Jumat, 10 Juni 2016

TENGGELAM DAN FANA DALAM LAUTAN TAUHID



Syekh Abdul Qadir Al-Jailani pada penutup surah An-Nisa dalam Tafsir Al-Jailani mengatakan: 
“Wahai engkau yang selalu berusaha mewujudkan kebenaran, yang selalu bergerak menuju keesaan Allah –semoga Allah menghantarkanmu ke puncak tujuanmu—engkau harus berpegang pada semua bukti yang jelas, yang sampai kepadamu dari Rasulullah SAW yang menunjukkan tauhid al-Haqq. Engkau juga harus mengambil cahaya Al-Qur`an yang membedakan antara yang hak dan batil yang ada di jalan-Nya, lalu kau laksanakanlah berbagai hal yang dapat mengantarkan kepada Allah, yang engkau temukan di jalan itu.

Engkau harus menghindari semua larangan-Nya yang akan menyesatkanmu dan menjauhkanmu dari-Nya. Engkau harus berakhlak dengan berbagai kandungan yang terdapat di dalam semua hukum dan kisah-kisah yang disebutkan di dalamnya; agar engkau dapat mewujudkan rahasia tauhid yang disimbolkannya dan sinar keeesaan Allah dalam kemasan keberbilangan. Engkau harus teguh bersemayam di wilayah keesaan Dzat yang akan mengenyahkan semua hasrat batil yang musnah dalam seluruh diri-Nya.
Semua ini tentu tidak mudah untuk engkau lakukan, kecuali dengan melakukan khidmat panjang kepada sang Mursyid al-Kâmil al-Mukammil (yang sempurna dan menyempurnakan) yang membimbingmu kepada Allah, sebagai bentuk uluran dari Tali Allah yang terentang dari keazalian Dzat sampai keabadian asma dan sifat-sifat-Nya. Ketahuilah bahwa "Tali Allah" itu adalah al-Qur`an yang diturunkan kepada sang Makhluk Terbaik Muhammad SAW yang telah bersabda: "Al-Qur`an adalah Tali Allah yang terentang dari langit sampai ke bumi."
Rasulullah SAW juga bersabda, "Sesungguhnya Al-Qur`an ini adalah hidangan Allah. Maka ambillah dari hidangan-Nya semampu kalian. Sesungguhnya Al-Qur`an ini adalah Tali Allah dan Cahaya yang Menjelaskan (an-Nûr al-Mubîn) dan Penyembuh yang Bermanfaat (asy-Syifâ` an-Nâfi'), yang menjadi 'ishmah (pelindung dari dosa) bagi siapapun yang berpegang kepadanya, dan menjadi keselamatan bagi siapapun yang mengikutinya. Ia tidak menyimpang sehingga perlu dikecam, dan ia tidak bengkok sehingga perlu diluruskan. Keajaiban-keajaibannya tidak pernah habis, dan ia tidak diciptakan disebabkan banyaknya bantahan. Bacalah ia, karena sesungguhnya Allah memberi kalian pahala atas bacaannya dengan ganjaran satu huruf dibalas sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan bahwa alif lâm mîm adalah satu huruf, melainkan alif (satu huruf), dan lâm (satu.huruf), dan mîm (satu huruf)…"(HR Al-Hakim dan Ibn Syaibah)
Jadi siapapun yang ingin menyelami gelombang samudera Al-Qur`an untuk mengeluarkan mutiara-mutiara keyakinan dan 'irfan, maka ia harus lebih dulu berpegang pada hukum-hukum syariat cabang (furu’iyah) yang digali oleh para Pemilik Tekad yang Benar (arbab al-‘azaim ash-shahihah), dari pengertian lahiriah ayat-ayat Al-Qur`an. Tujuannya adalah agar ia dapat menangkap aspek lahiriah dari para Ashhâb al-Yaqazhah (para Pemilik Kesadaran) dari kalangan Ahl ath-Thalab wa al-Irâdah (salik) agar jiwa mereka siap melakukan semua itu, dan batinnya menjadi jernih, sehingga aliran dari Lautan Tauhid dapat mengalirinya.
Ketika itu terjadi, maka ia akan siap menjadi tempat bagi sang Penguasa Kerinduan dan Cinta (Sulthân al-'Isyq wa al-Mahabbah). Karena perlindungan bagi inti tauhid tidak lain adalah berupa hukum-hukum syariah dan adab thariqah bagi para salik yang bergerak menuju hakikat melalui suluk dan mujahadah.

Adapun berkenaan dengan para budalâ` (para wali abdâl) yang selalu tenggelam dalam Lautan Dzat dan terpesona oleh penglihatan pada keindahan Ilahi, yaitu mereka yang fana` di dalam Allah secara mutlak –sehingga "mereka" adalah "Dia" dan "Dia" adalah "mereka"- maka kita dan mereka berada pada posisi masing-masing, sehingga kita tidak layak membicarakan tentang mereka. Semoga Allah menjadikan kita termasuk para pelayan dan debu di kaki mereka.

Wahai murid yang bertekad menempuh suluk jalan fana` dengan tekad yang kuat, dalam tekadmu ini engkau terlebih dulu harus menjernihkan sirr dan isi kalbumu dari segala bentuk tawajuh kepada yang selain al-Haqq. Engkau juga harus menjadikan tuntutan dan maksudmu hanyalah untuk tenggelam (istighrâq) dan fana (fana`) di dalam Lautan Keesaan.
Semua ini sama sekali tidaklah mudah bagimu, kecuali jika kau berhasil menghancurkan bahtera dirimu yang batil. Tapi untuk menghancurkannya pun tidaklah mudah bagimu, kecuali jika kau melakukan riyadhah yang berat, dalam bentuk lapar, haus, begadang pajang, pemutusan semua kelezatan inderawi dan syahwat nafsu untuk kemudian beralih kepada kelezatan cinta, fana, sabar terhadap bala, dan ridha atas semua ketetapan Allah yang kau alami. Jika kau berhasil mewujudkan semua ini di dalam dirimu, niscaya dirimu akan melemah dan bahteramu akan melamban. Pada saat itu, engkau akan mudah untuk menghancurkannya, cukup dengan kau berdiri di atasnya.
Ya Allah, ya Tuhan kami. Dengan kelembutan-Mu, hiasilah lahiriah kami dengan syariat-Mu; hiasilah batiniah kami dengan hakikat-Mu; hiasilah hati kami dengan musyahadah-Mu; hiasilah arwah kami dengan mu'ayanah-Mu; sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala yang Engkau kehendaki, dan Engkau layak menjadi tumpuan harapan orang-orang yang beriman."
--Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Tafsir Al-Jailani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar