Rabu, 03 Juni 2015

HIKMAH 6

NASEHAT BIJAK UNTUK HIDUPMU!
Orang yang mengaku berzuhud adalah yang selalu ingin bebas dari belenggu dunia dan berharap serta menyiapkan diri untuk pertemuan dengan Allah. Mereka sangat merindukan pertemuan dengan-Nya, karena cintanya kepada Allah di atas cinta-cinta yang lain.
Rasulullah SAW bersabda,“Barangsiapa mencintai perjumpaan dengan Allah, Allah juga mencintai perjumpaan dengannya, sebaliknya barangsiapa membenci perjumpaan dengan Allah, Allah juga membenci perjumpaan dengannya.” Kontan ‘Aisyah atau sebagian isteri beliau berkomentar ‘kami juga cemas terhadap kematian! ‘ Nabi lantas bersabda: “Bukan begitu maksudnya, namun maksud yang benar, seorang mukmin jika kematian menjemputnya, ia diberi kabar gembira dengan keridhaan Allah dan karamah-Nya, sehingga tak ada sesuatu apapun yang lebih ia cintai daripada apa yang dihadapannya, sehingga ia mencintai berjumpa Allah, dan Allah pun mencintai berjumpa kepadanya. Sebaliknya orang kafir jika kematian menjemputnya, ia diberi kabar buruk dengan siksa Allah dan hukuman-Nya, sehingga tidak ada yang lebih ia cemaskan daripada apa yang di hadapannya, ia membenci berjumpa Allah, sehingga Allah pun membenci berjumpa dengannya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Nafsu dan syahwat tak akan mampu mempengaruhi tujuan hidup seorang zuhud yang menginginkan perjumpaannya dengan Allah di surga. Orang zuhud selalu menjaga panca inderanya dari segala yang menghalangi kesaksiannya kepada Allah. Syahwatnya terarah dan terkendali dengan baik. Sahl bin Sa’ad r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa dapat menjamin bagiku sesuatu yang berada di antara jenggotnya (mulut) dan di antara kedua kakinya (kemaluan), maka aku akan menjamin baginya surga.” (HR. Al-Bukhari)
Surga bagi orang zuhud begitu dekat, sangat dekat. Bahkan, dunia ini, seorang zuhud mampu merasakan surga. Abdullah bin Mas’ud r.a. menuturkan bahwa Nabi SAW bersabda: “Surga lebih dekat kepada salah seorang dari kalian daripada tali sandalnya, neraka juga seperti itu.” (HR. Al-Bukhari). Orang yang zuhud pun menyadari bahwa neraka sangat dekat dengan mereka yang selalu mengumbar hawa nafsu dan syahwatnya. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Neraka dikelilingi dengan syahwat (hal-hal yang menyenangkan nafsu), sedang surga dikelilingi hal-hal yang tidak disenangi (nafsu).” (HR. Al-Bukhari)
Cinta seorang zuhud kepada Allah begitu besar dan dahsyat. Tak ada cinta dunia yang tersisa di kalbunya. Nafsunya telah tunduk kepada dirinya. Dia telah berhasil melumpuhkannya. Dia telah bebas dari belenggu apa pun, demi cinta kepada Allah, Al-Haqq. Dan, tobatnya benar-benar telah sempurna dan dikabulkan oleh Allah SWT.
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Sirrul Asrar mengatakan, “Mahabbah (cinta) kepada Allah tidak akan tercapai, kecuali setelah engkau melumpuhkan musuh-musuh-Nya yang ada di dalam wujudmu sendiri.. Seperti halnya, nafsu amarah, lawamah, dan mulhamah, setelah terlumpuhkan maka lantas membersihkan diri dari sifat-sifat bahimiyah (binatang jinak) yang tercela, seperti makan, minum, tidur dan bercanda yang berlebihan. Juga membersihkan hati dari sifat-sifat sabu’iyyah (binatang buas), seperti marah, mencaci, memukul, memaksa. Juga membersihkan diri dari dari sifat syaitaniyah (sifat-sifat setan), seperti sombong, ujub, hasad, dengki, dendam, dan dari sifat-sifat badan dan hati yang tercela lainnya.Jika engkau sudah bersih dari sifat-sifat tercela tadi, berarti engkau sudah bersih dari sumber dosa. Maka engkau termasuk orang-orang suci dan ahli tobat. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah [2]: 222)
Semoga bermanfaat!

5 PESAN YANG GAMPANG-GAMPANG SUSAH
Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Siapakah yang ingin mengambil pesan-pesanku untuk diamalkan atau siapakah yang telah mengetahui dan mengamalkan pesan-pesanku?” 
Saya menjawab, “Saya, wahai Rasulullah.” 
Lalu beliau menggenggam tanganku dan menghitung sampai lima kali. 
Beliau bersabda:
1. "Jauhilah barang-barang haram, maka kamu akan menjadi orang yang rajin beribadah; 
2. Terimalah semua pemberian Allah, maka kamu akan menjadi orang yang kaya; 
3. Berbuat baiklah kepada tetanggamu, maka kamu akan menjadi orang yang terpercaya; 
4. Lakukan perbuatan yang disenangi oleh manusia sebagaimana yang kamu senangi, maka kamu akan menjadi orang yang selamat; 
5. Dan, janganlah kamu memperbanyak tertawa, karena tertawa itu dapat mematikan hati.” (HR. At-Tirmidzi)

JARAK TOBAT &KEJAHATAN
Abu Sa'id Al-Khudri r.a.meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda, diantara umat sebelum kalian,ada seorang lelaki yang pernah membunuh 99 orang, lalu ia bertanya tentang siapakah orang yang paling alim di dunia ini? Maka ia ditunjukkan kepada seorang rahib. Akhirnya,dia pun pergi untuk menemuinya.
Dia (pendosa) pun mengadu bahwa dirinya telah membunuh 99 orang; Apakah masih ada peluang bagi dirinya untuk bertobat?
Sang rahib lalu menjawab,"Tidak!!!" Maka, mendengar itu,dia segara membunuh sang rahib hingga dia menyempurnakan orang yang dibunuhnya menjadi 100 orang.
Setelah itu, pendosa pun kembali bertanya tentang siapakah orang paling alim di muka bumi ini? Maka, ditunjukkanlah seorang alim yang kemudian dia kunjungi dan dia bertanya kepada si alim:"Saya telah membunuh 100 orang,masih adakah peluang bagiku untuk bertobat?"
Sang alim menjawab,"Ya, masih. Siapa yang akan menghalangi antara engkau dan tobatmu?  Pergilah ke suatu tempat bernama 'ini' dan 'itu';disana ada orang-orang yang selalu beribadah kepada Allah SWT. Beribadahlah seperti mereka dan jangan kembali ke negeri asalmu, sebab itu adalah tempat busuk."
Maka lelaki itu pun pergi mengikuti si alim. Tapi, baru saja ia melewati separuh perjalanannya, maut menimpanya.
Malaikat rahmat berselisih dengan malaikat azab tentang siapa yang paling berkuasa untuk mengurus orang itu. Malaikat rahmat berkata,"Orang ini datang kemari dalam keadaan tobat,menghadapkan dirinya kepada Allah SWT."
Tapi, Malaikat azab berpendapat beda,"Orang ini tidak pernah berbuat kebaikan apa pun!" Maka datanglah malaikat lain yang menyerupakan seperti manusia.Kedua kelompok malaikat bersepakat menjadikannya sebagai penengah di antara mereka. Orang itu berkata,"Ukurlah jarak di antara kedua tempat.Jarak manakah yang lebih dekat,itulah yang menjadi keputusan kita." Mereka lalu mengukur kedua jarak tersebut, dan mendapati sedikit lebih dekat ke tempat tujuannya. Akhirnya, si pendosa itu pun dibawa oleh Malaikat rahmat.
Dalam versi lain disebutkan, ternyata ia sejengkal lebih dekat ke tempat tujuannya. Dalam riwayat lainnya lagi, maka Allah mewahyukan kepada tanah yang satu, "Menjauhlah!"dan kepada yang satu lagi,"Mendekatlah!" Kemudian berfirman, "Ukurlah jarak antara keduanya!"Maka ketika diukur,mereka mendapati sejengkal lebih dekat ke tempat tujuannya.Karena itu ia diampuni Allah SWT. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Mari kita memperbanyak kebaikan agar tobat kita diterima Allah SWT.Tuhan selalu memberi kesempatan dan harapan pada kita,namun sering kali kita mengabaikannya.

FIRMAN TUHAN UNTUK IBLIS
Diriwayatkan bahwa ketika Allah SWT melaknat Iblis, maka ia meminta tempoh sampai Hari Kiamat.Lalu,Iblis berkata,"Demi kemuliaan-Mu,aku takkan keluar dari hati anak keturunan Adam selama masih ada ruh di dalam dirinya." Namun,Allah juga berfirman kepadanya,"Demi keperkasaan dan keagungan-Ku,takkan Ku-tutup pintu tobat baginya selama masih ada ruh dalam dirinya."(H.R.Ahmad,Abu Ya'la dan Al-Hakim).

RENUNGAN SUFI, BISIKAN HATI
‘Abdul ‘Aziz al-Makki berkata, “Siapa yang menghiasi diri dengan hiasan yang fana, maka hiasan itu akan menjadi bencana baginya, kecuali orang yang menghiasi diri dengan ketaatan, keserasian, dan mujahadah. Sesungguhnya jiwa itu bersifat fana, harta-harta adalah aib, dan anak-anak adalah fitnah. Karena itu, siapa yang gemar mengumpulkannya, menjaganya, dan menggantungkan hatinya dengan semua itu, ia telah memutuskan semua kebaikan-kebaikan. Hamba Allah yang selalu taat tidaklah lebih utama daripada orang yang memerangi hawa nafsu, kekurangan harta benda, dan memutuskan bisikan-bisikan hati. Karena perlombaan dalam kebaikan adalah berupaya untuk menjauhkan diri dari kejahatan dan kejahatan pertama yang harus disingkirkan adalah cinta dunia.”
Yahya ibn Mu‘adz al-Razi berpesan, “Hikmah dari langit akan turun ke dalam hati, yang di dalamnya tidak bersarang empat hal: bertekuk lutut kepada dunia, berangan-angan kosong, iri terhadap sesama, dan mencintai orang kaya.” Fudhail ibn ‘Iyadh mengatakan, “Semua kejahatan ditempatkan dalam satu rumah dan kunci pembuka kejahatan adalah cinta dunia. Serta kebaikan ditempatkan dalam satu rumah dan kunci pembuka kebaikan adalah zuhud terhadap dunia.”
Dalam syair disebutkan:
“Kebaikan akan kekal sepanjang zaman  Dan kejahatan akan tetap tercela sepanjang waktu.”

SEBENARNYA KITA PEMBERANI ATAU PEMARAH?
Sahl ibn Mu‘adz meriwayatkan dari ayahnya bahwa Nabi saw. bersabda, “Siapa yang menahan marah, padahal ia mampu untuk melampiaskannya, maka Allah akan memujinya dan membanggakan orang itu di hadapan makhluk-makhluk di hari kiamat. Hingga akhirnya ia dipersilahkan untuk memilih bidadari yang ingin dipersuntingnya.” (HR al-Tirmidzi dan Abu Dawud). 
Alkisah. Ketika ‘Umar ibn Abdul ‘Aziz hendak menyadarkan orang yang sedang mabuk, maka pemabuk itu justru menamparnya. Pemabuk itu terus menamparnya, lalu beliau kembali ke rumahnya. Seseorang bertanya kepadanya, “Wahai Amirul Mukminin, apakah karena orang itu telah menamparmu, lalu engkau meninggalkannya?” Beliau menjawab, “Karena orang itu telah membuatku marah. Saya khawatir, jika saya menyadarkannya, maka hal itu didasarkan karena kemarahanku kepadanya dan saya tidak suka memukul orang lain karena membela diri.”
Lukman berpesan kepada anaknya, “Wahai anakku, ada tiga hal yang hanya dapat diketahui dengan tiga hal lainnya. Pertama, seseorang tidak akan diketahui sebagai orang lemah lembut, kecuali saat menghadapi kemarahan. Kedua, seseorang tidak akan diketahui sebagai pemberani, kecuali saat berperang. Ketiga, seseorang tidak akan diketahui sebagai orang yang peduli kepada sesamanya, kecuali saat diminta bantuan oleh orang lain.”

BENIH-BENIH HARUS DITABUR DAN SIRAM
Siapa yang mempelajari kearifan tetapi tidak diamalkan dalam kehidupannya, bagaikan seorang petani yang tak pernah menabur bibit tanaman.
----Syaikh Sa'di.---
Bila Anda tahu tentang kelezatan berdzikir dan faidah-faidahnya bagi kita, mengapa tak kau sempatkan untuk sekadar menyebut nama Allah untuk menghangatkan malammu, mengingat dan mengagungkan nikmat-Nya?Mengapa tak kau tanam pohon-pohon di surga dengan benih-benih dzikirmu?
Ajaklah hati untuk berdendang dengan lagu-lagu cinta pada Ilahi agar kelak memanennya hingga berlimpah ruah.Tanaman jiwa akan tumbuh subur bila kau siram di malam menjelang pagimu.

NASIHAT ABU HASAN ASY-SYADZILI
Syekh Abu Hasan Asy-Syadzili memberi nasihat: “Tidak ada dosa yang lebih besar daripada dua perkara ini: Pertama, senang dunia dan memilih dunia hingga mengalahkan akhirat. Kedua, ridha menjalani kebodohan dan tidak mau meningkatkan ilmunya.”
Menurut beliau, kesempitan dan kesusahan pikiran itu disebabkan karena tiga hal: Pertama, karena berbuat dosa dan untuk mengatasinya dengan bertobat dan beristiqhfar. Kedua, karena kehilangan dunia, maka kembalikanlah kepada Allah SWT. Sadarlah bahwa itu bukan kepunyaanmu dan hanya titipan dan akan ditarik kembali oleh Allah. Ketiga, disakiti orang lain, jika dianiaya oleh orang lain maka bersabarlah dan sadarlah bahwa semua itu adalah kehendak Allah SWT untuk mengujimu.”
Jika Allah SWT belum memberi tahu apa sebabnya sempit atau susah, maka tenanglah mengikuti jalannya takdir Ilahi. Seperti masih berada di bawah awan yang sedang melintas berjalan (awan itu berguna dan lama-lama akan hilang dengan sendirinya).
Ada satu perkara yang barang siapa bisa menjalankan akan bisa menjadi pemimpin, yaitu berpaling dari dunia dan bertahan diri dari perbuatan dhalimnya ahli dunia. Setiap kemuliaan yang tidak bersamaan dengan ridha Allah SWT dan tidak bersamaan dengan rasa senang kepada Allah dan senangnya Allah, maka orang tersebut terbujuk setan dan menjadi orang yang rusak. Kemuliaan itu tidak diberikan kepada orang yang mencarinya dan menuruti keinginan nafsunya dan tidak pula diberikan kepada orang yang badannya digunakan untuk mencari kemuliaan. Yang diberi kemuliaan hanya orang yang tidak merasa diri dan amalnya, akan tetapi dia selalu tersibukkan dengan pekerjaan-pekerjaan yang disenangi Allah dan merasa mendapat anugerah (fadhal) dari Allah semata, tidak menaruh harapan dari kebiasaan diri dan amalnya.
Semoga bermanfaat!

TOLAK BALA DENGAN SEDEKAH
Rasulullah SAW bersabda, “Bentengilah hartamu dengan zakat, obati orang-orang sakit (dari kalanganmu) dengan bersedekah dan persiapkan doa untuk menghadapi datangnya bencana. “ (HR. Ath-Thabrani)
Rasulullah SAW bersabda, “Tiap Muslim wajib bersedekah.” 
Lalu para sahabat bertanya, “Bagaimana kalau dia tidak memiliki sesuatu?” 
Nabi SAW menjawab, “Bekerja dengan ketrampilan tangannya agar bermanfaat bagi dirinya lalu dia bersedekah.” 
Mereka bertanya lagi. Bagaimana kalau dia tidak mampu?” 
Nabi menjawab: “Menolong orang yang memerlukan yang sedang teraniaya.” 
Mereka bertanya: “Bagaimana kalau dia tidak melakukannya?” 
Nabi menjawab: “Menyuruh berbuat ma’ruf.” 
Mereka bertanya lagi: “Bagaimana kalau dia tidak melakukannya?” 
Nabi SAW pun menjawab, “Mencegah diri dari berbuat kejahatan itulah sodaqoh.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah SAW juga bersabda, “Satu dirham memacu dan mendahului seratus ribu dirham.”
Para sahabat bertanya, “Bagaimana itu terjadi?” 
Nabi SAW menjawab, “Seorang memiliki (hanya) dua dirham. Dia mengambil satu dirham dan bersedekah dengannya, dan seorang lagi memiliki harta-benda yang banyak, dia mengambil seratus ribu dirham untuk disedekahkannya. (HR. An-Nasaa’i)
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa diberi Allah harta dan tidak menunaikan zakatnya kelak pada hari kiamat dia akan dibayang-bayangi dengan seekor ular bermata satu di tengah dan punya dua lidah yang melilitnya. Ular itu mencengkeram kedua rahangnya seraya berkata, “Aku hartamu, aku pusaka simpananmu.” 
Kemudian Nabi SAW membaca firman Allah surat Ali Imran ayat 180: “Dan janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (HR. Bukhari)


TERBANGKAN JIWAMU UNTUK MENGHADAPNYA!

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan, “Seorang yang ahli ibadah menuju surga dengan berjalan, sedangkan seorang arif billâh terbang ke Alam Al-Qurbah (Akhirat/ Alam Lahut). 
Sebagian ulama mengatakan: 
Hati para ahli makrifat memiliki mata 
Mampu melihat apa yang tidak bisa dilihat orang biasa
Memiliki sayap yang bisa terbang tanpa bulu
Mengepak hingga Malakutnya Tuhan Pencipta Alam
Sosok yang terbang di hati para ahli makrifat ini pada hakikatnya adalah Al-Insan Al-Hakiki atau Ruh Al-Qudsi. Dialah kekasih Allah, mahram Allah dan pengikut-Nya. 
Abu Yazid Al-Bustami mengatakan, “Para wali Allah adalah pengantin-pengantinnya Allah. Pengantin-pengantin itu tidak akan bisa dilihat kecuali oleh mahramnya. Mereka mati rasa saat di sisi Allah karena terhalang sisi kemanusiaannya. Tidak ada mampu melihat para pengantin itu, baik di dunia maupun di akhirat, kecuali Allah SWT.” 
Sebagaimana firman Allah dalam Hadis Qudsi, “Wali-wali-Ku berada di bawah kubah-kubah-Ku. Tidak ada yang mengetahuinya selain Aku.” Seperti halnya, manusia tidak akan bisa melihat sisi lahir dari seorang pengantin, kecuali hanya keindahan lahiriahnya saja.”

EMPAT HAL YANG BAIK DAN LEBIH BAIK

Sebagian Ahli Hikmah mengatkan,"Ada empat perkara yang nilainya baik,namun ada empat perkara lain yang nilainya jauh lebih baik lagi,yakni:
1.Rasa malu pada kaum lelaki adalah baik,tapi lebih baik lagi jika rasa malu itu ada pada kaum wanita.
2.Adil pada setiap orang itu baik,tapi lebih baik lagi jika rasa keadilan itu dimiliki oleh pemerintah.
3.Tobatnya kakek-kakek itu baik,tapi yang lebih baik lagi tobatnya kaum muda.
4.Sikap murah hatinya kaum kaya itu baik, tapi lebih baik lagi bermurah hatinya kaum fakir miskin."
---Nashaihul Ibad,Nawawi Al-Bantani

ASSALAMUALAIKA, YA RASULULLAH 
Meskipun setiap hari mengucapkan salam kepada Rasulullah dalam tahiyat, tetapi rasanya masih tetap kurang. Karena, kerinduan jiwa kepada Nabi begitu hebat dirasakan oleh mereka yang ingin mendekat kepada Allah SWT. Bahkan, meskipun bacaan shalawat dan salam kepada Rasulullah, keluarganya, sahabatnya, dan orang-orang shaleh diucapkan berulang-ulang dalam jumlah ribuan kali, namun tetap saja tak memuaskan dahaga dan kerinduan kita untuk mendekat dan mendekat kepada Allah dan rasul-Nya. Maka wajar, jika tangis kerinduan seorang Muslim di pintu makam Rasulullah di Madinah menjadi hal yang sangat penting dalam perjalanan batinnya di dunia ini. 
Dahulu sempat tersebar berita tentang larangan Raja Abdul Aziz Bin Saud yang beraliran Wahabi kepada siapa saja yang berusaha menziarahi makam Nabi. Berita ini sempat menggemparkan dunia. Bahkan masih menghantui masyarakat Muslim hingga kini. Karena Kerajaan Saudi ini berencana menggusur makam Nabi, dengan dalih hal ini adalah sebuah ibadah yang bid’ah.
Padahal mengunjungi makam orang-orang saleh diharapkan menjadi sebuah perantara penguat sinyal terkirimnya doa kepada Allah SWT. Apalagi jika kita mengunjungi dan berziarah ke makam Rasulullah SAW yang sudah pasti kesalehan dan kedekatannya dengan Allah SWT. Maka, adalah sebuah keniscayaan bagi Kaum Mukminin untuk melakukan ziarah dan bertawasshul kepada Rasulullah SAW. Sebagaimana yang pernah dilakukan oleh sahabat Umar bin Khaththab r.a yang juga pernah bertawasshul, Umar mengatakan:
عن انس ابن ماك أن عمر بن الخطاب رضي الله عنه كان إذا قحطوا استسقى بالعبباس بن عبدالمطلب فقال، اللهم إنا كنا نتوسل اليك بنبينا فتسقينا وإنانتوسل اليك بعم نبينا فاسقنا قال فيسقون (رواه البخارى(
“Dari Annas bin Malik ra, beliau berkata, “Apabila terjadi kemarau, sahabat Umar ibn Khaththab bertawasshul kepada Abbas ibn Abdilmuththalib, kemudian berdoa, “Yaa Allah, kami pernah berdoa dan bertawasshul kepadaMu dengan Nabi Saw, maka Engkau turunkan hujan. Dan sekarang kami bertawasshul dengan paman Nabi kami, maka turunkanlah hujan.” Anas berkata,” Maka turunlah hujan kepada kami ”. (HR. Bukhari)
Hadis di atas jelas merupakan anjuran dan kebolehan bertawasshul serta memohon kepada Allah SWT dengan menjadikan sesuatu sebagai perantara demi tercapainya suatu keinginan. Hal tersebut telah dicontohkan oleh salah satu sahabat terpenting Rasulullah, Umar bin Khaththab r.a.

Lalu, bagaimana mungkin di zaman ini ada sebagian orang yang berani mengatakan bahwa ibadah seperti ini ziarah kubur bisa dikatakan bid’ah dan tidak berdasar kepada sebuah hukum syariat?
Memang benar bahwa pada masa awal Islam, ziarah kubur sempat dilarang oleh Rasulullah SAW. Hal tersebut dimaksudkan agar menjaga akidah mereka yang belum kuat, agar mereka tidak menjadi musyrik penyembah kuburan. Namun, setelah Islam kuat dan akidah mereka juga kuat, Rasulullah justru memerintahkan Kaum Muslimin untuk melakukannya. Rasulullah SAW bersabda:
كنت نهيتكم عن زيارة القبر فزوروها فإنها تذكّركم الأخرة (رواه احمد ومسلم واصحاب السنن(

“Dahulu aku melarang menziarahi kubur, adapun sekarang berziarahlah kesana, karena demikian itu akan mengingatkanmu akan Hari Akhirat.”(HR. Imam Ahmad, Muslim, dan Ashabus Sunan).
Bagi yang belum berkesempatan untuk mengunjungi makam Rasulullah SAW, mari perbanyaklah membaca selawat Nabi agar kita mendapat kesempatan menjadi kekasih Allah dan rasul-Nya. Ini adalah rahasia bagi para pecinta. Menurut Imam Al-Qasthalani, “Ketahuilah, tak mungkin mampu mencontoh perbuatan dan akhlak Nabi kecuali dengan usaha keras, tidak mungkin mau berusaha dengan keras kecuali sangat cinta kepada Nabi, dan tidak mungkin cinta mati kepada Nabi kecuali dengan cara memperbanyak bacaan selawat. Sebab, barangsiapa yang suka pada sesuatu, maka dia akan sering menyebut-nyebutnya.”
Mari mengingat pula nasehat Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, qaddasallah sirrahu, mengatakan: “Ketahuilah membaca selawat kepada Nabi Muhammad SAW adalah salah satu ibadah paling mulia, bentuk ketaatan paling luhur, ibadah yang paling tinggi nilainya yang diperintahkan Allah SWT kepada kita, sebagai bentuk penghormatan, pemuliaan dan pengagungan terhadap derajat beliau. Orang yang membaca selawat dijanjikan akan mendapatkan tempat paling indah di akhirat dan pahala paling besar.”
Asslamu’alaika, Ya Rasulullah....

MARI BERSIHKAN CERMIN HATI KITA
"Kalbu yang mengenal Allah seperti cermin milik pengantin wanita yang cantik. Setiap hari ia bersihkan cermin tersebut dan ia pakai sehingga tetap bening dan mengkilat."
---Syekh Ibnu Atha'illah
Bagaimana mungkin hati ini dapat menampung cahaya Ilahi, jika hati yang kita diselubungi debu. Kita harus terus membersihkan cermin jiwa setiap saat dan berkaca pada diri sendiri.Dengan begitu, hati akan tetap terjaga dari noda dan dosa, serta siap menerima pancaran cahaya Ilahi.Mari bercermin setiap saat, agar kita tahu baik-buruk, indah-jelek, jauh-dekat, sesuai-tak sesuai diri kita. Semoga bermanfaat!
“Wahai Tuhan,bersihkanlah dariku seluruh kesalahanku dengan air dari salju dan hujan,sucikan kesalahan-kesalahan dari hatiku sebagaimana Engkau menyucikan kotoran dari kain putih,dan bebaskanlah aku dari kesalahan-kesalahan sebagaimana Engkau telah menghilangkan timur dan barat.” H.R.Bukhari

THE LAW OF REPETITION
Salik dan Matin kembali berdebat di Sor-Baujan (Pohon Trembesi), tempat mereka mencari ilmu dan akar hati.
Salik (S): Bosan! Selalu berulang-ulang!
Matin (M): Apanya?
S: Hidup kita ini, dengan segala masalahnya. 
M: Apa yang kamu rasakan?
S: Semua masalah yang saya hadapi. Sering kali berulang-ulang terjadi. 
M: Ya, apa masalahmu?
S: Setiap hari saya rutin pergi ke kantor. Berulang-ulang saya lakukan. Pagi jam 9 masuk kantor, lalu jam 5 pulang. Setiap akhir bulan, berulang-ulang saya kehabisan uang. Setiap hari saya berulang-ulang makan, berulang-ulang tidur, berulang-ulang mandi, capek deh! 
M: Hahahaha...Aku tahu jawabannya.
S: Apa?
M: Mati saja!
S: Kejam benar lo! Maksudnya saya ingin jawaban yang bisa masuk akal dan menenangkan hati.
M: Oh begitu?!
S: Bukan suruh saya mati! Aku juga tahu mati, maka selesai masalah! 
M: Hmmm
S: Aku ini masih hidup. Aku mau petunjuk untuk hidup.
M: Ini bagian dari hukum pengulangan yang Allah tetapkan untuk kita. Inilah bagian dari keindahan hidup di dunia. Kita selalu diberi kesempatan untuk mengulang dan mengulang. Meski waktunya tidak terulang, tapi kesempatannya terulang, makna dan hikmahnya yang terulang, kesadarannya digugah berulang-ulang. Ada rahasia Ilahi di balik hukum pengulangan ini.
S: Ohhh. 
M: Ini bisa kita sebut sebagai The Law of Repetition (Hukum Pengulangan). Lihat saja mengapa Al-Qur’an mengulang-ulang beberapa kalimat/ayat dalam banyak surat. Ini juga bagian dari tanda dari hukum ini. Misalnya dalam surah Ar-Rahman, kita membaca 31 kali ayat yang berbunyi “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”
S: Betul..betul...betul...
M: Sebenarnya, ayatnya tidak diulang, tapi makna, penegasan, pengkhususan dan konteks artinya diulang agar ia menjadi pembelajaran. Hati manusia itu harus secara berulang-ulang diberi nasihat, teguran dan harapan-harapan. Ini bukan hanya soal keindahan sastra dan bahasa dalam Al-Quran. Secara psikologis, kita memang memerlukan pesan hikmah yang berulang-ulang. Dan, hukum ini pun berlaku bukan hanya pada psikologi, tapi banyak aspek dalam kehidupan dunia.
S: Betul...betul...betul...
M: Nah, kamu juga sudah menggunakan hukum pengulangan secara tidak langsung!
S: Apanya?
M: Kamu kan mengatakan “Betul...betul...betul...” Itu kan pengulangan!
S: Hahahaha. 
M: Kamu sekarang menggunakan pengulangan lagi!
S: Apa lagi?
M: Cara tertawamu juga! Untuk tertawa saja kita harus mengulang “Ha....ha...ha.” Itulah hidup. Itulah ketetapan Tuhan melalui semiotika bahasa. Kegembiraan yang diungkap lewat kata, harus memuat unsur yang berulang-ulang. Untuk menegaskan sesuatu, maka harus diulang-ulang. Untuk bisa mendapat cita-cita, kita harus berulang-ulang berusaha, untuk mencapai kesuksesan, kita harus berulang-ulang bekerja. Untuk mencapai kedekatan kepada Allah, kita harus berulang-ulang shalat dan berdzikir.
S: Ya..ya...ya...
Semoga bermanfaat!

RAHASIA SHALAT BAGI SEORANG HAMBA
“Shalat adalah media untuk bermunajat dan sumber penyucian. Luas di dalamnya medan rahasia Allah, dan terbit darinya kilau cahaya-Nya. Allah mengetahui adanya kelemahanmu, sehingga Dia menyederhanakan bilangan shalat. Allah juga mengetahui kebutuhanmu pada anugerah-Nya, sehingga Dia melipatgandakan pahalanya.”
---Syekh Ibnu Atha’illah dalam Al-Hikam
Sahabatku, seorang hamba yang tekun, khusyuk dan istiqmah dalam menjalankan shalatnya, maka shalatnya akan menjadi media untuk berkomunikasi dan berdialog dengan Rabb-nya. Shalatnya akan menghantarkan kepada pencerahan batin dan cahaya pengetahuan dari hal-hal gaib. Meskipun jumlah bilangan rakaat dan waktu shalatnya sedikit, pendek dan telah ditetapkan bilangannya, namun khasiatnya sangat dahsyat. Shalat dapat menyembuhkan dan menghidupkan kalbu bagi yang melaksanakannya. Begitu juga balasan yang diberikan untuknya, Allah telah melipatgandakan pahala bagi mereka yang melaksanakan shalat sesuai dengan sunah Rasul-Nya. Pikir-pikirkanlah, renung-renungkanlah

MERASAKAN KEHADIRAN ALLAH
Salik dan Matin setiap hari sibuk beribadah. Shalat dan dzikir selalu menghiasi kesadaran ruhani mereka. Ketika bekerja, mengajar, belajar, beristirahat, dan dalam keadaan apapun mereka selalu berdzikir. Keduanya juga selalu sibuk dengan amalan sunah di malam hari. Namun, karena rasa ingin tahu yang besar, Salik mendatangi Matin di Sor Baujan ( di bawah Pohon Trembesi) seperti biasa.
Salik (S): Bro, saya bingung dengan perasaan saya?
Matin (M): Hahaha. Galau?! Kayak ABG saja?
S: Saya serius...Saya sedang galau.
M: Galau kenapa? Putus cinta? Nggak punya uang?
S: Bukan itu! Tapi, bingung, sebenarnya bagaimana merasakan kehadiran Allah dalam diri?
M: Memang kamu belum pernah merasakan?
S: Saya khawatir, saya hanya GR doang...Takut hanya perasaan saya saja.
M: Hahaha...Itu lebih baik. Daripada nggak GR sama sekali.
S: Apa perasaan hati ini benar? Apa getar hati dan pikiran saya saat dzikir atau shalat itu sudah benar?
M: Memang apa yang kau rasakan, Sobat?
S: Selama ini saya sudah ikut tarekat. Sering dzikir jahr dan khafi. Saya jalani saja sesuai perintah guru. Saya merasakan kedamaian dan ketentraman. Ibadah saya semakin rajin. Tapi, akhir-akhir ini, saya sering merasakan sesuatu saat dzikir “Allah..Allah” dalam hati.
M: Wah...itu sudah bagus Bro. Coba ceritakan apa yang kamu rasakan?
S: Selama ini, saya sering berdzikir dalam hati setiap kali mengiringi keluar-masuknya nafas. Saya selalu membarengi nafas dengan menyebut “Allah...Allah,” ketika duduk, berdiri, berjalan, bekerja, pokoknya setiap saat.
M: Itu sudah benar, apa masalahmu?
S: Tiba-tiba saya merasakan ada sesuatu yang lain dalam diri saya. Saya seolah merasakan kehadiran Allah dalam diri ini, ada sesuatu kekuatan di luar diri saya yang mengendalikan. Diri saya ini seolah tidak ada, hilang begitu saja. Tubuh ini bergerak, bicara dan diam karena ada kekuatan lain yang menggerakkan. Saya bingung, ini perasaan apa? Saya berusaha mengelakkan perasaan ini dan segera menghentikan dzikir.
M: Hmmmm. Memang ada sesuatu selain Allah, yang tidak dikendalikan oleh Allah? Memang ada, segala sesuatu yang terjadi tanpa kehendak-Nya? Kamu sebenarnya sedang belajar tentang hakikat dirimu.
S: Maksudmu? Dzikir saya sudah benar? Sesuai ajaran Islam? Sudah ada yang mencontohkan?
M: Benar! Itu dzikir yang biasa diajarkan di sejumlah tarekat.
S: Maaf, selama ini saya jarang baca buku. Untuk mendengarkan nasihat guru sufi kadang malas-malasan. Masuk telinga kanan, keluar telinga kiri.
M: Hmmm. Buktinya, kamu mengikutinya.
S: Mengikuti apa?
M: Dzikirmu itu dalam tarekat Naqsyabandi disebut Huwasy Dardam.
S: Huwasy Dardam? Apa itu?
M: Saya tidak tahu, ini bahasa Persia atau India atau Eropa Timur. Ini istilah dalam tarekat Naqsyabandi untuk menyebut dzikir dalam tarikan nafas. Uwais Al-Qarni pun melakukan itu. Abu Bakar As-Siddiq pun melakukan hal itu.
S: Lalu, perasaan saya itu bagaimana?
M: Benar. Kamu berarti telah melakukan pemeliharaan dzikir dengan keluar masuknya nafas, agar kalbumu tidak lupa kepada Allah SWT atau tetap merasakan kehadiran Allah pada waktu masuk dan keluarnya nafas. Ketika kau menarikkan dan menghembuskan nafas, hendaklah selalu ingat atau hadir bersama Allah di dalam kalbumu. Hanya ingat kepada Allah, ini adalah jalan untuk memudahkan dekat kepada Allah SWT.
S: Apakah perasaan saya bukan halusinasi?
M: Bukan! Itu bukan halusinasi!
S: Lalu, apa namanya?
M: Itu nyata Bro! Dzikir itu untuk mencapai kesadaran akan kehadiran Allah dalam diri. Dengan kesadaran akalmu, kau harus yakin seyakinnya bahwa Allah meliputi semua makhluk-Nya, lebih dekat dari urat nadimu. Dzikir itu untuk mencapai kesadaran itu, baik dalam gerak, diam, sendiri atau dalam keadaan banyak orang. Nah, kamu sudah merasakannya. Jaga itu sebagai kesadaran batinmu! Kesadaran akal dan pikiranmu!
S: Tapi, bagaimana agar saya merasakannya setiap saat?
M: Dzikir itu untuk menghidupkan kesadaran. Kalau kau mabuk, tidak ingat apa-apa itu justru masalah!
S: Iya, tapi bagaimana?
M: Ini salah satu tahapan yang harus dilalui bagi salik. Kesadaran batinmu itu harus tetap dijaga hingga membuahkan akhlakul karimah. Dalam setiap keadaan, jiwamu harus terus terikat, tersambung dengan-Nya; merasakan kehadiran Allah dalam diri. Hingga semua prilaku, pikiran dan perasaan tetap ditujukan kepada Allah. Lalu, menghasilkan amal shaleh. Bukan hanya GR, lalu asyik dengan fenomena gaib tapi tidak berimplikasi pada akhlak.
S: Ohhhh.
M: Jika kau hanya terjebak pada fenomena gaib saja, tetapi menghilangkan kesadaranmu sebagai hamba, lupa amanah sebagai khalifah di dunia, lupa tugas dan kewajiban sebagai suami, ayah, dan pemimpin umat, maka itu bermasalah! Berarti fenomena dzikirmu hanya menjadi halusinasi semata. Dzikir itu untuk mencapai kesadaran Ilahi dalam kehidupan.
S: Hmmmm. Terima kasih sobat!
Semoga bermanfaat!

SHALAT TAHAJUD, YUK!!!
Mari kita manfaatkan waktu ini untuk shalat malam. Selagi masih ada kesempatan dan kesehatan. Selagi yang lain masih tertidur pulas. Jadikan ini sebagai waktu khusus, yang sangat rahasia, sangat pribadi, antara kita dan Tuhan.
Allah SWT berfirman, “Pada malam hari, hendaklah engkau shalat Tahajud sebagai tambahan bagimu. Semoga Tuhan mengangkat engkau ke tempat yang terpuji.”
(QS Al-Isra’ : 79)
Sahabat Abdullah bin Salam meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda: “Hai sekalian manusia, sebarluaskanlah salam dan berikanlah makanan serta shalat malamlah di waktu manusia sedang tidur, supaya kamu masuk surga dengan selamat.”(HR Tirmidzi)
Rasulullah SAW juga bersabda: “Sesungguhnya pada waktu malam ada satu saat (waktu), yang seandainya seorang Muslim meminta suatu kebaikan di dunia maupun di akhirat kepada Allah SWT, niscaya Allah akan memberinya. Dan, itu berlaku setiap malam.” (HR Muslim)
Nabi SAW juga bersabda: “Pada tiap malam Rabb kami Tabaraka wa Ta’ala turun (ke langit dunia) ketika tinggal sepertiga malam yang akhir. Dia berfirman: “Barang siapa yang menyeru-Ku, akan Aku perkenankan seruannya. Barang siapa yang meminta kepada-Ku, Aku perkenankan permintaanya. Dan, barang siapa meminta ampunan kepada-Ku, Aku ampuni dia.” ( HR Bukhari dan Muslim)

SETIAP LANGKAHMU ADALAH MENUJU KUBUR
“Wahai orang yang terpenjara di dalam penjara hawa nafsu. Wahai hamba makhluk! Wahai orang yang tidak mengetahui akibat urusannya, orang-orang yang tidak mengetahui tentang makhluk dan Allah, serta tak tahu apa yang menjadi hak dan kewajibannya. Jika engkau tidak berakal, maka jadilah orang yang berakal dengan mengingat kematian. Karena, mengingatnya merupakan kunci segala kebaikan dan keselamatan.
Jika engkau mengingat mati, maka hal-hal yang tidak berguna akan terputus darimu. Jika ketamakanmu melemah dan cita-citamu berkurang, engkau akan kembali dan menyerahkan urusan-urusanmu seluruhnya kepada Allah Azza wa Jalla.
Wahai anak muda! Tidak ada keberuntungan bagimu hingga engkau mengetahui nikmat-nikmat-Nya, dan nikmat-nikmat-Nya itu menenggelamkanmu dalam tauhid, kemudian engkau fana dalam tauhid itu dari memandang kepada selain-Nya. Maka, bagaimana Allah akan mencintai orang yang mengeluhkan-Nya, membantah dan melawan-Nya?
Cinta, kerinduan dan kedekatan kepada-Nya itu tidak akan teguh bersama hal ini. Jika cinta itu benar, maka tidak ada rasa sakit ketika takdir itu datang. Jika cinta itu berkuasa, akan hilang penentangan dan tuduhan. Setiap langkahmu adalah menuju kuburan. Engkau sedang melakukan perjalanan ke alam kubur!” 

TOK...TOK...TOK...ASSALAMUALAIKUM
Sahabatku, jika kesendirianmu membuat sedih, gelisah, dan galau, mintalah kepada Allah untuk menemanimu. Karena, Dialah sebaik-baik "teman" dan Sang Pemberi harapan. Mintalah curahan kasih sayang Allah agar menyinari kalbu, hingga dirimu menjadi tentram dan damai. Hanya kamu dan Dia. Sebutlah nama-Nya, dekatilah dan rasakanlah kehadiran-Nya. Buatlah ia menjadi hubungan yang sangat personal, khas, intim, dan engkau benar-benar membutuhkan-Nya.
Lalu, dirikanlah shalat tahajud dan berdoalah: “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu curahan kasih dari sisi-Mu, yang menjadikan hatiku mendapat petunjuk, terkumpul segala yang tercerai berai, tertolak dari segala fitnah atas diriku dan bertambah baik urusan agamaku, terpelihara segala sesuatu yang jauh dariku dan terangkat apa yang dekat denganku, disucikan segala perbuatanku dan dicerahkan wajahku, diberi ilham menuju petunjuk, dan terpelihara diriku dari segala keburukan.” (HR al-Thabrani).

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِكَ تَهْدِيْ بِهَا قَلْبِيْ ، وَتَجْمَعُ بِهَا شَمْلِيْ ، وَتَرُدُّ بِهَا الْفِتَنَ عَنِّيْ ، وَتُصْلِحُ بِهَا دِيْنِيْ ، وَتَحْفَظُ بِهَا غَائِبِيْ ، وَتَرْفَعُ بِهَا شَاهِدِيْ ، وَتُزَكِّيْ بِهَا عَمَلِيْ ، وَتُبَيِّضُ بِهَا وَجْهِيْ ، وَتُلْهِمُنِيْ بِهَا رُشْدِيْ ، وَتَعْصِمُنِيْ بِهَا مِنْ كُلِّ سُوْءٍ

TAHAN!!! JANGAN MARAH, SAHABATKU
Menahan amarah yang membara di hati itu justru menunjukkan sikap keberanian dan kematangan jiwa. Seorang yang dianggap hebat dan berani justru pada saat dia mampu menahan rasa marahnya.
Rasulullah SAW bersabda, "Tidak ada sesuatu yang ditelan seorang hamba yang lebih afdhal di sisi Allah daripada menelan (menahan) amarah yang ditelannya karena keridhaan Allah Ta'ala." (HR. Ahmad)
Seorang sahabat berkata kepada Nabi SAW, "Ya Rasulullah, berpesanlah kepadaku." Nabi SAW pun berpesan, "Jangan suka marah (emosi)." Sahabat itu bertanya berulang-ulang dan Nabi Saw tetap berulang kali berpesan, "Jangan suka mara!." (HR. Bukhari)
Diam dan menahan kemarahanmu justru lebih baik. Diam itu emas. Tak selamanya masalah bisa diselesaikan dengan bicara. Rasul juga bersabda, " Barangsiapa banyak diam maka dia akan selamat. (HR. Ahmad)
Mari kita menjaga hati dan lisan kita dari hal-hal yang terkecil. Jangan terlalu tergesa-gesa memvonis seseorang bersalah, jangan tergesa-gesa mengambil kesimpulan bahwa orang lain itu menghina dan mengecewakan diri kita. Mari kita berkaca pada diri sendiri, jangan-jangan ini adalah kesalahan kita.
Rasulullah SAW bersabda, "Bukan akhlak seorang Mukmin berbicara dengan lidah yang tidak sesuai kandungan hatinya. Ketenangan (sabar dan berhati-hati) adalah dari Allah dan tergesa-gesa (terburu-buru) adalah dari setan. (HR. Asysyihaab)
Semoga bermanfaat!


PANTANGAN PENGHUNI LANGIT

‘Ali ibn Abu Thalib r.a. mengatakan, “Orang yang memiliki sifat dengki, tidak akan bisa beristirahat dengan tenang.”
Ahli hikmah juga mengatakan, “Berhati-hatilah kalian dengan sikap dengki. Karena kedengkian adalah faktor utama yang menyebabkan munculnya kemaksiatan kepada Allah di kerajaan langit dan dosa pertama yang terjadi di muka bumi. Adapun kemaksiatan pertama yang terjadi di kerajaan langit adalah kasus pembangkangan Iblis yang diperintahkan untuk sujud kepada Adam. Iblis berkilah, “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah.”( Q.S. al-A‘râf [7]: 12)
Dengan sikap ini, Iblis telah merasa iri hati, sehingga ia patut mendapatkan laknat Allah Swt. Adapun dosa pertama yang terjadi di muka bumi adalah pembunuhan yang dilakukan oleh Qabil ibn Adam terhadap saudaranya, Habil, yang didasari oleh rasa dengki. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah, “Ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) dengan sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil), ‘Aku pasti membunuhmu!’ Berkata Habil, ‘Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa.’”( Q.S. al-Mâidah [5]: 27)
Muhammad ibn Sirin menegaskan, “Saya tidak pernah merasa dengki terhadap siapa pun atas sesuatu yang bersifat keduniaan. Jika orang itu termasuk calon penduduk surga, maka tidak ada alasan bagiku untuk bersikap dengki kepadanya, karena ia pasti akan masuk ke surga. Sedangkan jika orang itu termasuk calon penghuni neraka, maka tidak ada alasan bagiku untuk bersikap dengki kepadanya, karena ia pasti akan kembali ke neraka.”
Seorang dengki yang bergabung di dalam satu majelis ilmu, ia hanya akan mendapatkan penghinaan dan kehinaan. Ia tidak akan mendapatkan naungan dari para malaikat, kecuali laknat dan kebencian. Juga akan dianggap sebagai orang yang memalukan dan memberatkan. Ia akan merasakan panasnya terpanggang di dalam api neraka. Di setiap kesepian, ia hanya akan merasakan kebutaan dan akan merasakan sekarat mati yang memilukan dan menyakitkan.
Abu Hurairah r.a. menuturkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Waspadalah kalian dari sifat dengki. Karena sifat dengki dapat menghapuskan pahala kebaikan-kebaikan, sebagaimana api dapat menghabiskan kayu bakar.” (HR Abu Dawud dan al-Tirmidzi).

9 JURUS SABAR DARI RASULULLAH

Jiwa kita memerlukan asupan nutrisi dan gizi yang baik. Kita harus selalu diberi nasihat berulang-ulang agar membekas di dalam kalbu. Apalagi nasihat tentang kesabaran, tentu akan sangat diperlukan untuk menguatkan jiwa agar tetap teguh, kokoh dan semangat.
Dalam kitab Riyadhus Shalihin, Imam An-Nawawi mencantumkan 29 hadis yang memuat tentang kesabaran. Ilmu sabar yang diajarkan oleh Rasulullah SAW begitu banyak, baik yang dicontohkan melalui perkataan, perbuatan ataupun keputusan-keputusan beliau. Kita juga menjumpai 103 kali kata “sabar” disebut Allah dalam Al-Qur’an, baik berbentuk isim maupun fi’ilnya. Sabar merupakan bagian dari maqam tasawuf yang harus diamalkan bagi seorang salik. Hanya kekasih-kekasih Allah-lah yang memiliki sifat sabar dalam dirinya.
1. Tangkaplah cahaya Ilahi dengan kesabaran. Kesabaran bagi diri manusia merupakan “dhiya’ ” (cahaya yang amat terang). Karena dengan kesabaran inilah, seseorang akan mampu menyingkap kegelapan hidup di dunia. Rasulullah mengungkapkan, “…dan kesabaran merupakan cahaya yang terang…” (HR. Muslim) .
2. Melatih kesabaran dalam jiwa secara terus menerus sehingga menjadi kebiasaan. Dan, yakinlah bahwa Allah selalu bersamamu! Rasulullah pernah menggambarkan: “…barang siapa yang mensabar-sabarkan diri (berusaha untuk sabar), maka Allah akan menjadikannya seorang yang sabar…” (HR. Bukhari). Allah SWT berfirman,“Dan bersabarlah kamu, karena sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang sabar.” (QS Al-Anfal: 46)
3. Mintalah kepada Allah agar Dia memberi kesabaran. Kesabaran merupakan anugerah Allah yang paling baik. Jadi, engkau harus meminta kepada-Nya. Tanpa anugerah-Nya, engkau tak pernah bisa bersabar dalam arti yang sesungguhnya. Rasulullah bersabda, “…dan tidaklah seseorang itu diberi sesuatu yang lebih baik dan lebih lapang daripada kesabaran.” (Muttafaqun Alaih)
4. Jadikan sifat sabar sebagai indentitas keimanan dan keislamanmu! Kesabaran merupakan salah satu sifat sekaligus ciri orang mukmin yang dicintai Allah. Ajaklah kalbumu untuk meneguhkan keimanan bahwa kesabaran adalah harga mati kekuatan iman dalam dirimu! Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh menakjubkan perkara orang yang beriman, karena segala perkaranya adalah baik. Jika ia mendapatkan kenikmatan, ia bersyukur karena (ia mengatahui) bahwa hal tersebut adalah memang baik baginya. Dan jika ia tertimpa musibah atau kesulitan, ia bersabar karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut adalah baik baginya.” (HR. Muslim). Allah SWT berfirman, . “Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.” (QS Ali Imran: 146)
5. Yakinlah bahwa kesabaranmu akan membuahkan pahala surga. Anas bin Malik ra meriwayatkan,” Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya Allah berfirman, ‘Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan kedua matanya, kemudian dia bersabar, maka aku gantikan surga baginya’.” (HR. Bukhari)
6. Jadikan kisah para nabi sebagai teladan! Sabar merupakan sifat yang dimiliki oleh para nabi. Abdullan bin Mas’ud menuturkan,”Seakan-akan aku memandang Rasulullah SAW menceritakan salah seorang nabi, yang dipukuli oleh kaumnya hingga berdarah, kemudia ia mengusap darah dari wajahnya seraya berkata, ‘Ya Allah ampunilah dosa kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.” (HR. Bukhari). Allah SWT berfirman, “Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka…” (QS Al-Ahqaf: 35)
7. Kuasailah dirimu sendiri! Ingatlah bahwa kesabaran merupakan ciri orang yang kuat. Abu Hurairah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, namun orang yang kuat adalah orang yang memiliki jiwanya ketika marah.” (HR. Bukhari). Allah SWT berfirman, “…dan orang-orang yang bersabar dalam kesulitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar imannya dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.” (QS Al-Baqarah: 177)
8. Hapuslah dosamu dengan kesabaranmu! Ingatlah bahwa musibah, penderitaan dan cobaan yang engkau terima adalah cara Allah untuk menyucikan dirimu. Kesabaran juga dapat menghapuskan dosa yang pernah kita miliki. Abu Hurairah ra. Menuturkan bahwa Rasulullan SAW bersabda, “Tidaklah seorang Muslim mendapatkan kelelahan, sakit, kecemasan, kesedihan, mara bahaya dan juga kesusahan, hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dengan hal tersebut.” (HR. Bukhari & Muslim)
9. Janganlah berputus asa! Harapan selalu ada hingga kematian tiba. Maka, kuatkan jiwamu dengan berdoa dan shalatmu! Karena doa adalah senjata paling dahsyat yang telah diwasiatkan Rasulullah baik orang yang beriman. Anas bin Malik ra meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah salah seorang diantara kalian mengangan-angankan datangnya kematian karena musibah yang menimpanya. Dan sekiranya ia memang harus mengharapkannya, hendaklah ia berdoa, ‘Ya Allah, teruskanlah hidupku ini sekiranya hidup itu lebih baik untukku. Dan wafatkanlah aku, sekiranya itu lebih baik bagiku.” (HR. Bukhari Muslim). Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS Al-Baqarah [2]: 153)
Renung-renungkanlah, pikir-pikirkanlah!

SHALAT TAHAJUD, YUK!!!

Mari kita manfaatkan waktu ini untuk shalat malam. Selagi masih ada kesempatan dan kesehatan. Selagi yang lain masih tertidur pulas. Jadikan ini sebagai waktu khusus, yang sangat rahasia, sangat pribadi, antara kita dan Tuhan.  Allah SWT berfirman, “Pada malam hari, hendaklah engkau shalat Tahajud sebagai tambahan bagimu. Semoga Tuhan mengangkat engkau ke tempat yang terpuji.”
(QS Al-Isra’ : 79)
Sahabat Abdullah bin Salam meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda: “Hai sekalian manusia, sebarluaskanlah salam dan berikanlah makanan serta shalat malamlah di waktu manusia sedang tidur, supaya kamu masuk surga dengan selamat.”(HR Tirmidzi)
Rasulullah SAW juga bersabda: “Sesungguhnya pada waktu malam ada satu saat (waktu), yang seandainya seorang Muslim meminta suatu kebaikan di dunia maupun di akhirat kepada Allah SWT, niscaya Allah akan memberinya. Dan, itu berlaku setiap malam.” (HR Muslim)
Nabi SAW juga bersabda: “Pada tiap malam Rabb kami Tabaraka wa Ta’ala turun (ke langit dunia) ketika tinggal sepertiga malam yang akhir. Dia berfirman: “Barang siapa yang menyeru-Ku, akan Aku perkenankan seruannya. Barang siapa yang meminta kepada-Ku, Aku perkenankan permintaanya. Dan, barang siapa meminta ampunan kepada-Ku, Aku ampuni dia.” ( HR Bukhari dan Muslim

MAKA, JADILAH KEKASIHNYA
Ibn Mas‘ud r.a. menuturkan Rasulullah saw. bertanya, “Siapakah di antara kalian yang lebih mencintai harta ahli warisnya daripada hartanya sendiri?” Para sahabat menjawab,”Wahai Rasulullah, setiap orang di antara kami pasti lebih mencintai hartanya sendiri daripada harta ahli warisnya.” Beliau bersabda, “Sesungguhnya hartanya adalah apa-apa yang ada di depan dan harta ahli warisnya adalah apa-apa yang ada di belakang.” (HR al-Bukhari).
Kedermawanan itu ada empat macam, yaitu: kedermawanan jiwa, kedermawanan ruh, kedermawanan hati, dan kedermawanan harta. Kedermawanan jiwa bagi para hamba adalah kerelaan mereka untuk mengorbankan jiwa, demi meraih petunjuk Allah. Sebagaimana hal ini ditegaskan dalam firman-Nya, “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami.”(QS Al-Ankabut [29]:69)
Kedermawanan ruh bagi para pejuang adalah rela mengorbankan nyawa demi meraih kehidupan yang kekal. Sebagaimana hal ini ditegaskan dalam firman Allah Swt., “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki.”(QS Ali Imran [3]:169)
Kedermawanan orang-orang arif adalah kesediaan untuk mengorbankan hati demi mencapai makrifat. Sebagaimana hal ini ditegaskan dalam firman Allah Swt., “(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (Q.S. al-Syu‘arâ’ [26]: 88-89)
Kedermawanan hati bagi para zahid adalah kesedian untuk mengorbankan kehidupan dunia dan memilih kehidupan akhirat. Sebagaimana hal ini ditegaskan dalam firman Allah Swt., “Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi.”(QS Al-Qashash [28]: 83)
Abu al-‘Abbas—semoga Allah merahmatinya—berkata, telah sampai kepadaku bahwa Allah Swt. mewahyukan kepada Nabi Ibrahim a.s; “Apakah kamu tahu, kenapa saya menjadikanmu sebagai kekasih.” “Tidak, wahai Tuhanku,” jawab Ibrahim. Allah berfirman, “Karena Aku telah membuka rahasiamu, sehingga memberi lebih kamu cintai dari pada menerima.”
Dzun Nun al-Mishri berpesan, “Orang yang melecehkan peminta-minta, bukanlah orang mulia; orang yang memberikan dengan perantara-perantara, bukanlah orang mulia; orang yang meminta agar kamu memenuhi kebutuhannya, bukanlah orang mulia.”
‘Ali r.a. menuturkan bahwa pada suatu malam, ia kedatangan peminta-minta. Ia berkata kepada pembantunya, “Matikan lampunya, agar aku tidak melihat wajah peminta-minta itu.”
----Syaikh Al-Anqary.

ALLAH MENYUKAI HATI YANG TAK MENDUA

Syekh Ibnu Atha’illah mengatakan: “Pahamilah firman Allah, ‘Yaitu di hari harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang yang menghadap Allah dengan hati yang sehat,”(QS Asy-Syu’ara [26]: 88-89). Kalbu yang sehat adalah yang hanya bergantung kepada Allah.
Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya engkau datang kepada Kami sendiri-sendiri seperti pertama kali Kami ciptakan. Lalu, Kami tinggalkan di belakangmu (di dunia) ini seperti apa yang telah Kami karuniakan kepadamu.’
Dapat dipahami bahwa engkau baru bisa datang kepada Allah dan sampai kepada-Nya jika engkau sendirian tanpa apa pun selain Dia. Allah SWT berfirman, “Bukankah Dia mendatangimu sebagai yatim, lalu Dia memberikan perlindungan?” (QS Ad-Duha [93]: 6). Maksudnya, Allah akan melindungimu jika engkau benar-benar yatim dari segala sesuatu selain Dia.
Nabi SAW bersabda, “Allah ganjil (tunggal), senang pada yang ganjil.” (HR At-Tirmidzi). Artinya, Dia menyukai dan menyenangi hati yang tidak menerima dualisme. Hati itu hanya untuk Allah. Dengan pertolongan Allah, orang yang berada di hadapan-Nya dan mendapat curahan nikmat-Nya dapat memahami. Maka, bagaimana mungkin mereka akan bersandar kepada selain Dia, sementara mereka telah menyaksikan wujud keesaan-Nya?!”
--Syekh Ibnu Atha’illah dalam kitab Taj Al-‘Arus

Sahabatku, hati yang sehat adalah yang mampu memutuskan harapannya kepada makhluk dan hanya mau bergantung kepada Allah SWT. Hati yang sehat meyakini bahwa semua wujud selain Allah laksana debu. Karena itu, lupakanlah janji dan harapan makhluk, serta lupakanlah pujian mereka! Janganlah mengharap manfaat dari mereka, dan jangan pernah merasa takut pada bahaya yang berasal dari mereka!
Jika engkau mampu memberi sesuatu kepada orang lain, maka pemberianmu itu hanya untuk Allah, bukan agar manusia menyebutmu dermawan atau pemurah.Sama halnya ketika engkau tidak memberi, maka lakukanlah itu untuk Allah, bukan karena ingin memenuhi hasrat balas dendam, kedengkian dan kekikiranmu.
Jika engkau mencintai, maka cintailah hanya karena Allah, bukan karena kepentingan duniawi yang murah! Jika engkau membenci, maka bencilah karena Allah, bukan karena dengki dan ketidaksukaanmu! Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang cinta karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah,dan tidak memberi karena Allah, berarti imannya telah sempurna.” (HR Abu Dawud)
Kosongkanlah hatimu dari segala sesuatu selain Dia, baik itu berupa segala sesuatu yang menggiurkan, syahwat, harta, dan kedudukan. Jika hatimu telah kosong, pasti rahmat, taufik, dan bantuan Allah akan menjaga dan memeliharamu setiap waktu, sebagaimana firman Allah: “Sesungguhnya pelindungku adalah Allah yang menurunkan Al-Kitab (Al-Qur’an) dan Dia melindungi orang yang shaleh.”
Hati menjadi rusak apabila di dalamnya terdapat sesembahan selain Allah, sebagaimana langit dan bumi yang akan hancur bila ada tuhan-tuhan selain Allah; “Kalau pada keduanya terdapat tuhan-tuhan selain Allah, niscaya ia hancur.” (QS Al-Anbiya [21]: 22).
Begitu pula keadaan hati yang diisi sesembahan selain Allah. Hati itu akan menjadi sangat rusak dan sulit diharapkan sembuh, kecuali dengan menyingkirkan sesembahan tersebut dan menjadikan Allah semata satu-satunya Tuhan dan sesembahannya yang dicintai, diharapkan, ditakuti, dan dijadikan tempat bergantung, serta tempat kembali. Demikian penjelasan Dr. Muhammad Najdat.
Semoga bermanfaat!
9 JURUS SABAR DARI RASULULLAH
Dalam kitab Riyadhus Shalihin, Imam An-Nawawi mencantumkan 29 hadis yang memuat tentang kesabaran. Ilmu sabar yang diajarkan oleh Rasulullah SAW begitu banyak, baik yang dicontohkan melalui perkataan, perbuatan ataupun keputusan-keputusan beliau. Kita juga menjumpai 103 kali kata “sabar” disebut Allah dalam Al-Qur’an, baik berbentuk isim maupun fi’ilnya. Sabar merupakan bagian dari maqam tasawuf yang harus diamalkan bagi seorang salik. Hanya kekasih-kekasih Allah-lah yang memiliki sifat sabar dalam dirinya.
1. Tangkaplah cahaya Ilahi dengan kesabaran. Kesabaran bagi diri manusia merupakan “dhiya’ ” (cahaya yang amat terang). Karena dengan kesabaran inilah, seseorang akan mampu menyingkap kegelapan hidup di dunia. Rasulullah mengungkapkan, “…dan kesabaran merupakan cahaya yang terang…” (HR. Muslim) .
2. Melatih kesabaran dalam jiwa secara terus menerus sehingga menjadi kebiasaan. Dan, yakinlah bahwa Allah selalu bersamamu! Rasulullah pernah menggambarkan: “…barang siapa yang mensabar-sabarkan diri (berusaha untuk sabar), maka Allah akan menjadikannya seorang yang sabar…” (HR. Bukhari). Allah SWT berfirman,“Dan bersabarlah kamu, karena sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang sabar.” (QS Al-Anfal: 46)
3. Mintalah kepada Allah agar Dia memberi kesabaran. Kesabaran merupakan anugerah Allah yang paling baik. Jadi, engkau harus meminta kepada-Nya. Tanpa anugerah-Nya, engkau tak pernah bisa bersabar dalam arti yang sesungguhnya. Rasulullah bersabda, “…dan tidaklah seseorang itu diberi sesuatu yang lebih baik dan lebih lapang daripada kesabaran.” (Muttafaqun Alaih)
4. Jadikan sifat sabar sebagai indentitas keimanan dan keislamanmu! Kesabaran merupakan salah satu sifat sekaligus ciri orang mukmin yang dicintai Allah. Ajaklah kalbumu untuk meneguhkan keimanan bahwa kesabaran adalah harga mati kekuatan iman dalam dirimu! Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh menakjubkan perkara orang yang beriman, karena segala perkaranya adalah baik. Jika ia mendapatkan kenikmatan, ia bersyukur karena (ia mengatahui) bahwa hal tersebut adalah memang baik baginya. Dan jika ia tertimpa musibah atau kesulitan, ia bersabar karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut adalah baik baginya.” (HR. Muslim). Allah SWT berfirman, . “Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.” (QS Ali Imran: 146)
5. Yakinlah bahwa kesabaranmu akan membuahkan pahala surga. Anas bin Malik ra meriwayatkan,” Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya Allah berfirman, ‘Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan kedua matanya, kemudian dia bersabar, maka aku gantikan surga baginya’.” (HR. Bukhari)
6. Jadikan kisah para nabi sebagai teladan! Sabar merupakan sifat yang dimiliki oleh para nabi. Abdullan bin Mas’ud menuturkan,”Seakan-akan aku memandang Rasulullah SAW menceritakan salah seorang nabi, yang dipukuli oleh kaumnya hingga berdarah, kemudia ia mengusap darah dari wajahnya seraya berkata, ‘Ya Allah ampunilah dosa kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.” (HR. Bukhari). Allah SWT berfirman, “Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka…” (QS Al-Ahqaf: 35)
7. Kuasailah dirimu sendiri! Ingatlah bahwa kesabaran merupakan ciri orang yang kuat. Abu Hurairah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, namun orang yang kuat adalah orang yang memiliki jiwanya ketika marah.” (HR. Bukhari). Allah SWT berfirman, “…dan orang-orang yang bersabar dalam kesulitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar imannya dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.” (QS Al-Baqarah: 177)
8. Hapuslah dosamu dengan kesabaranmu! Ingatlah bahwa musibah, penderitaan dan cobaan yang engkau terima adalah cara Allah untuk menyucikan dirimu. Kesabaran juga dapat menghapuskan dosa yang pernah kita miliki. Abu Hurairah ra. Menuturkan bahwa Rasulullan SAW bersabda, “Tidaklah seorang Muslim mendapatkan kelelahan, sakit, kecemasan, kesedihan, mara bahaya dan juga kesusahan, hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dengan hal tersebut.” (HR. Bukhari & Muslim)
9. Janganlah berputus asa! Harapan selalu ada hingga kematian tiba. Maka, kuatkan jiwamu dengan berdoa dan shalatmu! Karena doa adalah senjata paling dahsyat yang telah diwasiatkan Rasulullah baik orang yang beriman. Anas bin Malik ra meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah salah seorang diantara kalian mengangan-angankan datangnya kematian karena musibah yang menimpanya. Dan sekiranya ia memang harus mengharapkannya, hendaklah ia berdoa, ‘Ya Allah, teruskanlah hidupku ini sekiranya hidup itu lebih baik untukku. Dan wafatkanlah aku, sekiranya itu lebih baik bagiku.” (HR. Bukhari Muslim). Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS Al-Baqarah [2]: 153)
ALLAH MAHA ZAHIR DAN BATIN
Salik dan Matin sudah lama tidak bertemu di bawah Pohon Trembesi (Sor-Baujan). Keduanya terlalu sibuk dengan urusan masing-masing. Tapi, pesona keindahan Samanea Saman membuat mereka kembali berjumpa.
Salik (S): Lama tak tampak batang-hidungnya, kemana saja?
Matin (M): Tidak kemana-mana.
S: Kemarin, minggu lalu, bulan lalu, pergi kemana?
M: Ada di rumah. Tidak kemana-mana.
S: Koq, nggak kelihatan? 
M: Tidak kelihatan bukan berarti tidak ada. Kamu harus belajar Asmaul-Husna.
S: Maksudnya?
M: Lihat pohon ini! Pohon trembesi ini indah, kokoh, rindang, nyaman dan damai untuk tempat berteduh. Siapa pun yang melihat keindahan pohon ini akan menyukai dan mencintainya. Ini adalah ciptaan Allah.
S: Gua juga tahu. Itu karena Allah Maha Indah, Hebat, Perkasa, Meneduhkan, Mendamaikan dan Maha Kasih. Gua hafal Asmaul-Husna.
M: Allah telah menciptakan, memberi keindahan, memberi kasih sayang kepada semua makhluk, memberi rezeki, memelihara dan menjaga, serta menguasai seluruh alam semesta termasuk dirimu yang kecil ini, berarti Allah Maha apa?
S: Ah, pertanyaan mudah. Anak kecil pun tahu. Allah Maha Pencipta (Al-Khaliq), Maha Pengasih dan Penyayang (Ar-Rahmân,Ar-Rahîm), Maha Menguasai (Al-Malik), Maha Perkasa (Al-Jabbar), Maha Membentuk dan Merancang (Al-Musawwir), Maha Memberi rezeki (Ar-Razzaq), Maha Menjaga (Al-Hafiz) dan Maha Memelihara (Al-Muhaimin). 
M: Hafalan kamu bagus. Apa kamu sudah pernah pernah melihat Tuhan? Apa sudah pernah bertemu? 
S: Hati-hati dengan pertanyaanmu, Bro!
M: Apa ada yang salah dengan pertanyaanku?
S: Ya... Sebab bisa disalahartikan. Karena, Allah itu tidak kelihatan. Tak mungkin bisa dilihat. Kau hanya melihat ciptaannya saja. Kita baru bisa bertemu Allah kalau sudah mati.
M: Berarti pelajaran Asmaul-Husnamu belum lulus!
S: Apa maksudmu?
M: Jadi, kalau tak kelihatan berarti Allah Maha apa?
S: Allah itu Maha Bathin, Tak Kelihatan Zahirnya (Al-Bathin).Bagaimana mungkin kau bertanya, aku sudah bertemu Tuhan atau belum, aku belum mati, mana bisa bertemu atau melihat-Nya? 
M: Hahaha, sepertinya, kamu belum hafal semua asmaul-husna. Setiap hari kita shalat agar kita bisa belajar tentang ihsan. Kita harus yakin bahwa kita bisa melihat Allah. Kamu nggak percaya Allah bisa dilihat?
S: Percaya, tapi tidak di dunia ini.
M: Pelajaran tauhidmu pun lemah, Bro. Dalam hadis disebutkan, ihsan adalah ”anta’budallah ka’annaka tarahu, fa inlam tara fa innahu yaraka” (Ihsan adalah menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, kalau kau tak mampu melihat-Nya, yakinlah bahwa sesungguhnya Allah melihatmu). Jadi, ketika kita sembahyang harus yakin kita bisa melihat Allah. Gunakan kesadaran batinmu untuk melihat-Nya.
S: Saya tahu. Tapi, Nabi Musa saja nggak sanggup melihat, baru lihat cahaya-Nya saja sudah tumbang.
M: Jangan terlalu mempersulit diri. Kamu yakin, Allah Maha Bathin?
S: Haqqul yaqiin. Allah Al-Bathin.
M: Lalu, kenapa kamu lupa bahwa Allah juga Maha Zahir (Al-Zahir).
S: Hmmmm
M: Allah itu Maha Zahir, berarti Dia itu tampak, jelas, dan Nyata. Kalau kamu menafikan ini berarti kamu kufur! Kamu tidak mengakui Allah itu Maha Zahir, Maha Tampak dengan Jelas dan Maha Nyata. Dialah Realitas tunggal. Selain Dia hanyalah bayang-bayang. Hanya mazhar-Nya saja.
S: Hmmmm..
M: Admin Tasawuf Underground ini zahir apa batin?
S: Hmmm
M: Jawab!!!
S: Hmmm
M: Jawab!!! 
S: Kalau bagi penggemar Tasawuf Underground, admin halaman facebook ini batin, tak kelihatan orangnya. Kita hanya bisa melihat tulisan postingnya saja. Sesekali lihat fotonya. Tapi...
M: Tapi, apa?!
S: Bagi anak, istri, kawan, tetangga dan orang-orang terdekatnya, Admin Tasawuf Underground itu zahir, jelas, tampak dan nyata.
M: Hahahaha. Sekarang, gunakan analogi ini! 
S: Maksudnya?
M: Allah itu Maha Bathin, tak tampak, tak kelihatan. Tapi, Dia Ada, Wujud. Dia Zahir. Nyata dan Jelas. Gunakan kesadaran jiwamu untuk mengenali-Nya, dengan shalat dan dzikirmu, Bro!!! Kita harus meyakini, merasakan dan melihat bahwa Allah itu Maha Zahir dan Batin.
Semoga bermanfaat!
KETIKA BURUNG DAN JIN BERTASBIH
Az-Zamakhsyari mengatakan, "Tidak menutup kemungkinan bahwa Allah memberikan insting kepada burung untuk berdoa dan bertasbih kepada-Nya. Seperti halnya Allah telah memberikan insting kepadanya terhadap berbagai ilmu rumit yang hampir saja akal tidak dapat sampai kepadanya."
Allah Swt. berfirman, "Tidakkah kamu tahu bahwasanya Allah, kepada-Nya bertasbih apa yang ada di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan bertasbihnya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan," (QS An-Nur [24]: 41).
Sungguh luar biasa, burung pun bertasbih dengan cara yang diketahui oleh Allah, sedangkan kita sama sekali tidak mengetahui bagaima cara mereka melakukannya. Allah SWT berfirman, "Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memujinya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka," (QS Al-Isra [17]: 44).
Bahkan, Jin pun telah diwajibkan untuk melaksanakan shalat seperti halnya manusia. Allah SWT berfirman, "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku," (QS Adz-Dzariyat [51]: 56).
Ibnu Taimiyah menuturkan, "Jin juga diperintah dengan dasar-dasar agama dan cabang-cabangnya yang sesuai dengan mereka. Mereka tidak sama dengan manusia dalam hal batasan dan kenyataan. Karena itu, apa yang diperintahkan kepada mereka dan dilarang dari mereka batasannya tidak sama dengan manusia. Akan tetapi, mereka sama dengan manusia dalam jenis perintah, larangan, halal, dan haram."(Majmu’ul Fatawa)
Malaikat juga bertasbih kepada Allah melebihi kemampuan kita. Allah SWT berfirman tentang hak mereka, "Jika mereka menyombongkan diri, maka mereka (malaikat) yang di sisi Tuhanmu bertasbih kepada-Nya di malam dan siang hari, sedang mereka tidak jemu-jemu," (QS Fushshilat [41]: 38). Allah SWT juga menceritakan perkataan mereka dalam firman-Nya, "Dan sesungguhnya kami benar-benar bershaf-shaf (dalam menunaikan perintah Allah)," (QS Ash-Shaffat [37]: 165).
Rasulullah SAW bersabda kepada para sahabatnya, "Tidakkah kalian berbaris seperti para malaikat yang berbaris di hadapan Tuhan mereka?" Kemudian beliau menyebutkan cara berbarisnya mereka dalam sabdanya, "Mereka menyempurnakan barisan yang pertama, kemudian barisan setelahnya. Mereka saling menempel dalam barisan," (HR Bukhari).




2 komentar:

  1. bagus sekali, thks untuk wejangannya dan pencerahannya, sangat bermanfaat baki kita, semoga yg menulis dapat pahala yg berlipat ganda, aminn

    BalasHapus