Selasa, 07 Juni 2016

MENGENAL BISIKAN DALAM JIWA (AL-KHATHIR)

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani pernah ditanya muridnya tentang al-khathir (bisikan jiwa), lalu beliau menjawab:

“Memang apa yang engkau ketahui tentang al-khathir? Al-khathir itu bisa berasal dari setan, bisa berasal dari tabiat buruk, bisa pula berasal dari hawa nafsu dan dunia. Perhatianmu akan dicurahkan kepada apa yang dianggap penting. Dan, ingatlah bahwa sebenarnya bisikan jiwa yang datang kepadamu juga selalu berhubungan dengan perhatianmu.
Sedangkan bisikan jiwa (al-khathir) yang berasal dari Allah SWT tidak akan datang, kecuali kepada kalbu yang kosong dari selain Allah SWT. Contohnya seperti firman-Nya saat menjelaskan tentang sikap Nabi Yusuf a.s. Allah SWT berfirman, “Aku memohon perlindungan dari Allah daripada mengambil (menahan) seorang, kecuali orang yang kami ketemukan harta benda kami padanya,” (QS Yusuf: 79)
Jika engkau banyak menyebut nama Allah, tentu saja kalbumu akan penuh dengan al-khathir yang berasal dari Allah karena engkau dekat dengan-Nya. Sedangkan al-khathir yang berasal dari setan, hawa nafsu, dan dunia akan menjauh darimu.
Sekali lagi ditegaskan bahwa ada khathir yang berasal dari dunia, ada khathir yang berasal dari akhirat, ada khathir yang bersumber dari al-mulk (kerajaan Allah), ada yang berasal dari hawa nafsu, ada yang berasal dari kalbu dan ada yang berasal dari Allah Yang Mahabenar (Al-Haqq).
Wahai orang yang berada di jalan kebenaran, yang engkau perlukan adalah membuang dan mengusir semua al-khathir tersebut dan merasa tentram dengan hanya satu kehadiran khathir saja, yakni khathir yang berasal dari Allah Yang Mahabenar (Al-Haqq).
Jika engkau berpaling dan mengabaikan khathir yang berasal dari nafsu, setan dan dunia, maka engkau akan dihampiri oleh khathir yang berasal dari akhirat, kemudian disusul pula dengan kehadiran khathir yang berasal dari al-mulk (kerajaan Allah), akhirnya pada puncaknya, engkau akan merasakah kehadiran khathir dari Allah Yang Mahabenar (Al-Haqq).
Jika kalbumu bening dan jernih, maka ia akan berdiri menghadang dan mengintrogasi setiap khathir yang datang kepadanya. “Kamu khathir yang mana? Berasal darimana?” maka khathir itu akan menjawab, “Aku adalah khathir begini dan begitu. Aku khathir yang berasal dari Allah yang Mahabenar (Al-Haqq). Aku adalah pemberi nasihat dan pecinta. Allah Al-Haqq mencintaimu. Aku adalah utusan. Aku adalah jatah (bahagian) dari hal nubuwwah (sebagian kecil dari karunia Allah yang dianugerahkan kepada nabi).”
--Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Mawa’izh Asy-Syekh Abdul Qadir Al-Jailani


BELAJAR ILMU IKHLAS


Allah SWT berfirman, "Mereka tidak diperintahkan kecuali hanya untuk beribadah kepada Allah dengan penuh keikhlasan di dalam menjalankan ajaran agama.”(QS Al-Bayyinah: 5)
Keikhlasan merupakan inti dan ruh ibadah. Sebagaimana apa yang dikatan Ibnu Hazm, niat adalah rahasia peribadatan. Kedudukan niat terhadap amal adalah sama dengan kedudukan ruh terhadap jasad. Karena itu, mustahil jika suatu ibadah hanya berupa amalan yang tidak ada ruhnya sama sekali, seperti jasad tak bernyawa. Allah berfirman "Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang soleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya”. (QS Al-Kahfi : 110)

Secara bahasa, ikhlas berasal dari kata ‘khalasha’, yang berarti kejernihan dan hilangnya segala sesuatu yang mengotorinya.

Maka, kata ikhlas menunjukkan kepada sesuatu yang jernih, bersih dan bebas dari campuran dan kotoran.

Para ulama mendefinisakan khalas sebagai berikut: 

Ikhlas adalah “Amal yang dilakukan hanya karena Allah, tidak untuk selain Allah”

“Keikhlasan itu adalah berusaha melindungi amal yang dilakukan dari pengetahuan makhluk termasuk dari pengetahuan dirimu sendiri….”

Fudhail bin Iyadh berkata:

“Meninggalkan amal karena manusia itu adalah riya’, beramal karena manusia itu syirik. Ikhlas itu adalah engkau beramal dan engkau dilindungi Allah dari kedua keadaan tadi.”

Ya’qub Al Makhfuf berkata:

“Orang yang ikhlas adalah yang menyembunyikan kebaikannya sebagaimana ia menyembunyikan keburukannya.”

Dalam kitab Ihya’ Ulumiddin, Imam Al Ghazali mengutip ungkapan Sahl bin Abdullah At Tusturi ketika ditanya :
“Apakah yang paling berat dilakukan oleh jiwa?”
Ia mengatakan:
“Keikhlasan, karena jiwa tidak mempunyai bahagian untuk mengendalikannya.”
Semoga bermanfaat!


MAKNA SEBUAH UJIAN BAGI SEORANG MUSLIM.

Allah menguji hamba-Nya dengan dua bentuk ujian,berupa NIKMAT (kesenangan) dan BENCANA (keburukan) .Banyak orang yang bisa tabah di saat menghadapi ujian berupa kesulitan ,tetapi banyak yang terlena dan lalai saat di uji dengan kesenangan.
Oleh karenanya BERSABAR dan BERSYUKUR adalah KUNCI segala galanya.
Alangkah indahnya bila kita dapat memahami hakekat sebuah ujian yang datang kepada kita semua.

UJIAN AKAN MENGHAPUS DOSA-DOSA KITA
Sabda Rasululloh shalallahu'alaihi wa sallam : Tidaklah sesuatu yang menimpa seorang muslim,baik itu penyakit biasa maupun penyakit menahun ,kegundahan dan kesedihan,atau hanya duri duri yang menusuknya,kecuali Allah akan menghapus semua kesalahannya dengan semua penderitaan yang telah ia alami.
(HR.Bukhari)
UJIAN AKAN MENGANGKAT DERAJAT
Rasulullah bersabda :
" Jika Allah menginginkan atas diri hamba-Nya suatu kebaikan,maka Allah akan mempercepat baginya cobaan di dunia.Dan jika Allah menginginkan atas diri hamba-Nya keburukan,maka DIA akan menahan cobaan tersebut dengan semua dosanya hingga dia menebusnya pada hari kiamat."
(HR.Tirmidzi).
Sungguh Allah telah menjanjikan sesuatu yang agung bagi mereka yang mampu bersabar atas ujian yang menimpanya.
" Dan berilah kabar gembira kepada orang orang yang sabar yaitu orang orang yang apabila di timpa musibah,mereka berkata (innalillahi wa inna illaihi rojiun).Mereka itulah orang yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhan nya,dan mereka itulah orang orang yang mendapat petunjuk." (QS.Al-Baqarah : 155-157).
Semoga kita dapat mengambil pengetahuan yang bermanfaat dan bernilai ibadah.

Aamiin ya Robbal'alamiin...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar