yang berpengatahuan. Sedangkan yang lan, ia diberi akal dan pengetahuan sehingga serasilah keadaannya. Ia melawan hawa nafsunya, berjuang melawan musuhnya, meletakan sesuatu berdasarkan ilmu pada tempatnya, memberlakukan segala perkatra secara proposiona, dan mencari keradhaan Allah melalui perbuatan terpuji. Ia menahan diri dari hal-hal yang masih samar dalam pandangannya, mencari ilmu untuk diamalkan, memlihih kebajikan dengan  niat utama dan kemauan yang tinggi lagi sangat serasi dengan kecintaan Allah SWT. Ia menjadikan niat yang paling benar sebagai dasar, dan di atasnya ia membangun amalan kebajikan. Ia jaga dirinya dari riya dan ia rahasiakan kehidupannya di mata orang lain. Tipe orang semacam ini, meskipun sedikit amalan sunnahnya, merupakan yang terberat dan tertinggi nilainya, sehingga amal perbuatannya yang sedikit itu akhirnya menjadi banyak juga.
Berikut aku akan menggambarkan suatu karunia dari Allah sekaligus sebagai substansi dari pekerti, kebaikan hati dan pencaian akan keridhaan Allah. Oleh karena itu, maka yakinilah ia di dalam rahasia-rahasia hati, dan jadikanlah ia pondasi, lalu dirikan di atasnya perbuatan kebajikan, karena di sanalah terletak keteguhan serta keutamaan yang agung.
Namun lantaran ini pula akan diambil tindakan atas seseorang untuk setiap penyimpangan yang sumbernya dari dalam dada. Dan karunia tersebut adalah seperti yang terungkap melalui beberapa riwayat berikut ini.
Di antaranya, telah sampai kepada kami bahwa, salah seorang yang memilikiilmu berkata : “Telah keluar dari bawah ‘Arsy lembaran-lembaran putih dan itu adalah niat-niat.” Seorang ahli ilmu lainnya berkata : Pelajarilah niat karena ia lebih penting daripada perbuatan.” Dikatakan : “Niat orang beriman lebih baik daripada amalnya, dan bagi setiap orang sesuai dengan apa yang ia niatkan.”(Al Bukhari)
Dalam Firman Allah SWT yang berbunyi : “Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing ( QS. Al-Isra’ : 84), Ahli tafsir berkata : “Para malaikat naik dengan membawa amal seorang hamba di antara hamba-hamba Allah dan mereka menganggapnya sedikit. Mereka menghinanya sedemikian rupa hingga perjalanan merek berakhir bersamanya pada suatu tempat sesuai dengan yang dikehendaki oleh Allah SWT. Lalu Allah SWT mewahyukan kepada mereka : “Kalaian adalah penjaga atas amalan hamba-Ku, sedang Aku mengawasi apa yang ada di dalam dirinya, maka lipatgandakanlah untuknya dan catatlah pada “Illiyyin (kitab yang tertulis).
Seorang tokoh berkata : “Allah SWT akan memberikan kepada hamba berdasarkan niat sessuatu yang tidak diberikan berdasarkan perbuatan.” Benar, karena niat itu bersih tidak riya’, sedangkan perbuatan sering dicemari oleh riya’.”

NASIHAT KE - 18
Mennggemari Ilmu Yang Wajib Dipelajari

Apabila orang-orang suka kepada ilmu pengetahuan, jadikanlah kegemaranmu kepada ilmu yang diwajibkan kepada hamba. Karen, telah sampai kepada kami bahwa Rasulullah saw. Berssabda : “Wahai kaum, utamakanlah niat dalam mempelajari batas-batas kewajiban, dalam mengenal yang halal dan haram, mengenal wara’ serta keikhlasan, karena Allah dalam berbuat.” Carilah ilmu yang demikian dengan kesungguhanmu, sebab orang jahil terhadap batasan agama akan buta dari jalan petunjuk, berubah-ubah dalam sikap anti kebenaran dan silih berganti dalam berbagai macam kerusakan.
Rasulullah saw. Bersabda : “Seandainya orang yang bodoh melebihi para mujahid dalam beribadah, tentu yang rusak lebih banyak daripada yang benar.” Ingat, manakala engkau tidak mengerti tentang batasan-batasan agama, pasti engkau merugi, tetapi manakala engkau mengetahui tentang apa yang wajib atas mu, lalu kau amalkan, pasti engkau akan berbahagia. Inilah perbedaan keutamaan antara dua orang. Salah satu di antaranya mempelajari berbagai bidang ilmu pengetahuan, tetapi sebenarnya tidak ada kebutuhan untuknya apa yang dipelajarinya itu, dan ia pu tidak akan ditindak di hari kiamat bila meniggalkannya, tetapi tetap akan ditanya tentang ilmunya, tentang susah payahnya dalam mencarinya, dan apa yang ia keendaki dalam menuntutnya? Sebab, bisa jadi tujuannya benar-benar untuk mendekatka diri kepada Allah dan boleh jadi pula karena tertarik oleh nilai dunia dan kemauannya. Adapun yang lain, orang yang mencari ilmu tentang batasan-batasan kewajiban, yang jika diabaikan akan menyebabkan murka Allah. Begitu seterusnya, hingga apabila benar-benar telah merasa mantap dengan ilmu tentang yang fardhu tersebut, carilah bidang ilmu yang lebih sesuai dengan kecintaan Allah SWT, dan yang lebih besar manfaatnya dalam agama. Semoga Allah memberikan kepada kita sekalian taufik untuk setiap kebaikan melalui Rahmat-Nya.

NASIHAT KE - 19
Jadikanlah Kegemaranmu untuk Mencari Ilmu

Saudaraku! Apabila orang lain berusaha mencari berbagai jenis kebajikan, saingailah mereka dalam usaha tersebut, dan jadikanlah bagian tersebut dari keinginan itu untuk mencari ilmu, karena Wali-wali Allah ialah orang-orang yang merenung, berfikir, mempertimbangkan dan mengambil pelajaran. Maka, dengan akallah mereka menjadi suka, takut, zuhud, beralih kepada petunjuk serta meningkat dalam derajat.
Telah sampai kepada kami bahwa Rasulullah saw. Berkata kepada Ali ra. “Wahai Ali! Apabila orang lain berusaha mengerjakan berbagai macam kebajikan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan mereka, hendaklah engkau berusaha mencari berbagai macam ilmu, niscaya engkau akan melebihi mereka dalam keakraban, kedekatan serta derajat di dunia dan akhirat.” Dalam hadis yang lain Rasulullah saw. Bersabda : “Allah tidak menerima shalat seorang hamba, tidak pula puasanya, hajinya, umrahnya, sedekahnya serta jihadnya, juga tidak sesuatu yang lain di antara macam-macam kebajikannya, bila ia tidak berakal.”
Telah sampa pula kepda kami bahwa ketika Allah SWT menciptakan akal, Allah berkata kepadanya : “Duduk!” lalu ia duduk. “Berdiri!” Lalu ia pun berdiri. “Membelakangi!” ia membelakangi. “Menghadap!” ia pun menghadap. “Lihat!” ia melihat. “Bicara!” ia berbicara. “Diam!” ia pun diam. “Dengar!” ia mendengarkan. Dan “Pahami!” ia pun memahami. Maka Allah berfirman : “Demi kemulian-Ku, ketinggian, keagungan, kebesaran dan kekuasaan-Ku atas ciptaan-Ku. Aku tidak menciptakan sesuatu makhluk yang lebih mulia di sisi Ku, yang lebih Aku cintai dan lebih utama pada suatu kedudukan, dari pada mu. Karena melalui mu Aku di kenal, dengan mu Aku disembah dan dipuji. Lantaranmu Aku mengambil tindakan, melalui mu aku memberi, karena mu Aku menjatuhkan sangsi, untuk mu pahala dan atas mu siksaan.”
Sungguh, Allah SWT, telah mengistimewakan akal dengan kemuliaan, memberinya pekara yang agung dan menjadikan orang-orang  yang berakal memiliki ketingian derajat serta yang paling terhormat di dunia dna akhirat.
Salah seorang sahabt berkata : “Bertambahnya akalku setiap hari  seukuran atom, lebih aku sukai daripada mematahkan pedang di jalan Allah dengan jiwaku, hartaku, serta pemberianku atas dasar kemurahan kepada berbagai macam kebajikan dan sedekah.” Maka, siapa di antara kalian yang menginginkan ilmu da berusaha mencari jalan untuk mendapatkannya, ingatlah, bahwa yang paling utama yang harus di ambil faedah dari akal itu adalah menggunakannya untuk taat kepada Allah dengan menjalankan kewajiban yang difardhukan kepadamu, dan menghindari larangan yang diharamkan atasmu.  Maka, jika itu telah engkau lakukan, berarti engkau telah mengambil bagian dari akalmu. Lantaran inilah sebuah riwayat berbunyi : “Orang yang berakal ialah... yang taat kepada Allah dan tidak ada akal untuk orang yang berbuat maksiat kepada-Nya.”
Apabila engkau menghendaki ketinggian dalam tingkatan akal, dan engkau suka kepada tambahan manfaat dari Allah SWT, jadikanlah dirimu berlainan dengan orang lain dalam berbuat. Karena manusia mendurhakai Allah justru dengan apa-apa yang telah dikaruniakan kepada mereka, berupa kesehatan anggota tubuh, serta rizki yang silih berganti, dan lain sebagainya di antara kenikmatan lahir; sehingga dengan itu mereka menjadi kuat, kemudian melakukan maksiat kepada Allah SWT.
Saudaraku! Malulah dirimu bila mendurhakai Allah dengan mempergunakan nikmat-Nya. Sebaliknya, jadikanlah dirimu oarng yang mulia dan bersyukur, dan gunakan kenikmatan yang ada di tanganmu untuk kesenangan yang gmerupakan tanda syukur atas kepercayaan-Nya kepada mu. Maka, demi Tuhan manusia, jika engkau beristiqomah dan mau menggunakan nikmat Allah untuk mencari keridhaan-Nya, niscaya engkau akan meningkat dalam derajat akal kepada kemurnian iman, kemurnian agama dan kebenaran pengenalan akan ke Agungan Allah, kebesaran-Nya, ketinggian-Nya, dan ke Mahakuasaan-Nya SWT. Niscaya engkau akan meningkat kepada kejujuran sifat malu kepada Allah SWT, sangat takut kepada Nya dan suka kepada keridhaan-Nya. Niscaya engkau meningkat dalam kesabaran atas bala’ dari Allah, berserah diri kepada urusan-Nya, ridha terhadap ketentuan-Nya, serta senang terhadap perhatian dan pilihan-Nya untuk mu. Niscaya engkau akan meningkat dalam kebenaran sikap takzim kepada-Nya, sikap meninggikan-Nya, percaya kepada-Nya, perhatian kepada-Nya, berpegang pada-Nya, akrab dengan-Nya, cinta kepada-Nya, serta rindu kepada-Nya, sesuai dengan pemahamanmu terhadap keagungan-Nya dan kemahakuasaan-Nya SWT. Itulah derajat yang tertinggi \, sekaligus lebih berat bobotnya daripada amal ibadah para mujtahid.
Demikianlah perbedaan keutamaan antara dua orang. Yang satu mengerjakan kebajikan namun ia memiliki sedikit ilmu tentang manfaat akal. Sedangkan yang lain adalah mencari kesenagan-kesenangan Tuhan melalui akalnya, dan ia pun meyakini di dalam hati akan kesesuaian sikapnya dengan Allah dalam hal yang dicintai dan dibenci, sehingga naiklah ia melalui tingkatan demi tingkatan. Semoga Allah mengaruniai kita sekalian ilmu yang bermanfaat serta akal yang cerdas. Aamiin.

NASIHAT KE - 20
Berusaha keraslah untuk menyenangi Apa-apa yang Disukai oleh Allah SWT.
Saudara-saudaraku!Apabila engkau melihat orang lain tidak senang kepada hal-hal yang disukai oleh Allah SWT dan membenci sesuatu yang bermanfaat buat mereka di akhirat, ingat, hati-hatilah kepada Allah. Jadilah engkau berseberangan dengan mereka dan berjuang melawan kiwamu untuk menyenangi hal-hal yang disukai oleh Allah SWT. Kadang kala ada suatu golongan yang mengaku senang kepada apa-apa yang disukai oleh Allah, padahal sebenarnya mereka tidaklah demikian. Sebenarnya mereka tidak menyukai banyak hak yang disukai oleh Allah dan membenci banyak hal yang bermanfaat bagi mereka. Karena itu, renungkanlah permasalahan kalian! Kemudian, bagaimana menurutmu tentang seorang terpelajar yang ditakdirkan oleh Allah SWT memiliki seorang teman yang juga berilmu dan suka memberi nasihat untuk menuntunnya menuju kecintaan Allah SWT, membantu membeberkan aib dirinya serta tidak lupa pula mengarahkannya kepada tata cara berobat dari seluruh aibnya tersebut, agar ia beralih dari kesesatan kepada tuntunan, sedangkan hal demikian termasuk di antara kecintaan Allah? Seorang yang bodoh merasa keberatan apabila diberitahu aib dirinya, atau bila ada orang yang mengetahui keburukannya, sehingga ia merasa tersinggung terhadap orang yang suka membimbingnya, padahal ia tidak sadar bahwa dirinya telah membenci orang yang ditakdirkan Allah untuk menuntunnya. Berteman dengan juru nasihat yang mau merupakan rahmat bagi seseorang. Oleh karena itu, kenapa harus merasa berat untuk menerimanya dan kenapa harus merasa jengkel terhadap bimbingan yang diberikan kepadanya. Demikian pula halnya bila ada seseorang yang simpati kepadanya, itu juga merupakan rahmat dari Tuhan kepada hamba=Nya. Sehingga, ia akan menghindarkan darinya fitnah kedudukan, yaitu perasaan memiliki status sosial terhormat serta perasaan memiliki pengikut setia dari kalangan masyarakat. Maka, juru nasihat itulah yang berperan menyelamatkannya dari fitnah tersebut, dengan membuat dirinya menjadi tidak terkenal sehingga bila ia tidak ada, tidak ada yang perlu mencarinya, sebaliknya, bila ia ada juga tidak ada yang gmengenalinya. Hal demikian adalah lebih selamat untuk agamanya, dan merupakan salah satu di antara karunia Allah SWT. Kepadanya.
Telah sampai kepada kami bahwa Allah SWT berfirman : “Hamba-Ku! Aku tidak menyembunyikan sebutanmu di dunia sebagai perhatian dari Ku kepada mu.”
Padahal orang yang terperdaya bersedih terhadap rendahnya nilai dirinya di kalangan masyarakat. Ia berduka karena tidak terkenal dan merasa benci lantaran perhatian dan pilihan Allah untuk dirinya itu, padahal ia tidak mengetahui hal demikian dari dirinya.
Demikian juga seseorang yang diperhatikan oleh Allah dengan dipalingkan darinya fitnah harta agar tidak melampaui batas dan tidak menjadi sibuk dengan dunianya dan lupa pada perkara-perkara akhirat. Allah Yang Maha Pengasih menjadikannya sedikit harta, lapang dada, selamat dalam agamanya, jarang berbaur, ringan bebannya, sebentar tertahannya, sedikit hisab nya, sedikit yang ditanyakan kepadanya, segera menyeberang di atas shirath, dan semua itu merupakan bentuk kasih sayang Allah kepadanya.
Allah SWT berfirman : “Hamba-Ku berduka karena Aku memalingkan dunia darinya, padahal yang demikian justru yang paling dekat kepada-Ku dan sesuatu yang lebih Aku sukai.”Hamba yang berduka lantaran dunia dipalingkan darinya seakan-akan ia tidak menyukai kecintaan Allah SWT kepadanya sedangkan ia tidak merasakan. Tetapi ia selalu merasa pesimis dengan sedikit harta dan menganggap perbuatan Allah kepadanya sebagai pertanda buruk, padahal ia tidak memahami apa sebenarnya yang terjadi dengan dirinya.”
Orang seperti ini banyak jumlahnya, ia dicintai oleh Allah SWT dan dicintai oleh orang-orang yang mencintai-Nya, sedang dirinya benci kepada semua itu. Semoga Allah melindungi kita semua dari perilaku demikian.

NASIHAT KE - 21
Berseberanganlah dengan Orang-orang yang Gemar pada Sesuatu yang Menyebabkan Allah Benci

Saudara-saudaraku! Apabila engkau melihat orang-orang menggemari perbuatan yang menyebabkan Allah benci, meski di antara mereka terdapat sekelompok orang yang mengira bahwa mereka hanya benci kepada hal-hal yang akan merusak agama,padahal sebenarnya tidak, karena sesungguhnya mereka itu menyukai hal-hal yang menyebabkan Allah marah dan mereka bergembira dengan sesuatu yang merusak agama, maka jadilah engkau orang yang berseberangan dengan mereka. Bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang terbuai dalam pujian, sanjungan, dan kedudukan di dunia, padahal Allah tidak menyukai hal demikian dan juga tidak menyukai oarng yang menyukainya?
Orang yang bodoh pasti mendambakan sesuatu yang tidak disukai oleh Allah SWT, berupa sanjungan dan sikap berlebih-lebihan, seakan-akan ia senang terhadap kebencian Allah kepadanya, sedang ia tidak merasakan. Semoga Allah melindungi kita dari hal demikian. Demikian pula keadaannya dengan seseorang yang tergila-gila terhadap harta, kemegahan dan perhiasan di dunia, padahal Allah SWT membenci hal demikian dan membenci orang yang menyukainya.
Telah sampai kepada kami bahwa Alah SWT berfirman : “ Hamba-Ku bergembiralah bahwa aku melapangkan baginya di dunia, padahal yang demikian adalah sesuatu yang membuatnya lebih jauh dari-Ku dan lebih tidak Aku sukai.” Seorang haba selalu  mendambakan sesuatu yang dibenci oleh Allah seakan-akan ia menyukai kebencian Allah kepadanya, sementara ia tidak menyadarinya. Contoh seperti ini banyak : Ia dibenci oleh Allah SWT dan dibenci oleh orang-orang yang mencintai Allah SWT. Sementara hamba tersebut tetap tergila-gila kepada hal demikian.
Itulah perbedaan di antara dua tipe hamba. Salah satunya senang akan perhatian Allah kepadanya, menyukaia apa yang disukai-Nya dan membenci apa yang dibenci oleh Nya SWT. Yang lainnya membenci banyak hal yang disukai oleh Allah SWT; sebaliknya ia menyenangi hal-hal yang justru dibenci oleh Allah SWT. Ia tertarik kepada hal-hal yang bakal merusak agamanya dan membenci hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya di akhirat. Ia bersedih terhadap perlakuan Allah kepadanya, padahal ia tidak memahami apa yang sebenarnya terjadi dengan dirinya. Cukuplah hal demikian sebagai musibah yang menimpa seorang hamba ketika sore dan pagi hari, yaitu berupa kelakuannya yang membenci apa yang  sesungguhnya dibenci oleh Allah SWT dan ia pun terus-terusan berbuat demikian sepanjang umurnya.
Celakalah dirimu, sesungghuhnya hal demikian merupakan puncak sikapmu yang menentang Allah SWT sekaligus merupakan puncak permusuhanmu terhadap diri sendiri jika engkau memahami.
Saudara-saudaraku! Bermawas dirilah kepada Allah SWT. Janganlah engkau hanya bersandar pada ibadah tetapi tetap tekun menggemari hal-hal yang tidak disukai oleh Allah SWT, berusaha keraslah untuk menyalahi kemauan rendah jiwa, juga berusaha keraslah untuk bersesuaian dengan Allah SWT dalam segala sesuatu yang disukai dan tidak disukai oleh-Nya, karena usaha demikian adalah wajib dan pahalanya pun jelas sekali; sebaliknya bahaya menyia-nyiakannya tidak kalah besar pula. Maka cukuplah kiranya sebagai dosa bahwa Allah menyukai suatu perkara tetapi engkau malah membencinya; Bahwa Dia tidak menyukai sesautu, justru engkau menyukainya, yaitu suatu bentuk perselisihan antara makhluk dan khaliq-nya. Padahal Allah SWT Maha Mengetahui isi hati hamba-Nya. Mahasuci Allah, alangkah bijaknya Dia terhadap hamba yang mampu mengenali hal demikian melalui nuraninya. Duhai fitnah yang menimpa kebanyakan orang, suatu persitiwa yang dapat saksikan dengan mata kepala kita, dan hanya sedikit yang selamat. Semoga Allah SWT melindungi kita sekalian sebagaimana Dia melindungi para kekasih-Nya. Amin ya rabbal Alamin.

NASIHAT KE - 22
Khusuk dalam Shalat

Saudara-saudaraku! Jika orang lain hanya menghadirkan jasad mereka ketika melaksanakan shalat dan hanya berlaku khusyuk dengan anggota tubuh, sedang hati mereka lalai dari Tuhan-nya, ingat! Hati-hatilah kepada Allah; hadirkanlah hatimu bersama jasadmu dan berdirilah menghadap Allah SWT bagaikan seorang hamba yang sedang berdiri di hadapan majikannya, yang diliputi oleh suana khusyuk, segan, tenang, serta penuh takzim.
Seringkali sebagian kami menghormati sebagian yang lain, dan berbicara lemah lembut kepada mereka dengan tutur kata penuh hormat dan malu atau berharapharap atau merasa cemas. Kalau begitu, wahai manusia, bukankah Allah SWT lebih utama untuk dihadapi dengan penuh rasa tkazim dan malu? Atau, apakah memang kalian bodoh terhadap karunia Allah atas hamba-hamba-Nya? Kalau begitu, kenapa engkau tidak mengagungkan Yang Maha Perkasa dengan keagungan yang jauh lebih besar daripada semua makhluk? Lalu, tidak kurang pentingnya daripada itu pula, yaitu engkau harus menyimak penuh perhatian terhadap Kalam Allah SWT sebagaimana engkau memperhatikan pembicaraan orang yang kau hormati. Hal demikian agar Tuhan tidak menjadi lebih rendah di matamu daripada makhluk-Nya, Maha Suci Allah dari hal demikian. Ingat, berhati-hatilah kepada Allah SWT.
Kemudian daripada itu, wahai saudara-saudaraku! Kenalilah kedudukan Dzat yang kau hadapi itu! Diriwayatkan dari salah seorang tokoh ilmu pengetahuan tentang firman Allah yang berbunyi :“Berdirilah karena Allah (dlaam shalatmu) dengan khusyuk (QS. Al-Baqarah : 238), Ia berkomentar : “Qunut” dalam ayat tersebut khusyuk di kala rukuk dan sujud, menahan pandangan, serta merendahkan diri karena takut kepada Allah SWT.”
Para Ulama, apabila mereka berdiri untuk melakukan shalat, mereka merasa segan untuk menoleh, atau melakukan kesia-siaan dengan apapun, atau berbicara kepada diri sendiri tentang sesuatu di antara urusan dunia, keccuali bila lupa.
Salah seorang ahli ilmu berkata : “Shalat dua rakaat yang dilakukan dengan ringan (sebentar) dan diniatkan untuk berfikir, lebih baik daripada sjalat malam dengan hati dalam keadaan lalai.” Yang lain berkata : Sesungguhnya sekelompook orang yang menunaikan shalat yang sama tetapi mereka memiliki keutamaan yang berbeda bagaikan perbedaan antara langit dan bumi. Salah seorang diantara mereka shalat dengan khusyuk serta menghadap kepada Allah SWT, sedangkan yang lain lalai.” Telah sampai kepada kami sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa, jika seseorang berdiri untuk menunaikan shalat dan mengucapkan Allahu Akbar setan mendatanginya dan berkata kepadanya :Ingatlah ini, ingatlah itu. Ia menyebutkan keperluan-keperluannya, menfitnahnya, serta membisikan kesibukannya. Lalu Malaikat berkata kepadanya : Pusatkan perhatian terhadap shalatmu. Malaikat itu memanggil melalui telinga kanan dan setan menyerunya melalui telinga kiri, sedang hatinya berada di antara dua seruan itu. Maka jika ia taat kepada Malaikat, malaikat itu akan memukul setan dengan sayapnya dan mengusirnya. Namun jika ia taat kepada setan. Malikat berkata : Celaka! Celaka! Seandainya engkau menuruti kataku, tentu tidaklah engkau berdiri untuk melaksanakan shalat melainkan Allah mengampunimu untuk setiap dosa.” Kemudian telah sampai pula kepada kami cerita lain yang menyebutkan bahwa hamba tidak mendapatkan sesuatu dari shalatnya kecuali apa yang ia pahami darinya.
Di antara salah seorang khalifah ada yang berkata : “Apabila salah seorang di antaramu berada dalam shalat, hendaklah ia menjadikan shalat itu sebagai tujuannya serta memusatkan perhatian kepadanya, dan janganlah kalian seperti kuda yang dikepalanya terdapat keranjang kosong yang diangkat dn diturunkannya padahal tidak ada apa-apa di dalamnya.” Ingat, jadilah engkau takut terhadap sikap menganggap ringan urusan Allah supaya engkau tidak keluar dari setiap shalat dalam keadaan sia-sia. Semoga Allah melindungi kita semua dari kerugian semacam itu.
Nah inilah perbedaan di antara dua orang, salah satunya bila ia mendirikan shalat, jasad bersama hatinya lali dari Allah SWT, sedang yang lain, hatinya hadir bersama jasadnya dalam keadaan takut kepada Allah SWT. Ingat, berhati-hatilah kepada Allah SWT.
Saudaraku! Berusaha keraslah untuk menghadirkan hatimu dalam shalat dan janganlah kamu terperdaya oleh wakil-wakil setan. Sebab, mereka hanya menghadirkan jasad-jasad mereka tatkala shalat namun hati mereka terbuai oleh geemerlapnya dunia serta angan-angannya, lalu mereka mencari-ceri alasan utuk diri mereka. Mereka menduga bahwa para sahabat pilihan pun pernah lengah dalam shalat mereka, dengan tujuan untuk memperoleh pembenaran atas kelalaian mereka dari mengingat Allah SWT, sekalipun dalam hal ini mereka harus mengumpat orang-orang pilihan.
Ketahuilah wahai kaum! Sesungguhnya para sahabat itu, apabila mereka dicoba dengan kelalaian, mereka menganggap besar masalah itu, mereka khawatir terhadapnya dan tidak rela dengan kenyataan seperti itu yang menimmpa diri mereka.
Telah sampai kepada kami bahwa Rasulullah saw. Mencela orang-orang yang lalai dalam shalatnya, maka peringatan inilah yang sangat menakutkan mereka sehingga berusaha untuk menutupi kelalaian itu dengan kembali kepada ingatan semula. Mereka berjuang keras menghadirkan hati, memahami tentang Allah SWT, merasa takut kepada-Nya, serta tidak pernah mencari-cari alasan untuk menutupi kesalahan tersebut seperti yang kamu lakukan dengan berdalih atas kelaian mereka.
Kemudain, apakah kamu juga mengira-ngira kelalaian sahabt dan pikiran yang terlintas dalam shalat mereka sama dengan kelalaian dan pikiran yang terlintas dalam pikiranmu yang selalu membayangkan kesibukan berbisnis, berdebat, berangan-angan dan berandai-andai itu? Dan jika memang kalian berprasangka demikian terhadap mereka, sungguh kalian telah berburuk sangka kepada mereka dan ini berarti kalian melecehkan dengan diri kalian. Apalagi jika kalian mengira bahwa kelalaianmu dalam shalat tidak seberapa bila dibandingkan dengan kelalaian pra sahabat. Sungguh kalian telah menganggap baik diri sendiri dan mengangkatnya kepada tingkatan para wali, maka alangkah buruknya godaan jiwa terhadap kalian itu! Tidakkah pernah sampai kepada kalian bahwa di antara tabi’in ada yang berkata : “Kami mendapatkan bisikan ketika shalat.” Kemudian yang lainnya menimpali : “Aku juga mendapatkan itu.” Lalu ada yang bertanya : “Apa yang anda dapatkan itu?” Ia menjawab : Aku mendapatkan bisikan yang mengingatkan surga dan neraka! Sedang aku se akan-akan berdiri di hadapan Tuhanku.” Yang lain berkata  : “Kami mendapatkan bisikan yang mengingatkan dunia dan kebutuhannya.” Lantas yang pertama mnimpali : “Anddai aku jatuh dari langit ke bumi, hal ini lebih aku sukai daripada Allah mengetahui bisikan-bisikan tadi dari hatiku.” Nah, demikianlah keadaan orang-orang pilihan tersebut.
Wahai kaum penempuh jalan kebenaran, renungkanlah apa yang telah diperbuat oleh setan untuk mencelakakanmu ketika ia berusaha untuk menjadikan hatimu lalai dari mengingat Allah SWT, dalam shalat, lalu dia memperindah untukmu bentuk dalih dengan mengatasnamakan kelalaian orang-orang suci. Celakalah engkau, seandainya engkau kembali menghina diri sendiri tatkala lalai itu, kemudian mengakui keburukan dan kesalahan pribadi, tentu hal demikian untuk kalian akan lebih dekat kepada ampunan daripada mencari-cari alasan dengan menyebut-nyebut kelengahan orang-orang lain yang lebih suci. Kenapa engkau tidak menganggap besar kesalahanmu saja sebagaimana para sahabat menganggap berat kelalaian mereka.
Telah sampai kepada kami bahwa slah seorang sahabat melaksanakan shalat di kebun kormanya. Maka ia pun disibukan oleh pikiran tentang kebunya itu sehingga ia lupa dalam shalat, latas ia pun menganggap besar hal itu dan meratap : Aku telah terkena fitnah dalam hartaku.” Kemudian ia menyedekahkan buah kormanya itu di jalan Allah hingga nilainya mencapai lima puluh ribu dirham. Nah, siapa di antara kalian yang pernah mengaanggap besar kelalaiannya dalam shalat dan bersedekah untuk menutupinya dengan setumpuk harta? Ah, kau! Tidakkah kalian merasa malu dengan pembadingan kalian itu sehingga berani berkata : “Kalian menyerupakan mereka dengan diri kalian! Wahai kaum, alangkah buruknya qiyas itu dan alangkah mentahnya alasanmu itu?
Tidakkah lebih baik bila kalian mau meneladani kehusukan umat-umat pilihan itu dan mencoba mereka dalam mengagungkan urusan Allah SWT. Telah sampai kepada kami bahwa sebagian mereka, ketika shalat, bagaikan pakaian yang tergeletak, di antara mereka ada yang laksana kayu kering, ada yang selalu merasa gentar dan berubah warna karena berdiri di hadapan Allah SWT, ada lagi yang tidak bisa mengenal orang yang di sebelah kiri maupun kanannya, dan ada pula apabila ia berdiri untuk shalat seolah-olah ia tonggak kayu yang menacap saking khusyuknya.
Ada sebuah cerita tentang ‘Ali bin Abi Thalib ra. Bahwa apabila ia berwudhu terlihat perubahan warna di mukanya menjadi pucat. Lalu ditanyakan kepadanya : “Wahai Amir al Mu’minin, kami perhatikan bila engkau berwudhu berubahlah keadaanmu?” Ia menjawab : “Aku sadar dihadapan siapa aku akan berdiri menghadap?” Demikian juga halnya dengan seorang tabi’in, apabila ia hendak shalat berubahlah roman mukanya, dan ia berkata : “Tidakkah kalian tahu di hadapan siapa aku berdiri?” Kepada siapa aku bermunajat?” Nah, siapa di anatara kalian, karena Allah, bisa mengalami haibah (Ketakjuban dan ketakutan dengan penuh takzim) seperti ini? Kemudian pernah pula sampai kepada kami bahwa di antara sikap mereka dalam mengagungkan perkara Allah itu, yaitu apabila ia tidak sempat mengikuti takbir pertama dalam shalat berjamaah, ia berkabung selama tiga hari karena mengganggap besar urusan itu. Demi Allah, demikiankah dengan dirimu?
Para pembaca budiman! Jika anda tidak sempat mendapatkan takbir pertama dalam shalat berjamaah atau jika anda melewatkan kesempatan untuk berbuat baik, sungguh, adakah anda mau berkabung? Justru sebaliknya, jika diantara kalian ditimpa musibah pada hartanya, maka itulah yang dianggap musibah besar di mata kalian sehingga kalian saling menghibur dengan musibah dunia itu. Kalian meminta pertolongan karenanya, kalian menjadi terhadap takdir dari Allah, dan mengeluh kepada sesama manusia tentang perbuatan Allah SWT! Tetapi lain halnya, jika kalian terlewatkan kesempatan untuk beramal baik dan terjerumus kepada perbuatan dosa, malah tidak pernah terlihat kalian saling menghibur ssatu sama lain, seakan-akan peristiwa itu bukanlah musibah menurut kalian. Kalau begitu, sangat jauh bahkan alangkah jauhnya kalian dari kemiripan dengan orang-orang salaf pilihan tadi! Celakalah kalian, karena telah meninggalkan sikap meneladani keutamaan orang-orang yang takwa, tetapi berdalih dengan kesalahan sepele mereka, seakan-akan kesalahan dan kelalaian kalian sama dengan kesalahan dan kelalaian mereka. Sungguh kalian telah berbohong, wahai orang-orang lalai. Ingat, hati-hatilah kepada Allah, tinggalkan sikap mencari-cari alasan dan dalih yang sangat lemah; berjuang keraslah untuk menhadirkan hati di kala shalat, memahami tentang Allah SWT, dan menjunjung tinggi urusan-Nya agar kau tidak keluar dari shalatmu dalam keadaan sia-sia. Semoga Allah menjadikan kita sekalian di antara orang-orang yang beramal salih yang selalu mersakan haibah terhadap-Nya. Amin.

NASIHAT KE - 23

Puasa dari Hal-hal Yang Diharamkan oleh Allah SWT

Sahabatku! Jika orang lain berpuasa dengan menahan diri dari makanan dan minuman, ingat, jagalah puasamu agar jangan sampai berbuka dengan barang haram, dan waspadalah terhasdap dampak-dampak yang bakal merusak puasamu. Sebab, telah sampai kepada kami bahwa Rasulullah saw. Bersabda : “Orang yang berpuasa ialah orang yang meniggalkan omong kosong, menggunjing, adu domba, dusta, kebodohan dan kekejian; yang memelihara, berjaga-jaga dan menahan pandangan. Maka siapa yang tidak melakukan itu, sesungguhnya ALLAH SWT berfirman : Tidak ada artinya ia meninggalkan makanan dan minuman.” Inilah perbedaan keutamaan antara dua orang, yang satu menjaga anggota tubuhnya dalam puasa, berhati-hati terhadap makanan berbukanya, serta mengawasi seluruh keadaannya. Tentu saja, orang yang satu ini akan mendapatkan amal perbuatan yang lebih berat bobotnya daripada orang yang hanya meninggalkan makan serta minum dikala berpuasa, namun dalam berpuasa ia tidak bersikap wara’ terhadap efek-efek buruk. Sebab, barangkali saja dia mengkonsumsi warna-warni syahwat yang bercampur dengan hal-hal haram di kala berbukanya. Rasulullah saw. Bersabda : “Andaikan engkau shalat sampai engkau menjadi bongkok dan berpuasa sampai seperti tali senar, tidaklah diterima darimu hal demikian kecuali dengan wara’ yang tulus.”Berhati-hatilah terhadap Allah, dan jagalah batas-batas agama dengan ketulusan sikap wara’. Semoga Allah memberikan kepada kita taufik untuk setiap kebaikan dengan Rahmat-Nya.

NASIHAT KE - 24
Memperbanyak Nawafil untuk melengkapi fardhu
Saudara-saudaraku! Apabila orang lain melaksanakan amalan sunnah dengan berpuasa dan shalat demi untuk mencari pahala, ingat, utamakanlah niatmu dalam memperbanyak shalat sunnah demi untuk menyempurnakan shalat fardhu, karena banyak cacatnya. Sebab, cita-cita orang yang berakal dalam seluruh amalan kebajikannya dan amalan sunnahnya adalah untuk menyempurnakan yag fardhu.
Telah sampai kepada kami, sesungguhnya di atas Jahannam terdapat beberapa jembatan. Pada jembatan pertama si hamba akan ditanya, maka jika imannya bebas dari nifaq, riya, keraguan dan ujub, ia akan selamat. Tetapi, jika tidak, pasti ia akan terlempar ke neraka. Lalu pada jembatan kedua ia akan ditanya tentang wudhu, mandi jinabah, tentang shalat dan puasa, maka jika ia telah menjalankannya dengan sempurna, ia akan selamat dan kalu tidak, ia akan terlempar ke neraka. Kemudian, pada jembatan ketiga akan ditanya pula tentang zakat, haji, dan umrah. Maka jika ia telah melaksanakannya dengan sempurna, selamatlah ia. Kalau tidak, akan terlemparlah ia ke neraka.  Semoga Allah SWT melindungi kita sekalian dari api neraka.
Di antara sahabat ada yang berkata : “Pertama-tama yang bakal diperhitungkan dari si hamba pada hari kiamat ialah Shalat wajib, maka jika ia sempurnakan shalatnya, ia akan selamat. Jika tidak. Akan dikatakan kepadanya ‘Lihat! Apakah ia memiliki amalan sunnah? Maka jika ia mempunyianya, akan disempurnakan kewajibannya dengan yang sunnah itu, tetapi jika kewajibannya tidak sempurna sedang ia tidak memiliki amalan yang sunnah, maka akan ditarik ujung rambut dan ujung kakinya, lalu dilemparkan ke neraka.” Semoga Allah melindungi kita sekalian dari hal demikian.
Telah sampai kepada kami bahwa Allah STW berfirman : “Tidak selamat dari-Ku hamba Ku kecuali dengan melaksanakan apa yang telah Aku wajibkan kepadanya.” Saudara-saudaraku, kini aku yakin bahwa aku dituntut untuk melaksanakan kewajiban yang belum sempurna, bahkan tidak pula mendekati kesempurnaan, padahal aku juga menemukan kekurangan dalam amalan sunnahku lebih berlipat lagi. Maka, sempitlah dadaku sehingga aku khawatir bahwa kewajiban yang tidak pernah sempurna itu menjadi sia-sia, lalu ditambah pula dengan amalan sunnah yang ternyata lebih tidak berguna. Nah, bagaimana akan menjadi baik, pakaian compang-camping yang ditambal dengan tambalan yang buruk. Maka akupun yakin tentang amalan yang jauh dari kesempurnaan dan aku pun khawatir bahwa diriku akan terlempar bersama orang-orang yang terlempar. Sehingga akhirnya terpaksa aku berusaha keras untuk menunaikan segala kewajiban dengan sesempurna mungkin, namun tetap sangat butuh kepada amalan sunnah untuk menutupi kekurangan dalam batasan-batasannya. Di sampiing itu, akupun sangat memerlukan perbuatan-perbuatan kebajikan untuk menutupi keburukan-keburukan ku, dan hal itu cukup membuatku sibuk dari tujuan mencari pahala melalui amalan sunnah. Sungguh aku telah banyak sekali mengabaikan batasan-batasan kewajiban. Maka, renungkanlah urusan kalian, dan jika apa-apa yang telah menimpaku berupa kelalaian telah menimpa kalian pula meski hanya sebagiannya, perbanyaklah amalan sunnah untuk menyempurnakan kewajiban tersebut! Sebab, telah sampai kepada kami bahwa Allah SWT tidak menerima amalan sunnah sebelum kewajiban (yang fardhu) dilaksanakan. Dan telah sampai kepada kami pula bahwa kekurangan dalam kewajiban bakal ditutupi bilangannya dengan amalan-amalan sunnah bila amalan sunnah itu memadai. Demikian pula dengan kekurangan yang terdapat pada zakat, dapat ditutupi dengan sedekah bila memang sedekah itu memadai, dan seperti inilah seterusnya seluruh amalan kebajikan yang lainnya.
Adapun orang-orang berakal yang selalu menjunjung tinggi hukum-hukum Allah, maka jika ia sangat gemar melaksanakan amalan sunnah, biasanya yang dominan dalam hati dan niatnya adalah melaksanakan kewajiban terhadap Allah, kemudian ia sempurnakan kekurangannya dengan amal kebajikan yang banyak tersebut. Tidak hanya memperrbanyak, namun sudah seharusnya bahwa tujuan dan niatnya adalah untuk menyempurnakan hak-hak Allah SWT dengan rasa prihatin terhadap kekurangannya. Itulah akal yang paling utama, niat yang paling baik, dan amalan yang paling tinggi nilainya serta paling berat bobotnya. Rasulullah saw. Telah mensifati orang-orang seperti itu melalui sabdanya:  “Ingatlah, sesungguhnya orang-orang yang beramal itu, mereka adalah Ulama Allah, yang memahami Allah dan mengerti tetang-Nya serta menjalankan kewajiban mereka terhadapt-Nya.” Sampai kepada ucapan Beliau : “Merekalah orang-orang pilihan Allah di antara makhluk-Nya.” Inilah pperbedaan keutamaan antara dua orang, yang satu, tujuan dan niatnya adalah untuk menyempurnakan amal perbuatan demi Junjungannya, tidak peduli akan diberi pahala atau tidak untuk hal demikian. Sedang yang lain bagaikan orang upahan jahat yang hanya menuntut upah, padahal sebenarnya ia hanya merusak pekerjaan-pekerjaan orang yang mengupahnya. Tentu saja orang seperti ini sebenarnya lebih pantas untuk mendapatkan ssangsi dari upah, karena amemang selamanya ia hanya meminta upah pada sesuatu yang dapat mendatangkan sangsi. Seorang tokoh Ilmu Pengetahuan berkata : “Sekelompok orang merasa telah telah mengerjakan perbuatan-perbuatan taat yang banyak, tetapi ketika berada di hadapan Allah, mereka mencari-cari pahala dari perbuatan mereka dahulu, namun mereka malah menemukan bahwa ternyata Allah SWT telah membuat perhitungan dengan mereka sampai kepada hal kecil seberat atom. Sehingga nampaklah bagi mereka dari Allah SWT apa yang tidak mereka kira sebelumnya.”
Oleh karena itu, Wahai saudara-saudaraku, jadikanlah tujuan utamamu dalam memperbanyak amalan sunnah hanya untuk menutupi kekurangan pada amal perbuatan yang wajib. Karena itulah niat yang paling utama, tujuan yang paling mulia dan paling cocok dengan kecintaan Allah SWT. Dari titik inilah sebagian orang dapat mengungguli sebagian yang lain dan mereka saling melebihi dalam keutamaan. Semoga Allah memberikan Ta

NASIHAT KE – 25
Memperbanyak Kebajikan untuk Menghapus Keburukan

Saudara-saudaraku! Apabila semua orang beramal untuk menggapai status yang lebih tinggi, janganlah engkau bodoh terhadap urusanmu dan utamakanlah niat dalam memperbanyak kebajikan untuk emnghapuskan kejahatan sebagai rasa takut terhadap akibatnya. Seorang tokoh ilmu pengetahuan berkata : “Orang yang paling berakal di antara manusia ialah yang takut terhadap dosa-dosanya meskipun sedikit.” Salah seorang sahabat berkata : “Engkau memohon surga, amat jauhlah itu!Ia mengatakan ini karena amat khawatir terhadap akibat dosa-dosanya. Sahabat yang lain berkata :“Aku lebih suka sampai keluar mataku, bila Allah tidak mengampuniku walau hanya satu dosa saja.”
Itulah perbedaan keutamaan antara dua orang, yang satu merasa takut dan sungguh-sungguh untuk mendapatkan ridha Allah, sehingga keinginannya hanyalah untuk keselamatan. Sedangkan yang lain menginginkan martabat dan keududukan. Sungguh ia telah mengabaikan kewajiban dan berhak mendapatkan sangsi. Ingat, jadikanlah niat dalam mengerjakan kebaikan adalah untuk menghapuskan kesalahan-kesalahan, karena hal demikian lebih utama dan lebih mulia. Semoga Allah memberikan kepada kita sekalian amal perbuatan yang bermanfaat.

NASIHAT KE - 26
Bersikap Wara’ terhadap Larangan-larangan Allah SWT.

Saudaraku! Apabila orang lain berbuat kebajikan, namun dalam hal ini mereka timbul tenggelam dalam perbuatan dosa dan sering mencapuradukan antara amal salih dengan perbuatan yang buruk, seraya berangan-angan bahwa kejahatan-kejahatan tersebut akan terhapus dengan kebaikan, ingat, hati-hatilah terhadap Allah SWT, Ikhwanku, bersucilah dari kesalahan dengan melakukan Inabah (kembali dari dosa-dosa menuju taat) serta menyessali diri karena telah melakukannya. Sebab, inabah itu lebih jelas pengaruhnya dalam menggapai ridha Allah. Lebih suci untukmu, dan lebih manjur dalam menghapuskan dosa-dosa daripada kebaikan yang tercemar dengan keburukan.
Telah sampai kepada kami bahwa seorang tokoh berkata : Dua orang laki-laki berjumpa di surga, yang satu lebih banyak menjalankan pusa dan shalat dalam keadaan senantiasa istiqamah dan melakukan inabah kepada Allah SWT.” Orang-orang berkata : “Bagaimana itu bisa terjadi? Ia menjawab : “Karena dia adalah yang paling wara’ di antara keduanya terhadap larangan-larangan Allah.” Inilah perbedaan keutamaan antara dua orang laki-laki tersebut.

Kemudian ada lagi tokoh yang lain berkata : “Barangsiapa yang ingin menjadi tekun dan sungguh-sungguh, hendaknya berusaha keras menahan diri dari dosa-dosa.” Wahai kaum, dekatkanlah diri mu kepada Allah SWT dengan takwa dan dengan menjauhi hal-hal yang haram adalah lebih beruntung di sisi Allah dan lebih tinggi nilainya daripada orang-orang yang beribadah sedangkan mereka masih mencampuradukan (antara mal salih dan dosa). Sekalipun mereka mengerjakan amal-amal salih, tetatpi tidak disertai maraqabah kepada Nya. Oleh karena itu, jadikanlah keinginan terbesarmu menjadi wara’ terhadap larangan-larangan Allah SWT dan meninggalkan perselisihan tentang larangan-larangan Allah SWT dan meninggalkan perselisihan tentangnya, kareena orang yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara mu, dan Allah pun hanya menerima amal perbuatan orang-orang yang bertakwa. Semoga Allah menjadikan kita semua seperti demikian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar