Jumat, 27 Oktober 2017

JIKA MASIH GALAU, BERARTI JAUH DARI ALLAH

“Jika hatimu masih merasa galau dan sedih berarti masih terhalang untuk menyaksikan-Nya.”
—Syekh Ibnu Atha’illah dalam kitab Al-Hikam.
Syekh Abdullah Asy-Syarqawi menjelaskan bahwa jika hati kita masih merasakan galau, sedih dan gelisah terhadap hal-hal yang bersifat duniawi, berarti hati kita masih terhalang dari melihat Allah dengan mata batin. Jika tidak, tentu dia tidak akan merasa risau ataupun sedih atas hilangnya sesuatu dari dunia ini.
Perasaan galau dan sedih tersebut adalah akibat dari sikap memandang diri sendiri dan mengedepankan keuntungan pribadi semata. Padahal, jika seseorang tak hanya melihat dirinya sendiri dan hanya menyaksikan Al-Haqq, tentu dia akan selalu senang dan bahagia. Allah berfirman, “Janganlah engkau bersedih. Sesungguhnya Allah selalu bersama kita.”
Siapa yang hatinya bersinar dengan cahaya makrifat, ia tidak akan bersedih selamanya.
Tetapi, jika orang yang mencapai maqam ini masih merisaukan kesedihan dan kegalauan yang tak tertahankan, ketahuilah bahwa di dalam kesedihan, kegalauan dan kerisauan itu masih ada faedah yang mulia. Kesedihan, kegalauan dan kerisauan dapat menjernihkan hati dan memendam hawa nafsu, serta mengurangi kesenangan dunia.
Kerisauan dan kegalauan selalu berhubungan dengan sesuatu yang akan datang. Sedangkan kesedihan berhubungan dengan masa lampau. Orang yang dekat kepada Allah, dan mampu menyaksikan kekuasaan dan kehendak-Nya, tentu tak akan merasa sedih dan galau, sebab dirinya selalu merasakan kehadiran Allah,
yang begitu dekat dan sangat dekat.
--Syekh Ibnu Atha’illah dalam kitab Al-Hikam, dengan syarah oleh Syekh Abdullah Asy-Syarqawi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar