Rabu, 03 Juni 2015

HIKMAH 2

NASEHAT DARI PENGHUNI LANGIT
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan:
"Engkau harus selalu ingat laparnya orang-orang yang kelaparan, telanjangnya orang-orang yang tak mempunyai pakaian, sakitnya orang-orang yang sakit, dan nestapa orang-orang yang terpenjara. Dengan demikian, engkau akan lebih memandang remeh cobaan-cobaan dan penderitaan yang kau alami sendiri. Engkau harus ingat akan ilmu yang dimiliki Allah tentang dirimu, perhatian-Nya terhadap kesejahteraanmu, dan takdir yang telah ditetapkannya bagimu.
Dengan begitu, engkau akan merasa malu di hadapan-Nya. Manakala hal-hal menjadi sangat sulit bagimu, engkau harus merenungi dosa-dosamu, berpaling darinya dan bertobat, dan berkata kepada diri rendahmu: “Karena dosamu, Tuhan Yang Maha Benar telah membuat hidup menjadi sulit bagimu. Jika engkau bertobat atas dosa-dosamu dan melaksanakan kewajibanmu, Tuhan akan menganugerahkan kepadamu jalan keluar dari setiap masalah dan setiap kesulitan yang sangat rumit; sebagaimana Dia telah mengatakan: “Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah, maka Allah akan mempersiap-kan jalan keluar baginya, dan Dia akan memberikan rezeki kepadanya dari sumber-sumber yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mencukupkan (keperluan)-nya,” (QS 65:2-3).
Orang yang berakal sehat adalah orang yang benar-benar jujur, dan yang segera bisa dibedakan dari orang-orang pendusta dikarenakan keujujurannya (shidq). Engkau harus menempatkan kejujuran di tempat ketidakjujuran, ketabahan di tempat ketakutan, gerakan maju ke depan di tempat kemunduran, kesabaran di tempat kekhawatiran dan kecemasan, sikap bersyukur di tempat ketidakbersyukuran, penerimaan yang gembira di tempat ketidakpuasan, persetujuan di tempat protes, dan keyakinan di tempat keraguan. Jika engkau siap untuk tunduk dan tidak memprotes, jika engkau bersyukur dan sama sekali tidak kufur, jika engkau mudah disenangkan dan tidak suka mengomel, dan jika engkau merasa yakin dan tidak ragu: “Tidakkah Allah akan mencukupi (kebutuhan) hamba-Nya?” (QS Al-Zumar (39) :36)
Semua yang kau urusi dan engkau terlibat di dalamnya adalah kotololan yang gila. Allah tidak memberikan perhatian kepadanya. Urusan ini tidak terjadi melalui tindakan-tindakan jasad. Nabi kita Muhammad Saw. mengatakan: “Zuhud itu di sini. Takwa itu di sini. Ketulusan (ikhlâs) itu di sini.” seraya menunjuk ke dadanya. Jika seseorang menginginkan keberhasilan, hendaklah ia menjadi sepotong tanah di bawah telapak kaki para syaikh. Bagaimana sifat para syaikh ini? Mereka adalah orang-orang yang meninggalkan dunia ini dan semua makhluk, yang telah mengucapkan selamat tinggal kepada mereka, yang telah mengucapkan selamat tinggal kepada segala sesuatu yang ada di bawah Tahta Langit (‘arsy) hingga permukaan bumi, yang telah meninggalkan segala sesuatu dan mengucapkan kepada mereka ucapan selamat tinggal dari orang yang tidak akan kembali lagi kepada mereka.
Mereka mengucapkan selamat tinggal kepada semua makhluk, termasuk diri mereka sendiri. Keberadaan mereka adalah bersama Tuhan mereka dalam semua keadaan (ahwâl) mereka. Jika orang mencari cinta Tuhan bersama dengan keberadaan dirinya sendiri, berarti dia tertipu oleh angan-angannya sendiri. Apabila seseorang sepenuhnya murni dalam zuhudnya dan pengukuhannya atas tauhid, maka dia tidak melihat tangan-tangan makhluk ataupun keberadaan mereka. Dia tidak melihat si pemberi selain Tuhan, dan dia tidak melihat dzat yang dermawan dan pemurah hati selain dari-Nya.”
--Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Jala Al-Khathir
MARI MENUJU PINTU REZEKI ALLAH
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani memberi nasihat: “Wahai anakku, janganlah kalian memutuskan diri dari kenikmatan yang sudah aku jelaskan kepadamu. Berlarilah agar rezeki itu berjalan di belakangmu. Ini adalah sesuatu yang sudah aku coba, serta telah disaksikan oleh orang-orang selainku yang menempuh jalan ini. Janganlah tergesa-gesa, sesuatu yang hilang dari kalian bukanlah milik kalian.
Rasulullah SAW bersabda, “Salah seorang dari kalian tidak akan meninggalkan dunia ini, sampai sempurna rezekinya. Maka, janganlah menganggap lamban turunnya rezeki. Bertakwalah kepada Allah SWT, wahai sekalian manusia, dan mintalah dengan baik. Ambillah yang halal dan tinggalkan yang haram.” (HR Al-Hakim)
Diamlah dan jangan tamak! Janganlah mengikuti rezeki dan kuatlah! Meminta itu berlaku jika engaku memang harus meminta. Boleh jadi pintu para raja ditutup di hadapanmu, tapi Allah SWT akan membukakan sebuah pintu bagimu yang tidak akan tertutup selama-lamanya, yaitu pintu rahasia dan pintu batin, yang dibukakan untukmu tanpa kekuasaanmu, tanpa kekuatanmu dan tanpa prasangka burukmu.”
--Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Jala’ Al-Khathir

PERJALANAN RUHANI PARA PENCARI TUHAN

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menuturkan bahwa Nabi Saw. diriwayatkan telah bersabda: “Dalam setiap keahilan khusus, engkau harus mencari bantuan dari ahlinya yang memenuhi syarat.” Menurut Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, “Ibadah adalah keahlian khusus, dan ahli-ahlinya yang memenuhi syarat adalah mereka yang tulus (mukhlishîn) berkenaan dengan pekerjaan mereka, mereka yang berilmu tentang hukum dan yang mempraktikkannya, mereka yang mengucapkan selamat tinggal kepada makhluk-makhluk setelah maʽrifah mereka tentang-Nya, mereka yang lari dari diri mereka sendiri, dari harta dan anak-anak mereka dan dari segala sesuatu selain Tuhan mereka, yang lari dengan kaki hati mereka dan wujud terdalam mereka (asrâr) menuju hadirat Rabb Al-Haqq. Allah SWT telah berfirman:

وَإِنَّهُمْ عِنْدَنَا لَمِنَ الْمُصْطَفَيْنَ الْأَخْيَارِ. [ص: ٤٧ [

“Dan sesungguhnya mereka di mata Kami termasuk orang-orang pilihan yang paling baik,” (QS Shâd (38) : 47)
Seorang yang beriman tak pernah berhenti merasa takut sampai jaminan kemanan (kitâb al-amân) diberikan kepada wujud terdalamnya (sirr), yang kemudian menyembunyikannya dari hatinya dan tidak membiarkannya menjadi sadar akannya. Tetapi ini hanya diberikan kepada segelintir individu saja.”
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan: “Celakalah engkau, wahai orang yang musyrik terhadap makhluk! Seberapa sering engkau akan mengetuk pintu-pintu yang tak dimiliki rumah-rumahmu sendiri di belakangnya? Seberapa sering engkau akan menempa besi tanpa api (untuk melelehkannya)? Engkau tidak punya akal sehat; engkau tidak punya fakultas nalar; engkau tidak punya kesadaran akan ketertiban dan arah. Celakalah engkau! Mendekatlah kepadaku, dan makanlah makanan yang bukan milikku (tapi milik Allah). Jika engkau pernah mencicipi makanan Sang Pencipta, maka hati dan wujud terdalammu (sirr) pasti akan menghindari makanan makhluk.
Ini adalah sesuatu yang hanya bisa dialami dalam hati di belakang pakaian, bukan oleh daging dan bukan oleh kulit. Tetapi hati ini tidak cocok untuk apa pun selama ia masih terikat kepada makhluk. Keyakinan masih belum pasti selama hati masih mengandung satu zarah pun dari rasa cinta kepada dunia ini. Manakala iman telah menjadi keyakinan, keyakinan telah menjadi maʽrifah dan maʽrifah telah menjadi pengetahuan (‘ilm), maka engkau akan menjadi seorang ahli (jahbadz), demi Allah.
Engkau akan mengambil dari tangan orang-orang kaya dan memberi kepada orang-orang miskin. Engkau akan menjadi pemilik rumah makan, memberikan makanan bergizi dengan tanganmu, hatimu dan wujud terdalammu (sirr). Engkau tak layak mendapat penghormatan sama sekali, wahai munafik, sampai engkau seperti ini. Aduhai engkau! Engkau belum menerima pengajaran dari seorang syaikh yang takwa dan zuhud, yang berilmu dalam syariat Allah.
Aduhai engkau! Engkau menginginkan sesuatu dengan gratis. Itu tidak akan jatuh ke tanganmu. Jika hal-hal duniawi tidak bisa diperoleh tanpa upaya yang keras, bagaimana dengan sesuatu yang berada di hadirat Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Agung? Di mana engkau berdiri berkenaan dengan mereka yang telah dipuji oleh Allah dengan kata-kata yang tepat dalam kitab-Nya, karena mereka begitu sering beribadah kepada-Nya?
Mengenai mereka Allah SWT berfirman:

كَانُوا قَلِيلًا مِّنَ الَّيلِ مَا يَهْجَعُونَ. وَبِالۡاَسۡحَارِ هُمۡ يَسۡتَغۡفِرُوۡنَ. [الذاريات :١٧ـ١٨[

“Mereka biasa tidur hanya sedikit di malam hari, dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampunan,” (QS Adz-Dzariyat [51]:17-18)
Apabila Dia melihat ketulusan (shidq) pengabdian mereka kepada-Nya, maka Dia lalu menunjuk seorang perantara untuk membangunkan mereka dari tempat tidur mereka. Sebagaimana dikatakan oleh Nabi Saw.: “Allah akan berkata: ‘Wahai Jibril, bangunkan-lah si fulan, dan biarkanlah orang lainnya tidur.”

Mengenai manusia-manusia (pilihan Tuhan), manakala langkah-langkah kaki dari hati-hati mereka akhirnya telah membawa mereka kepada Tuhan mereka, maka mereka akan melihat dalam mimpi apa yang tidak pernah mereka lihat dalam keadaan jaga. Hati dan wujud terdalam mereka akan melihat sesuatu yang tidak mereka lihat ketika mereka dalam keadaan bangun.
Mereka telah berpuasa dan shalat, mereka telah menerangi diri rendah mereka dengan mengenakan kepadanya rasa lapar dan kehinaan, dan mereka telah bekerja keras siang dan malam untuk melaksanakan segala macam ibadah, sampai surga menjadi milik mereka. Tetapi setelah ia menjadi milik mereka, kepada mereka akan dikatakan: “Jalan itu bukanlah ini. Ia adalah pencarian kepada yang Maha Benar.” Kerja mereka harus dilakukan dalam ranah hati mereka. Maka apabila kerja itu mencapai-Nya, maka ia akan dikukuhkan dan diotentikkan dalam pandangan-Nya.
Apabila seseorang tahu apa yang dicarinya, maka dia akan menganggap kurang penting energi dan upaya yang dicurahkannya untuk mengabdi dan melayani Tuhannya. Seorang mukmin tidak akan pernah berhenti bekerja keras sampai dia bertemu dengan Tuhannya.
Nabi SAW telah bersabda:
“Apabila seorang manusia mati dan memasuki kuburnya, dan manakala dia sudah ditanyai oleh dua orang malaikat yang bernama Munkar dan Nakir, dan manakala dia telah menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka, maka ruhnya akan diizinkan naik kepada Allah dan bersujud di hadapan-Nya, bersama kumpulan malaikat. Dengan demikian ruh-Nya akan berjumpa dengan-Nya, dan untuknya akan dibuka semua yang sebelumnya ditabiri dari penglihatannya. Kemudian ruh itu akan dibawa ke Surga, untuk bergabung dengan ruh-ruh orang-orang yang saleh. Berbagai ruh akan maju ke depan dan mengucapkan selamat datang kepadanya. Mereka akan menanyakan kepadanya tentang situasi dan kondisinya dan tentang urusan-urusan dunia di bawah sana. Maka, ia akan menceritakan kepada mereka segala sesuatu yang diketahuinya. Kemudian mereka akan bertanya kepada ruh yang baru tiba itu: ‘Apa yang dilakukan si fulan?’ dan ruh itu akan menjawab: ‘Dia mati sebelum aku.’ Mendengar jawaban itu, ruh-ruh itu akan berkata: ‘Dia tidak pernah mencapai kami. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung, yang tentunya sudah mengirimnya langsung kepada ibunya, Neraka Hawiyah.”
Kemudian ruh-ruh itu akan ditempatkan di tembolok salah seekor burung hijau yang makan dari tanam-tanaman di surga, dan yang mengungsi ke sebuah lampu yang tergantung di bawah Arasy.
Sebuah penuturan yang lebih lengkap mengenai burung-burung hijau dari Surga telah diberikan oleh Syaikh Abdul Qâdir dalam kitab Al-Ghuniyah Tharîq al-Haqq, di mana beliau menulis:
“Kami juga tahu bahwa ruh-ruh para syuhada dan semua orang beriman akan ditempatkan di dalam tembolok-tembolok burung-burung hujau, yang terbang bebas di Surga, dan mereka akan mengungsi ke lampu-lampu yang terang benderang di bawah Arasy. Kemudian, manakala tiupan sangkakala yang kedua terdengar, mereka akan kembali bergabung dengan jasad-jasad mereka di bumi, untuk menghadapi hisab dan perhitungan pada Hari Kebangkitan.
Kami mengetahui semua ini dari hadis yang telah sampai kepada kita melalui riwayat Ibn ‘Abbâs r.a., yang menurutnya Rasulullah Saw. pernah berkata: “Manakala saudara-saudaramu (yang beriman) dibunuh oleh seseorang (dari pihak kaum kafir), maka Allah akan menempatkan ruh-ruh mereka di dalam tembolok burung-burung hijau, yang terbang bebas di Surga, dan mereka akan mengungsi ke lampu-lampu yang terbuat dari emas dalam bayang-bayang ‘Arsyi. Kemudian, ketika mereka menemukan kualitas kenikmatan makanan, minuman dan tempat tinggal mereka, mereka akan berkata: ‘Siapa yang akan memberitahukan kepada saudara-saudara kita bahwa kita sebenarnya hidup, menikmati rezeki di Surga, sehingga mereka tidak menghindari jihad, sehingga mereka tidak lari dari peperangan suci?’ Maka Allah (Yang Maha Kuasa dan Maha Agung) akan mengatakan kepada mereka, sebab Dia adalah Yang Maha Benar di antara orang-orang yang berkata (Huwa ashdaqyl qâ’ilîn): ‘Aku akan memberitahu mereka!”
Di sini kita mendapatkan gambaran tentang perjumpaan seperti yang akan dialami oleh kebanyakan orang beriman. Semoga kedamaian Allah dilimpahkan kepada mereka semua, dan juga sambutan selamat datang dari-Nya! Ya Allah, jadikanlah kami termasuk golongan mereka! Hidupkanlah kami dengan kehidupan yang mereka jalani, dan matikanlah kami dengan kematian seperti yang mereka alami! Amin.”
--Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Jala Al-Khathir

MARI MENUJU PINTU REZEKI ALLAH
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani memberi nasihat: “Wahai anakku, janganlah kalian memutuskan diri dari kenikmatan yang sudah aku jelaskan kepadamu. Berlarilah agar rezeki itu berjalan di belakangmu. Ini adalah sesuatu yang sudah aku coba, serta telah disaksikan oleh orang-orang selainku yang menempuh jalan ini. Janganlah tergesa-gesa, sesuatu yang hilang dari kalian bukanlah milik kalian.
Rasulullah SAW bersabda, “Salah seorang dari kalian tidak akan meninggalkan dunia ini, sampai sempurna rezekinya. Maka, janganlah menganggap lamban turunnya rezeki. Bertakwalah kepada Allah SWT, wahai sekalian manusia, dan mintalah dengan baik. Ambillah yang halal dan tinggalkan yang haram.” (HR Al-Hakim)
Diamlah dan jangan tamak! Janganlah mengikuti rezeki dan kuatlah! Meminta itu berlaku jika engaku memang harus meminta. Boleh jadi pintu para raja ditutup di hadapanmu, tapi Allah SWT akan membukakan sebuah pintu bagimu yang tidak akan tertutup selama-lamanya, yaitu pintu rahasia dan pintu batin, yang dibukakan untukmu tanpa kekuasaanmu, tanpa kekuatanmu dan tanpa prasangka burukmu.”
--Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Jala’ Al-Khathir

MARI BERSIHKAN JIWA KITA
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan: 
“Tak ada sesuatu pun yang akan jatuh ke tanganmu dari Tuhan Yang Maha Benar disebabkan oleh kemunafikanmu, bicaramu yang lancar dan kefasihanmu, yang membuat mukamu pucat, memunculkan tambalan-tambalan pada jubahmu yang kumal, membuat pundakmu bungkuk dan membuatmu pura-pura menangis. Semua hal itu datang dari diri rendahmu (nafs), setanmu, sikap syirikmu terhadap makhluk-makhluk dan usahamu untuk mendapatkan keuntungan duniawi dari mereka.
Engkau harus berprasangka baik terhadap orang lain dan memandang buruk terhadap dirimu sendiri. Engkau harus memandang rendah diri rendahmu (nafs) dan melakukan pengendalian terhadapnya. Ingat-ingatlah hal ini sampai dikatakan kepadamu: “Berbicaralah tentang nikmat-nikmat Tuhanmu!” Putra Syamʽûn—semoga Allah merahmatinya—biasa mengatakan, manakala dia menerima anugerah karismatik (karâmah): “Ini adalah penipuan. Ini dari setan. “Dia terus mengatakan itu sampai kepadanya dikatakan: “Siapa engkau, dan siapa ayahmu? Berbicaralah tentang anugerah Kami kepadamu!”
--Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Jala Al-Khathir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar