Selasa, 02 Agustus 2016

BAGAIMANA JIWA SETELAH KEMATIAN JASAD?

Menurut Imam Al-Ghazali, jiwa manusia tak bergantung kepada jasad. Pandangan sebagian orang yang menentang keberadaan jiwa setelah kematian didasarkan atas dugaan bahwa jiwa harus dibangkitkan setelah jasadnya menyatu dengan tanah. Sebagian Ahli Kalam juga berpendapat bahwa jiwa manusia musnah setelah mati, kemudian dibangkitkan kembali. Padahal, pendapat semacam ini bertentangan dengan nalar dan Al-Quran.
Seperti yang dibahas sebelumnya, kematian jasad sama sekali tidak mempengaruhi dan tidak menghancurkan jiwa, seperti disebut dalam Al-Quran, “Janganlah kamu pikir orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati. Tidak! Mereka hidup, bahagia dengan kehadiran Tuhan mereka dan dalam limpahan karunia.”
Tak sedikit pun rujukan syariat yang menyebutkan bahwa ruh orang yang telah mati, baik ataupun jahat, akan musnah.
Bahkan, diriwayatkan dalam hadis, Nabi SAW pernah bertanya kepada ruh orang yang kafir yang terbunuh mengenai kebenaran hukuman yang diancamkan kepada mereka.
Ketika para sahabat menanyakan apa gunanya bertanya kepada mereka, Rasulullah bersabda, “Mereka bisa mendengar kata-kataku lebih baik daripada kalian!”
Diriwayatkan pula bahwa beberapa sufi pernah melihat surga dan neraka ketika mereka mencapai eksatase. Ketika kembali sadar, wajah mereka menunjukkan apa yang telah mereka saksikan; sarat dengan tanda-tanda kebahagiaan dan ketakutan yang hebat. Namun, visi (penglihatan) ke dunia gaib ini tak lagi dibutuhkan bagi orang-orang yang berpikir. Bagi orang yang selalu menyibukkan dirinya untuk memuaskan hawa nafsu, saat kematian menghentikan seluruh perangkat indrawinya dan ketika segalanya musnah kecuali kepribadiaanya, ia akan menderita karena harus berpisah dengan segala bentuk keduniawia yang begitu dekat dengannya selama ini, seperti: istri, anak, kekayaan, tanah dan harta kekayaan lainnya.
Sedangkan orang yang telah menghindari keduniawian dan meneguhkan cinta kepada Allah, niscaya akan menyambut kematian sebagai pelepasan dari kericuan hidup duniawi untuk bergabung dengan Dia yang dicintainya. Maka, benarllah jika Rasulullah SAW bersabda, “Kematian adalah jembatan yang menyatukan sahabat dengan sahabat.”
Dalam hadis yang lain, Rasululllah SAW bersabda, “Dunia ini surga bagi orang kafir dan penjara bagi orang yang mukmin.” Lalu, pada saat yang sama, semua derita yang ditangung jiwa setelah mati sebenarnya disebabkan oleh cinta dunia yang berlebihan.”

---Imam Al-Ghazali dalam Kimiya As-Sa’adah---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar