Minggu, 07 Juni 2015

Tiga Waktu Terkabulnya Doa di Bulan Ramadhan


Ada tiga waktu terkabulnya doa di bulan Ramadhan. Raihlah keutamaan tersebut dengan terus memperbanyak doa.
Allah Ta’ala berfirman,
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah: 186)
Ibnu Katsir rahimahullah menerangkan bahwa masalah ini disebutkan di sela-sela penyebutan hukum puasa. Ini menunjukkan mengenai anjuran memperbanyak do’a ketika bulan itu sempurna, bahkan diperintahkan memperbanyak do’a tersebut di setiap kali berbuka puasa. (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 2: 66).
Pernyataan yang dikatakan oleh Ibnu Katsir menunjukkan bahwa bulan Ramadhan adalah salah waktu terkabulnya do’a. Namun do’a itu mudah dikabulkan jika seseorang punya keimanan yang benar.
Ibnu Taimiyah berkata, “Terkabulnya do’a itu dikarenakan benarnya i’tiqod, kesempurnaan ketaatan karena di akhir ayat disebutkan, ‘dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran’.” (Majmu’ah Al Fatawa, 14: 33-34).
Perihal Ramadhan adalah bulan do’a dikuatkan lagi dengan hadits dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ لِلّهِ فِى كُلِّ يَوْمٍ عِتْقَاءَ مِنَ النَّارِ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ ,وَإِنَّ لِكُلِّ مُسْلِمٍ دَعْوَةً يَدْعُوْ بِهَا فَيَسْتَجِيْبُ لَهُ
”Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadhan, dan setiap muslim apabila dia memanjatkan do’a, akan dikabulkan.” (HR. Al Bazaar. Al Haitsami dalam Majma’ Az-Zawaid, 10: 14 mengatakan bahwa perowinya tsiqoh -terpercaya-. Lihat Jami’ul Ahadits, 9: 224)
Ada tiga waktu utama terkabulnya do’a di bulan Ramadhan:
1- Waktu sahur
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ
“Rabb kita tabaraka wa ta’ala turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Lantas Allah berfirman, “Siapa saja yang berdo’a kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka Aku beri. Siapa yang meminta ampunan kepada-Ku, maka akan Aku ampuni.” (HR. Bukhari, no. 1145 dan Muslim, no. 758). Ibnu Hajar juga menjelaskan hadits di atas dengan berkata, “Do’a dan istighfar di waktu sahur mudah dikabulkan.” (Fath Al-Bari, 3: 32).
2- Saat berpuasa
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَالإِمَامُ الْعَادِلُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ
“Tiga orang yang do’anya tidak tertolak: orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan do’a orang yang dizalimi.” (HR. Ahmad 2: 305. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih dengan berbagai jalan dan penguatnya)
Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Disunnahkan orang yang berpuasa untuk memperbanyak do’a demi urusan akhirat dan dunianya, juga ia boleh berdo’a untuk hajat yang ia inginkan, begitu pula jangan lupakan do’a kebaikan untuk kaum muslimin secara umum.” (Al-Majmu’, 6: 273)
3- Ketika berbuka puasa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حِينَ يُفْطِرُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ

“Ada tiga orang yang do’anya tidak ditolak : (1) Pemimpin yang adil, (2) Orang yang berpuasa ketika dia berbuka, (3) Do’a orang yang terzalimi.” (HR. Tirmidzi no. 2526, 3598 dan Ibnu Majah no. 1752. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan). Dalam Tuhfah Al-Ahwadzi (7: 278) disebutkan bahwa kenapa do’a mudah dikabulkan ketika berbuka puasa yaitu karena saat itu, orang yang berpuasa telah menyelesaikan ibadahnya dalam keadaan tunduk dan merendahkan diri.


KALAU ADA RASA, BUKTIKAN CINTAMU!
Yahya Ibn Muadz Ar-Razi mengatakan, “Siapa saja yang mencintai Allah, maka ia pasti membenci dirinya.” Menurut Yahya pula, siapa saja yang tidak memiliki 3 hal berikut ini, maka itu berarti ia tidak cinta. Pertama, lebih mengutamaka firman Allah SWT dibandingkan dengan ucapan manusia. Kedua, lebih mengutamakan bertemu Allah dibandingkan dengan bertemu makhluk. Ketiga, lebih mengutamakan ibadah daripada berkhidmat kepada makhluk.
Bukti cinta yang lain adalah tidak menyesal jika ada sesuatu selain Allah yang terlewati. Sebaliknya, ia benar-benar menyesal ketika sedetik berlalu tanpa dzikir mengingat Allah dan mematuhi-Nya. Ketika lalai, ia segera kembali kepada Allah dan memperbanyak permohonan agar dikasihani dan diridhai. Ia juga akan segera bertobat.
Salah seorang arif billah menuturkan, “Allah mempunyai beberapa orang hamba, yang mencintai-Nya dan merasa tentram bersama-Nya. Hilangkah rasa sesal terhadap segala yang telah lewat. Mereka tidak pedui mengurusi diri mereka sendiri, karena Sang Maharaja mereka begitu sempurna. Apa pun yang Dia kehendaki, pasti terwujud. Apa yang menjadi milik mereka Dia sampaikan kepada mereka. Apa yang terlewatkan adalah cara terbaik Dia mengatur mereka. Hak setiap pecinta setelah ia kembali dari kelalaiannya sekejap mata, adalah menghadap kepada Allah dan siap menerima teguran-Nya. 
Ia lalu berdoa, “Wahai Tuhanku! Dengan dosa apa Engkau putuskan kebaikan-Mu dariku, Engkau jauhkan aku dari hadirat-Mu, Engkau sibukkan aku mengurusi diri sendiri dan mengikuti setan?" 
Ini akan menumbuhkan kejernihan dzikir dan kelembutan hati. Dengan begitu, tertutuplah kelalaiannya yang telah lewat. Kecepatannya untuk bersegera kembali kepada Allah akan menjadikan kesempatan untuk berdzikir lagi. Dzikir yang baru lagi. Hatinya akan kembali jernih.
Selama seorang pecinta tidak tidak melihat apa pun selain Kekasihnya, tidak melihat sesuatu pun kecuali ia sadar bahwa itu berasal dari-Nya, ia tidak akan pernah menyesal, tidak ragu, dan menghadapi semua kenyataan dengan hati penuh kerelaan. Ia tahu bahwa Kekasih harus dilihat hanya kebaikan-Nya semata.
Bukti kecintaan seorang hamba kepada Allah adalah merasa nikmat dalam ketaatan. Ia tidak merasa berat dan tidak merasa lelah dalam ketaatan kepada-Nya. Hal ini seperti pernah diungkapkan oleh orang yang pernah merasakannya: “Aku menderita sepanjang malam. Meski 20 tahun lamanya. Tapi, selama itu pula aku merasakan kenikmatan yang tiada terkira.”
Imam Al-Junaed juga menegaskan bahwa salah satu indikasi cinta adalah ketika sesorang selalu giat dan tekun melawan hawa nafsu. Fisik boleh lelah, tetapi hati tak akan pernah lelah. Karena itu, seorang sufi berkata, “Beramal atas dasar cinta tak akan pernah diliputi rasa letih. Dan, tak habis-habisnya orang mencintai Allah berbuat taat, walaupun harus menghadapi berbagai rintangan besar.”
Pikir-pikirkanlah, renung-renungkanlah!

--Imam Al-Ghazali dalam kitab Al-Mahabbah wa asy-Syawq wa al-Uns wa ar-ridha
( AMALAN ) INI DIA DO'A UNTUK MENGGANTI KESEDIHAN DGN KEGEMBIRAAN
Di antara fungsi Al-Qur'an adalah menjadi penyejuk dalam hati, cahaya di dada, pelipur kesedihan, pelenyap bagi kegelisahan, dan obat bagi semua penyakit fisik maupun hati. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman." (Yunus: 57)
وَلَوْ جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا أَعْجَمِيًّا لَقَالُوا لَوْلَا فُصِّلَتْ آيَاتُهُ أَأَعْجَمِيٌّ وَعَرَبِيٌّ قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ وَالَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ فِي آذَانِهِمْ وَقْرٌ وَهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًى أُولَئِكَ يُنَادَوْنَ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ
"Dan jika Kami jadikan Al Qur'an itu suatu bacaan dalam selain bahasa Arab tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?".? Apakah (patut Al Qur'an) dalam bahasa asing, sedang (rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: "Al Qur'an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Qur'an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh"." (QS. Fushshilat: 44)
( Amalan/Doanya )
Hal ini sesuai dengan isi doa yang diajarkan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam untuk menghilangkan kesedihan dan kegundahan, "Tidaklah seseorang tertimpa kegundahan (galau) dan kesedihan lalu berdoa
اللَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ وَابْنُ عَبْدِكَ وَابْنُ أَمَتِكَ نَاصِيَتِي بِيَدِكَ مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ أَوْ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي وَنُورَ صَدْرِي وَجِلَاءَ حُزْنِي وَذَهَابَ هَمِّي
Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba laki-laki-Mu, dan anak hamba perempuan-Mu. Ubun-ubunku berada di tangan-Mu. Hukum-Mu berlaku pada diriku. Ketetapan-Mu adil atas diriku. Aku memohon kepada-Mu dengan segala nama yang menjadi milik-Mu, yang Engkau namakan diri-Mu dengannya, atau Engkau turunkan dalam Kitab-Mu, atau yang Engkau ajarkan kepada seorang dari makhluk-Mu, atau yang Engkau rahasiakan dalam ilmu ghaib yang ada di sisi-Mu, agar Engkau jadikan Al-Qur'an sebagai penyejuk hatiku, cahaya bagi dadaku dan pelipur kesedihanku serta pelenyap bagi kegelisahanku," melainkan Allah akan menghilangkan kesedihan dan kegelisahan (keundahan)-nya serta menggantikan-nya dengan kegembiraan.
Setiap orang kadang ada ditimpa kesempitan dan kelapangan, hal ini berlaku bagi setiap manusia. Bila beriman maka sabar, dan mujahadahnya beramal shaleh akan mendapatkan pahala lebih, dan meraih pertolongan Allah, maka serahkanlah dan percayakan sepenuhnya kepada Allah Swt dengan cara-caranya dengan memperbaiki ibadah, memperbanyak sedekah, beristighfar, menyayangi anak yatim, dhuafa, berbakti kepada orang tua dst dan terus mengamalkan do'a diatas dimana cara Allah Swt menggembirakan hati hamba-Nya tentu Dia yang maha mengetahui. Dimana kesenangan yang tidak ada keburukan didalamnya, Allah Swt berikan ketentraman dan keberkahan hidup yang selalu membawa ketaatan kepada-Nya, bukan kondisi kelapangan hidup namun selalu membawa kepada kemaksiatan.
Allah Swt berfirman :
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ . لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
“Katakanlah: Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam.. tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". (Q.S. Al-An’am 162 – 163)


KEUTAMAAN  : لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ 

Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

فَإِنَّ اللهَ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ يَبْتَغِيْ بِذَلِكَ وَجْهَ اللهِ

“Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan Lâ Ilâha Illallâ, mengharapkan dengannya wajah Allah.” (HR. Al-Bukhary dan Muslim)
Bahwa Rasul shallallâhu ‘alaihi wa sallam mengabarkan dengan kabar yang tegas bahwa orang yang mengucapkan kalimat Lâ Ilâha Illallâh dengan tujuan seperti yang ditunjukkan oleh kalimat tersebut, berupa ikhlas dan tidak berbuat syirik serta mengamalkan hal itu secara lahir dan batin, kemudian meninggal dalam keadaan seperti itu, ia tidak akan disentuh oleh api neraka pada hari kiamat.
Faedah Hadits
1.     Keutamaan tauhid, dan bahwa tauhid membebaskan pemiliknya dari neraka dan menghapuskan dosa-dosanya.
2.     Bahwasanya ucapan tanpa keyakinan hati tidaklah cukup bagi keimanan, seperti keadaan orang-orang munafik.
3.     Bahwasanya keyakinan (hati) tanpa ucapan tidaklah cukup bagi keimanan, seperti keadaan para penentang.
4.     Diharamkannya neraka terhadap orang-orang yang memiliki tauhid yang sempurna.
5.     Bahwa amalan tidak bermanfaat, kecuali dengan ikhlas mengharap wajah Allah dan benar sesuai dengan sunnah Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam.
6.     Orang yang mengucapkan Lâ Ilâha Illallâh, tetapi juga berdoa kepada selain Allah, ucapannya tidaklah bermanfaat, seperti keadaan para penyembah kubur pada hari ini bahwa mereka mengucapkan Lâ Ilâha Illallâh, tetapi mereka (juga justru) berdoa kepada orang yang sudah meninggal serta mendekatkan diri kepada orang tersebut.
7.     Penetapan sifat wajah bagi Allah Ta’âlâ sesuai dengan kemuliaan dan keagungan-Nya.

[Diringkas dari Kitab Penjelasan Ringkas Kitab Tauhid karya Syaikh Shalih Al-Fauzan]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar